Analisis Termal Dan Studi Transformasi Fase Sistem Badan Keramik Lempung Batu Kumbung Lombok, Feldspar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Termal Dan Studi Transformasi Fase Sistem Badan Keramik Lempung Batu Kumbung Lombok, Feldspar"

Transkripsi

1 Akta Kimindo Vol. 3 No. 1 Oktober 2007 : AKTA KIMIA INDONESIA Analisis Termal Dan Studi Transformasi Fase Sistem Badan Keramik Lempung Batu Kumbung Lombok, Feldspar Wirman Kasmayadi 1 dan Irmina Kris Murwani 1,* 1Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Keputih, Surabaya ABSTRAK Telah dilakukan identifikasi transformasi fase dan analisis termal sistem badan keramik lempungbatu kumbung lombok-feldspar sebagai langkah awal kajian pembuatan keramik porselin dengan memanfaatkan sumber daya lokal pulau Lombok. Badan keramik yang terbentuk dikarakterisasi dengan X-ray diffraction dan DTA/TGA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi transformasi fase terhadap pengaruh suhu dengan teknik difraksi sinar-x menunjukkan telah terjadi reaksi-reaksi penting yang berperan dalam mengubah campuran badan keramik yang rapuh menjadi massa yang padat, keras dan kuat yaitu reaksi dehidroksilasi kaolinit, dekomposisi kalsit dan anorthit. Hasil ini juga didukung oleh hasil analisis termal dengan teknik DTA/TGA yang menunjukkan telah terjadi transisi fasa pada suhu sekitar 505,65 C (dehidroksilasi kaolinit); 565,83 C (inversi kuarsa); 934,39 C (pembentukan mullite dan atau γ-alumina) dan 1097,63 C (dekomposisi anorthit). Sedangkan suhu sintering untuk pembakaran badan keramik minimal pada 934 o C. Kata kunci : - Badan keramik, transformasi fase, sifat termal, dan suhu sintering. ABSTRACT Thermal analyses and identification of transformation phase toward clay-pumice-feldspar of ceramic body system have been studied as a preliminary stage of porcelain ceramic production using a local resources of Lombok. The ceramic body system consists of Plambik village clay, Lombok pumice, and feldspar was characterized by X-ray diffraction, and DTA/TGA. The result showed that the important reactions, dehidroxilation caolinite, calcite and anorthite decomposition, happened to change the decay ceramic body mixture into a hard, strong and massive mass. The result was also supported by thermal analyses using DTA/TGA technique which showed that phase transition occurred at C (dehidroxilation caolinite); C (quartz inversion); C (mullite and or γ-alumina) and C (anorthite decomposition). Meanwhile, a minimum sintering temperature for ceramic body was at 934 C. Keywords : - Ceramic body, transformation phase, thermal properties and sintering temperature. PENDAHULUAN Perkembangan industri bahan bangunan membutuhkan penyediaan bahan bangunan alternatif yang lebih unggul dan harga lebih murah dari pada bahan bangunan konvensional, antara lain keramik tile. Pada masa sekarang dibutuhkan keramik alternatif yang lebih kuat, lebih tahan lama serta relatif lebih murah. Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Kimia IX, di Surabaya 24 Juli 2007 * Corresponding author, Cellphone : , irmina@chem.its.ac.id Keramik tile dapat menjadi salah satu produk bahan bangunan ekonomis di pulau Lombok apabila dapat diproduksi di tempat dan dari bahan lokal, mengingat produk keramik tile belum dikembangkan, serta kebutuhan terhadap produk bangunan ini sangat tinggi, bahkan selama ini kekurangan keramik di pulau lombok dipenuhi melalui impor dari pulau Bali. Oleh karena bahan mineral industri sangat melimpah, maka di pulau Lombok sangat potensial untuk di kembangkan produk keramik sebagai salah satu produk alternatif berbasis sumber daya lokal dan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi wilayah agar memiliki nilai ekonomi lebih 43

