ADITIF PB3O4 DAN TSG 107 *) Sudaryo, Risqi Asih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADITIF PB3O4 DAN TSG 107 *) Sudaryo, Risqi Asih"

Transkripsi

1 KONDISIONING LIMBAH KROM MENGGUNAKAN BAHAN DASAR KERAMIK DENGAN ADITIF PB3O4 DAN TSG 107 *) Sudaryo, Risqi Asih STTN-BATAN, Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB ).3) PTAPB-BATAN, Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB INTISARI KONDISIONING LIMBAH KROM MENGGUNAKAN BAHAN DASAR KERAMIK DENGAN ADITIF Pb 3 O 4 DAN TSG 107. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat immobilisasi limbah krom dalam keramik yang telah ditambahkan aditif Pb3O4 dan TSG 107, fungsi aditif, serta mengetahui kondisi (komposisi dan suhu) terbaik pada proses pembuatan monolit keramik yang mampu mengungkung limbah krom. Penelitian dilakukan dengan cara mencampur limbah krom, lempung, kaolin, feldspar, dan air pada perbandingan yang bervariasi. Penambahan air divariasi dari 8%-12%, limbah krom dari 1%-5%, serta aditif Pb3O4 dan TSG 107 dari 1%-5%. Campuran dicetak dengan diameter dan tinggi ± 2,44 cm pada tekanan 50 bar. Setelah kering, monolit dibakar pada suhu 700oC-1100oC, selanjutnya dilakukan uji susut bakar, uji serap air, analisis densitas, uji kuat tekan, uji lindi dengan metode TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure), dan karakterisasi material dengan difraksi sinar-x yang dilakukan pada kondisi terbaik. TCLP dilakukan dengan mencampurkan 3 gram sampel dengan 60 ml asam asetat 0,1 N, dan digunakan shaker untuk proses ekstraksi dengan kecepatan 90 rpm selama 18 jam. Kondisi terbaik dicapai saat penambahan air pembentukan 8%, limbah krom 5%, serta aditif Pb3O4 dan TSG 107 sebanyak 5%, dengan suhu pembakaran 1000oC. Pada kondisi ini diperoleh kualitas monolit keramik terbaik yang memenuhi standar produk keramik limbah dengan nilai susut bakar 15,183%, serap air 10,079%, densitas 1,801gr/cm3, kuat tekan 3864,045 ton/m2, dan dengan kadar krom total terlindi sebesar 1,533 ppm. Sementara itu berdasarkan difraktogram XRD, dibuktikan bahwa aditif Pb3O4 dan TSG 107 mampu mempercepat dekomposisi mineral serta menghasilkan eskolaite pada monolit keramik limbah krom. Kata Kunci : Keramik Limbah Krom, Kondisioning, Aditif Pb3O4 dan TSG 107, TCLP, XRD ABSTRACT CHROME WASTE CONDITIONING USING CERAMIC BASIC MATERIALS WITH Pb3O4 AND TSG 107 ADDITIVES. The purpose of this research was to determine the level of chrome waste immobilization in ceramic that have been added Pb 3 O 4 and TSG 107 additives, the function of additives, and also to know the best conditions (composition and temperature) in the production of ceramic monoliths are able to confine the chrome waste. The research was done by mixing of chrome waste, clay, caoline, feldspar, and forming water on ratio variation. The added of water was be variated from 8% to 12%, addition of chrome waste from 1% to 5%, and addition of Pb 3 O 4 and TSG 107 additives from 1% to 5%. The ceramic matrix was formed with ±2.44 cm in diameter and ±2.44 cm in high, at pressure 50 bar. Monolith was to fired at 700 o C to 1100 o C after dry, and then tested by weight reduction test, water absorption test, analysis of density, compressive strength test, leachate test by TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) method, and material characterization with X-ray diffraction at the best condition. TCLP was performed by mixing 3 grams sample with 60 ml acetic acid 0.1 N, and used shaker for the extraction process with speed of 90 rpm for 18 hours. The best condition was achieved when the adding forming water of 8%, chrome waste of 5%, Pb 3 O 4 and TSG additives of 5%, and firing temperature of 1000 o C. At this condition was obtained qualified monolith ceramic that fulfilled as waste ceramic product standard with a value of weight reduction %, water absorption %, density g/cm 3, compressive strength ton/m 2, and total chrom in the leachet was ppm. Meanwhile, based on XRD difraktogram, proved that the Pb 3 O 4 and TSG 107 additives is able to accelerate the decomposition of minerals and produce eskolaite on ceramic monoliths of chrom waste. Keywords : Ceramic of Chrome Waste, Conditioning, Pb3O4 and TSG 107 additives, TCLP, XRD Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 488 Sudaryo dkk

2 1. PENDAHULUAN Keramik berasal dari bahasa Yunani, keramos yang artinya periuk atau belanga yang dibuat dari tanah 1. Sementara arti barang keramik itu sendiri adalah bentuk barang yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk sedemikian rupa dan melalui proses pembakaran, tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. Ada beberapa bahan alam sebagai bahan pembentuk keramik, diantaranya adalah: Kaolin disebut juga china clay, berfungsi sebagai pengikat dan penambah kekuatan bahan keramik, serta sebagai bahan pengeras dalam pembuatan glasir 2. Kaolin mempunyai komposisi hidrous aluminium silikat (Al 2 O 3.2SiO 2.2H 2 O) dengan disertai beberapa mineral penyerta. Kaolin terbentuk dari pelapukan batuan feldsparatik, dengan reaksi sebagai berikut: Feldspar kaolin 2KAlSi 3 O 8 + 2H 2 O + CO 2 Al 2 O 3.2SiO 2.2H 2 O + 4SiO 2 + K 2 CO 3 Feldspar termasuk senyawa alumina silikat (AlSi 3 O 8 ) yang mengandung satu atau lebih unsurunsur seperti K, Na, dan Ca. Feldspar yang mengandung kalium (KAlSi 3 O 8 ) biasanya dipakai untuk membuat bahan keramik sedangkan yang banyak mengandung natrium (NaAlSi 3 O 8 ) dipakai untuk membuat glasir. Sebagai bahan yang tidak plastis, feldspar sangat penting dalam industri keramik karena dapat berfungsi untuk mengurangi penyusutan pada waktu proses pengeringan dan pembakaran, juga berfungsi sebagai flux (peleleh) pada suhu di atas 1200 o C, sehingga badan keramik menjadi padat tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi). Titik leburnya antara 1170 o C-1290 o C. Clay, lempung akan memberikan sifat pembentukan keramik yang memungkinkan bubuk keramik dapat dirubah dari bentuk kering menjadi slurry dengan plastisitas tinggi. Derajat keplastisan lempung ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, susunan, bentuk dan kehalusan dari partikel tanah liat, banyaknya air dan garam-garam lain yang terlarut didalamnya, serta kandungan dan jumlah bahan organik yang ada didalamnya. Partikel lempung seperti lempengan tipis hampir berbentuk segienam (hexagonal) dengan permukaan yang datar dalam ukuran skala atom. Lempung mampu mengikat air disekitarnya dengan ikatan yang sangat kuat sehingga air yang terikat ini tidak mudah dilepaskan kecuali dengan dipanaskan sampai di atas 1000 o C 3. Aplikasi penggunaan bahan-bahan keramik tersebut dapat digunakan untuk penanganan limbah di industri penyamakan kulit. Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Pada proses penyamakan, salah satu zat penyamak yang biasa dipakai adalah senyawa krom dalam bentuk kromium sulfat basa (Cr 8 (SO 4 ) 6 (OH) 12 ). Air limbah dari proses ini akan mengandung bahan protein, sisa garam, sejumlah kecil mineral, dan krom. Krom merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), yang bersifat asam, menyebabkan iritasi pada kulit serta membran mukasid (selaput lendir) oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan pada air limbah tersebut sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah krom yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sludge limbah penyamakan kulit. Sludge diperoleh dari proses pengolahan air limbah melalui pengendapan menggunakan Mg(OH) 2 atau Ca(OH) 2 dengan reaksi sebagai berikut : Cr 8 (SO 4 ) 6 (OH) Ca(OH) 2 8Cr(OH) 3 + 6CaSO 4 Sludge harus mendapatkan suatu perlakuan khusus atau pengolahan sebelum disimpan atau dibuang. Perlakuan khusus yang dimaksud adalah adanya proses kondisioning. Dalam penelitian ini, proses kondisioning sludge limbah krom dilakukan dengan menggunakan bahan dasar keramik disertai penambahan Pb 3 O 4 dan TSG (Transparent Soft Glaze) 107 yang diharapkan dapat menambah kualitas keramik. Selain itu juga dilakukan variasi komposisi (air pembentukan, limbah krom, dan aditif) serta variasi suhu pembakaran sehingga dapat diketahui pengaruhnya dan pada akhirnya dapat diperoleh komposisi dan suhu yang terbaik pada proses pembuatan keramik yang dapat mengungkung limbah krom. 2. TATA KERJA Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama lima bulan, yaitu mulai Maret 2011 sampai Juli 2011 dan dilaksanakan di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir- Badan Tenaga Nuklir Nasional (STTN-BATAN), Yogyakarta. Bahan : Limbah sludge krom dengan kadar krom total = 1370,47 ppm, Clay, Feldspar, Kaolin, Aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 (1:1), Aquades, Minyak paraffin. Alat : Timbangan analitik, Hydraulic casting (alat cetak sampel), Perangkat tekan Paul Webber, Furnace Thermolyne Sybron, Botol uji serap, Jangka sorong, Piranti shaker, Piranti gelas. Prosedur Penelitian 1. Penentuan komposisi air pembentukan a. Mineral dasar pembentuk keramik, kaolin, feldspar, dan clay ditimbang dengan Sudaryo dkk 489 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

3 perbandingan (60:25:15) kemudian ditambahkan air dengan variasi 8%, 9%, 10 %, 11%, dan 12% dan diaduk sampai homogen. b. Adonan ditimbang sebanyak 25 g lalu dimasukkan ke dalam cetakan hydraulic casting selanjutnya dicetak pada tekanan 50 bar menggunakan alat tekan Paul Webber. c. Monolit yang diperoleh diangin-anginkan selama 24 jam, kemudian ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Lalu monolit dibakar dalam Furnace Thermolyne Sybron pada suhu 700 C dengan waktu penahanan selama 40 menit. Setelah selesai, furnace dimatikan, ketika suhu furnace menurun menjadi ±50 o C, monolit dikeluarkan. d. Monolit yang telah dingin lalu ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Selanjutnya dapat dilakukan uji susut bakar, uji serap air, analisis densitas, dan uji kuat tekan. e. Langkah-langkah di atas diulangi dengan variasi suhu 800 o C, 900 o C, 1000 o C, dan 1100 o C. 2. Penentuan komposisi limbah krom a. Mineral dasar pembentuk keramik, kaolin, feldspar, dan clay ditimbang dengan perbandingan (60:25:15) kemudian ditambahkan air dengan komposisi terbaik yang diperoleh dari percobaan penentuan komposisi air. b. Campuran tersebut ditambahkan limbah krom dengan variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% lalu diaduk sampai homogen. c. Adonan ditimbang sebanyak 25 g lalu dimasukkan ke dalam cetakan hydraulic casting selanjutnya dicetak pada tekanan 50 bar menggunakan alat tekan Paul Webber. d. Monolit yang diperoleh diangin-anginkan selama 24 jam, kemudian ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Lalu monolit dibakar dalam Furnace Thermolyne Sybron pada suhu terbaik yang diperoleh pada percobaan sebelumnya dengan waktu penahanan selama 40 menit. Setelah selesai, SEMINAR NASIONAL furnace dimatikan, ketika suhu furnace menurun menjadi ±50 o C, monolit dikeluarkan. e. Monolit yang telah dingin lalu lalu ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Selanjutnya dapat dilakukan uji susut bakar, uji serap air, analisis densitas, uji kuat tekan, dan uji lindi-tclp. 3. Penentuan komposisi aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 a. Mineral dasar pembentuk keramik, kaolin, feldspar, dan clay ditimbang dengan perbandingan (60:25:15) kemudian ditambahkan air dan limbah krom dengan komposisi terbaik yang diperoleh dari percobaan penentuan komposisi limbah krom. b. Campuran tersebut ditambahkan aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 (1:1) dengan variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% lalu diaduk sampai homogen. c. Adonan ditimbang sebanyak 25 g lalu dimasukkan ke dalam cetakan hydraulic casting selanjutnya dicetak pada tekanan 50 bar menggunakan alat tekan Paul Webber. d. Monolit yang diperoleh diangin-anginkan selama 24 jam, kemudian ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Lalu monolit dibakar dalam Furnace Thermolyne Sybron pada suhu terbaik dengan waktu penahanan selama 40 menit. Setelah selesai, furnace dimatikan, ketika suhu furnace menurun menjadi ±50 o C, monolit dikeluarkan. e. Monolit yang telah dingin lalu lalu ditimbang serta diukur diameter dan tingginya. Selanjutnya dapat dilakukan uji susut bakar, uji serap air, analisis densitas, uji kuat tekan, dan uji lindi- TCLP. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Komposisi Air Pembentukan Hasil percobaan pengaruh komposisi air pembentukan monolit keramik terhadap karakteristik susut bakar pada berbagai suhu pembakaran disajikan pada Gambar 1. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 490 Sudaryo dkk

4 700 o C 800 o C 900 o C 1000 o C 1100 o C Gambar 1. Grafik Pengaruh Air Pembentukan Terhadap Karakteristik Susut Bakar Monolit Keramik pada Berbagai Suhu Pembakaran Nilai susut bakar memang dapat menjadi parameter kualitas produk monolit keramik, tetapi tidak begitu besar pengaruhnya terhadap pengungkungan limbah B3. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, pada suhu yang sama, semakin banyak air pembentukan yang ditambahkan ke adonan keramik menyebabkan nilai susut bakarnya semakin besar. Hal ini terjadi karena air pembentukan ketika dikeringkan maupun dibakar akan menguap dan mengakibatkan berkurangnya berat monolit. Demikian juga pada kondisi air pembentukan yang sama, maka semakin tinggi suhu pembakaran akan menyebabkan nilai susut bakarnya semakin besar. Hal ini dapat dipahami karena semakin tinggi suhu pembakarannya, kemungkinan terjadi proses dekomposisi akan semakin besar. Dekomposisi yang terjadi antara lain dehidrasi air kristal yaitu terlepasnya air terikat secara struktural di dalam mineral, seperti yang terjadi pada mineral kaolinit dengan reaksi sebagai berikut : Al 2 O 3.2SiO 2.2H 2 O kaolinit Dek 400 o C-600 o C Al 2 O 3.2SiO 2 + 2H 2 O metakaolin dan trydimite, dimana mullite yang dimaksud adalah silicon spinel yang apabila suhu pembakaran dinaikan akan berubah menjadi mullite. Reaksi dekomposisinya adalah sebagai berikut : 2 (Al 2 O 3.2SiO 2 ) 2Al 2 O 3.3SiO 2 + SiO 2 metakaolin 850 o C-1050 o C Spinel trydimite Pada peruraian mineral di atas biasanya selalu diikuti dengan pelepasan gas CO 2 yang berasal dari peruraian kalsit (CaCO 3 ). Selain itu, juga terjadi reaksi oksidasi yang akan memudahkan terlepasnya senyawa pengotor dan zat-zat organik yang terdapat di dalam lempung. Senyawa-senyawa yang paling mudah teroksidasi adalah karbon, sulfur, dan besi 16. Hidrokarbon akan teroksidasi membentuk gas CO 2 dan H 2 O. Uji statistik terhadap sumber data Gambar 1 pada α = 0,05 menunjukkan adanya interaksi antara kedua variabel terhadap karakteristik susut bakar monolit keramik. Hasil percobaan pengaruh komposisi air pada pembentukan monolit keramik terhadap karakteristik densitas dan kuat tekan pada berbagai suhu pembakaran disajikan Gambar 2 dan 3. komposisi yang lain adalah dekomposisi mineral dari bahan keramik yaitu peruraian senyawa alumina silikat dalam hal ini metakaolin membentuk mullite Sudaryo dkk 491 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

5 Gambar 2. Grafik Pengaruh Air Pembentukan Terhadap Karakteristik Densitas Monolit Keramik pada Berbagai Suhu Pembakaran 700 o C 800 o C 900 o C 1000 o C 1100 o C Gambar 3. Grafik Pengaruh Air Pembentukan Terhadap Karakteristik Kuat Tekan Monolit Keramik pada Berbagai Suhu Pembakaran Uji statistik terhadap sumber data Gambar 2 dan 3 pada pembentukan monolit keramik terhadap karakteristik densitas dan kuat tekan pada berbagai suhu pembakaran pada α = 0,05 baik untuk densitas maupun kuat tekan menunjukkan adanya saling keterkaitan diantara sifat-sifat tersebut. Berdasarkan data hasil percobaan di atas menunjukkan bahwa untuk suhu pembakaran 1100 o C diperoleh nilai densitas maupun kuat tekan sebesar 2,225 g/cm 3 dan 5339,234 ton/m 2. Untuk komposisi air pembentukan yang sama, perubahan suhu pembakaran yang semakin tinggi menyebabkan sifat serap airnya semakin rendah, densitas, dan kuat tekannya semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu pembakaran, proses dekomposisi mineral akan semakin sempurna dimana pada suhu 850 o C sudah mulai terbentuk silicon spinel dan trydimite dan bahkan di atas suhu 1000 o C ada kemungkinan sudah terbentuk senyawa mullite. Mullite merupakan senyawa yang sangat stabil, dengan adanya mullite sifat keramik menjadi keras, kompak, dan padat. Selain itu semakin tinggi suhu pembakaran kemungkinan terjadinya proses peleburan mineral semakin besar, leburan ini akan menyelimuti partikel-partikel dan sebagian akan mengisi pori-pori di antara partikel-partikel, serta menjadikan semua partikel memadat setelah proses pendinginan. Monolit keramik yang telah mengalami peleburan sebagian, menjadi tidak berpori-pori sehingga kedap air, akibatnya sifat serap airnya akan semakin rendah. Selama proses peleburan mineral, terjadi penyusutan volume pada monolit keramik. Semakin tinggi suhu pembakaran maka penyusutan akan terus berlanjut. Penyusutan ini disebabkan berkurangnya ukuran partikel, khususnya pada saat partikelpartikel tersebut mendekati titik lebur dan susunan partikel yang semakin mendekati fase cair. Penyusutan volume yang terjadi bisa melebihi 10% Pengaruh komposisi Limbah Krom Hasil percobaan pengaruh komposisi limbah krom terhadap karakteristik susut bakar monolit keramik disajikan pada Gambar 4. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 492 Sudaryo dkk

6 Gambar 4. Grafik Pengaruh komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Susut Bakar Monolit Hasil Pembakaran 1000 o C Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa, semakin banyak limbah krom yang ditambahkan ke adonan keramik menyebabkan nilai susut bakarnya semakin besar. Hal ini terjadi karena di dalam limbah krom banyak terdapat bahan organik seperti lemak dan protein yang merupakan senyawa hidrokarbon. Hidrokarbon adalah senyawa yang mudah teroksidasi menghasilkan gas CO 2 dan H 2 O. Hasil percobaan pengaruh komposisi limbah krom terhadap karakteristik densitas monolit keramik pada suhu 1000 o C disajikan Gambar 5. Gambar 5. Grafik Pengaruh Komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Densitas Monolit Keramik Hasil Pembakaran 1000 o C Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan bahwa, semakin banyak limbah krom yang ditambahkan ke adonan keramik menyebabkan nilai densitasnya semakin kecil. Hal ini dapat terjadi karena pori monolit yang terbentuk akibat pelepasan gas CO 2 dan H 2 O seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akan mengakibatkan volume ruang kosong di dalam monolit keramik. Jika limbah krom yang ditambahkan semakin banyak, maka pori-pori yang dihasilkan akan semakin banyak pula sehingga volume ruang kosong dalam monolit menjadi semakin besar, hal ini mengakibatkan massa monolit menjadi semakin ringan oleh sebab itu nilai densitasnya menjadi semakin kecil. Hasil percobaan pengaruh komposisi limbah krom terhadap karakteristik kuat tekan monolit keramik pada suhu 1000 o C disajikan pada Gambar 6. Sudaryo dkk 493 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

7 Gambar 6. Grafik Pengaruh Komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Kuat Tekan Monolit Keramik Hasil Pembakaran 1000 o C partikel pembentuk monolit semakin lemah sehingga Berdasarkan Gambar 6 menunjukan bahwa, semakin kekuatannya untuk menahan komposisi menjadi banyak limbah krom yang ditambahkan ke adonan berkurang akibatnya nilai kuat tekannya menjadi keramik menyebabkan nilai kuat tekannya semakin kecil. kecil. Hal ini terjadi karena semakin banyak limbah Hasil percobaan pengaruh komposisi limbah krom yang ditambahkan maka pori monolit yang krom terhadap karakteristik krom total terlindi dihasilkan akan semakin banyak sehingga monolit monolit keramik pada suhu 1000 o C disajikan pada keramik menjadi tidak mampat. Ketidakmampatan Gambar 7. dan monolit yang porous menjadikan ikatan antar Gambar 7. Grafik Pengaruh Komposisi Limbah Krom Terhadap Karakteristik Krom Total Terlindi Keramik Hasil Pembakaran 1000 o C Berdasakan Gambar 7 terlihat bahwa semakin banyak limbah krom yang ditambahkan ke dalam adonan keramik menyebabkan kadar krom total yang terlindi semakin besar. Hal ini seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu karena adanya pori monolit yang semakin banyak ketika limbah krom yang ditambahkan ke dalam adonan semakin banyak. Monolit keramik yang berpori menyebabkan air akan lebih mudah terserap kedalamnya, saat proses penyerapan air ini kemungkinan lolosnya partikel krom melalui perantara air akan semakin besar, sehingga kadar krom total yang terlindi akan semakin tinggi saat monolit mengandung banyak limbah krom. Komposisi limbah krom yang dipakai untuk membuat monolit keramik yang beraditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 adalah komposisi sebanyak 5%. Komposisi ini menghasilkan monolit keramik yang mempunyai nilai susut bakar 16,440%, nilai serap air sebesar 16,111%, nilai densitas 1,784 g/cm 3, nilai kuat tekan sebesar 2375,939 ton/m 2, dan kadar krom total terlindi sebanyak 2,267 ppm. Berdasarkan data yang diperoleh, setiap variasi penambahan komposisi Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 494 Sudaryo dkk

8 limbah krom tidak memberikan nilai pelindian krom total yang signifikan, bahkan sampai komposisi limbah krom sebanyak 5%. Hal ini dipengaruhi oleh suhu pembakaran dimana suhu pembakaran juga berpengaruh pada proses peleburan mineral. Mineral-mineral yang terlebur terutama adalah mineral yang titik leburnya rendah, leburan ini akan mengikat partikel lain yang belum melebur termasuk logam krom sehingga akan membentuk ikatan yang kuat jika monolit keramik mengalami proses pendinginan. Ikatan yang terjadi adalah ikatan fisik, dimana logam berat mengalami pengungkungan oleh bahan penyusun keramik sehingga mengurangi mobilisasi atau gerakan dari logam krom tersebut. 3. Pengaruh Komposisi Aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 Hasil percobaan pengaruh komposisi aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 terhadap karakteristik densitas dan kuat tekan monolit keramik hasil pembakaran suhu 1000 o C disajikan pada Gambar 8 dan 9 Gambar. 8. Grafik Pengaruh Penambahan Aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 Terhadap Karakteristik Densitas Monolit Keramik Pembakaran 1000 o C Gambar 9. Grafik Pengaruh Penambahan Aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 Terhadap Karakteristik Kuat Tekan Monolit Keramik Pembakaran 1000 o C Berdasarkan Gambar 8 dan 9 terlihat bahwa semakin banyak penambahan aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 maka nilai densitas dan kuat tekan monolit keramik akan semakin besar. Aditif Pb 3 O 4 berfungsi sebagai senyawa yang dapat menurunkan titik lebur pembentukan monolit keramik. Lelehan Pb 3 O 4 mampu mengikat material pembentuk keramik yang bertitik lebur tinggi untuk bergabung menjadi satu struktur yang kompak, sedangkan TSG 107 merupakan bahan gelasir bakaran rendah yang mudah melebur, saat TSG 107 melebur, lelehannya bersama lelehan Pb 3 O 4 akan mengisi pori-pori dari monolit, sehingga akan meningkatkan kemampatan monolit keramik yang dihasilkan. Hal ini Sudaryo dkk 495 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

9 menyebabkan densitas dan kuat tekan monolit keramik menjadi besar. Hasil percobaan pengaruh komposisi aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 terhadap karakteristik kadar SEMINAR NASIONAL krom total terlindi monolit keramik hasil pembakaran suhu 1000 o C disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Grafik Pengaruh Penambahan Aditif Terhadap Karakteristik Krom Total Terlindi Monolit Keramik Pembakaran 1000 o C Gambar 10 menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 ke dalam adonan keramik menyebabkan kadar krom total terlindinya semakin kecil. Hal ini terjadi karena pada dasarnya aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 berfungsi untuk menurunkan suhu peleburan bahan keramik. Pada suhu sekitar 800 o C dimungkinkan sudah terjadi peleburan bahan aditif ini, karena suhu peleburannya rendah maka pembentukan monolit keramik akan lebih cepat terjadi. Ini disebabkan leburan aditif dapat melapisi partikel pembentuk keramik yang belum melebur dan masuk mengisi pori-pori monolit, ketika masuk ke dalam pori-pori, leburan ini membawa panas yang akan mempercepat reaksi dekomposisi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hasil penting dari reaksi ini adalah terbentuknya mullite. Mullite merupakan senyawa yang sangat stabil, sehingga dapat dikatakan pembentukan mullite merupakan tujuan dari pembakaran keramik, karena dengan adanya mullite, sifat-sifat keramik yang keras, kompak, dan padat mulai terbentuk 17. Semakin banyak mullite yang tebentuk, maka daya kungkung kromnya akan semakin baik. Krom akan berada diantara senyawa kristalin mullite dan terikat kuat secara fisik dengan adanya leburan mineral maupun leburan aditif yang terjadi. Hasil analisis XRD berupa difraktogram monolit keramik limbah krom tanpa aditif dan yang mengandung aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 disajikan pada Gambar 11. Kedua difraktogram di atas membuktikan bahwa aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 mampu mempercepat terjadinya dekomposisi mineral. Pada difraktogram monolit keramik yang mengandung aditif, terlihat peak kaolinit sudah tidak setajam pada difraktogram monolit keramik yang tidak mengandung aditif. Hal ini menandakan bahwa mineral kaolinit pada monolit keramik beraditif telah terdekomposisi, terurai menjadi metakaolin. Sebaliknya peak yang tajam pada difraktogram monolit keramik tanpa aditif menandakan kristal kaolinit masih sempurna dan belum sepenuhnya terdekomposisi. Selain itu pada difraktogram monolit keramik yang beraditif sudah terdeteksi adanya senyawa eskolaite atau kromium (III) oksida (Cr 2 O 3 ). Hal ini membuktikan aditif juga dapat mempercepat terjadinya reaksi dekomposisi senyawa limbah krom. Limbah krom dalam bentuk kromium (III) oksida hidrat (Cr 2 O 3.3H 2 O) atau lebih dikenal dengan kromium hidroksida (Cr(OH) 3 ) yang terkandung dalam monolit keramik akan mengalami dehidrasi air kristal sehingga terbentuk eskolaite, dengan reaksi : Cr 2 O 3.3H 2 O Cr 2 O 3 + 3H 2 O Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 496 Sudaryo dkk

10 a. f = Feldspar m = Mullite q = α Quartz e = Eskolaite k = Kaolinite b. f = Feldspar m = Mullite q = α Quartz k = Kaolinite Gambar 11. Difraktogram Monolit Keramik : a. Dengan Aditif, b. Tanpa Aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 Sebesar 5% Hasil Pembakaran 1000 o C. Sementara itu dari kedua difraktogram diperoleh informasi bahwa di dalam monolit keramik telah terbentuk mullite yang merupakan tujuan dari pembakaran keramik sehingga monolit keramik menjadi keras, kompak, dan padat. Hasil terbaik diperoleh saat penambahan aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 sebanyak 5%, monolit keramik yang dihasilkan memiliki nilai susut bakar sebesar 15,183%, densitas 1,801 g/cm 3, kuat tekan 3864,045 ton/m 2, dan kadar krom total terlindi 1,533 ppm. Nilai serap air dan kadar krom total terlindinya paling kecil sementara nilai susut bakar, densitas, dan kuat tekannya terbesar di antara monolit keramik yang beraditif di bawah 5%. Meskipun nilai susut bakarnya terbesar, tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena tidak terlalu mempengaruhi kualitas pengungkungan limbah B3. Secara keseluruhan, monolit keramik yang dihasilkan masih mempunyai nilai serap air yang relatif tinggi. Hal ini disebabkan suhu pembakaran monolit masih di bawah suhu bakar yang seharusnya. Monolit keramik yang dibuat pada penelitian ini berbahan utama kaolin dengan komposisi 60%, yang merupakan keramik jenis porselin. Pada umumnya suhu bakar porselin berkisar antara 1250 o C-1460 o C. Jika suhu bakar ini terpenuhi maka akan dihasilkan keramik putih yang padat, keras, dan kedap air. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan : 1. Bahan dasar keramik dengan aditif Pb3O4 dan TSG 107 diketahui dapat mengungkung limbah krom dengan baik. 2. Aditif Pb3O4 dan TSG 107 mampu menurunkan suhu peleburan bahan keramik sehingga dapat dihasilkan monolit keramik yang berkualitas baik namun dengan suhu pembakaran yang lebih rendah. 3. Pengaruh variasi komposisi (air pembentukan, limbah krom, aditif Pb3O4 dan TSG 107) serta variasi suhu pembakaran terhadap monolit keramik yang dihasilkan adalah sebagai berikut : a. Air pembentukan berbanding lurus dengan nilai susut bakar dan serap air serta Sudaryo dkk 497 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

11 b. berbanding terbalik dengan nilai densitas dan kuat tekan monolit. c. Suhu pembakaran berbanding lurus dengan nilai susut bakar, densitas, dan kuat tekan serta berbanding terbalik dengan nilai serap air monolit. d. Penambahan limbah krom berbanding lurus dengan nilai susut bakar, serap air, dan kadar krom total terlindi serta berbanding terbalik dengan nilai densitas dan kuat tekan monolit. e. Penambahan aditif Pb 3 O 4 dan TSG 107 berbanding lurus dengan nilai susut bakar, densitas, dan kuat tekan serta berbanding terbalik dengan nilai serap air dan kadar krom total terlindi. 4. Monolit keramik yang paling baik diperoleh saat penambahan air pembentukan sebanyak 8%, komposisi limbah krom 5%, dan aditif Pb 3 O 4 + TSG 107 sebanyak 5% pada pembakaran suhu 100 o C. Pada pengujian monolitnya diperoleh hasil nilai susut bakar sebesar 15,183%, serap air 10,079%, densitas 1,801 g/cm 3, kuat tekan 3864,045 ton/m 2, serta krom total telindi sebesar 1,533 ppm. SEMINAR NASIONAL 5. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sukosono, A.Md serta semua pihak terkait yang telah membantu di dalam kelancaran penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Ambar Astuti Pengetahuan Keramik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2. Sukandarrumidi Bahan Galian Industri. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 3. JMV Hartono Teori Pembakaran Bagian I, II, dan III. Informasi Teknologi Keramik dan Gelas. Bandung 4. Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta 5. Anonim. Keputusan KABAPEDAL Nomor : KEP-03/BAPEDAL/09/1995 Tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya.. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 498 Sudaryo dkk

STTN-BATAN, J1. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB INTISARI

STTN-BATAN, J1. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB INTISARI KONDISIONING LlMBAH KROM MENGGUNAKAN BAHAN DASAR KERAMIK DENGAN ADlTlF PB304 DAN TSG 107 *) Sudaryo, Risqi Asih STTN-BATAN, J1. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB 55281 INTISARI KONDISIONING LIMBAH KROM MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PENELITIAN KARAKTERISTIK PELINDIAN MONOLIT KERAMIK LUMPUR DARI LIMBAH KHROM INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PENELITIAN KARAKTERISTIK PELINDIAN MONOLIT KERAMIK LUMPUR DARI LIMBAH KHROM INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT PENELITIAN KARAKTERISTIK PELINDIAN MONOLIT KERAMIK LUMPUR DARI LIMBAH KHROM INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT RETNO SUSETYANINGSIH 1), ENDRO KISMOLO 2), KRIS TRI BASUKI 3) 1) Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) 2 HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG

PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) 2 HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG 158 ISSN 16-318 Isman MT dan Sukosrono PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG Isman MT dan Sukosrono Pusat Teknologi Akselerator

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT Isman MT., dkk. ISSN 0216-3128 1 MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT Isman MT, Ign Djoko S., Sukosrono, Endro K Puslitbang Teknologi Maju BATAN ABSTRAK MEMPELAJARI

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap pelaksanaan yang secara umum digambarkan oleh bagan alir di bawah ini: MULAI Pengambilan sample Lumpur Sidoardjo

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LIMBAH LUMPUR HASIL PROSES ELEKTROKOAGULASI

PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LIMBAH LUMPUR HASIL PROSES ELEKTROKOAGULASI Endro Kismolo, dkk. ISSN 0216-3128 237 PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LIMBAH LUMPUR HASIL PROSES ELEKTROKOAGULASI Endro Kismolo, Gede Sutresna Wijaya Pusat Teknologi Akselerator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN MgO PADA PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LUMPUR LIMBAH Pb MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK

PENGARUH PENAMBAHAN MgO PADA PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LUMPUR LIMBAH Pb MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK PENGARUH PENAMBAHAN MgO PADA PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LUMPUR LIMBAH Pb MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK RETNO SUSETYANINGSIH*, ENDRO KISMOLO **, KRIS TRI BASUKI *** * Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Memilih masalah. Studi pustaka. Merumuskan masalah. Merumuskan hipotesa. Memilih pendekatan -># Menentukan instrumen

BAB III METODE PENELITIAN. Memilih masalah. Studi pustaka. Merumuskan masalah. Merumuskan hipotesa. Memilih pendekatan -># Menentukan instrumen BAB III METODE PENELITIAN Prosedur Penelitian Memilih masalah Studi pustaka Merumuskan masalah Merumuskan hipotesa Memilih pendekatan N^( cfl /an vaiiabel #&* -># Menentukan instrumen Menentukan sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipakai adalah laboratorium BKT FTSP UII, laboratorium Teknik Lingkungan dan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia. Adapun

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

Pengertian Keramik. Teori Keramik

Pengertian Keramik. Teori Keramik Pengertian Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani,keramikos, yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiclopedia tahun 1950-an mendefinisikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT Riski Febriani 1, Usman Malik 2, Antonius Surbakti 2 1 Mahasiswa Program Studi S1Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

STABILISASI SOLIDIFIKASI LIMBAH MENGANDUNG KROM DAN HIDROKARBON MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN BENTONIT

STABILISASI SOLIDIFIKASI LIMBAH MENGANDUNG KROM DAN HIDROKARBON MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN BENTONIT STABILISASI SOLIDIFIKASI LIMBAH MENGANDUNG KROM DAN HIDROKARBON MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN BENTONIT Ayu Nindyapuspa 1, *), Masrullita 2) dan Yulinah Trihadiningrum 3) 1) Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

Analisis Sifat Fisika Bahan Baku Keramik: Penyusutan Total dan Pengisapan Air Pada Tanah Lempung (Clay)

Analisis Sifat Fisika Bahan Baku Keramik: Penyusutan Total dan Pengisapan Air Pada Tanah Lempung (Clay) Analisis Sifat Fisika Bahan Baku Keramik: Penyusutan Total dan Pengisapan Air Pada Tanah Lempung (Clay) Tanah liat (Clay) adalah salah satu komoditi mineral yang mempunyai arti penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak PENGARUH TEGANGAN LISTRIK DAN KECEPATAN ALIR TERHADAP HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG MENGANDUNG LOGAM Pb,Cd DAN TSS MENGGUNAKAN ALAT ELEKTROKOAGULASI SUNARDI ** Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Moraida Hasanah 1, Tengku Jukdin Saktisahdan 2, Mulyono 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

KERAMIK. Oleh : B Muria Zuhdi

KERAMIK. Oleh : B Muria Zuhdi KERAMIK Oleh : B Muria Zuhdi PENGERTIAN KERAMIK Kata keramik berasal dari bahasa Yunani Keramos yang berarti: periuk atau belanga yang dibuat dari tanah. Sedang yang dimaksud dengan barang/bahan keramik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MATERIAL SEMEN BERBAHAN DASAR INSINERASI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN TEKNOLOGI HIDROTERMAL

PENGEMBANGAN MATERIAL SEMEN BERBAHAN DASAR INSINERASI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN TEKNOLOGI HIDROTERMAL PENGEMBANGAN MATERIAL SEMEN BERBAHAN DASAR INSINERASI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN TEKNOLOGI HIDROTERMAL Ade Ramos Ferdinand *, Agus Tri Prasetyo, Athanasius Priharyoto Bayuseno Magister Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Tanah secara umum didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH Winduwati S., Suparno, Kuat, Sugeng Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). Dan segala sesuatu kami ciptakan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang di gunakan dalam pembuatan sampel bata skala lab adalah : 1. Lumpur Sidoarjo yang sudah dipasahkan dan dikeringkan dari airnya, 2. Lempung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT Nurpiyenti 1, Muhdarina 2, T. A. Amri 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur BAB III DASAR TEORI 3.1. Semen Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur dengan air. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran lainnya seperti pasir silika dan tanah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing : Judul Penelitian Nama NomorPokok Program Studi : PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS : SUDIATI : 037026011 : ILMU FISIKA Menyetujui Komisi Pembimbing : Anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Dipandang dari segi fisika kaca merupakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI 52 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI Preparation and Characterization of Ceramic Membrane with Variations of Rice Flour as

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidroponik Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak keuntungan seperti: 1)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI DAN DAUN BAMBU

PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI DAN DAUN BAMBU 1 2004 Joelianingsih Posted: 29 November 2004 Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor November 2004 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng, M F (Penanggung

Lebih terperinci

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut :

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut : I. Definisi Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT

Nama Kelompok. 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi. dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Nama Kelompok 1. Himawan Sigit Satriaji 2. Ahlan Haryo Pambudi dosen PEMBIMBING Ir. Budi Setiawan, MT Masyarakat Kebutuhan Pasar bisnis properti Bencana Alam Lumpur Lapindo Bahan baku yang belum termanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

2. Analisa karakteristik fisik hasil solidifikasi yaitu uji kuat lentur dan daya serap

2. Analisa karakteristik fisik hasil solidifikasi yaitu uji kuat lentur dan daya serap BAB III METODOLOGI PENELTIAN 3.1 Umum Penelitian yang dilakukan adalah berada pada skala laboratorium dengan tahapan-tahapan seperti pada gambar 3.1. Adapaun tahapan penelitian yang dilakukan meliputi:

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan hal itu kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang dalam industri

Lebih terperinci

I. Tujuan. Dasar Teori

I. Tujuan. Dasar Teori I. Tujuan 1. Merangkai rangkaian listrik yang digunakan dalam proses pewarnaan alumunium dalam proses anodizing dengan benar. 2. Dapat menghitung konsentrasi asam sulfat yang digunakan dalam proses pewarnaan

Lebih terperinci

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter EFEKTIVITAS PENURUNAN BAHAN ORGANIK DAN ANORGANIK PADA LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN TUMBUHAN KAYU APU ( (Pistia statiotes L.) SEBAGAI BIOFILTER Decreasing Effectiveness of Organic and Inorganic

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS Penyusun : Muhammad Fadli (1301782) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida Serlin Oktavia Ade Amelia NST Dosen :1.Dra. Bayharti, M.Sc 2. Miftahul Khair, S.si

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MORFOLOGI DAN UNSUR KIMIA BATAKO DARI LIMBAH ABU BATUBARA DAN LIMBAH INDUSTRI KARET (RUBBER SLUDGE)

KARAKTERISASI SIFAT MORFOLOGI DAN UNSUR KIMIA BATAKO DARI LIMBAH ABU BATUBARA DAN LIMBAH INDUSTRI KARET (RUBBER SLUDGE) Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Volume I, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 30-36 e-issn 2615-3378 KARAKTERISASI SIFAT MORFOLOGI DAN UNSUR KIMIA BATAKO DARI LIMBAH ABU BATUBARA DAN LIMBAH INDUSTRI KARET (RUBBER

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN

PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN Tri Mashela Noviani*, Erman Taer, Sugianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.

Lebih terperinci

SOLIDIFIKASI LIMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK

SOLIDIFIKASI LIMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK 14 ISSN 0216-3128 Endro Kismolo, dkk. SOLIDIFIKASI LIMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK Endro Kismolo, Gede Sutresna Wijaya dan Isman Mulyadi Triatmoko Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, BATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN (Muhammad Rizki Romadhon )35 EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT THE EFFECTIVITY RATE OF THE TYPE OF COAGULANT

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR 18 ISSN 216-3128 Prayitno, dkk. KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR Prayitno, Endro Kismolo, Nurimaniwathy Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE (Manufacture of Activated Carbon From Waste Leather Cassava by Using Furnace ) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING Widi Astuti 1, F. Widhi Mahatmanti 2 1 Fakultas Teknik, 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

( Sumber : Data primer, 2005 )

( Sumber : Data primer, 2005 ) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Limbah Katalis Pemeriksaan karakteristik limbah katalis meliputi sifat fisik dan kimia yang disajikan pada Tabel 4.1 dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prinsip Dasar Percobaan Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan, percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena pada

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci