BAB I PROFIL PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PROFIL PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Garuda Indonesia Jejak Garuda Indonesia mulai terlihat sekitar akhir tahun 1940an, dimana pada saat itu rakyat Indonesia sedang berjuang melawan penjajahan Belanda untuk memperoleh kemerdekaan. Dengan semangat perjuangan inilah rakyat Aceh memberikan kontribusi dalam membeli pesawat terbang DC-3 senilai dolar Malaysia atau sama dengan 20 kilogram emas. Pesawat terbang DC-3 ini diharapkan dapat membantu rakyat Indonesia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Pada tanggal 26 Januari 1949 yang juga merupakan tanggal lahirnya Garuda Indonesia, lahirlah perusahaan penerbangan pertama milik Indonesia dengan nama Indonesian Airways. DC-3 Seulawah merupakan armada pertama Indonesia Airways dengan registrasi RI-001 yang berarti gunung emas untuk pertama kalinya melakukan penerbangan dengan jalur penerbangan Jakarta Seulawah. Indonesian Airways kemudian berubah nama menjadi NV Garuda Indonesia Airways setelah menjalin kerjasama dengan perusahaan penerbangan Belanda, KLM, pada tanggal 31 Maret Pada akhir tahun 1950, armada yang dimiliki oleh NV Garuda Indonesia Airways bertambah menjadi dari 22 pesawat DC-3/C-47, delapan pesawat PBY-Catalina Amphibi, dan delapan Covair 240s. Seiring dengan perkembangan perusahaan maka pada tahun 1953 jumlah pesawat Garuda kembali bertambah hingga 46 pesawat (Convair 340s bertambah delapan buah dan De Havilland Heronswere bertambah 14 buah). Pada tahun 1956 Garuda berhasil melayani penerbangan internasional untuk pertama kali dengan tujuan penerbangan mengantar jemaah haji ke Mekah. Tahun 1960-an Garuda mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan dibukanya jalur menuju bandara internasional Kai Tak di Hong Kong. Pada tahun 1965 Garuda memiliki pesawat jet DC-8 yang digunakan untuk jalur penerbangan ke bandara Schiphol di 1

2 Haarlemmeer, Belanda, Eropa. Pada tahun yang sama pula saham Garuda akhirnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia sehingga statusnya berubah menjadi Perusahaan Negara (PN). Garuda pada tahun 1970-an memiliki 24 pesawat DC-9 dan 36 pesawat jet kecil F28 untuk melayani jalur penerbangan domestik. Garuda juga merupakan operator pesawat terbesar di dunia untuk jenis pesawat F28. Pada tahun 1975, status perusahaan diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT). Pesawat DC-10-pun dimiliki pada tahun 1969 untuk memperkuat jajaran armadanya yang disusul dengan 6 Boeing pada tahun Kemudian pada tahun 1983, Garuda menambah pesawat Airbus A300 yang disusul dengan A , B , MD11, dan B pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an. 1.2 Lingkup Bidang Usaha Lingkup bidang usaha Garuda Indonesia adalah pelayanan jasa pengangkutan udara yang meliputi: Penerbangan berjadwal untuk penumpang komersial, kargo, dan surat domestik dan internasional. Penerbangan tidak berjadwal untuk penumpang komersial dan kargo domestik dan internasional. Perbaikan dan perawatan pesawat, milik Garuda maupun perusahaan penerbangan lainnya, dan menyediakan fasilitas pendukung Dukungan pelayanan yang berhubungan dengan operasi penerbangan Pelayanan sistem informasi terkait dengan operasi penerbangan Konsultasi, pendidikan, dan pelatihan yang berhubungan dengan penerbangan Pelayanan kesehatan untuk karyawan perusahaan Penerbangan Domestik Berjadwal Jalur penerbangan domestik yang dilalui adalah 23 kota tujuan, dengan 21 kota tujuan dilayani Garuda Indonesia dan 8 kota tujuan yang dilayani oleh Citilink. 2

3 Kota tujuan Garuda Indonesia: Banda Aceh, Ampenan, Medan, Pekanbaru, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Mataram, Makasar, Manado, Biak, Jayapura, dan Timika Kota tujuan Citilink: Bandung, Ampenan, Batam, Balikapapan, Medan, Pekanbaru, Suarabaya, dan Tarakan Penerbangan Berjadwal Internasional Jalur penerbangan yang dimiliki oleh Garuda Indonesia adalah 22 kota tujuan, yaitu: Asia: Bangkok, Hong Kong, Kuala Lumpur, Singapura, Seoul, Shanghai, Ghuangzhou, Beijing, dan Ho Chi Minh City Japan: Tokyo, Nagoya, dan Osaka South West Pasific: Auckland, Adelaide, Brisbane, Melbourne, Perth, dan Sydney Middle East: Jeddah, Dhahran, dan Riyadh (Gambar 1.1) Gambar 1.1 Penerbangan Berjadwal Internasional Sumber: Garuda Indonesia 3

4 Pada jalur penerbangan internasional, Garuda Indonesia menggunakan sistem Joint Service Passenger, dimana sistem ini bekerjasama dengan perusahaan penerbangan internasional lainnya dalam hal pelayanan transfer penumpang antar maskpai penerbangan. Adapun kerjasama Joint Service Passenger yang dijalin oleh Garuda Indonesia dengan maskapai lain adalah sebagai berikut. Partner Silk Air China Airline China Southern Airline Korean Air Malaysian Airline System Tabel 1.1 Joint Service Passenger Garuda Indonesia Date Details Started Soft block June Silk Air as an operating airline on Singapore Balikpapan 1997 VV Soft block Aug China Airline as an operating airline on Jakarta Taipei 1995 Jakarta VV Soft block Dec China Southern Airline as an operating airline on Guangzhou 2001 Jakarta VV Soft block Aug Korean Air as an operating airline on Seoul Jakarta 2000 Garuda Indonesia an operating airline on Denpasar - Seoul VV Soft block Malaysian Airline System as an operating airline on Kuala Lumpur Jakarta/Denpasar/Surabaya/Medan/Padang VV Medan Penang VV Feb Kuala Lumpur Kinabalu Manado VV 2000 Kuching Pontianak VV Kuala Lumpur Frankfurt/London/Manchester/Paris VV Garuda Indonesia as an operating airline on Jakarta/Surabaya/Denpasar/Yogyakarta Kuala Lumpur VV 4

5 Philippine Airline Qatar Airways Feb 2001 Mar 2003 Denpasar Darwin VV Soft block Philippine Airline as an operating airline on Manila Jakarta VV Soft block Qatar Airways as an operating airline on Doha Jakarta VV Singapore Doha VV Garuda Indonesia as an operating airline on Jakarta Singapore VV Sumber: Garuda Indonesia Penerbangan tidak berjadwal Pelayanan penerbangan tidak berjadwal yang paling sering dilakukan Garuda Indonesia adalah melayani penerbangan jemaah haji. Jumlah jemaah haji yang dilayani oleh Garuda Indonesia dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini. Year Pilgrim Tabel 1.2 Penerbangan Jemaah Haji Garuda Indonesia Flight Group Total A/C Type A/C , B-747, 6 MD-11, 4 DC , B-747, 6 MD-11, 6 DC , B-747, 4 MD-11, 2 B-767, 7 DC , B-747, 6 MD-11, 3 B , B-747, 4 B , B-747, 6 B-767, 4 MD , B-747, 5 B-767, 2 A-330, 2 A-340, 3 MD , A-330, 4 B-747, 9 B , B-742, 9 B-767, 2 A-330, 1 B , B-747, 9 B-767, 4 A , A-330, 5 B-737, 6 B , B-747, 4 B-767, 5 A-330 Sumber: Garuda Indonesia,

6 Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun 1999 yang dikarenakan adanya kerjasama dengan maskapai penerbangan Saudi Arabia (Saudi Air) dalam penyelenggaraan penerbangan jamaah haji. Tetapi seiring dengan adanya perubahan regulasi pada pengangkutan jemaah haji Indonesia, maka jumlah jemaah haji yang dilayani mengalami peningkatan pada tahun 2000 dan seterusnya Kargo Unit Usaha Garuda Cargo (SBU Cargo Center) adalah unit usaha strategis yang mengelola kegiatan Cargo Transportation Services serta kegiatan-kegiatan kargo udara baik domestik maupun internasional. Servis dan fasilitasnya meliputi: a. Closed Circuit Television (CCTV), sebagai alat monitor untuk meningkatkan keamanan barang atau kargo yang diangkut melalui gudang Garuda. b. X-ray, sebagai security screening untuk keselamatan gudang kargo Garuda. c. IOSA Certification atau IATA Operational Safety Audit, merupakan standar aspek audit keselamatan penerbangan dan mendapat pengakuan dari ICAO, FAA, dan lembaga internasional lainnya yang berkepentingan dengan keselamatan penerbangan. d. Carega (Cargo Automation & Reservation System Garuda), merupakan sistem yang terintegrasi, mulai dari reservation, acceptance, movement, manifesting, outgoing, incoming, marketing, dan accounting. e. CCS (Cargo Community System), merupakan software yang khusus digunakan oleh agen-agen kargo, diharapkan dengan CCS ini semua informasi dan data kargo yang akan dikirimkan lebih cepat, lebih realtime karena semua proses input data dapat dilakukan melalui kantor masing-masing. f. Cargo-COPS (Cargo-Claim Online Process System), merupakan program yang memberi kemudahan dan kecepatan penyelesaian klaim bagi pelanggan dan membantu bagi airlines dalam mengambil keputusan yang cepat, tepat, dan akurat maupun terhadap pihak 6

7 claimant dalam hal kecepatan dan kepastian jawaban atas klaim yang diajukan Perbaikan dan perawatan pesawat Pelayanan perbaikan dan perawatan pesawat untuk kebutuhan internal maupun pihak ketiga ini tidak dikelola langsung oleh Garuda Indonesia melainkan dikelola oleh anak perusahaan dari Garuda Indonesia yaitu PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia yang bertempat di bandara Soekarno-Hatta Dukungan Pelayanan yang Berhubungan dengan Operasi Penerbangan PT. Gapura Angkasa merupakan anak perusahaan dari Garuda Indonesia yang menangani dalam hal ground handling. Aerowisata memegang peran sebagai penyedia jasa pendukung bagi induk perusahaannya, Garuda Indonesia. Namun, situasi industri keramahtamahan yang dinamis telah menciptakan berbagai kesempatan bagi perkembangan bisnis. Sebagai hasilnya, Aerowisata berhasil tumbuh, hingga kini menjadi penyedia layanan terintegrasi yang mencakup manajemen hotel dan resor, jasa boga, biro perjalanan, perwakilan perusahaan penerbangan, kargo dan jasa transportasi darat. Unit bisnis ini tersebar di beberapa kota dari Medan hingga Balikpapan, dari Sydney hingga Tokyo, menjadikan Aerowisata sebagai salah satu pemain utama dalam industri keramahtamahan Indonesia. Adapun yang termasuk dalam group PT. Aerowisata adalah: PT. Angkasa Citra Sarana Catering Service (100%) PT. BPW Satriavi Tours & Travel (100%) PT. Aero Jasa Perkasa Cargo (100%) PT. Bina Inti Dinamika (65%) PT. Mandira Erajasa Wahana (100%) PT. Mertasari Hotel Development (100%) PT. Senggigi Pratama Internacional (100%) Garuda Orient Holiday Pty Ltd (100%) 7

8 1.2.7 Pelayanan Sistem Informasi PT Abacus Distribution System Indonesia Abacus Distribution System Indonesia merupakan perusahaan patungan antara Garuda Indonesia dengan Abacus International, mulai beroperasi Maret 1995 dan menjadi satu-satunya CRS terbesar saat itu yang beroperasi di Indonesia. Beroperasi awal dengan lima travel agent sebagai pilot project, kini dari biro perjalanan wisata anggota ASITA (Association of Indonesian Travel Agencies), 85 persen menggunakan jasa Abacus yang dipimpin Iwan Susilo. Dalam kantor pusat di Wisma Kyoei Prince di lantai 20, selain memberi informasi dan data lainnya, Abacus juga memberi pendidikan dan pelatihan kepada para anggotanya, yaitu salah satu kelebihan lainnya yang diberikan. Dan seiring dengan berkembangnya pasar dan meningkatnya pelanggan di Indonesia, perusahaan ini membuka kantor perwakilannya di Surabaya, serta segera akan menyusul kantor perwakilan keduanya di Medan PT. Lufthansa System Indonesia PT. Lufthansa System Indonesia menawarkan jasa IT provider dan IT solution secara komprehensif, fleksibel dan terintegrasi dengan tingkat teknologi informasi yang paling mutakhir, termasuk pula sistem perawatan dan pelatihan SDM. PT. Lufthansa System Indonesia fokus dalam melaksanakan penggarapan pasar di kawasan Asia-Pasifik dan Timur Tengah, mengingat pertumbuhan perusahaanperusahaan penerbangan tingkat menengah dan kecil di kedua kawasan tersebut cukup signifikan dan sangat cepat, termasuk di Indonesia Konsultasi, Pendidikan, dan Pelatihan SBU Garuda Indonesia Training Center adalah pengelola dari layanan konsultasi, pendidikan, dan pelatihan di bidang penerbangan dan non penerbangan baik untuk kebutuhan internal maupun pihak ketiga yang bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Pelayanan yang diberikan antara lain: 8

9 Flight simulator untuk pesawat F-28, A-330, DC-9, DC-10, B , MD- 11, B /400 Model mock-up pesawat berbadan lebar dan sempit dimana didalamnya termasuk luncuran darurat atau escape sliding dan kolam renang untuk latihan prosedur darurat Fasilitas latihan pengoperasian pintu berbadan sempit dan lebar Simulasi pemeliharaan pesawat Fasilitas latihan prosedur kokpit Akomodasi penginapan untuk para siswa Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan untuk kebutuhan internal maupun pihak ketiga ini tidak dikelola langsung oleh Garuda Indonesia melainkan dikelola oleh SBU dari Garuda Indonesia yaitu Garuda Medical Center. Pelayanan yang diberikan oleh Garuda Medical Center adalah sebagai berikut: Aviation Health Medical Check up General Family Health Dental Service ICU Physiotherapy Pharmacy Diagnostic support facilities (laboratories, radiology, USG, audiometric, tympanometri, spirometri, treadmill, medical eyes). 1.3 Visi, Misi, Strategi, dan Tujuan Sebagai perusahaan BUMN, Garuda mengemban misi BUMN dan bisnis. Misi Garuda Indonesia sebagai salah satu BUMN dan Visi Garuda Indonesia untuk melangkah jauh depan adalah sebagai berikut: 9

10 Visi: Misi: Menjadi maskapai penerbangan berkelas internasional dan terkemuka melalui penyediaan jasa penerbangan yang berkualitas kepada penumpang domestik dan internasional dengan keramahtamahan Indonesia. Sebagai flag carrier yang berperan untuk mempromosikan Indonesia ke negara-negara lain di dunia serta membantu perkembangan ekonomi nasional dengan menyediakan layanan penerbangan secara professional dan menguntungkan. Tujuan penetapan misi dan visi adalah untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang pembangunan dan ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berkaitan dengan jasa pengangkutan udara dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi, faktor keselamatan penerbangan dan terjaminnya keselamatan kekayaan negara. Sasaran yang hendak dicapai ialah untuk mempertahankan posisi market leader yang tangguh pada pasar domestik dan dapat mencapai status perusahaan penerbangan berbintang 5 pada pasar internasional untuk mewakili Indonesia sebagai flag carrier. Strategi: Dengan berdasarkan waktu, rencana strategi Garuda Indonesia saat ini dibagi menjadi tiga langkah yaitu Survival, Turnaround, dan Growth, dimana dalam tiap-tiap langkah terdiri dari item-item yang menjadi pusat perhatian. Rencana strategis memiliki tujuan akhir yaitu siap untuk IPO/Privatisasi. 10

11 Turnaround Growth Survival Ready Siap Untuk For IPO/ Privatization Privatisasi Expansion Ekspansi & Improvement Perbaikan Perlayanan Service & & Efficiency Efisiensi Daya Competitiveness saing 2006 Konsolidasi 2007 Rehabilitasi 2006 Consolidation 2007 Rehabilitation Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan Efisiensi Biaya / Peningkatan Pendapatan Mengurangi Arus Kas negatif Program Change Management Penataan Rute Perbaikan Operasional and Layanan SBU Citilink menjadi Anak Perusahaan Implementasi Strategic Partnership Persetujuan Strategic Partnership Divestasi Anak Persh / Korporatisasi SBU / Wujudkan JV Suntikan Modal disetujui Pemerintah Arus Kas Positif / Penguatan Basis Modal Gambar 1.2 Rencana Strategis Garuda Indonesia Sumber: Garuda Indonesia 2006 Dalam gambar di atas dijelaskan bahwa strategi survival yang meliputi konsolidasi dan rehabilitasi dilaksanakan pada tahun Strategi turnaround dilaksanakan pada tahun Pada tahun 2010 direncanakan untuk pelaksanaan strategi growth yang meliputi ekspansi dan perbaikan. Sementara itu citacita privatisasi Garuda Indonesia direncanakan setelah tahun Struktur Organisasi Organisasi perusahaan meliputi Board of Executive Member yang mengelola kelompok usaha, yang terdiri atas Perusahaan dan tiga buah anak perusahaan. Perusahaan memiliki tiga Strategic Business Unit (SBU) yaitu: Garuda Aviation Training & Education, Garuda Sentra Medika, dan Garuda Cargo. Anak perusahaan yang dimiliki adalah : PT Aerowisata, PT Abacus Distribution System Indonesia, dan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia PT. Lufthansa System Indonesia 11

12 STRUKTUR ORGANISASI PT. GARUDA INDONESIA Gambar 1.3 Struktur Organisasi Garuda Indonesia Sumber: Garuda Indonesia Sumber Daya Garuda Indonesia memiliki sumber daya berupa sumber daya manusia, teknologi, dan finansial Sumber Daya Manusia Garuda Indonesia memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari Board of Commissioners, Board of Management, dan para personil lainnya (pilot, kru kabin, engineering, dan lain sebagainya). Board of Commissioners PT. Garuda Indonesia adalah: Abdulgani (Chairman) Bambang Wahyudi (Members) Aries Muftie (Members) Slamet Riyanto (Members) 12

13 Board of Management dari PT. Garuda Indonesia adalah: Emirsyah Satar (Presiden & CEO) Sunarko Kuntjoro (EVP Engineering, Maintenance & Information System) Agus Priyanto (EVP Sales & Marketing) Arya R. Suryono (EVP Services) Achirina (EVP Business Support & Corporate Affairs) Capt. Ari Sapari (EVP Operations) Alex M.T. Maneklaran (EVP Finance) Adapun jumlah personil Garuda Indonesia (berdasarkan data Juli 2005): Tabel 1.4 Komposisi Personil Garuda Indonesia Pilot & Copilot 629 Flight Engineer 66 Cabin Crew Sales & Promotion 822 Airport Handling 460 Maintenance & Engineering 77 All other Personnel Strategic Business Unit: Garuda Aviation Training 126 Garuda Cargo 388 Garuda Medical Center 87 Citilink 85 Total Sumber: Garuda Indonesia Sumber Daya Teknologi Sumber daya teknologi yang dimiliki oleh maskapai Garuda Indonesia dapat dibilang memiliki pesawat-pesawat paling canggih dan baik diantara kompetitor Garuda Indonesia di dalam negeri. Pesawat-pesawat milik Garuda Indonesia berasal dari Boeing buatan Amerika Serikat dan Airbus buatan Eropa. 13

14 Tabel 1.5 Komposisi Armada Pesawat Garuda Indonesia No Tipe Pesawat Jumlah Total Kapasitas Tempat Duduk 1 Boeing Airbus Boeing NG Boeing Boeing Boeing Total 49 Sumber: Garuda Indonesia Selain pesawat pesawat diatas, Garuda Indonesia juga didukung oleh teknologi informasi (IT) yang digunakan dalam proses binisnya Sumber Daya Finansial Laporan laba rugi dan neraca Garuda Indonesia untuk kurun waktu dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.6 Laporan Laba Rugi dan Neraca Tahun Periode 11 bulan 30 November November 2006 Total Pendapatan 10,000 9,804 Total biaya operasional 10,764 10,466 Kerugian operasional (764) (663) Pendapatan lain-lain Kerugian sebelum pajak (672) (311) Pajak - 2 Rugi bersih (672) (309) Sumber: Kompas, Senin, 18 Desember 2006 Catatan: Belum diaudit selama 11 bulan (dalam miliar rupiah) Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 1999 Garuda Indonesia mengalami keuntungan sekitar Rp 410 miliar. Tetapi pada tahun 2000 keuntungan yang diperoleh Garuda Indonesia turun menjadi Rp 109 miliar. Akibat melemahnya rupiah terhadap USD dan meningkatnya persaingan industri penerbangan di Indonesia, Garuda Indonesia pada tahun 2001 mengalami kerugian sekitar Rp 130 miliar. Pada tahun 2002 Garuda Indonesia kembali meraih keuntungan sekitar Rp 503 miliar. 14

15 1.6 Tantangan Bisnis Jasa penerbangan Indonesia saat ini diwarnai dengan munculnya pemain-pemain baru di dalam industri penerbangan domestik. Hal tersebut didukung oleh kebijakan penerbangan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Kebijakan ini memberikan berbagai kemudahan untuk persyaratan pendirian maskapai penerbangan di Indonesia. Berdasarkan informasi melalui majalah Swa dituturkan bahwa potensi bisnis penerbangan Indonesia tergolong luar biasa. Setelah mengalami penurunan yang sangat tajam di tahun 1999 dengan 6,4 juta penumpang, jumlah penumpang terus merangkak cepat hingga ke angka 29 juta penumpang pada tahun 2005 di lingkup domestik. Angka itu naik 11,5% dibanding tahun sebelumnya (26 juta penumpang). Dilihat dari segi bisnis selama satu dekade terakhir dapat dilihat bahwa persaingan di layanan jasa penerbangan semakin menjamur sehingga persaingan pun semakin ketat. Akan tetapi, model bisnis low fare (tarif murah) yang diprakarsai Lion Air, disebutsebut menjadi pemicu yang signifikan. Model bisnis ini menjadi magnet orang berduyun-duyun ke bandara, meninggalkan stasiun kereta dan terminal bus antarkota. Model bisnis ini pula yang memaksa pemain lain mengambil sikap serupa sehingga terjadi perang tarif yang luar biasa, yang kemudian coba ditertibkan dengan berbagai aturan, termasuk regulasi seputar tarif referensi. Garuda yang merupakan maskapai penerbangan nasional (BUMN) juga mengalami dampak yang kurang baik dengan kondisi persaingan penerbangan saat ini. Walaupun jumlah penumpang yang diangkut Garuda masih yang terbanyak di antara maskapai lainnya. Tahun lalu 6,9 juta penumpang diangkut national flag carrier ini. Lima tahun terakhir ( ), Garuda juga melanjutkan dominasi tahun-tahun sebelumnya sebagai peringkat pertama pengangkut penumpang berdasarkan data yang diperoleh melalui majalah Swa yang dapat dilihat melalui gambar 1.4 dibawah ini. 15

16 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 Garuda Indonesia Lion Airlines Adam Air Mandala Airlines Sriwijaya Air Batavia Air Merpati Nusantara Wings Abadi Bouraq Indonesia Awair/Indonesia Air Asia 2,000,000 1,000, Gambar 1.4 Grafik Jumlah Penumpang Maskapai Penerbangan di Indonesia Sumber: Majalah SWA 18 Mei 2006 (Burung burung Besi dalam Seleksi) Adanya potensi pasar yang cukup besar ini, memang tak bisa dielakkan. Alice Tansari, Direktur Pengelola PT Metro Batavia melihat bisnis penerbangan domestik akan tumbuh sekitar 10% setiap tahun. Dengan catatan didukung kondisi ekonomi dan politik yang stabil. Diperkirakan tahun 2006 tumbuh 17,2% menjadi 34 juta penumpang, dan terus tumbuh dua digit hingga Dapat dilihat pada gambar

17 Gambar 1.5 Grafik Jumlah Penumpang Penerbangan Domestik Sumber: Majalah SWA 18 Mei 2006 (Burung burung Besi dalam Seleksi) Melihat proyeksi tersebut, tak heranlah, para pemain asing amat tertarik menggarap pasar Indonesia. Baik dengan terbang ke tujuan tertentu, maupun terlibat langsung dalam kepemilikan maskapai Indonesia. Buktinya, Air Asia sudah mengambil 49% saham dalam proyek membangkitkan kembali Awair. Air Asia bahkan mengubah nama maskapai ini menjadi Indonesia Air Asia. Qantas kini dalam tahap pembicaraan dengan Adam Air. Sementara Cardig International sudah mengucurkan Rp 300 miliar untuk mengakuisisi 100% saham kepemilikan Mandala Air. Potensi penerbangan Indonesia telah dilansir International Air Transport Association dalam pertemuan di Singapura, Februari lalu. Indonesia dan Vietnam dipandang sebagai penggerak utama pasar Asia Tenggara, bahkan di Asia Pasifik. Hingga 2014, ditaksir 870 juta penumpang akan bepergian di antara negara-negara Asia. Jumlah itu dua kali lipat dibanding Dan khusus untuk Indonesia, seperti dinyatakan Alice, proyeksi pertumbuhan ini akan sangat terkait dengan stabilitas ekonomi politik. Tentu saja tak ada yang bisa memastikan prediksi tersebut secara tepat karena segala kemungkinan bisa saja terjadi di tengah perjalanan bisnis masing-masing maskapai. Yang hampir dapat dipastikan adalah liberalisasi dunia penerbangan Asia Tenggara 17

18 terjadi pada 2010, setelah sebelumnya dijadwalkan liberalisasi angkutan kargo pada Di tahun 2010, Indonesia sudah harus membuka diri secara regional. Jadi, penerbangan dari negara-negara ASEAN selayaknya dapat langsung masuk ke berbagai tempat di Indonesia, dan sebaliknya dari Indonesia bisa terbang ke berbagai tempat di 10 negara ASEAN. Tentunya, kepastian ini menjadi persoalan yang tak sederhana. Terlebih masih banyak pelaku bisnis penerbangan yang belum siap bermain di pasar regional. Namun dengan berbekal pengalaman selama lebih dari 50 tahun, diharapkan Garuda Indonesia mampu untuk menghadapi tantangan bisnis di pasar regional. 1.7 Penghargaan Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan yang di akui dunia internasional. Hal ini dapat dibuktikan melalui banyaknya penghargaan yang diterima Garuda Indonesia baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Adapun penghargaan yang pernah diterima oleh Garuda Indonesia dapat dilihat ditabel 1.7 dibawah ini. YEAR Tabel 1.7 Award Garuda Indonesia AWARD Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA), by Frontier & SWA Air Safety Award (Best Airline Safety) SAP Indonesia Award - The Best Implementation of 1999 Amsterdam Airport Schiphol Award - Punctuality Intercontinental Airlines Air finance Award - Deal of the Year by Air Finance Journal, London Experiential Marketing & Emotional Branding Champion (EXEM), by SWA & Mark Plus & Co. Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA), by Frontier & SWA Amsterdam Airport Schiphol Award - Punctuality Intercontinental Award Innovator: Crisis Busting Award by Travel Weekly East Magazine Airbus Reliability Award - Excellence in A330 Operational Reliability for the year by Airbus Industries PATA ITB award - Best Marketing Effort Airline International by Travel Weekly East Indonesian Best Brand Award (IBBA) by MARS & SWA Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) by Frontier & SWA Indonesian Most Admired Companies (IMAC) by Frontier & Tempo Media Group 18

19 Indonesian Best Brand Award (IBBA) by MARS & SWA Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) by Frontier & SWA Super brand by Super brand International BUMN Award - Strategi Pelayanan - Hari Pelayanan Nasional Indonesia's Most Admired Companies (IMAC) by Frontier & Business Week ISO 9001 : 2000 (System Management Quality) From TUV Germany CASR 142/147 From DSKU (DGAC) Indonesian Best Brand Award (IBBA) 2004, -The Best Transportation Company - The Most Valuable Brand in Airline Service Indonesia Best Brand Award (IBBA) by MARS & SWA Indonesia Golden Brand Award by MARS & SWA Super brand Award by Super brand International Indonesia Customer Loyalty Award (ICLA) by Center Customer Satisfaction & Loyalty & MARKETING Call Center Award (best call center) by Center Customer Satisfaction & Loyalty & MARKETING The 4th E-Company Award 2005 dari majalah Warta Ekonomi Indonesian's The Most Admired Company (IMAC) Innovation Award by MARS, SWA and BPPT Keterangan: FRONTIER (Research Consultant) SWA (The Leading Business Magazine) MARS ( Marketing Research Specialist) TEMPO (Weekly Magazine) BUMN (State Owned Enterprises) MarkPlus & Co (Research Consultant) Warta Ekonomi (Weekly Business & IT Magazine) Center Customer Satisfaction & Loyalty (Research Consultant) MARKETING (Weekly Magazine) Sumber: Garuda Indonesia

20 20 BAB I Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik Indonesia dan, sebagaimana perusahaan ini tumbuh, jaringan

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik Indonesia dan, sebagaimana perusahaan ini tumbuh, jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garuda Indonesia sebagai national flag carrier kini melayani lebih dari 50% pasar domestik Indonesia dan, sebagaimana perusahaan ini tumbuh, jaringan customer service

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Perkembangan Bisnis Maskapai Penerbangan Domestik Sejak ada deregulasi penerbangan tahun 1999, banyak pemain-pemain dari swasta berlatar belakang pebisnis travel mendirikan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III. 1 Objek Penelitian III. 1. 1. Sejarah Singkat Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama Indonesian Airways. Pesawat pertama yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang harus dibayar oleh perusahaan agar tetap survive dalam bisnisnya. Apabila dahulu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut tetap menjadi pilihan utama konsumen. sertifkasi ISO. Dengan adanya sertifikasi tersebut, perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut tetap menjadi pilihan utama konsumen. sertifkasi ISO. Dengan adanya sertifikasi tersebut, perusahaan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan bisnis sekarang ini, untuk menghadapi persaingan global dibutuhkan suatu keunggulan agar dapat bersaing dengan berbagai perusahaan baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia Bisnis penerbangan di Indonesia semakin terlihat menjanjikan. Pengguna jasa penerbangan di negara kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak hanya produk berupa barang yang banyak memberikan manfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Di era modern dan perkembangan teknologi serta meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai BAB I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai maskapai Low Cost Carrier (LCC) dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam bidang jasa. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Observasi Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan dan keinginan dalam usaha untuk mempertahankan hidup, namun sering kali manusia tidak suka memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tahun-tahun mendatang muncul suatu tantangan yang harus dihadapi oleh setiap Badan Usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa (www.bps.go.id) menjadikannya sebagai negara terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika

Lebih terperinci

GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung

GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung Company Profile Sejarah perkembangan komersial di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari masamasa perjungan rakyat Indonesia dalam usaha mempertahankan kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis penerbangan khususnya untuk penerbangan berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. Untuk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri jasa penerbangan di Indonesia, khususnya untuk penerbangan komersial berjadwal semakin marak sejak dikeluarkannya deregulasi yang mengatur transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif dalam segala bidang usaha. Keberhasilan kompetisi ini sangat ditentukan oleh antisipasi pasar

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. sejarah PT Garuda Indonesia sebagai induk dari SBU Citilink. Sebagai national

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. sejarah PT Garuda Indonesia sebagai induk dari SBU Citilink. Sebagai national 8 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Sebelum masuk ke SBU Citilink yang merupakan unit usaha mandiri yang berada didalam lingkup perusahaan PT Garuda Indonesia maka perlu melihat sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang berorientasi pada keuntungan selalu mengharapkan profit dari usaha yang mereka keluarkan, profit tersebut digunakan baik untuk eksistensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi perpindahan barang dan orang terbesar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan aspek yang sangat penting bagi semua perusahaan yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa transportasi udara sejak awal berkembang dalam menanggapi peningkatan potensi pergerakan manusia yang tersebar dalam berbagai segmentasi masyarakat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih dari 240 juta jiwa dan termasuk negara yang memiliki banyak pulau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan meratanya distribusi kebutuhan sandang, pangan dan papan melalui berbagai macam moda transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk adalah maskapai penerbangan milik negara atau bisa disebut juga perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Pada Bab ini peneliti akan menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian. Pada bagian pertama akan dijabarkan mengenai profil perusahaan dimana memuat sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis

BAB I PENDAHULUAN. The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis perkiraan lalu lintas di industri penerbangan yang menunjukkan harapan akan menyambut sekitar 3,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha. wadah apa perusahaan didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha. wadah apa perusahaan didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk usaha Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan perusahaan, ada dua hal yang perlu diputuskan, yaitu dalam bidang

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Sekilas Tentang Angkasa Pura II Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dapat diketahui faktor eksternal dan faktor internal

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik, BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Mandala Airlines didirikan pada tanggal 17 April 1969 saat negara kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan aspek yang sangat penting bagi semua perusahaan yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 16 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia adalah sebuah perusahaan milik negara Republik Indonesia. Garuda Indonesia berkantor pusat di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian signifikan merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi industri transportasi dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004)

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004) I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penumpang angkutan udara dari waktu ke waktu cenderung meningkat, hal ini terlihat dari pengguna Bandara Soekarno-Hatta seperti terlihat dari Gambar 1. orang 1000000 900000

Lebih terperinci

BAB I. interaktif. Internet secara fisik dianalogikan sebagai jaring laba-laba (the web)

BAB I. interaktif. Internet secara fisik dianalogikan sebagai jaring laba-laba (the web) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet adalah jaringan komputer yang saling terhubung ke seluruh dunia tanpa mengenal batas teritorial, hukum, dan budaya, dimana dalamnya terdapat berbagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 2012,seperti yang tercantum pada theglobal-review.com menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi yang sangat besar, secara tidak langsung membuat masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan praktis (mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan semakin besar, banyak perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pelayanannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, transportasi di Indonesia semakin diperlukan bagi semua kalangan. Keberadaan sebuah sarana transportasi dalam kehidupan manusia menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian 1.1.1 PT. Garuda Indonesia (Persero)Tbk PT Garuda Indonesia (Persero) atau biasa dikenal dengan Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Garuda Indonesia sebagai bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di Indonesia dimulai ketika bangsa yang muda ini berjuang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, berikut akan disajikan kesimpulan hasil penelitian tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Hasil pengujian hipotesis pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian terutama kebutuhan mobilisasi manusia dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

Septiyani Putri Astutik 1) STTKD Yogyakarta. Abstrak

Septiyani Putri Astutik 1) STTKD Yogyakarta. Abstrak HUBUNGAN TINGKAT PERTUMBUHAN EXCESS BAGGAGE CHARGE DENGAN PENDAPATAN PERUSAHAAN PADA MASKAPAI GARUDA INDONESIA RUTE DENPASAR-SINGAPURA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL NGURAH RAI DENPASAR BALIPERIODE BULAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis sangat ketat khususnya pada bisnis jasa penerbangan. Hal ini menuntut setiap perusahaan menempatkan orientasi purchase decision pelanggan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di industri penerbangan Indonesia semakin meningkat, ditunjukkan dengan semakin banyak pemain maskapai penerbangan yang masuk ke pasar Indonesia,

Lebih terperinci

PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015

PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015 PAPARAN PUBLIK & ANALYST MEETING PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. Kinerja Kuartal I, 2015 Jakarta, 15 Mei 2015 1 Agenda Hal 1. Profil Perusahaan 3 8 2. Kinerja Operasional 9 13 3. Kinerja Keuangan 14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia adalah Negara kepulauan, maka membutuhkan banyak sarana transportasi untuk menunjang proses perdagangan, bisnis, dan segala transaksi maupun urusan antar

Lebih terperinci

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pariwisata khususnya di Indonesia semakin meningkat pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari sarana infrastruktur yang semakin tertata rapi sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir di Indonesia. Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik dan regional. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai

Lebih terperinci

Nilai Transaksi* Jml. Transaksi** Harga Terakhir Kapitalisasi Pasar***

Nilai Transaksi* Jml. Transaksi** Harga Terakhir Kapitalisasi Pasar*** Nilai Transaksi* 14.78 3.36 4.97 Jml. Transaksi** 32.85 9.59 13.43 Harga Terakhir 423 342 348 Kapitalisasi Pasar*** 8.74 8.85 9.01 Catatan: * Rata-rata Nilai Transaksi dalam Miliar Rupiah ** Rata-rata

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia Airlines. Peristiwa penerbangan pesawat Dakota RI-001 Seulawah dari Calcuta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia Airlines. Peristiwa penerbangan pesawat Dakota RI-001 Seulawah dari Calcuta 53 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden 4.1.1 Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia Airlines Peristiwa penerbangan pesawat Dakota RI-001 Seulawah dari Calcuta menuju Rangoon dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha penerbangan saat ini telah berkembang pesat dengan berbagai perubahan strategi bagi operator dalam menggunakan berbagai model penerbangan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Jasa penerbangan Indonesia saat ini diwarnai dengan munculnya pemain-pemain baru di dalam industri penerbangan domestik. Hal tersebut didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia 1.1.1 Profil Perusahaan Citilink adalah Unit Strategi Bisnis (USB) yang mandiri dari PT. Garuda Indonesia Airlines. Citilink lebih ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilhat dari ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN. wisata yang didirikan pada tahun 1981 oleh tim profesional yang dipimpin oleh Stanley,

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN. wisata yang didirikan pada tahun 1981 oleh tim profesional yang dipimpin oleh Stanley, BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN III.1 Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Wisata Dewa Tour and Travel Service merupakan perusahaan biro perjalanan wisata yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industry jasa, di sisi lain meningkatnya keperluan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandara tersibuk urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International (ACI)

Lebih terperinci

PAPARAN PUBLIK. PT DESTINASI TIRTA NUSANTARA Tbk. Jakarta, 2 Mei 2018

PAPARAN PUBLIK. PT DESTINASI TIRTA NUSANTARA Tbk. Jakarta, 2 Mei 2018 PAPARAN PUBLIK PT DESTINASI TIRTA NUSANTARA Tbk Jakarta, 2 Mei 2018 IKHTISAR KEUANGAN PUBLIC EXPOSE PT DESTINASI TIRTA NUSANTARA TBK KINERJA KEUANGAN 2017 PENDAPATAN USAHA LABA BRUTO LABA BERSIH Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Komputer 1.2 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Komputer 1.2 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Komputer Komputer merupakan suatu perangkat elektronik yang digunakan untuk mengolah data secara digital melalui program atau software yang ada di dalamnya. Komputer selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat. Peranan pesawat terbang sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Indonesia (Persero) Tbk dengan menggunakan laporan keuangan tahun 2008 hingga

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Indonesia (Persero) Tbk dengan menggunakan laporan keuangan tahun 2008 hingga BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan penilaian bisnis yang telah dilakukan oleh penulis pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan menggunakan laporan keuangan tahun 2008 hingga 2010 disimpulkan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk., suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 8 tanggal 4 Maret 1975 dan memperoleh status badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak perusahaan yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini seakan menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri penerbangan sudah banyak menjamur di Indonesia yang disebabkan adanya deregulasi pemerintah dalam bidang penerbangan. Deregulasi penerbangan di Indonesia

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.10/05/72/Th.XIV, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA MARET 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi prioritas utama untuk mencapai sasaran program pemerintah road map to zerro accident. Dalam peraturan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT... vi MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya sebesar 5,2 juta kilometer persegi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandar udara pengumpul atau hub di satu dari 12 bandar udara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Lingkungan Eksternal Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor pariwisata akan menjadi pendorong

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga aspek yaitu keselamatan penerbangan (safety), keselamatan gedung (security), dan total quality management

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring pesatnya kemajuan teknologi, segala sesuatu semakin mudah dilakukan, misalnya untuk mengakses informasi sangat mudah dilakukan dan cepat dilakukan semenjak

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 56 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Deskripsi Perusahaan PT. Target Wisata Nusantara atau sering disebut sebagai Target Tours didirikan pada tanggal 27 April 2000 oleh Bapak Yan Setiawan Lioe. Target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan perusahaan, ada dua hal yang perlu diputuskan, yaitu dalam bidang

Lebih terperinci

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000.

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan pasca peristiwa reformasi pada tahun 1998 ikut memicu perkembangan industri jasa transportasi udara nasional yang sempat terpuruk diterpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bisa bepergian kemana saja. Banyak maskapai melihat ini. persaingan penerbangan nasional yang semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bisa bepergian kemana saja. Banyak maskapai melihat ini. persaingan penerbangan nasional yang semakin ketat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah melakukan deregulasi penerbangan pada tahun 1996. Sejak itu, banyak usaha penerbangan Swasta dan BUMN yang terjun ke pasar ini. Hal ini juga dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan United

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan United BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan United Nation World Tourism Organization (UNWTO) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura II (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Departemen Perhubungan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk,Bidang,dan Pengembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura II (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 tahun 1984. Perubahan nama dari Perum

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bersamaan dengan pulihnya perekonomian Indonesia setelah krisis pada tahun 1997, Industri Penerbangan pun mengalami perkembangan yang signifikan. Indikasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dengan tujuan di antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dengan tujuan di antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan di antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat dalam berbagai bidang, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat dalam berbagai bidang, setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat dalam berbagai bidang, setiap perusahaan tentunya ingin terus maju dan tetap eksis serta mampu bersaing dengan para kompetitornya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini sarana transportasi memiliki peranan yang sangat vital untuk melakukan berbagai kegiatan, terlebih dalam dunia bisnis. Pertumbukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.pelayanan adalah

Lebih terperinci

LISA COMPANY PROFILE SEJARAH KAMI

LISA COMPANY PROFILE SEJARAH KAMI LISA COMPANY PROFILE SEJARAH KAMI LISA Tour & Travel adalah portal penyedia pemesanan tiket pesawat dan kereta api secara online dengan tenaga yang profesional. Kami menyediakan berbagai informasi seputar

Lebih terperinci

JURNAL JEMEN SISTEM. Dosen : Disusun oleh : KELAS 2DB01 JURUSAN

JURNAL JEMEN SISTEM. Dosen : Disusun oleh : KELAS 2DB01 JURUSAN JURNAL SISTEM INFORMASI MANAJ JEMEN 1 JURNAL PERUSAHAAN PT.GARUDAA INDONESIA (PERSERO). Tbk Dosen : Masimbangan Susannaa Herawati Disusun oleh : WAHYU EDI SANTOSO ( 39113197 ) uyhaw.ok@gmail.comm KELAS

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.14/07/72/Th.XIV, 03 Juli 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA MEI 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mobilitas masyarakat dewasa ini meningkat pesat. Hal ini dapat dilihat dari berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat dari

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN No. 52/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara

Lebih terperinci

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan UU No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut Angkasa Pura II atau Perusahaan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam

Lebih terperinci