Reformasi Pelayanan Kesehatan Harus Lebih Memihak Kepada Masyarakat
|
|
- Irwan Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Reformasi Pelayanan Kesehatan Harus Lebih Memihak Kepada Masyarakat Hasbullah Thabrany 1 Krisis mata uang yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan kepercayaan yang kemudian menjadi depresi ekonomi, karena krisis tersebut telah melewati masa satu tahun, telah membuka mata banyak pihak terhadap pentingnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Berita tentang mahalnya biaya cuci darah yang sempat merenggut jiwa di Denpasar telah menarik perhatian media masa dan publik. Memang akibat mahalnya dolar, biaya hemodialisa naik sampai Rp per kali. Sedangkan setiap penderita memerlukan cuci darah 2-3 kali seminggu. Jadi dibituhkan dana minimal Rp 6 juta sebulan. Penduduk kelas menengahpun tidak akan sanggup membiayai sendiri hemodialisa untuk mempertahankan hidupnya. Di Bandung hemodialisa dapat dilakukan dengan biaya hanya Rp per kali, akan tetapi belum mendapat persetujuan dari para ahli dan belum direplikasi di daerah lain. Akibatnya banyak penderita yang terpaksa harus mati. Di banyak pusatpusat hemodialisa, sekitar tiga perempat pasiennya adalah pasien PT Askes. Selebihnya sudah lebih dahulu melapor kepada malaikat karena tidak ada yang menjamin dan tidak punya uang untuk membayar sendiri. Ada apa? Haruskah mereka mati karena miskin? Memang yang menderita hemodialisa tidak banyak jumlahnya, akan tetapi yang menderita penyakit lain seperti tbc yang relatif juga semakin mahal biayanya akan mengalami nasib yang sama. Harga obat paten dan generik meningkat lebih 200% padahal penghasilan riil masyarakat justeru menurun sampai 60% lebih (kompensasi inflasi) selama periode krisis setahun ini. Banyak orang kini tidak mampu mengobati dirinya yang sakit, karena berobat menjadi barang mewah. Hidup sehat menjadi barang mewah, bahkan bisa jadi hidup sudah tidak terjangkau oleh banyak orang. Seorang ayah dan empat orang anaknya di Sambas, Kalimantan, terpaksa meninggalkan dunia fana ini karena tidak tahan miskin. Padahal mereka keturunan Cina yang bagi kebanyakan orang keturunan Cina 1
2 dikenal kaya-raya. Tetapi kekayaan itu tidak mengalir, meskipun kepada rekan sesuku atau sekeluarga sekalipun. Tetapi sebagian besar orang miskin, yang kini jumlahnya meningat menjadi lebih dari 80 juta orang, mereka masih bertahan hidup-sambil menderita sakit. Jika kriteria miskin ditambah dengan belanja sebungkus supermi lagi per orang per hari, maka jumlahnya diduga akan melebihi 100 juta orang. Mereka ini akan tidak sanggup membayar biaya berobat, meskipun mungkin di puskesmas. Puskesmas tidak bisa memberikan pelayanan gratis kepada semua orang. Bahkan pemerintah daerah menetapkan pemasukan dana dari puskesmas dan rumah sakit. Pemerintah daerah memerlukan dana dari orang sakit. Maka semakin banyak yang sakit dan berobat ke puskesmas atau rumah sakit umum, semakin banyak dana pembangunan daerah! Tetapai kini banyak orang berteriak bahwa banyak penduduk yang terpaksa harus mati setelah menderita cukup lama karena sakit, karena mereka tidak mampu berobat. Krisis ini telah membuka mata orang bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk, bukan lagi barang mewah seperti yang diperlakukan selama ini. Minyak goreng dan ikan asin, bukanlah kebutuhan pokok penduduk karena tanpa itu mereka masih bisa hidup. Jeritan masyarakat, himbauan PB IDI untuk tidak menaikan jasa medik, dan himbauan Menteri Kesehatan kepada dokter dan rumah sakit untuk tidak menaikan tarif menunjukkan betapa esensialnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kini banyak pihak, baik swasta maupun pemerintah yang menyadari bahwa jaring pengaman sosial (social safety net) harus segera dibentuk. Danapun, hasil pinjaman dari luar negeri, akan dikucurkan untuk menyelematkan si miskin dari penderitaan sakit yang berkepanjangan dan mati di luar jadual. Akan tetapi kita harus waspada jangan sampai dana tersebut kemudian disalah gunakan oleh dokter, oleh aparat kesehatan, oleh aparat pemda, dan sebagainya untuk memperkaya diri. Kini kemiskinan bisa jadi komoditas yang baik untuk mendapatkan uang. Itulah sebabnya bantuan kemanusiaan perlu dikucurkan segera agar yang tidak punya uang tetapi membutuhkan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi kebutuhannya. 1 Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2
