BAB III PEMIKIRAN DANAH ZOHAR DAN IAN MARSHALL TENTANG KECERDASAN SPIRITUAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMIKIRAN DANAH ZOHAR DAN IAN MARSHALL TENTANG KECERDASAN SPIRITUAL"

Transkripsi

1 BAB III PEMIKIRAN DANAH ZOHAR DAN IAN MARSHALL TENTANG KECERDASAN SPIRITUAL A. Riwayat Hidup Danah Zohar dan Ian Marshall serta Karya-karyanya Danah Zohar dan Ian Marshall adalah pasangan suami istri yang aktif menulis buku dan memandu lokakarya internasional. Mereka sekarang tinggal di Oxford, Inggris bersama kedua anaknya. Danah Zohar sendiri dilahirkan dan mengenyam pendidikan di Amerika. Zohar adalah seorang fisikawan, filosof dan eduaktor management yang sering menjadi pembicara di konferensi internasional mengenai bisnis, pendidikan dan kepemimpinan. Zohar juga telah mengadakan in-house presentation di banyak organisasi seperti Volvo, Shell, British Telecom, Motorola, Philips, Skondia Insurance, UNESCO, The Young President's Organization, dan The European Cultural Foundation. Semasa mudanya Zohar mengidolakan para pemimpin negerinya yang selalu membicarakan cita-cita dan nilai-nilai. Mereka adalah John F. Kennedy, Martin Lutter King dan Bobby Kennedy. Keluarga Zohar merupakan keluarga kelas menengah yang mapan. Sejak masih muda dia sudah bergelut dengan pencarian makna, jalan hidup dan visi yang dapat meletakkan perbuatan yang dia jalani ke dalam kerangka makna yang lebih luas. Gelar B.Sc Physics dan Philosophy diperolehnya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada tahun Kemudian dia menyelesaikan karya doktoralnya di Harvard University dalam bidang psikologi dan teologi dari tahun 1966 sampai Zohar belajar lagi Hebrew University, Yerusalem pada tahun 1969 sampai Sekarang Zohar menjadi anggota dari Cranfield School of Management. Dia juga mengajar di Oxford Strategic Leadership Programme di Oxford University. Saat ini Zohar menjadi dosen yang terpandang di dunia. 34

2 35 Dr. Ian Marshall adalah seorang psikiater dan psikoterapis yang berorientasi jungian. 1 Dia meraih gelarnya dalam bidang psikologi dan filsafat di Oxford University lalu mengambil gelar medisnya di University of London. Marshall adalah psikiater, psikoterapis dan penulis beberapa makalah akademis mengenai sifat pikiran. Sehari-harinya Marshall bekerja sebagai seorang konselor. Danah Zohar dan Ian Marshall secara berpasangan ataupun sendirian telah menerbitkan buku-buku dan karya-karya ilmiah lainnya. Diantaranya : 1. SQ : Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence (London : Blommsbury, 2000) diterjemahkan oleh Mizan dengan judul SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Dalam buku ini diuraikan tentang kecerdasan jenis ketiga yang dimiliki oleh manusia yaitu kecerdasan spiritual (SQ). Melalui data-data ilmiah dibuktikan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan internal bawaan otak. Sejak lahir manusia memiliki potensi untuk cerdas secara spiritual karena melalui kerja syarafsyaraf yang ada di otak, manusia memiliki kemampuan untuk memiliki kesadaran akan siapa dirinya, kesadaran akan nilai, makna hidup, dan tujuan terdalam dalam kehidupan. 2. Spiritual Capital : Wealth We can Live by Using Our Rational, Emotional and Spiritual Intelligence to Transform Ourselves and Corporate Culture (London : Blommsbury, 2004) diterjemahkan oleh Mizan dengan judul Spiritual Capital, Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis. Buku ini menunjukkan bagaimana SQ (kecerdasan spiritual) diberi tempat didalam dunia bisnis. Bisnis dengan SQ tetap berorientasi profit, tapi bukan hanya 1 Suatu paham yang mengikuti pemikiran Carl Gustav Jung. Jung adalah salah satu dari murid Sigmund Freud yang kecewa terhadap pandangan gurunya yang hanya memberi penekanan secara berlebihan pada seksualitas. Carl Jung mengajukan teorinya mengenai ketidaksadaran kolektif (collective unconscious). Menurutnya ketaksadaran tidak hanya terdiri atas komponen instingtual, tetapi juga spiritual. Jiwa tidak hanya mengandung the personal unconscious tetapi juga the collective unconscious, simpanan pengalaman yang dihimpun oleh nenek moyang kita selama jutaan tahun, "sejarah tak tertulis" dari kemanusiaan sepanjang masa. Lihat Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung : Mizan, 2001), hlm. xix

3 36 bagi diri sendiri, melainkan bagi seluruh stakeholder : karyawan, pemilik, mitra kerja, keluarga, masyarakat, bahkan alam dan seluruh kehidupan di bumi. 3. The Quantum Self: Human Nature and Consciousness Defined by the Nezu Physics (London : William Morrow, N.Y Bloomsbury & Harper Collins, 1990). 4. The Quantum Society : Mind, Physics & A New Social Vision (London ; William Morrow, N.Y Bloomsbury & Harper Collins, 1993). Buku ini merupakan rangkaian dari buku The Quantum Self. Kedua buku ini menjadi best seller. Dalam buku ini diuraikan tentang bahasa dan prinsip quantum fisika kedalam sebuah pemahaman baru tentang kesadaran manusia, psikologi dan organisasi sosial. 5. Who's Afraid of Schrodinger's Cat? A Dictionary of the New Scientific Ideas (London : William Morrow, N.Y Bloomsbury, 1997). 6. Rewiring the Corporate Brain : Using the New Science to Rethink How We Structure and Lead Organizations (San Francisco : Berrett Koehler, 1997). 7. Up My Mother's Flgpole (A Humorous Autobiography) (England : Stein and Day, N.Y. Penguin, 1974). 8. Through the Time Barrier (London : William Heineman, 1982). 2 B. Konsep Kecerdasan Spiritual Sejak awal abad ke-20 kecerdasan manusia diidentikkan dengan IQ (intelligence quotient). Kecerdasan ini merupakan hasil pengorganisasian syaraf yang memungkinkan manusia berfikir logis, rasional dan taat asas. Selama ratusan tahun orang mengukur kecerdasan manusia hanya dengan kadar intelektualnya, jadi semakin tinggi IQ seseorang, maka semakin tinggi pula kecerdasannya. Barulah pada pertengahan tahun 1990-an, Daniel Goleman mempopulerkan penelitian dari para neurolog dan psikolog yang 2 Riwayat hidup Danah Zohar dan Ian Marshall dapat dijumpai dihampir semua bukubuku karyanya diantaranya : SQ : Spiritual Intellegence (London : Bloomsbury, 2000), Spiritual Capital (London : Bloomsbury, 2004), The Quantum Self, (London : William Morrow, N.Y Bloomsbury & Harper Collins, 1990). Juga dapat dijumpai di web-site :

4 37 menunjukkan bahwa kecerdasan emosional (EQ) sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual. Kecerdasan ini membuat kita mampu berfikir asosiatif dan mengenali pola-pola emosi, termasuk memahami dan memiliki kepekaan emosi. Emosi merupakan faktor penting dalam kecerdasan manusia. Jika emosi kita sehat dan matang serta tidak ada kerusakan pada bagian otak yang terkait, maka kita dapat menggunakan beberapa IQ yang kita miliki secara lebih efektif. EQ memberi kita rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan dan kegembiraan secara tepat, sehingga dalam situasi apapun kita dapat bersikap dengan tepat. EQ merupakan prasyarat yang harus kita miliki agar bisa mengoptimalkan IQ. Menjelang akhir tahun 1990-an riset neurologis menunjukkan secara ilmiah bahwa otak memiliki jenis kecerdasan yang ketiga. Jenis kecerdasan inilah yang kita gunakan untuk mengakses makna yang terdalam, nilai-nilai fundamental dan kesadaran akan adanya tujuan abadi dalam hidup kita. Kecerdasan ketiga ini dipopulerkan oleh pasangan suami isteri Danah Zohar dan Ian Marshall, keduanya telah lama menyelidiki tentang kecerdasan yang ketiga ini, yang mereka sebut sebagai spiritual quotient (SQ) yaitu kecerdasan spiritual. Menurut mereka spiritual quotient adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. 3 Lebih lanjut dikatakan bahwa SQ adalah landasan yang diperlukan untuk menfungsikan IQ dan SQ secara efektif. Bahkan menurut mereka SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita (the ultimate intelligence). 4 Jadi SQ memungkinkan seseorang berfikir secara kreatif, berwawasan jauh kedepan dan mampu membuat bahkan mengubah aturan. Pendek kata, jika kita menginginkan IQ dan EQ seseorang berkembang optimal maka kita mulai dengan mengasah kecerdasan spiritualnya. Pada dasarnya kita, manusia adalah makhluk spiritual, karena dalam hidup kita selalu terdorong oleh kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan- 3 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung : Mizan, 2001), hlm Ibid.

5 38 pertanyaan mendasar atau pokok. Misalnya mengapa saya dilahirkan? Apa makna hidup saya? Buat apa saya melanjutkan hidup saat saya lelah, depresi atau saat merasa kalah? Apakah yang dapat membuat semua itu berharga? Sebenarnya dalam hidup, kita diarahkan, bahkan ditentukan oleh suatu kerinduan yang sangat manusiawi untuk menemukan makna dan nilai dari apa yang kita perbuat dan alami. Kita merasakan suatu kerinduan untuk melihat hidup kita dalam konteks yang lebih lapang dan bermakna, baik dalam keluarga, masyarakat, karier, agama maupun alam semesta itu sendiri. Kebutuhan akan makna inilah yang melahirkan imajinasi simbolis, evolusi bahasa dan pertumbuhan otak manusia yang sangat pesat. Istilah spiritual yang digunakan oleh Zohar dan Marshall tidak berhubungan dengan agama atau sistem keyakinan yang terorganisasi lainnya. Istilah spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritualitas di sini dipandang sebagai peningkatan kualitas kehidupan di dunia, alih-alih sebagi penitikberatan ala pendeta pada nilai-nilai akhirati. Bagi umat manusia hal yang memberinya kehidupan, bahkan yang juga memberinya definisi yang unuk adalah kebutuhan kita untuk menempatkan upaya kita dalam satu kerangka makna dan tujuan yang lebih luas. Yang spiritual dalam diri manusia membuat kita bertanya mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan dan membuat kita mencari cara-cara bertindak yang secar fundamental lebih baik. Unsur ini membuat kita ingin agar hidup dan upaya kita menciptakan perubahan di dunia. 5 IQ dan EQ secara terpisah atau bersama-sama tidak cukup untuk menjelaskan keseluruhan kompleksitas kecerdasan manusia dan juga kekayaan jiwa serta imajinasinya, karena mereka bekerja didalam batasan, berbeda dengan SQ yang memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi. Perbedaan penting antara SQ dan EQ terletak pada daya ubahnya. Dijelaskan oleh D. Goleman sebagaimana dikutip oleh Zohar dan 5 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Capital, Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis, (Bandung : PT Mizan Pustaka, 2005), hlm. 136.

6 39 Marshall bahwa kecerdasan emosional memungkinkan kita untuk memutuskan dalam situasi apa kita berada lalu bersikap secara tepat dalam situasi tersebut. Hal ini berarti kita bekerja didalam batasan situasi, dan membiarkan situasi tersebut mengarahkan kita. Akan tetapi kecerdasan spiritual memungkinkan kita bertanya apakah kita memang ingin berada pada situasi tersebut, ataukah kita lebih suka mengubah situasi tersebut atau memperbaikinya. Ini berarti diri kita bekerja dengan batasan situasi kita, yang memungkinkan kita untuk mengarahkan situasi itu. Lebih lanjut Menurut Zohar dan Marshall, SQ mengintegrasikan semua kecerdasan manusia. SQ menjadikan manusia makhluk yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual, tetapi merupakan hal yang mungkin ketiga kecerdasan tersebut (IQ, EQ, dan SQ) berfungsi secara terpisah karena ketiga memilikinya wilayah kekuatan masing-masing. 6 Untuk memahami IQ, EQ dan SQ secara utuh, kita harus memahami sistem-sistem berfikir yang ada dan pengorganisasian syaraf masing-masing, yang semua itu berpusat di otak. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak memproduksi pikiran sadar yang menakjubkan yaitu kesadaran akan diri dan lingkungan, serta kemampuan untuk melakukan pilihan bebas dalam kehidupan. Otak juga menghasilkan dan menstruktur pemikiran kita, memungkinkan kita punya perasaan, dan menjembatani kehidupan spiritual, memberikan kesadaran akan makna, nilai dan konteks yang sesuai untuk memahami pengalaman. Otak memberi kita kemampuan dalam peradaban, persentuhan, penglihatan, penciuman, dan berbahasa. Ia merupakan tempat penyimpanan memori kita. Ia pengendalian detak jantung, laju produksi keringat, laju pernapasan dan berbagai fungsi lain. Otak menjadi jembatan antara kehidupan batin dan dunia lahiriah kita, ia mampu menjalankan semua itu karena bersifat kompleks, luwes, adaptif dan mampu mengorganisasi diri. 7 Sejalan dengan pendapat di atas Taufiq Pasaik mengemukakan bahwa otak adalah satu-satunya bagian 6 Ibid., hlm Ibid., hlm. 36

7 40 tubuh yang paling berkembang dan secara otomatis dapat mempelajari dirinya sendiri. Menurutnya ada dua alasan mengapa otak merupakan organ yang paling penting yaitu, pertama secara biologis ia adalah pusat bagi semua aktivitas tubuh baik itu kegiatan sadar maupun tidak sadar. Ia layaknya CPU (Central Processing Unit) dalam sebuah sistem komputer. Kedua, secara simbolis ia diposisikan pada bagian tubuh teratas dan menempati posisi paling tinggi dari semua organ tubuh. Ia disimpan dalam batok kepala yang berlapislapis dan sangat kuat, juga direndam dalam cairan (cerebrospinalis) 8 yang diproduksinya sendiri yang membuatnya tahan gempa dan goyangan. 9 Lapisan luar otak manusia adalah neo-cortex, dan lapisan ini hanya dimiliki oleh manusia, tidak dimiliki oleh makhluk lain. Otak neo-cortex manusia mampu berhitung, belajar aljabar, mengoperasikan komputer, mempelajari bahasa Inggris, memahami rumus-rumus fisika, melakukan perhitungan angka-angka yang rumit sekalipun. Dengan mempergunakan otak neo-cortex, manusia mampu menciptakan pesawat terbang hingga bom nuklir. Melalui penggunaan otak neo-cortex ini maka lahirlah IQ, kemampuan intelektual. Hal ini berkaitan dengan kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika, IQ mampu bekerja pengukur kecepatan, mengukur hal-hal baru, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif serta berperan aktif dalam menghitung angka dan lain-lain. 10 Kemampuan intelektual didorong oleh kemampuan otak untuk berfikir seri. Berfikir atau berproses jenis ini membutuhkan jaringan titik ke titik secara akurat. Keunggulan berfikir seri adalah tepat dan dapat dipercaya. Akan tetapi jenis pemikiran yang melandasi Sains Newtonian ini bersifat linier dan deterministik, jika A pasti B, karena itu jenis pemikiran ini tidak membuka kemungkinan terjadinya nuansa dan ambiguitas. Ia selalu dalam 8 Merupakan suatu cairan tubuh yang mengisi ventrikel (rongga otak) dan canalis centralis (saluran dalam sumsum punggung). Lihat Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1999), hlm Taufiq Pasaik, Revolusi IQ/EQ/SQ : Antara Neurosains dan Al-Qur'an, (Bandung : Mizan Pustaka, 2003), cet. 3, hlm Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, (Jakarta : Arga, 2004), cet. 5, hlm. 60.

8 41 satu keadaan on atau off, ini atau itu. 11 Menurut James Carse sebagaimana dikutip oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, pemikiran seri adalah finite game (permainan terbatas). Ia hanya bekerja didalam batas-batas yang telah ditentukan. Pemikiran ini tidak berguna ketika kita ingin menggali wawasan baru atau berurusan dengan hal-hal tak terduga. 12 Lapisan otak lebih dalam dari neo-cortex adalah lymbic system (lapisan tengah), lapisan ini terdiri dari talamus, amigdala, hippocampus, hipotalamus, nucleus kaudatus, putamen. Pada otak tengah ini terletak pengendali emosi dan perasaan kita, kecerdasan ini telah dianalisa dengan baik oleh Daniel Goleman dalam bukunya "Emotional Intelligence" atau lebih dikenal dengan sebutan EQ. 13 Jenis pemikiran yang melandasi kecerdasan ini adalah model berfikir asosiatif struktur otak yang digunakan untuk berfikir asosiatif dikenal dengan sebutan jaringan syarat (neural network). Berbeda dengan jalur syarat (neural tract) yang membangun pola berfikir seri dengan sifatnya yang pasti, taat aturan, setiap neuron dalam jaringan syarat (neural network) bertindak dan menerima tindakan dari neuron-neuron yang lain secara simultan. Jaringan ini mampu mengembangkan dirinya sendiri melalui interaksinya dengan pengalaman. Ia dapat mempelajari cara-cara baru melalui pengalaman yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ia juga merupakan jenis pemikiran yang dapat mengenali nuansa dan ambiguitas. Selain kedua jenis pemikiran di atas, manusia memiliki jenis pemikiran ketiga yang bersifat kreatif dan intuitif. Dengannya kita memahami akan kesatuan (keutuhan) dalam menangkap suatu situasi atau dalam melakukan reaksi terhadapnya. Pemahaman ini pada dasarnya bersifat holistik atau kemampuan untuk menangkap seluruh konteks yang mengaitkan antar unsur yang terlibat. Kita mempelajari bahasa menggunakan sistem berfikir seri dan asosiatif, tetapi menciptakan bahasa adalah tugas sistem berfikir jenis ketiga. Jenis berfikir ketiga yang dimiliki oleh manusia ini dikenal dengan sebutan jenis berfikir menyatukan (unitive thinking). Kemampuan ini merupakan ciri 11 Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., hlm Ibid. 13 Ary Ginanjar Agustian, op.cit., hlm. 61

9 42 utama kesadaran dan merupakan kunci dalam memahami argumen neurologis dari SQ. 14 Dari uraian di atas terlihat bahwa kecerdasan emosi bukanlah sebuah kecerdasan statis, dia dapat tumbuh dan berkembang seumur hidup dengan belajar. Cerdas tidaknya emosi seseorang sangat tergantung pada proses pembelajaran, pengasahan dan pelatihan yang dilakukan sepanjang hayat. Berbeda dengan IQ yang bersifat tetap, artinya seseorang yang memiliki IQ rendah tidak dapat direkayasa untuk menjadi seorang yang jenius. Untuk bisa hidup sukses dan bahagia seseorang tidak cukup hanya memiliki IQ dan EQ. masih ada nilai-nilai lain yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya, yaitu kecerdasan spiritual. Artinya, IQ memang penting kehadirannya dalam kehidupan manusia, yaitu agar manusia bisa memanfaatkan teknologi demi efisiensi dan efektivitas. Juga peran EQ yang memegang begitu penting dalam membangun hubungan antar manusia yang efektif sekaligus perannya dalam meningkatkan kinerja seseorang. Namun tanpa SQ yang mengajarkan nilainilai kebenaran, maka keberhasilan itu hanya akan menghasilkan Hitler-hitler baru atau Fir'aun-fir'aun kecil di muka bumi. Secara garis besar, ketiga kecerdasan dasar manusia menurut Danah Zohar dan Ian Marshall akan disajikan dalam bagan berikut ini. 15 Aspek IQ EQ SQ Struktur Jalur syaraf Jaringan syaraf Osilasi 40 Hz Cara berfikir Serial Asosiatif Unitif Tipe berfikir Rasional Emosional Spiritual Sifat Otomatis, kaku Fleksibel Dapat berubah Kelebihan/kekurangan Akurat, tepat, Tidak akurat, Sangat akurat dapat dipercaya fleksibel Dasar filosofis Newtonian Humanisme Filosofi ketimuran berkesadaran 14 Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., hlm Taufik Pasiak, op.cit., hlm 136

10 43 Proses belajar Tidak bisa Dapat belajar Dapat belajar belajar Proses psikologi Prapersonal Personal Transpersonal Kecerdasan spiritual atau SQ adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hal-hal transenden, hal-hal yang tak terbatas. Ia melampaui kekinian dan pengalaman manusia. Ia adalah bagian terdalam dan terpenting dari manusia. Dalam sains, terutama neuroanatomi dan neurokimia membuktikan bahwa SQ berbasis pada otak manusia. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall ada beberapa bukti ilmiah yang membuktikan keberadaan SQ dalam diri manusia yaitu : 1. Osilasi 40 Hz Otak manusia tidak sekedar massa sel syaraf material. Karena, seperti sel-sel jantung yang mengandung muatan listrik, sel-sel otak juga bermuatan listrik. Komunikasi antar sel syaraf melalui ujung-ujung selnya, terjadi karena ada pelepasan muatan listrik. Getaran syaraf karena tersentuh muatan listrik dari ujung satu ujung sel syaraf itu dapat direkam. Berbagai riset tentang sifat dan fungsi osilasi 40 Hz di seluruh bagian otak telah dilakukan oleh Rodolfo L Linas dan kolega-koleganya di fakultas kedokteran Universitas New York. Penelitian L linas ini diilhami oleh semangat untuk memahami persoalan hubungan antara pikiran dan tubuh (mind body problem). Dengan menggunakan alat MEG 16 (magneto encephalography) L Linas menunjukkan bahwa osilasi 40 Hz dijumpai di seluruh bagian otak dalam berbagai sistem dan tingkatan. 17 Gelombang atau isolasi 40 Hz terjadi ketika otak, tanpa pengaruh rangsangan inderawi 16 Merupakan versi perbaikan dari EEG. EEG sendiri adalah suatu alat atau teknik untuk mengukur atau merekam aktifitas listrik kulit otak, pada sebuah tengkorak yang utuh. Dasar pemeriksaan ini adalah adanya aliran listrik pada permukaan otak (kulit otak). Pengaliran listrik ini berbeda-beda pada setiap waktu tergantung pada aktifitas si pemilik otak. Perubahan itulah yang direkam oleh alat ini dalam bentuk kertas esefalogram. Gelombang-gelombang yang berupa garisgaris tidak lurus melukiskan frekuensi gelombang per detik. Jadilah gelombang delta, teta, alfa, dan beta. Dalam Taufik Pasiak, op.cit., hlm Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., hlm. 65