2 Kasmayadi dan Murwani - Analisis Termal Dan Studi Transformasi Fase Sistem Badan Keramik Lempung Batu Kumbung Lombok, Feldspar tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kombinasi bahan-bahan pembangun badan keramik sangat menentukan karakteristik badan keramik yang dihasilkan, karena masingmasing bahan pembangun tersebut mempunyai sifat fisika dan kimia yang spesifik. Sifat penting produk keramik bergantung pada karakter kimia, fisika, dan mineralogi dari semua bahan baku, seperti komposisi kimia, ukuran partikel, impuriti dan lain-lain. Oleh karena itu studi awal terhadap karakter badan keramik dengan memanfaatkan bahan baku lokal pulau Lombok perlu dilakukan. Studi terhadap proses transformasi fase dan sifat termal pada berbagai suhu pembakaran badan keramik dengan memanfaatkan data difraksi sinar-x dan termogram DTA/TGA perlu dipelajari untuk mengetahui proses yang menyebabkan campuran badan keramik yang rapuh menjadi massa yang padat, keras dan kuat. Selain itu, analisis ini juga sangat penting untuk mengetahui suhu sintering minimum untuk pembakaran badan keramik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari transformasi fase dan sifat termal sistem badan keramik lempung, batu kumbung dan feldspar sebagai langkah awal kajian pembuatan keramik dengan memanfaatkan bahan lokal dari pulau Lombok. Pada makalah ini akan dibahas secara lengkap proses transformasi fase badan keramik sebagai fungsi suhu pembakaran ( C). Transformasi fase ulang terjadi diamati menggunakan teknik difraksi sinar-x dan teknik DTA/TGA. METODOLOGI Bahan yang digunakan adalah lempung desa Plambik, batu kumbung, feldspar, dan air (pelarut/pensuspensi). Ukuran semua bahan mesh. Bahan baku dianalisis lebih dahulu dengan metode spektroskopi serapan atom (Shimadzu) dan X-Ray Diffraction untuk mengetahui komposisi unsur dan jenis mineral dalam bahan. Proses preparasi terbagi dalam tiga tahapan yaitu, proses pengurangan ukuran (size reduction) dan proses pencampuran (mixing) bahan baku. Proses reduksi ukuran dilakukan terhadap bahan baku lempung, batu kumbung, dan feldspar secara individual dengan rangkaian perlakuan melalui tahapan penghancuran (crashing), pengeringan (drying), penggerusan (milling), pengayakan (sieving) dan pemisahan (classifying). Hasil akhir yang diperoleh pada tahap ini adalah bubuk (powder) bahan baku yang lolos saringan 80 mesh dengan kondisi relatif kering. Dibuat 15 komposisi lempung-batu kumbung-feldspar sebagai bahan uji. Pada masing-masing komposisi yang dibuat ditambahkan air sampai mencapai kondisi plastis. Kemudian ubin dengan ukuran 7x3x1 cm dibuat sebanyak 30 batang untuk setiap komposisi dan dikeringkan. Pengeringan dilakukan di atas rak pengering pada suhu kamar. Badan keramik kering dibakar sampai suhu sintering dengan Techno Kiln. Suhu sintering ditentukan dengan Differential Thermal Analysis/ ThermographyAnalysis-DTA/TGA (Setaram Setsys- 1750). Pengamatan terhadap transformasi unsur/mineral dilakukan dengan analisis XRD badan keramik pada pembakaran 600 o C, 1000 o C, 1100 o C dan 1200 o C. 44

3 cps An+BaCa Al KaKa An il Ca Ka d) Intensitas Al An An KAlSi An Ca c) Hbt BaCa 45

