BAB III LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 36 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 EKUITAS PEMEGANG SAHAM : MODAL PERSEROAN dan LABA DITAHAN MODAL PERSEROAN Ekuitas pemilik dalam perseroan didefinisikan sebagai ekuitas pemegang saham (shareholders equity), atau modal perseroan. Tiga kategori berikut ini biasanya muncul sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham yaitu: 1. Modal Saham 2. Tambahan Modal Disetor 3. Laba Ditahan Dua kategori yang pertama, yaitu modal saham dan tambahan modal disetor, merupakan modal (disetor) kontribusi. Laba ditahan merupakan modal yang diperoleh perusahaan. Modal kontribusi (modal disetor) (Contributed/paid-in capital) adalah total jumlah yang disetorkan ke modal saham-jumlah tersebut diberikan oleh pemegang saham kepada perseroan untuk digunakan dalam bisnisnya. Modal kontribusi meliputi pos-pos seperti nilai pari dari semua saham yang beredar dan agio dikurangi dis agio atas penerbitan saham itu. Modal yang dihasilkan 36

2 37 (earnd capital) adalah modal yang dikembangkan jika bisnis berjalan dengan menguntungkan; modal initerdiri dari semua laba yang tidak dibagi yang tetap diinvestasikan dalam perusahaan. Ekuitas pemegang saham adalah perbedaan antara aktiva dan kewajiban perusahaan. Oleh karena itu, kepentingan pemilik atau pemegang saham dalam perusahaan seperti Walt Disney Co. Merupakan suatu kepentingan residu ((residual interest).. Ekuitas pemilik atau pemegang saham (stockholders /owner equity) merupakan kontribusi kumulatif bersih oleh pemegang saham ditambah laba yang telah ditahan. Sebagai kepentingan residu, ekuitas pemegang saham tidak memiliki eksistensi diluar aktiva dan kewajiban perusahaan Disney ekuitas pemegang saham sama dengan aktiva bersih. ekuitas pemegang saham bukan merupakan klaim atas aktiva khusus tetapi klaim atas bagian dari total aktiva. Jumlahnya tidak dapat ditentukan secara spesifik atau tetap, karena hal itu tergantung pada profitabilitas perusahaan Disney. Ekuitas pemegang saham bertambah jika perusahaan memperoleh keuntungan, dan menurun atau hilang jika perusahaan mengalami kerugian. 9 Struktur permodalan perusahaan a. Modal Dasar (Authorized Capital) Merupakan jumlah modal maxsimum saham yang dapat diterbitkan oleh emiten sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Untuk merubah modal dasar, emiten harus merubah anggaran dasar 9 Donald E. Kieso Jerry J. Weygandt Ferry D. Warfield :Akuntansi Intermediate, Edisi ke-12, Jilid, Tahun 2007, hal 305

3 38 melalui Rapat Umum Pemegang Saham dan disahkan oleh Menteri Kehakiman. b. Modal Ditempatkan (Subscribe Capital) Merupakan sebagian dari Modal Dasar yang telah ditentukan kepemilikannya, namun tidak menjamin bahwa pemiliknya telah menyetor seluruh kewajibannya. c. Modal Disetor (paid Up Capital) Merupakan modal ditempatkan yang telah disetorkan oleh para pemegang saham. Bilamana seluruh modal ditempatkan telah disetor seluruhnya oleh para pemegang sahamnya, maka biasanya dinyatakan sebagai Modal ditempatkan dan disetor penuh (Subscribed and paid in capital). Untuk perusahaan yang akan Go Public (menawarkan sahamnya di bursa), Modal ditempatkan wajib untuk disetor seluruhnya. d. Modal Dalam Portepel Biasanya tidak tercantum dalam neraca, adalah merupakan selisih antara Modal Dasar dengan Modal Ditempatkan. e. Agio Saham Selisih antara setoran pemegang saham dengan nilai nominalnya. Contoh : PT. Bank Negara Indonesia menawarkan kepada masyarakat untuk memiliki saham perusahaan yang bernilai nominal Rp. 500,- per saham dengan harga penawaran Rp. 850,- per saham. Hal ini berarti setelah penawaran umum PT. BNI 46 akan memiliki Agio Saham

4 39 sebesar Rp. 350,- per lembar saham. Dan jika saham baru yang dikeluarkan adalah 200 juta lembar, maka Agio Sahamnya akan menjadi Rp. 70 milyar. f. Laba Ditahan (Retained Earning) Merupakan penjumlahan laba yang tidak dibagikan sebagai deviden dari tahun - tahun sebelumnya sampai sekarang. Saldo laba tidak dibagi sewaktu-waktu dapat diminta sebagai deviden oleh pemegang sahamnya melalui Rapat Umum Pemegang Saham JENIS-JENIS SAHAM Perseroan terbatas (PT) dapat menerbitkan satu jenis saham atau lebih. Bila perseroan hanya menerbit satu jenis saham saja, maka sahamsaham yang diterbitkan itu saham biasa. Jenis-jenis saham yang dapat diterbitkan oleh perseroan pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu: 1. Dilihat dari ada/tidaknya nilai nominal aham, maka terdapat dua jenis saham, yaitu : a. Saham dengan nilai nominal (par stock), yaitu saham yang padanya tercantum adanya nilai nominal. b. Saham tanpa nilai nominal (par stock), yaitu saham yang padanya tidak tercantum adanya nilai nominal. 10 karun99oni.wordpress.com/2008/01/08/beberapa-istilah-penting-saham/

5 40 2. Dilihat dari hak yang melekat pada saham, maka terdapat dua jenis saham yaitu: a. Saham biasa (commo stock), yaitu saham yang tidak mempunyai hak istimewa dalam hal pembagian deviden dan pembagian kekayaan perusahaan bila perusahaan dilikuidasi. Pembagian hal untuk saham bisa dilakukan belakangan setelah pembagian hak saham prioritas. b. Saham prioritas (prefered stock), yaitu saham yang mempunyai hak istimewa untuk didahulukan dalam pembagian deviden atau pembagi kekayaan perusahaan bila dilikuidasi. Deviden saham prioritas dinyatakan dengan persen tertentu dari nilai nominal saham. Saham prioritas masih dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu: 1. Dilihat dari bisa/tidaknya dikonversikan menjadi saham biasa, maka terdapat dua saham prioritas, yaitu; 1) saham prioritas yang dapat dikonversikan menjadi saham biasa (convertible prefered stock), dan 2) saham prioritas yang tidak bisa dikonversikan menjadi saham biasa (unconvertible prefered stock). 2. Dilihat dari kumulatif tidaknya, maka terdapat dua jenis saham prioritas, yaitu; 1) saham prioritas kumulatif, dan 2) saham prioritas tidak kumulatif. Saham prioritas kumulatif adalah saham prioritas yang mempunyai hak untuk

6 41 dibayarkan terlebih dahulu dalam hal pembagian deviden atau kekayaan perusahaan bila dilikuidasi. Bila deviden untuk suatu periode tidak dapat dibayarkan maka deviden tersebut harus dibayarkan terlebih dahulu pada periode berikutnya. Sedangkan saham prioritas tidak kumulatif akan mendapatkan pembagian deviden atau kekayaan perusahaan bila dilikuidasi setelah dibayarkannya seluruh hak saham prioritas kumulatif, dan apabila deviden tersebut tidak perlu dibayar pada periode berikutnya (hangus). 3. Dilihat dari patisipasi tidaknya maka terdapat 2 jenis saham prioritas, yaitu; 1) saham prioritas tidak berpatisipasi, dan 2) saham prioritas berpatisipasi. Saham prioritas yang dinyatakan tidak berpartisipasi akan menerima deviedn hanya sebesar persentae yang telah dinyatakan dalam lembar saham. Sedangkan saham prioritas yang dinyatakan berpartisipasi disamping berhak menerima deviden sebesar persentase yang tercatum dalam lembar saham juga berhak atas sisa deviden setelah dibayarkn deviden saham biasa sebesar prosentase saham prioritas. Besarnya tambahan hak atas sisa tergantung pada besarnya pernyataan tingkat pertisipasi saham prioritas yang bersangkutan. Misalnya dinyatakan berpartisipasi penuh, maka saham prioritas akan mendapatkan hak yang sama

