MENELISIK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) BERLATAR BELAKANG AGAMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENELISIK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) BERLATAR BELAKANG AGAMA"

Transkripsi

1 MENELISIK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) BERLATAR BELAKANG AGAMA Catatan Hasil Kunjungan ke Kampus Mubarok, Jemaat Ahmadiyah Indonesia Parung, Bogor, 21 November 2015 LAPORAN FIELD TRIP Peningkatan Pemahaman Perdamaian Berperspektif HAM dan Islam Oleh: Ahmad Hamdani (PP. Ma had Aly UIN Jakarta) Ahmad Avif Okjilshipia (PP. Tahfidz Daarul Quran) Fajar Syahrullah (PP. An-Najah) Nurizka Awalia (PP. Daar El-Qolam) Nisa Alfiatin Najah (PP. An-Nuqtah) Editor: Ahmad Gaus AF Pesantren for Peace (PFP): A Project Supporting the Role of Indonesian Islamic Schools to Promote Human Rights and Peaceful Conflict Resolution

2 A. Pendahuluan Kontroversi menyangkut aliran Ahmadiyah di Indonesia dalam 10 tahun terakhir telah berubah menjadi kekerasan massa yang menelan korban jiwa dan harta benda. Kekerasan ini ditengarai bersumber dari perbedaan doktrin Sunni atau Ahli Sunnah wal- Jamaah yang dianut oleh mayoritas kaum Muslim Indonesia dengan doktrin Ahmadiyah mengenai status atau kedudukan Nabi Muhammad vis a vis Mirza Ghulam Ahmad. Bagi kaum muslim Sunni, Nabi Muhammad ialah nabi terakhir yang diutus Tuhan, dan tidak ada nabi lagi setelahnya. Sementara bagi penganut aliran Ahmadiyah, yang biasa disebut Ahmadi, Mirza Ghulam Ahmad adalah juga seorang nabi utusan Tuhan, walaupun tidak membawa syariat baru. Pengikut Sunni tidak dapat menerima doktrin kenabian Mirza Ghulam Ahmad, bagaimanapun penjelasannya. Pengakuan adanya nabi setelah Muhammad itulah yang menjadi sumber kontroversi di kalangan kaum Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan belakangan merebak menjadi kekerasan berdarah dan menjurus pada pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM). Sebelum memasuki pembahasan ini lebih jauh, ada baiknya kita melihat aspek historis kemunculan aliran Ahmadiyah dan kehadirannya di Indonesia. Ahmadiyah didirikan pada 1889 di kota kecil Qadian, di negara bagian Punjab, India, oleh Mirza Ghulam Ahmad. Sejak pendiriannya, aliran ini berkembang menjadi organisasi keagamaan yang perlahan tapi pasti menyebar ke berbagai negara dan telah memiliki cabang di 174 negara mencakup kawasan Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia, Eropa, dan termasuk Indonesia. Sebagai organisasi internasional, Ahmadiyah telah menerjemahkan al-quran ke dalam bahasa-bahasa besar di dunia, sedangkan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia telah menerjemahkan al-quran ke dalam bahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa. Masuknya Ahmadiyah ke Indonesia berawal pada tahun 1922, ketika tiga orang pemuda Indonesia bernama Abubakar Ayyub, Ahmad Nuruddin, dan Zaini Dahlan menimba ilmu di India, tepatnya di kota Lahore. Karena tertarik dengan ajaran Ahmadiyah, mereka memutuskan untuk ziarah ke makam pendiri Ahmadiyah yaitu Mirza Ghulam Ahmad di Qadian. Selain itu tujuan mereka ke Qadian adalah untuk mempelajari dan mendalami ajaran Ahmadiyah. Tidak lama berselang, ketiganya secara resmi dibaiat menjadi anggota Ahmadiyah. 1

3 Utara. 3 Para pengikut Ahmadiyah sendiri terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok Dalam perkembangannya, mereka ingin menyebarkan Ahmadiyah di Indonesia, dan meminta Khalifah Ahmadiyah kedua yang bernama Mirza Basyiruddin Mahmud untuk berkunjung ke Indonesia. Namun, rupanya Khalifah tidak bisa memenuhi permintaan mereka, dan ia mengganti dengan mengirim Maulana Rahmat Ali pada tahun 1925, yang kemudian menjadi tokoh penting dalam sejarah perkembangan Ahmadiyah di Indonesia. 1 Sejak tahun 1925, Ahmadiyah tumbuh dan berkembang di Sumatera. Pertamatama Maulana Rahmat Ali masuk dari Aceh ke Tapaktuan. Tahun 1926 beliau menuju Padang. Dan tahun 1929 Jemaat Ahmadiyah sudah berdiri di Padang. Walaupun pada awalnya kedatangan para penyebar Ahmadiyah ini banyak mendapat tanggapan kurang kooperatif karena perbedaan-perbedaan yang mereka bawa, namun secara perlahan tidak sedikit masyarakat Sumatera yang akhirnya menganut ajaran Ahmadiyah. Penyebaran Ahmadiyah di Sumatera meliputi wilayah Sumatera Barat, Aceh, dan Sumatera Selatan. 2 Setelah merasa cukup dalam mendakwahkan Ahmadiyah di Sumatera, Maulana Rahmat Ali memutuskan untuk pergi ke Jawa, tepatnya Jakarta. Keputusan ini merupakan sejarah penting dalam perkembangan Ahmadiyah di Indonesia. Dan sejak tahun 1931 Ahmadiyah berkembang pesat di pulau Jawa, cabang-cabang Ahmadiyah tersebar di beberapa wilayah di daerah Jawa Barat (Garut, Tasikmalaya, Singaparna, Bandung, Sukabumi, Cianjur, Manislor, Cimahi, dan Ciamis), Jawa Tengah (Purwokerto, Yogyakarta, Kebumen, Banjarnegara, Semarang, Salatiga, Magelang) dan Jawa Timur (Surabaya). Pada tahun 1952, Ahmadiyah mulai melakukan dakwah di Indonesia bagian timur. Namun, wilayah-wilayah yang disentuh oleh mubalig Ahmadiyah tidak terlalu luas, hanya mencakup Ujung Padang, Lombok, dan Sulawesi pertama ialah Ahmadiyya Muslim Jama at atau Ahmadiyah Qadian. Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia atau JAI, yang telah berbadan hukum sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI 1 Murtolo, Sejarah Singkat Perkembangan Ahmadiyah di Indonesia selama 50 Tahun, Majalah Sinar Islam, Januari 1976, hal Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia (Yogyakarta: LkiS, 2005) hal Ibid., hal