4 Kasmayadi dan Murwani - Analisis Termal Dan Studi Transformasi Fase Sistem Badan Keramik Lempung Batu Kumbung Lombok, Feldspar Gambar 1 : Pola Difraksi Sinar X dari Bahan Baku Keramik a) Lempung; b) Batu kumbung; c) Feldspar; dan d) Gabungan Bahan Baku Mentah 0,5 0 Hilang Berat,% 0,0-0,5-1,0-1,5-2,0-2,5 Δ m 1 =-0,7% Δ m 2 =-3,26% 563,85 505,65 934, ,63 DTA Heat Flow (μv) -3, ,5-4,0 TGA , Suhu, ( o C) Gambar 2 : Kurva Termogram DTA/TGA Sampel Badan Keramik Sistem Lempung Batu kumbung dan Feldspar (L-BK-F) HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Bahan Baku Hasil identifikasi mineral-mineral dengan teknik X-Ray Diffraction (XRD) terdapat pada Gambar 1. Puncak-puncak yang muncul pada difraktogram sesuai dengan database JCPDS tahun 2001 menunjukkan bahwa di dalam lempung terdapat mineral-mineral Illit [Kx(Al,Mg)4(Si,Al)8O20(OH)4.nH2O, dengan x<1], kuarsa (SiO2), dan kaolinit (Al2O3.2SiO2.2H2O). Sedangkan dalam batu kumbung terdapat mineral baitokalsit (BaCa(CO3)2), kalium feldspar [K(AlSi3O8)], hidrobiotit (KMgAlSi) dan hematit (Fe2O3). Di samping itu, bahan feldspar mengandung mineral-mineral kelompok feldspar plagioklas seperti kalsit (CaCO3), anorthit (CaO.Al2O8.2SiO2), Albit (Na2O.Al2O8.6SiO2), kalium aluminium silika (KAlSi), dan kuarsa (SiO2). Pada Gambar 1 ditunjukkan pola difraksi sinar X dari bahan baku (lempung desa Plambik, batu kumbung dan feldspar) dan gabungan bahan baku mentah badan keramik. Difraktogram sinar X perpaduan ketiga bahan baku yang merupakan badan keramik mentah (matrik E) teridentifikasi mineral kaolinit (Ka), Albit (Al), anorthit (An), Illit (il), kuarsa (), dan kalsit (Ca). Analisis Termal Dilakukan analisis termal terhadap sampel badan keramik dengan komposisi 42,85% lempung, dan masing-masing 28,57% batu kumbung dan feldspar untuk mengetahui reaksireaksi yang terjadi selama pembakaran dan mengetahui suhu sintering. Kurva termogram DTA/TGA sampel sistem badan keramik disajikan pada Gambar 2. Kurva DTA pada Gambar 2 teridentifikasi 4 puncak, yaitu 2 puncak endotermis dan 2 puncak eksotermis. Pada kurva DTA ini tidak terdeteksi puncak endotermis yang berhubungan dengan penghilangan air fisis dan oksidasi impuriti senyawaan organik, tetapi indikasi terjadinya reaksi ini terlihat pada termogram TGA dengan adanya hilang berat (Δm1= -0,7 %) yang signifikan. Puncak endotermis (1) pada 505,65 o C (Δm2= -3,26%) memberikan informasi yang berkaitan dengan reaksi dehidroksilasi berupa hilangnya gugus hidroksil atau molekul air yang terserap pada kisi-kisi kristal dari mineral lempung kaolin menuju pembentukan metakaolin. Persamaan reaksinya: Al2O3.2SiO2.2H2O Al2O3.2SiO2 + 2H2O Metakaolin merupakan senyawa antara menuju senyawa berikutnya (mullite). Diketahui dari hasil penelitian sebelumnya, bahwa reaksi dehidroksilasi ini dapat belangsung pada kisaran suhu o C (Grim, 1962), tetapi sumber lain (Schieltz dan Soliman, 1953) menyebutkan pada suhu o C. Sedangkan hasil penelitian pada beberapa lempung di Indonesia (Bojonegoro, Singkawang) menunjukkan dehidroksolasi terjadi pada o C (Rohmat,dkk, 2006). Puncak endotermis (2) pada 563,85 o C berhubungan dengan inversi kuarsa dari struktur α-kuarsa menjadi β-kuarsa yang meliputi pengaturan kembali tetrahedral SiO4. Hal ini disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu efek 46

5 kimia berupa sifat larutan padat dan efek fisik berupa efek pembentukan gelas dengan adanya impuriti (Deer, W.A at al., 1962). Sedangkan puncak eksotermis (3) pada 934,30 o C memberikan informasi terjadinya pembentukan fasa kristalin dari metakaolin, dimana pada reaksi ini ada beberapa pendapat yang mengemukan: (1) pembentukan γ-alumina dan (2) pembentukan mullite (Richardson et.al. dalam Grim, 1962). Mullit merupakan senyawa yang sangat stabil, sehingga dapat dikatakan pembentukan mullite ini merupakan tujuan dari pembakaran keramik, karena dengan adanya mullite ini, sifat-sifat keramik yang keras, kompak, dan padat mulai terbentuk. Puncak ini memberikan informasi lebih lanjut tentang terjadinya proses sintering. Oleh karena itu berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui untuk badan keramik minimal dibakar pada 934 o C. Puncak (4) pada 1097,63 o C berkaitan dengan reaksi dekomposisi feldspar. Fenomena ini bersesuaian dengan laporan Senapati, et al. (1998) bahwa reaksi peleburan feldspar pada ~1050 C dan Iqbal at al. (2000) melaporkan titik lebur feldspar pada ~1100 C. Transformasi Fase Pada Kenaikan suhu Pembakaran. Transformasi fase ini diamati untuk mempelajari transformasi yang terjadi selama matriks keramik dibakar pada suhu tertentu. Pengamatan dilakukan dengan XRD. Suhu yang diamati yaitu: 600 o C, 900 o C, dan 1000 o C. Gambar 3 menunjukkan difraktogram matriks E pada 30 o C (mentah), 600 o C, 1000 o C, 1100 o C dan1200 o C. Matriks E dipilih karena matriks E dianggap mewakili sistem yang diteliti. Pada Gambar 3 teridentifikasi adanya transformasi fase yang bertahap dan sistematik dari puncak-puncak difraksi sinar X selama peningkatan suhu pembakaran. Sampai pada suhu 600 o C, terlihat puncak kaolinit (*) menghilang, dan dikonfirmasi dengan termogram DTA/TG pada gambar 2, maka transformasi ini berkaitan dengan reaksi dehidroksilasi kaolinit. Reaksi dehidroksilasi ini disertai dengan penataan ulang aluminium pada kaolin yang semula oktahedral menjadi sebagian besar tetrahedral pada metakaolin sebagai hasil reaksi (Carty dan Senapati, 1998). Struktur metakaolin masih kontroversi (Brindley dan Nakahira, 1959; Mac Kenzie dkk, 1985), mengingat senyawa ini merupakan senyawa antara yang kurang stabil. Pada suhu 600 o C tidak terdeteksi adanya puncak kaolinit, sehingga dapat dikatakan reaksi dehiroksilasi telah sempurna demikian juga dengan reaksi di atas 600 o C (Gambar 3). Sedangkan transformasi yang lain tidak begitu terlihat, hanya beberapa puncak mengalami penurunan intensitas seperti puncak albit (Al), anorthit (An) dan kalsit (Ca) (tanda panah pada Gambar 3 suhu 600 o C). Pada suhu 1000 o C terjadi pengurangan intensitas yang sangat signifikan dari puncak anorthit (An) (tanda panah pada suhu 1000 o C). Sedangkan transformasi fasa yang cukup signifikan ditunjukkan oleh hilangnya puncak albit (2θ=13,70 o ) dan kalsit (2θ=41,94 ) (tanda ф pada Gambar 3). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu (Boynton,1980 dalam Cultrone, et.al, 2001), bahwa penguraian kalsit terjadi pada suhu ( o C), sehingga pada sampel E ini kemungkinan telah terjadi dekomposisi termal kalsit (Ca) membentuk kalsium oksida (CaO) dan gas CO2. Reaksi yang mungkin dan berkaitan adalah: CaCO3 Δ H CaO + CO2 cps 1200 o C Intensitas φ # # φ 1100 o C 1000 o C An+BaCa 600 o C Ka Al Ka il An C a Ka m entah (3 0 o C ) θ ( o ) 47

6 Kasmayadi dan Murwani - Analisis Termal Dan Studi Transformasi Fase Sistem Badan Keramik Lempung Batu Kumbung Lombok, Feldspar Gambar 3. Pola Difraksi Sinar-X Transformasi Fase Badan Keramik sebagai Efek Suhu Pembakaran Pada suhu C puncak anorthit sudah tidak terlihat lagi (tanda # pada Gambar 3). Hal ini dapat dikonfirmasikan dengan kurva termogram DTA/TGA pada Gambar 2 yang menunjukkan bahwa suhu 1097 o C merupakan titik lebur feldspar. Hal ini menandakan bahwa feldspar telah mengalami dekomposisi dengan sempurna sesuai laporan Iqbal at al. (2000) bahwa titik lebur feldspar pada ~1100 C. Difraktogram sinar X pada suhu pembakaran 1100 o C dan 1200 o C tidak terlihat perbedaan puncak-puncak yang signifikan, sehingga berdasarkan pada pengamatan tersebut dipilih suhu 1100 o C sebagai suhu pembakaran benda keramik sistem lempung batu kumbung Lombok feldspar, dimana pertimbangan waktu untuk mencapai suhu tersebut lebih singkat dibandingkan suhu 1200 o C, juga dapat mereduksi energi yang diperlukan untuk pembakaran. Dari pembahasan transformasi fasa dalam pembentukan keramik melalui peningkatan suhu pembakaran, maka telah dilalui reaksi-reaksi penting yaitu dehidroksilasi kaolinit, dekomposisi kalsit, serta dekomposisi anortit [Ca(Al2Si2O8)] yang ditunjukkan oleh meleburnya feldspar. Ketiga reaksi ini berperan dalam mengubah campuran badan keramik yang rapuh menjadi massa yang padat, keras dan kuat. KESIMPULAN Hasil Identifikasi transformasi fase terhadap pengaruh suhu menunjukkan telah terjadi reaksi dehidroksilasi kaolinit, dekomposisi kalsit dan anorthit yang berperan dalam mengubah campuran badan keramik yang rapuh menjadi massa yang padat, keras dan kuat. Hasil ini juga didukung oleh hasil analisis termal yang menunjukkan telah terjadi transisi fasa pada suhu sekitar 505,65 C (dehidroksilasi kaolinit); 565,83 C (inversi kuarsa); 934,39 C (pembentukan mullite dan atau γ-alumina) dan 1097,63 C (dekomposisi anorthit). Sedangkan suhu sintering untuk pembakaran badan keramik minimal pada 934 o C. Haloysite, in Applied Clay Mineralogy, ed. Grim R.E., McGraw-Hill Book Company, Inc. New York. hal Brindley, G.W., and Nakahira, M., 1959, The Kaolinite and Mullite Reaction Series II: Metakaolin, J.Am. Ceram. Soc., Vol. 42, No. 7, hal Carty, W.M., and Senapati, U., 1998, Porcelein- Raw Materials, Procesing, Phase Evolution, and Mechanical Behavior, J. Am. Ceram. Soc., Vol. 81, No. 1, hal Cultrone, G., Navarro, C. R., Sebastian, E., Cazlla, O., and De La Torre, M., 2001, Carbonate and Slicate Phase Reacions During Ceramic Firing, Eur. J. Mineral., Vol. 13, hal Deer, W.A., Howie, R.A., and Zussman, J., 1962, Rock Forming Minerals, Longman, London, Sheet Silicates, Vol. 3, hal Grim, R.E., and Bradley, W.F., 1940, Investigation of the Effect of Heat on the Clay Minerals Illite and Montmorillonite, J. Am. Ceram. Soc., Vol. 23, hal Grim, R.E., 1962, Applied Clay Mineralogy, McGraw-Hill Book Company, Inc. New York. Grimshaw, R.W., Heaton, E., and Roberts, A.L., 1945, Constitution of Refractory Clays II, Thermal Analysis Methods, Trans. Brit. Ceram.Soc., Vol. 44, hal Iqbal, Y., and Lee, W.E., 2000, Microstructural Evolution in Triaxial Porcelain, J. Am. Ceram. Soc., Vol. 83, No. 12, hal Monteiro, S.N, Viera M.F., dan Carvalho, E.A., 2005, Technological Behavior of Red Ceramics Incorporated with Brick Waste, Revista Materia, Vol. 10, No.4, hal PDF Joint Committee, 2001, database PCPPDFWIN, New York. Sulistya, R., Hartanto Dj., Murwani, Irmina K., 2006, Karakterisasi dan Studi Sebaran Kobalt Sistem Bandan Keramik Lempung Bojonegoro Feldspar Kuarsa, Indo.J. Chem., Vol. 6, No. 2, hal DAFTAR PUSTAKA Brindley, G.W., and Nakahira, M., 1957, Kinetics of Dehydroxylation of Kaolinite and 48

7 49

CHARACTERIZATION AND COBALT DISTRIBUTION STUDY OF CERAMIC BODY SYSTEM : BOJONEGORO CLAY FELDSPAR QUARTZ

CHARACTERIZATION AND COBALT DISTRIBUTION STUDY OF CERAMIC BODY SYSTEM : BOJONEGORO CLAY FELDSPAR QUARTZ 138 Indo. J. Chem., 006, 6 (), 138-13 CHARACTERIZATION AND COBALT DISTRIBUTION STUDY OF CERAMIC BODY SYSTEM : BOJONEGORO CLAY FELDSPAR QUARTZ Karakterisasi dan Studi Sebaran Kobalt Sistem Badan Keramik

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal ISSN : ANALISIS WHITENESS KAOLIN ASAL MANDOR PADA VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN Nelly Wahyuni *), Cita, Titin Anita.Z Jurusan Kimia FMIPA Universitas Tanjungpura Jl. A. Yani Pontianak 78124 *Email: nelly_kimiauntan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN LEMPUNG NAGARA DALAM SISTEM BADAN KERAMIK SESUAI SNI. M. Sukamto 1, Irmina Kris Murwani 2

KAJIAN PENGGUNAAN LEMPUNG NAGARA DALAM SISTEM BADAN KERAMIK SESUAI SNI. M. Sukamto 1, Irmina Kris Murwani 2 QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.2, No.2, Oktober 2011, hlm. 113-120 113 KAJIAN PENGGUNAAN LEMPUNG NAGARA DALAM SISTEM BADAN KERAMIK SESUAI SNI M. Sukamto 1, Irmina Kris Murwani 2 1 MTSN Anjir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAHAN MENTAH DAN ANALISA KEGAGALAN PRODUK KERAMIK Uli Karo-karo 1 dan Mumu Komaro 2 ABSTRAK

KARAKTERISASI BAHAN MENTAH DAN ANALISA KEGAGALAN PRODUK KERAMIK Uli Karo-karo 1 dan Mumu Komaro 2 ABSTRAK Karakterisasi Bahan Mentah dan Analisa Kegagalan Produk Keramik. (Uli K dan Mumu K) KARAKTERISASI BAHAN MENTAH DAN ANALISA KEGAGALAN PRODUK KERAMIK Uli Karo-karo 1 dan Mumu Komaro 2 ABSTRAK KARAKTERISASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT Nurpiyenti 1, Muhdarina 2, T. A. Amri 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi

Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi Sunardi 1), Utami Irawati 1) dan Totok Wianto 2) Abstrak: Kajian tentang karakteristik kaolin lokal asal Tatakan, Tapin, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR MASTUKI NRP 1108 100 055 Pembimbing Prof. Dr. Darminto, M.Sc Malik Anjelh Baqiya, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya material keramik hanya dikenal sebatas untuk barang seni, peralatan rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal sebagai keramik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb Oleh: Tahta A 1, Darminto 1, Malik A 1 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

Sifat Fisik Lempung Tanjung Morawa Dalam Transformasi Fasa Mineral Berdasarkan Investigasi Difraksi Sinar X

Sifat Fisik Lempung Tanjung Morawa Dalam Transformasi Fasa Mineral Berdasarkan Investigasi Difraksi Sinar X Septawendar et al. /Jurnal Riset Geologi & Pertambangan Jilid 17 No.1 ( 2007) 11-19 11 Sifat Fisik Lempung Tanjung Morawa Dalam Transformasi Fasa Mineral Berdasarkan Investigasi Difraksi Sinar X RIFKI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing : Judul Penelitian Nama NomorPokok Program Studi : PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS : SUDIATI : 037026011 : ILMU FISIKA Menyetujui Komisi Pembimbing : Anggota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi. Selama ini pemanfaatan sekam padi belum dilakukan secara maksimal sehingga hanya digunakan

Lebih terperinci

ADITIF PB3O4 DAN TSG 107 *) Sudaryo, Risqi Asih

ADITIF PB3O4 DAN TSG 107 *) Sudaryo, Risqi Asih KONDISIONING LIMBAH KROM MENGGUNAKAN BAHAN DASAR KERAMIK DENGAN ADITIF PB3O4 DAN TSG 107 *) Sudaryo, Risqi Asih STTN-BATAN, Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB 55281 2).3) PTAPB-BATAN, Jl. Babarsari Kotak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI KAOLIN ALAM ASAL TATAKAN, TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI KAOLIN ALAM ASAL TATAKAN, TAPIN, KALIMANTAN SELATAN Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI KAOLIN ALAM ASAL TATAKAN, TAPIN, KALIMANTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi

Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 12 NOMOR 1 PEBRUARI 2016 Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi M. Zamrun Firihu dan I Nyoman Sudiana Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

Pemisahan Ion Kromium (VI) dan Nikel dari Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Reverse Osmosis

Pemisahan Ion Kromium (VI) dan Nikel dari Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Reverse Osmosis Pemisahan Ion Kromium (VI) dan Nikel dari Limbah Industri Elektroplating dengan Proses Reverse Osmosis Aisyah Endah Palupi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Kampus Ketintang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER No. 02/ Tahun I. Oktober 2008 ISSN 19792409 PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN UZr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI Nurul Fitria Apriliani 1108 100 026 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Rendra Syam Mustopa Pembimbing : Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT

SEMINAR TUGAS AKHIR. Rendra Syam Mustopa Pembimbing : Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT SEMINAR TUGAS AKHIR Rendra Syam Mustopa Pembimbing : Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT 1 Bencana luapan lumpur panas Sidoarjo mengakibatkan kerugian yang cukup besar sehingga diperlukan pemanfaatan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

Pengertian Keramik. Teori Keramik

Pengertian Keramik. Teori Keramik Pengertian Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani,keramikos, yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiclopedia tahun 1950-an mendefinisikan

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI DAN DAUN BAMBU

PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI DAN DAUN BAMBU 1 2004 Joelianingsih Posted: 29 November 2004 Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor November 2004 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng, M F (Penanggung

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 3 3 Mullite ( AlO.SiO ) merupakan bahan keramik berbasis silika dalam sistem Al yang terbentuk dari (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan O3 SiO alumina ( Al

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan

Lebih terperinci

Proses Produksi. Pemrosesan Keramik. Tatap Muka

Proses Produksi. Pemrosesan Keramik. Tatap Muka MODUL PERKULIAHAN Proses Produksi Pemrosesan Keramik Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh Abstract Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING Widi Astuti 1, F. Widhi Mahatmanti 2 1 Fakultas Teknik, 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (www.fda.gov). pati. Selanjutnya, pemanasan dilanjutkan pada suhu 750 ºC untuk meningkatkan matriks pori yang telah termodifikasi. Struktur pori selanjutnya diamati menggunakan SEM. Perlakuan di atas dilakukan juga pada

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR 1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BATU PASIR FELSPATIK DAN BATU LEMPUNG UNTUK KERAMIK HIAS

PENGGUNAAN BATU PASIR FELSPATIK DAN BATU LEMPUNG UNTUK KERAMIK HIAS Jurnal Penggunaan Teknologi Mineral Batu Pasir dan Batubara Felspatik dan Volume Batu 10, Lempung Nomor untuk 3, September Keramik Hias, 2014 Subari : 155 164 PENGGUNAAN BATU PASIR FELSPATIK DAN BATU LEMPUNG

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (2) (2016): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (2) (2016): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein Uji Fisis Bahan Isolator Listrik Berbasis Keramik Porselin Alumina Maryati Doloksaribu dan Lisnawaty Simatupang* Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT SEBAGAI HASIL SAMPING PRODUKSI KOAGULAN: KARAKTERISASI. Fiola Reviola, Muhdarina, Nurhayati

LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT SEBAGAI HASIL SAMPING PRODUKSI KOAGULAN: KARAKTERISASI. Fiola Reviola, Muhdarina, Nurhayati LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT SEBAGAI HASIL SAMPING PRODUKSI KOAGULAN: KARAKTERISASI Fiola Reviola, Muhdarina, Nurhayati Mahasiswa Program S1 Kimia Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Maya Machfudzoh 1410100038 Dosen Pembimbing : Ir. Endang Purwanti S., MT. Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D 25 Juli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 ISSN 1907 2635 Reaksi Termokimia Paduan AlFeNi dengan Bahan Bakar U 3Si 2 (Aslina Br.Ginting, M. Husna Al Hasa) REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 Aslina Br. Ginting dan M. Husna

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen,

I. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silika merupakan senyawa yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen, katalisator dan masih

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER Girindra Abhilasa dan Sungging

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Kiagus Dahlan, Setia Utami Dewi Departemen Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-81 Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb Tahta A, Malik A. B, Darminto Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Laporan Akhir Tesis LOGO PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Disusun Oleh: M. Furoiddun Nais 2309201016 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, M.Eng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Proses pembuatan sampel dilakukan dengan menggunakan tabung HEM dan mesin MILLING dengan waktu yang bervariasi dari 2 jam dan 6 jam. Tabung HEM

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHAN BAKU KAOLIN UNTUK BAHAN PEMBUATAN BADAN ISOLATOR LISTRIK KERAMIK PORSELEN FUSE CUT OUT (FCO)

KARAKTERISTIK BAHAN BAKU KAOLIN UNTUK BAHAN PEMBUATAN BADAN ISOLATOR LISTRIK KERAMIK PORSELEN FUSE CUT OUT (FCO) KARAKTERISTIK BAHAN BAKU KAOLIN UNTUK BAHAN PEMBUATAN BADAN ISOLATOR LISTRIK KERAMIK PORSELEN FUSE CUT OUT (FCO) Wahyu Garinas Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral Deputi TPSA BPPT Abstract is one of a very

Lebih terperinci

SINTERING MECHANISMS OF FLOOR TILE: MICROSTRUCTURAL EVOLUTION AND SHRINKAGE

SINTERING MECHANISMS OF FLOOR TILE: MICROSTRUCTURAL EVOLUTION AND SHRINKAGE 27 SINTERING MECHANISMS OF FLOOR TILE: MICROSTRUCTURAL EVOLUTION AND SHRINKAGE H. Notopuro, D. Hatmoko, R.Y. Saputra, M. Rachimoellah dan S. Winardi* ABSTRAK Sintering keramik adalah suatu proses yang

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK 1) Luluk Indra Haryani, 2) Suminar Pratapa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Pengujian TGA - DTA Gambar 4.1 memperlihatkan kuva DTA sampel yang telah di milling menggunakan high energy milling selama 6 jam. Hasil yang didapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al.,

I. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al., 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Natrium oksida (Na 2 O) merupakan salah satu senyawa penting dalam ilmu material karena dibutuhkan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan material, antara lain sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu material dalam peningkatan produk hasil reaksi tidak

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu material dalam peningkatan produk hasil reaksi tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu material dalam peningkatan produk hasil reaksi tidak terlepas dari peranan bahan katalis (katalisator). Katalis merupakan suatu zat yang mengakibatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tebu Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah mengalami ekstraksi niranya pada industri pengolahan gula pasir. Ampas tebu juga dapat dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang Afrika Timur

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH Istianah () Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN MATERIAL JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Moraida Hasanah 1, Tengku Jukdin Saktisahdan 2, Mulyono 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Nama Kelompok 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Masyarakat Kebutuhan Pasar bisnis properti Bencana Alam Lumpur Lapindo Bahan baku yang belum termanfaatkan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

STUDI SIFAT CAMPURAN 75% R-LOMBOK, 15% W-LOMBOK, 10% F-LODOYO SEBAGAI BAHAN BAKU KERAMIK STONEWARE DENGAN SUHU BAKAR 1250 O C

STUDI SIFAT CAMPURAN 75% R-LOMBOK, 15% W-LOMBOK, 10% F-LODOYO SEBAGAI BAHAN BAKU KERAMIK STONEWARE DENGAN SUHU BAKAR 1250 O C STUDI SIFAT CAMPURAN 75% R-LOMBOK, 15% W-LOMBOK, 10% F-LODOYO SEBAGAI BAHAN BAKU KERAMIK STONEWARE DENGAN SUHU BAKAR 1250 O C Made Cingah M Dachyar Effendi Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi

Lebih terperinci