7 42 dengan saham biasa. Atau misal dinyatakan berpartisipasi sebagian (misalnya 15%), maka disamping mendapatkan hak deviden sebesar presentase yang dinyatakan juga berhak atas sisa sehingga keseluruhan penerimaan hak deviden sebesar tingkat partisipasinya LABA DITAHAN Sumber dasar laba ditahan (retained earnings) - laba yang ditahan untuk digunakan dalam bisnis aktivitas bisnis adalah laba operasi. Pemegang saham akan menanggung resiko terbesar dalam operasi perusahaan dan memikul setiap kerugian atau mendapat keuntungan dari aktivitas perusahaan. Setiap laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham akan menjadi tambahan ekuitas pemegang saham. Laba bersih berasal dari berbagai sumber laba yang dapat dipertimbangkan, termasuk dari operasi utama perusahaan (seperti manufaktur dan penjualan produk tertentu), ditambah setiap kegiatan yang bersifat meniadakan (seperti menghapus penyewaan ruang kantor yang tidak terpakai), ditambah hasil dari pos-pos luar biasa serta tidak biasa lainnya. Semua hal ini dapat menambahkan laba bersih yang kemudian akan meningkatkan laba ditahan. Pos-pos umum yang menaikan atau menurunkan laba ditahan digambarkan dalam akun berikut ini : 11 Amad Syafei i Syakur, Intermediate Accouting, hal 332.

8 43 Retained Earnings 1 Net loss 1 Net income 2 Prior period adjustment (error corrections) 2 And certain changes in accounting principle Prior period adjustment (error corrections) and certain changes in accounting principle 3 Cash or scrip dividends 3 Adjustment due to quasireorganization. 4 Stock dividends 5 Some treasury stock transactions Sumber : Kieso, Weygandt & Warfield : Intermidiate Accounting, Weley & Sons. Edisi ke-10, tahun 2001, hal DIVIDEN Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini karena kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap banyak pihak, baik perusahaan yang dikelola itu sendiri, maupun pihak lain seperti pemegang saham dan kreditur. Bagi perusahaan, pembagian dividen akan mengurangi kas perusahaan sehingga dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi maupun investasi akan berkurang. Bagi pemegang saham, dividen merupakan

9 44 satu bentuk pengembalian atas investasi mereka. Sedangkan bagi kreditur, pembagian dividen merupakan salah satu signal positif bahwa perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Masyarakat umum juga memandang bahwa perusahaan yang mampu membayar dividen sebagai perusahaan yang memiliki kredibilitas. Mengingat dampak yang signifikan tersebut maka rencana pembagian dividen oleh manajemen harus didasari dengan pertimbangan yang seksama, yaitu dengan memperhatikan sekurang-kurangnya aspek keuangan dan aspek hukum. Aspek keuangan wajib diperhatikan karena pembagian dividen tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor keuangan yang antara lain mencakup kemampuan keuangan perusahaan, proyeksi usaha perusahaan dan harapan pemegang saham secara ekonomi untuk mendapatkan tingkat pengembalian dari investasi mereka. Aspek hukum wajib diperhatikan karena pembagian dividen harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku. Meskipun tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, namun apabila pembagian dividen dilaksanakan tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku maka dapat berdampak negatif baik bagi manajemen dan perusahaan, maupun bagi pemegang saham.

10 45 A. Aspek Keuangan Berikut ini adalah beberapa hal terkait dengan aspek keuangan yang harus diperhatikan dalam melakukan kebijakan dividen. Likuiditas perusahaan Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh kewajiban jangka pendek ataupun mendanai kegiatan operasional perusahaan. Semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan tersebut melakukan pembagian dividen tunai. Sebaliknya, semakin rendah likuiditas perusahaan semakin kecil kemampuan perusahaan untuk memberikan dividen tunai. Tingkat pertumbuhan perusahaan Tahapan perkembangan suatu perusahaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, antara lain growth, mature, dan decline. Pada tahap growth, perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, baik melalui ekspansi maupun aksi korporasi lainnya. Pada tahap ini perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk menopang tingkat pertumbuhan tersebut. Oleh karena itu, dalam hal manajemen memandang bahwa perusahaan memiliki atau berpotensi untuk memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi maka alokasi kelebihan dana ditujukan pertama kali untuk menunjang pertumbuhan tersebut. Sebaliknya jika manajemen memandang bahwa perusahaan berada pada tahap mature atau decline maka akan

11 46 lebih bermanfaat untuk melakukan pembagian dividen yang lebih tinggi. Preferensi pemegang saham: dividen vs capital gain Preferensi pemegang saham, apakah lebih memilih dividen atau capital gain, merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dalam memutuskan untuk membagi dividen. Hal ini karena keuntungan yang diperoleh pemodal atas investasi pada saham selalu berasal dari salah satu atau kedua hal tersebut. Berbeda dengan dividen yang merupakan pengembalian dari perusahaan, capital gain adalah pengembalian yang didapat pemegang saham dari perdagangan atas saham yang dimilikinya. Seorang pemodal akan menikmati keuntungan berupa capital gain apabila harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya. Sebaliknya, pemodal tersebut akan mengalami kerugian, atau capital loss, apabila harga jual saham lebih rendah dari harga belinya. Harga pasar saham Harga pasar saham juga merupakan hal yang relevan untuk diperhatikan oleh manajemen dalam menentukan kebijakan dividen. Dalam hal manajemen merasa bahwa sahamnya tidak likuid karena harga pasar yang sangat tinggi, maka manajemen dapat memutuskan untuk melakukan pembagian dividen dalam bentuk saham. Pembagian dividen saham dapat memberikan beberapa keuntungan bagi perusahaan seperti saham perusahaan akan menjadi lebih likuid dan kewajiban pembayaran dividen dapat terpenuhi tanpa mengurangi kas perusahaan.

12 47 Namun demikian bukan berarti tidak terdapat risiko dalam melakukan pembagian dividen saham. Penambahan jumlah saham beredar memang menyebabkan saham yang tidak likuid karena harga yang terlalu tinggi menjadi lebih likuid. Namun apabila penambahan saham tersebut terlalu besar maka nilai saham tersebut bisa menjadi sangat rendah sehingga dapat merugikan pemegang saham. Dalam hal manajemen memandang bahwa harga pasar saham terlalu rendah maka manajemen dapat melakukan pembelian kembali (buy back) saham. Dengan buy back saham, maka saham yang beredar di pasar akan semakin berkurang sehingga harganya akan meningkat. Dengan peningkatan harga tersebut maka buy back saham akan memberikan keuntungan bagi pemegang saham dalam bentuk capital gain. Dalam prakteknya, faktor-faktor yang terkait dengan aspek keuangan tersebut di atas tidak berdiri sendiri akan tetapi saling terkait. Sebagai contoh, walaupun perusahaan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi, manajemen dapat memutuskan untuk melakukan pembagian dividen yang tinggi. Hal ini dimungkinkan misalnya jika perusahaan mempunyai akses yang baik pada pasar keuangan dimana kebutuhan dana dapat terpenuhi melalui penerbitan efek ataupun pinjaman. Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan yang memiliki banyak kewajiban. Perusahaan dapat melakukan perpanjangan kewajiban tersebut ataupun dengan melakukan konversi hutang menjadi modal sehingga kebutuhan dana untuk pembayaran kewajiban menjadi lebih rendah.

13 48 B. Aspek Hukum Disamping memperhatikan aspek keuangan, pembagian dividen juga harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Di Indonesia, peraturan perundang-undangan yang perlu diperhatikan dalam pembagian dividen adalah Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan bagi perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia juga wajib memperhatikan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. II-A tentang Perdagangan Efek. Pada intinya peraturan-peraturan tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari perlindungan modal perusahaan, keterbukaan informasi bagi pemegang saham dan kesempatan bagi pemodal untuk memperdagangkan saham-saham yang mengandung dividen (setelah RUPS memutuskan untuk membagi dividen sampai dengan tanggal daftar pemegang saham yang berhak menerima dividen). Berikut ini adalah beberapa hal terkait dengan aspek hukum yang perlu diperhatikan oleh manajemen dalam melakukan pembagian dividen. Kondisi yang harus dipenuhi untuk membagi dividen Sehubungan dengan kondisi yang harus dipenuhi dalam membagi dividen, terdapat persyaratan yang berbeda bagi dividen yang dibagikan setelah tahun buku berakhir dengan dividen yang dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir (untuk selanjutnya dividen yang dibagikan sebelum tahun buku berakhir disebut dengan dividen interim).