3 Tampaknya mulai timbul kesadaran dan desakan masyarakat kearah konsep egalitarian di dalam bidang pelayanan kesehatan. Masyarakat menginginkan agar penduduk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan, mulai dari pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan kuratif, dan obat-obatan, yang dibutuhkannya meskipun keadaan ekonominya tidak mencukupi. Konsep egalitarian di dalam bidang kesehatan mengandung pengertian bahwa penduduk harus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya dan tidak tergantung pada kemampuannya membayar. Inilah barangkali konsep keadilan sosial, social justice, yang mesti kita tegakkan. Untuk waktu yang lama, sejak kemerdekaan kita sampai sekarang ini, kita cenderung menganut faham libertarian dimana pelayanan kesehatan harus diterima sesuai dengan kemampuan membayar penduduk, suatu faham yang menurut saya tidak cocok di negeri ini. Bahkan di negeri kapitalis seperti Amerika, masyarakat pada umumnya tidak bisa menerima faham libertarian ini secara penuh. Kita sering membaca di koran ada berita seorang penduduk yang disandra karena tidak mampu membayar biaya rumah sakit. Sangat menyedihkan bahwa hal ini pernah terjadi di rumah sakit pemerintah. Kita baca berita ini terjadi di sebuah RS di bilangan Ciawi, 50 KM di selatan Jakarta setelah krisis terjadi. Yang disandra ternyata memang orang yang sangat tidak mampu. Dimana kegotong-royongan kita? Dimana solidaritas sosial kita? Kenapa sistem kesehatan kita tidak bisa mengatasi hal-hal yang seperti ini? Pelayanan kesehatan kita tidak pro-publik. Sebagai contoh, pemerintah tidak mampu mengatur jasa dokter spesialis. Saat ini dokter spesialis yang beken mempunyai harga yang sangat tinggi sehingga jasa dokter spesialis tersebut lebih mahal disini ketimbang di Amerika. Jika jasa dokter spesialis di California sebesar US$ 100 (termasuk yang mahal) dengan upah minimum regional US$ 4,5 per jam, maka buruh rendah membutuhkan kerja 22 jam (3 hari) untuk mendapatkan pelayanan tersebut. Itupun tidak sulit bagi buruh dan bahkan mereka tidak perlu membayar dokter dari kantongnya karena sebagian besar mereka mendapatkan jaminan kesehatan dari program Medicaid, bantuan kesehatan bagi rakyat tidak mampu. Di Jakarta jasa dokter spesialis sebesar Rp
4 (bukan yang termahal) baru bisa diperoleh oleh buruh dengan UMR Rp per hari setelah ia bekerja 64 jam (8 hari). Sebagian besar buruh kita tidak mendapatkan jaminan kesehatan seperti rekannya di negara maju, bahkan perusahaan banyak yang tidak mendaftarkan mereka dalam program JPK Jamsostek yang sebenarnya wajib. Tidak heran jika banyak masyarakat bawah terpaksa harus mati lebih cepat dari saudaranya yang memiliki uang, untuk penyakit yang sama, karena ketidak mampuannya mendapatkan pelayanan dari dokter yang cukup berkualitas. Contoh diatas hanyalah sebagai salah satu kondisi dimana sistem pelayanan kesehatan kita belum pro-publik, belum people centered, belum menciptakan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau masyarakat banyak. Tingginya harga obat dan alat-alat medis juga merupakan contoh lain, dimana sistem pelayanan kesehatan kita belum banyak melakukan intervensi agar semua pelayanan tersebut dapat dijangkau masyarakat. Jika mau jujur, dapat kita katakan bahwa terjadi terlalu banyak kolusi di dalam sistem pelayanan kesehatan kita. Kebijakan yang ada, sering lebih berat memelihara agar para pelaku pelayanan kesehatan seperti dokter, apoteker, dan perusahaan obat dapat bekerja dan menghidupi dirinya dengan standar yang layak menurut kacamata mereka. Sehingga sering terjadi pelayanan yang tidak adil, produksi yang tidak efisien, kolusi antara dokter dan perusahaan obat tidak mendapatkan sangsi yang memadai. Masyarakat menjadi korban. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan jika produktifitas bangsa Indonesia ini masih rendah. Selain karena kesehatan belum dipertimbangkan sebagai faktor produksi, tingkat kesehatan yang rendah tidak memungkinkan penduduk berproduksi dengan baik. Karena selama ini kita tidak menempatkan pelayanan kesehatan pada tempat yang tepat. Pelayanan kesehatan kita perlakukan sebagai komoditas barang ekonomi, yang oleh guru kita dulu tidak dibenarkan. Kita lupa bahwa pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik yang unik: uncertainty, informasi asimetri, eksternalitas, menyangkut hajat hidup orang banya, sifat emergensi, sifat fatalistik, dan sebagainya yang hampir tidak dimiliki barang atau jasa lain. Jadi memperlakukan pelayanan kesehatan sama seperti barang ekonomi lain, dengan memberlakukan mekanisme pasar tidak akan menguntungkan 4
5 masyarakat. Tetapi kita telah memperlakukannya dan merencanakan lebih meliberalkan lagi. Pelayanan kesehatan tidak akan lebih terjangkau dengan semakin banyaknya dokter, semakin banyaknya pabrik obat, semakin banyaknya rumah sakit; apabila semuanya itu tidak diikuti peraturan yang pro-publik dan penegakkan peraturan tersebut. Maka dimasa datang kita akan menghadapi bahaya yang lebih parah, jika kita terus menempuh jalan yang keliru ini. Masyarakat akan makin dirugikan. Pelayanan kesehatan yang bermutu hanya akan dinikmati oleh mereka yang punya uang, sementara mereka yang miskin akan semakin menderita. Oleh karenanya, gerakan egalitarian yang sedang bergerak ini perlu kita sambut baik. Mesti diakui bahwa jika gerakan ini terus berkembang, para dokter harus mengubah prilaku dan paradigma prakteknya agar menyesuaikan diri dan lebih memihak masyarakat ketimbang memihak dirinya sendiri. Selain itu, pemerataan pendapatan antara dokter yang senior dan yang yunior akan bisa lebih baik dibandingkan dengan keadaan sekarang ini. Siapkah kita, para dokter, menyambut gerakan tersebut? 5
6 Mekanisme pasar tidak bisa diandalkan untuk menjadikan biaya kesehatan dapat terjangkau masyarakat banyak. Hal ini karena sifat pelayanan kesehatan yang sangat unik dan sangat berbeda dengan sifat komoditi barang pasar. Secara ekonomis, mekanisme pasar tidak akan bisa menurunkan harga pelayanan kesehatan seperti yang terjadi pada pelayanan jasa lainnya. Mahalnya jasa dokter spesialis diperburuk dengan sedikitnya dokter spesialis yang dapat diproduksi di bawah bendera Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di banyak negara pendidikan spesialis adalah tanggung jawab profesi spesialis sendiri, bukan merupakan pekerjaan universitas. Para dosen spesialis disini menghabiskan lebih banyak waktunya untuk mencari uang dengan berpraktek di rumah sakit swasta atau praktek pribadinya ketimbang mendidik spesialis baru. Namun mereka tetap mendapatkan gaji dan tunjangan dari pemerintah. Barangkali jika diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk pendidikan atau pengabdian masyarakatnya, para dokter spesialias yang pegawai negeri sebenarnya dibayar terlalu mahal. Pendidikan spesialisasi kini juga masih dimonopoli oleh pegawai negeri, dengan alasan kompensasi masa bakti, yang menyebabkan antrinya dokter ex PTT menjadi pegawai negeri, untuk kemudian menjadi spesialis, dan bekerja sedikit waktu di RSU kemudian menghabiskan lebih banyak waktu di praktek swasta untuk cari uang. Suatu pemborosan besar anggaran pemerintah. Karena dokter spesialis yang underutilized untuk pelayanan umum tetap menjadi pegawai negeri, maka formasi pegawai negeri di era zero grwoth menjadi sedikit. Ini kemudian memancing permainan penempatan penerimaan dokter PNS dan sangat membatasi keluaran dokter spesialis. Akibatnya, dokter spesialis menjadi mahal. Jadi memang, sistem kita sekarang belum memikirkan bagaimana menyampaikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat dengan harga yang terjangkau kebanyakan masyarakat. Anehnya, sebagian besar masyarakat kita tidak merasakan keanehan atau keberatan atas sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Begitu mendarahdagingnya konsep libertarian, hingga masyarakat kita menjadi biasa jika tidak 6
7 mampu membayar obat atau biaya operasi kemudian meninggal dengan tenang. Pelayanan kesehatan yang sebelum krisis kurang dirasakan kepentingannya kini menjadi lebih tampak bahwa pelayanan kesehatan sudah menjadi kebutuhan pokok. Selama ini pelayanan kesehatan diperlakukan banyak orang, termasuk sistem perpajakan kita, sebagai sektor konsumtif (bahkan dianggap sebagai kenikmatan) dalam bidang kesejahteraan; sedangkan konsumsi pelayanan kesehatan sebenarnya mempunyai komponen produktif dan konsumtif. Amerika memperlakukan pelayanan kesehatan sebagai input produktif, karenanya biaya premi asuransi kesehatan yang dikeluarkan perusahaan dapat dimasukkan ke dalam komponen biaya produksi. Di Indonesia premi asuransi kesehatan yang dibayar pengusaha harus diambil dari pendapatan (diperhitungkan sebagai pendapatan, tidak dimasukkan dalam komponen biaya produksi). Pelayanan kesehatan kita diperlakukan sebagai industri biasa dari sudut keuangan tanpa insentif perpajakan sehingga tidak heran jika lebih dari 300 rumah sakit daerah telah dijadikan instansi tempat pengumpulan pendapatan daerah. Bahkan ada daerah yang memiliki lebih dari 50% pendapatan asli daerahnya yang bersumber dari retribusi puskesmas dan rumah sakit. Jika pemerintah daerah menempatkan pelayanan kesehatan sebagai input esensial di dalam meningkatkan produktifitas kerja penduduknya, maka tidak seharusnya pendapatan dari melayani orang sakit ditargetkan seperti layaknya pendapatan dari sektor konsumtif lain seperti pajak tontotan atau retribusi tempat rekreasi. Komponen produktif dalam rangka meningkatkan stok tingkat kesehatan dalam rangka meningkatkan produktifitas sebenarnya merupakan durable capital. Orang yang sehat harus dipandang sebagai modal kerja yang tahan lama dan modal kerja atau kekayaan yang paling berharga. Kita harus punya sikap bahwa the largest wealth is health. Penempatan pelayanan kesehatan yang tidak proporsional ini menyebabkan pengeluaran kesehatan kita yang hanya 2,5% dari pendapatan domestik bruto kita (yang merupakan terkecil di Asia Tenggara) menjadi tidak efisien. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan untuk memperbesar pengeluaran kesehatan hingga mencapai 7
8 5% dari produk domestik bruto, karena sebagian pengeluaran adalah pengeluaran investasi. Sayangnya yang terjadi di Indonesia, investasi di bidang kesehatan yang kecil itu sering diarahkan pada pembelian teknologi canggih yang dapat meningkatkan penghasilan rumah sakit dengan daya ungkit terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat yang kecil. Jadi, investasi tersebut diarahkan kepada money making, bukan investing on health. Kita kurang menyadari bahwa setiap tahun kita kehilangan 933,6 juta hari kerja (produktif) karena penduduk menderita sakit serius yang sampai mengganggu kegiatan sehari-hari (Thabrany, 1997). Ini menunjukkan bahwa angka prevalensi penduduk yang sakit masih cukup tinggi di Indonesia padahal penduduk kita mempunyai struktur umur yang relatif muda. Penduduk yang muda seharusnya tidak mengalami banyak sakit karena daya tahan tubuhnya yang baik, namun karena kondisi tubuh, prilaku, dan lingkungan