BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertemuan antara aliran moderat dan orthodox 1 tradisional cukup menarik untuk disimak dan diikuti. Fenomena yang penuh dengan dinamika disertai perdebatan yang kerap mewarnai perselisihan konsep serta pertarungan ide, dan prinsip menjadi wacana menarik yang kemudian akan melandasi penulisan skripsi ini. Di satu sisi sebuah aliran ingin mempertahankan kemurnian ajaran melalui aqidah yang telah ada, yang secara konvensional dipertahankan demi terpeliharanya keseimbangan dan ketenangan umat di dalam menjalankan syari ah agamanya. Tetapi di sisi lain, sebuah aliran menginginkan adanya dinamika yang cukup berarti, yang mampu membawa agama (umat) di dalam perubahan menuju kearah kemajuan berfikir dan bersikap terhadap fenomena kehidupan yang ada. Tentunya keduanya saling menampilkan keunggulan serta kematangan aliran yang mereka anut. Dan merasa bahwa kebenaran agama senantiasa berpihak pada dirinya. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam hal ini penyussun tidak ingin mengutak-atik atau mengungkit kembali perselisihan yang mungkin akan sedikit banyak mengorek masalah intern agama, akan tetapi penyusun sepakat dengan pernyataan Prof.Dr.H Iskandar Zulkarnain 2, bahwa permasalahan theologi (kalam 3 ) adalah persoalan universal dan sangat terbuka terhadap kritik serta kajian-kajian yang konstruktif dari berbagai kalangan. Dengan demikian penyusun merasa bahwa persoalan kalam memang persoalan yang umum, yang bisa menjadi bahan pergumulan. Kemudian di dalam mempelajarinya harus senantiasa disertai niat baik dan tujuan yang benar. Kalaupun persoalan ini nantinya mengarah kepada doktrin masing-masing agama, itu bukan berarti akan mencampuri, bahkan mencampur aduk ajaran agama. 1 Ortodox dalam Oxford Advanced Learner s Dictonary berarti mengikuti dengan keras ajaran atau pemahaman orang-orang pendahulunya. 2 Beliau adalah Guru Besar ilmu Kalam di Fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, beliau juga menjabat sebagai assisten direktur Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga. 3 Kalam adalah kata dalam bahasa arab yang atinya sama dengan theologi 1

2 Tetapi perlu disadari bahwa doktrin senantiasa diprasyarati secara historis (historycal constructed) dan karena itu tunduk pada perubahan 4. Doktrin lebih bersifat aktif (berubah), ia merupakan sebuah proses penyebaran kebijaksanaan kolektif, bukan rangkaian kebenaran yang bersifat pasif 5. Tidak ubahnya teologi sebagai kendaraan dogma, yang senantiasa berkembang dan berubah. Perubahan yang dimaksud, bahwa teologi adalah sebuah produk peradaban yang syarat dengan perubahan serta penyesuaian di sana-sini. Mengapa dikatakan sebagai sebuah produk peradaban?, karena perubahan jaman serta pemikiran sebagai sarana berkembangnya sebuah peradaban, disana juga teologi turut berkembang sesuai dengan kebutuhan dan konteks dimana teologi itu berada. Sebagai contoh yang bisa kita saksikan yang memperlihatkan bahwa teologi lahir dari konteks yang ada, adalah teologi-teologi yang hadir sebagai respon dari keadaan sosial, budaya, bahkan politik yang sedang berkembang. Dengan demikian Teologi bisa dikatakan sebagai responden sekaligus sebagai indikator terhadap gejala yang ada dalam masyarakat. Masyarakat sosial yang dinamis dibarengi dengan respon teologi yang secara disadari maupun tidak, mampu memberi jawaban serta solusi yang dibutuhkan oleh umat beragama. Sebagai contoh konkret bahwa teologi bisa disebut sebagai produk peradaban sosial adalah Teologi Pembebasan yang ada di Amerika Latin, Teologi Minjung di Korea, Teologi Feminis di Asia dan masih banyak lagi. Yang itu semua sekali lagi sebagai bentuk respon teologi dengan kejadian serta fenomena masyarakat yang ada dalam segala bidang kehidupan. Dengan meyakini bahwa teologi itu senantiasa berubah yang berarti juga bahwa dogmatika itu bersifat dinamis, yang berangkat dari realitas kehidupan agama dan peradaban manusia; maka konsep-konsep yang ada di dalamnya bisa diangkat dan dijadikan bahan perbincangan yang menarik. Perkembangan pemikiran yang konseptual yang didasarkan atas pengalaman riil dicoba diungkapkan secara lebih konkret dan jelas. 4 Benhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen.(BPK Gunung Mulia, 1989) hal. 8 5 Rhicard C. Martin dkk. Post Mu tazilah,2002, hal. 48 2

3 I.2 Deskripsi Masalah Dengan melihat kembali sejarah masa lalu dimana Islam sebagai agama memiliki peradaban yang cukup dinamis. Peradaban yang syarat dengan problematika serta perdebatan disana-sini menjadi menarik untuk disimak dan dipelajari. Aliran serta kalam yang menjadi soroton pada skripsi ini adalah kalam dari kaum Mu tazilah. Kaum Mu tazilah adalah salah satu dari berbagai aliran kalam yang ada di Islam. Mutazilah lahir sebagai yang mewakili kalangan rasional yang cukup kontroversial saat itu. Pemikiran Mu tazilah, sejak awal pertumbuhannya, merupakan reaksi terhadap kondisi sosialpolitik yang bergumul dengan wacana agama. Hal ini pulalah yang mengakibatkan wacana dan gerak historis yang dikembangkannya sering berbenturan dengan peradaban agama lain yang tidak menerima kehadiran Al-Quran, terutama mengenai dalil-dalil tentang keadilan dan tauhid (al- adl wa al-tauhid) dan wacana lain yang menjadi visi dari Mu tazilah 6. Mu tazilah dengan berbagai argumentasi mereka mampu memberikan klarifikasi jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh lawan teologi mereka. Aliran lain seperti halnya Qadariyah 7, Mu tazilah mengembangkan metodologi pemikiran rasional yang digunakan untuk memahami persoalan-persoalan mendasar dalam bidang teologi. Adapun persoalan yang mendasar itu antara lain adalah ; adakah manusia bebas berkehendak atau terbatas?, bagaimana kekuasaan dan zat Allah dll. Sehingga dari situ lahir ilmu kalam, filsafat dan eksakta. 8 Dari apa yang telah dan akan dipaparkan dalam pengalaman sejarah kaum Mu tazilah, ternyata dinamika kaum Mu tazilah cukup kompleks. Berkembangnya peradaban saat itu terutama kota Basrah memiliki implikasi ynag cukup berarti begi perkembngan dunia Islam. Mu tazilah sebagai salah satu aliran yang merespon keadaan itu berusaha untuk mengkaji ulang, serta sedikit banyak mengadopsi pemikiran yang berkembang saat itu. Alhasil teologi Mu tazilah sendiri terbangun karena merespon dinamika pemikiran yang berkembang saat itu. Oleh karena 6 Nasr Hamid Abu Zaid, Menalar Firman Tuhan, Mizan, hal 69 7 Aliran yang menyakini bahwa segala keputusan baik dan buruk iu ditentukan oleh manusia (kebasan berkehendak/free will) 8 Muhammad Nurhakim, Metodologi Studi Islam, Universitas Muhammadyah Malang Press, 2004 hlm 157 3