14 49 1. Dividen setelah tahun buku berakhir Dalam melakukan pembagian dividen setelah tahun buku berakhir, Perseroan harus memenuhi 2 (dua) persyaratan. Pertama, Perseroan wajib memiliki saldo laba yang positif. Kedua, Perseroan wajib memiliki cadangan yang mencapai paling sedikit 20% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor. Kewajiban untuk memiliki saldo laba positif ini diatur dalam ayat 3 pasal 7 Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. Kewajiban ini dipertegas dalam penjelasan ayat tersebut yang menyatakan bahwa dalam hal laba bersih Perseroan dalam tahun buku berjalan belum seluruhnya menutup akumulasi kerugian Perseroan dari tahun buku sebelumnya, Perseroan tidak dapat membagikan dividen karena Perseroan masih mempunyai saldo laba bersih negatif. Adapun kewajiban untuk memiliki cadangan paling sedikit 20% dari jumlah modal yang disetor dan ditempatkan diatur dalam ayat 3 pasal 70 Undang-Undang tentang PerseroanTerbatas. Kedua persyaratan tersebut terkait dengan logika bisnis yang normal, dimana perusahaan hanya dapat membagi laba apabila memang memiliki saldo laba dan dalam rangka menutup kerugian yang mungkin dialami dimasa yang akan datang maka perusahaan harus menyisihkan sebagian keuntungannya sebagai cadangan. 2. Dividen Interim

15 50 Dalam melakukan pembagian dividen interim, maka disamping wajib memenuhi 2 (dua) persyaratan yang berlaku dalam pembagian dividen setelah tahun buku berakhir, Perseroan juga wajib memenuhi 3 (tiga) persyaratan berikut. Pertama, pembagian dividen interim diatur dalam anggaran dasar Perseroan. Kedua, pembagian dividen interim tidak menyebabkan kekayaan bersih Perseroan menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib. Ketiga, pembagian dividen interim tidak mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan. Terkait dengan kondisi yang wajib dipenuhi dalam melakukan pembagian dividen, walaupun perusahaan bersaldo laba negatif tidak dapat membagi dividen bukan berarti manajemen harus menunggu sampai laba bersih perusahaan cukup banyak untuk menutup saldo laba negatif tersebut. Perusahaan dapat menutup saldo laba negatif tersebut dengan melakukan Kuasi Reorganisasi. Melalui Kuasi Reorganisasi ini seluruh aktiva dan kewajiban perusahaan dinilai kembali dan selisih penilaian kembali tersebut digunakan untuk menutup saldo laba negatif. Kuasi Reorganisasi ini diatur dalam Peraturan Bapepam No.IX.L.1 tentang Kuasi Reorganisasi.

16 51 Persetujuan Organ Perseroan Seperti halnya dengan kondisi yang harus dipenuhi oleh Perusahaan untuk melakukan pembagian dividen, ketentuan mengenai organ perseroan yang berhak menyetujui pembagian dividen juga dibedakan antara pembagian dividen setelah tahun buku berakhir dan dividen interim. Pembagian dividen setelah tahun buku berakhir wajib mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham terlebih dahulu. Sedangkan pembagian dividen interim, sepanjang memenuhi kondisi yang telah disebutkan pada butir i di atas, cukup ditetapkan berdasarkan keputusan direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris. Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, maka dividen interim yang telah dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseoan. Apabila pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim tersebut, maka Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian Perseroan yang diderita sebagai akibat dari pembayaran dividen interim. Adapun alasan pembagian dividen interim dapat dilakukan cukup dengan keputusan direksi adalah karena sumber dananya hanya berasal dari laba bersih tahun yang sedang berjalan sehingga jumlahnya lebih terbatas. Jadwal pembagian dividen Untuk perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, setelah rencana pembagian dividen mendapat persetujuan RUPS maka manajemen wajib menyampaikan laporan mengenai hasil RUPS yang memuat keterangan-

17 52 keterangan mengenai pembagian dividen kepada Bursa dalam jangka waktu selambat-lambatnya 2 (dua) hari bursa setelah RUPS diselenggarakan. Dalam hal Perseroan bermaksud untuk membagikan dividen interim maka wajib menyampaikan hasil rapat direksi yang menyangkut pembagian dividen interim selambat-lambatnya dalam jangka waktu 2 (dua) hari bursa setelah rapat direksi dimaksud. Selanjutnya bursa akan mengumumkan hasil RUPS atau rapat direksi tersebut selambat-lambatnya pada hari bursa berikutnya setelah pemberitahuan diterima oleh Bursa. Tanggal pencatatan saham dalam daftar pemegang saham untuk penetapan hak pemegang saham guna menerima dividen wajib dilakukan paling cepat 16 hari bursa sejak pengumuman oleh bursa. Hal ini dimaksudkan agar terdapat kesempatan bagi pemodal untuk mentransaksikan saham-saham tersebut sebelum periode saham yang mengandung dividen tersebut berakhir. Selanjutnya, pelaksanaan pembagian dividen wajib dilakukan selambat-lambatnya 10 hari bursa setelah tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham guna penetapan pemegang saham yang berhak menerima dividen. Demikianlah beberapa hal terkait dengan aspek keuangan dan aspek hukum yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebijakan dividen. Hal-hal tersebut penting diketahui oleh manajemen karena segala kegiatan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aspek keuangan dan aspek hukum I Made B. Tirthayartra, Ludy Arlianto, diterbitkan di Warta Bapepam-LK, Edisi Juli 2008

18 53 Jenis-jenis Dividen Pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba (yaitu laba ditahan) atau atas beberapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen memiliki jenis sebagai berikut: 1. Dividen tunai 2. Dividen properti (dividend in kind) 3. Dividen likuidasi 4. Dividen saham 3.2 KUASI REORGANISASI Kuasi reorganisasi adalah suatu cara penyehatan kembali atas laporan keuangan. Biasanya dilakukan apabila perusahaan dalam jangka waktu tertentu mengalami kerugian terus-menerus dan pemegang saham menghendaki adanya manajemen dan situasi operasi yang baru. Sehingga perlu dilakukan kuasi reorganisasi. Syarat dilakukannya kuasi-reorganisasi adalah: 1. Disetujui rapat pemegang saham. 2. Seluruh aktiva harus disesuaikan kedalam nilai yang wajar. 3. Nilai saham diturunkan ke dalam nilai yang lebih rendah sampai dengan cukup untuk menutup defisit.

19 54 4. Penurunan nilai saham dibebankan ke dalam rekening agio saham sebelum ditutupkan kedalam rekening laba yang ditahan. 5. Selisih penyesuaian aktiva perusahaan dibebankan langsung kedalam rekening laba yang ditahan. 6. Setelah kuasi reorganisasi, rekening laba ditahan harus menunjukan saldo nol. 7. Rekening laba yang ditahan dengan saldo nol harus diberi tanggal diadakannya kuasi reorganisasi selama 8 tahun. 13 Sesuai dengan Undang-Undang perseroan terbatas (PT) menyatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai saldo laba ditahan negatif atau defisit maka perusahaan tersebut tidak boleh mengumumkan serta melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham selama modal disetor perusahaan menurun karena defisit. Kondisi perusahaan dengan saldo debit pada akun laba ditahan harus mengakumulasi laba yang memadai untuk meniadakan (offset) defisit sebelum dividen boleh dibayarkan. Kondisi ini tentunya akan sangat menyulitkan perusahaan dan para pemegang saham untuk dapat melaksanakan pembagian dividen, karena para pemegang saham harus menunggu sampai laba cukup besar agar dapat diakumulasikan untuk menutup defisit laba ditahan. Tentunya yang menjadikan pertanyaan adalah sampai kapan perusahaan dapat memperoleh laba untuk menutup defisit tersebut, sedangkan pada masa yang akan datang sulit diramalkan 13 Dr. Mas ud Machfoedz, M.B.A., Akt. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi 2, Hal. 302.

20 55 bahwa kondisi perusahaan akan membaik atau malah akan semakin buruk keadaannya. 14 Oleh karena itu, suatu perusahaan yang mempunyai keuntungan usaha setiap tahun namun memerlukan waktu yang cukup lama agar akumulasi keuntungan itu dapat menutup defisit laba ditahan, sedangkan dimasa mendatang rencana operasional perusahaan dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat dicapai dengan baik, maka perusahaan dapat melakukan eliminasi defisit yang terpaksa dilakukan lewat kuasi-reorganisasi. Lebih jelasnya kuasi-reorganisasi adalah suatu prosedur eliminasi defisit yang memperbolehkan perusahaan melanjutkan usaha dengan cara seolah-olah sama seperti reorganisasi secara hukum tanpa kesulitan dengan biaya-biaya dan kerumitan reorganisasi legal. 15 Secara teoritis Schroder & Clark (1998: ) menyebutkan latar belakang suatu perusahaan yang menderita kerugian berkepanjangan selama bertahun-tahun akan kesulitan untuk menarik modal baru. Para kreditur dan pemegang saham ingin selalu menerima hasil (imbal balik) dari investasinya, namun tahun-tahun yang tidak menguntungkan membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar bunga atau dividen. Suatu kuasi-reorganisasi akan memberikan kemampuan bagi perusahaan untuk membayar dividen lebih cepat dari yang seharusnya dan dapat mempengaruhi harga pasar perusahaan dibandingkan jika tidak dilakukan kuasi- 14 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 pasal PSAK No. 51 (Revisi 2003) Definisi paragraf 09

21 56 reorganisasi. Karenanya suatu perusahaan yang tidak dapat membayar dividen karena laba ditahan yang negatif akan dapat menambah modal baru dengan cara yang ekonomis jika perusahaan tersebut sudah lebih dahulu melakukan kuasireorganisasi. Hal ini menguatkan pernyataan Modigliani dan Miller yang dikutip Schroder & Clark bahwa pembayaran dividen yang sesungguhannya tidak mempengaruhi nilai pasar suatu perusahaan, sedangkan kemampuan membayar dividen memang mempengaruhi pasar. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan kuasireorganisasi menurut Schroeder & Clark (1998:682) adalah: 1. Aktiva diturunkan nilainya pada nilai wajarnya terhadap laba ditahan atau tambahan modal disetor. 2. Defisit laba ditahan dieliminasi terhadap tambahan modal disetor atau modal resmi (legal). 3. Saldo laba ditahan sebesar nol diberi tanggal dan tanggal ini harus dipertahankan sampai keadaan tersebut kehilangan maknanya (biasanya 5 tahun sampai 10 tahun ). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 21 menggambarkan kuasi-reorganisasi dari sudut latar belakang dan lebih menekankan pada penilaian kembali (penurunan) nilai aktiva tetap semata dan nominal saham, sedang pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 51 lebih menekankan pada proses reorganisasinya dan menekankan penilaian kembali bukan saja pada akun-akun aktiva tetapi termasuk juga akun-akun kewajiban.

22 57 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor. 51 tentang Akuntansi kuasi-reorganisasi yang telah disetujui dalam rapat Komite Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Juni 1998 dan telah disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 15 Juli PSAK Nomor 51 pada paragraf 01 mengungkapkan latar belakang diperbolehkannya dilakukan Kuasi Reorganisasi. Kerugian berulang atau kerugian besar yang diderita suatu perusahaan bisa menyebabkan timbulnya saldo negatif atau defisit. Perusahaan dalam kondisi defisit mungkin akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Kreditur, investor, dan pemasok bahan baku mungkin memandang perusahaan semacam ini memiliki risiko yang tinggi sehingga cenderung menghindarinya. Yang lebih buruk bila defisit yang terjadi menyebabkan perusahaan melanggar perjanjian kredit (debt covenant) tertentu. Misalnya yang mengharuskan perusahaan mempertahankan saldo laba positif, sehingga diharuskan segera membayar kewajibannya. Hal-hal semacam ini bisa mendorong perusahaan ke arah kebangkrutan, meskipun mungkin dari segi prospek bisnis, perusahaan masih memiliki peluang untuk hidup dan berkembang pada masa mendatang. 16 PSAK Nomor 51 pada paragraf 02 menyebutkan kuasi-reorganisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh aktiva dan kewajibannya, tanpa melalui reorganisasi secara hukum. Dengan ini diharapkan 16 PSAK No. 51 (Revisi 2003) pendahuluan paragraf 01

23 58 perusahaan bisa meneruskan usahanya secara lebih baik, seolah-olah seperti mulai dari awal yang baik (fresh start), dengan neraca yang menunjukan nilai sekarang dan tanpa dibebani defisit. 17 PSAK Nomor 51 pada paragraf 03 kuasi-reorganisasi hanya boleh dilakukan bila terdapat keyakinan yang cukup bahwa setelah kuasi-reorganisasi perusahaan akan bisa mempertahankan status kelangsungan usahanya (going concern) dan berkembang dengan baik. Meskipun operasi perusahaan defisit di masa lalu, tetapi masih memiliki prospek baik di masa mendatang. Prospek ini bisa timbul dari pengembangan produk dan pasar baru, masuknya grup manajemen baru, atau adanya peningkatan kondisi perekonomian yang dapat mendorong peningkatan hasil operasi. Keadaan going concern ini memiliki implikasi bahwa perusahaan yang sedang menghadapi tuntutan kepailitan dari krediturnya tidak diperkenankan untuk melakukan kuasi-reorganisasi. 18 PSAK Nomor 51 paragraf 04 menunjukan bahwa kuasi-reorganisasi (quasi-reorganization) dibedakan dengan true-reorganization, atau yang lazim disebut corporate restructuring, dalam hal keberadaan arus dana secara nyata. Dalam true reorganization ada kemungkinan untuk mengubah kewajiban menjadi ekuitas, mengubah tanggal jatuh tempo dan tingkat bunga kewajiban, mengurangi tunggakan bunga atau menunda pembayarannya, mengubah golongan saham, atau menyuntikkan dana segar dalam mewujudkan modal saham dan/atau kewajiban. 17 Sumber: PSAK No. 51 (Revisi 2003) Pendahuluan paragraf Sumber: PSAK No. 51 (revisi 2003) Pendahuluan paragraf 03

24 59 Dalam kuasi-reorganisasi arus dana yang nyata seperti itu tidak ada, yang ada adalah penilaian kembali seluruh aktiva dan kewajiban pada nilai wajarnya dan penghapusan defisit ke tambahan modal setoran dan modal saham. Karena itu reorganisasi semacam ini ini disebut reorganisasi semu. Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan defisit dan menampilkan aktiva dan kewajiban pada nilai sekarang. Jadi kuasi-reorganisasi sama sekali tidak melakukan tindakan nyata seperti mengubah tanggal jatuh tempo atau tingkat suku bunga, tidak ada arus kas dana secara nyata yang berupa modal atau hutang. PSAK nomor 51 memperbolehkan kuasi -reorganisasi murni tanpa ada pemasukan modal baru (segar). PSAK Nomor 51 paragraf 05 menyebutkan bahwa kuasi-reorganisasi bisa berdiri sendiri atau dibarengi dengan corporate restructuring, dengan masuknya investor baru. Sebagai contoh apabila dalam satu kuasi-reorganisasi akun tambahan modal setoran dan modal saham tidak mampu menyerap defisit, maka true-reorganization dengan jalan menambah modal setoran harus dilakukan. PSAK Nomor 51 pada paragraf 09 mengemukakan tentang pengertian dan istilah-istilah dibawah ini harus dipahami dalam kaitannya dengan pernyataan standar ini. a) Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai yang wajar dan mengeliminasi saldo defisit. b) Tambahan modal setoran adalah seluruh dana yang diperoleh perusahaan dari transaksi modal, selain modal saham yang dicatat sebesar nilai

25 60 nominal. Agio saham (paid in capital in excess of par) dan selisih harga jual kembali treasury stock dari harga perolehannya (paid in capital from treasury stock) merupakan contoh dari tambahan modal setoran. PSAK Nomor 51 pada paragraf 10 perihal Pengakuan dan Pengukuran, kuasi -reorganisasi bukan sekedar cara untuk menampilkan posisi keuangan yang lebih baik dengan cara penghapusan (eliminasi) defisit. Kuasi-reorgnisasi merupakan cara untuk menyelamatkan perusahaan yang terbebani dengan defisit yang material, sementara perusahaan tersebut sesungguhnya memiliki prospek usaha yang baik. PSAK Nomor 51 paragraf 11 syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan untuk melakukan kuasi-reorganisasi adalah: a) Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material; b) Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek yang baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan; c) Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan; d) Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku; dan e) Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif. Sehingga pada PSAK Nomor 51 paragraf 11 mengenai syarat-syarat kuasi -reorganisasi tersebut diatas dapat dijelaskan lebih jauh bahwa: 1. Perusahaan Mengalami Defisit modal dalam jumlah yang material, dalam PSAK Nomor 51 tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang masingmasing dari ke lima syarat-syarat kuasi-reorganisasi tersebut. Apapun bentuk badan hukumnya tidak dipermasalahkan, dan jumlah materialitas defisit tidak

26 61 dikaitkan dengan besarnya tambahan modal setoran. Syarat pertama hanya mensyaratkan materialitas, tidak perlu apakah kejadiannya berulang atau berturut-turut selama beberapa tahun. Tetapi pendahuluan dalam PSAK Nomor 51 terjadinya defisit kerugian berulang atau kerugian besar, yang materialitasnya dapat dimengerti batasannya secara akuntansi. 2. Syarat Kelancaran Usaha dan Adanya Kuasi-Reorganisasi Ketentuan mengenai status kelancaran usaha dari Badan Pengawas Pasar Uang dan Modal mensyaratkan ketentuan yang lebih spesifik dibandingkan dengan PSAK Nomor 51. untuk memenuhi asas keterbukaan informasi, yang melakukan Kuasi Reorganisasi harus mengungkapkan hasil analisis manajemen terhadap penyebab kerugian yang signifikan disertai dengan penanggulangannya. Persyaratan mengharuskan manajemen harus mampu menggambarkan langkah-langkah yang lebih nyata dimasa yang akan datang tentang kelangsungan hidup perusahaan yang melakukan kuasi-reorganisasi. Penjelasan tersebut diatas sesuai dengan ketentuan yang disebut pada paragraf 03 Accounting Research Bulletin Nomor 43 Bab 7A, yang menekankan jika perusahaan memperkirakan masih mengalami kerugian terus, jangan melakukan Kuasi Reorganisasi. Hal ini sekaligus menguatkan ketentuan terakhir dari PSAK Nomor 51, bahwa saldo ekuitas sesudah kuasireorganisasi harus positif. Kalau kinerja sesudah Kuasi Reorganisasi masih negatif, maka tujuan dari kuasi-reorganisasi tidak tercapai. Itu sebabnya syarat

27 62 ini sangat menentukan sebelum mengambil keputusan melakukan kuasireorganisasi. 3. Tidak Sedang Menghadapi Permohonan Kepailitan Kondisi perekonomian Indonesia pada era tahun 1997 telah menimbulkan kesulitan yang sangat besar terhadap perekonomian nasional terutama kemampuan dunia usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Bahkan kemampuan dari dunia usaha untuk dapat memenuhi kewajiban pembayaran kepada para kreditur, supplier (pemasok) mengalami hambatan. Karena situasi dan kondisi dan infrastruktur perekonomian Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan Undang-Undang tentang kepailitan atau Faillissement Verordening yang diundang dalam staat blad tahun 1905 nomor 217 juncto staatsblad tahun 1906 nomor 348 tersebut jarang dimanfaatkan. Untuk itu maka diterbitkan Peraturan Pemerintah atau Undang- Undang Kepailitan sebagai langkah penyempurnaan terhadap Undang- Undang Kepailitan yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak, yaitu dengan telah disyahkanya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan penundaan Kewajiban Pembayaran Utang pada tanggal 8 Oktober Tidak Bertentangan Dengan Peraturan Perundangan Yang Berlaku Ketentuan keempat paragraf 11 PSAK Nomor 51 yang mengatakan Kuasi Reorganisasi tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku tidak mendapat penjelasan lebih lanjut dalam PSAK 51 tersebut. Namun pada PSAK Nomor 21 tentang Akuntansi Ekuitas pada paragraf 43

28 63 secara specifik mengatakan : Kuasi-reorganisasi merupakan prosedur penataan kembali ekuitas yang dilakukan dalam hal perusahaan menderita kerugian terus menerus dan terdapat defisit dalam jumlah yang sanngat materiil. Tindakan ini harus didasarkan atas keputusan formal pemegang saham. 5. Saldo Ekuitas Sesudah Kuasi-Reorganisasi Harus Positif Persyaratan ini dapat terpenuhi tergantung pada kemampuan manajemen membuat perencanaan kedepan, yaitu melalui SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dan alat-alat perencanaan yang lain sehingga dihasilkan rencana operasi yang lebih realistis aktual dan hasilnya dapat memenuhi harapan yang direncanakan. PSAK Nomor 51 paragraf 14 sampai dengan 17 menyinggung mengenai penilaian aktiva dan kewajiban secara singkat saja tidak ada penjelasan tambahan kecuali memberikan contoh empat teknik penilaian. Pernyataan terebut adalah sebagai berikut : 14. Dalam melakukan kuasi-reorganisasi aktiva dan kewajiban harus dinilai kembali dengan nilai wajar. 15. Nilai wajar aktiva dan kewajiban ditentukan sesuai dengan nilai pasar. Bila nilai pasar tidak tersedia, estimasi nilai wajar dilakukan dengan mempertimbangkan harga aktiva sejenis dan tehnik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik aktiva dan kewajiban yang bersangkutan.

29 64 Beberapa contoh teknik penilaian tersebut adalah sebagai berikut : a. Nilai sekarang (present value) atau arus kas diskonto (discounted cash flow) dengan mempertimbangkan tingkat resiko yang dihadapi; b. Model penentuan harga opsi (option-pricing models); c. Penentuan harga matriks (matrix pricing) dan d. Analisis fundamental (fundamental analysis). 19 Penjelasan PSAK No. 51 paragraf 18,19: Setelah perusahaan selesai melakukan kuasi-reorganisasi maka saldo laba ditahan menjadi nol. Meskipun hal tersebut merupakan perbaikan atas defisit pada saldo laba ditahan tetapi tetap tidak memberikan kesan baik bagi investor. Dengan saldo laba ditahan positif sesuai dengan Undang-Undang perseroan terbatas maka dimungkinkan perusahaan untuk dapat melakukan pembagian dividen. Adapun isi paragraf tersebut adalah: 18. Perusahaan harus menyusun neraca per tanggal kuasi-reorganisasi, neraca ini harus dibandingkan dengan neraca sebelum kuasi-reorganisasi. 19. Untuk laporan keuangan tahunan harus menyajikan neraca akhir periode sebelum Kuasi Reorganisasi, neraca per tanggal kuasi-reorganisasi dan neraca akhir periode terakhir. 19 PSAK No. 51 (Revisi 2003) paragraf 15

30 65 Dapat disimpulkan bahwa PSAK Nomor 51 mensyaratkan bahwa untuk menyusun laporan keuangan dalam rangka kuasi-reorganisasi, ada tiga tanggal penting yang harus diungkapkan, yaitu: a. Neraca akhir periode sebelum kuasi-reorganisasi b. Neraca per tanggal kuasi-reorganisasi dan c. Neraca akhir periode terakhir Segera sesudah kuasi-reorganisasi dilakukan, saldo laba ditahan menjadi nol. Walaupun hal itu merupakan perbaikan atas defisit, saldo nol pada laba ditahan tidak memberikan kesan yang baik. Hanya perusahaan yang dengan laba ditahan positif dapat mengumumkan deviden non-likwidasi. Karena itu, menurut Gibson (1988:84) menggunakan tanggal selain tanggal akhir tahun fiskal adalah menguntungkan dalam kuasi-reorganisasi. Jika perusahaan menghasilkan laba sebelum akhir tahun, laba ditahan akan positif dan kemungkinan pembagian deviden. Menurut Accounting Research Bulletin (ARB) Nomor 43 Bab VA, menyatakan bahwa tanggal kuasi-reorganisasi tersebut harus diusahakan sedekat mungkin dengan diperolehnya persetujuan dari pemegang saham, namun juga jangan mendekati tanggal penutupan tahun fiskal. Selanjutnya ARB Nomor 43 Bab V A dan ARB Nomor 46 mensyaratkan sesudah kuasi-reorganisasi, akun laba ditahan yang baru harus dibuat dan diberi judul terpisah dan diberi tanggal yang menunjukan bahwa reklasifikasi berjalan sejak tanggal efektif eliminasi defisit sampai dengan 10 tahun sesudah kuasi-reorganisasi.

31 AKUNTANSI AKTIVA TETAP Aktiva adalah manfaat ekonomi pada masa yang akan datang yang dikendalikan suatu entitas bisnins. Aktiva tetap memberikan mafaat ekonomi pada masa yang akan datang yang sifatnya non-moneter dan jangka panjang. Sifat non moneter dan jangka panjang mengakibatkan nilai aktiva tersebut bersifat tetap, sehingga disebut aktiva tetap istilah aktiva tetap lazim digunakan di Indonesia. Penggunaan istilah ini sebernarnya agak rancu, sebab nilai aktiva tetap belum tentu bersifat tetap. Nilai aktiva tetap dapat berubah-ubah sebagai akibat inflasi dan adanya perubahan pola manfaat ekonomi yang diperoleh. Di Amerika Serikat dan Inggris, istilah Aktiva tetap atau fixed asset tidak lazim digunakan. Aktiva tetap berwujud disebut dengan property, plant and equipment atau tangible noncurrent operating assets, sedangkan aktiva tetap tidak berwujud disebut dengan tangible assets. International Accounting Standard (IAS) 16 tentang, Plant, Property and equipment menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud adalah aktiva yang digunakan untuk penyediaan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, untuk tujuan administratif dan diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu periode. Dan IAS 38 tentang, Intangible Assets memberikan definisi aktiva tidak berwujud sebagai aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak memiliki wujud fisik. Dewan Standar Akuntansi

32 67 Keuangan (DSAK) yang berada dibawah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), mengadopsi IAS 16 menjadi PSAK 16 (Revisi 2007) tentang Aktive tetap. Prinsip Akuntansi Aktiva Tetap Terdapat empat permasalahan akuntansi keuangan aktiva tetap, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut: 1. Jumlah biaya yang harus diakui sebagai harga perolehan aktiva tetap pada saat perolehan awal hingga dapat digunakan atau dioperasikan, 2. Perubahan nilai aktiva tetap terkait dengan revaluasi maupun penurunan nilai (impairment), 3. Alokasi aktiva tetap ke dalam beban depresiasi atau amortisasi setiap periode pelaporan keuangan selama masa manfaat aktiva tetap tersebut, 4. Pelepasan aktiva tetap. IAS 16 dan IAS 38 memberikan dua alternatif bagi entitas bisnis dalam menyajikan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Kedua alternatif tersebut adalah pendekatan model biaya dan model revaluasi. DSAK telah memberlakukan PSAK 16 (revisi 2007) yang merupakan adopsi dari IAS 16. Penerapan pendekatan model revaluasi harus dicermati dengan hati-hati oleh para praktisi pelaporan keuangan terutama jika dikaitkan dengan peraturan perpajakan dan peraturan terkait lainnya. Pengadopsian pendekatan model revaluasi akan berdampak terhadap besarnya nilai aktiva tetap yang disajikan pada neraca dan penentuan besarnya beban depresiasi dan amortisasi pada laporan laba rugi.

33 68 Model Biaya Model biaya atau cost model adalah pendekatan yang mengharuskan harga perolehan digunakan sebagai nilai aktiva tetap setelah pengakuan awal. Sebelum diberlakukan PSAK 16 (revisi 2007), model biaya adalah satu-satunya pendekatan yang dugunakan dalam menilai aktiva tetap baik berwujud maupun tidak berwujud. Depresiasi dilakukan atas harga perolehan dan nilai tercatat aktiva setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai aktiva tetap. Model Revaluasi IAS 16 dan IAS 38 mengijinkan aktiva tetap baik berwujud maupun tidak berwujud dinilai dengan menggunakan pendekatan wajar atau revaluation model. Pendekatan revaluation model mengharuskan pencatatan aktiva tetap berdasarkan nilai revaluasi atau nilai wajar setelah dikurangi dengan akumulasi penurunan nilai. IAS 16 secara sederhana mendefinisikan nilai wajar sebagai jumlah yang diperoleh dari penjualan aktiva tetap dalam transaksi antara pihak-pihak yang bebas (arm s length transaction). Bedasarkan IAS 16 maupun PSAK 16 (revisi 207), nilai wajar ditentukan dengan menggunakan market-based evidence yang dilakukan oleh penilai independen yang profesional. Jika tidak terdapat marketbased evidence, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan pendekatan biaya pengganti yang didepresiasikan atau depreciated replecement cost dan pendapatan revaluasi dilakukan terhadap kelompok aktiva tetap, bukan secara individu. Revaluasi aktiva tetap tidak bisa dilakukan secara sebagian. Secara

34 69 konseptual, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan tiga hirarki sebagai berikut: Harga pasar resmi pada pasar yang aktif LANGKAH I Harga aktiva sejenis pada suatu pasar yang aktif LANGKAH II Penilaian yang dilakukan oleh penilai yang independen LANGKAH III Berdasarkan hirarki diatas, nilai wajar ditentukan dengan tiga langkah, langkah pertama dilakukan dengan mempergunakan harga pasar resmi atau quoted market price suatu pasar yang aktif atau pasar dengan kondisi dimana terdapat permintaan dan penawaran. Apabila harga pasar resmi tidak dapat diperoleh, nilai wajar ditentukan dengan melakukan langkah kedua yaitu menggunakan nilai aktiva sejenis atau price of similar assets pada suatu pasar aktif. Apabila nilai aktiva sejenis tidak juga dapat diperoleh, manajemen dapat

35 70 menggunakan hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai indepeden. Tidak semua penentuan nilai wajar aktiva harus melalui ketiga langkah tersebut. Dalam menentukan nilai wajar aktiva tanah dan bangunan, jasa penilai independen langsung digunakan apabila sulit menentukan harga pasar. Seberapa seringkah revaluasi atas aktiva tetap dilakukan? Frekuensi revaluasi tergantung pada perubahan yang material dari nilai wajar aktiva tetap yang direvaluasi. Revaluasi dilakukan terhadap kelompok aktiva tetap, bukan aktiva secara individual. Berdasarkan IAS 16 paragraf 35, pencatatan revaluasi aktiva tetap dilakukan dengan dua teknik pencatatan sebagai berikut: 1. Penyajian kembali dilakukan secara proporsional terhadap nilai tercatat bruto aktiva tetap sehinga nilai tercatatnya sama dengan nilai revaluasi atau; 2. Eliminasi dilakukan terhadap nilai tercatat bruto dan nilai tercatat neto disajikan kembali sebesar nilai revaluasi. Sebagai contoh tehnik pencatatan 1 dilakukan dengan penyajian kembali nilai tercatat bruto dan akumulasi depresiasinya. Kasus IV: Aktiva tetap berupa bangunan yang diperoleh pada tangal 1 januari 2004 dengan nilai perolehan sebesar Rp ditaksir memiliki masa manfaat selama 15 tahun. Pada akhir tahun 2008 diperkirakan aktiva tersebut memiliki nilai pengganti sebesar Rp nilai pengganti yang didepresiakan adalah sebesar 10/15xRp atau sebesar Rp Dengan demikian, nilai tercatat bruto aktiva ditentukan sebesar Rp dan nilai akumulasi