11 44 sama sekali berinteraksi secara seragam. Reaksi ini dapat terjadi karena ada hubungan langsung antara talamus 18 dan kulit otak yang tidak dipicu oleh rangsangan indra. Artinya, hubungan talamus dan kulit otak berlangsung secara intrinsik diantara mereka sendiri. Hubungan intrinsik ini adalah basis dari kesadaran manusia. Menurut L Linas dan Pare sebagaimana dikutip oleh Danah Zohar dan Ian Marshall bahwa kesadaran bukanlah dampak ikutan dari input inderawi, melainkan ditimbulkan secara intrinsik dan diperkuat (atau dikontekskan) oleh input inderawi. Pendeknya, otak memang diciptakan sebagai alat bantu berfikir yang berfungsi secara sadar dan dirancang untuk memiliki dimensi transenden. 19 Lebih lanjut Zohar mengatakan bahwa kesadaran hadir bersama otak karena sel-sel syarat memiliki proto kesadaran atau kesadaran awal manusia yang bersifat abadi. Proto kesadaran dalam kombinasi tertentu dapat menghasilkan kesadaran dan osilasi 40 Hz merupakan faktor yang diperlukan untuk mengkombinasikan keping-keping proto kesadaran menjadi kesadaran. Kesadaran kita ini merupakan salah satu unsur penting dalam kecerdasan spiritual The Binding Problem Riset neurolog Austria, Wolf Singer pada tahun 1990-an tentang problem ikatan (the binding problem) menunjukkan bahwa ada proses syarat dalam otak manusia yang berkonsentrasi pada usaha mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup kita. Secara fisik otak terdiri atas sejumlah sistem pakar yang berdiri sendiri, ada yang memproses warna, suara, gerak dan sebagainya. Tetapi ketika kita memandang misalnya ruang kerja kita, maka semua sistem pakar yang ada mengirimkan jutaan item data, sehingga kita dapat menangkap 18 Talamus berasal dari kata Yunani, thalamos yang berarti kamar dalam. Talamus merupakan switchboardnya otak manusia. Seperti halnya switchboard pesawat telepon yang menyalurkan setiap pesan yang masuk, talamus bertanggung jawab untuk menyalurkan informasi yang masuk ke bagian-bagian penting otak. Lihat Rita Atkinson, Pengantar Psikologi, (Jakarta : Erlangga, 1983), hlm. 55. Lihat pula Taufik Pasiak, op.cit., hlm Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., hlm Ibid., hlm. 76

12 45 data yang berbeda-beda itu sebagai satu keutuhan. Inilah yang dikenal dengan problem ikatan (binding problem). Penelitian Singer tentang isolasi syarat penyatu memberi dasar pada kecerdasan spiritual (SQ) Bahasa manusia Neurolog dan antropolog biologi Harvard, Terrance Deacon mengemukakan bahwa bahasa yang pada hakekatnya adalah simbolik merupakan kekhasan manusia yang berkembang pada belahan frontallobe 22 otak manusia. Adanya frontal-lobe ini memungkinkan manusia untuk berimajinasi secara simbolik dan memungkinkan manusia berfikir tentang makna dan nilai. Dengan demikian frontal-lobe ini adalah landasan bagi keberadaan kecerdasan spiritual (SQ) kita Titik Tuhan (God Spot) Bukti ilmiah keempat tentang keberadaan SQ dalam diri manusia adalah penemuan seorang ahli syaraf pada tahun 1990 yaitu Michael Persinger, dia telah berhasil membuktikan tentang peningkatan aktivitas di daerah lobus temporal 24 ketika seseorang mengalami hal-hal yang bersifat spiritual. Hal ini diperkuat oleh V.S Ramachandran dan timnya menemukan lokus bagi spiritualitas dalam otak manusia, dia menemukan bagian otak yang bertanggung jawab terhadap respon-respon spiritual dan mistis manusia. Mereka menamai bagian lobus temporal yang berkaitan dengan religius atau spiritual itu sebagai "titik tuhan" (god spot) atau modul Tuhan (god module) Ibid., hlm Otak besar (cerebrum) dibagi menjadi empat bagian yaitu lobus frontal (di depan, dahi), lobus occipital (di belakang kepala), lobus temporal (di seputar telinga), dan lobus pariental (di puncak kepala). Lobus frontal bertanggung jawab untuk berfikir, perencanaan dan penyusunan konsep. Juga bertanggung jawab dalam pengaturan gerakan alat-alat bicara. Bagian ini berperan sangat penting untuk menatap masa depan. Dalam Taufik Pasiak, op.cit., hlm Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., hlm Bagian dari otak besar (cerebrum) yang bertanggung jawab atas persepsi suara dan bunyi. Melalui penelitian Vilyanur Ramachandran seorang dokter Amerika keturunan India bersama dengan timnya, ditemukan bahwa lobus temporal merupakan pusat respon-respon spiritual dan mistis manusia. Disinilah terjadinya pemaknaan dari apa yang didengar dan dicium. Mereka menyebutkan god spot. Taufik Pasiak, op.cit., hlm Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., hlm. 81

13 46 Lobus temporal berkaitan dengan sistem limbik, pusat emosi dan memori otak. Dua bagian penting dari sistem limbik adalah amigdala 26 yaitu struktur yang berada dibagian tengah dari area limbik. Yang kedua adalah hippocampus yang berperan penting untuk merekam pengalaman didalam memori. Penelitian Persinger sebagaimana dikutip oleh Danah Zohar dan Ian Marshall menunjukkan bahwa ketika pusat memori didalam otak dirangsang, terjadi peningkatan aktivitas di lobus temporal. Sebaliknya aktivitas lobus temporal akan menimbulkan pengaruh emosional yang kuat. Berkat peran hippocampus, pengalaman spiritual dibagian lobus temporal yang berlangsung beberapa detik saja dapat memiliki pengaruh emosional yang lama dan kuat disepanjang hidup pelakunya. Pengalaman ini dapat mengubah arah hidup (life-tranforming) pelakunya. 27 Adanya lobus temporal menurut Taufiq Pasiak mengingatkan sinyal al-qur'an perihal Nabi Ibrahim yang hanif, yang tidak menganut agama formal, namun memiliki religiusitas yang tinggi. 28 Jadi, salah satu titik temu kemanusiaan adalah religiusitas yang ada pada semua orang yang sudah terpatri (hard wired) dalam otak masing-masing. 29 Menurut Errich Fromm sebagaimana dikutip oleh Taufiq Pasiak, bahwa aktivitas khusus lobus temporal menjadi bukti bahwa religiusitas memang sudah menyatu dengan diri manusia. Manusia tidak bisa menghilangkan sifat religiusitasnya, walaupun dia tidak menganut agama formal (agama institusional) Amigdala merupakan salah satu struktur emosi otak yang penting. Struktur ini bertumpu pada batang otak dan bersama hippocampus merupakan asal dari kulit otak dalam evolusi perkembangan makhluk hidup. Ia sepenuhnya bertanggung jawab terhadap kegiatan emosi manusia. Amigdala memiliki spesialisasi di bidang penataan emosi. Lihat Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta : Gramedia, 1996), hlm Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., hlm Taufiq Pasiak, op.cit., hlm Ibid. 30 Ibid. hlm. 281.

14 47 Dari uraian di atas terlihat bahwa naluri ber-tuhan pada manusia tidak hanya bersifat konseptual normatif, tetapi juga teknis-konkret. Untuk mengenal Tuhan, manusia tidak hanya diberi software berupa ajaran-ajaran agama, tetapi juga hadware, dalam hal ini lobus temporal otak. Perangkat keras ketuhanan itu akan berfungsi secara lebih baik bila perangkat lunaknya juga dihidupkan. Dalam hal ini Danah Zohar dan Ian Marshall berpendapat bahwa, tingginya aktivitas "titik Tuhan" tidak dengan sendirinya menjamin SQ tinggi. Untuk mencapai SQ tinggi, seluruh bagian otak, seluruh aspek diri dan seluruh segi kehidupan harus diintegrasikan. Adanya "titik Tuhan" tidak lantas berarti bahwa Tuhan itu bertempat, karena dimensi tempat adalah terbatas, sementara Tuhan tidak terbatas dan berbatas. Tempat Tuhan lebih dimaksudkan sebagai jejak-jejak tuhan yang ada dalam tubuh manusia, seperti halnya kasus "melihat" Tuhan yang dialami oleh Dr. Michael Persinger, neuropsikolog dari Kanada ketika otaknya dipasangi kabel-kabel magnetik perekam aktivitas bagian-bagian otak. Walaupun Pesinger bukan seorang yang religius, tetapi dengan perangsangan magnetik pada lobus temporal-nya ia "melihat" Tuhan. Pesinger tentu tidak melihat Tuhan dalam pengertian objektif, bahwa Tuhan itu terindrai, tetapi adanya perasaan mistis yang dialaminya. C. Cara Meningkatkan dan Memanfaatkan SQ Kecenderungan besar yang terjadi pada zaman ini adalah banyaknya manusia yang tidak tahu lagi bagaimana seharusnya mengenali diri sendiri dan menjalani kehidupan di dunia ini secara benar dan lebih bermakna. Kita sedang mengalami krisis spiritual yang ditandai dengan hidup tak bermakna. Carl Gustav Jung menyebut krisis spiritual sebagai penyakit eksistensial (existential illness), dimana eksistensi diri kita mengalami penyakit alienasi (keterasingan diri), baik dari diri sendiri, lingkungan sosial, maupun

15 48 teralienasi dari Tuhannya. Kondisi psikologis seperti itu dirumuskan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall sebagai bentuk keterputusan diri, baik dari diri sendiri, dari orang lain di sekelilingnya, bahkan dari Tuhannya. 31 Dalam krisis spiritual seluruh makna dan nilai kehidupan kita jadi dipertanyakan. Kita mungkin menjadi tertekan atau depresi. Dalam keadaan seperti ini biasanya manusia memilih mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat sebagai tempat pelarian sementara. Krisis semacam ini menyakitkan, namun jika dihadapi dengan berani, yaitu dengan memberi kesempatan pada kita untuk mengingat hal-hal yang membuat kita menjadi seperti itu dan selanjutnya memperbaikinya serta mengubah diri kita akan bisa keluar dari krisis tersebut. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall ada tiga sebab yang membuat seseorang dapat terhambat secara spiritual yaitu: a. Dia tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama sekali. b. Telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak proposional atau dengan cara yang negatif atau destruktif. c. Pertentangan atau buruknya hubungan antara bagian-bagian. 32 Misalnya saja penderita schizophrenia mengalami gangguan karena tidak dapat mengintegrasikan dirinya dan dunianya. Pengalaman, emosi, dan persepsinya tampil diluar konteks. Artinya sebab pokoknya terletak pada rendahnya kecerdasan spiritual yang menyebabkan pasien schizophrenia tidak mampu menjalin hubungan dan memanfaatkan energi-energi dari pusat yang memberi daya hidup dan mengintegrasikan seluruh pengalaman hidupnya. Untuk menjadi cerdas secara spiritual, kita harus faham bahwa ada banyak cara atau jalan yang bisa kita tempuh, dan dari semua tersebut tidak ada jalan yang paling baik, semua sah dan penting. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall jalan yang dimaksud disini adalah menemukan makna diri kita yang paling dalam dan integritas kita yang paling kuat, bertindak berdasarkan motivasi kita yang paling dalam dan menjalankan tindakan ini demi keluarga, 31 Sukidi, Kecerdasan Spiritual, Mengapa SQ Lebih Penting Daripada IQ dan EQ, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., hlm. 166

16 49 masyarakat dan bangsa. Ia adalah pengembaraan kita dalam kehidupan, hubungan kita, pekerjaan kita, tujuan kita dan cara kita menjalani semua itu. Mengikuti jalan dengan kecerdasan spiritual atau dengan hati, berarti bersikap teguh dan mengabdi. 33 Di dunia ini dibutuhkan banyak orang tua, dokter, guru, pengusaha, dan sebagainya yang cerdas secara spiritual. Setiap jalan ini membutuhkan variasi SQ-nya sendiri. Semua pekerjaan atau profesi akan lebih efektif jika dikerjakan dengan SQ yang tinggi sehingga semua kehidupan dapat dijalani dengan lebih bermakna. Untuk mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ) menurut Danah Zohar dan Ian Marshall ada enam jalan yang dapat diterapkan seseorang dalam menjalani kehidupannya, yaitu: 1. Jalan Tugas Jalan ini berkaitan dengan rasa dimiliki, kerjasama dan diasuh oleh komunitas. Di jalan ini kita harus berusaha mengungkapkan motivasi yang mendasari tindakan kita dan bertindak dengan motivasi yang lebih mendalam dan lebih benar. Cara yang paling bodoh secara spiritual untuk melangkah di jalan ini adalah bertindak berdasarkan motivasi bayangbayang narsisisme, motivasi untuk menarik diri sepenuhnya dari kelompok dan dari berhubungan dengan orang lain, menarik diri dari hubungan kreatif dengan lingkungan dan terbenam sepenuhnya dengan dirinya sendiri. Cara lain yang bodoh secara spiritual di jalan tugas adalah mengikuti aturan atau ketentuan kelompok semata-mata karena takut, kebiasaan, bosan atau semata-mata ikut orang banyak atau berdasarkan motif kepentingan diri atau rasa bersalah. Langkah yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kecerdasan spiritual yang lebih tinggi adalah keinginan memahami diri sendiri dan menjalani kehidupan yang lebih kreatif. Langkah berikutnya adalah 33 Ibid., hlm. 197

17 50 mengungkapkan motif-motif yang mendasari tindakan kita dan membersihkannya, kemudian kita harus berani melakukan perubahan Jalan Pengasuhan Jalan ini berkaitan dengan kasih sayang, pengasuhan dan perlindungan. Untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual di jalan ini adalah kita harus lebih terbuka kepada orang lain. Kita harus belajar untuk bisa menerima dan mendengarkan dengan baik diri kita dan orang lain. Orang yang hanya terpaku pada cinta tingkatan ego, tidak memiliki perspektif luas sehingga tidak menyadari kebutuhan dasar atau keberadaan orang lain adalah ciri orang yang berjalan dengan spiritual yang bodoh. Contoh pemakai jalan ini yang bodoh secara spiritual adalah pengasuh yang terlalu bersemangat, guru yang tidak memberi murid-muridnya untuk melakukan sesuatu sendiri, orang tua yang khawatir membiarkan anaknya melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut. Mereka tidak cukup mempercayai kemampuan perkembangan orang yang ingin mereka bantu. Pengasuhan semacam ini justru akan menjadikan orang yang mereka bantu menjadi manja, mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kebutuhan orang lain Jalan Pengetahuan Jalan pengetahuan berkaitan dengan pemahaman terhadap masalah praktis umum, pencarian filosofis yang paling dalam akan kebenaran, hingga pencarian spiritual tentang pengetahuan mengenai Tuhan dan seluruh cara-nya dan penyatuan terakhir dengan-nya melalui pengetahuan. Jalan ini ditempuh orang-orang yang termotivasi oleh kecintaan belajar atau kebutuhan yang besar untuk memahami sesuatu. Jalan yang bodoh secara spiritual dalam melangkah di jalan pengetahuan adalah menjadi orang yang sok ilmiah, dia terlalu asyik dan puas hanya dengan sekeping kecil pengetahuan atau masalah intelektual. Jalan lain yang juga bodoh secara spiritual adalah keinginan yang begitu besar untuk 34 Ibid., hlm Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., hlm. 204

18 51 memiliki kekuasaan yang dijanjikan pengetahuan, dia rela menjual jiwanya kepada setan untuk dapat memilikinya. Untuk menuju SQ yang lebih tinggi melalui jalan ini adalah dengan memulainya dari perenungan, melalui pemahaman menuju kearifan. Cara memecahkan masalah apapun, praktis maupun intelektual ditempuh dengan cara yang cerdas secara spiritual yaitu dengan menempatkannya dalam suatu perspektif yang lebih luas, sehingga terlihat lebih jelas. Perspektif yang paling dalam dari semuanya itu berasal dari pusat, dari makna dan nilai tertinggi yang mengendalikan situasi atau masalah Jalan Perubahan Pribadi (Kreativitas) Inti tugas psikologis dan spiritual yang dihadapi orang yang melangkah di jalan perubahan adalah integrasi personal dan transpersonal, yaitu kita harus mengarungi ketinggian dan kedalaman diri kita sendiri dan menyatukan bagian-bagian diri kita yang terpisah menjadi pribadi yang mandiri dan utuh. Dengan menempuh jalan ini kita akan menjadi orang yang lebih kreatif Jalan Persaudaraan Tugas spiritual bagi orang yang berjalan di jalan ini adalah menjalin hubungan dengan sisi yang lebih dalam dari semua manusia, menekankan kasih sayang dan empati, dan berusaha sebaik-baiknya untuk meminimalkan konflik yang ada. Orang yang berjalan di jalan ini akan berusaha menempuh kehidupannya dengan keadilan. Keadilan menuntut kemampuan untuk melihat dan menerima emosi positif dan negatif, kegagalan dan keberhasilan orang lain. Keadilan menuntut rasa keseimbangan, penghormatan, menyadari bahwa setiap orang itu berbedabeda dan konflik merupakan bagian nyata dari kehidupan. Orang yang bodoh secara spiritual dalam jalan ini adalah orang yang tidak mempercayai dirinya sendiri, orang yang memilih dikucilkan dari lingkungannya, dia tidak berusaha berkomunikasi atau berempati dengan 36 Ibid. hlm Ibid. hlm. 215

19 52 orang lain, dia hanya tertarik pada urusannya sendiri tanpa memperhatikan orang lain dan lingkungannya. Dia menilai kekuasaan demi keuntungan pribadi, bersikap kompetitif sedemikian rupa sehingga tidak mengenal kerjasama. Dia hanya suka berteman dengan orang-orang yang sama dengan dirinya Jalan Kepemimpinan yang Penuh Persaudaraan Semua kelompok manusia membutuhkan pemimpin untuk memberikan fokus, tujuan, taktik, dan arah untuk menjadi pemimpin yang efektif seseorang harus memiliki sikap ramah dan percaya diri, dia harus mampu berhubungan baik dengan setiap anggota dalam kelompoknya. Seorang yang benar-benar hebat tidak akan mengabdi kepada sesuatu apapun kecuali Tuhan. Yang paling penting, seorang pemimpin berusaha menciptakan atau membangkitkan dalam diri para pengikutnya semacam makna yang dapat membimbing diri mereka, memberi kesadaran bahwa kita masing-masing adalah hamba Tuhan, seorang abdi dari begitu banyak potensialitas didalam inti eksistensi. Para pemimpin yang sadar akan kedudukan mereka sebagai seorang abdi dalam pengertian ini mengetahui bahwa mereka mengabdi bukan hanya kepada keluarga, komunitas, bisnis atau bangsa, bahkan bukan hanya inti dan nilai-nilai sebagaimana dipahami pada umumnya. Para pemimpin ini mengabdi pada kerinduan mendalam yang tersimpan di dalam jiwa. Pemanfaatan, penggunaan secara keliru dan penyalahgunaan kekuasaan sangat menentukan apakah seorang individu akan berjalan di jalan yang secara spiritual bodoh atau cerdas. Cara yang secara spiritual bodoh untuk melangkah di jalan ini adalah memanfaatkan kekuasaan untuk mengabdi pada diri sendiri, mencapai tujuan sendiri, cita-cita sendiri. Para politisi yang korup, penguasa yang picik adalah contoh-contoh nyata dari pemakai jalan ini Ibid. hlm Ibid. hlm. 226

20 53 Uraian di atas adalah enam jalan yang ditawarkan Danah Zohar dan Ian Marshall supaya kita dapat meningkatkan kecerdasan spiritual kita. Tapi tak satupun diantara kita yang benar-benar cerdas secara spiritual, benar-benar sempurna, benar-benar utuh, benar-benar menerima pencerahan, hingga pada sampai batas tertentu, yaitu kita dapat melangkah di atas semua enam jalan spiritual itu dengan begitu kita telah menemukan cara kreatif untuk hidup dengan segala adat istiadat, mengetahui cara mencintai secara mendalam dan tanpa mementingkan diri kita, melayani sesama kita dan menjadi pemimpin yang penuh pengabdian dengan mengabdi kepada Tuhan. Dalam bukunya "SQ : Spiritual Intelligence", Danah Zohar dan Ian Marshall mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki SQ tinggi ada sembilan tapi dalam SC : Spiritual Capital, mereka menambahkan bahwa secara total ada dua belas ciri khas seorang manusia yang memiliki kecerdasan spiritual. Kedua belas ciri tersebut yaitu: a. Kesadaran diri, mengetahui apa yang kita yakini dan mengetahui nilai serta hal apa yang sungguh-sungguh memotivasi kita. Kita sadar akan tujuan hidup kita yang paling dalam. b. Spontanitas, menghayati dan merespons setiap momen yang kita alami dan apa yang terkandung dari setiap momen tersebut. c. Terbimbing oleh visi dan nilai, bertindak berdasarkan prinsip dan keyakinan yang dalam dan hidup sesuai dengannya. d. Holisme (kesadaran akan sistem atau konektivitas), kesanggupan untuk melihat pola-pola, hubungan-hubungan dan keterkaitan-keterkaitan yang lebih luas. e. Kepedulian, sifat ikut merasakan dan empati yang dalam terhadap lingkungan. f. Merayakan keragaman, menghargai perbedaan orang lain dan situasisituasi yang asing dan tidak mencercanya. g. Independensi terhadap lingkungan (field independence), kesanggupan untuk berbeda dan mempertahankan keyakinan kita sendiri.

21 54 h. Kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan fundamental, mengapa? Kebutuhan untuk memahami segala sesuatu mengetahui intinya. Dasar untuk mengkritisi apa yang ada. i. Kemampuan untuk membingkai ulang. Berpijak pada problem atau situasi yang ada untuk mencari gambaran yang lebih besar dan konteks lebih luas. j. Memanfaatkan kemalangan secara positif. Kemampuan untuk menghadapi dan belajar dari kesalahan-kesalahan, untuk melihat problem-problem sebagai kesempatan. k. Rendah hati, mengetahui tempat kita yang sesungguhnya di dunia ini. Dasar bagi kritik diri dan penilaian yang kritis. l. Rasa keterpanggilan, terpanggil untuk melayani sesuatu yang lebih besar dibanding diri kita. Berterima kasih kepada mereka yang telah menolong kita dan berharap bisa membalas sesuatu untuknya. 40 Dari uraian di atas disimpulkan bahwa SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia (the ultimate intelligence). Dia adalah kecerdasan yang kita pakai untuk merengkuh makna, nilai, tujuan terdalam dan motivasi tertinggi kita serta bagaimana kita menggunakan makna, nilai, tujuan dan motivasi tersebut dalam proses berfikir kita, dalam keputusan-keputusan yang kita buat dan segala sesuatu yang kita pikir patut dilakukan. Dengan SQ kita dapat menggunakan IQ dan EQ yang kita miliki dengan lebih optimal karena SQ memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan semua kecerdasan kita, sehingga SQ mampu menjadikan kita makhluk yang benarbenar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri. Jadi SQ adalah kecerdasan jiwa, dia memberi kita kemampuan bawaan untuk membedakan yang benar dan salah, yang baik dan jahat. Disinilah letak kemanusiaan manusia yang tinggi akan mendorong kita untuk berbuat kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kasih sayang dalam hidup kita. SQ membuat kita menjadi utuh, membuat kita 40 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Capital,op.cit, hlm. 136.

22 55 bisa mengintegrasikan berbagai fragmen kehidupan, aktivitas dan keberadaan kita, bagaimana pribadi kita dan apa artinya kita memiliki suatu jiwa. Dengannya kita bisa berkembang lebih dari sekedar melestarikan apa yang kita ketahui atau yang telah ada, tetapi membawa kita pada apa yang tidak kita ketahui dan apa yang mungkin. Intinya SQ membawa kita menjadi pribadi yang adaptif, kreatif, imajinatif, dan sadar diri.

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient ) Resensi Buku Judul : SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan Penulis : Danah Zohar dan Ian Marshall Penerjemah : Rahmani Astuti, Ahmad Najib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini berkembang publikasi mengenai kecerdasan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini berkembang publikasi mengenai kecerdasan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Belakangan ini berkembang publikasi mengenai kecerdasan manusia. Kecerdasan pertama adalah IQ atau Intelligence Quotient. Kecerdasan ini dipopulerkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak dengan kecerdasan intelektual tinggi merupakan dambaan bagi setiap orang tua, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan prestasi intelektual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Menurut Stain dan Book (2002) kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kedunia yang rumit, aspek pribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur yang sangat penting bagi setiap perusahaan atau organisasi, karena sukses tidaknya sebuah perusahaan tergantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang mendukung dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang mendukung dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang mendukung dan terkait dengan topik yang akan diambil dan juga menjelaskan tentang kerangka konsep. Penjelasan yang akan disampaikan

Lebih terperinci

A. Bagian-Bagian Otak

A. Bagian-Bagian Otak A. Bagian-Bagian Otak 1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya mempunyai tujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa tujuan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi titik perhatian para ahli, baik dibidang ilmu pendidikan itu sendiri maupun bidang disiplin

Lebih terperinci

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Frustrasia adalah seorang yang sangat pandai, nilai IPKnya waktu kuliah hampir 4.00. Waktu diserahi

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU tentang sistem pendidikan nasional pasal nomor 20 tahun 2013 mengemukakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang. Tulungagung, dibuktikan dari perolehan nilai

BAB V PEMBAHASAN. pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang. Tulungagung, dibuktikan dari perolehan nilai 105 BAB V PEMBAHASAN A. Terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru Tulungagung Ada pengaruh kecerdasan emosional

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI TESIS Oleh : ANTON FAJAR HIDAYAT Q 100 040 087 PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika Menurut (Keraf, 1998 dalam Hutahahean dan Hasnawati, 2015) ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi. a. Etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia secara sadar untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina kepribadian tersebut dibutuhkan

Lebih terperinci

OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN

OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN Drs. MUNAWAR RAHMAT, M.Pd. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN DINAS PENDIDIKAN September 2003 BELAHAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN BELAHAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN BELAHAN OTAK KIRI

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 07 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Kecerdasan Emosi Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising Emotional Equotion (Kecerdasan Emosi) Selama ini, yang namanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Kecerdasan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), mengartikan bahwa kecerdasan sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda), atau kesempurnaan perkembangan

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan remaja di perkotaan saat ini menunjukkan rendahnya kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya kepedulian remaja tergambar pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat manusia sejak terbentuknya seorang manusia baru yakni sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki sampai menjadi tua, ia akan mengalami

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini manusia di dunia telah terpesona oleh kecerdasan (Intelligence Quotient), yang telah ditemukan oleh ilmuwan barat. Bahwa seseorang yang dianggap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Intelligent Quotient 2.1.1.1 Pengertian Intelligent Quotient Dalam memahami akuntansi adanya intelligent quotient merupakan hal yang penting juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan yang dinamakan keija (As'ad, 1991:

Lebih terperinci

ARIS RAHMAD F

ARIS RAHMAD F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320

Lebih terperinci

KECERDASAN SPIRITUAL, EMOSIONAL, DAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM

KECERDASAN SPIRITUAL, EMOSIONAL, DAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM KECERDASAN SPIRITUAL, EMOSIONAL, DAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Tasawuf Dosen Pengampu: Dianing Pra Fitri, M.S.I Disusun Oleh: 1. Ummi Rohmah ( 1510310001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan strategi yang tepat agar dapat bersaing di lingkungan industri yang semakin ketat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otak atau encephalon adalah pusat sistem saraf/ CNS (Central Nervous System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan mengkoordinir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

William James Sidis, berakhir tragis

William James Sidis, berakhir tragis Pendidikan Mental Setelah saya membicarakan tentang pola pikir yang benar dan sekarang ini akan saya paparkan tentang konsep mendidik anak. Konsep ini saya namakan Pendidikan Mental. Tapi sebelumnya silahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian sebelumnya Penelitian Trisnawati dkk (2003) menemukan kecerdasan emosional secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia

BAB II KAJIAN TEORITIK. pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia 32 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri ada beberapa faktor pokok yang dapat membantu suatu industri menajadi lebih baik dan lebih maju, faktor-faktor tersebut ialah modal, tanaga

Lebih terperinci

Model Pendidikan Kecerdasan Spiritual Anak Balita Melalui Pemanfaatan Waktu Luang Ibu Rumah Tangga Oleh Wahyudi Siswanto. Abstrak

Model Pendidikan Kecerdasan Spiritual Anak Balita Melalui Pemanfaatan Waktu Luang Ibu Rumah Tangga Oleh Wahyudi Siswanto. Abstrak Model Pendidikan Kecerdasan Spiritual Anak Balita Melalui Pemanfaatan Waktu Luang Ibu Rumah Tangga Oleh Wahyudi Siswanto Abstrak Banyak orang sukses yang mengalami krisis spiritual. Itulah sebabnya, orang

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK 1 PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK *) Oleh Edi Purwanta **) Pengantar Berbagai pandangan muncul tentang pendidikan, utamanya pendidikan bagi anak.. Masing-masing sangat bergantung pada sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah penting bagi manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, karena menyangkut kelangsungan hidup manusia dan tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

Jawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri

Jawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri TAMBAHAN 267 Jawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri Pasal I 1 c) mempunyai suatu cara khusus untuk melaksanakan maksud-nya. 2 b) orang-orang yang dipilih, dibimbing dan diberi kuasa oleh-nya untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Etika dan Perilaku Etis Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang artinya adalah adat istiadat kebiasaan yang baik. Etika bisa di artikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sebuah perusahaan diantaranya bergantung pada faktor kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sebuah perusahaan diantaranya bergantung pada faktor kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas sebuah perusahaan diantaranya bergantung pada faktor kualitas orang-orang yang berada di dalamnya. Sumber daya manusia menjadi penting karena beberapa alasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin pesat, hal ini mengharuskan setiap perusahaan untuk dapat mengambil keputusan dalam hal strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kecerdasan Emosional. Kecerdasan emosional dalam Martin (2003:41) ialah kemampuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kecerdasan Emosional. Kecerdasan emosional dalam Martin (2003:41) ialah kemampuan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional dalam Martin (2003:41) ialah kemampuan untuk memahami diri sendiri, untuk berempati terhadap perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan sarana atau wadah yang penting menuju terbinanya insan manusia yang islami serta beriman, dan berakhlak mulia sehingga nantinya generasi

Lebih terperinci

Manusia dan Alam Semesta

Manusia dan Alam Semesta Manusia dan Alam Semesta Anggota Kelompok : Vany Chikita Tanjung (130503081) Tasyah Arvila (130503100) Anggra Z Harahap (130503131) Winda (130503140) HAKIKAT KEBENARAN 1.Kebenaran (Hakikat) tentang Eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua masalah pokok, yakni 1) bagaimana mengadaptasikan dengan benar kurikulum dan metode pendidikan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP DASAR KECERDASAN SPIRITUAL

BAB III KONSEP DASAR KECERDASAN SPIRITUAL BAB III KONSEP DASAR KECERDASAN SPIRITUAL Kegelisahan dan kehampaan dalam diri manusia akan semakin terasa ketika materialisme mempengaruhi jalan fikiran manusia, karena dengan memprioritaskan materi akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.

Lebih terperinci

MENGENAL KECERDASAN ANAK

MENGENAL KECERDASAN ANAK Artikel MENGENAL KECERDASAN ANAK Mardiya Hingga kini banyak orang yang tidak mengenal istilah kecerdasan secara utuh. Mereka menganggap bahwa kecerdasan hanya berhubungan dengan kemampuan berhitung atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PAWYATAN DAHA 2 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PAWYATAN DAHA 2 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PAWYATAN DAHA 2 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

MENANAMKAN KECERDASAN SPRITUAL PADA ANAK. Erwin Suryaningrat

MENANAMKAN KECERDASAN SPRITUAL PADA ANAK. Erwin Suryaningrat Erwin Suryaningrat, Menanamkan Kecerdasan Spritual pada Anak 329 MENANAMKAN KECERDASAN SPRITUAL PADA ANAK Erwin Suryaningrat Abstract : Every child has the potential for smart, intellectually, emotionally

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Karakteristik kognitif siswa dipengaruhi oleh perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu cabang ilmu manajemen, manajemen sumber daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada dasarnya pendekatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN SETELAH MEMPEJARI SESSI INI MAHASISWA DAPAT :

TUJUAN PEMBELAJARAN SETELAH MEMPEJARI SESSI INI MAHASISWA DAPAT : Kecerdasan TUJUAN PEMBELAJARAN SETELAH MEMPEJARI SESSI INI MAHASISWA DAPAT : 1 Mengetahui HQ (Health Quotient) dan MQ (Moral Quotient) 2 3 Mengetahui EQ (Emotional Quotient) Mengetahui IQ (Intelligent

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik, dan mempersiapkan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com JMP Online Vol 1, No. 10, 1021-1030. 2017 Kresna BIP. ISSN 2550-481 DESKRIPSI PENGGUNAAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN PADA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. Otak & Manusia Unggul. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran.

CREATIVE THINKING. Otak & Manusia Unggul. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran. CREATIVE THINKING Modul ke: Otak & Manusia Unggul Fakultas FIKOM Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Kenali Otak Otak mengatur semua fungsi tubuh; Otak mengendalikan

Lebih terperinci

Smart In Entrepreneurship

Smart In Entrepreneurship Smart In Entrepreneurship 1 SQ sebagai landasan untuk mengubah proses bisnis Menciptakan visi, misi dan sasaran Analisis diri dan lingkungan Revolusi strategi Terimalah setiap kegagalan sebagai pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi akademik merupakan salah satu hasil yang dimunculkan oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi akademik merupakan salah satu hasil yang dimunculkan oleh adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan salah satu hasil yang dimunculkan oleh adanya kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keberhasilan perlu diperhatikan dalam upaya mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keberhasilan perlu diperhatikan dalam upaya mengikuti perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini tantangan yang kita hadapi adalah teknologi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian dunia. Perekonomian ini tumbuh secara pesat karena dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan berbagai sumberdaya, seperti modal, material dan mesin. Perusahaan juga membutuhkan sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). Perkembangan otak manusia menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS) HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS) Naskah Publikasi Oleh : RAHMAD SETYAWAN F 100 070 035 FAKULTAS

Lebih terperinci

KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA DALAM MEMBINA KESEHATAN JIWA/MENTAL ANAK

KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA DALAM MEMBINA KESEHATAN JIWA/MENTAL ANAK 1 KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA DALAM MEMBINA KESEHATAN JIWA/MENTAL ANAK H. Abdul Haris PanaI Guru Besar Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Berbagai faktor yang mempengaruhi tumbuh

Lebih terperinci

Antara IQ, EQ, dan SQ

Antara IQ, EQ, dan SQ Antara IQ, EQ, dan SQ Pelatihan Nasional Guru Se-Indonesia, Oleh: IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog 19750729 200501 2 001 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung menganggap bahwa Intelligence Quotient (IQ) yang sangat berpengaruh penting dalam prestasi

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran : Pengertian

Lebih terperinci

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK? BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK? MIF Baihaqi Acara: Super Amazing Seminar untuk Orangtua dan Guru Plaza Seno Medika, Jl. Ahmad Yani, Bandung Sabtu, 21 November 2009 Kontak: 0852 2003 5242

Lebih terperinci