4 itu tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh seperti agama-agama Masehi, Yahudi, serta filsafat terutama filsafat Yunani cukup mewarnai corak pemikiran mereka. Tidak jarang mereka menuai kritik serta tuduhan yang cukup kontroversial yang datangnya dari kaumnya sendiri, dan lawan teologi mereka. Tuduhan yang terlontar biasanya terkait dengan konsistensi ajaran, ada beberapa hal yang berseberangan dengan keyakinan umat Muslim. Hal yang utama adalah persoalan terkait dengan sinkretisme filsafat dengan teologi yang membuat Mu tazilah berkembang dengan pemujaan akal, yang justru membawa Islam kepada kemajuan pesat. Kemajuan yang dirintis oleh Mu tazilah sendiri tidak selamanya dinilai sebagai sesuatu yang positif. Kita sadari bahwa latar belakang teologi serta keyakinan yang telah terpatri begitu kuat dalam benak umat Islam saat itu, berusaha mereka pertahankan demi memperjuangkan kemurnian sebuah ajaran. Satu sisi perjuangan untuk mempertahankan kemurnian begitu keras dilakukan, disisi lain perkembangan jaman saat itu yang harus direspon oleh teologi, membuat Mu tazilah berada diantara palang pintu dilema saat itu. Di luar alasan akan permasalahan yang mengarah pada topik penulisan, penyusun dalam hal ini memiliki permasalahan yang didasarkan pada pengalaman selama melakukan percakapan, pertemuan serta berinteraksi dengan umat beragama lain. Kalau melihat dari pola pertemuan yang selama ini pernah diikuti, di dalamnya masih memuat pembahasan seputar isu-isu pluralistik yang mendasarkan diri pada konsep-konsep sosial kemasyarakatan. Perbedaan-perbedaan nyata bahkan pertentangan di dalam agama diperkecil, sementara pencarian sesuatu kesatuan yang mendasari semua agama bermuara pada satu pokok keyakinan bersama, seperti pembebasan atau pembangunan atau kesatuan umat manusia diusulkan sebagai yang mempertemukan semua tradisi keagamaan. Tentu saja, kita dapat mengembangkan suatu teologi agama-agama yang berpusat pada Allah. Bagaimanapun, masalahnya bukanlah untuk menemukan suatu pokok yang disepakati bersama oleh semua agama, akan tetapi untuk membuktikan bahwa agama-agama itu adalah jalan-jalan yang berlainan untuk menuju pada tujuan yang sama 9. 9 Michael Amaladoss, Wajah Yesus di Asia, BPK Gunung Mulia, hal 140 4

5 Dalam pernyataan ini Amaladoss 10 menurut hemat saya bermaksud mencari titik terdekat yang memungkinkan untuk dijadikan bahan pembicaraan, tanpa mengaburkan ajaran-ajaran agama. Dari pernyataan Amaladoss tersebut menurut hemat saya cukup mengindikasikan adanya dialog antar umat beragama, yang diupayakan mampu mencapai tataran teologi yang bersifat universal. Artinya ia meyakini bahwa ada satu keyakinan pokok yang sama yang menjadi bagian terintegrasi dalam beberapa agama, atau bahkan semua agama dan kepercayaan. Keyakinan pokok itu adalah adanya pemahaman yang sama mengenai keberadaan Allah serta kemampuan merespon akan realitas Allah dalam kehidupan umat. Menyitir pertanyaan filsuf besar Socrates kepada Euthyprho 11. Socrates dalam hal ini ingin mengklarifikasi tentang klaim pengetahuan Euthypro tentang Allah. Seakan ia tahu pasti akan ketetapan Tuhan sampai-sampai ia yakin akan perbuatannya (membunuh), yang mendapat perlawanan keras dari Ayahnya : Bukankah (perbedaan kita ) terletak pada persoalan benar salah, terhormat dan hina, serta baik dan buruk? Dan bukankah pertanyaan ini yang membuat kamu, aku dan orang lain menjadi musuh, ketika kita adalah adalah musuh, karena kita berbeda tentangnya, dan tidak bisa mencari suatu kesepakatan yang memuaskan Dari perkataan itu jelas bahwa pada dasarnya permasalahan antar agama yang seringkali menjadi bahan percekcokkan adalah masalah benar salah, terhormat dan hina, serta baik dan buruk dan kalau kita (saya dan saudara) pahami dan sadari benar yang apa dikatakan oleh Socrates tadi. Dan salah satunya adalah pemahaman tentang Allah yang diusulkan sebagai bahan pembicaraan dalam sebuah dialog antar umat Seorang teolog kontekstual yang tertarik pluralitas Amaladoss dalam tulisannya sedang ingin mengkomunikasikan pengalamannya di dalam mengamati dan memahami kehidupan agama-agama lain di India. Amaladoss sendiri adalah seorang Yesuit India, yang kini menjadi anggota dewan umum Yesuit di Roma. Sebelumnya ia mengajar teologi sistematika di institut Vidyatyoti bidang Pengkajian agama, di Delhi India. Dia mengatakan bahwa saat ini kita sedang hidup di dalam kemajemukan dan pluralitas Agama. Di dalam konteksnya di India Amaladoss sendiri manangkap sinyalemen akan keberagaman agama.sumber ; Michael Amaladoss, Wajah Yesus di Asia, BPK Gunung Mulia. Euthypro dalam cerita Plato adalah seorang agamawan muda yang digiring untuk dipancung atas pengaduanbapaknya karena telah membunuh seorang pembantu (yang juga seorang pembantu). Ia sebagai agamawan mengaku begitu yakin akan pengetahuannya tentang hukum Tuhan. Hal yang menjadi pendiriannya adalah semua yang dicintai Tuhan adalah sakral dilain pihak apa yang dibenci-nya adalah profane. Socrates meragukan tentang klaim bahwa Euthypro memiliki pengetahuan pribadi tentang pikiranpikiran Tuhan, pengetahuan yang tidak bisa dijelaskan secara rasional kepada Socrates. Sumber : Post Mu tazilah 5