yang kurang baik, angka kesakitan disini masih tinggi. Tingginya angka kesakitan ini diperburuk oleh kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat kita belum terpenuhi kebutuhan kesehatannya. Pada saat ini lebih dari separuh penduduk 30% termiskin belum mendapatkan pelayanan kesehatan modern pada waktu mereka menderita penyakit akut (Thabrany, 1995). Padahal pada kelompok 30% terkaya dan pada kelompok yang mempunyai jaminan kesehatan hampir seluruh kebutuhan kesehatan penduduk tersebut dapat terpenuhi. Gambar-1 menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan penduduk yang tidak memiliki jaminan kesehatan (85% penduduk) semakin tinggi akses (jumlah penduduk yang mendapat pengobatan modern). Ketimpangan ini hampir tidak terjadi pada golongan yang mempunyai asuransi kesehatan (pegawai negeri dan pensiunan pegawai pemerintah). Puskesmas dan rumah sakit umum kita hanya bisa menjangkau sepertiga dari kebutuhan pelayanan kesehatan rawat jalan masyarakat dari berbagai golongan penghasilan. Hal ini menunjukkan bahwa masih besarnya hambatan finansial (financial barrier) untuk mendapatkan pelayanan kesehatan modern, baik di puskesmas, dokter praktek, maupun di rumah sakit. Artinya pelayanan kesehatan yang tersedia di Indonesia masih terlalu mahal untuk banyak orang. 8
9 Gambar 1: Hubungan antara akses pelayanan kesehatan modern dengan status kesehatan dan pendapatan keluarga. Mengeluh sakit Sakit serius Berobat Berobat di PKM/RSU Sakit/berobat per 1000 orang Sakit serius tak berobat Golongan penghasilan (desil) Sumber: Thabrany, H. Disertasi, Informasi lain dari survei kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukkan bahwa sekitar 60% ibu hamil menderita anemia (kurang darah) (Depkes, 1996). Darah sang ibu tidak mampu membawa zat gizi esensial ke tubuh janin yang ada di dalam rahimnya dengan akibat pertumbuhan otak sang bayi menjadi tidak sempurna. Padahal pertumbuhan otak yang sempurna mutlak diperlukan untuk mencapai tingkat kecerdasan tertentu dan tingkat kecerdasan ini nantinya amat diperlukan untuk produktifitas yang tinggi. Dengan krisis yang menyebabkan harga pangan bergizi baik dan obatobatan menjadi lebih mahal, maka jumlah ibu hamil yang anemik dan jumlah bayi yang dilahirkan dengan pertumbuhan otak yang tidak sempurna akan semakin banyak. Karena otaknya tidak cukup baik dan potensi kecerdasan menjadi rendah, jika kelak ekonomi kita baik dan anak mendapatkan gizi yang baik, maka gizi tersebut tidak bisa digunakan untuk pertumbuhan otak lagi. Anak tersebut jika mendapat gizi baik, hanya akan tumbuh fisiknya (otot dan tulangnya kuat, tetapi otaknya lemah). Padahal generasi masa depan bukanlah generasi otot melainkan generasi otak. Kelak kita memiliki lebih 9
10 banyak generasi yang kuat ototnya tetapi lemah otaknya, generasi yang disebut lost generation. Generasi yang kehilangan potensi bersaingnya di era kesejagatan. Selain itu, lebih dari 60% tenaga kerja kita saat ini juga menderita kekurangan darah yang amat penting untuk daya tahan tubuhnya dan stamina kerjanya. Sehingga tidak heran jika kini produktifitas tenaga kerja kita tidak memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan tenaga kerja asing. Meskipun tuntutan gaji mereka rendah, yang sering malah dibanggakan beberapa pejabat kita, tetapi jika produktifitasnya juga rendah, apa artinya? Pengusaha akan lebih senang mengambil tenaga kerja dari negeri jiran yang sedikit lebih mahal tetapi hasilnya lebih menguntungkan. Bahan makanan bergizi baik yang tidak terjangkau kebanyakan masyarakat menimbulkan insiden penyakit yang lebih tinggi. Kondisi tersebut diperburuk karena pada waktu sakit sebagian besar mereka tidak mampu mendapatkan pengobatan yang memadai karena harganya yang relatif mahal. Mahalnya biaya kesehatan kita disebabkan karena tingginya ketergantungan kita kepada luar negeri dan tidak efisiennya sistem pelayanan. Hampir 100% obat modern harus diimpor dan diproses dalam sistem kefarmasian yang tidak efisien. Kita baru mampu membuat kapsul kosong yang diproduksi dalam negeri. Bahkan blister atau pembungkus obatpun, kabarnya, masih harus dibeli dari luar negeri. Ketergantungan ini menyebabkan belanja obat modern kita yang pada tahun 1997 berjumlah Rp 4,2 triliun mempunyai dampak terhadap status kesehatan yang tidak terlalu besar. Jika saja harga obat bisa lebih murah, mungkin jumlah hari hilang penduduk kita dapat dikurangi. Semakin banyak penduduk yang tidak mempunyai jaminan kesehatan yang mampu mendapatkan pengobatan. India dan Cina yang mempunyai pendapatan per kapita yang lebih kecil sudah mampu memproduksi bahan baku obat, dimana banyak perusahaan farmasi kita membeli kesana. Padahal negeri tropik ini merupakan sumber tanaman obat yang luar biasa besarnya. Kini mungkin ratusan peneliti luar negeri diam-diam memurnikan bahan obat dari tumbuhan tropik kita untuk nantinya dijual sebagai obat paten kepada kita, pemilik asli obat tersebut. Alat dan bahan medis lain masih belum mampu kita produksi di dalam negeri atau mungkin memang kita tidak mau memproduksinya di dalam negeri. Sangat mengherankan bahwa kita belum 10
11 mampu memproduksi jarum suntik dan berbagai keperluan tindakan medis atau pemeriksaan laboratorium lain. Sehingga dalam krisis ekonomi sekarang ini terdengar berita banyak puskesmas menggunakan ulang jarum suntik sekali pakai (disposible). 11
Perlu Tekad Baja Untuk Jaminan Sosial
Perlu Tekad Baja Untuk Jaminan Sosial Hasbullah Thabrany 1 Belum lama ini terjadi kerusuhan akibat terlalu Amendemen keempat besarnya minat menjadi pegawai negeri di Departemen UUD 45 telah Keuangan. Dari
Lebih terperinciRumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah
Rumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah Hasbullah Thabrany 1 Jika kita memperhatikan prilaku masyarakat Indonesia, maka terdapat dua perbedaan sikap yang sangat menyolok terhadap dua jenis institusi sosial
Lebih terperinciKOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN. Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN. Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1
KOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1 Prolog Beberapa tahun lalu seorang ibu mengalami kecelakaan di Lampung, namun sesampainya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mempertimbangkan perlunya reformasi penting dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. Asuransi kesehatan
Lebih terperinciekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 Kelas X ekonomi PELAKU KEGIATAN EKONOMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan rumah tangga keluarga, rumah tangga produsen, rumah tangga pemerintah,
Lebih terperinciJAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN
JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN Oleh: HENNI DJUHAENI SEMINAR JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG Januari 2007 1
Lebih terperinciKebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN
Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN dr. Sigit Priohutomo, MPH KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL (DJSN) Jakarta, 8 April 2017 1 Mengenal DJSN UU 40 Tahun 2004 tentang SJSN Untuk penyelenggaraan SJSN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat
Lebih terperinciBELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)
BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBN) 1. Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan
Lebih terperinciBAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS
BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai
Lebih terperinciBAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS
BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,
Lebih terperinciHak Pelayanan Kesehatan dan Forced to Pay
Hak Pelayanan Kesehatan dan Forced to Pay Hasbullah Thabrany Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Beberapa tahun lalu seorang ibu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit kronik endokrin dengan jumlah penderita yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah penderita Diabetes Melitus (DM)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumberdaya manusia adalah gizi yang seimbang. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator keberhasilan pembangunan, ditopang oleh tiga sektor penting,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang saat ini dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, ditopang oleh tiga sektor penting, yakni pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah memberikan dana pelayanan kesehatan, yang secara implisit merupakan pemahaman pemerintah atas tanggung jawab kepentingan umum. Sebagai negara berkembang,
Lebih terperinciKEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak
KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT UMUM R.A.
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT UMUM R.A. KARTINI JEPARA TAHUN 2006 TESIS Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, baik oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam
Lebih terperinciAntiremed Kelas 10 Ekonomi
Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi adalah masalah kesehatan yang penanggulangannya tidak hanya dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu 2.1.1 Definisi ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeratif yang menjadi perhatian utama dalam kesehatan secara global. Secara umum DM merupakan salah satu penyumbang beban
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda.
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEGIATAN JASA RAWAT INAP DI RSU TIDAR MAGELANG
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEGIATAN JASA RAWAT INAP DI RSU TIDAR MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Salah satu tugas utama negara adalah memberi pelayanan kepada masyarakat baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuju Indonesia Sehat 2010 adalah merupakan visi dari Departemen Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju Indonesia Sehat 2010,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini Indonesia masih mengalami kelangkaan jumlah tenaga dokter spesialis. Hal ini terlihat dari hasil registrasi nasional yang dilakukan oleh Konsil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendanaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu sistem kesehatan di berbagai negara. Meskipun masih terdapat pro-kontra, laporan WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN
BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
Lebih terperinciPanduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik
Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia November 2008 Pendahuluan Muktamar IDI XXVI di Semarang tahun 2006 telah menetapkan untuk membangun Sistem Pelayanan Kedokteran
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciJaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM) : Strategi Aksesitas Pelayanan Kesehatan Di Masa Depan. Henni Djuhaeni
1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM) : Strategi Aksesitas Pelayanan Kesehatan Di Masa Depan Henni Djuhaeni I. PENDAHULUAN Pada tahun 1999, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada mulanya rumah sakit di Indonesia banyak didirikan dengan tujuan sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada mulanya rumah sakit di Indonesia banyak didirikan dengan tujuan sosial tanpa terlalu mempertimbangkan segi ekonominya. Pada masa itu kebanyakan rumah sakit mendapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan
Lebih terperinciBAB 9 PROGRAM UNTUK ORANG MISKIN. By Bambang Suprayitno, S.E.
BAB 9 PROGRAM UNTUK ORANG MISKIN By Bambang Suprayitno, S.E. 1 Pengurangan Pajak Pada dasarnya ketika pajak dikurangi maka beban akan berkurang dan sebaliknya kemampuan akan bertambah. Program ini diperlukan
Lebih terperinciANALISIS BPJS KESEHATAN
ANALISIS BPJS KESEHATAN ANALISIS MENGENAI BPJS KESEHATAN Memiliki asuransi kesehatan mutlak perlunya. Karena tidak ada yang bisa memprediksi kapan jatuh sakit, seberapa parah kesakitan yang diderita, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Lebih terperinciKONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
KONDISI TERKINI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah dr. Anshayari Arsyad, M.Kes Palu, 11 September 2015 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan
Lebih terperinciBPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial
BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan Oleh: Novijan Janis Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial Email: janis912@gmail.com Pendahuluan Pemerintah telah mencanangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada Tahun 2000 strategi global kesehatan untuk semua dari World Health Organization (WHO) menekankan bahwa kesehatan adalah hak manusia, yang mengandung arti bahwa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
146 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari data survey baik dan IFLS 2000 dan 2007 serta SUSENAS 2009 dan 2010 dapat disimpulkan bahwa terdapat kemajuan dalam pembangunan kesehatan dari tahun ke
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan suatu bangsa sangat bergantung pada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada bagaimana suatu daerah dapat meningkatkan pengelolaan serta hasil produksi atau output dari sumber dayanya disetiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu contoh sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal bagi masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu perusahaan tentunya tidak terlepas dari aset yang dimiliki. Salah satu aset penting perusahaan adalah sumber daya manusia atau karyawan. Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state, sejarah sebuah Negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang
Lebih terperinciErnawaty dan Tim AKK FKM UA
Ernawaty dan Tim AKK FKM UA Fokus Analisis (Review) Materi Laporan Perkembangan Persiapan Operasionalisasi BPJS Kesehatan yang telah disiapkan oleh Pokja BPJS Kesehatan Kemenkes RI Pendekatan normatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membawa dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut menimpa tidak hanya sektor privat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai
Lebih terperinciFGD Pengawasan BPJS, Otoritas Jasa Keuangan, Yogyakarta, 22 Februari Kompleksitas Pengawasan BPJS
FGD Pengawasan BPJS, Otoritas Jasa Keuangan, Yogyakarta, 22 Februari 2014 Kompleksitas Pengawasan BPJS Posisi Indonesia Dibanding Negara Lain Indonesia Negara Maju Kapitalis Negara Maju Sosialis Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit, merupakan suatu unit atau bagian yang menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendekatan pelayanan kesehatan yang digunakan pada abad ke-21, mengacu kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki
Lebih terperinciLaksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN
14 Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN Negara Belanja kesehatan terhadap % PDB Belanja kesehatan pemerintah terhadap % total belanja kesehatan Malaysia 4,3 44,1 Thailand 4,1 74,3 Filipina
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN PADA RUMAH SAKIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri beras merupakan kebutuhan pokok paling penting dimasyarakat Indonesia. Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis masih merupakan masalah utama baik di Indonesia maupun di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3 juta kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pertama dari Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) berdasarkan kesepakatan 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai September
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi
1 PERBEDAAN PENGETAHUAN SISWA SEBELUM DAN SESUDAH DI BERI PENYULUHAN TENTANG GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SELO, KECAMATAN SELO, KABUPATEN BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciSkenario RS menghadapi era
Skenario RS menghadapi era BPJS: dalam konteks spesialis dan kebijakan industri Laksono Trisnantoro Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM Ob servasi 15 tahun terakhir: Masyarakat miskin yang dulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia. Prevalensi PJPD di 13 Negara Eropa yaitu Australia (laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu negara memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya seminimal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan
Lebih terperinci