4 No. JA 5/23/13 Tgl ). Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia sejak tahun 1935 berada di Jakarta. Dan pada tahun 1987 pindah ke Parung, Bogor. Kelompok kedua ialah Ahmadiyya Anjuman Isha at-e-islam Lahore atau Ahmadiyah Lahore. Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia atau GAI, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita Negara tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35. Dua aliran Ahmadiyah ini memiliki perbedaan pandangan tentang kenabian. Aliran Lahore berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang terakhir atau penutup para nabi (khatam an-nabiyyin), artinya sesudah beliau tidak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru. 4 Dasarnya adalah al-quran surat al-ahzab ayat 40: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Sedangkan aliran Qadian berpandangan bahwa kata khatam dalam ayat tersebut di atas tidak sama artinya dengan kata khatim. Kata khatim berarti penghabisan, sedang kata khatam berarti stempel, bukan berarti menutup. Dan stempel tersebut dipergunakan untuk mensyahkan sesuatu. 5 Menurut arti kata khatam dalam ungkapan khatam an-nabiyyin, terdapat empat macam pengertian: 1) Rasulullah SAW adalah cap (materai) para nabi, yakni tidak bisa dianggap benar kalau kenabian tidak dimateraikan Rasul; 2) beliau adalah yang terbaik, termulia yang paling sempurna diantara para nabi, dan juga beliau adalah sumber hiasan bagi malaikat; 3) Rasulullah SAW adalah rasul yang terakhir di antara para nabi pembawa syariat; 4) Rasulullah SAW adalah yang terakhir hanya dalam arti bahwa semua nilai dan sifat kenabian terjelma dengan sempurna-sempurnanya. 6 Kedua aliran Ahmadiyah tersebut juga berbeda pandangan menyangkut status kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Aliran Lahore memandang bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukanlah Nabi, melainkan seorang Mujaddid yang mempunyai banyak persamaan dengan nabi dalam hal menerima wahyu. Oleh sebab itu, dalam akidah secara tegas mereka menyatakan bahwa percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad sebagai 4 S. Ali Yasir, Gerakan Pembaharuan Dalam Islam, Jilid II (Yogyakarta: PP Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia, 1978), hal Bashiruddin Mahmud Ahmad, Da watul Amir (Jakarta: Ahmadiyah Indonesia, 1989), hal Bashiruddin Mahmud Ahmad, The Holy Quran with English Translation and Commentary, Vol. IV (Pakistan: Islam International Publication LTD, 1988), hal

5 al-masih dan al-mahdi bukanlah termasuk rukun iman, maka orang yang mengingkarinya tidak dapat dikatakan kafir. 7 Sementara itu, aliran Qadian meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan rasul yang wajib diyakini dan dipatuhi perintahnya, sebagaimana nabi dan rasul yang lain. Kendati demikian, Ahmadiyah aliran Qadian yang dimotori oleh Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad tetap berpandangan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi pembawa syariat terakhir. Tapi, setelah Nabi Muhammad masih ada nabi lagi yang tidak membawa syariat baru. Dia itulah Mirza Ghulam Ahmad, yang diyakini mendapat anugrah Allah karena kepatuhannya kepada nabi sebelumnya dan juga mengikuti syariat Nabi Muhammad. Titik tengkar kaum Muslim Sunni Indonesia lebih banyak terjadi dengan Ahmadiyah Qadian, khususnya terkait kedudukan Mirza Ghulam Ahmad yang disandingkan dengan status kenabian terakhir yang disandang oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini, jemaat Ahmadiyah Qadian sendiri berpandangan sebagai berikut: 8 Jemaah Ahmadiyah menjunjung tinggi Sayyidina Muhammad Mustafa Rasulullah shallallahu alaihi wa'aalihi wassallam sebagai Khataman-nabiyyin yang merupakan penghulu dari sekalian nabi dan nabi yang paling mulia. Beliau adalah nabi pembawa syariat terakhir. Penutup pintu kenabian tasyri'i. Tidak ada lagi nabi pembawa syariat baru sesudah Rasulullah saw. Nama Ahmadiyah berasal dari nama sifat Rasulullah saw. -- Ahmad (yang terpuji). Yakni yang menggambarkan suatu keindahan/kelembutan. Zaman sekarang ini adalah zaman penyebar-luasan amanat yang diemban Rasulullah saw. dan merupakan zaman penyiaran sanjungan pujian terhadap Allah Ta'ala. Era penampakkan sifat Ahmadiyah Rasulullah saw. Sementara itu mengenai nabi akhir zaman dinyatakan sebagai berikut: Kami percaya bahwa janji Tuhan yang diberikan-nya kepada umat manusia melalui semua agama besar mengenai turunnya seorang nabi di akhir zaman telah menjadi kenyataan di dalam diri Hz.Mirza Ghulam Ahmad as., pendiri Jemaat Ahmadiyah. Beliau adalah Almasih yang ditunggu-tunggu oleh umat Kristen; Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam; dan Krishna yang dinanti-nantikan oleh umat Hindu. 9 7 Team Dakwah PB GAI; Aqidah Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia (t.t,: Team Dakwah PB GAI Bagian Dakwah dan Tarbiyah, 1984), hal. 9 8 M.Bashiruddin Mahmud Ahmad, Da'watul Amir, edisi terjemahan Bahasa Indonesia, 1989, hal. 2 9 Dikutip dari:akidah Dan Tujuan Jemaat Ahmadiyah; Suvenir Peringatan Seabad Gerhana Bulan & Gerhana Matahari , Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1994, hal

6 B. Akar Konflik Ahmadiyah dan Kasus Kekerasannya Silang sengketa dan konflik kaum Muslim Indonesia secara khusus berkaitan dengan Ahmadiyah Qadian di bawah organisasi Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Beruntung kami, para penulis, berkesempatan mengunjungi kantor pusat JAI di kampus Mubarak, Parung, Bogor, Jawa Barat, pada 21 November 2015 lalu. Kunjungan kami ini merupakan rangkaian kegiatan Pelatihan (Training) Peningkatan Pemahaman Perdamaian di Pesantren Berperspektif HAM dan Islam selama empat hari (19-22/11/2015), yang diadakan oleh Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Konrad- Adenauer-Stiftung (KAS) dan Uni Eropa. Kegiatan ini diikuti oleh tiga puluh santri dari 30 pesantren di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kemudian, kegiatan training ini diakhiri dengan kunjungan atau field trip ke kampus Mubarok (pusat kegiatan Ahmadiyah di Parung, Bogor) untuk berdialog seputar konflik, kekerasan, perdamaian, dan persoalan hak-hak asasi manusia (HAM) yang menimpa jemaat Ahmadiyah. Berdasarkan dialog yang kami lakukan dengan pihak Ahmadiyah, terungkap bahwa awalnya organisasi keagaman ini tidak mengalami masalah dengan masyarakat dari tahun berdirinya 1953 sampai tahun Masalah baru muncul setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) Tahun 1980 mengeluarkan fatwa bahwa aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam). Bagi mereka yang terlanjur mengikuti aliran Ahmadiyah supaya segera kembali kepada ajaran Islam yang haq, yang sejalan dengan al-quran dan Hadis. Pemerintah melarang penyebaran faham Ahmadiyah di seluruh Indonesia dan membekukan organisasi serta menutup semua tempat kegiatannya. Menurut pihak Ahmadiyah, selain fatwa MUI tersebut juga ada pendekatan-pendekatan dari luar negeri, terutama Saudi Arabia, ke Indonesia mengenai kesesatan Ahmadiyah. Pada tahun 1981 beberapa orang dari kedutaan Arab datang menemui mentri agama Indonesia. Mereka menyatakan bahwa Ahmadiyah itu berbahaya, sesat dan menyesatkan. Informasi itu disebarkan melalui selebaran, booklet, dan beberapa media massa sehingga tersebar ke masyarakat. Sejak itulah kasus-kasus kekerasan menimpa jemaat Ahmadiyah. Pada tahun 1993 jemaat Ahmadiyah terpukul dengan pembumi-rataan sebuah masjid milik jemaatnya di Garut, Jawa Barat. Pada tahun 2001 jemaat Ahmadiyah di 5

7 kampung Sambielen Lombok diusir secara paksa oleh warga. Pada tahun 2004, terjadi penganiayaan jemaat Ahmadiyah di Kuningan dan Pangandaran. Pada tahun 2005, kampus Mubarak yang merupakan kantor pusat Ahmadiyah di Parung, Bogor, diserbu massa yang merusak beberapa bangunan dan fasilitas serta menjarah sebagian barang. Dengan alasan bahwa Ahmadiyah merupakan ancaman yang berbahaya bagi Islam, para penyerang menuntut agar Ahmadiyah dibubarkan. Mereka mengekspresikan kemarahan atas penodaan yang dilakukan oleh para penganut Ahmadiyah, yakni penodaan terhadap Allah, Rasul, dan kemurnian akidah Islam. Islam yang suci harus dibela dari tangantangan kotor yang bermaksud jahat ingin menghancurkan Islam dari dalam. Jadi, bentuk-bentuk kekerasan massa itu merupakan suatu ekspresi kekhawatiran dan pembelaan pada agama yang dianutnya; masyarakat tidak menginginkan adanya penyebaran-penyebaran faham-faham yang sesat atau menyimpang, serta merasa berkewajiban melindungi masyarakat lainnya. Kekerasan yang paling banyak mendapat perhatian media massa dan masyarakat, termasuk dunia internasional, adalah penyerangan dan penganiayaan terhadap jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten, pada tahun 2011 yang menyebabkan tewasnya tiga orang dari jemaat Ahmadiyah. Para penyerang jemaat Ahmadiyah, baik di Parung maupun di Cikeusik, pada umumnya menggunakan senjatasenjata seperti golok, parang, kayu, bambu, dan batu-batu. Warga Ahmadiyah yang melarikan diripun menerima penganiayaan berupa pemukulan oleh benda tumpul seperti kayu, bacokan senjata tajam, dan tusukan golok. Para penganut Ahmadiyah mengharapkan adanya perlindungan dari pihak pemerintah karena mereka juga merupakan warga negara. Secara kemanusiaan, mereka menuntut kembali hak-hak asasi mereka yang dilindungi oleh Konstitusi. Namun dalam prakteknya, sejauh ini tampaknya tidak mudah mewujudkan hal itu karena masyarakat pada umumnya telah menganggap mereka sesat, dan atas dasar itu tidak menginginkan keberadaan mereka. Selain penyerangan fisik, upaya penolakan terhadap keberadaan jemaat Ahmadiyah juga diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti mengirim surat pernyataan menolak keberadaan Ahmadiyah ditengah-tengah masyarakat, mempublikasikan segala bentuk kesesatannya melalui berbagai macam media massa, dan desakan kepada pemerintah agar Ahmadiyah dibubarkan karena dianggap membahayakan akidah Islam. 6

8 Intimidasi dan kekerasan yang terus terjadi menyebabkan jemaat Ahmadiyah mengalami trauma. Banyak dampak atau akibat yang timbul pasca kasus kericuhan dan penyerangan besar-besaran tersebut, misalnya hilangnya sumber penghidupan mereka dan tempat tinggal karena rumah-rumah mereka dihancurkan. Tuduhan bahwa Ahmadiyah sesat juga membuat kegiatan sosialisasi mereka terganggu. Anak-anak mereka sulit bersekolah karena terjadinya pem-bully-an bagi anak-anak Ahmadiyah. Status sebagai pengikut Ahmadiyah juga menyulitkan mereka dalam mendapatkan pekerjaan. Dampak yang sangat terasa oleh jemaat Ahmadiyah khususnya kaum wanita dan anak-anak adalah luka fisik dan beban mental. Walaupun dalam dialog dikatakan bahwa anak-anak dan wanita-wanita Ahmadiyah jauh lebih tegar dibandingkan kaum prianya, mereka tetaplah merasakan perubahan kepribadian jika dibiarkan berlarut-larut. Untuk mengobati rasa takut dan kekhawatiran para korban, Ahmadiyah membentuk sebuah tim yang menangani center yang disebut dengan trauma healing. Tim itulah yang mengatasi problem psikologis para jemaat Ahmadiyah melalui terapi spiritual dan kajian-kajian rohani. Para mubaligh dan tokoh Ahmadiyah serta kaum perempuan Ahmadiyah banyak terlibat dalam kegiatan ini. Mereka berusaha mengembalikan atau memulihkan rasa takut para korban dengan cara menanamkan kepercayaan, keyakinan, dan keikhlasan serta memberi pengarahan bahwa akan ada pertolongan dari Allah. Jemaat diberi keyakinan bahwa segala penderitaan itu akan segera berakhir. Analisis Kasus Kekerasan Kekerasan yang terjadi pada Jemaat Ahmadiyah Indonesia atau JAI secara mendasar mengarah pada dua persepsi. Pertama, bagi kelompok yang ingin JAI dibatasi gerakannya atau bahkan dibubarkan, melihat JAI sebagai sebuah urusan kesesatan agama. Kedua, bagi mereka yang tidak setuju JAI dibubarkan, melihat isu ini sebagai urusan hukum, baik itu menyangkut keberadaan JAI maupun pelanggaran hukum yang tampak dalam konflik JAI. Permasalahan yang kemudian juga muncul adalah, ketika kita masih berkutat pada pernyataan bahwa ini merupakan isu penodaan atau penyimpangan agama atau ini adalah isu civic (hak dan jaminan keamanan bagi setiap warga negara), tentu kekerasan ini tidak akan pernah usai. Karena secara 7

9 mendasar kedua aspek tersebut dimungkinkan memang turut serta dalam kekerasan yang terjadi. Jika dilihat, kekerasan yang beberapa kali diarahkan terhadap para pengikut JAI sebenarnya merupakan fenomena hate crime. Hal ini terjadi karena kekerasan tersebut tidak bersifat sporadis, melainkan berjalan secara sistematis. Secara harfiah, hate crime berarti kejahatan sebagai akibat rasa kebencian. Namun, secara konseptual, hate crime bukan tindakan kriminalitas yang dilandaskan pada kebencian atau ketidaksukaan yang bersifat spontan belaka. Hate crime adalah aksi kriminal yang dijalankan segolongan orang dengan dalih menegakkan kebenaran. Oleh karenanya hate crime dikatakan sebagai sebuah pelanggaran HAM. Hate crime, sebagaimana diuraikan oleh Eugene Mc Laughlin, 10 adalah tindak kejahatan yang dimotivasi oleh kebencian, bias maupun prasangka terhadap seseorang atau properti yang didasarkan pada ras, etnisitas, jender, agama, atau orientasi seksual dari pihak korbannya. Kebencian itu bisa jadi bersifat aktual maupun dipersepsikan belaka. Para pelaku hate crime selalu melandaskan pada identitas yang terdapat pada korban-korbannya. Terdapat proses seleksi yang dijalankan secara intensional (penuh kesengajaan) kepada para korban dengan alasan perbedaan yang tidak bisa ditoleransi. Jadi, hate crime memang kejahatan yang lahir dari watak tidak mengenal toleransi. Hate crime sangat mudah menghantam masyarakat yang plural (majemuk) karena para pelakunya selalu berupaya mencari-cari perbedaan identitas. Masalahnya bukan hanya perbedaan identitas itu sendiri yang kemudian meluapkan aksi-aksi hate ``crime, namun melainkan perbedaan itu dianggap sebagai sesuatu yang menyimpang. Sumber yang menyuburkan hate crime pada JAI dimulai dari fatwa MUI pada tahun 1980 yang kemudian dikuatkan lagi melalui fatwa MUI tahun 2005, yang menyatakan bahwa JAI sesat dan menyesatkan. Kemudian juga muncul melalui surat keputusan bersama (SKB) dari tiga institusi, yakni Kementrian Agama, Kementian Dalam Negeri, dan Kejaksaan Agung tentang JAI pada 9 Juni Fatwa MUI dan SKB inilah yang kemudian memicu munculnya peraturan daerah (Perda) yang melarang aktivitas Ahmadiyah di beberapa daerah di Indonesia. 10 Lihat, Eugene McLaughlin dan John Muncie (eds.), The Sage Dictionary of Criminology (New Delhi: Sage Publications, 2001), hal

10 SKB dirasa cukup memiliki dampak yang sangat luas dalam menyuburkan hate crime terhadap JAI. Sebagai prinsip awal, dalam buku sosialisasi SKB secara jelas dikatakan bahwa pemerintah tidak sedang mengintervensi keyakinan masyarakat. Pernyataan ini penting untuk digarisbawahi untuk mencari titik temu sesungguhnya. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, bagaimanakah penerjemahan prinsip tersebut? Pemerintah mempersepsi perannya sebagai memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang terganggu karena adanya pertentangan dalam masyarakat yang terjadi akibat penyebaran paham keagamaan menyimpang. Posisi warga JAI sendiri dalam persepsi tersebut adalah 1). Penyebab lahirnya pertentangan sebagaimana tersebut; 2). Korban tindakan kekerasan sebagai masyarakat. Keduanya harus ditangani pemerintah, sebagaimana tercermin pada SKB yang terdiri dari dua bagian, yaitu: 1. Peringatan pada Ahmadiyah untuk tidak menyebarkan ajarannya yang dianggap menyimpang. 2. Peringatan pada masyarakat untuk tidak melakukan tindakan melanggar hukum pada warga JAI. Pertanyaan yang kemudian juga muncul adalah, jika persepsi pemerintah seperti di atas, dapatkah prinsip pemerintah tidak sedang mengintervensi keyakinan masyarakat dipertahankan? Dampak nyata dari SKB ini kemudian terdeskripsikan dalam bentuk intimidasi yang terjadi pada JAI. Intimidasi muncul dari dua pihak, pertama adalah aparat atau pemerintah dimana bentuk peraturan dan atau keputusan yang dikeluarkan memicu reaksi yang sangat sensitif terhadap perpecahan di kalangan masyarakat. Intimidasi kedua muncul dari masyarakat dalam bentuk provokasi dan penyerangan secara anarkis kepada JAI. Kondisi diatas seolah dilegitimasi dengan kenyataan adanya hubungan yang kurang harmonis antara JAI dengan masyarakat sekitar. Intensitas keberbauran JAI yang belum begitu mesra atau cenderung ada hanya pada momen-momen tertentu memunculkan stigma bahwa JAI adalah kelompok yang eksklusif. Bahkan pernah muncul tudingan bahwa kelompok Ahmadiyah menganggap hanya diri mereka yang benar dan suci, karena itu jika ada orang lain (kaum Muslim non-ahmadi) yang memasuki masjid Ahmadiyah, apalagi melakukan shalat di dalamnya, maka segera 9

11 mereka bersihkan bekas shalat tersebut. Namun, dalam dialog yang kami lakukan dengan pihak JAI hal tersebut dinyatakan tidak benar alias fitnah belaka. Menurut JAI, masjid mereka terbuka untuk umum, dalam arti siapa pun boleh memasukinya, termasuk melakukan ibadah ritual seperti shalat. Kebetulan pula saat kami berkunjung ke kampus Mubarok sebagai kantor pusat JAI di Parung, Bogor, bertepatan dengan waktu shalat zuhur. Kami pun diajak ke masjid mereka dan melakukan shalat zuhur berjamaah. Usai ibadah shalat, seorang mubaligh Ahmadiyah naik ke atas mimbar dan menyampaikan ceramah singkat mengenai rukun Islam. Kami menyimak uraian tersebut dan mendapatkan bahwa ternyata mereka pun meyakini rukun Islam yang lima, sebagaimana kaum Sunni pada umumnya. Shalatnya pun tidak ada perbedaan. Perbedaan baru terlihat saat dialog berlangsung, yang intinya bagi Muslim Sunni seperti kita meyakini bahwa Imam Mahdi yang dijanjikan Allah akan datang di akhir zaman untuk meluruskan agama Allah dan menegakkan kebenaran serta keadilan. Sementara jemaat Ahmadiyah meyakini bahwa Imam Mahdi itu sudah datang, dalam wujud Hz Mirza Ghulam Ahmad. C. Pelanggaran HAM yang Terjadi Menurut pihak Ahmadiyah sebagaimana dikemukakan dalam dialog, kasus pelanggaran HAM yang mereka alami hanya mendapat respon minim dari pemerintah. Salah satu buktinya adalah ketika terjadi penyerangan besar-besaran terhadap jemaat Ahmadiyah di Parung maupun di Cikeusik. Saat itu tidak terlihat penanganan tegas dari kepolisian setempat. Bahkan terkesan cenderung membiarkan anarkisme itu terjadi, sehingga memakan korban nyawa dan kerusakan berbagai fasilitas dan rumah tinggal. Para penyerang yang beringas seakan mendapat dukungan dari diamnya aparat. Mereka menyatakan akan berhenti menyerang dengan syarat bahwa jemaat Ahmadiyah mau kembali beribadah dan berkeyakinan sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, atau memisahkan diri dari Islam serta tidak mengatasnamakan Islam. Jika syarat itu tidak dipenuhi maka Ahmadiyah harus dibubarkan karena selama mereka ada akan tetap terjadi konflik horisontal. Segenap hak asasi manusia yang melekat pada warga Ahmadiyah telah terenggut atau direnggut paksa. Dan negara membiarkannya. Hak hidup mereka diabaikan, 10

12 terbukti dengan dibiarkannya pembunuhan terhadap para pengikut Ahmadiyah. Hak kebebasan beragama mereka juga telah hilang karena tempat-tempat ibadat mereka disegel oleh aparat. Hak-hak sipil juga dirampas, contohnya hak menikah dalam status warga negara Indonesia. Mereka dilarang menikah dengan memiliki buku nikah dari kantor urusan agama (KUA). Warga Ahmadiyah juga dilarang membuat KTP sebagai warga negara Indonesia. Hak memiliki juga lenyap karena harta benda mereka seakan dihalalkan untuk direbut atau dimusnahkan dari jemaah Ahmadiyah. Hak bertempat tinggal juga direnggut karena keyakinan mereka yang berbeda. Misalnya ratusan jemaat Ahmadiyah yang terpaksa menjadi pengungsi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) karena diusir oleh warga. Dalam kasus-kasus tersebut, para penyerang pada umumnya tidak memperdulikan keberadaan anak-anak, kaum wanita, dan orang-orang tua. Akibatnya, kelompok-kelompok yang rentan tersebut pun menjadi sasaran kekerasan. Setelah berdialog dengan Ahmadiyah kami merasa bahwa kaum Muslim pada umumnya memang kurang atau belum memahami esensi hak-hak asasi manusia (HAM), termasuk dalam hal beragama dan berkeyakinan. Introduksi tema-tema HAM kurang dilakukan baik oleh tokoh-tokoh agama maupun organisasi kemasyarakatan yang besar seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan sebagainya. Akibatnya, masyarakat mudah tegelincir melakukan tindakan-tindakan yang melanggar HAM. Dan dalam hal ini, Ahmadiyah seringkali menjadi korban pelanggaran HAM yang dimaksud. Walaupun kita tahu bahwa Ahmadiyah itu sesat, bukanlah wewenang kita untuk menghakiminya, dan tidak seharusnya pula kita menindak mereka dengan kekerasan, karena kita dengan mereka memiliki hak yang sama sebagai warga negara yang dilindungi dan dijamin oleh konstitusi negara kita. Umpamanya saja ada orang tersesat jalan hendak ke Bandung namun justru pergi ke Bogor, apakah kita akan memukuli orang tersebut? Tugas kita hanyalah menunjukkan jalan menuju Bandung. Apakah dia akan menerima arahan kita atau tidak, itu urusan dia. Betapapun sesatnya Ahmadiyah dilihat dari akidah Sunni, mereka tetaplah organisasi yang memiliki legalitas dan dasar hukum. Dan sebagai negara hukum, hendaknya segenap warga negara berperilaku dan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku, tidak main hakim sendiri, apalagi dengan jalan kekerasan. Kekerasan yang mengatasnamakan Islam dapat menimbulkan citra buruk Islam dimata dunia sebagai agama penebar teror dan anarki. Kaum muslim dituduh sebagai fanatik, anti-toleransi, 11

13 dan suka melanggar kebebasan agama orang lain. Tuduhan-tuduhan semacam itu tentunya tidak kita harapkan, apalagi kita bangsa Indonesia sejak dulu terkenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi toleransi. Dan kita memiliki Bhinneka Tunggal Ika, sebagai pijakan hidup bersama secara rukun dan damai di dalam perbedaan-perbedaan. Sudah banyak contoh negara-negara lain belajar kepada kita dalam hal mengelola perbedaan. Sering dikatakan dalam perbandingan bahwa negara-negara Arab adalah satu bangsa dan satu bahasa (bangsa dan bahasa Arab) namun mereka terpecah menjadi puluhan negara. Sebaliknya, bangsa Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa dan bahasa, namun bersatu di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ini merupakan anugerah dan rahmat Allah SWT yang harus kita syukuri dan pelihara bersama. Analisa Kasus-kasus Pelanggaran Pelanggaran HAM dan kebebasan beragama selalu berhasil menarik perhatian khalayak luas. Hal ini karena setiap orang menyadari pentingnya agama dan juga sekaligus menjaganya. Secara definitif, intoleransi beragama (religious intolerance) berarti sikap dan tindakan yang tidak menghargai hak-hak fundamental pemeluk agama tertentu dalam menjalankan keyakinan agama yang berbeda dengan keyakinannya. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam resolusi Declaration on the Elimination of All Form of Intolerance and of Discrimination Based on Religion or Beliefe menyatakan, intoleransi dan diskriminasi berdasarkan agama dan kepercayaan berarti setiap pembedaan, pengabdian, larangan atau pengutamaan yang didasarkan pada agama atau kepercayaan dan yang tujuannya atau akibatnya meniadakan atau mengurangi pengakuan, penikmatan atau pelaksanaan HAM dan kebebasan-kebebasan yang mendasar atas dasar yang setara. Penjelasan tersebut bisa dijadikan pijakan dalam membahas pelanggaran HAM pada JAI. Hak Asasi Manusia merupakan hak yang dimiliki manusia karena eksistensinya sebagai manusia; tidak seorang pun diingkari hak asasinya tanpa keputusan hukum yang adil. Hal ini senada dengan Pasal 1 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, bahwa Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, 12

14 hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Penjelasan di atas sudah sangat gamblang menyebutkan bagaimana setiap manusia harus dijunjung hak asasinya. Lalu, bagaimanakah kita melihat penyerbuan atas JAI? Dalam perspektif HAM, penyerbuan tersebut merupakan presenden buruk bagi adanya toleransi beragama di Indonesia dan merupakan bentuk anti klimaks dari kejadian penyerangan terhadap JAI yang selama ini marak di berbagai wilayah di Indonesia sebagai suatu pelanggaran HAM. Begitu pula dalam perspektif hukum, penyerbuan massa terhadap JAI karena adanya ketidaksetujuan terhadap keyakinan dan aktivitas yang dilakukan kelompok JAI merupakan pelanggaran hukum. Komisi Nasional hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) menyebutkan, setidaknya ada delapan indikasi pelanggaran HAM dari kasus penyerbuan atas JAI, yaitu: pelanggaran terhadap hak untuk hidup, hak untuk bebas memilih agama dan menjalankan ibadah, hak untuk berkumpul, hak atas rasa aman, hak privasi tempat tinggal, hak perlindungan atas miliknya, hak untuk tidak didiskriminasi, dan hak anak. Pelanggaran-pelanggaran sebagaimana tersebut, kemudian tercermin dari dampak yang ditimbulkan pasca penyerbuan berlangsung seperti rusaknya fasilitas ibadah dan rumah warga JAI, menimbulkan keretakan antara JAI dengan warga, bahkan yang lebih mengkhawatirkan adalah adanya trauma berkepanjangan dari wanita dan anak-anak JAI, dan perubahan self-society JAI. Pendidikan sebagai lembaga ideologis negara juga menjadi tempat diskrminasi bagi warga JAI, artinya ruang-ruang negara yang seharusnya sebagai tempat yang netral menjadi tempat yang tidak nyaman bagi JAI. Kekerasan psikologis merupakan kekerasan yang selalu ada dalam rangkaian kekerasan yang terjadi, kekerasan fisik pun tidak pernah terlepas dari kekerasan psikologis sebagai akibat kekerasan fisik. Tekanan terhadap JAI pun secara tidak langsung terjadi melalui kekerasan yang terjadi di berbagai ruang, termasuk ruang ideologis negara seperti pendidikan. 13

15 D. Upaya Rekonsialiasi dan Penyelesaian Konflik secara Damai Rekonsialiasi merupakan suatu usaha untuk memulihkan hubungan peraudaraan yang bertikai untuk kembali harmonis. Rekonsiliasi dapat diartikan pula sebagai upaya penyelesaian perbedaan, hal ini karena seringkali perbedaan menyulut timbulnya perpecahan. Hal mendasar yang harus dilakukan dalam rekonsiliasi adalah membuang jauhjauh sifat kebencian sebagai modal awal. Namun pada tahap ini seringkali terkendala dengan kenyataan bahwa JAI susah melakukan mediasi dengan pemerintah atau pihakpihak terkait. Legitimasi sepihak non-kompromi bahwa JAI adalah sesat dan menyesatkan begitu sulit untuk dipecahkan. Sehingga dalam kasus JAI pertanyaan penting yang mesti dijawab adalah, apakah kelompok mayoritas akan menerima dan merangkul JAI? Kondisi ini kemudian memunculkan masalah berkepanjangan karena upaya rekonsiliasi menjadi alot dan sulit dilakukan. Hal ini tak lain karena tuduhan bahwa JAI adalah sesat dan menyesatkan sudah mengakar dalam diri banyak orang. Namun kabar baiknya, JAI memiliki kesadaran tentang pentingnya perdamaian. Hal tersebut kemudian menginisiasi proses rekonsiliasi pasca konflik. JAI melakukan berbagai macam inisiatif perdamaian untuk memperbaiki hubungan mereka dengan masyarakat luas. Mereka mendatangi para pemuka agama, pemerintahan, dan pihak berwenang lainnya untuk bernegoisasi mengenai hak asasi mereka yang telah terenggut. Mereka juga mengadakan seminar-seminar perdamaian agar permusuhan tidak terjadi kembali antara mereka dengan masyarakat non- Ahmadiyah. Penanganan pasca konflik juga tidak hanya dilakukan oleh kaum pria. Organisasi Wanita Ahmadiyah juga ikut berpartisipasi dalam masalah ini. Mereka ikut andil dalam penyembuhan traumatis pada anak dan wanita Ahmadiyah. Penangan traumatik yang dialami oleh kaum wanita dan anak-anak pasca penyerangan masyarakat terhadap Ahmadiyah diupayakan semaksimal mungkin. Organisasi wanita ini membekali anak-anak Ahmadiyah dengan kiat-kiat yang harus mereka lakukan jika kekerasan kembali terjadi. Beberapa cara yang diajarkan yaitu persediaan koper kecil yang mengutamakan isi beberapa baju dan berkas penting seperti ijazah sekolah, akte kelahiran, dan lain-lain. Anak-anak juga diperintahkan untuk sekolah dan mengenyam 14

16 pendidikannya bersama masyarakat di luar Ahmadiyah. Mereka tidak dianjurkan untuk sekolah di sekolah khusus milik Ahmadiyah. Organisasi wanita Ahmadiyah mengusahakan agar anak-anak Ahmadiyah mendapat hak keluasannya dalam bersosialisasi di dalam masyarakat luas. Ketua Organisasi Wanita Ahmadiyah, Dr. Lilis Aisyah dalam dialog terbuka dengan kami para santri menjelaskan bahwa kaum wanita dan anak-anak Ahmadiyah juga dibekali motto hidup: cinta untuk semua, tidak membenci siapapun (love for all, hatred for none). Menurut Lilis, motto ini menyebabkan kaum Ahmadi tidak pernah melawan atau membalas dendam atas apa yang dilakukan para penyerang kepada mereka. Mereka juga menjadikan motto ini sebagai mantra penguat bagi masyarakat Ahmadiyah untuk mampu bertahan hidup bersama dengan masyarakat lainnya. Konflik besar yang terjadi di pusat Ahmadiyah di Bogor dan di Cikeusik tidak menandakan bahwa peristiwa itu merupakan puncak, dan bahwa pandangan masyarakat tentang Ahmadiyah telah selesai. Di tahun 2015 memang konflik besar tidak terjadi, namun ini bukan berarti kejadian seperti tahun-tahun sebelumnya tidak akan terjadi kembali. Untuk mengantisipasi hal tersebut, ada beberapa upaya yang dilakukan Ahmadiyah yang tersusun dalam strategi komunikasi dan kerjasama mereka kepada masyarakat lainnya. Strategi-srategi itu diantaranya: 1. Komunikasi lintas agama seperti yang dilaksanakan dengan Jakatarub (Jaringan Kerjasama Antar Umat Beragama), Interfidei (Interfaith Dialogue), Pelita (Pemuda Lintas Agama), dan lain-lain. 2. Kerjasama dengan kelompok toleran seperti Nahdlatul Ulama (NU), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Pemuda Ansor, dan lain-lain. 3. Kerjasama dengan perguruan tinggi lainnya seperti UIN Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Universitas Padjajaran Bandung. 4. Kunjungan dengan media massa untuk mengklarifikasi kesalahpahaman masyarakat mengenai akidah Ahmadiyah. 5. Dialog terbuka dengan pihak yang anti Jemaat Ahmadiyah Indonesia seperti MUI dan Ormas garis keras. 15

17 6. Program live-in atau field trip mengenai sistem organisasi Ahmadiyah, pengkaderannya, peran sosialnya, dan sistem pengorbanan uang dengan cara mengikhlaskan sepersepuluh gaji atau pendapatan mereka untuk Jemaat Ahmadiyah. 7. Pengobatan massal tanpa melihat perbedaan agama. 8. Menghadiri undangan parlemen Eropa dan Inggris dalam rangka dialog mengenai toleransi dan multikulturalisme. 9. Dll. Tidak semua upaya yang dilakukan itu mendapat respon baik dari masyarakat dan pemuka agama lainnya. Tidak sedikit juga yang memilih untuk menolak usaha dan strategi mereka ini. Alasannya bermacam-macam, dari masalah keyakinan yang tidak bisa dikompromikan, hingga tuntutan tanpa syarat agar Ahmadiyah dibubarkan atau kembali ke Islam yang haq sesuai dengan tuntunan al-quran dan Hadis. Namun, jemaat Ahmadiyah melalui organisasi JAI terus berusaha agar hak beragama dan berkeyakinan mereka diakui sebagai dinyatakan oleh Undang-Undang Dasar 1945, dan hak asasi mereka sebagai warga negara dapat dipulihkan. E. Kesimpulan dan Rekomendasi a. Kesimpulan Fenomena kekerasan terhadap jemaat Ahmadiyah adalah salah satu contoh bagaimana ketidakadilan hukum muncul ketika legitimasi kebenaran ditentukan oleh pihak mayoritas dan yang berkuasa. Di sisi lain, pihak yang merasa dirugikan akan berjuang mempertahankan hak mereka sebagai manusia yang tidak boleh diganggu oleh siapapun. Kasus kekerasan terhadap Ahmadiyah di Indonesia, kemudian muncul juga pengusiran terhadap pengikut aliran Syi ah di Sampang Madura, telah mencoreng negara yang menjunjung tinggi HAM dan Bhinneka Tunggal Ika. Ahmadiyah sebagai kelompok minoritas memiliki hak yang sama sebagai warga negara. Hak untuk hidup, hak berserikat, hak memilih keyakinan yang dilindungi undang-undang, dan hak memperoleh perlindungan dari negara sehingga terciptanya rasa aman. Selama ini tuduhan yang dilontarkan kepada Ahmadiyah terkait penistaan agama, sedangkan pihak Ahmadiyah bersikeras menolak tuduhan tersebut. Bukan hal yang mudah untuk menyelesaikan konflik terkait keyakinan atau agama, akan tetapi jika konflik dapat 16

18 dikelola dengan baik maka tidak akan memicu sampai munculnya sebuah kekerasan. Konflik merupakan bagian dari dinamika sosial yang tak dapat dihindari. Butuh sebuah penanganan yang pasti dan memungkinkan terpeliharanya hak setiap pihak. Satu hal yang dapat dipastikan adalah bahwa HAM telah memberi jalan bagaimana kelompok dapat menghormati kebebasan beragama apapun. Kekuatan HAM dan penegakannya menjadi inti suksesnya keadilan dalam masyarakat. Jika hal ini dapat dilakukan, tidak ada persoalan lagi mengapa harus ada kelompok yang dimusuhi. HAM menjadi patokan bagaimana setiap individu harus saling menghargai. Adanya dialog dua arah, sikap anti kekerasan, saling menghargai kepercayaan orang lain, dan hak-hak asasi sesama mesti dikembangkan dan dijadikan landasan dalam setiap tindakan. b. Rekomendasi Dalam kasus ini Ahmadiyah bisa menghindari konflik yang terjadi di masa lalu dengan cara lebih sering berinteraksi positif dengan warga masyarakat lainnya. Dengan diawali interaksi yang baik Ahmadiyah bisa hidup bersama dengan memiliki haknya masing-masing. Interaksi tersebut bisa direalisasikan dengan cara pembauran Ahmadiyah dengan masyarakat. Pembauran itu tidak harus melepaskan keyakinan mereka dalam beragama, karena keyakinan beragama adalah hak asasi warga negara Indonesia. Memang memerlukan waktu yang lama untuk diterima oleh masyarakat, namun kami yakin pada hakekatnya masyarakat Indonesia memiliki rasa toleran yang tinggi antar-umat beragama. Perbedaan yang mengemuka hendaknya bisa diselesaikan dengan duduk bersama untuk memahami satu keyakinan dengan keyakinan yang lain tanpa kekerasan. Masyarakat yang paham dengan agama Islam tentu akan mencerminkan budi yang baik sebagaimana diajarkan oleh baginda Rasulullah SAW dalam menyelesaikan permasalahan umat. Rasulullah SAW tidak pernah menyelesaikan problem umat dengan amarah dan emosi. Beliau juga sangat menghargai perbedaan. Sewaktu Rasulullah SAW menjadi pemimpin umat dan negara, perbedaan beragama tidak dicampurbaurkan dalam urusan kewarganegaraan. Maka, belajar dari teladan beliau, alangkah baiknya jika perbedaan paham agama dan keyakinan tidak merusak hak kewarganegaraan. Kami memahami bahwa masyarakat melakukan semua itu karena ingin melindungi agama mereka dari ajaran-ajaran yang menyimpang, menghindari adanya 17

19 kemusyrikan dan menjauhinya faham-faham sesat. Namun menurut kami ada kesalahan tersendiri dalam bentuk ekspresinya. Tidak seharusnya melawan faham-faham semacam itu dengan kekerasan karena agama Islam sejatinya menolak segala bentuk kekerasan. Islam adalah agama yang sangat damai, maka tidak seharusnya kita sebagai umat Muslim melakukan tindakan-tindakan kekerasan, karena segala bentuk kekerasan sebagaimana yang akhir-akhir ini banyak terjadi telah mengubah citra Islam yang damai dan sejuk menjadi keras dan beringas. Dan bagi pemerintah, terdapat kewajiban untuk melindungi hak asasi warga negara tanpa kecuali. Konstitusi atau undang-undang dasar kita dengan jelas memberi jaminan bagi kebebasan beragama, karena itu setiap warga seyogyanya memperoleh perlindungan negara untuk memiliki keyakinan dan beribadah sesuai dengan hati nuraninya. Pemerintah juga hendaknya memberikan pemahaman keagamaan dan HAM kepada masyarakat Indonesia secara masif dan terintegrasi, misalnya dengan memasukannya kedalam kurikulum pendidikan. Tugas pemerintah juga untuk memfasilitasi dialog, pendekatan, dan mediasi secara tuntas antara JAI, pemerintah, dan organisasi-organisasi Islam lainnya. [] 18

AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN

AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN 1 AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN Sebagai Paham Keagamaan, Ahmadiyah adalah paham yang memandang Mirza Ghulam Ahmad, yang lahir di Kota Qodian, India, 1835 M, adalah imam mahdi, almasih al-mau

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA A. SK Gubernur dalam Perlindungan Eksternal (External Protection)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama berfungsi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik manusia pribadi, maupun manusia sebagai penduduk suatu Negara. Secara konstitutif, jaminan kebebasan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmadiyah merupakan suatu gerakan keagamaan yang didirikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ahmadiyah merupakan suatu gerakan keagamaan yang didirikan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmadiyah merupakan suatu gerakan keagamaan yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1891 di Asia Selatan (sekarang India). Gerakan ini mempunyai dasar pemikiran

Lebih terperinci

Ancaman Kebebasan Beragama Ahmadiyah Achmad Fanani Rosyidi

Ancaman Kebebasan Beragama Ahmadiyah Achmad Fanani Rosyidi Ancaman Kebebasan Beragama Ahmadiyah Achmad Fanani Rosyidi Pada tahun 2015 SETARA Institute mencatat 196 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan dengan 236 bentuk tindakan yang tersebar di

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 3 Tahun 2008 NOMOR : KEP-033/A/JA/6/2008 NOMOR : 199 Tahun 2008 TENTANG PERINGATAN DAN PERINTAH KEPADA

Lebih terperinci

BAB III LATAR BELAKANG DIKELUARKANNYA SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG DAN MENTERI DALAM NEGERI

BAB III LATAR BELAKANG DIKELUARKANNYA SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG DAN MENTERI DALAM NEGERI BAB III LATAR BELAKANG DIKELUARKANNYA SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG DAN MENTERI DALAM NEGERI A. Latar Belakang Dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Tentang Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Lebih terperinci

SKB GAFATAR & SKB AHMADIYAH (TINJUAN TEOLOGIS ) Oleh: Prof. H. Abd. Rahman Mas ud, Ph.D Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama

SKB GAFATAR & SKB AHMADIYAH (TINJUAN TEOLOGIS ) Oleh: Prof. H. Abd. Rahman Mas ud, Ph.D Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama SKB GAFATAR & SKB AHMADIYAH (TINJUAN TEOLOGIS ) Oleh: Prof. H. Abd. Rahman Mas ud, Ph.D Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama A. LATAR BELAKANG SOSIOLOGIS & TEOLOGIS LAHIRNYA SKB GAFATAR PENOLAKAN

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

Ahmadiyah selalu mencari kesempatan untuk bisa melakukan aktivitasnya.

Ahmadiyah selalu mencari kesempatan untuk bisa melakukan aktivitasnya. Ahmadiyah selalu mencari kesempatan untuk bisa melakukan aktivitasnya. Tasikmalaya kembali terusik dengan sikap bandel Jemaat Ahmadiyah. Dari sikap bandel Jemaat Ahmadiyah itu ratusan warga, Jumat (24/4)

Lebih terperinci

Jakarta, 6 Agustus Kepada Yang Terhormat:

Jakarta, 6 Agustus Kepada Yang Terhormat: Jakarta, 6 Agustus 2008 Kepada Yang Terhormat: 1. Gubernur 2. Kepala Kejaksaan Tinggi 3. Kepala Kanwil Departemen Agama Provinsi 4. Bupati/Walikota Di Seluruh Indonesia SURAT EDARAN BERSAMA SEKRETARIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa macam suku, adat istiadat, dan juga agama. Kemajemukan bangsa Indonesia ini secara positif dapat

Lebih terperinci

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENOLAKAN PENCANTUMAN ISLAM PADA E-KTP BAGI PENGANUT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI MANISLOR KUNINGAN

EXECUTIVE SUMMARY PENOLAKAN PENCANTUMAN ISLAM PADA E-KTP BAGI PENGANUT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI MANISLOR KUNINGAN EXECUTIVE SUMMARY PENOLAKAN PENCANTUMAN ISLAM PADA E-KTP BAGI PENGANUT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI MANISLOR KUNINGAN Pasca terbitnya SKB 3 Menteri Tahun 2008 terkait Ahmadiyah, kasus terkait Ahmadiyah

Lebih terperinci

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis http://www.sinarharapan.co/news/read/31850/dawam-rahardjo-saya-muslim-dan-saya-pluralis- Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis 03 February 2014 Ruhut Ambarita Politik dibaca: 279 Dawam Rahardjo.

Lebih terperinci

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH SEMINAR Peran Polisi, Masyarakat dan Tokoh Agama dalam Penanggulangan Isu Keamanan: Studi Kasus Kekerasan Bernuansa Keagamaan Jogjakarta Plaza Hotel, 23 September 2013 MAKALAH POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93 Tahun 2016 NOMOR : KEP-043/A/JA/02/2016 NOMOR : 223-865 Tahun 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah agama, agama adalah salah satu kebutuhan vital manusia, dengan alasan itulah maka hak kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup hangat yang dihidangkan media massa ke hadapan khalayak, terutama berita seputar

BAB I PENDAHULUAN. cukup hangat yang dihidangkan media massa ke hadapan khalayak, terutama berita seputar BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Di awal tahun baru 2011, berita seputar konflik antar pemeluk agama menjadi topik yang cukup hangat yang dihidangkan media massa ke hadapan khalayak, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi jasmani-rohani dan duniawi-ukhrawi. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama

Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama Laporan Pelapor Khusus Komnas Perempuan Tentang Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Konteks Pelanggaran Hak Konstitusional Kebebasan Beragama Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas

Lebih terperinci

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada

Lebih terperinci

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua;

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua; OPENING REMARKS by: H.E. Dr. Marzuki Alie Speaker of the Indonesian House of Representatives Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua; Yang kami hormati, Para Delegasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul

BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul Sejauh ini peneliti telah memberikan ulasan terinci mengenai tema penelitian ini. Ada beberapa simpul yang dapat ditarik dari uraian tersebut, khususnya dalam menjawab terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak bisa berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh merupakan akibat

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Komentar Kyai terkait munculnya komik berbahasa Indonesia yang menghina Rasulullah SAW di internet baru-baru ini?

Komentar Kyai terkait munculnya komik berbahasa Indonesia yang menghina Rasulullah SAW di internet baru-baru ini? {mosimage}kh Syukron Ma mun Ketua Umum Ittihadul Muballighin Munculnya komik berbahasa Indonesia di situs di internet baru-baru ini benar-benar telah memancing kemarahan umat Islam di Indonesia. Komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 30 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation yang berkedudukan di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada 189 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada beberapa pertanyaan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tokoh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah- Nya yang wajib dihormati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4919 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 170) PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 1., 2016. Hal. 57-65 JIPP Non-Empiris SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA a Subhan El Hafiz Universitas

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN WAISAK NASIONAL TAHUN 2013, DI JI-EXPO KEMAYORAN,

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar) KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar) Rasuki I Sumenep sebagai salah satu Kabupaten paling timur diujung Madura, dengan mayoritas penduduk

Lebih terperinci

BAB V KESMPULAN. Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan,

BAB V KESMPULAN. Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan, BAB V KESMPULAN 5.1. kesimpulan Jemaah Ahmadiyah, demikian mereka memanggil dirinya, di Pakistan, negara kelahirannya sendiri, sejak 1889, secara konstitusional pada tahun 1984, dianggap sebagai kelompok

Lebih terperinci

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Kasus perburuan Osama merupakan contoh kesekian kalinya yang menunjukkan bahwa hukum internasional merupakan aturan yang sangat multiinterpretasi. Kesepakatan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Edisi Pelajaran Kearifan Dari Kasus Ahok

Edisi Pelajaran Kearifan Dari Kasus Ahok Edisi 02-11-2016 Pelajaran Kearifan Dari Kasus Ahok MUHBIB ABDUL WAHAB Dosen Pascasarjana FTIK UIN Syarif Hidayatullah dan UMJ Islam merupakan agama paling toleran dan cinta damai karena visi pembumian

Lebih terperinci

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR A. FAKTA HUKUM 1. Bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung

Lebih terperinci

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, SALINAN BUPATI DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH BAB IV KOMPARASI KONSEP HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA DALAM STUDI RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH A. Persamaan Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

Pembaharuan.

Pembaharuan. Pembaharuan a.s. Disajikan di bawah ini adalah khutbah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, Masih Maud dan Imam Mahdi, pada tanggal 26 Desember 1903. Terjemahan ini diambil dari naskah berbahasa Urdu

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa hak beragama

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. PENGGUNAAN BEBERAPA ISTILAH DALAM PENELITIAN Sebelum masuk kepada telaah teoritis antar variabel penelitian, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai penggunaan beberapa istilah

Lebih terperinci

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6 MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH Pertemuan ke-6 PENDAHULUAN Muqoddimah AD Muhammadiyah; pokok pikiran yang menjiwai dan melandasi gerakan Muhammadiyah Isi AD/ART

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1433 H/2012 M

Lebih terperinci

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran

Lebih terperinci

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

PERSATUAN DAN KERUKUNAN PERSATUAN DAN KERUKUNAN PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN A. PERSATUAN Dari segi bahasa persatuan berarti gabungan, ikatan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20

HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20 HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20 Oleh Drs. Sidarto Danusubroto, SH (Ketua MPR RI) Pengantar Setiap tanggal 10 Desember kita memperingati Hari Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN HAK ASASI MANUSIA by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN HAK ASASI : - BENAR - MILIK /KEPUNYAAN - KEWENANGAN - KEKUASAAN UNTUK BERBUAT SESUATU : -

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN SARANA DAN PRASARANA DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL

LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL Studi ini bertujuan meneliti penyebab dan dampak konflik antara

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA

PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA 1 KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Kondisi Dimana Antar Umat Beragama

Lebih terperinci

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana PENYELESAIAN KASUS KEKERASAN TERHADAP JEMAAT AHMADIYAH DI WILAYAH CIKEUSIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK- HAK SIPIL DAN POLITIK Oleh: I Made Juli Untung Pratama I Gede Pasek

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. Bahwa setiap manusia,

Lebih terperinci

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NO.188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NO.188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA BAB III FAKTOR-FAKTOR PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NO.188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA A. Pendahuluan Surat Keputusan Gubernur No. 188/94/KPTS/013/2011

Lebih terperinci

KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO. Oleh : Any Rizky Setya P.

KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO. Oleh : Any Rizky Setya P. KOMPARASI PENDEKATAN ETNIS DAN AGAMA PERPEKTIF CLEM McCARTNEY 1 DENGAN PERSPEKTIF FRANZ MAGNIS SUSENO Oleh : Any Rizky Setya P. Latar Belakang Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA I. UMUM Keutuhan dan kerukunan rumah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah salah satu bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dengan keberlangsungan perjuangan suatu Negara. Oleh karena pentingnya peran anak ini, di dalam

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945, tujuan bangsa Indonesia adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus keluarga. Anak juga merupakan aset bangsa yang sangat berharga; sumber daya manusia yang berperan penting

Lebih terperinci

MAKALAH. Hate Speech: Ancaman terhadap Kebhinnekaan dan Demokrasi

MAKALAH. Hate Speech: Ancaman terhadap Kebhinnekaan dan Demokrasi WORKSHOP DAN SEMINAR HAM UNTUK TENAGA PENDIDIK AKPOL Negara, Radikalisme dan Tantangan Kepolisian untuk Perlindungan Kebebasan Agama dan Berkeyakinan Di Indonesia Hotel Santika Premiere Semarang, 15 17

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute LATAR BELAKANG Kongres Ummat Islam Indonesia (KUII) IV telah menegaskan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya solusi bagi berbagai problematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015 tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) 1; Rujukan: a; Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; b; Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci