KLASIFIKASI BATU GIOK BEUTONG ACEH BERDASARKAN MINERAL PENYUSUNNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KLASIFIKASI BATU GIOK BEUTONG ACEH BERDASARKAN MINERAL PENYUSUNNYA"

Transkripsi

1 Jurnal Natural Vol. 14, No. 2, 2014 ISSN KLASIFIKASI BATU GIOK BEUTONG ACEH BERDASARKAN MINERAL PENYUSUNNYA Nurul Aflah 1, Muchlis 1 Khairul Halimi 1, Hayatun Nufus 1, Zoraya Maysura 1, M. Zuhri Simatupang 1 Prodi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Darussalam - Banda Aceh Abstract: Beutong is a jade commercial origin in Nagan Raya, Aceh. The jade formation is due to the melange zone. The zone is usually an assemblage of a variety mineral compositions. The paragenetic minerals in Nagan Raya jade can be divided into four categories, including the Jadiete, Nephrite, Serpentine and Vesuvianite. The characteristics of jade color that associated with a variety of constituent minerals which can be red, yellow, brown, gray, and black. Thus, by this paper we classified the jades based on it s constituent minerals. Keyword : Jadiete Jade, Nephrite Jade, Serpentine Jade, Vesuvianite Jade. Abstrak: Beutong adalah daerah penghasil giok di Nagan Raya, Aceh. Keberadaan giok sendiri dikarenakan adanya jalur melance. Giok Beutong merupakan kumpulan berbagai komposisi mineral. Menurut paragenesa mineralnya, giok Beutong dibagi atas empat kategori, yaitu Jadeite, Nephrit, Serpentin dan Vesuvianit. Perbedaan warna giok dikarenakan oleh adanya mineral penyusun yang menyebabkan warna giok bisa menjadi merah,, coklat, abu-abu dan. Oleh karena itu, melalui jurnal ini kami klasifikasikan giok berdasarkan mineral penyusunnya. Kata Kunci : Giok Jadiet, Nephrit, Serpentin, Vesuvianit. I. PENDAHULUAN Giok adalah sebutan yang sering digunakan masyarakat umum untuk batu yang berwarna hijau. Batu giok sudah dikenal oleh bangsa China sejak Dinasti Ming tahun silam atau tahun sebelum Masehi, sejalan dengan perkembangan zaman nilai batu giok ikut berkembang pesat diseluruh dunia. Batu giok hanya dapat ditemukan dibeberapa tempat di dunia, seperti di Burma, California, Amerika Serikat, Myanmar, Selandia Baru, Guatemala, Itoigawa, Jepang,dan beberapa tempat lain seperti Kazakhstan, Rusia, British Colombia, Kanada, Italia dan Turkestan. Variasi warna hijau pada batu giok di beberapa tempat didunia beragam, sesuai dengan mineral penyusunnya yang berbeda beda. Di Indonesia penggemar batu permata berkembang pesat, dan giok menjadi salah satu incaran. Giok tersebut sebagian besar merupakan produk dalam negeri ataupun luar negeri. Di Indonesia sendiri ada beberapa tempat di temukannya batu giok seperti di Sumatra Barat, Sumatra Utara, Aceh dan sebagainya. Giok Aceh akhir akhir ini menjadi incaran para penggemar batu permata, karena bentuk dan warnanya yang menarik, itu di buktikan dengan di raihnya peringkat pertama dan tiga juara lainnya dalam Lomba Batu Mulia Indonesia atau Indonesian Gemstone di Jakarta (2) Batu Idocrase solar yang merupakan batu giok idocrase yang berasal dari Nagan Raya meraih peringkat pertama. Sedangkan batu giok lumut yang berasal dari Gayo Lues meraih peringkat kedua dalam kancah Lomba Batu Mulia Indonesia. Nagan Raya merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Aceh, dan merupakan daerah zona subduksi dengan jejeran busur magmatik, sehingga keterdapatan batuan mineral ekonomisnya sangat banyak. Salah satunya adalah

2 batu giok yang merupakan batuan hasil dari magma gunung api ataupun yang sudah menjadi batuan Metamorf. Di Nagan Raya, tepatnya di daerah Ulee Jalan Kecamatan Beutong terdapat beberapa jenis batu giok, seperti batu giok Nephrit, giok Jadiet, giok Serpentin ( Black Jade / Giok Hitam ), dan juga di temukan giok Idocrase atau sering disebut dengan batu giok Solar. Batu giok merupakan jenis massa batuan yang tersusun dari mineral Jadiet, Nephrit, Serpentin, dan Vesuvianit yang berasosiasi dengan batuan beku dan batuan metamorf. Batu giok merupakan jenis batuan yang hanya di temukan di daerah jalur Melance. Di gunung Singgah Mata kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya merupakan pertemuan besar batuan Metamorf dan batuan Beku yang di sebut jalur Melance. Itu di karenakan kondisi struktur geologi gunung singgah mata yang sangat rumit. Tujuan penelitian ini merupakan untuk mengklasifikasikan batu giok yang terdapat di Beutong Nagan Raya berdasarkan mineral penyusunnya. Batuan Beku Batuan Metamorf Gambar 1 Bukti Jalur Melance Dan batuan metamorf di Gunung Singgah Mata memliki kadar Nephrit dan Jadiete yang tinggi, sehingga menimbulkan komposisi warna hijau yang terlihat jelas pada lereng gunung. II. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam mengklasifikasi batu giok adalah sebagai berikut : 1. Klasifikasi warna berdasarkan mineral penyusunnya dan kekerasannya (mohs).. 2. Membedakan ciri ciri fisik batu giok Beutong berdasarkan hasil yang di dapat dilapangan. III. GEOLOGI BEUTONG NAGAN RAYA Gunung Singgah Mata kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya merupakan tempat keterdapatannya batu giok, merupakan pegunungan yang terletak di kawasan perbatasan kabupaten Nagan Raya dan Aceh tengah provinsi Aceh. Di pegunungan Singgah Mata terdapat jalur melance atau pertemuan besar batuan metamorf dan batuan beku. Hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya jenis batuan metamorf dan batuan beku dalam suatu lokasi yang tidak berjauhan. Gambar 2. lereng gunung Singgah Mata Maka oleh sebab potensi batu giok di daerah ini tergolong cukup besar dan banyak masyarakat lokal yang telah melakukan penambangan batu giok. IV. MINERAL PENYUSUN BATU GIOK Batu giok adalah jenis batuan yang tersusun dari mineral Jadiet, Nephrit, Serpentin dan Vesuvianit serta mineral pengotor lainnya, seperti Fayalite, Diopsite, Feldspar, dan Malakit. Mineral penyusun batu giok adalah padatan senyawa kimia Homogen Anorganik yang berbetuk kristal dan terbentuk secara alami.(1) Klasifikasi batu giok sendiri berdasarkan mineral penyusun utamanya. Dinamakan giok Nephrit jika mineral utamanya adalah mineral Nephrit, dinamakan giok Jadiet jika mineral utamanya Jadiet, dan giok serpentin jika mineral utamanya serpentin, dan seterusnya (3) 1. Jadeit Mineral Jadeit yang berasal dari kelompok mineral Piroksen dengan senyawa kimia NaFe 3+ Si 2 O 6 jika mineral tersebut berasal dari

3 batuan beku karna piroksen merupakan mineral penyusun batuan beku. Mineral Jadiet yang berasal dari kelompok mineral Inosilikat dengan senyawa kimia NaAlSi 2 O 6 jika mineral tersebut berasal dari batuan Metamorf karena Inosilikat merupakan mineral penyusun batuan Metamorf. Jadiet memiliki sistem kristal monoklinik dengan kekerasan 6,5 7,0, dan berat jenis 3,4 gr/cm3. Jadiet dibentuk dalam batuan Metamorf di bawah suhu yang relatif rendah dengan tekanan yang tinggi. Albit ( NaAlSi 3 O 8 ) adalah mineral umum penyusun kulit bumi, dan memiliki berat jenis yang lebih rendah dari Jadeit yaitu 2,6 gr/cm 3. Dengan meningkatnya tekanan Albit tertimbun kebawah, dan pada tekanan yang tinggi membentuk mineral Jadiet dan Kuarsa. Warna dari giok Jadiet umumnya hijau pucat namun karena terkandung senyawa pengotor lainnya menyebabkan warna batu giok jadiet pun beragam, seperti lavender, merah,, coklat, putih,, dan abu abu. Gambar 3 Variasi warna Giok Jadiet Variasi warna dan kekerasan giok Jadiet yang di pengaruhi oleh mineral pengotor lainnya dapat pada tabel berikut 01 Aegirin -augite hijau, hijau tua 6 putih, hijau 02 Augit muda, hijau tua, Hijau tua, 03 Diopsit coklat muda, putih, 5-6 abu - abu 04 Esseneit coklat kemerahan 6 05 Kanoit Merah muda coklat, coklat 6 7 kemerahan 06 Natalyit Hijau, hijau terang 7 07 Petedunnit Hijau Tua 6 08 Forsterit Hijau,, putih 7 09 Fayalit Kuning kehijauan, 7 10 Diopsit Hijau tua, coklat muda, putih, 5-6 abu - abu 11 Felspar Merah muda, putih, coklat 6 12 Malakit Hijau Terang 3-4 Kuarsa Putih 7 Tabel 1 Variasi warna dan kekerasan mineral pengotor giok Jadiet. 2. Nephrit Nephrit adalah mineral yang termasuk kedalam kelompok mineral Amphibole atau sering disebut kelompok mineral Tremolite, dengan rumus kimia Ca(Mg,Fe) 5 Si 8 O 22 (OH) 2 dan merupakan salah satu mineral penyusun batu giok selain Jadiet. Nephrit sedikit lebih kuat dibanding Jadeit dalam hal ketahanan / kekerasan, dan permukaannya sedikit lebih halus. Nephrit memliki sistem kristal monoklinik dengan kekerasan , dan berat jenis 2.95 gr/cm 3 lebih rendah dibandingkan Jadiet. Nephrit dibentuk dalam batuan Metamorf di bawah suhu yang relatif rendah dengan tekanan yang tinggi. Albit ( NaAlSi 3 O 8 ) adalah mineral umum penyusun kulit bumi, dan memiliki berat jenis yang lebih rendah dari Nephrit yaitu 2,6 gr/cm 3. Dengan meningkatnya tekanan Albit tertimbun kebawah, dan pada tekanan yang tinggi membentuk mineral Nephrit. Warna dari giok Nephrit umumnya hijau dan juga memiliki variasi warna lain seperti, coklat, putih, abu abu. Hal ini dipengaruhi oleh mineral pengotor lainnya yang beasosiasi dengan mineral Nephrit. Karena proses pembentukan mineral Nephrit sama dengan dengan mineral Jadiet variasi warna dan kekerasan giok Nephrit yang di pengaruhi oleh mineral pengotor lainnya dapat pada tabel Serpentin Serpentin merupakan mineral sekunder penyusun batuan beku dan merupakan subkelompok dari Kaolinit dengan rumus kimia Mg 6 Si 4 O 10 (OH) 8 yang hasilkan dari alterasi Hidrotermal dari Magnesium Silikat ( kebanyakan Peridotit ) di dalam magma. Serpentin merupakan kelompok mineral polimorfik. Mineral ini memiliki dasar rumus kimia yang sama namun struktur kristalnya berbeda, berikut adalah daftar mineral tersebut : Serpentin Mg 6 Si 4 O 10 (OH) 8 Sistem kristal monoklinik Antigorite (Mg,Fe) 3 Si 2 O 5 (OH) 4 Sistem kristal monoklinik Clinochrysotile Mg 3 Si 2 O 5 (OH) 4 Sistem kristal monoklinik. Lizardite Mg 3 Si 2 O 5 (OH )4 Sistem kristal trigonal dan heksagonal.

4 Orthochrysotile Mg 3 Si 2 O 5 (OH) 4 Sitem kristal ortorombik. Parachrysotile (Mg,Fe) 3 Si 2 O 5 (OH) 4 Sitem krsital ortorombik. Serpentin memliki sistem kristal monoklinik dengan kekerasan 2,5 5,5, dan berat jenis 2,44 2,62 gr/cm 3. Warna giok Serpentin umumnya hijau kehimatan namun juga dapat di jumpai dalam warna hijau tua, hijau kean, putih, kecoklatan, merah kecoklatan, dan. Variasi warna dari giok Serpentin dipengaruhi oleh mineral pengotornya seperti Kromit, Olivin, Garnet, Kalsit, Biotit Dan Talk. Variasi warna dan kekerasan oleh mineral pengotornya dalam di lihat pada tabel berikut. 01 Kromit kecoklatan gelap Olivin Hijau, hijau kean, coklat kehijauan, Garnet Merah, hijau Kalsit Putih,, hijau, au abu, 3 05 Biotit Hitam, coklat, Talk Hijau, abu abu, putih Tabel 2 Variasi warna dan kekerasan mineral pengotor giok Serpentin 4. Vesuvianit Vesuvianit merupakan mineral penyusun batu Gamping, yang kemudian mengalami metamorfosis dan membentuk mineral Vesuvianit dengan rumus kimia (Ca,Na) 19 (Al,Mg,Fe3+) 13 (Ba,Al,Fe3+) 5 (Si 2 O 7 ) 4 (SiO 4 ) 10 (OH,F,O) 10. Vesuvianit memiliki sitem kristal Tetragonal dengan berat jenis 3,32 3,43 g/cm 3 dan kekerasan 6,5 7. Warna dari giok Vesuvianit umumnya coklat dan, namun juga bisa hadir dalam warna kehijauan, hijau, kecoklatan dan ungu muda. Variasi warna dan kekerasan batu giok Vesuvianit oleh senywa pengotornya dapat dilihat pada tabel berikut. hornblende 05 Aerinite Biru, biru kehijauan 3 Tabel 3 Variasi warna dan kekerasan mineral pengotor giok Vesuvianit V. Klasifikasi giok Beutong Di gunung Singgah Mata kawasan Ulee Jalan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya merupakan daerah dengan kandungan mineral yang melimpah, beberapa diantaranya merupakan mineral mineral penyusun batu giok seperti Jadiet, Nephrit, Serpentin dan Vesuvianit. 1. Giok Jadiet Beutong Giok Jadiet merupakan salah satu varian batu giok yang terdapat di dearah Beutong. Umumnya giok Jadiet didaerah ini memiliki warna yang kurang kompak, hal ini disebabkan oleh banyaknya mineral pengotor pada giok tersebut, namun ada beberapa ditemukan dalam bentuk yang lebih murni dengan sedikit mineral pengotor dari giok Jadiet tersebut, mineral mineral pengotor dari giok Jadiet Beutong meliputi Forsterit, Fayalit, Diopsit, Felspar, Malakit dan Kuarsa Variasi warna dan kekerasan oleh mineral pengotor dari giok Jadiet dapat dilihat pada tabel berikut 01 Forsterit Hijau,, putih 7 02 Fayalit Kuning kehijauan, 7 03 Diopsit Hijau tua, coklat muda, putih, 5-6 abu - abu 04 Felspar Merah muda, putih, coklat 6 05 Malakit Hijau Terang Kuarsa Putih 7 Tabel 3 Variasi warna dan kekerasan oleh mineral pengotor dari giok Jadiet Berikut beberapa sampel batu giok Jadiet yang terdapat di daerah Beutong. putih, hijau 01 Augit muda, hijau tua, 02 Diorit Merah, coklat, Ferrohornblende tua, coklat Hitam, hijau Magnesio - Hijau, Hitam 5 6

5 Gambar 4 Giok Jadiet Beutong Formula : NaFe 3+ Si 2 O 6 Mineral utama : Jadiet Mineral pengotor : Forsterit,Fayalit,Diopsit Felspar, Malakit,Kuarsa Warna : Hijau Pucat Berat Jenis : 3,4 gr/ cm 3 Kelompok : Mineral Piroksen Berat Jenis : 3,4 gr/ cm 3 Kelompok : Mineral Piroksen Gambar 6, merupakan jenis giok Jadiet yang di Raya, Aceh. Giok Jadiet ini memiliki warna yang kurang kompak, terdapat senyawa pengotor seperti Diopside dan kuarsa. Gambar 4, merupakan jenis giok Jadiet yang di Raya, Aceh. Bongkahan Jadiet ini memiliki warna hijau pucat. Gambar 5 Giok Jadiet Beutong Formula : NaFe 3+ Si 2 O 6 Mineral utama : Jadiet Mineral pengotor : Forsterit,Fayalit,Diopsit Felspar, Malakit,Kuarsa Warna : Hijau Pucat Berat Jenis : 3,4 gr/ cm 3 Kelompok : Mineral Piroksen Gambar 5, merupakan jenis giok Jadiet yang di Raya, Aceh. Merupakan jenis giok Jadiet dengan tekstur yang halus dan mengkilap. Warna giok Jadiet ini hijau pucat. Gambar 6 Giok Jadiet Beutong Formula : NaFe 3+ Si 2 O 6 Mineral utama : Jadiet Mineral pengotor : Forsterit,Fayalit,Diopsit Felspar, Malakit,Kuarsa Warna : Hijau Pucat Gambar 7 Giok Jadiet Beutong Formula : NaFe 3+ Si 2 O 6 Mineral utama : Jadiet Mineral pengotor : Forsterit,Fayalit,Diopsit Felspar, Malakit,Kuarsa Warna : Hijau Pucat Berat Jenis : 3,4 gr/ cm 3 Kelompok : Mineral Piroksen Gambar 7, Giok Jadiet ini ditemukan di Sungai Krueng Isep Kecamatan Ulee Jalan Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Giok Jadiet ini memliki tesktur yang relatif kasar dengan warna hijau tua keputihan. 2. Giok Nephrit Beutong Di Beutong juga ditemukan jenis giok Nephrit dengan bergagai warna dan tesktur permukaan yang berbeda beda. Umumnya warna dari giok di daerah ini adalah hijau terang, namun juga dapat di jumpai dalam warna lain, seperti hijau tua, abu abu, dan. Variasi warna ini dipengaruhi oleh mineral pengotor yang berasosiasi dalam batu giok Nephrit seperti Forsterit, Fayalit, Diopsit, Felspar, Malakit dan Kuarsa. Variasi warna dan kekerasan oleh mineral pengotor dari giok Nephrite dapat dilihat pada tabel berikut. 01 Forsterit Hijau,, 7

6 putih 02 Fayalit Kuning kehijauan, 7 03 Diopsit Hijau tua, coklat muda, putih, 5-6 abu - abu 04 Felspar Merah muda, putih, coklat 6 05 Malakit Hijau Terang Kuarsa Putih 7 Tabel 4Variasi warna dan kekerasan oleh mineral pengotor dari giok Nephrite Sistem Kristal : Monoklinik Gambar 9, Merupakan jenis giok Nephrit yang di Raya, Aceh. Giok Nephrit ini memliki tesktur permukaan yang halus dan mengkilap serta warna yang kompak ( Hijau ). Berikut beberapa sampel batu giok Nephrit yang terdapat di daerah Beutong. Gambar 10 Giok Nephrit Beutong Gambar 8 Giok Nephrit Beutong Formula : Ca(Mg,Fe) 5 Si 8 O 22 (OH) 2 Mineral utama : Nephrit Mineral pengotor : Forsterit, Fayalit,Diopsit, Felspar, Malakit, Kuarsa Warna : Hijau terang Kelompok : Mineral Tremolite Formula : Ca(Mg,Fe) 5 Si 8 O 22 (OH) 2 Mineral utama : Nephrit Mineral pengotor : Forsterit, Fayalit,Diopsit, Felspar, Malakit, Kuarsa Warna : Hijau terang Kelompok : Mineral Tremolite Gambar 10, ditemukan di gunung Singgah Mata Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Merupakan jenisgiok Nephrit Kuarsa dengan warna abu abu. Dinamakan Giok Nephrit Kuarsa karna mengandung kadar mineral pengotor Kuarsa yang relatif tinggi. Gambar 8, Giok Nephrit ini di temukan di gunung Singgah Mata kawasan Ulee Jalan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Giok Nephrit ini memliki warna yang sangat kompak ( Hijau Terang ). Gambar 11 Giok Nephrit Beutong Gambar 9 Giok Nephrit Beutong Formula : Ca(Mg,Fe) 5 Si 8 O 22 (OH) 2 Mineral utama : Nephrit Mineral pengotor : Forsterit, Fayalit,Diopsit, Felspar, Malakit, Kuarsa Warna : Hijau terang Kelompok : Mineral Tremolite Formula : Ca(Mg,Fe) 5 Si 8 O 22 (OH) 2 Mineral utama : Nephrit Mineral pengotor : Forsterit, Fayalit,Diopsit, Felspar, Malakit, Kuarsa Warna : Hijau terang Kelompok : Mineral Tremolite Gambar 11, merupakan jenis giok Nephrit di Raya, Aceh. Bongkahan giok Nephrit ini sangat

7 besar dengan berat mencapai 600 kg. Warna dalam bongkahan ini adalah hijau terang. 3. Giok Serpentin Beutong Giok Serpentin atau lebih dikenal dengan sebutan giok ( Black Jade ) merupakan salah satu jenis batu giok yang terdapat di daerah Beutong. Giok serpentine memiliki ciri ciri yang unik, yaitu memilki warna, namun ketika di biaskan cahaya akan menimbulkan warna hijau. Warna giok Serpentin umumnya hijau kehimatan namun juga dapat di jumpai dalam warna hijau tua, hijau kean, putih, kecoklatan, merah kecoklatan, dan. Variasi warna ini disebabkan oleh mineral pengotornya seperti Kromit, Olivin, Garnet, Kalsit, Biotit Dan Talk. Variasi warna dan kekerasan oleh mineral pengotor dari giok Serpentin dapat dilihat pada tabel berikut. 01 Kromit kecoklatan 5.5 gelap 02 Olivin Hijau, hijau kean, coklat kehijauan, 03 Garnet Merah, hijau Kalsit Putih,, hijau, au abu, 3 05 Biotit Hitam, coklat, Talk Hijau, abu abu, putih Tabel 5 Variasi warna dan kekerasan oleh mineral pengotor dari giok Serpentin Kekerasan : 5,5-6 mohs Kelompok : Mineral Polimorfik Gambar 12, merupakan jenis giok Serpentin yang di temukan di gunung Singgah Mata kawasan Ulee Raya, Aceh. Merupakan jenis Giok serpentin dengan warna Hijau ke an, memiliki tesktur permukaan yang halus. Gambar 13. Giok Serpentin Beutong Formula : Mg 6 Si 4 O 10 (OH) 8 Mineral utama : Serpentin Mineral pengotor : Kromit, Olivin, Garnet,Kalsit Biotit,Talk Warna : Hitam kehijauan Kekerasan : 5,5-6 mohs Kelompok : Mineral Polimorfik Gambar 13, merupakan jenis giok Serpentin yang di temukan di Krueng Isep kawasan Ulee Jalan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Giok serpentin ini berwarna hijau tua kean. Berikut beberapa sampel batu giok Nephrit yang terdapat di daerah Beutong. Gambar 14Giok Serpentin Beutong Gambar 12 Giok Serpentin Beutong Formula : Mg 6 Si 4 O 10 (OH) 8 Mineral utama : Serpentin Mineral pengotor : Kromit, Olivin, Garnet,Kalsit Biotit,Talk Warna : Hitam kehijauan Formula : Mg 6 Si 4 O 10 (OH) 8 Mineral utama : Serpentin Mineral pengotor : Kromit, Olivin, Garnet,Kalsit Biotit,Talk Warna : Hitam kehijauan Kekerasan : 5,5-6 mohs Kelompok : Mineral Polimorfik

8 Gambar 14, merupakan jenis giok Serpentin yang di temukan di gunung Singgah Mata kawasan Ulee Raya, Aceh. Jenis giok serpentin ini memiliki warna yang sangat kompak dan mengkilap, tekstur permukaanya juga halus. 4. Giok Vesuvianit Beutong Di Beutong juga ditemui batu giok yang termasuk ke dalam jenis giok Vesuvianit atau Idocrase. Warna dari giok Vesuanit umumnya adalah dan coklat, namun juga dapat ditemui dalam warna yang berbeda seperti kehijauan, hijau, kecoklatan dan ungu muda. Variasi dari warna giok Vesuvianit di pengaruhi oleh mineral pengotor batu giok tersebut, seperti Augit, Diorit, Ferro-hornblende, Magnesio hornblende dan Aerinite. Variasi warna dan kekerasan oleh mineral pengotor dari giok Vesuanit yang terdapat di Beutong dapat di lihat pada tabel berikut. putih, hijau 01 Augit muda, hijau tua, 02 Diorit Merah, coklat, Ferrohornblende tua, coklat Hitam, hijau Magnesio - hornblende Hijau, Hitam Aerinite Biru, biru kehijauan 3 Tabel 6 Variasi warna dan kekerasan oleh mineral pengotor dari giok Vesuanit Berikut beberapa sampel batu giok Vesuvianit yang terdapat di daerah Beutong. Berat Jenis : 3,32 3,43 g/cm 3 Kelompok : Mineral Vesuvianit Gambar 15, di temukan di gunung Singgah Mata kawasan Ulee Jalan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Merupakan jenis giok Solar atau Idocrasse dengan kandungan mineral Vesuvianit. Jenis giok ini memiliki warna yang sangat kompak ( Hijau Terang ). Gambar 16 Giok Vesuvianit Beutong Formula :(Ca,Na) 19 (Al,Mg,Fe 3+ ) 13 (Ba,Al,Fe 3+ ) 5 (Si 2 O 7 ) 4 (SiO 4 ) 10 (OH,F,O) 10. Mineral utama : Vesuvianit Mineral pengotor : Augit, Diorit Ferro-hornblende Magnesio - hornblende Aerinite Warna : Hijau Terang Berat Jenis : 3,32 3,43 g/cm 3 Kelompok : Mineral Vesuvianit Gambar 16, di temukan di gunung Singgah Mata kawasan Ulee Jalan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Giok ini merupakan jenis giok Idocrase dengan warna terang dan mengkilap, kilapan ini di sebabkan oleh kandungan kuarsanya yang relatif tinggi. Gambar 15 Giok Vesuvianit Beutong Formula :(Ca,Na) 19 (Al,Mg,Fe 3+ ) 13 (Ba,Al,Fe 3+ ) 5 (Si 2 O 7 ) 4 (SiO 4 ) 10 (OH,F,O) 10. Mineral utama : Vesuvianit Mineral pengotor : Augit,Diorit Ferro-hornblende Magnesio - hornblende Aerinite Warna : Hijau Terang Gambar 17 Giok Vesuvianit Beutong Formula :(Ca,Na) 19 (Al,Mg,Fe 3+ ) 13 (Ba,Al,Fe 3+ ) 5 (Si 2 O 7 ) 4 (SiO 4 ) 10 (OH,F,O) 10. Mineral utama : Vesuvianit

9 Mineral pengotor : Augit,Diorit Ferro-hornblende Magnesio - hornblende Aerinite Warna : Hijau Terang Berat Jenis : 3,32 3,43 g/cm 3 Kelompok : Mineral Vesuvianit Gambar 17, di temukan di gunung Singgah Mata kawasan Ulee Jalan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Merupakan jenis giok Idocrase dengan warna coklat kean. VI. Kesimpulan 1. Keterdapatan berbagai jenis batu giok di gunung Singgah Mata merupakan hasil dari adanya jalur melance didaerah tersebut. 2. Warna dan kekerasan batu giok di kawasan ini sangat lah bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh mineral mineral penyusunnya yang berbeda beda pula, senyawa mineral pengotor dan asosiasi batuan tempat terbentuk mineral penyusun batu giok juga menjadi salah satu penyebab variasi warna ini. VII. Daftar Pustaka 1. Suharwanto, J.Soesilo,1993, Petrografi Batuan Beku, Metamorf dan Sedimen. Yogyakarta : Lab Petrologi, Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta,,hal 13 14, hal Sugeng Jarot, ST, 2014, Giok Singgah Mata dan Proses Pembentukannya S.,Supriana 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, hal

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain : MINERAL Dan KRISTAL Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS

DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS Oktober 21, 2011 flutecast09 Geologi Fisik, Pengenalan Mineral Tinggalkan Komentar TALK Kategori: Mineral Silikat Rumus Kimia: Mg 3Si 4O 10(OH) 2 Komposisi: Hydrated

Lebih terperinci

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) Batuan Beku Ultrabasa (Ultramafik) adalah batuan beku dan meta -batuan beku dengan sangat rendah kandungan silika konten (kurang dari 45%), umumnya > 18% Mg O, tinggi

Lebih terperinci

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap,

Lebih terperinci

DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS)

DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS) DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS) QUARTZ Rumus kimia : SiO 2 : bening atau putih : kaca (viteorus luster) : tidak ada 7 2,65 heksagonal mineral kuarsa dialam ditemukan didalam batuan beku dan

Lebih terperinci

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya. 4. Batuan Metamorfik 4.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan

Lebih terperinci

Magma dalam kerak bumi

Magma dalam kerak bumi MAGMA Pengertian Magma : adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mobil, suhu antara 900-1200 derajat Celcius atau lebih yang berasal dari kerak bumi bagian bawah.

Lebih terperinci

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL 4.1 Pengertian Ubahan Hidrotermal Ubahan hidrotermal adalah proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan

Lebih terperinci

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN 5.1 Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Proses yang

Lebih terperinci

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN ACARA IX MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal

Lebih terperinci

Mineral Seri Reaksi Bowen

Mineral Seri Reaksi Bowen Mineral Seri Reaksi Bowen No Deret Diskontinu Deskripsi Megaskopis 1 Olivin Warna : Hijau Tua, Kehitaman Belahan : Konkoida Pecahan : Gelas Kiilap : Putih Berat Jenis : 3,27-3,37 Kekerasan : 6,5-7 2 Piroksen

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

hiasan rumah). Batuan beku korok

hiasan rumah). Batuan beku korok Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75 gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latingranum. (yang sering dijadikan Granit

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 2.1 Penggolongan Batuan Menurut Lingkungan Pembentukan : 1. Batuan Beku (Batuan Magmatik) 2. Batuan

Lebih terperinci

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian

Lebih terperinci

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAB III ALTERASI HIDROTERMAL 3.1 Tinjauan Umum White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan larutan

Lebih terperinci

Penyusunan Potensi Bahan Galian Batuan

Penyusunan Potensi Bahan Galian Batuan Penyusunan Potensi Bahan Galian Batuan Jenis batu setengah permata di Wilayah Kecamatan Sekotong dan Kecamatan Lembar. Wilayah Pengawisan (Jasper) Jasper, adalah salah satu jenis batu mulia yang termasuk

Lebih terperinci

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks Nama Kelompok : NORBAYAH A1A513227 YOGA PURWANINGTIYAS A1A513210 SAFARIAH A1A513223 DOSEN PEMBIMBING: Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, Msi. Dr.

Lebih terperinci

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal III.1 Dasar Teori Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat interaksi antara fluida panas dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PEMBENTUKAN TANAH 2.1 Penggolongan Batuan Menurut Lingkungan Pembentukan : 1. Batuan Beku (Batuan Magmatik)

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.

Lebih terperinci

EKSPLORASI UMUM BATUAN KALIUM DI KECAMATAN BARRU DAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU, PROVINSI SULAWESI SELATAN

EKSPLORASI UMUM BATUAN KALIUM DI KECAMATAN BARRU DAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU, PROVINSI SULAWESI SELATAN EKSPLORASI UMUM BATUAN KALIUM DI KECAMATAN BARRU DAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU, PROVINSI SULAWESI SELATAN Irwan Muksin, Kusdarto, Reza Marza D Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

Citra LANDSAT Semarang

Citra LANDSAT Semarang Batuan/Mineral Citra LANDSAT Semarang Indonesia 5 s/d 7 km 163 m + 2 km QUARRY BARAT LAUT Tidak ditambang (untuk green belt) muka airtanah 163 m batas bawah penambangan (10 m dpl) 75-100 m dpl Keterangan

Lebih terperinci

DESKRIPSI OPTIS MINERAL DENGAN PENGAMATAN NIKOL SEJAJAR & NIKOL SILANG

DESKRIPSI OPTIS MINERAL DENGAN PENGAMATAN NIKOL SEJAJAR & NIKOL SILANG DESKRIPSI OPTIS MINERAL DENGAN PENGAMATAN NIKOL SEJAJAR & NIKOL SILANG MONTICELLITE (CaMgSiO4) Orthorhombic 2V = 750-800 Tidak berwarna. Granular agregate dari kristal anhedral subhedral, kristal prismatik

Lebih terperinci

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G No. Sample : BJL- Nama batuan : Andesit Piroksen Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat :. mt,.00.0 mu Sayatan batuan beku, berwarna abu-abu, kondisi segar, bertekstur porfiritik, terdiri

Lebih terperinci

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER

ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF Sayatan Tipis MARMER Deskripsi : Sampel ini adalah granular batuan metamorf menengah - grained didominasi oleh forsterit ( < 5 % vol ), serpentine ( 15 % ), kalsit ( 40

Lebih terperinci

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI Disusun oleh: REHAN 101101012 ILARIO MUDA 101101001 ISIDORO J.I.S.SINAI 101101041 DEDY INDRA DARMAWAN 101101056 M. RASYID 101101000 BATUAN BEKU Batuan beku

Lebih terperinci

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1: RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:250.000 OLEH: Dr.Ir. Muhammad Wafid A.N, M.Sc. Ir. Sugiyanto Tulus Pramudyo, ST, MT Sarwondo, ST, MT PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN

Lebih terperinci

Adi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT

Adi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT Karakteristik batuan beku andesitik & breksi vulkanik, dan kemungkinan penggunaan sebagai bahan bangunan KARAKTERISTIK BATUAN BEKU ANDESIT & BREKSI VULKANIK, DAN KEMUNGKINAN PENGGUNAAN SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

Lebih terperinci

ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM

ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM Adi Prabowo Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta MENDALA METALOGENIK (Metallogenic Province) suatu area yang dicirikan oleh

Lebih terperinci

Studi Mikroskopis Batuan dari Sungai Aranio Kalimantan Selatan dengan Metode Petrografi

Studi Mikroskopis Batuan dari Sungai Aranio Kalimantan Selatan dengan Metode Petrografi Studi Mikroskopis Batuan dari Sungai Aranio Kalimantan Selatan dengan Metode Petrografi Raihul Janah 1), Totok Wianto 2) dan Sudarningsih 2) Abstract: Done observation petrography to detect colour, structure,

Lebih terperinci

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Ilmu Geologi Ilmu yang mempelajari tentang sejarah pembentukan bumi dan batuan, sifat sifat fisik dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh dari PT Semen Padang Untuk menunjang dan melengkapi penelitian ini antara lain berupa : 1. Peta topografi skala 1

Lebih terperinci

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu

Lebih terperinci

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik Kelompok Program Penelitian Mineral S A R I Satuan batuan ultrabasa terdiri

Lebih terperinci

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series

Siklus Batuan. Bowen s Reaction Series Siklus Batuan Magma di dalam bumi dan magma yang mencapai permukaan bumi mengalami penurunan temperatur (crystallization) dan memadat membentuk batuan beku. Batuan beku mengalami pelapukan akibat hujan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak diujung pulau Sumatra dan dikenal dengan julukannya sebagai kota Serambi Mekkah. Aceh juga memiliki

Lebih terperinci

SEBARAN GRANIT DI INDONESIA

SEBARAN GRANIT DI INDONESIA SEBARAN GRANIT DI INDONESIA Orogenesis di Kepulauan Indonesia diikuti oleh intrusi seperti batolit granit sebagai inti geantiklin. Granit ini berumur Permo-Triassic sampai Tersier akhir, sedemikian sehingga

Lebih terperinci

Kristalografi dan Mineralogi

Kristalografi dan Mineralogi Kristalografi dan Mineralogi 2-Kristalografi Ver. 1.1/20131029 Dr. I Wayan Warmada Lab Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM URL: http://warmada.staff.ugm.ac.id/ Twitter: @warmada Tentang Material

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi Lampiran. Analisis Petrografi No.Conto : GE- Satuan : Tbr (Masadasar) Lokasi : Kendeng Nama Batuan : Andesit Piroksen \\ A B mm E F X A B mm E F Sayatan tipis andesit piroksen, hipokristalin, alotriomorfik

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

APPLYING SEM-EDX TECHNIQUES TO IDENTIFYING THE TYPES OF MINERAL OF JADES (GIOK) TAKENGON, ACEH

APPLYING SEM-EDX TECHNIQUES TO IDENTIFYING THE TYPES OF MINERAL OF JADES (GIOK) TAKENGON, ACEH Jurnal Natural Vol.15, No.2, 2015 ISSN 1411-8513 APPLYING SEM-EDX TECHNIQUES TO IDENTIFYING THE TYPES OF MINERAL OF JADES (GIOK) TAKENGON, ACEH Julinawati*, Marlina, Rosnani Nasution, Sheilatina Jurusan

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BATUAN ACEH MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPE ENERGY DISPERSIVE X-RAY (SEM-EDX) DAN X-RAY DIFRACTION (XRD)

KARAKTERISASI BATUAN ACEH MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPE ENERGY DISPERSIVE X-RAY (SEM-EDX) DAN X-RAY DIFRACTION (XRD) KARAKTERISASI BATUAN ACEH MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPE ENERGY DISPERSIVE X-RAY (SEM-EDX) DAN X-RAY DIFRACTION (XRD) Julinawati 1*, Sarah Niaci 1, Rossy Amal Sholih 2 1 Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah,

Lebih terperinci

Mineralogi. By : Asri Oktaviani

Mineralogi. By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan Olimpiade Sains Mineralogi By : Asri Oktaviani Batuan Beku-Sedimen-Metamorf Mineral sebagai komponen batuan Contoh pada Batuan Beku: Granit Foto: Thompson & Turk,

Lebih terperinci

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA I: PETROGRAFI BATUAN BEKU Asisten Acara: 1. 2. 3. 4. Nama Praktikan

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak. Hal ini dapat dilihat dari morfologi Pulau Jawa yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak. Hal ini dapat dilihat dari morfologi Pulau Jawa yang sebagian besar BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan bagian dari busur magmatik yang ada di ndonesia. Oleh karena itu sepanjang Pulau Jawa terdapat gunung berapi baik yang aktif maupun tidak. Hal ini

Lebih terperinci

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada. ` BAB IV ALTERASI HIDROTHERMAL 4.1 Pendahuluan Mineral alterasi hidrotermal terbentuk oleh adanya interaksi antara fluida panas dan batuan pada suatu sistem hidrotermal. Oleh karena itu, mineral alterasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT 5.1. Genesa Lateritisasi Proses lateritisasi mineral nikel disebabkan karena adanya proses pelapukan. Pengertian pelapukan menurut Geological Society Engineering Group Working

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif rapat dan terjal. Ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 1125-1711 mdpl. Daerah penelitian

Lebih terperinci

MINERALOGI, PETROLOGI DAN TERAPANNYA

MINERALOGI, PETROLOGI DAN TERAPANNYA MATERI KURSUS GEOLOGY FOR NON-GEOLOGIST MINERALOGI, PETROLOGI DAN TERAPANNYA OLEH : DR. HILL. GENDOET HARTONO, ST., MT. DR.RER.NAT. ARIFUDIN IDRUS IKATAN AHLI GEOLOGI INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

Lintong Mandala Putra Siregar 1, Fauzu Nuriman 2

Lintong Mandala Putra Siregar 1, Fauzu Nuriman 2 ANALISIS PERBANDINGAN MINERAL SULFIDA DENGAN METODE BLASTHOLE MAPPING UNTUK MENGETAHUI ESTIMASI KADAR TEMBAGA (Cu) PADA LINE X DAERAH BATU HIJAU, NEWMONT NUSA TENGGARA Lintong Mandala Putra Siregar 1,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.1

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.1 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.1 1. Jenis-jenis batuan : Contoh batuan: 1. karst 2. granit 3. marmer 4. giok 5. intan 6. konglomerat Batuan yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MINERAL SEPANJANG SUNGAI OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. oleh : Ricky Christian Sitinjak 03/164666/TK/28139

KARAKTERISTIK MINERAL SEPANJANG SUNGAI OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. oleh : Ricky Christian Sitinjak 03/164666/TK/28139 KARAKTERISTIK MINERAL SEPANJANG SUNGAI OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA oleh : Ricky Christian Sitinjak 03/164666/TK/28139 Pokok Bahasan Pokok Bahasan Pendahuluan Landasan Teori Geologi Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi. Petrografi ini juga merupakan tingkat lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu mineral optik. Dalam prakteknya,

Lebih terperinci

EKSPLORASI UMUM AGROMINERAL DI KABUPATEN SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR

EKSPLORASI UMUM AGROMINERAL DI KABUPATEN SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR EKSPLORASI UMUM AGROMINERAL DI KABUPATEN SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR Ir. Kusdarto, Ir. Ganjar Labaik, Ir. Corry Karangan, Bayu Sayekti, ST Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Batuan dan mineral

Lebih terperinci

Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-T01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Tes 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan sumber daya energi dan mineral semakin banyak. Salah satu yang paling banyak diminati oleh penduduk di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat, maka secara tidak langsung hal tersebut medorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). Dan segala sesuatu kami ciptakan

Lebih terperinci

To be classified as a "true" mineral, a substance must be a solid and have a crystalline structure. (Mineral - Wikipedia, the free encyclopedia.htm).

To be classified as a true mineral, a substance must be a solid and have a crystalline structure. (Mineral - Wikipedia, the free encyclopedia.htm). To be classified as a "true" mineral, a substance must be a solid and have a crystalline structure. (Mineral - Wikipedia, the free encyclopedia.htm). A mineral is an element or chemical compound that is

Lebih terperinci

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL 4.1 TEORI DASAR BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL Alterasi adalah suatu proses yang di dalamnya terjadi perubahan kimia, mineral, dan tekstur karena berinteraksi dengan fluida cair panas (hidrotermal) yang dikontrol

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN 88 LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN 89 LAMPIRAN 2 SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN 90 91 LAMPIRAN 3 INSTRUMEN MOTIVASI BELAJAR IPA SEBELUM UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS No Pernyataan 1. Saya senang

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Lampiran Petrografi 1 KODE SAYATAN : Y1 LINTASAN : TERMINAL MS 3 FORMASI : Steenkool PERBESARAN : 10 X d = 2 mm DESKRIPSI : LEMBAR DESKRIPSI

Lebih terperinci

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46 BAB VI DISKUSI 6.1 Evolusi Fluida Hidrotermal Alterasi hidrotermal terbentuk akibat adanya fluida hidrotermal yang berinteraksi dengan batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan kimia tertentu (Pirajno,

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Penulis Rizki Puji Diterbitkan 23:27 TAGS GEOGRAFI Kali ini kita membahas tentang batuan pembentuk litosfer yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Studi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir Kuarsa di Daerah Singkawang dan Sekitarnya, Propinsi Kalimantan Barat. I.2. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Secara geologi daerah Kabupaten Boven Digoel terletak di Peta Geologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral Batuan(rocks) merupakan materi yang menyusun kulit bumi, yaitu suatu agregat padat ataupun urai yang terbentuk di

Lebih terperinci

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978). (Satuan Breksi-Batupasir) adalah hubungan selaras dilihat dari kemenerusan umur satuan dan kesamaan kedudukan lapisan batuannya. Gambar 3.5 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (Bouma, A. H., 1962). Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Timah merupakan salah satu mineral ekonomis yang sangat penting dan potensial di dunia karena mempunyai manfaat yang sangat melimpah. Timah banyak digunakan di bidang

Lebih terperinci

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm No conto : Napal hulu Zona ubahan: sub propilitik Lokasi : Alur S. Napal Nama batuan: lava andesit 0 0.5 mm P1 0 0.5 mm Sayatan andesit terubah dengan intensitas sedang, bertekstur hipokristalin, porfiritik,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar

Lebih terperinci

MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA

MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA MODUL III DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA Sasaran Pembelajaran Mampu menjelaskan pengertian dan proses terjadinya diferensiasi dan asimilasi magma, serta hubungannya dengan pembentukan mineral-mineral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat-Sifat Optik Mineral Sifat-sifat optik pada suatu mineral terbagi menjadi dua, yakni sifat optik yang dapat diamati pada saat nikol sejajar dan sifat yang dapat diamati

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (solusi) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Solusi Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Sulkam berada di kecamatan Kutambaru kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara dengan posisi 419125 me-423125 me dan 366000 mn 368125 mn. Desa Sulkam memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas (Au) telah dimanfaatkan sejak era prasejarah sebagai mineral ekonomis yang bernilai tinggi. Mineral emas dianggap berharga karena kilauan cahaya yang dipantulkan

Lebih terperinci

Makalah Mineralogi. Genesa Mineral. Disusun oleh : Vina Oktaviany Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Makalah Mineralogi. Genesa Mineral. Disusun oleh : Vina Oktaviany Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Makalah Mineralogi Genesa Mineral Disusun oleh : Vina Oktaviany 270110120173 Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 Bab I Bab II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci