BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi akademik merupakan salah satu hasil yang dimunculkan oleh adanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi akademik merupakan salah satu hasil yang dimunculkan oleh adanya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan salah satu hasil yang dimunculkan oleh adanya kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu gambaran tingkat pencapaian pemahaman ilmu pengetahuan yang diajarkan selama proses belajar. Pencapaian prestasi akademik siswa yang optimal menjadi pendukung kemajuan bangsa. Prestasi akademik yang optimal menjadi sangat penting karena secara pribadi merupakan tujuan utama para siswa dan para guru. Sekolah dasar merupakan pondasi bagi jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peningkatan prestasi akademik, khususnya di tingkat sekolah dasar, penting untuk digalakkan karena akan menjadi dasar pijakan atas tuntutan yang diberikan guna meningkatkan kualitas pendidikan yang semakin lama semakin tinggi. Salah satu tuntutan yang harus dipenuhi adalah penetapan standar kelulusan sekolah yang ditentukan dengan adanya ujian nasional ( Hal itu merupakan wujud adanya dorongan untuk memotivasi siswa dan pihak sekolah agar terus bergerak lebih maju. Siswa perlu berusaha lebih keras agar dapat mencapai standar kelulusan dan melampauinya agar memperoleh prestasi yang maksimal dan optimal. Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh siswa atas usaha belajarnya. Strategi-strategi yang efektif dan efisien perlu dibangun untuk 1

2 2 menunjang kesuksesan prestasi akademis. Prestasi akademik yang optimal dapat dicapai dengan perencanaan yang komperehensif terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan tercapainya prestasi tersebut (Seo, 2012). Siswa melakukan beragam cara untuk bisa lulus ujian nasional dan mendapatkan prestasi akademis yang maksimal. Kesuksesan siswa dalam mencapai prestasi yang unggul harus dilalui dengan cara yang jujur yaitu menghindari cara curang seperti mencontek, mencari bocoran soal UN, dan cara-cara lain yang sedang marak serta kurang sesuai dengan aturan etika dan moral. Pihak sekolah pun turut berperan serta dalam upaya untuk mendukung kesuksesan siswa dalam menghadapi ujian nasional dengan mengadakan tambahan pelajaran, memberi pengayaan materi pelajaran, melaksanakan kegiatan doa bersama, kerjasama dengan lembaga bimbingan belajar, dan menyelenggarakan try out. Berdasarkan wawancara kepada salah seorang guru di SD N Sidorejo, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, diketahui bahwa semua guru (termasuk guru-guru di SD N Sidorejo) selalu mengharapkan agar siswanya memiliki prestasi belajar yang baik. Orang tua dan guru selalu berusaha agar anak atau siswanya memiliki prestasi belajar yang tinggi. Sekolah juga berusaha agar siswanya dapat mencapai NEM yang tinggi. Namun, harapan agar siswanya memiliki prestasi belajar yang baik tidak selalu terpenuhi. Kenyataan menunjukkan bahwa di SD N Sidorejo, beberapa siswa ada yang memiliki prestasi belajar yang rendah. Menurut pendapat guru prestasi belajar rendah disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu siswa

3 3 yang malas, tidak pernah belajar atau tidak menjalankan tugas yang diberikan guru dan kurangnya perhatian dari orang tua. Guru di SD N Sidorejo juga memaparkan bahwa harapan terhadap tingginya prestasi belajar diakui masih menempati kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan harapan terhadap berkembangnya sisi kepribadian anak didik. Sekolah kurang mempunyai usaha yang nyata mengenai bagaimana mengatasi rasa rendah diri pada siswa, rasa kurang percaya diri dan karakteristik negatif yang lain yang berhubungan dengan masalah kepribadian yang dapat mempengaruhi prestasi akademik. Masalah kepribadian tersebut tidak dapat diatasi sepenuhnya oleh wali kelas secara tuntas dan lebih mendalam, mengingat tanggung jawab wali kelas tidak hanya memfokuskan perhatian pada satu-dua orang murid namun harus memperhatikan puluhan siswa dalam satu kelas. Kerjasama antara sekolah, guru, dan orang tua siswa kadang masih cukup terasa kurang terjalin dengan baik, seperti ketika SD N Sidorejo pernah didatangi psikolog Puskesmas kecamatan Kalasan. Psikolog meminta data anak yang mengalami kesulitan belajar kepada Kepala Sekolah. Kepala Sekolah kemudian memberikan laporan data kepada psikolog, dan psikolog tersebut memberikan fasilitas untuk konsultasi bagi siswa yang membutuhkan layanan konsultasi psikologi, di puskesmas Kalasan. Namun tawaran tersebut kurang mendapat respon dari para orang tua siswa yang mendapat tawaran untuk berkonsultasi. Para orang tua kurang memiliki kesadaran untuk membantu anak menangani permasalahannya di sekolah dengan menggunakan jasa psikolog.

4 4 Hasil wawancara menunjukkan bahwa prestasi akademik yang optimal adalah hal yang penting bagi anak, guru, orang tua dan juga sekolah, namun upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak guru, orang tua, sekolah dan anak yang bersangkutan untuk meraihnya, masih kurang optimal. Penelitian Gunadi dkk. (2012) menyimpulkan bahwa inteligensi dan motivasi berprestasi baik secara terpisah maupun bersama-sama mempunyai hubungan terhadap prestasi akademik taruna Jurusan Nautika di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh inteligensi pada prestasi akademik sebesar 54,5%, dari motivasi berprestasi pada prestasi akademik sebesar 48,1%, dan sumbangan inteligensi dan motivasi berprestasi pada prestasi akademik sebesar 69,4%. Sobur (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah inteligensi. Azwar (2004b) juga menyebutkan bahwa faktor-faktor non fisik yang mempengaruhi prestasi akademik, salah satunya adalah inteligensi. Kesuksesan prestasi akademik siswa tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh siswa namun juga ditentukan oleh faktor lain. Penelitian Goleman (1995) menyimpulkan bahwa kontribusi kecerdasan intelektual terhadap prestasi siswa adalah 20% sedangkan kecerdasan emosional dan spiritual berkontribusi 80%. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Nggermanto (2002) bahwa kecerdasan emosional (Emotional intelligence) bukan berarti mengungguli IQ atau kecerdasan intelektual, begitupun sebaliknya, namun keduanya bersifat komplementer atau saling melengkapi. Apabila IQ dan EI diikuti dengan kecerdasan spiritual (SQ), ketiga komponen tersebut merupakan sebuah metode

5 5 yang lengkap untuk membangun tiga dimensi kecerdasan manusia sekaligus. Selain itu skripsi Wahyuningsih (2004) juga membuktikan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan dengan prestasi akademik pada siswa kelas II SMU Lab School Jakarta Timur. Kecerdasan emosi merupakan sekumpulan kemampuan yaitu kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan dalam menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati agar tidak berlebihan, mengatur suasana hati dan menjaga agar tetap berfikir jernih, berempati serta berdoa (Goleman, 1995). Rendahnya kecerdasan emosi dapat menghambat pertimbangan intelektual dan menghancurkan karier. Anak-anak dapat terjerumus dalam resiko terserang depresi, gangguan makan dan kehamilan yang tak diinginkan, agresivitas serta kejahatan dengan kekerasan (Goleman, 1995). Pencapaian optimal hasil dari pendidikan banyak diteliti untuk mencari cara atau metode yang paling efektif dan efisien agar dapat mencapai hasil pendidikan yang semakin sempurna. Banyak penelitian yang mengaitkan hasil dari pendidikan yang kasat mata yakni prestasi akademik dengan salah satu aspek kepribadian. Prestasi akademik yang baik dapat dicapai dengan pengaturan diri siswa dalam belajar yang diwujudkan dalam kegiatan belajar yang rutin, rajin membaca dan aktif bertanya pada guru maupun teman sebaya bila mengalami kesulitan. Kedisiplinan dan keteraturan dalam belajar menjadi salah satu faktor penting dalam proses pencapaian kesuksesan akademik. Sedangkan belajar dengan sistem kebut semalam akan memiliki dampak yang negatif pada prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian Seo (2010) yang menjelaskan bahwa memadatkan waktu belajar

6 6 dengan materi pelajaran yang banyak dapat membuat otak mudah lelah sehingga tidak dapat menyerap materi pelajaran dengan optimal. Siswa yang memiliki perencanaan yang kurang komperehensif dalam meraih prestasi akademik cenderung merasa sangat terbebani dengan nilai standar kelulusan. Siswa merasa takut tidak lulus ujian nasional, sehingga cenderung merasa resah, dan tertekan. Hal tersebut apabila dibiarkan dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan benar-benar mengalami kegagalan dalam menghadapi ujian nasional. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada penelitian Wandini (2008) diperoleh bukti bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor gaya pengasuhan dan lingkungan pembelajaran sebesar 59,8 persen. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitiannya Wandini (2008) menyarankan pada orang tua untuk menerapkan gaya pengasuhan yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun tidak dengan memberikan kebebasan yang mutlak dan tetap memberikan bimbingan yang penuh pengertian. Selain itu, karena sekolah pun turut berpengaruh terhadap prestasi akademik, sehingga pihak sekolah juga perlu menciptakan situasi belajar yang dapat merangsang minat siswa untuk giat belajar. Guru juga diharapkan dapat menerapkan cara mengajar yang memungkinkan siswa untuk mudah memahami materi pelajaran dan melakukan aktivitas belajar dengan penuh percaya diri. Dwija (2008) menyatakan bahwa konsep diri berkontribusi terhadap pencapaian hasil belajar Sosiologi, dan dapat dijadikan salah satu prediktor dalam meramalkan hasil belajar Sosiologi. Motivasi berprestasi juga patut diperhitungkan

7 7 sebagai salah satu faktor penting untuk meramalkan hasil belajar. Di samping itu dapat diindikasikan bahwa motivasi berprestasi telah berfungsi sebagai prinsip belajar. Selain itu perhatian orang tua dapat dijadikan prediktor dalam meramalkan hasil belajar Sosiologi. Penelitian Safura dan Supriyantini (2006) mengenai penyesuaian diri siswa di sekolah membuktikan adanya hubungan yang positif antara penyesuaian diri siswa di sekolah dengan prestasi belajarnya. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa kelas 1 SMP Gajah Mada, Medan. Tesis Saputra (2010) membuktikan bahwa terdapat hubungan antara resiliensi belajar berdasar regulasi diri dengan prestasi akademik Sekolah Menengah Atas. Jufri (2010) membuktikan adanya hubungan antara resiliensi dan hardiness mahasiswa dengan prestasi akademik mahasiswa. Penelitian Andriani (2005) menemukan adanya hubungan antara minat profesi pendeta dan konsep diri dengan prestasi akademik mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi HKBP Pematang Siantar. Skripsi Sahputra (2009) juga menemukan konsep diri memiliki hubungan dengan prestasi akademik pada mahasiswa S1 Keperawatan Semester III pada kelas ekstensi. Zakaria (2004) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kompetensi sosial dengan prestasi akademik mahasiswa. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penyesuaian diri, motivasi, resiliensi, hardiness, minat, konsep diri, regulasi diri dalam belajar, kecerdasan emosional dan kompetensi sosial merupakan aspek-aspek dari kepribadian yang mempunyai hubungan dengan prestasi akademik. Hal-hal tersebut menjadi perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, atau secara

8 8 khusus untuk meningkatkan prestasi akademik, bila dilihat dari sisi siswa yang menjadi subjek pendidikan. Prestasi akademik siswa, salah satunya dipengaruhi oleh seberapa jauh kemampuan siswa dalam mengelola dan melaksanakan tugas-tugas akademiknya. Selain itu prestasi akademik siswa juga dipengaruhi oleh faktor yang ada pada diri siswa dan kondisi lingkungan sekitar siswa. Interaksi antara pengaruh faktor-faktor dari dalam diri siswa dan faktor-faktor dari lingkungan dapat membentuk suatu pola tingkah laku yang mencerminkan kepribadian siswa tersebut dan merupakan sisi pendukung prestasi seseorang. Untuk mencapai prestasi akademik yang optimal diperlukan sinergi antara potensi kemampuan yang dimiliki, stimulasi dan dukungan dari lingkungan serta kondisi kepribadian yang dimiliki siswa. Peneliti ingin meneliti prestasi akademik, dengan faktor dari dalam diri siswa yaitu kepribadian. Sisi kepribadian yang diteliti adalah kepribadian berdasarkan ajaran kawruh jiwa Suryomentaram, terkait dengan catatan-catatan kawruh jiwa. Tyaskyesti (2012) membuktikan bahwa ekspresi sebelas catatan kawruh jiwa berdasarkan kawruh jiwa dari Suryomentaram pada anak sekolah dasar berkesesuaian dengan hasil tes kepribadian projektif CSCT (Child s Sentence Completion Test) pada anak tersebut. Anak-anak dalam hidupnya mengalami peristiwa yang dimaknai secara berbeda-beda. Ada pengalaman yang membuat anak merasa senang dan ada pula pengalaman yang membuat anak merasa sedih. Hasil penelitian tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ihsaniah (2012).

9 9 Anak-anak sebagai individu perkembangan kepribadiannya masih belum sempurna, masih berlangsung terus sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Sepanjang kehidupannya, anak mendapat berbagai pengalaman yang satu sama lain mungkin berbeda namun masing-masing pengalaman akan berpengaruh dan memberi warna bagi hidupnya. Setiap anak akan memiliki cara yang berbeda ketika dia menginginkan suatu hal yang sama. Hal itu dikarenakan setiap anak memiliki rekaman peristiwa yang berbeda satu dengan yang lain. Pengalaman-pengalaman tersebut akan membentuk kepribadian pada anak, karena perilaku dan kepribadian adalah suatu hal yang terbentuk, dan salah satunya terbentuk dan dibentuk oleh pengalaman-pengalaman seseorang (Ihsaniah, 2012). Goncangan psikologis yang dialami siswa juga dapat menimbulkan penyesuaian yang negatif dalam diri siswa. Konflik yang dihadapi siswa disebabkan oleh adanya tuntutan-tuntutan dari dalam maupun luar dirinya. Tuntutan terbesar yang dialami oleh siswa adalah berkaitan dengan kesuksesannya di bidang akademik. Keberhasilan siswa dalam mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan tuntutan-tuntutan dari dalam maupun dari luar dirinya sangat dipengaruhi oleh kematangan pribadi individu. Pembentukan kepribadian siswa dimulai sejak dini di lingkungan keluarga. Siswa yang hidup di dalam keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis, psikologis, maupun sosialnya akan tumbuh dan berkembang dengan lebih baik, dapat mengaktualisasikan potensipotensi yang dimilikinya, dan dapat belajar untuk menyelesaikan masalah serta tugas-tugas yang dihadapinya, termasuk tugas-tugas yang berkaitan dengan bidang akademik.

10 10 Suryomentaram (1985) menyatakan bahwa pembentukan kepribadian akan terkait dengan catatan-catatan kawruh jiwa yang dimiliki seseorang. Suryomentaram menyatakan bahwa perkembangan seseorang diawali dengan proses mencatat `dalam ingatan` segala sesuatu yang dialami dan dihadapi. Hasil proses `mencatat` tersebut akan menghasilkan sejumlah catatan kawruh jiwa. Suryomentaram (1985) memaparkan bahwa catatan-catatan kawruh jiwa tersebut akan mengelompok menjadi sebelas kelompok catatan kawruh jiwa. Catatancatatan kawruh jiwa ini merupakan unsur pembentuk kepribadian/kramadangsa dan digunakan sebagai dasar dalam melakukan tindakan (Prihartanti, 2003). Hal-hal yang terkait dengan catatan harta benda, kehormatan, kekuasaan, keluarga, golongan, kebangsaan, jenis, kepandaian, kebatinan, ilmu pengetahuan dan rasa hidup merupakan isi dari kramadangsa yang dimiliki seseorang. Proses pendisiplinan orang tua kepada anaknya, pengenalan nilai-nilai kehidupan, kemandirian, ketrampilan, hasrat berprestasi dan hal-hal lain akan menjadi bagian dari sebelas kelompok catatan kawruh jiwa di atas. Sebagai contoh orang tua yang memberikan pemahaman pada anak mengenai berbagai prinsip yang ada dalam kehidupan; misal: cara menghormati orang lain, menghormati diri sendiri, mengendalikan keinginan yang dimiliki, tata cara belajar di sekolah, bagaimana bersikap terhadap guru, dan sebagainya. Pengertian tentang proses belajar, pemahaman bahwa prestasi akademik diperoleh dari usaha belajar, dan pemahaman-pemahaman lainnya. Pemahaman-pemahaman tersebut akan menjadi bagian dan isi dari catatan kawruh jiwa anak.

11 11 Orang tua dapat mengenalkan kepada anak, melalui proses pendampingan, bahwa apabila anak ingin mendapatkan nilai (prestasi akademik) yang bagus maka harus belajar dan berusaha dahulu, bersusah-susah dahulu membagi waktu bermainnya dengan waktu belajarnya. Setelah itu anak akan memetik buah yang manis dari usaha belajarnya yaitu mendapat nilai yang bagus. Selanjutnya meskipun telah memperoleh nilai yang bagus misalnya 100 pada sebuah ujian, maka anak dibiasakan untuk tetap harus kembali belajar untuk mendapatkan nilai 100 pada ujian berikutnya. Apabila tidak belajar lagi dikhawatirkan, pada ujian berikutnya tidak bisa mengerjakan ujian dan nilainya pun menjadi jelek. Anak diajarkan untuk tidak larut dalam rasa bangga dan senang, sehingga berpuas diri setelah merasa senang dengan perolehan nilai yang bagus. Hal itu akan memberi gambaran pada anak bahwa kesenangan itu sifatnya tidak bertahan lama sehingga kemudian dapat menanamkan kebiasaan/catatan kawruh jiwa untuk tidak berbuat seenaknya sendiri dengan tidak rutin dalam belajar, meskipun sudah mendapatkan nilai yang baik. Hal tersebut akan masuk menjadi catatan kawruh jiwanya. Hal-hal tersebut akan menjadi catatan-catatan kawruh jiwa yang memiliki hubungan dengan pencapaian prestasi akademik. Suryomentaram (1989) menjelaskan tentang salah satu keterkaitan antara orang tua dengan prestasi akademik anaknya. Suryomentaram (1989) menyatakan bahwa anak sering diharapkan dan dianggap sebagai garan moncer dan tandhon pensiun. Anak dijadikan pengharapan dan sumber kemuliaan orang tua di masa tua/masa pensiunnya. Anak menjadi kebanggaan orang tua, dan menjadi tumpuannya dimasa pensiun yang mampu menjamin kesejahterannya di masa tua.

12 12 Karena itu, orang tua akan memarahi anak saat prestasi akademiknya rendah. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar anaknya menjadi rajin dan mempunyai prestasi yang baik. Semakin besar harapan orang tua terhadap anak maka tuntutan terhadap anak untuk berprestasi semakin besar. Tuntutan orang tua agar anaknya berprestasi memiliki peran dalam membantu anak meningkatkan prestasi akademik. Pandangan Suryomentaram mengenai tuntutan orang tua memiliki dampak yang positif yakni memunculkan motivasi mencapai prestasi akademik bagi anak. Tuntutan orang tua yang terlalu kuat dan berlebihan juga memiliki dampak yang negatif yaitu dapat memunculkan rasa stres pada anak. Orang tua yang kurang bisa mengkomunikasikan harapannya yang sesungguhnya cenderung mengekspresikan dukungannya dengan nada yang tinggi atau kata-kata yang kasar yang tidak enak didengar oleh anak. Sehingga dalam hal ini, anak mencatat dalam catatan kawruh jiwanya sebagai ekspresi kemarahan dari orang tua (anak merasa dimarahi). Hal itu dapat membuat anak merasa tertekan dan dapat menurun semangat belajarnya. Seorang siswa sekolah dasar dengan inisial S menyatakan bahwa ayahnya galak karena sering memarahinya agar belajar ketika dirinya sedang bermain dengan temannya. S mencatat dalam catatan kawruh jiwanya, setiap membuka buku pelajaran selalu teringat kemarahan orang tuanya sehingga membuatnya sulit memahami pelajaran dan akhirnya menjadi malas belajar. Terkadang S hanya sekedar membuka buku ketika ada orang tuanya, namun ketika orang tuanya tidak ada S lebih memilih untuk bermain. S hanya berpura pura belajar agar tidak dimarahi oleh orang tuanya.

13 13 Prestasi akademik adalah hal yang penting dalam dunia pendidikan. Peningkatan prestasi akademik penting untuk diteliti, salah satunya dengan meneliti kaitan prestasi akademik dengan faktor dari dalam diri siswa yaitu kepribadiannya. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Dan secara khusus berusaha meneliti tentang hubungan antara catatan kawruh jiwa anak berdasarkan kawruh jiwa dari Suryomentaram dengan prestasi akademik. Penelitian ini mendasarkan pemahaman sisi kepribadian berdasarkan pandangan yang dijabarkan dalam perspektif Kawruh Jiwa Suryomentaram. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing catatan yang ada dalam sebelas catatan kawruh jiwa anak berdasarkan kawruh jiwa Suryomentaram dengan prestasi akademik anak sekolah dasar. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Menambah informasi mengenai hubungan antara masing-masing catatan yang ada dalam sebelas catatan kawruh jiwa anak berdasarkan kawruh jiwa Suryomentaram dengan prestasi akademik anak di sekolah dasar. Hal tersebut diharapkan dapat menambah kekayaan wawasan dan pengetahuan yang terkait dengan psikologi pendidikan dan kepribadian.

14 14 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi yang dapat digunakan untuk memberikan pendampingan kepada siswa dalam rangka meningkatkan prestasi akademik, sehingga sekolah dapat merencanakan langkah pemberdayaan dan optimalisasi prestasi akademik siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola pembangunan SDM di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan intelektual) tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih SQ (kecerdasan

Lebih terperinci

ARIS RAHMAD F

ARIS RAHMAD F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik, dan mempersiapkan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk kemajuan pembangunan bangsa dan negara, karena anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah kunci peradaban dalam suatu negara terutama bagi negara Indonesia, karena mahasiswa adalah tiang penerus bangsa yang akan datang. Namun di zaman sekarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas adalah modal dasar sekaligus kunci keberhasilan pembangunan nasional. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengambangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu bentuk usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan dalam upaya menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik secara optimal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sendirinya. Mereka membutuhkan orang tua dan lingkungan yang kondusif

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sendirinya. Mereka membutuhkan orang tua dan lingkungan yang kondusif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai generasi penerus pada dasarnya tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Mereka membutuhkan orang tua dan lingkungan yang kondusif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan satu bentuk pendidikan formal pada pendidikan anak usia dini. Taman Kanak-kanak yang disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap sekolah-sekolah mulai meningkatkan kualitas sekolahnya dengan tujuan agar siswa lulusannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO EMOTIONAL INTELLIGENCE IN CLASS STUDENTS ACCELERATION IN SMP NEGERI 1 PURWOKERTO Oleh : Dwi Hartoko Aji *) Retno Dwiyanti**)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS ANGKATAN 2007 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun, untuk menentukan keberbakatan dan kreativitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran bahwa faktor inteligensi merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

DAFTAR PUSTAKA. Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. 116 DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological Testing (Seventh Edition). New Jersey:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini masalah pendidikan yang menyangkut akhlak, moral, etika, tata krama dan budi pekerti luhur mencuat di permukaan, karena banyak perilaku yang menyimpang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat meningkatkan taraf hidup manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kasih sayang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Pada masa remaja awal, perkembangan emosi bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Belajar merupakan masalah bagi setiap orang, dan tidak mengenal usia dan waktu lebih-lebih bagi pelajar, karena masalah belajar tidak dapat lepas dari dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan persaingan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas vital dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui transfer ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang, juga dalam hal ini termasuk bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya mempunyai tujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa tujuan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sudah menjadi wacana umum di kalangan masyarakat. Banyak penelitian, seminar, lokakarya yang membahas tentang rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : Willis Jati Nirmala Putri F 100 030 114

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan dan motivasi manusia sehingga dapat hidup layak, baik sebagai hidup pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan mutu pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Profesi Psikologi Kekhususan Psikologi Pendidikan Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang serba canggih dan praktis ini, dunia pendidikan sangatlah dimanjakan. Berbagai informasi dan pengetahuan dapat diakses dengan cepat melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, dimana di dalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecerdasan intelektual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, hlm. 438) merupakan daya reaksi atau penyesuaian yang secara tepat, baik secara fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusia hanya dapat berkembang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini berada dalam pengaruh era globalisasi yang dituntut untuk bersaing ketat disemua segi kehidupan. Untuk mengatasi persaingan tersebut maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 IMPLEMENTASI K-13 TERHADAP PENGEMBANGAN EQ PADA SISWA KELAS IV SDN 7 KUTOSARI TAHUN AJARAN 2017/2018 Yuni Latifa, Resti Nur Azilah, Trianah Agustin, Rizki Amalia Universitas Sebelas Maret yunilatifa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan aset yang amat berharga bagi orang tua sekaligus sebagai investasi nyata di masa mendatang. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran manajer dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang hendak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna serta mandiri. Selain itu, pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tertuang dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tertuang dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk mewujudkan siswa dan siswi sebagai manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir semua bidang kehidupan berkembang sangat pesat. Berkembangnya berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang

Lebih terperinci