36 71 depresiasi adalah sebesar Rp jurnal pencatatan yang dilakukan akibat revaluasi adalah sebagai berikut: NO. KETERANGAN DEBET CREDIT 1 Bangunan Akumulasi depresiasi Surplus revaluasi Surplus revaluasi disajikan sebagai bagian dari ekuitas dan didebetkan apabila terjadi penurunan nilai dan pelepasan aktiva dikemudian hari. Apabila teknik pencatatan 2 yang digunakan, maka nilai tercatat bruto aktiva tetap dieliminasi terhadap akumulasi depresiasinya dan kemudian nilai perolehannya dinaikan sebesar nilai revaluasi atau sebesar Rp jurnal pencatatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: NO. KETERANGAN DEBET CREDIT 1 Akumulasi depresiasi Bangunan Bangunan Surplus revaluasi Surplus revaluasi dicatat berasarkan aktiva tetap yang terkait dengan revaluasi tersebut. Perlakuan akuntansi atas surpus revaluasi dijelaskan pada tabel berikut:

37 72 NO. KONDISI PERLAKUAN AKUNTANSI 1 Penambahan nilai tercatat Selisih diakui sebagai bagian dari aktiva tetap akibat revaluasi ekuitas dengan membentuk pos baru bernama, "surplus revaluasi" 2 Penurunan nilai tercatat Selisih diakui sebagai rugi tahun aktiva tetap berjalan, 3 Penurunan nilai tercatat Selisih diakui sebagai pengurang aktiva tetap yang sebelumnya terhadap "surplus revaluasi" mengalami penambahan hingga surplus tersebut habis atau akibat revaluasi hingga kembali ke original cost, dan apabila masih ada selisih maka Selisih diakui sebagai rugi tahun berjalan, 4 Penambahan nilai tercatat aktiva Selisih diakui sebagai laba tahun tetap yang sebelumnya mengalami berjalan hingga sebesar rugi yang penurunan nilai diakui sebelumnya atau hingga kembali ke original cost, dan bila masih ada selisih, maka selisih diakui sebagai bagian "surplus realuasi" 5 Pelepasan akiva tetap, baik melalui "Surplus revaluasi" ditransfer atau penjualan maupun disposal diklasifikasikan ke laba ditahan. Di Indonesia, pengakuan surplus revaluasi yang ditetapkan berdasarkan revaluasi model dapat menimbulkan permasalahan pajak apabila ditafsirkan secara salah. Sebelum dikeluarkan PSAK 16 (Revisi 2007), PSAK 16 tentang, Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain paragraf 66 menetapkan bahwa Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tidak memperkenankan penilaian kembali aktiva tetap sepanjang ada ketentuan pemerintah yang membolehkan.

38 73 Berbeda dengan revaluasi aktiva tetap yang ditetapkan dalam PSAK 16, revaluasi yang diperbolehkan PSAK 16 (Revisi 2007) adalah konsekuensi dari adopsinya revaluation model sebagai alternatif penilaian aktiva tetap. Revaluasi tersebut tidak hanya revaluasi yang mengakibatkan kenaikan, tetapi juga penurunan nilai aktiva tetap. Oleh sebab itu, surplus revaluasi yang berasal dari pengadopsian revaluation model tidak memberikan manfaat ekonomi apapun dan wajib dikoreksi pada saat dilakukan rekonsiliasi fiskal. Kekawatiran manajemen terhadap kemungkinan pengenaan pajak atas surplus revaluasi tentunya hal yang harus mendapat perhatian otoritas perpajakan di Indonesia. IAS 38 juga mengijinkan pendekatan model revaluasi sebagaimana diatur dalam IAS 16. namun DSAK belum melakukan adopsi atas IAS 38, sehingga pendekatan model revaluasi belum diperkenankan ASPEK PERPAJAKAN Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pajak adalah sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan 20 Marisi P. Purba, Akuntansi Aktiva Tetap tahun 2008 halaman 35

39 74 imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. 21 Berdasarkan Undang-Undang nomor 36 TAHUN 2008 tentang Perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan, diatur bahwa: Pasal 4 ayat (1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pasal 4 ayat (2) Yaitu mengatur tentang penghasilan dapat dikenakan pajak bersifat final Pasal 6 ayat (2) Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun. Pajak Penghasilan Final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. 21 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 51 AKUNTANSI KUASI-REORGANISASI

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 51 AKUNTANSI KUASI-REORGANISASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 51 AKUNTANSI KUASI-REORGANISASI Paragraf-paragraf yang

Lebih terperinci

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity)

PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity) PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity) Akuntansi Ekuitas 9. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa seingga memberikan informasi mengenai sumbernya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

Lebih terperinci

KEWAJIBAN & MODAL. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan 5 1

KEWAJIBAN & MODAL. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan 5 1 KEWAJIBAN & MODAL Dwi Martani 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan 5 1 Kewajiban dan Modal PSAK 1 Kewajiban Lancar dan Jangka Panjang PSAK 57 Kewajiban diestimasi, kewajiban kontijensi dan Aktiva kontijensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Laporan Keuangan 1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Kieso (2002 : 3) adalah sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada

Lebih terperinci

BAB IV RESTRUKTURISASI MODAL DENGAN KUASI REORGANISASI: PEMBAHASAN DAN LESSON LEARNED

BAB IV RESTRUKTURISASI MODAL DENGAN KUASI REORGANISASI: PEMBAHASAN DAN LESSON LEARNED BAB IV RESTRUKTURISASI MODAL DENGAN KUASI REORGANISASI: PEMBAHASAN DAN LESSON LEARNED 4.1. TAHAPAN-TAHAPAN PELAKSANAAN KUASI REORGANISASI Laporan keuangan PT. Grahaniaga Tatautama pada tahun 2006, 2007

Lebih terperinci

Laba bersih. perubahan tertentu pada prinsip akuntansi.

Laba bersih. perubahan tertentu pada prinsip akuntansi. A. Pengertian Laba ditahan Laba ditahan (retained earnings) adalah laba bersih yang tidak dibayarkan sebagai dividen tetapi diakumulasikan selama masa usaha perusahaan dan dilaporkan pada bagian kekayaan

Lebih terperinci

Perseroan : Organisasi dan Operasi

Perseroan : Organisasi dan Operasi Perseroan : Organisasi dan Operasi Karakteristik Perseroan Perseroan yaitu badan hukum yang terpisah. Perseroan dapat : 1. Mengambil, memiliki dan mengeluarkan suatu harta atas nama perseroan tadi 2. Menanggung

Lebih terperinci

BAGIAN X EKUITAS X.1. PENDAHULUAN

BAGIAN X EKUITAS X.1. PENDAHULUAN BAGIAN X EKUITAS X.1. PENDAHULUAN 01. Ekuitas adalah hak residual atas aset Bank setelah dikurangi semua kewajiban. 02. Unsur ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam neraca menjadi pos-pos ekuitas, misalnya

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 21 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Ekuitas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 21 tentang Akuntansi Ekuitas disetujui dalam Rapat Komite Prinsip

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

Ekuitas 1. Definisi dan klasifikasi ekuitas 2. Pengakuan dan pengukuran ekuitas 3. Penyajian (pelaporan)

Ekuitas 1. Definisi dan klasifikasi ekuitas 2. Pengakuan dan pengukuran ekuitas 3. Penyajian (pelaporan) Modul ke: Ekuitas 1. Definisi dan klasifikasi ekuitas 2. Pengakuan dan pengukuran ekuitas 3. Penyajian (pelaporan) Fakultas FEB Program Studi Teori Akuntansi www.mercubuana.ac.id Anna Christin SE Ak MM

Lebih terperinci

menyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham.

menyebabkan harga saham tinggi (Dharmastuti, 2004:17-18). sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham. Untuk mengetahui laba yang diperoleh perusahaan dengan menghitung Laba Per Lembar saham (Earning Per Share)/EPS. EPS merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang

Lebih terperinci

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB Pengertian Sumber dana jangka panjang merupakan sumber dana yang memiliki jangka waktu panjang yaitu lebih dari 10 tahun. Sumber dana jangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Dividen 1. Pengertian Dividen Sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam operasinya akan didistribusikan kepada pemegang saham dan sebagaian lagi akan ditahan untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 Peraturan Nomor VIII.G.7 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR

Lebih terperinci

MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena berbagai sebab antara lain: 1. Mengalami kerugian operasi terus menerus 2. Kredit pelanggan yang mengalami

Lebih terperinci

EKUITAS PEMEGANG SAHAM Mata Kuliah Akuntansi Keuangan 2

EKUITAS PEMEGANG SAHAM Mata Kuliah Akuntansi Keuangan 2 EKUITAS PEMEGANG SAHAM Mata Kuliah Akuntansi Keuangan 2 PENGANTAR Saham preferen Saham preferen merupakan saham yang memiliki banyak keutamaan dibandingkan dengan saham biasa. Saham preferen biasa disebut

Lebih terperinci

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan diterbitkan oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ekuitas Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan undang-undang, mempunyai eksistensi yang terpisah dari para pemiliknya dan dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan Terbatas mempunyai peranan penting dalam menggerakkan dan mengarahkan pembangunan ekonomi dan perdagangan. Untuk mengelola perseroan perlu adanya modal, yang

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan, berikut beberapa pendapat mengenai

Lebih terperinci

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN PROSPEKTUS Prospektus merupakan informasi atau dokumen penting dalam proses penawaran umum, baik saham maupun obligasi. Dalam prospektus terdapat banyak informasi

Lebih terperinci

PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena berbagai sebab antara lain: 1. Mengalami kerugian operasi terus menerus 2. Kredit pelanggan yang mengalami kemunduran

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Dividen a. Pengertian Menurut Dyckman et al (2001:439) dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan keuangan global tahun 1997 dan 2008 yang telah berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia, mempengaruhi menurunnya

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN A. Tujuan Kompetensi Khusus Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: Memahami pengertian modal asing Mengetahui penggolongan modal asing Memahami pengertian

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Laba 1. Pengertian Laba Ada beberapa pengertian laba yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli yang dinyatakan dalam buku-bukunya yang telah dianggap sebagai acuan ilmu ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui: 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold italic) adalah paragraf standar, yang harus dibaca

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xi xi xii xii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian dan Pemahaman Dividen

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian dan Pemahaman Dividen BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 Dividend Payout Ratio II.1.1.1 Pengertian dan Pemahaman Dividen Istilah dividen menurut Darmadji dan Fakhrudin

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 554/BL/2010 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Aliran kas menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 2 paragraf 05 adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas. Menurut Kieso

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS BATANG TUBUH PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.03/... TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

Seminar Nasional Research Month Surabaya, 04 Desember 2014 PENERBITAN SAHAM TANPA NILAI NOMINAL DALAM PERSPEKTIF EMITEN Nur Sayidah 1 dan Ida Keriahenta Silalahi 2 1 Fakultas Ekonomi Universitas Dr. Soetomo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan yang memuat informasi mengenai perolehan laba yang ditunjukkan dengan laba bersih pada perhitungan laba rugi perusahaan

Lebih terperinci

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen 1 LAPORAN KEUANGAN - Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Laporan Aset dan Kewajiban Laporan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan Dalam Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan terdapat kebijakan akuntansi perusahaan yang diterapkan terhadap seluruh transaksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1. Definisi Aset Tetap Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS III.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan PT MMS didirikan di Jakarta berdasarkan Akta No.14 tanggal 4 Oktober 1989 dari Notaris Winnie Hadiprojo, SH., notaris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas. untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas. untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang BAB II LANDASAN TEORI II Kerangka Teori dan Literatur II.1 Saham / Sekuritas II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas Menurut Suad Husnan (2005 : 29), sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN/NERACA BULANAN BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017 POS - POS ASET 1. Kas 9,157 2. Penempatan pada Bank Indonesia 44,950 3. Penempatan pada bank lain 2,401 4. Tagihan spot

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS Dosen : Christian Ramos Kurniawan LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS 4-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Laporan Posisi Keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA

PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-00389/BEI/06-2009 Tanggal dikeluarkan :12 Juni 2009 Tanggal diberlakukan : 12 Juni 2009 PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT

Lebih terperinci

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Laporan Arus Kas Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 Laporan Arus Kas Latihan dan Pembahasan 3

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.03/2016 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM DAN PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aset Tetap Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba yang diinginkan dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan. Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi 6 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi Akuntansi adalah suatu sistem untuk mengumpulkan dan memproses, termasuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan ekonomi saat ini, banyak perusahaan yang melakukan penggabungan perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan keuntungan mereka. Penggabungan ini dapat

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Bank Perkreditan Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan)

BAB I PENDAHULUAN. informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntansi merupakan aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget), merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Hutang 1. Pengertian Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu:

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu: merupakan jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun dari sejarah perusahaan. d. Laporan Arus Kas Arus Kas Aktual, yang berlawanan dengan laba bersih akuntansi, yang dihasilkan oleh perusahaan selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham menurut Anoraga (2006:57) didefinisikan sebagai surat berharga atas bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi

Lebih terperinci

SEKURITAS DILUTIF. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 4

SEKURITAS DILUTIF. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 4 SEKURITAS DILUTIF Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 4 Tujuan Pembelajaran 1. Mendeskripsikan akuntansi untuk penerbitan, konversi, dan penarikan sekuritas yang dapat dikonversi (convertible securities).

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan sehingga kas

BAB II TINJAUAN TEORITIS. untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan sehingga kas BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Laporan Arus Kas 2.1.1Pengertian dan Tujuan Arus Kas Di dalam melakukan kegiatan usaha, suatu perusahaan memerlukan kas untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 138,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,967,265 3. Penempatan pada bank lain 488,298 4. Tagihan spot dan derivatif 577 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 124,877 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,489,384 3. Penempatan pada bank lain 394,768 4. Tagihan spot dan derivatif 74,842 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 97,734 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,540,949 3. Penempatan pada bank lain 1,189,868 4. Tagihan spot dan derivatif 5,950 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 88,246 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,217,499 3. Penempatan pada bank lain 334,458 4. Tagihan spot dan derivatif 1,286 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 106,921 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,652,083 3. Penempatan pada bank lain 560,019 4. Tagihan spot dan derivatif 4,903 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 89,341 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,106,222 3. Penempatan pada bank lain 284,267 4. Tagihan spot dan derivatif 23,154 5. Surat berharga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kebijakan Hutang 1. Pengertian Kebijakan Hutang Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Pada prinsipnya hutang akan menguntungkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2): 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Laporan Keuangan 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan Informasi Laporan Keuangan dijadikan dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954 Immu Puteri Sari dan Dwi Nova Azana Fakultas Ekonomi UMSB Abstrak Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

Lebih terperinci

PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL Tbk (Perseroan)

PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL Tbk (Perseroan) K E T E R B U K A A N I N F O R M A S I Dalam Rangka Memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 02/POJK.04/2013 Sehubungan dengan Rencana Perseroan untuk melakukan Pembelian Kembali Saham Perseroan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 0 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat. BAB 2 LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Pengertian Akuntansi menurut Weygant, Kieso dan Kimmel (2011) adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Arlina et al (2014), yang menguji Pengaruh informasi arus kas, laba kotor, ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 224,190 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,800,906 3. Penempatan pada bank lain 4,231,976 4. Tagihan spot dan derivatif 1,609,369 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 237,020 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,908,323 3. Penempatan pada bank lain 1,921,142 4. Tagihan spot dan derivatif 1,739,857 5. Surat

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. Untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, Direksi dan Dewan Komisaris PT Nusantara Pelabuhan

Lebih terperinci

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008 Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen 1 Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) Laporan Aset dan Kewajiban Laporan Operasi Laporan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. 1.1 Data Responden. : Irwan Syafrudin. : Tax Accounting Manager. 1.2 Hasil Wawancara

LAMPIRAN A. 1.1 Data Responden. : Irwan Syafrudin. : Tax Accounting Manager. 1.2 Hasil Wawancara LAMPIRAN 80 81 LAMPIRAN A WAWANCARA EVALUASI KETEPATAN PELAPORAN KEUANGAN TERHADAP STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM SEBAGAI DASAR PENGUNGKAPAN KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus Pada PT Jasa

Lebih terperinci

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS 12 BAB II LAPORAN ARUS KAS 2.1. Laporan Arus Kas 2.1.1. Pengertian Laporan Arus Kas Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:PSAK No.2) menyatakan bahwa: Laporan arus kas adalah laporan yang memberi informasi

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II AKUNTANSI SEWA BAB II AKUNTANSI SEWA 2.1. PENGERTIAN SEWA Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri berasal dari kata lease yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa

Lebih terperinci