6 Selain itu pula pemahaman dari teologi yang disampaikan oleh kaum Mu tazilah, cukup menggambarkan persoalan sekarang terutama terkait dengan pertanggungjawaban manusia didalam merespon rahmat Ilahi. Yang saya maksudkan disini seolah-olah kesadaran beragama dari sebagian orang hanya mencapai tataran formalitas, sehingga kesadaran untuk mengaktualisasikan iman yang sebenarnya harus dijalani melalui proses dalam agama itu terabaikan. Sebagai gambaran contohnya seseorang yang memeluk agama Islam hanya mentok kepada status dia sebagai seorang muslim dalam KTPnya. Akan tetapi kewajiban yang justru lebih berat yang seharusnya menjadi beban dari masing-masing orang tersebut terabaikan. Maksud penyusun bahwa kesadaran beragama itu sendiri harus disertai kesadaran untuk mempertanggung jawabkan dengan apa yang menjadi pilihannya untuk beragama itu sendiri. Kesadaran akan kewajiban akan membawa seseorang kepada penemuan makna sebenarnya dari agama, jadi tidak hanya permasalahan sorga dan neraka yang membuat mereka beragama. Jadi persoalan nantinya akan lebih meyoroti masalah spiritualitas umat beragama yang dirasa semakin jauh dari gambaran dari agama yang mereka sandang. Ada apa dengan umat beragama yang kala bisa dikatakan secara ekstrim, spiritualitasnya justru ada dibawah orang yang sering dicap sebagai ateis, yang notabene adalah orang yang tidak pecaya akan Tuhan. Kalau kita mengamati seorang yang ateis 12, merekapun pada dasarnya akan tetap berjuang untuk mempertanggungjawabkan keyakinan (spiritualitas) mereka, sesuai dengan pemahaman mereka akan tanggung jawab serta pertanggungan jawab terhadap keyakinan serta hidupnya. Hal inilah yang nantinya akan dicoba digali dari keluhuran ajaran Mu tazilah yang membawa pengaruh besar terutama dalam peradaban Islam saat itu, serta perkembangan pemikirannya. 12 Mengenai pemahaman Atheis dalam hal ini penyusun setuju terhadap pemahaman yang diberikan oleh Prof.Dr Muji Sutrisno, SJ. dalam seminar sehari tentang apresiasi bersama terhadap lukisan Emanuel Geribay yang diadakan oleh UKDW. Ia memahami ateis bukan seseorang yang tidak mengakui Tuhan, akan tetapi pengakuannya terhadap realitas Sang Pencipta, tidak ingin dibatasi oleh konsep agama. Dalam hal ini ia memberikan kritik terhadap spritualitas manusia yang mengaku dirinya beragama, akan tetapi spiritualatasnya jauh dibawah seorang yang dicap atheis sekalipun. 6

7 I.3 Judul. OTORITAS ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA ( STUDI ILMU KALAM KAUM MU TAZILAH ) Alasan pemilihan judul: Penyusun tertarik dengan judul diatas karena : Persoalan yang berpangkal pada konsep Allah adalah konsep yang mendasar yang jika tidak dipahami dengan baik, maka akan menimbulkan salah pengertian terutama di intern Agama. Judul tersebut dipandang mampu memberi wacana persoalan-persoalan yang bersifat dogmatis terkait dengan keberadaan pemahaman yang menyangkut relasi manusia dengan manusia, maupun manusia dengan Tuhannya. Penjelasan judul : Otoritas Allah dipahami sebagai kamahakuasaan Allah yang syarat dengan hal-hal yang melekat erat dengan pribadi Allah, kekuasaan itulah yang nantinya akan digali serta dicari makna yang sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan skripsi ini. Tanggung jawab manusia dipahami sebagai segala sesuatu yang harus dilakukan manusia dalam rangka merespon otoritas Allah dalam hidupnya. Dalam hal ini judul diatas difokuskan pada ilmu Kalam dari kaum Mutazilah I. 4 Batasan Masalah Dalam penulisan skripsi ini nantinya akan dibatasi pada makna serta relevansi Lima Dasar Teologi (al-usul al-khamsa) yang dianut oleh kaum Mu tazilah adapun lima ajaran tersebut adalah Al- Tawhid yaitu ke-maha Esa-an Tuhan, Al- Adl, yaitu keadilan Tuhan dan Al-Wa d wa Al- Wa id (janji dan ancaman ) dalam arti, Tuhan tidak akan adil kalau Ia tidak memberi pahala kepada yang berbuat baik, dan kalau Ia tidak menghukum orang yang berbuat jahat Harun Nasution, Islam Rasional, cetakan I, 1995 hlm. 136,137 7

8 Selanjutnya ajaran keempat yaitu Al-Manzilah bayn Al-Manzilatain yaitu posisi diantara dua posisi dan yang terakhir adalah Al-Amr bi Al-Ma ruf wa Al-Nahy an Al- Munkar yaitu perintah untuk berbuat baik dan larangan untuk berbuat jahat. Dengan memfokuskan tulisan pada kelima ajaran itu diharapkan nantinya akan didapatkan rumusan tentang makna dari kelima ajaran dengan baik. Kemudian dari situ akan digali pengertian yang ada, dan dapat diwujudkan di dalam kehidupan dalam rangka menjalin hubungan antar agama yang lebih riil dan kontekstual disesuaikan dengan keadaan jaman yang bergerak dinamis. I.5 Tujuan Penulisan Jujur dalam hal ini penulis secara pribadi sangat tertarik untuk mempelajari teologi dari kaum Mutazilah, yang bagi penulis teologi dari kaum Mutazilah ini penuh dinamika pemikiran serta dinamika historis yang menyertai dalam perkembangan teologi dari kaum Mutazilah. Dengan demikian tujuan penulisan ini nantinya mampu dijadikan referensi pengetahuan serta mampu menjembatani antara teologi dan agama yang ada. Melihat sisi lain yang sampai saat ini mengundang pertanyaan penulis mengenai aliran Islam yang bisa dikatakan modern 14, yang dikatakan mampu membawa Islam kepada kemajuan dalam perkembangannya 15 Mencari hal-hal yang berbasis konseptual dalam kehidupan agama yang didasarkan atas Lima Ajaran Pokok Mu tazilah, yang kemudian diharapkan akan dapat membuahkan nilai-nilai penting yang bersifat praktis, dengan berlandaskan pada konsep teologis yang kemudian dengan kesadaran mampu diterapkan dalam kehidupan nyata dalam masyarakat yang plural. Untuk melihat kembali ajaran-ajaran yang pada dasarnya sudah ada, akan tetapi tanpa disadari pada dasarnya ajaran-ajaran yang ada tersebut mampu digunakan sebagai sumber inspirasi dalam membina hubungan baik antar agama. 14 Modern yang penyusun maksud adalah Aliran Mu tazilah adalah aliran yang mengadopsi beberapa pemikiran yang berkembang saat itu. Yang jelas menunjukkan perbedaan mencolok adalah mereka mengadopsi pemikiran filsafat Yunani yang mengedepankan peran akal dalam ajarannya sehingga menjadikan Ajaran Mu tazilah cenderung memiliki pemikiran yang rasional. 15 Fazlur Rahman, pendapatnya dalam buku Islam,diterjemahkan dari Islam terbitan Anchor Books, New York 1968 oleh Ahsin Muhammad dan diterbitkan oleh Penerbit Pustaka, Bandung, cetakan IV hlm 124 8

9 I.6 Metode Penelitian Metode yang dipakai adalah menggunakan penelitian literatur, dengan cara menggali fakta serta mencari informasi melalui literatur yang ada. Melalui studi literatur ini diharapkan nantinya mampu menemukan kembali sumber-sumeber yang bisa dijadikan sebagai referensi. Meskipun tidak mampu menemukan teks-teks asli dari kaum Mu tazilah karena memang diyakini telah banyak yang hilang, akan tetapi sumber pemikiran yang telah dirangkum oleh para ahli serta penulis Islam dirasa sudah cukup. Ibarat Nabi Muhammad SAW berpetuah kemudian orang-orang disekitarnya meneruskan berita tersebut sampai ke telinga banyak orang (hadis). I.7 Metode Penulisan Penulisan ini akan menggunakan metode deskriptif analitis. dengan cara memaparkan sekaligus menggali informasi yang diperlukan seputar topic permasalahan dan kemudian di analisis dari berbagai sumber. I.8 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan permasalahan ( latar belakang dan diskripsi), Judul ( alasan pemilihan judul dan penjelasan judul) batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II SEJARAH KAUM MU TAZILAH Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai Sejarah kemunculan kaum Mu tazilah termasuk didalamnya ada asal-usul kata Mu tazilah, pendiri, serta latar belakang serta konteks dimana kaum dan paham ini muncul. Berbagai macam sub golongan dalam Mu tazilah serta beberapa pokok ajaran mereka, selanjutnya di bab II ini juga akan dipaparkan Lima Dasar Teologi (al-usul al-khamsa) dari kaum Mu tazilah yang kesemuanya itu nantinya akan melandasi dalam penyusunan bab selanjutnya. 9

10 BAB III OTORITAS ALLAH DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA Dalam bab III ini akan dipertajam dan diperjelas mengenai Lima Ajaran Pokok Teologi dari kaum Mu tazilah yaitu; Al Tawhid, Al- Adl, Al-Wa d wa Al-Wa id, Al-Manzilah bain Al-Manzilatain,dan Al-Amr bi Al-Ma ruf wa Al-Nahy an Al-Munkar sekaligus berbagai faktor yang mempengaruhinya. Antara lain; pengaruh pemikiran Helenistik dan filsafat Yunani. Kemudian dari sana akan ditarik pengertian yang berhubungan dengan otoritas Allah dan Tanggung Jawab manusia dan korelasi antara kedua konsep tersebut. BAB IV PEMAHAMAN OTORITAS ILAHI DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI TITIK TEMU DIALOG LINTAS IMAN Pada bab IV ini akan dipaparkan mengenai relevansi dari lima pokok ajaran Mu tazilah sebagai wacana sekaligus sumber inspirasi dalam berdialog lintas iman. BAB V KESIMPULAN Berisi hal-hal yang bersifat praktis yang bisa diamalkan dalam rangka mewujudkan dialog lintas iman yang baik yang bersumber dari pengajaran Mu tazilah dan harapan dari penyusun akan tujuan penulisan ini yang sekaligus menutup skripsi ini. 10

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) A. Latar Belakang Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, terperinci, perlu mempelajari teologi yang terdapat

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan The Meeting Place of World Religions. 1 Demikianlah predikat yang dikenakan pada Indonesia berkaitan dengan kemajemukan agama yang ada. Selain majemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 21 Maret 2006, bertempat di Jakarta ditetapkanlah sebuah peraturan pemerintah yang baru, yang dikenal sebagai Peraturan Bersama dua Menteri (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis. BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN A. Keharusan Saling Mengenal Di sini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pluralisme agama dalam Islam dan pluralisme agama menurut Alwi Shihab, meliputi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memuat banyak sekali tanda dan makna yang menggambarkan suatu paham tertentu. Selain itu, film juga merupakan

Lebih terperinci

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Tauhid Dosen Pengampu: Bapak Drs. A. GHOFIR ROMAS Disusun oleh: Duriatun Nadhifa (1601016057) Halimah Sya diah (1601016058)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM Dari hasil paparan bab sebelumnya, yang telah mengupas secara jelas problematika ataupun permaslahan teologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. H. Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1979, hlm

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. H. Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1979, hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini pertanyaan perihal Siapa Allah? merupakan bagian dari sebuah problematika yang sangat sensitif begitu pun ketika kita berbicara mengenai iman,

Lebih terperinci

KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA

KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA c Demokrasi Lewat Bacaan d KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA Oleh Nurcholish Madjid Kemarin, 28 Maret 1999, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha 1419 H, yang merupakan perayaan pengingatan kembali (sebuah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam

Lebih terperinci

Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5

Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5 Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5 Guna memenuhi tugas Mata kuliah : Tauhid Dosen pengampu : Bpk. Ghofir Romas Yang disusun oleh : 1. Halimatussa diyah ( 1601016073 ) 2. Laili Ristiani ( 1601016074

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN. a. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN. a. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN a. Latar Belakang Masalah Kemajemukan agama yang ada di Indonesia saat ini dapat dikatakan sebagai keistimewaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Namun, dengan tujuh agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS Achmad Jainuri, PhD IAIN Sunan Ampel, Surabaya Abstraksi Harold Coward menulis sebuah buku menarik, Pluralism Challenge to World Religions. Gagasan pluralisme dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kemajemukan merupakan realitas yang menjadi salah satu ciri dari kondisi masa sekarang ini. Di era modern yang untuk sementara kalangan sudah berlalu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I ISBN: 978-602-71453-0-6 Editor

Lebih terperinci

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu BAB III TEOLOGI ISLAM A. Pengertian Teologi Islam Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN GLOBALISASI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN GLOBALISASI Modul ke: 14Fakultas Didin EKONOMI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN GLOBALISASI Hikmah P, SE, MM Program Studi MANAJEMEN Pengantar: Muslim dan Fenomena Globalisasi Era globalisasi ditandai dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya seorang kyai dalam kehidupan masyarakat Madura Desa Bajur, tentunya akan membawakan dampak positif terhadap mereka, karena di samping itu seorang kyai atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

Bimbingan Ruhani. Penanya:

Bimbingan Ruhani.  Penanya: Bimbingan Ruhani Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifah ke empat dari Jemaat Islam Ahmadiyah selalu memberikan kesempatan dari waktu ke waktu kepada semua orang dari segala bangsa, agama dan keyakinan untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kemajemukan di dalam hal budaya, agama, dan status sosial, dan ekonomi, serta banyak keberagaman yang lain. Keberagaman itu sudah selayaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan

Lebih terperinci

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Uraian akhir dari analisa atas pemikiran Frithjof Schuon tentang makna agama dalam perspektif Filsafat Agama adalah bagian kesimpulan, yang merupakan rangkuman jawaban atas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6 SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA Week 6 Agama Islam menganggap etika sebagai cabang dari Iman, dan ini muncul dari pandangan dunia islam sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus Kristus, keempat injil ini adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Flores, Cet-1, 2001, hlm Nilai kehidupan yang ada di masyarakat ini terintegrasi dalam sebuah sistem yang kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Flores, Cet-1, 2001, hlm Nilai kehidupan yang ada di masyarakat ini terintegrasi dalam sebuah sistem yang kemudian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Misi yang berkembang selama berabad-abad bukanlah misi yang bersifat statis. Misi dapat ditafsirkan dan diartikan dalam banyak pemahaman,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Etika merupakan refleksi atas moralitas. Akan tetapi, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, etika bukan sekedar refleksi tetapi refleksi ilmiah tentang tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester Kompetensi Inti : KI-1 KI-2 KI-3 KI-4 : Madrasah Aliyah : Akidah Akhlak : XI (Sebelas) Program IPA-IPS-Bahasa-Kejuruan : I (Ganjil)

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan?

Lebih terperinci

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel Dasar Filosofis Rukun: Orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan

Lebih terperinci

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs. KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Drs. Ghofir Romas Disusun oleh: Shafira Caesar Savitri ( 1501016001 ) Rohmatul

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Permasalahan Pluralitas, merupakan kata yang tak asing terdengar di era ini. Suatu terminologi yang bukan hanya mencerminkan keadaan melainkan juga tantangan. Pluralitas,

Lebih terperinci

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam

Lebih terperinci

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

PERSATUAN DAN KERUKUNAN PERSATUAN DAN KERUKUNAN PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN A. PERSATUAN Dari segi bahasa persatuan berarti gabungan, ikatan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 20 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Sesungguhnya orang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-nya, bertambahlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan membaca maka pengetahuan bertambah. Sudah pasti, orang yang rajin membaca adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan membaca maka pengetahuan bertambah. Sudah pasti, orang yang rajin membaca adalah BAB I PENDAHULUAN Belajar tidak mengenal usia dan waktu. Tidak ada istilah berhenti untuk menggali ilmu. Walau ajal menjemput, tak kenal kata menyerah untuk belajar. Salah satunya adalah membaca, dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

UMMI> DALAM AL-QUR AN

UMMI> DALAM AL-QUR AN UMMI> DALAM AL-QUR AN (Kajian Tematik Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab) Muji Basuki I Di dalam Al-Qur an kata ummi> disebutkan sebanyak 6 kali, dua kali dalam bentuk mufrad dan 4 kali dalam bentuk

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu kehidupan manusia tidak lepas dari keinginan untuk memiliki seorang keturunan. Keinginan untuk memiliki keturunan atau mempunyai anak merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pemahaman Ayat Al-Qur an Terhadap Pendidikan. Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Aqidah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pemahaman Ayat Al-Qur an Terhadap Pendidikan. Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Aqidah 78 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pemahaman Ayat Al-Qur an Terhadap Pendidikan Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Aqidah 1. Surat Al Baqarah ayat 62 Menurut tafsir Sayyid Quthb, yang ditekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan suatu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia karena pendidikan dan kehidupan manusia selalu berjalan bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan

Lebih terperinci

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU l Edisi 019, September 2011 P r o j e c t DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU i t a i g k a a n D Pradana Boy ZTF Edisi 019, September 2011 1 Edisi 019, September 2011 Dimensi Filsafat dalam Wahyu Posisi wahyu

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Kesalehan Sosial Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN KESALEHAN SOSIAL Kesalehan sosial adalah suatu perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan yaitu (1) keduanya adalah sistem nilai dan sistem simbol dan (2) keduanya mudah merasa terancam setiap kali ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

MENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN

MENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN MENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN 2035 Amrial Ilmu Ekonomi Islam FEB UI Dalam Al-Qur an surat Al Baqarah

Lebih terperinci

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -

Lebih terperinci