ANALISIS LIFE CYCLE COST PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA PADA CONCEPTUAL DESIGN PROYEK JEMBATAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN VALUE ENGINEERING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS LIFE CYCLE COST PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA PADA CONCEPTUAL DESIGN PROYEK JEMBATAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN VALUE ENGINEERING"

Transkripsi

1 ANALISIS LIFE CYCLE COST PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA PADA CONCEPTUAL DESIGN PROYEK JEMBATAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN VALUE ENGINEERING Juanda Guardy Arief 1, Mohammed Ali Berawi 1, dan Rosmariani Arifuddin 1 1 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Jawa Barat, Indonesia juanda.guardy@gmail.com Abstrak Pembangunan infrastruktur jembatan selat sunda diproyeksikan menghabiskan dana hingga trilyun, sedangkan sedikit sekali investor yang terjaring dalam proyek ini, sehingga dibuatlah beberapa inovasi yang mampu menarik minat investor, salah satunya adalah pengembangan kawasan pariwisata dikawasan selat sunda. Pengembangan kawasan pariwisata selat sunda yang terintegrasi dengan JSS akan dipusatkan pada Pulau Sangiang dengan konsep resort yang didalamnya terdapat theme park sebagai wahana utama. Analisis kelayakan dilakukan dengan menggunakan skema Life Cycle Costing dengan parameter berupa nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 10,30% serta Net Present Value (NPV) sebesar Rp Kata Kunci: Jembatan Selat Sunda; Life Cycle Costing; Value Engineering; Pulau Sangiang; Pengembangan Pariwisata. Life Cycle Analysis Development of Tourism Potential in Sunda Strait Bridge Conceptual Design Using Value Engineering Approach. Abstract Sunda strait bridge construction is projected to cost up to trillion, while the few investors in the running for this project, which was made several innovations that can attract investors, one of which is the development of the tourist area of the Sunda Strait region. Sunda strait tourism area development integrated with the JSS will be centered on the concept Sangiang island resort in which there are theme park as the main vehicle. Feasibility analysis is done by using Life Cycle Costing scheme with a parameter value of the Internal Rate of Return (IRR) of 10.30% and the Net Present Value (NPV) of Rp Keywords: Sunda Strait Bridge; Life Cycle Costing; Value Engineering; Sangiang Island; Tourism Development. 1. Pendahuluan Konsep Jembatan Selat Sunda (JSS) merupakan suatu sarana infrastruktur yang memiliki tujuan utama yaitu pemerataan dan percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam MP3EI (Sianipar, 2012). Ide mengenai jembatan selat sunda ini pertama kali dikemukakan oleh Prof. Sedyatmo (1960). Saat ini, ide mengenai

2 jembatan selat sunda tersebut sudah dikaji oleh Prof. Wiratman Wangsadinata (1997) dan Dr.Ir. Jodi Firmansyah (2003). Pembangunan Jembatan Selat Sunda ini dianggarkan dengan biaya mencapai + Rp. 250 trilyun dengan sistem pendanaan Public Private Partnership (PPP). Dengan sifat pendanaan seperti ini, maka dibutuhkan investasi dari sektor private yang cukup besar. Dengan nilai proyek yang sangat besar sedangkan fungsi yang dihasilkan hanya berupa satu fungsi saja serta tingkat pengembalian modal yang berjalan lama, akan membuat pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) ini hanya dapat melibatkan sedikit investor. Oleh karena itu, dilakukanlah penambahan fungsi pada Jembatan Selat Sunda dengan menggunakan pendekatan Value Engineering atau rekayasa nilai. Berawi, M.A, et al (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Conceptual Design of Sunda Strait Bridge Using Value Engineering Method menyebutkan bahwa dapat dilakukan penambahan-penambahan fungsi dalam desain konseptual Jembatan Selat Sunda (JSS), diantaranya Tidal Power Plants, Wind Power Plants, Oil Pipelines and Gas Distribution Integration, Fiber Optic Integration, Tourism Development, dan Development Along Sunda Strait, yang mana akan menambah minat serta jumlah investor yang terlibat dalam pembangunan megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS) selain itu, penambahan-penambahan fungsi tersebut juga akan mempercepat tingkat pengembalian modal dari para investor. Oleh karena itu, dalam jurnal ini akan dibahas secara mendalam mengenai salah satu fungsi tambahan yaitu Tourism Development atau pengembangan potensi pariwisata yang terintegrasi dengan Jembatan Selat Sunda (JSS). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui jenis pariwisata apa yang dapat dibangun atau dikembangkan pada kawasan selat sunda, terutama pada pulau Sangiang. 2. Untuk mengetahui berapa nilai kelayakan investasi dari pengembangan pariwisata yang terintegrasi dengan conceptual design jembatan selat sunda dari sisi investor pariwisata dengan pendekatan skema Life Cycle Cost. 2. Tinjauan Teoritis 2.1 Value Engineering (VE) Banyak sekali definisi Value Engineering (VE) yang telah dikembangkan oleh para ahli, sehingga diperlukan referensi yang banyak untuk lebih mendalami pengertian sebenarnya dari VE ini. Salah satu pengertian VE yang dikemukakan oleh Society Of

3 American Value Engineer (SAVE) adalah Rekayasa Nilai (Value Engineering) merupakan usaha yang terorganisasi secara sistematis dan mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik mengidentifikasi fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga yang terendah (paling ekonomis). Menyederhanakan pengertian VE yang telah diungkapkan tersebut, maka VE adalah: 1. Multidisciplined Team Approach, terdiri dari Pemilik Proyek dan Value Engineering Consultant. 2. Proven Management Technique. 3. Oriented System, untuk menentukan dan menghilangkan unnecessary cost. 4. Oriented Function, untuk mencapai fungsi yang diperlukan sesuai dengan nilai yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. 5. Life Cycle Cost Oriented, meneliti jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengoperasikan fasilitas yang diperlukan. Sedangkan Value Engineering (VE) bukan merupakan revisi desain yang diperlukan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh perencana, maupun mengoreksi perhitungan selain itu juga bukan merupakan suatu proses untuk membuat sesuatu menjadi murah ataupun pemotongan harga dengan mengurangi penampilan, dan juga bukan merupakan kontrol terhadap kualitas ataupun pemeriksaaan ulang dari perencanaan proyek atau produk. Konsep Value Engineering (VE) adalah penekanan biaya produk atau jasa dengan melibatkan prinsip-prinsip engineering. Teknik ini berusaha untuk mencapai mutu yang minimal sama dengan yang direncanakan denganbiaya seminimal mungkin. Proses perencanaan yang dilakukan dalam pelaksanaan value engineering selalu didasarkan pada fungsi-fungsi yang dibutukan serta nilai yang diperoleh. Berikut merupakan diagram keseimbangan dalam value engineering Gambar 1. Konsep Value Engineering Sumber: Berawi M.A, 2012

4 2.2 Life Cycle Costing (LCC) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengertian dari Value Engineering (VE) secara sederhana berdasarkan pada Life Cycle Cost (LCC), yaitu meneliti jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengoperasikan fasilitas yang diperlukan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap LCC pun merupakan suatu keharusan karena merupakan sebuah alat yang akan digunakan dalam analisis VE ini. Menurut RICS pada tahun 1999 diungkapkan bahwa Life Cycle Cost (LCC) didefinisikan sebagai nilai saat ini yang mencakup keseluruhan biaya proyek meliputi biaya investasi awal, biaya operasional, biaya kepemilikan dan nilai akhir proyek pada umur rencana yang ditentukan. Menurut P.J. Barrett (2001), LCC digambarkan sebagai berikut: Gambar 2. Konsep Life Cycle Cost menurut P.J. Barrett (2001) Sumber: Life Cycle Costing, Better Practice Guide, 2001 Selanjutnya, menurutnya proses Life Cycle Costing (LCC) pada dasarnya meliputi 2 macam kegiatan, yaitu: a. Menilai biaya yang timbul dari aset selama siklus hidupnya. b. Mengevaluasi alternatif yang berdampak pada biaya kepemilikan. Menyederhanakan pengertian LCC diatas, maka dapat disimpulkan bahwa LCC merupakan nilai yang mencakup keseluruhan biaya proyek, mulai dari biaya investasi diawal, biaya operasional dan perawatan dari proyek, hingga biaya yang timbul diakhir pada umur rencana proyek. Life Cycle Cost juga memberikan perspektif jangka panjang, karena mempertimbangkan semua biaya selama siklus hidup keseluruhan yang biasanya dipisahkan menjadi beberapa komponen. Selain itu, dalam analisa ekonomi menggunakan cara yang

5 disebut life cycle cost ini, di mana life cycle cost sebagai alat bantu dalam mencari alternatifalternatif berbagai kemungkinan dalam pengambilan keputusan dan menggambarkan nilai sekarang dan nilai yang akan datang dari suatu proyek pembangunan selama umur manfaat proyek itu sendiri. Saat ini terdapat berbagai macam metode yang digunakan dalam perhitungan LCC, diantaranya adalah Simple Payback Method, Discounted Payback Method, Net Present Value, Equivalent Annual Cost, Internal Rate of Return, dan Net Saving. Diantara sekian banyak metode LCC tersebut, Net Present Value (NPV) merupakan teknik yang sesuai untuk menghitung cash flow comparisons untuk jangka waktu yang lama seperti proyek-proyek infrastruktur dengan skema Public Finance Investment (Kelly, Roy and Wilkinson, 2003). Dalam penerapan konsep life cycle cost, Departmen of Education & Early Development alaska School Facilities dalam bukunya yang berjudul Life Cycle Cost Analysis Handbook, 1st Edition (1999) mengungkapkan terdapat 3 komponen dalam konsep ini, yaitu biaya, waktu dan tingkat suku bunga atau diskon. Komponen pertama dalam persamaan LCC adalah biaya. Ada dua kategori utama dimana biaya proyek harus dievaluasi dalam LCCA, yaitu biaya awal dan biaya masa depan. Biaya awal adalah semua biaya yang dikeluarkan sebelum pendudukan fasilitas. Biaya masa depan adalah semua biaya yang terjadi setelah pendudukan fasilitas. Mendefinisikan biaya yang tepat dari masing-masing kategori biaya bisa sedikit sulit dikarenakan, pada saat studi LCC, hampir semua biaya tidak diketahui. Namun, melalui penggunaan akal, konsisten, dan asumsi yang digunakan dengan baik, sebuah LCCA yang kredibel dapat disiapkan. Komponen kedua dari persamaan LCC adalah waktu. Masa studi adalah periode waktu pengeluaran selama kepemilikan dan operasi yang harus dievaluasi. Biasanya, masa studi dapat berkisar 20 sampai 40 tahun, tergantung pada pilihan pemilik, stabilitas program pengguna, dan usia keseluruhan fasilitas yang dimaksudkan. Sedangkan panjang masa studi sering merupakan refleksi dari usia fasilitas yang dimaksudkan, masa studi biasanya lebih pendek dari umur fasilitas yang dimaksudkan. NIST membagi masa studi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah periode perencanaan / konstruksi dan tahap kedua adalah periode layanan. Periode perencanaan / konstruksi adalah periode waktu dari tanggal awal penelitian hingga waktu tanggal bangunan mulai melakukan masa operasional (tanggal layanan). Periode layanan adalah periode waktu dari tanggal bangunan mulai melakukan operasional hingga akhir penelitian. Komponen ketiga dalam persamaan LCC adalah tingkat diskon. Tingkat diskon, seperti yang didefinisikan oleh Life Cycle Costing for Design Professionals, 2nd Edition,

6 adalah "suku bunga mencerminkan nilai waktu terhadap uang investor. Pada dasarnya, ini adalah tingkat bunga yang akan membuat investor bersikap tidak tertarik terhadap apakah ia menerima pembayaran sekarang atau pembayaran lebih besar pada beberapa waktu di masa depan. NIST mendefinisikan tingkat diskon selangkah lebih maju dengan memisahkannya menjadi dua jenis, yang pertama adalah tingkat diskon sebenarnya dan yang kedua adalah tingkat diskon nominal. Perbedaan diantara keduanya adalah bahwa tingkat diskon yang sebenarnya tidak termasuk tingkat inflasi dan tingkat diskon nominal termasuk tingkat inflasi. Ini bukan untuk mengatakan bahwa tingkat diskon sebenarnya mengabaikan inflasi, penggunaannya hanya menghilangkan kompleksitas akuntansi untuk inflasi dalam persamaan present value. Baik penggunaan tingkat diskon maupun perhitungan present value akan memperoleh hasil yang sama. Dalam penggunaan Life Cycle Cost, terdapat beberapa langkah-langkah yang harus dipahami lalu dilakukan, diantaranya yaitu: 1. Mendefinisikan semua biaya investasi awal. Biaya investasi awal adalah biaya yang akan timbul sebelum kepemilikan fasilitas. 2. Mendefinisikan semua biaya operasional yang akan terjadi di masa depan. Biaya operasional adalah biaya tahunan, termasuk pemeliharaan dan biaya perbaikan, yang terlibat dalam pengoperasian fasilitas. Sebagian dari biaya ini berhubungan dengan membangun utilitas dan jasa kustodian. Semua biaya operasi harus didiskontokan ke present value sebelum dilakukan perhitungan dengan present value. Biaya operasional yang tidak secara langsung berhubungan dengan bangunan biasanya harus dikecualikan dari LCCA. Contoh dari biaya yang harus dikeluarkan adalah biaya bahan kantor. Sementara itu adalah biaya operasional tahunan, itu tidak ada hubungannya dengan pengoperasian bangunan tetapi merupakan sebuah fungsi pengguna bangunan. 3. Mendefinisikan semua biaya pemeliharaan dan perbaikan pada masa depan. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk memelihara bahkan memperpanjang masa layak penggunaan dari suatu fasilitas. Biaya perbaikan adalah pengeluaran tak terduga yang diperlukan untuk memperpanjang umur dari sistem bangunan atau fasilitas tanpa mengganti sistem. Contohnya adalah perbaikan jendela rusak. Beberapa biaya pemeliharaan dikeluarkan setiap tahun, sedangkan biaya perbaikan adalah dengan biaya yang tak terduga sehingga tidak mungkin untuk memprediksi kapan akan terjadi. Untuk menyederhanakan, biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan harus diperlakukan sebagai biaya tahunan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan harus didiskontokan ke present value.

7 4. Mendefinisikan semua biaya penggantian pada masa depan. Biaya penggantian mengantisipasi pengeluaran untuk membangun komponen utama sistem yang diperlukan untuk mempertahankan operasional fasilitas. Biaya pengganti semua harus didiskontokan ke present value. Biaya penggantian biasanya dihasilkan oleh penggantian sistem bangunan atau komponen yang telah mencapai akhir masa pakainya. 5. Menentukan nilai sisa. Nilai sisa, sebagaimana didefinisikan sebelumnya, adalah kekayaan bersih dari sistem bangunan atau bangunan di akhir masa studi LCCA. Ini adalah kategori biaya yang dalam LCCA memiliki nilai negatif, salah satu yang mengurangi biaya, dapat diterima. Nilai sisa dari fasilitas atau sistem bangunan sangat penting ketika mengevaluasi proyek alternatif yang memiliki umur pakai yang berbeda. Nilai sisa dari alternatif proyek dapat dibentuk dari beberapa cara yang berbeda, tergantung pada tingkat detail yang tersedia. Namun, solusi yang memilih untuk mengganti fasilitas baru sebagai pengganti renovasi dan penambahan fasilitas yang ada harus membentuk nilai sisa pada sistem dasar bangunan. Setelah semua biaya terkait telah dibentuk dan didiskontokan ke present value, biaya dapat dijumlahkan untuk menghasilkan siklus hidup biaya total alternatif proyek. Setelah ini telah dilakukan untuk semua alternatif proyek yang layak, ringkasan dari hasilnya harus disiapkan. Ringkasan dari proyek alternatif harus membandingkan biaya siklus hidup total Investasi Awal, Operasi, Pemeliharaan & Perbaikan, Penggantian, dan Nilai Sisa dari semua alternatif proyek. Hal ini mengantisipasi bahwa alternatif proyek dengan biaya hidup terendah secara keseluruhan akan menjadi proyek Alternatif yang dipilih. 2.3 Conceptual Design Jembatan Selat Sunda (JSS) Ide mengenai jembatan selat sunda ini pertama kali dikemukakan oleh Prof. Sedyatmo (1960). Saat ini, ide mengenai jembatan selat sunda tersebut sudah dikaji oleh Prof. Wiratman Wangsadinata (1997) dan Dr.Ir. Jodi Firmansyah (2003). Namun saat ini sudah terdapat beberapa rute yang diperkenalkan untuk jembatan selat sunda ini, yaitu rute yang diusulkan oleh Wiratman (1997), Firmansyah (2003), JICA (1986), Balitbang PU (2008), dan Binamarga (2008). Saat ini telah dilakukan riset mengenai penambahan fungsi pada rencana pembangunan jembatan selat sunda tersebut. Seperti yang telah diketahui bahwa Proyek Jembatan Selat Sunda ini diperkirakan akan menghabiskan dana hingga Rp. 250 trilyun (PPP Book, 2012) dengan sistem Public Private Partnership yang berarti kerjasama pembiayaan antara sektor pemerintah dan sektor swasta. Dengan perkiraan masa pengembalian modal yang akan berjalan lama, tentunya akan sulit untuk menarik minat para investor untuk tergabung dalam proyek ini, sehingga untuk mensiasati hal tersebut, dilakukanlah

8 penambahan fungsi pada conceptual design Jembatan Selat Sunda sehingga dapat memberikan masa pengembalian modal dengan jangka waktu yang lebih cepat serta dapat menarik minat para investor yang menjadi sasaran dari proyek ini. Conceptual design jembatan selat sunda saat ini masih dalam tahap pra kelayakan. Titik awal dan akhir dari desain jembatan ini masih belum ditetapkan, hal ini dikarenakan adanya perencanaan rute pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang tidak tunggal. Salah satu alternatif yang disampaikan adalah rute yang disampaikan oleh Prof. Wiratman dengan panjang jembatan selat sunda mencapai + 27,9 km dengan 6 (enam) macam segmen yang akan membentang dari Pulau Jawa hingga Pulau Sumatra. Segmen pertama merupakan viaduct atau jembatan layang dengan panjang 3 km, dimulai dari Pulau Jawa hingga Pulau Ular. Segmen kedua sepanjang 7,8 km dengan konstruksi jembatan gantung (Suspension Bridge) yang akan membentang dari Pulau Ular hingga Pulau Sangiang. Segmen ketiga sepanjang 5 km yang akan berada disepanjang Pulau Sangiang dengan konstruksi jembatan dengan fasilitas jalan dan rel kereta api diatasnya. Segmen keempat sepanjang 7,6 km yang membentang dari Pulau Sangiang hingga Pulau Prajurit dengan konstruksi berupa jembatan gantung (Suspension Bridge). Segmen kelima berupa jembatan dengan fasilitas jalan dan rel kereta api diatasnya dengan panjang 1 km yang terletak disepanjang Pulau Prajurit. Segmen yang terakhir merupakan segmen keenam dengan konstruksi viaduct atau jembatan laying dengan panjang 3 km yang dimulai dari Pulau Prajurit hingga Pulau Sumatra, sehingga keseluruhan dari jembatan selat sunda tersebut memiliki panjang mencapai 29 km (wiratman, 1992). Berikut merupakan alignment jembatan selat sunda (JSS). Gambar 3. Alignment Jembatan Selat Sunda (JSS) Sumber: Wiratman, 1997 Berawi, M.A, et al (2012) dalam Jurnalnya yang berjudul Conceptual Design of Sunda Strait Bridge Using Value Engineering Method menyebutkan bahwa akan ada kesenjangan yang tidak kompatibel antara manfaat dan biaya jika konsep jembatan selat sunda ini hanya didasarkan untuk sarana transportasi saja, sehingga iterasi berdasarkan metodologi Value Engineering diharapkan akan dapat memberikan solusi yang mengarah pada penciptaan

9 proyek yang lebih kompetitif dalam kualitas, biaya dan waktu, sehingga dilakukanlah penambahan-penambahan fungsi dalam desain konseptual dari jembatan selat sunda ini sebagai berikut: Tabel 1. Variabel fungsi tambahan Fungsi yang ditambahkan Tidal Power Plants Wind Power Plants Oil Pipelines and Gas Distribution Integration Fiber Optic Integration Tourism Development Development Along Sunda Stait Keuntungan yang diharapkan Menghasilkan listrik Langkah baru dalam mengimplementasikan energi terbarukan Efisiensi sumber daya alam Bebas polusi Menghasilkan listrik Mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi tradisional Bebas polusi Memperlancar distribusi minyak dan gas Efisiensi biaya Mempermudah akses Memperlancar sistem komunikasi dan informasi Efisiensi biaya Mempermudah akses Menarik turis domestik dan turis pendatang Membuat lapangan pekerjaan baru Menambah nilai ekonomi regional Pengembangan industri perikanan Pembangkit listrik Industri manufaktur Sumber: Conceptual Design of Sunda Strait Bridge Using Value Engineering Method, Berawi, M.A, Miraj, P, Gunawan & Husin, A.E, 2012 Selain penambahan fungsi yang telah disebutkan diatas, terdapat hal-hal yang membedakan antara konsep desain jembatan selat sunda dengan jembatan selat sunda yang sudah berbasis value engineering adalah pada desain konsep jembatan selat sunda yang berbasis VE trasenya tidak akan melewati dua pulau kecil, yaitu Pulau Ular dan Pulau Prajurit seperti pada konsep desain yang disampaikan oleh Prof. Wiratman (Gunawan, 2013). Berikut merupakan trase Jembatan Selat Sunda berbasis value engineering.

10 Gambar 4. Trase Jembatan Selat Sunda (JSS) Sumber: Gunawan, 2013 Secara teknis, bentuk dari Jembatan Selat Sunda (JSS) ini akan memakai jembatan gantung generasi ketiga untuk tipe jembatan gantungnya. Selain itu, secara konstruksi terhadap fungsifungsinya, hampir serupa dengan jembatan messina di Italia. Jembatan Selat Sunda (JSS) berbasis VE ini memiliki fungsi 6 jalur jalan tol, 2 jalur rel kereta api, 2 jalur servis dan emergency, serta 2 jalur untuk pejalan kaki diatasnya, sedangkan terdapat 2 jalur hanging train dibagian bawahnya. Untuk bagian pylon dari Jembatan Selat Sunda (JSS) ini akan terdapat tidal turbine yang berfungsi sebagai penghasil energi. Disamping jalur hanging train akan terdapat lintasan perpipaan yang akan membawa hasil minyak serta fiber optic menyebrangi selat sunda. Selain itu, dibagian atas jembatan juga terdapat wind turbine (Gunawan, 2013). Berikut merupakan potongan penampang melintang JSS berbasis value engineering.

11 Gambar 5. Penampang melintang JSS pengembangan fungsi Sumber: Gunawan, 2013 Berkaitan dengan penambahan fungsi pariwisata, pada Jembatan Selat Sunda (JSS) ini akan memiliki jalan keluar atau ramp yang akan menuju langsung ke jalan utama didalam Pulau Sangiang, serta akan terintegrasi dengan stasiun hanging train yang terletak dibawah jembatan selat sunda. Dengan penambahan fungsi baru tersebut yang akan memberikan dampak pada peningkatan biaya pembangunan daerah, namun juga dapat meningkatkan fungsi dari pembangunan jembatan selat sunda ini. 3. Metode Penelitian Metode penelitian sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini berfokus pada analisis terhadap penambahan fungsi Jembatan Selat Sunda (JSS) yaitu pengembangan potensi pariwisata. Strategi penelitian ini adalah studi banding (benchmarking) terhadap konsep desain pariwisata yang dikembangkan pada suatu pulau dengan akses-aksesnya yang digunakan untuk mencapai pulau yang dimaksud. Konsep pariwisata tersebut diambil dari beberapa negara yang telah menerapkannya, seperti pada Cina dan Singapore. Strategi penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

12 1. Mengumpulkan seluruh data skema pembiayaan dari setiap theme park dan akses seperti hanging train serta cable car dengan rentan waktu 2 (dua) tahun kebelakang. 2. Membuat kuisioner yang berisi tentang besaran minat masyarakat terhadap pariwisata theme park yang akan dikembangkan di Pulau Sangiang. 3. Membagikan kuisioner tersebut secara langsung pada golongan-golongan masyarakat secara acak yang khususnya berada diwilayah Ibukota Jakarta. 4. Mengumpulkan jawaban kuisioner yang telah diisi/dibagikan. 5. Melakukan deep interview serta FGD terhadap beberapa ahli, termasuk ahli arsitek pariwisata. 6. Menganalisa dan mengolah data dengan menggunakan metode Life Cycle Costing untuk data skema pembiayaan pada setiap theme park dan fasilitas pariwisata yang lainnya serta menggunakan metode statistik deskriptif untuk jawaban kuisioner yang telah diisi. 7. Mengambil kesimpulan dari data-data tersebut Berdasarkan strategi penelitian yang telah diungkapkan diatas, maka dilakukan 2 (dua) tahap pengolahan data pertama berupa analisis statistik deskriptif yang didalamnya terdapat peringkasan, pengklasifikasian dan penyajian data yang akan digunakan dalam hasil kuesioner. Selanjutnya pengolahan data menggunakan Net Present Value (NPV) untuk data pembiayaan untuk masing-masing komponen pembentuk pariwisata dengan membagi pembiayaan tersebut menjadi 2 (dua) tipe pembiayaan, yaitu Cost Structure dan Revenue Structure sebagai berikut: Proyek Pariwisata Initial Cost (Construction Cost & Investment Cost) Operation & Maintenance Cost Theme Park Hotel Jalan Raya Hanging Train Cable Car Gambar 6. Cost Structure Konsep Pengembangan Pariwisata Sumber: Hasil Olahan Pribadi, 2013

13 Revenue Cost Theme Park Hotel Cable Car Hanging Train Tiket Masuk Sewa Kamar dan Ruangan Tiket Cable Car Tiket Hanging Train Souvenir dan Merchandise Makanan dan Minuman Makanan dan Minuman Laundry Pendapatan Lainnya Paket Pariwisata Pendapatan Lainnya Gambar 7. Revenue Cost Structure Untuk Konsep Pengembangan Pariwisata Sumber: Hasil Olahan Pribadi, 2013 Dengan asumsi-asumsi yang digunakan berupa nilai BI Rate selama 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 6,81% dan besaran inflasi selama 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 5,95% Setelah didapatkan besaran pembiayaan dari masing-masing kategori pembiayaan, dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: NPV =!! + Dengan: C 0 = Initial Investment / Initial Cost!!!!!! (!!!)! C = Cash Flow (O&M Cost dan Annual Revenue) r = Discount Rate T = Waktu Jangka waktu (umur rencana) dari proyek ini adalah sebesar 26 tahun, yaitu dimulai dari tahun 2024 hingga tahun Hasil Penelitian Conceptual Design Jembatan Selat Sunda (JSS) yang telah mendapatkan penambahan fungsi seperti yang telah dijelaskan oleh Berawi, M.A, et al (2012) dalam Jurnalnya yang berjudul Conceptual Design of Sunda Strait Bridge Using Value Engineering Method bahwa konsep jembatan akan melewati pulau Sangiang. Secara administratif, wilayah dari pulau

14 Sangiang ini termasuk kedalam wilayah Propinsi Banten, tepatnya masuk kedalam wilayah Desa Cikoneng dengan 1 wilayah Rukun tetangga, yaitu RT 11. Berdasarkan data dari Desa Cikoneng, pulau sangiang memiliki luas daratan sebesar 700,35 Ha atau km 2 (Kecamatan Anyar, 2005). Pulau Sangiang memiliki topografi mulai dari dataran rendah, perbukitan, agak curam sampai curam yang secara garis besar dibagi kedalam 3 golongan, yaitu: 1. Daerah landai sebagian besar terletak di bagian timur merupakan wilayah terbuka dan sudah ada pemukiman penduduk. 2. Daerah berbukit terletak mulai dari utara sampai barat laut, dan menyusuri tepian pulau sampai bagian barat sampai ke arah pantai di bagian barat. 3. Daerah curam sampai sangat curam didominasi oleh bagian barat, hanya sebagian kecil daerah barat yang merupakan bagian pantai berpasir putih. Menurut informasi dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat yang membawahi Pulau sangiang, pulau ini sejak tanggal 8 Februari 1993 melalui SK Menteri Kehutanan No. 55/Kpts-II/1993 ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (TWA) seluas 528,15 Ha untuk TWA daratan dan 720 Ha untuk TWA laut. Penetapan TWA Sangiang dilatar belakangi oleh adanya keinginan investor untuk masuk ke sangiang dan berencana membangun resort, sehingga dibebaskanlah lahan milik (klaim) masyarakat seluas 259,224 Ha, yang semula merupakan tanah negara. BKSDA mengembangkan Pulau Sangiang menjadi beberapa zona, yaitu zona perlindungan (zona rimba) seluas 173,662 Ha, zona pemanfaatan seluas 297,717 Ha, zona enclave (pengembang) seluas 259,224 Ha, zona estuaria seluas 82,224 Ha dan seluas + 9 Ha pinjam pakai TNI Angkatan Laut untuk pos pengamatan (BKSDA Jawa Barat). Pulau sangiang ini disebut-sebut sebagai surga yang tersembunyi, dikarenakan kurangnya usaha pengembangan pariwisata pada daerah tersebut. Dilihat dari potensinya, pulau tersebut memiliki potensi wisata alam berupa lintas alam, mendaki gunung, memotret, bersepeda, berkemah dan menikmati panorama alam pantai yang landai maupun pantai yang curam. Potensi wisata bahari berupa scuba diving, snorkling, menikmati keindahan terumbu karang di taman laut dengan glass bottom boat, memancing dan bersantai berjemur di pantai berpasir. Serta potensi wisata budaya berupa menikmati/mengamati sisa-sisa perang dunia kedua, berupa benteng bekas pertahanan Jepang. Melihat potensi Pulau Sangiang tersebut, maka pengembangan potensi pariwisata tersebut dipusatkan pada pulau ini dengan perencanaan sebagai berikut:

15 Gambar 8. Konsep kawasan pariwisata Pulau Sangiang Sumber: Hasil olahan pribadi dari berbagai sumber, 2012 Konsep pengembangan kawasan pariwisata akan memiliki akses jalan raya dengan panjang total + 15 km, memiliki lebar + 7 meter dengan rincian 2 lajur 2 arah dan terdapat median ditengah jalannya. Selain itu jalur khusus sepeda juga terletak pada sisi paling kiri pada setiap arahnya. Perkerasan yang akan digunakan merupakan perkerasan lentur (Hotmix). Menurut Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Standar Biaya Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008, pembangunan jalan baru dengan perkerasan hotmix yang memiliki lebar jalan hingga 7 meter akan memakan biaya sebesar Rp per kilometer, biaya peningkatan jalan sebesar Rp per kilometer, sedangkan untuk biaya pemeliharaan berkala sebesar per kilometer dan biaya pemeliharaan rutin sebesar Rp per kilometer. Untuk struktur biaya pendapatannya, tidak dapat

16 didefinisikan, hal ini dikarenakan pada sarana jalan raya tidak dipungut biaya apapun, sehingga tidak dihasilkan revenue dari sarana ini. Sehingga biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk pengadaan fasilitas jalan raya pada Pulau Sangiang adalah sebagai berikut: Tabel 2. Initial cost dan O&M Cost Pengadaan Jalan Raya No Item Satuan Volume Harga Satuan Sub Harga 1 1 INITIAL COST Akses Jalan Km 15 Rp 2,793,000,000 Rp 41,895,000,000 (Hanya peningkatan jalan eksisting dengan perkerasan lentur) OPERATION AND MAINTENANCE COST Akses Jalan Km 15 Rp 44,500,000 Rp 667,500,000 (Harga Satuan Pemeliharaan Rutin Perkerasan Lentur) Sumber: Hasil olahan pribadi dari berbagai sumber, 2013 Selain itu akses berupa hanging train juga akan diintegrasikan pada jembatan ini dengan panjang lintasan + 29 km dengan rincian rute 14 km di Pulau Sumatra menuju Pulau Sangiang dan 15 km dari Pulau Jawa menuju Pulau Sangiang serta akan ditopang oleh 5 rangkaian untuk masing-masing rute. Hanging train ini akan mengikuti konsep yang telah diterapkan oleh Wuppertal Scwhebebhan di Jerman. Untuk pendapatan dari sarana ini akan menggunakan proyeksi dari wisatawan yang akan berkunjung ke Pulau Sangiang denan asumsi sebanyak 60% pengunjung akan menggunakan fasilitas ini dengan tarif sebesar Rp dan akan mengalami kenaikan tarif yang konstan selama umur rencana sebesar 3% per tahun. Konsep ini akan memiliki biaya initial cost atau pembangunan sebesar Rp ,60 sedangkan untuk biaya operasionalnya sebesar Rp ,75. Untuk lebih jelasnya, pembiayaan hanging train pada konsep ini dapat dilihat pada lampiran 1. Dalam kawasan Pulau Sangiang sendiri akan terdapat 2 (dua) macam sarana pariwisata yang akan menjadi pusat bagi para pengunjung. Pertama, theme park yang akan menjadi pusat kegiatan para pengunjung sedangkan yang kedua adalah cable car yang menjadi sarana bagi ara wisatawan untuk mengelilingi seluruh kawasan wisata Pulau Sangiang dari ketinggian. Konsep pengembangan kawasan wisata Sangiang Resort pada Pulau Sangiang pada sektor theme park dan kawasan perhotelan akan mengikuti konsep resort yang dimiliki oleh Hong Kong Disneyland Resort yang terletak di Pulau Lantau Hong Kong.

17 Konsep resort yang terletak di Pulau Sangiang akan memiliki luas sebesar 126 Ha yang didalamnya terdapat fasilitas seperti sebuah theme park yang memiliki luas sebesar 22,4 Ha dan terdapat dua buah hotel dengan kelas bintang 4 dan memiliki kapasitas hingga 1000 kamar tamu. Biaya initial cost dari pengembangan konsep Sangiang Resort ini adalah sebesar Rp yang termasuk didalamnya Rp untuk biaya pembebasan lahan sebesar 126 Ha. Untuk biaya operasional dan pemeliharaan Sangiang Resort ini merupakan biaya operasional dan perawatan yang didapatkan dari hasil melakukan benchmarking terhadap biaya operasional dan perawatan yang dimiliki oleh Hong Kong Disneyland Resort yang dimulai dari tahun 2008 hingga tahun Setelah mendapatkan besaran biaya operasional dan perawatan dari Hong Kong Disneyland Resort pada masingmasing tahun, maka selanjutnya dilakukan pencarian persentase besaran perubahan biaya O&M setiap tahunnya, sehingga didapatkan besaran perubahan biaya O&M rata-rata pertahunnya sebesar 8%. Berdasarkan nilai O&M sebelumnya, maka nilai O&M dari Sangiang Resort dapat diprediksikan. Berikut merupakan skema pembiayaan O&M pada tahun 2024 (tahun pertama operasional) hingga tahun Tabel 3. Biaya operasional & Perawatan Sangiang Resort Tahun O&M Cost Tahun O&M Cost 2024 Rp 4,290,549, Rp 12,602,176, Rp 4,633,793, Rp 13,610,350, Rp 5,004,497, Rp 14,699,178, Rp 5,404,857, Rp 15,875,112, Rp 5,837,245, Rp 17,145,121, Rp 6,304,225, Rp 18,516,731, Rp 6,808,563, Rp 19,998,069, Rp 7,353,248, Rp 21,597,915, Rp 7,941,508, Rp 23,325,748, Rp 8,576,829, Rp 25,191,808, Rp 9,262,975, Rp 27,207,152, Rp 10,004,013, Rp 29,383,725, Rp 10,804,334, Rp 31,734,423, Rp 11,668,681, Sumber: Hasil olahan pribadi dari berbagai sumber, 2013 Untuk besaran nilai revenue didapatkan dari hasil perhitungan proyeksi wisatawan pada tahun Sumber dari besaran ini adalah dengan melakukan studi benchmarking terhadap besaran jumlah pengunjung yang terjadi pada konsep wisata yang sama pada wilayah Jakarta,

18 yaitu pada kawasan wisata Ancol. Dengan melakukan pengolahan data jumlah pengunjung ancol, serta menurut direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, yang menyatakan bahwa jumlah pengunjung ancol rata-rata tumbuh sebesar 3-5 persen per tahun (Tabloid Swa, edisi 24 Januari 2013) dapat diproyeksikan pada tahun 2024 diperkirakan ancol akan dapat menarik hingga 22 juta wisatawan yang akan diberlakukan tarif sebesar Rp per orangnya dan akan mengalami kenaikan tarif sebesar 3% setiap tahunnya. Sedangkan untuk hotel, akan dikenakan tarif sebesar Rp dan akan mengalami kenaikan sebesar 3% per tahun. Untuk lebih jelasnya, pembiayaan Sangiang Resort dapat dilihat pada lampiran 2. Konsep pengembangan kawasan wisata pada sektor Cable Car menggunakan hasil benchmarking yang telah dilakukan terhadap sistem cable car yang terdapat di dataran tinggi Genting, Malaysia. Sistem cable car yang digunakan di dataran tinggi tersebut merupakan sistem Monocable Detachable Gondola (MDG). Secara keseluruhan, sistem cable car ini akan memiliki jalur sepanjang + 8 km, yang dibagi menjadi 3 rute. Rute biru beroperasi disisi selatan Pulau Sangiang dengan panjang lintasan 2 km, rute merah yang beroperasi disisi tengah Pulau Sangiang dengan panjang lintasan 3 km, dan rute jingga yang beroperasi disisi utara Pulau Sangiang dengan panjang lintasan 3 km. untuk initial cost dari sangiang cable car ini adalah Rp ,23 dengan biaya operasional dan perawatan akan dipengaruhi oleh tarif dasar listrik yang berlaku, yaitu seesar Rp pada periode 1 Juli 2013 hingga 30 september 2013, dikarenakan cable car ini membutuhkan daya sebesar 2 x 640 kwh. Sedangkan untuk revenue dari cable car ini berlaku hal yang serupa dengan hanging train, yaitu berdasarkan banyaknya pengunjung pada Pulau Sangiang sebesar 60% yang dikenakan tariff sebesar Rp dengan kenaikan tarif sebesar 3% per tahunnya. Untuk lebih jelasnya, pembiayaan cable car ini dapat dilihat paa lampiran Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diatas, didapatkan bahwa konsep pengembangan pariwisata pada Pulau Sangiang diatas merupakan konsep yang layak untuk diterapkan pada Pulau Sangiang, hal ini didasarkan pada tanggapan yang positif dari masyarakat yang menjadi sampel dari kuesioner penelitian yang sebanyak 87% responden menyatakan setuju jika pada Pulau Sangiang dikembangkan konsep pariwisata seperti yang telah diajukan oleh peneliti. Selain itu, konsep pariwisata yang dikemukakan oleh peneliti juga mendapatkan tanggapan dari pakar arsitektur yang menyetujui konsep seperti ini dan

19 juga beliau memprediksikan bahwa dengan konsep seperti ini, akan membuka peluang yang sangat besar bagi Pulau Sangiang untuk mengembangkan pariwisatanya. Berdasarkan hasil analisis Life Cycle Costing (LCC) dari skema pembiayaan seluruh konsep tersebut, didapatkan bahwa konsep ini akan memiliki nilai sebagai berikut: Tabel 4. Nilai NPV dan IRR Net Present Value (NPV) Rp Internal Rate of Return (IRR) 10.30% Sumber: Hasil olahan pribadi, 2013 Dengan menggunakan konsep ini, mampu memberikan nilai Internal Rate of Return (IRR) total sebesar 10,30% yang berarti jika konsep seperti ini dikembangkan pada Pulau Sangiang, akan memberikan tingkat pengembalian investasi sebesar 10,30%, selain itu nilai Net Present Value (NPV) total yang dihasilkan pada konsep ini sebesar Rp 20,100,940,090,529, terlepas dari beberapa komponen yang memiliki nilai NPV negatif, jika digabungkan keseluruhan komponen, maka didapatkan NPV yang bernilai positif dan lebih besar dari 0, yang menyatakan jika konsep ini dilaksanakan, maka akan memberikan keuntungan hingga Rp 20,100,940,090,529. Tentu dengan tingkat pengembalian mencapai sebesar 10,30%, konsep ini dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan (Skema LCC dapat dilihat pada lampiran 4). 6. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pariwisata yang dapat dibangun atau dikembangkan pada kawasan selat sunda, terutama pada Pulau Sangiang dan juga untuk mengetahui berapa nilai kelayakan investasi dari pengembangan pariwisata yang terintegrasi dengan conceptual design Jembatan Selat Sunda (JSS) dari sisi investor pariwisata dengan pendekatan skema LCC. Jenis pengembangan pariwisata yang dapat dikembangkan pada kawasan selat sunda, khususnya pada Pulau Sangiang adalah konsep pariwisata resort yang didalamnya terdapat theme park sebagai wahana utama, hal ini ditegaskan oleh tanggapan dari pakar arsitektur pariwisata yang mengatakan bahwa konsep ini akan berkembang sangat pesat, sehingga akan membantu biaya pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS), khususnya dari sisi investor pariwisata, selain itu tanggapan positif dari masyarakat terhadap konsep ini, menjadi landasan utama pula mengapa konsep ini dapat dilaksanakan pada Pulau Sangiang. Sedangkan untuk

20 nilai kelayakan investasi konsep ini didasarkan pada nilai IRR dan NPV. Kedua parameter ekonomi tersebut menunjukkan nilai yang positif, selain itu nilai IRR jauh lebih besar dari nilai BI Rate yang digunakan sebagai parameter kelayakan proyek tersebut. Dengan hasil seperti ini, maka konsep pengembangan pariwisata ini layak untuk dilaksanakan pada Pulau Sangiang. 7. Saran Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adaah sebagai berikut: 1. Pengintegrasian sarana transportasi masal dengan sarana transportasi masal yang akan terletak pada Jembatan Selat Sunda (JSS) diharapkan dapat lebih dikembangkan 2. Data komponen pembiayaan yang harus lebih didetailkan kembali, sehingga pengeluaranpengeluaran yang tidak perlu dapat diminimalisir. 3. Perlunya data mengenai MARR (Minimum Attractive Rate of Return) pada bidang pariwisata, sehingga parameter kelayakan IRR tidak hanya berdasarkan BI Rate. 4. Masih perlunya pengembangan konsep, terutama dalam hal ecoturism sesuai dengan permintaan dari masyarakat. 8. Daftar Referensi Berawi, M. Ali, et al. (2012). Kajian Pembangunan & Konseptual Design Jembatan Selat Sunda Berbasis Rekayasa Nilai Untuk Meningkatkan Daya Saing & Inovasi. Hibah Penelitian Prioritas MP3EI. Jakarta: Kemendikbud. Department of Education & Early Development State of Alaska. (1999). Life Cycle Cost Analysis Handbook 1st edition. Alaska: Education Support Services/Facilities. Gunawan. (2013). Peningkatan Nilai Tambah Proyek Infrastruktur Melalui Pendekatan Value Engineering (Studi Kasus Jembatan Selat Sunda). Teknik Sipil. Depok: Universitas Indonesia. Sianipar, Purba Robert. (Agustus, 2012). Jembatan Selat Sunda dan Kepentingan Nasional. Disampaikan dalam seminar setengah hari dalam rangka Hari Kebangkitan Teknoligi Nasional, Sabuga ITB. Bandung. Wangsadinata, W. (1997). The Sunda Strait Bridge and Its Feasibility as a Link Between Jawa and Sumatera. BPP Teknologi, May 1997.

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG Lulu Widia Roswita NRP : 9721055 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M. Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik ataupun mancanegara. Bandung juga memiliki wisata kuliner

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Teras, R. Sutjipto Tantyonimpuno Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda Reka racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda GLEN WEMPI WAHYUDI 1, DWI PRASETYANTO 2, EMMA AKMALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan

BAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Riau, khususnya Pekanbaru sangat meningkat. Pekanbaru merupakan Kota dengan pertumbuhan dan perkembangan tertinggi di Indonesia. Kota yang diprediksi

Lebih terperinci

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD Andreas Y. H. Aponno NRP : 9221035 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN Djoko Susilo 1 dan Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: 1) djokoyysusilo@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMI PROYEK PADA PEMBANGUNAN PALANGKA RAYA MALL. Rida Respati Program Studi Teknik Sipil UM Palangka Raya ABSTRAK

ANALISA EKONOMI PROYEK PADA PEMBANGUNAN PALANGKA RAYA MALL. Rida Respati Program Studi Teknik Sipil UM Palangka Raya ABSTRAK MEDIA ILMIAH TEKNIK SIPIL Volume 5 Nomor 1 Desember 2016 Hal. 74-80 ANALISA EKONOMI PROYEK PADA PEMBANGUNAN PALANGKA RAYA MALL Rida Respati Program Studi Teknik Sipil UM Palangka Raya ABSTRAK Bangunan

Lebih terperinci

DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI

DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4 BAB DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4 PERHITUNGAN PERHITUNGAN DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4.1 Analisis Perbandingan Investasi Softswitch terhadap Circuit Switch Untuk membandingkan antara Investasi dengan

Lebih terperinci

ANALISA MANFAAT BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BUNDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISA MANFAAT BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BUNDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISA MANFAAT BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BUNDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama : Dwitanti Wahyu Utami NRP : 3110106053 Dosen Pembimbing : Retno Indryanti Ir, MS. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA)

NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PRA-KELAYAKAN EKONOMI RENCANA PEMBANGUNAN KA BANDARA DALAM MENDUKUNG NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA) KEASDEPAN SISTEM TRANSPORTASI MULTIMODA KEDEPUTIAN

Lebih terperinci

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik Awang Djohan Bachtiar 9105205402 Pendahuluan Profil PT Petrokimia Gresik. Penjelasan singkat Mengapa butuh power monitoring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry)

RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) RANGKUMAN BAB 23 EVALUASI EKONOMI DARI PENGELUARAN MODAL (Akuntansi Biaya edisi 13 Buku 2, Karangan Carter dan Usry) BIAYA MODAL ( THE COST OF CAPITAL ) Biaya modal mewakili perkiraan tingkat pengembalian

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat menetapkan Bali sebagai pulau wisata terbaik di Dunia. Demikian pula organisasi Travel Leisure di

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek penelitian berupa proyek pembangunan apartemen Grand Taman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek penelitian berupa proyek pembangunan apartemen Grand Taman BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Obyek Penelitian Obyek penelitian berupa proyek pembangunan apartemen Grand Taman Melati Margonda yang terletak di Jalan Margonda, Kota Depok. Proyek tersebut

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN Amalia F. Mawardi, Djoko Sulistiono, Widjonarko dan Ami Asparini Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH

PERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH PERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Prance Abel Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Tel. 031-5939925, Fax 031-5939510

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Transportasi Transportasi dapat didefinisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pengangkutan atau pemindahan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH PROYEK INFRASTRUKTUR MELALUI PENDEKATAN VALUE ENGINEERING (Studi Kasus : Jembatan Selat Sunda)

PENINGKATAN NILAI TAMBAH PROYEK INFRASTRUKTUR MELALUI PENDEKATAN VALUE ENGINEERING (Studi Kasus : Jembatan Selat Sunda) 82, Inovtek, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 82-24 PENINGKATAN NILAI TAMBAH PROYEK INFRASTRUKTUR MELALUI PENDEKATAN VALUE ENGINEERING (Studi Kasus : Jembatan Selat Sunda) Gunawan 1, Mohammed Ali Berawi,

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA Florence Kartika Panditasiwi Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit 94, Bandung Telp: (022)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI

EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI Yudi Ardian NRP : 0321035 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST, MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. ABSTRAK Dalam memasuki era globalisasi, Indonesia dituntut untuk mempersiapkan dirinya agar dapat bersaing khususnya dalam bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia sekarang dapat dikatakan sudah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Penelitian merupakan suatu rangkaian proses yang saling terkait secara sistematis, setiap tahap merupakan bagian menentukan tahap berikutnya

Lebih terperinci

= Jumlah stasiun kerja. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan

= Jumlah stasiun kerja. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan Keterangan: n = Jumlah stasiun kerja Ws Wi = Waktu stasiun kerja terbesar. = Waktu sebenarnya pada stasiun kerja. i = 1,2,3,,n. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

REKAYASA NILAI VALUE ENGINEERING

REKAYASA NILAI VALUE ENGINEERING REKAYASA NILAI VALUE ENGINEERING What is it? When is it used? How do we used it HISTORY Rekayasa Nilai atau lebih dikenal dengan Value Engineering Lawrence D.Miles di perusahaan General Electric Th.1940

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN SEGMEN JALUR KERETA API BANGIL- SURABAYA SEBAGAI DAMPAK LUAPAN LUMPUR DI PORONG. Rofi Budi Hamduwibawa ( )

EVALUASI PERUBAHAN SEGMEN JALUR KERETA API BANGIL- SURABAYA SEBAGAI DAMPAK LUAPAN LUMPUR DI PORONG. Rofi Budi Hamduwibawa ( ) EVALUASI PERUBAHAN SEGMEN JALUR KERETA API BANGIL- SURABAYA SEBAGAI DAMPAK LUAPAN LUMPUR DI PORONG Rofi Budi Hamduwibawa (3107 206 002) Latar Belakang Peranan Surabaya sebagai pusat kegiatan nasional Kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, terutama pada sektor pariwisata. Sektor pariwisata adalah salah satu

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

EVALUASI KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA DI KABUPATEN BADUNG BALI

EVALUASI KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA DI KABUPATEN BADUNG BALI EVALUASI KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA DI KABUPATEN BADUNG BALI TUGAS AKHIR Oleh : A A Ngurah Gede Mahesmara 1104105055 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Lebih terperinci

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO Dwi Joko Fachrur Rozi 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang pesat terutama pada sektor industri, telah mendorong berkembangnya perusahaan industri dalam bentuk yang bervariasi. Industri mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI MATERI KULIAH 4 PERTEMUAN 6 FTIP - UNPAD METODE MEMBANDINGKAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI Ekivalensi Nilai dari Suatu Alternatif Investasi Untuk menganalisis

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES Pembimbing: Agus Riyanto, MT Oleh: Winda Octaviany 1.03.08.010 Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berbagai usaha pada saat ini

Lebih terperinci

ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA

ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA ALTERNATIF INVESTASI BERDASARKAN RATE OF RETURN PADA LAHAN EX-BIOSKOP PANALA KOTA PALANGKARAYA Ferry Margo Santosa, Retno Indryani, Retna Hapsari Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan Investasi dengan menggunakan Metode Life Cycle Cost Anaysis

Pengambilan Keputusan Investasi dengan menggunakan Metode Life Cycle Cost Anaysis Pengambilan Keputusan Investasi dengan menggunakan Metode Life Cycle Cost Anaysis Thesa D. Junus dan Dian Fitria Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Dalam pembangunan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

TUGAS PASAR MODAL DAN MANAJEMEN KEUANGAN PENGANGGARAN MODAL

TUGAS PASAR MODAL DAN MANAJEMEN KEUANGAN PENGANGGARAN MODAL TUGAS PASAR MODAL DAN MANAJEMEN KEUANGAN PENGANGGARAN MODAL ADE ARISNAYANTI 1206325012 PROGRAM PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 PENGANGGARAN MODAL Prinsip Penilaian Aset Secara Umum

Lebih terperinci

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-222 Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah Yudha Pramana dan I Putu Artama Wiguna Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mencapai tujuan suatu penelitian, diperlukan suatu desain penelitian yang didalamnya memuat proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang sistematis, terorganisasi

Lebih terperinci

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The aim of this research is to explore the feasibility of potato plantation project. From the finance point of view, Capital Budgeting Method will be suitable to be used as a measurement for the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah menjadi sumber pendapatan daerah yang berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku III. METODE PENELITIAN A. Umum Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku maupun jurnal-jurnal yang membahas tentang studi kelayakan, yang dapat menambah pengetahuan tentang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami

Lebih terperinci

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah A222 Yudha Pramana dan I Putu Artama Wiguna Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi h_maksum@yahoo.com

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERLIAN KUOK SEJAHTERA

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERLIAN KUOK SEJAHTERA ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERLIAN KUOK SEJAHTERA Hendra Taufik 1 dan Ria Larici 2 1,2 Program Studi S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri, menggerakkan roda

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG Afief Fithrotun Nisa 1, *), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY STUDI KELAYAKAN TERMINAL TERPADU INTERMODA DAN ANTARMODA DI KETAPANG BANYUWANGI

EXECUTIVE SUMMARY STUDI KELAYAKAN TERMINAL TERPADU INTERMODA DAN ANTARMODA DI KETAPANG BANYUWANGI EXECUTIVE SUMMARY STUDI KELAYAKAN TERMINAL TERPADU INTERMODA DAN ANTARMODA DI KETAPANG BANYUWANGI A. LATAR BELAKANG Sektor transportasi merupakan sektor yang memegang peranan pentingdalam upaya pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di D.I. Yogyakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di D.I. Yogyakarta pada BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota wisata di Indonesia. Permintaan akan fasilitas yang memadai seperti tempat tinggal sementara atau hotel untuk para wisatawan

Lebih terperinci

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Analisis kelayakan investasi proyek jalan tol pada dasaraya adalah mencoba mengkaji ulang suatu rencana penanaman sejumlah uang dengan memperhatikan manfaat yang dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Tabel 5.1. Hasil Survei Harga Jual Ruko sekitar Kedoya

BAB V ANALISA DATA. Tabel 5.1. Hasil Survei Harga Jual Ruko sekitar Kedoya 51 BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Data Aspek Pasar Dalam analisa aspek pasar pembangunan ruko ini, penulis membagi menjadi beberapa acuan analisa yaitu : 5.1.1. Analisa Harga Jual Ruko Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Disusun oleh: ANDINI PRASTIWI NRP : 3111105038 Dosen Pembimbing: Christiono Utomo, ST., MT., PhD. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi masyarakat dan pertambahan penduduk yang semakin pesat mempengaruhi sektor pembangunan di suatu daerah. Salah satu kebutuhan primer bagi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Menurut Surakhmad, (1994:140-143), metode deskriptif analisis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

Lebih terperinci

Analisa Investasi Perumahan Kalianget Paradise di Kabupaten Sumenep Ditinjau dari Aspek Finansial

Analisa Investasi Perumahan Kalianget Paradise di Kabupaten Sumenep Ditinjau dari Aspek Finansial JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-303 Perumahan Kalianget Paradise di Kabupaten Sumenep Ditinjau dari Aspek Finansial Erwin Ready, Cahyono Bintang Nurcahyo, dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Ibrahim H.M.Y (2003) menyatakan bahwa biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan suatu proyek, yang terdiri dari

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak

ABSTRAKSI. Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak ABSTRAKSI Dengan perkembangan jaman yang semakin pesat ini, membuat banyak perusahaan berpikir lebih maju sehingga perusahaan menanamkan berbagai jenis investasi untuk bersaing dengan perusahaan lain guna

Lebih terperinci

Studi Kelayakan HOTEL BERBINTANG di PROVINSI KEPULAUAN RIAU, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Nama Perusahaan.

Studi Kelayakan HOTEL BERBINTANG di PROVINSI KEPULAUAN RIAU, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Nama Perusahaan. 021 31930108 9 marketing@cdmione.com P T. CENTRAL DATA MEDIATAMA INDONESIA () dikenal luas oleh kalangan bisnis nasional dan internasional sebagai perusahaan konsultan yang banyak mengeluarkan studi kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya investasi proyek yang gagal, baik pada tahap pembangunan maupun tahap operasi, membuat perlunya ketepatan dan ketelitian dalam tahap analisis kelayakan

Lebih terperinci

PENILAIAN KELAYAKAN USAHA ATAS KERJASAMA PEMANFAATAN ASET TETAP MILIK NEGARA

PENILAIAN KELAYAKAN USAHA ATAS KERJASAMA PEMANFAATAN ASET TETAP MILIK NEGARA PENILAIAN KELAYAKAN USAHA ATAS KERJASAMA PEMANFAATAN ASET TETAP MILIK NEGARA Nela Diny Azka, Marliyati Politeknik Negeri Semarang, Jl Prof Soedharto SH Tembalang Semarang miss_marliyati@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

BAB VI ASPEK KEUANGAN. investasi dari perusahaan Saru Goma. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam BAB VI ASPEK KEUANGAN Dalam aspek ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi dari perusahaan Saru

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Seleksi Proyek Model Keuangan dan Mengelola Portfolio MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Manajemen Proyek. Seleksi Proyek Model Keuangan dan Mengelola Portfolio MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Manajemen Proyek Seleksi Proyek Model Keuangan dan Mengelola Portfolio Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Manajemen 05 31074 Deva Prudensia Setiawan,

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INVESTASI THE CORAL HOTEL DI SURAKARTA

STUDI KELAYAKAN INVESTASI THE CORAL HOTEL DI SURAKARTA STUDI KELAYAKAN INVESTASI THE CORAL HOTEL DI SURAKARTA Investment Feasibility Study Of The Coral Hotel At Surakarta Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T.

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. Investment is not just about cold cash, BUT ALSO about imagination and innovation. Imagination to make better use of what we have already. Innovation

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Macet adalah keadaan yang hampir setiap saat dialami masyarakat Jakarta. Sebelumnya, macet hanya dialami, saat jam berangkat kantor atau jam pulang kantor. Namun kini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF PROPERTI RITEL HIBURAN PADA BANJARMASIN ONE STOP ENTERTAINMENT CLUB (BOEC)

PENETAPAN TARIF PROPERTI RITEL HIBURAN PADA BANJARMASIN ONE STOP ENTERTAINMENT CLUB (BOEC) PENETAPAN TARIF PROPERTI RITEL HIBURAN PADA BANJARMASIN ONE STOP ENTERTAINMENT CLUB (BOEC) Sandokan Pandiangan Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax 031-5939510

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan potensi pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk meningkatkan kunjungan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci