BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia Airlines. Peristiwa penerbangan pesawat Dakota RI-001 Seulawah dari Calcuta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia Airlines. Peristiwa penerbangan pesawat Dakota RI-001 Seulawah dari Calcuta"

Transkripsi

1 53 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia Airlines Peristiwa penerbangan pesawat Dakota RI-001 Seulawah dari Calcuta menuju Rangoon dalam melaksanakan misi niaga pertama pada tanggal 26 Januari 1949 dijadikan hari lahir Garuda Indonesia Airlines. Garuda Indonesia Airlines pertama kali beroperasi pada tanggal 1 Maret pada tanggal 31 Maret 1950, Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat dan De Koninkelijke Luchtaart Maatshappij NV (KLM) dengan wakil Ermile Wan Konijburg mendirikan Garuda Indonesia Airways NV sesuai dengan akte No.137 dengan notaris RadeN Kadiman. Pemerintah Republik Indonesia Serikat memiliki 50% saham sejumlah 39 juta gulden. Awalnya armada Garuda Indonesia Airlines dalam melayani penerbangan di dalam negeri terdiri atas 20 pesawat DC-3/C-47 dan 8 pesawat jenis PBY Catalina Amphibi. Untuk melebarkan sayapnya, Garuda Indonesia Airlines telah mendapatkan armada baruu sehingga armada Garuda Indonesia Airlines berjumlah 53 pesawat dengan berbagai tipe seperti DC-3/C-47 Conyair Liner-240, Conyair Liner-340, Conyair Liner 440 dan D.Havikind Heron. Pada tanggal 24 Maret 1954, pemerintah RI menandatangani perjanjian dengan KLM NV sehingga semenjak hari itu Garuda Indonesia sepenuhnya merupakan perusahaan nasional dengan akte no.30 Notaris Raden Mester Soewandi. KLM NV sepenuhnya menyerahkan semua sahamnya kepada pemerintah Republik Indonesia.

2 54 Menteri Perhubungan Pimpinan Garuda Indonesia Airlines yang baru melakukan perbaikan perbaikan secara mendasar dimana seluruh pesawat diganti dengan pesawat yang dapat menunjang kemajuan perusahaan. Jaringan penerbangan kemudian diperluas meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia sedangkan untuk penerbangan ke luar negeri telah menjangkau Singapura, Thailand dan Filipina. Dewasa ini jaringan penerbangan Garuda Indonesia Airlines selain di dalam negeri juga telah menjangkau ke seluruh dunia seperti Eropa, Australia, Amerika dan Asia yang dilayani pesawat pesawat mutakhir seperti tipe B , B , Airbus A330, B 737 dan F28. Kesuksesan yang diraih oleh Garuda Indonesia Airlines tidak luput dari peran pimpinan puncak perusahaan yaitu Direktur Utama. Berikut adalah nama nama yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia Airlines : Tabel 4. 1 Nama Nama Direktur Garuda Indonesia Airlines no NAMA PERIODE JABATAN 1 Dr.E.Konijnerbur Ir.Soetopo Marsdya (TNI). Iskandar 1959 April Captain Pratono April 1961 April Captain Soedarmo April 1965 Februari Wiweko Soepono, S.E Februari 1968 November R.A.J Lumenta November 1984 Januari M. Soeparno Januari 1988 Januari W. Mulyono Januari 1992 Januari Soepandi Januari 1995 Juni 1998

3 55 11 Robby Djohan Juni 1998 Agustus Abdul Gani Agustus 1999 Maret Indra Setiawan Maret Emirsyah Satar 2005 sekarang Sumber : PT. Garuda Indonesia Airlines Visi dan Misi Garuda Indonesia Airlines Visi Garuda Indonesia Airlines Visi dari Garuda Indonesia Airlines yaitu menjadi perusahaan penerbangan yang disegani atau memiliki keunggulan bersaing di Asia yang mengalami pertumbuhan secara berkesinambungan (sustainable growth) Misi Garuda Indonesia Airlines Misi dari Garuda Indonesia Airlines terdiri atas beberapa hal yaitu sebagai berikut : 1. memberikan pelayanan jasa angkutan udara yang berkualitas dan berorientasi kepada kepuasan pengguna jasa melalui pengelolaan secara profesional 2. memupuk keuntungan dengan menyelenggarakan usaha jasa pengangkutan udara baik berupa pengangkutan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lainnya baik dalam lingkup domestik maupun internasional serta kegiatan lain yang berkaitan dengan bidang usaha pengangkutan udara

4 56 3. melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang pembangunan ekonomi nasional khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang terkait Garuda Indonesia Airlines merumuskan budaya perusahaan dan mengajak seluruh karyawannya untuk ikut serta dalam mengimplementasikan. Budaya perusahaan yang dimiliki adalah sebagai berikut : 1. Tampil sebagai yang terbaik 2. Unjuk kerja dalam memuaskan pelanggan secara konsisten adalah prestasi kita 3. Bekerja dengan benar sejak awal untuk mencapai kualitas terbaik 4. Selalu proaktif memanfaatkan setiap peluang dan perubahan yang ada 5. Maju bersama menuju sukses semua hal tersebut dirangkum seluruh maknanya dalam motto Garuda Indonesia Airlines : One Spirit, One Goal, One Team. Hal tersebut menandakan bahwa Garuda Indonesia Airlines dengan seluruh unsurnya akan berusaha maksimal untuk menampilkan yang terbaik darinya melalui kepekaan dan kebutuhan seluruh pihak terkait Organisasi dan Manajemen Garuda Indonesia Airlines Struktur manajemen Garuda Indonesia Airlines memiliki tanggung jawab dan tugas yang berbeda. Tanggung jawab dan tugas dari setiap bagian unit dapat dijelaskan sebagai berikut :

5 57 1. Direktur Utama Direktur Utama bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam mengambil langkah dan kebijaksanaan keluar, Direktur Utama mendasarkan keputusan atas kebijakan perusahaan yang dipertimbangkan oleh para direktur serta masukan yang diberikan oleh Staf Ahli yang sesuai dengan bidangnya. Direktur Utama selaku pimpinan tertinggi dan pengambil keputusan, menggariskan kebijakan di tingkat administrasi dalam menyusun rencana kerja manajemen dengan mempertimbangkan masukan dari para Direktur dan juga memperhatikan masukan lainnya. 2. Direktur / Direksi Di dalam menjalankan tugasnya, Direktur Utama dibantu oleh 5 direktur yaitu Direktur Strategi dan Umum, Direktur Keuangan, Direktur Operasi dan Direktur Niaga. Direktur memiliki tugas dan kewenangan untuk memberikan masukan dan mengkoordinasikan pengelolaan ruang lingkup kegiatan yang dipercayakan serta sebagai penanggung jawab kegiatan yang berlangsung dalam ruang lingkup tersebut kepada Direktur Utama. Para Direktur juga menggariskan kebijakan perusahaan dan menciptakan rencana kerja di jajaran depan ruang lingkup kegiatan masing-masing serta mengkoordinasikan rencana tersebut dengan jajaran organisasi yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan tersebut. 3. Satuan Pengawas Intern Satuan Pengawas Intern merupakan suatu badan yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang dari seluruh bagian di perusahaan agar tidak terjadi penyimpangan di dalam pelaksanaannya dan melaporkannya langsung kepada Direktur Utama.

6 58 4. Staf Ahli Staf Ahli merupakan suatu tim yang memberikan masukan dan pendapat kepada Direktur Utama terhadap suatu permasalahan yang dihadapi perusahaan agar tidak terjadi penyimpangan di dalam pelaksanaannya dan melaporkannya langsung kepada Direktur Utama. 5. Direktur Operasi Tugas dan fungsi dari Direktur Operasi adalah mengorganisasikan seluruh kegiatan operasional pesawat yang meliputi keselamatan penerbangan, operasi penerbangan, perencanaan & pengendalian operasi awak kabin, dukungan operasi serta kerekayasaan dan pengembangan operasi yang memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan dan kenyamanan pemakai jasa penerbangan yang sesuai dengan kebijakan perusahaan. 6. Dinas Operasi Dinas operasi merupakan dinas atau unit yang berada di bawah direktorat operasi. Unit ini berfungsi untuk menyediakan pelayanan operasi penerbangan yang aman dan tepat waktu serta mengutamakan kualitas pelayanan yang terbaik bagi pelanggan. Tugas lain dari unit ini adalah sebagai berikut : a) Menetapkan rencana kerja dan pelaporan kinerja per bulan serta menyusun anggaran tahunannya b) Menyediakan sumber daya awak pesawat dan personel pendukung operasi dalam jumlah dan kualitas yang memenuhi standar operasi penerbangan serta Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil. c) Mengelola / mengatur koordinasi seluruh sumber daya manusia yang ada dalam perencanaan dan pengelolaan operasi penerbangan agar berjalan

7 59 secara efektif, efisien dan tepat waktu dengan menggunakan tekhnologi yang tepat. d) Menetapkan pelatihan bagi penerbang e) Menyediakan pelayanan penerbangan profesional setara dengan perusahaan penerbangan terbaik di Asia Awak Kabin Garuda Indonesia Airlines Definisi dari awak kabin sendiri tercipta bersamaan dengan nama Garuda Indonesia Airways. Nama Garuda Indonesia Airways tercipta pada tahun 1949 dan sejak saat itu pula para awak kabin yang juga sering disebut dengan pramugarapramugari terlibat aktif di dalam penerbangan nasional. Pada intinya, tugas awak kabin adalah sama di dalam perusahaan penerbangan manapun yaitu memberikan pelayanan kepada penumpang yang menggunakan jasa penerbangan perusahaan tersebut. Hellen E.McLaughin dalam buku berjudul Footsteps in The Sky (1994) menyatakan bahwa sejarah munculnya awak kabin bersumber dari kepentingan atas kehadiran juru rawat pesawat udara. Pada tahun 1922, Daimler Airways telah menghadirkan peran awak kabin di dalam penerbangan. Konsep utama dari para awak kabin tersebut adalah mengenai bagaimana meyakinkan penumpang dalam hal pengamanan dan kenyamanan di dalam penerbangan. Tugas lain yang harus diperankan oleh awak kabin udara adalah sebagai garda depan antara hubungan perusahaan dengan masyarakat. Awak kabin terdiri atas pria dan wanita yang bekerja sama sebagai suatu tim dengan awak pesawat lainnya seperti pilot sehingga menghasilkan pelayanan yang maksimal kepada penumpang. United Airlines yang sebelumnya bernama Boeing Air Transport sebenarnya merupakan pelopor lahirnya peran awak kabin. Menurut Ellen Church, salah seorang

8 60 perintis dan pelaku peran awak kabin di Boeing Air Transport, mengutarakan bahwa latar belakang awak kabin dalam suatu penerbangan sangatlah penting mengingat peran dari awak kabin tersebut sebagai pemberi keyakinan dan keselamatan bagi penumpang. Semakin dikenalnya peran awak kabin membuat Pan American Airlines memperkenalkan konsep yang berasal dari istilah Steward yang terdiri atas Service, Tact, Efficiency, Wisdom, Ability, Responsbility dan Dependability. Berdasarkan aturan aturan yang berlaku di dunia penerbangan internasional maka Garuda Indonesia Airlines sebagai perusahaan penerbangan nomor satu di Indonesia juga memiliki persyaratan persyaratan tertentu untuk menjadi awak kabin di Garuda Indonesia Airlines. Persyaratan tersebut di antaranya adalah minimal pendidikan terakhir berijazah SLTA, memiliki penampilan yang menarik, memiliki sikap dan tingkah laku yang baik seperti kemampuan komunikasi dan adaptasi yang baik. Persyaratan yang telah disebutkan harus terpenuhi untuk menjadi seorang awak kabin. Hal tersebut sangat ditekankan dalam proses seleksi dan rekruitmen yang dilakukan perusahaan karena awak kabin merupakan citra atau cermin perusahaan yang berhubungan langsung dengan pengguna jasa penerbangan. Setelah berhasil lulus dalam tahapan seleksi, para calon awak kabin diharuskan mengikuti dan lulus dalam pelatihan dasar yaitu pelatihan Initial New Hire. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan bekal kompetensi yang memadai berdasarkan 2 konsep besar yaitu pelayanan dan keamanan sehingga mampu menunjukkan kinerja awak kabin yang optimal. Yang bertindak sebagai instruktur pada pelatihan ini disebut sebagai Flight Attendant Checker. Flight Attendant Checker merupakan para awak kabin yang ditugaskan untuk melaksanakan

9 61 pelatihan dan evaluasi bagi siswa awak kabin dan juga berperan sebagai awak kabin yang aktif dalam tugas penerbangan. Setelah para siswa awak kabin berhasil lulus dalam pelatihan tersebut, awak kabin tersebut dapat diikutsertakan dalam penerbangan dengan status sebagai Flight Attendant Junior. Untuk dapat memonitor kinerja dari para awak kabin junior dan senior dalam penerbangan maka pada setiap penerbangan terdapat satu orang awak kabin senior dengan persyaratan yang telah ditetapkan bertindak sebagai Flight Service Manager. Flight Service Manager ini merupakan penyelia awak kabin yang ditugaskan untuk melaksanakan pelatihan dan evaluasi kinerja awak kabin dalam penerbangan yang dipimpinnya dalam suatu penerbangan. Hasil dari evaluasi kinerja tersebut nantinya akan dilaporkan kepada Deputy Chief awak kabin. Deputy Chief awak kabin ini merupakan pejabat struktural yang membawahi awak kabin secara langsung. Seluruh proses pemantauan yang dilakukan terhadap awak kabin Garuda Indonesia Airlines terangkum menjadi suatu proses yang disebut sebagai Flight Attendance Performance Monitoring Kegiatan Usaha Garuda Indonesia Airlines Garuda Indonesia Airlines menjalankan misi niaga pertama kali di Birma yang diawali dengan penerbangan Dakota RI-001 Seulawah dari Kalkuta menuju Rangoon pada tanggal 26 Januari Sejak itu, Garuda Indonesia memulai karir penerbangan komersial pertama yang dimiliki oleh Indonesia. Saat ini Garuda Indonesia Airlines terus mengalami perubahan secara bertahap dan semakin modern untuk menyelaraskan diri dengan permintaan yang terus meningkat terhadap jasa penerbangan udara.

10 62 Dengan dukungan armada yang memadai, Garuda Indonesia mampu menjangkau 18 kota di Indonesia yaitu Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Semarang, Denpasar, Ampenan, Banjarmasin, Balikpapan, Pontianak, Ujung Pandang, Manado, Biak dan Jayapura. Selain itu, juga menerbangi 24 kota besar di benua Asia, Eropa dan Australia. Selain dukungan yang bersifat fasilitas, Garuda Indonesia juga menerapkan tekhnologi komputer ke berbagai aktivitas perusahaan seperti AMEGA untuk melayani kebutuhan suku cadang dalam perawatan pesawat terbang, ARGA untuk reservasi penerbangan serta sistem komputerisasi operasi penerbangan untuk membantu manajemen penerbangan baik dalam hal fasilitas pesawat maupun penjadwalan penugasan awak kabin. Hal ini dilakukan untuk menjawab tantangan perkembangan zaman dan juga kompetisi bisnis penerbangan yang dinamis. Keberhasilan Garuda Indonesia Airlines dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia dalam manajemen Garuda Indonesia Airlines dapat dibuktikan dengan penghargaan internasional yang didapatkan diantaranya adalah sebagai berikut : a) Pelatihan Berstandar Internasional Garuda Aviation Training telah mendapatkan sertifikat ISO-2000 untuk Pelatihan Berstandar Internasional pada tanggal 26 Januari 2000 dari Lembaga Sertifikasi Jerman. b) Perawatan/ Perbaikan Bersertifikat FAA Garuda Maintenance Facility pada tanggal 28 Januari 2000 dinyatakan FAA (Federal Aviation Administration) memenuhi persyaratan sehingga layak dan memenuhi jaminan kualitas untuk melaksanakan seluruh perawatan pesawat termasuk mesin dan komponen pesawat.

11 63 c) Sistem Informasi Berstandar Internasional Garuda Information System mendapatkan ISO-2000 pada tanggal 25 Mei 2000 dari Lembaga Sertifikasi Belanda DNV (Det Norske Varitas) d) Kepuasan Pelanggan Lembaga riset pemasaran Frontier bekerja sama dengan majalah bisnis SwaSembada memberikan penghargaan ICSA (Indonesia Customer Satisfaction Award) selama 3 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2000, 2001 dan Penghargaan tersebut didasarkan pada survei langsung terhadap konsumen di 6 kota besar yaitu Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Medan dan Makasar dengan melibatkan responden survei dengan 3 parameter utama sebagai berikut : 1) Kepuasan konsumen terhadap kualitas produk atau layanan 2) Kepuasan harga dibandingkan dengan kualitas produk dan layanan 3) Persepsi mengenai ada atau tidaknya merek penerbangan lain Dalam aspek Total Customer Satisfaction pada tanggal 7 September 2000 untuk pertama kalinya Garuda Indonesia Airlines mendapatkan penghargaan ICSA. Hal ini menandakan bahwa Garuda Indonesia Airlines berhasil memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya. Garuda Indonesia Airlines berhasil menyisihkan 2 nominator lainnya yaitu Merpati Nusantara Airlines dan Bouraq. Berikut adalah hal-hal yang dinilai dalam penghargaan tersebut : 1) Tepat Waktu Pada tanggal 18 Januari 2001, Garuda Indonesia Airlines dinyatakan sebagai Punctuality Intercontinental Airline 2000 oleh bandara Schiphol, Amsterdam

12 64 2) Akses Tercepat PT. SAP Indonesia menyatakan Garuda Indonesia Airlines sebagai pelaksana akses tercepat dalam sistem SAP yang meliputi aplikasi terintegrasi beberapa aspek seperti akuntansi, keuangan,manajemen aset, manajemen sumber daya manusia dan lainnya. Penghargaan tersebut diberikan pada tanggal 17 Oktober ) Inovasi Penghargaan inovasi berupa Crisis Busting Award untuk kategori International Airlines dari majalah Travel Weekly East pada tanggal 30 Juli Keberhasilan Garuda Indonesia Airlines ditentukan oleh kerjasama yang kokoh dalam meningkatkan kinerja perusahaan yang baik sehingga menghasilkan penerbangan yang tepat waktu, kualitas layanan yang efisien dan efektif, sumber daya manusia yang berkualitas serta tingkat pendapatan yang semakin meningkat. Peran terbesar dari keberhasilan yang telah dicapai ini dipegang oleh program pelatihan yang diberikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garuda Indonesia atau yang dikenal dengan Garuda Indonesia Training Center (GITC) Implementasi Pelatihan Initial New Hire Pelatihan Initial New Hire merupakan perpaduan kerja dari 2 elemen di Garuda Indonesia Airlines yaitu unit Flight Attendant Standard & Development (CCD) dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garuda Indonesia. Segala hal yang

13 65 berkaitan dengan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dibawahi oleh unit Flight Attendant Standard & Development (CCD). Tugas dari unit ini diantaranya adalah : 1. Memutuskan dan menjelaskan mengenai Buku Panduan Pelayanan Awak Kabin Reguler dan Haji 2. Memutuskan dan menjelaskan mengenai standar penampilan dan sikap serta tingkah laku dalam pelayanan sebagai awak kabin 3. Menyusun kurikulum dan silabus untuk pelatihan awak kabin 4. Merancang dan menyusun peraturan dan pedoman bagi awak kabin reguler dan haji. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garuda Indonesia merupakan sarana pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang terdapat di Garuda Indonesia Airlines. Pusdiklat Garuda Indonesia dilengkapi dengan sarana gedung kelas, perkantoran, asrama, tempat beribadah, gedung serba guna dan beberapa sarana olahraga seperti lapangan voli, lapangan basket, lapangan tenis dan juga kolam renang. Selain itu, Pusdiklat juga memiliki fasilitas dan peralatan dengan tekhnologi mutakhir untuk menunjang pelatihan keselamatan penerbangan yang sesuai dengan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation). Seluruh fasilitas yang ada di Pusdiklat juga berstandar internasional seperti simulator penerbangan, Cockpit Procedure Trainer, Flight Safety dan juga Mock Up. Kolam renang yang ada juga memiliki standar tertentu karena digunakan dalam practical drill seperti CPR, fire fighting dan evakuasi di darat dan laut. Selain itu, Pusdiklat juga bekerjasama dengan Akademi Perhotelan Bandung dan Akademi

14 66 Pariwisata Sahid Jaya dalam memberikan pendidikan manajemen transportasi udara bagi para awak kabin. Komunikasi dalam PT.Garuda Indonesia bersifat cross-sectored dimana komunikasi antar departemen harus terjalin dengan baik. Hubungan antara unit Flight Attendant Standard & Development (CCD) dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Garuda Indonesia diantaranya adalah tidak hanya mengenai proses pelatihan seperti tipe pelatihan, silabus pelatihan, training handout, peralatan pegajaran akan tetapi juga meliputi pengembangan prosedur pelatihan, job specification untuk instruktur, jadwal pelatihan serta hasil dan laporan pelatihan. Program pelatihan yang diadakan bagi awak kabin secara garis besar mengenai 2 hal yaitu service dan safety. Salah satu program pelatihan yang diadakan bagi awak kabin adalah Program Pelatihan Initial New Hire merupakan program yang wajib diikuti oleh awak kabin Garuda Indonesia yang belum pernah bertugas. Pelatihan Initial New Hire ini bertujuan diantaranya sebagai berikut : 1. memahami dan mengaplikasikan keseluruhan peraturan mengenai keamanan 2. memahami dan mengaplikasikan sistem manajemen mengenai keamanan 3. memahami tipe pesawat dan spesifikasi/perbedaan setiap tipe pesawat 4. mengatur komunikasi diantara awak kabin dalam situasi normal dan darurat 5. menunjukkan kinerja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh prosedur dan pekerjaan pada situasi normal

15 67 6. menunjukkan kinerja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh prosedur dan pekerjaan pada situasi abnormal 7. menunjukkan kinerja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh prosedur dan pekerjaan pada situasi darurat. Persyaratan untuk mengikuti program Pelatihan Initial New Hire ini adalah para awak kabin yang telah memiliki lisensi yang valid. Durasi dari program Pelatihan Initial New Hire ini adalah 32 jam. Jumlah partisipan dalam pelatihan ini adalah minimum 12 orang dan maksimum 24 orang. Metode yang digunakan dalam program pelatihan ini adalah perkuliahan, diskusi, Hands On dan Drill. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan diadakan ujian secara tertulis yang memiliki standar kelulusan 80. Apabila peserta tidak lulus dalam ujian maka akan dilakukan re-exam dengan standar kelulusan 85, jika dalam ujian ulang tersebut peserta gagal maka akan diikutsertakan dalam program pelatihan selanjutnya yang disebut pelatihan rekualifikasi. 4.2 Hasil Penelitian Dalam analisis ini akan diberikan hasil tanggapan responden mengenai efektivitas pelatihan Initial New Hire yang diberikan oleh perusahaan kepada para siswa awak kabin. Pernyataan yang diberikan terdiri atas pernyataan yang terkait dengan tingkat analisis efektivitas pelatihan yaitu tingkat reaksi (tingkat 1), tingkat pembelajaran (tingkat 2), tingkat perilaku (tingkat 3) dan tingkat hasil (tingkat 4). Hasil pengelolaan data sebagai jawaban responden terhadap efektivitas pelatihan

16 68 Initial New Hire pada awak kabin Garuda Indonesia Airlines adalah sebagai berikut : Analisis Efektivitas Pelatihan Tingkat 1 Dalam analisis tingkat reaksi akan diberikan tanggapan responden mengenai tingkat kepuasan peserta terhadap program pelatihan yang diselenggarakan, sehingga dapat dilakukan perbaikan atas program tersebut. Pernyataan yang diberikan pada analisis tingkat reaksi ini terdiri atas pernyataan tentang program pelatihan, fasilitas pelatihan dan metode pengajaran instruktur. Hasil pengelolaan data sebagai jawaban responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pada pelatihan initial new hire adalah sebagai berikut : Program Pelatihan Tanggapan responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pelatihan initial new hire pada program pelatihan dapat diliihat pada grafik berikut : Grafik 4. 1 Grafik Tanggapan Responden Terhadap Program Pelatihan Tanggapan Responden terhadap Program Pelatihan Sistematika program Kesesuaian waktu 97 Manfaat pelatihan bagi Series Kualitas training manual Sumber : Diolah Penulis

17 69 Berdasarkan perolehan data yang didapat pada grafik di atas dapat diketahui bahwa rata rata nilai total yang didapatkan dari tanggapan 30 orang responden terhadap efektivitas program pelatihan dengan skala penilaian adalah 89 atau dapat dinyatakan dengan prosentase 89 %. Nilai tertinggi terdapat pada aspek penilaian manfaat pelatihan bagi peserta yaitu sebesar 97 % sedangkan penilaian efektivitas terendah terdapat pada aspek penilaian kualitas training manual yaitu 84 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program pelatihan Initial New Hire dinilai efektif oleh peserta pelatihan Fasilitas dan Pelayanan Pelatihan tabel tanggapan responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pelatihan initial new hire pada fasilitas dan pelayanan pelatihan Grafik 4. 2 Tanggapan Responden Terhadap Fasilitas Pelatihan Tanggapan Responden Terhadap Fasilitas Pelatihan Media pelatihan Kenyamanan ruang kelas Kualitas makanan & minuman yang Pelayanan karyawan Series Sumber : Diolah Penulis

18 70 Berdasarkan perolehan data yang didapat pada grafik di atas dapat diketahui bahwa rata rata nilai total yang didapatkan dari tanggapan 30 orang responden terhadap fasilitas dan pelayanan pelatihan dengan skala penilaian adalah 93 atau dapat dinyatakan dengan prosentase 93 %. Nilai tertinggi terdapat pada aspek penilaian pelayanan karyawan yaitu sebesar 100 % sedangkan penilaian efektivitas terendah terdapat pada aspek penilaian media pelatihan yaitu 85 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fasilitas dan pelayanan pelatihan Initial New Hire dinilai efektif oleh peserta pelatihan Instruktur / Fasilitator Grafik tanggapan responden terhadap efektivitas tingkat reaksi pelatihan Initial New Hire pada instruktur pelatihan dapat dijelaskan sebagai berikut : Grafik 4. 3 Tanggapan Responden Terhadap Instruktur Tanggapan Responden Terhadap Instruktur Penguasaan instruktur terhadap Kejelasan dan sistematika dalam Kemampuan pengelolaan kelas Kehadiran dan ketepatan waktu Series Sumber : Diolah Penulis Berdasarkan perolehan data yang didapat pada grafik di atas dapat diketahui bahwa rata rata nilai total yang didapatkan dari tanggapan 30 orang responden

19 71 terhadap fasilitas dan pelayanan pelatihan dengan skala penilaian adalah 89 atau dapat dinyatakan dengan prosentase 89 %. Nilai tertinggi terdapat pada aspek kejelasan dan sistematika dalam penyampaian materi pembelajaran yaitu sebesar 91 % sedangkan penilaian efektivitas terendah terdapat pada aspek penguasaan instruktur terhadap materi pembelajaran yaitu 85 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kepuasan peserta terhadap instruktur tinggi Analisis Efektivitas Pelatihan Tingkat 2 Dalam analisis tingkat pembelajaran akan diberikan data yang berkaitan dengan hasil pembelajaran yang didapatkan oleh peserta pelatihan. Tujuan pembelajaran memegang peranan penting dalam mengukur efektivitas pada tingkat 2 karena tujuan pembelajaran memberikan informasi mengenai hasil pelatihan yang diharapkan dan mendefinisikan kompetensi ata kinerja tertentu yang diharapkan sehingga pelatihan dapat dikatakan berhasil. Pengukuran tingkat pembelajaran terdiri atas pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan sikap. Hasil pengelolaan data sebagai jawaban responden terhadap efektivitas tahap pembelajaran pada pelatihan initial new hire adalah sebagai berikut : Grafik 4. 4 Grafik Tingkat Pembelajaran Siswa Pelatihan Initial New Hire Grafik Tingkat Pembelajaran Sisw a Pelatihan Initial New Hire Materi 1 materi 2 materi 3 materi 4 materi 5 materi 6 Series1 2,566 2,24 2,028 2,24 2,06 2,02 Sumber : Diolah Penulis

20 72 Berdasarkan perolehan data yang didapat dari 30 orang siswa pelatihan pada grafik di atas dapat diketahui bahwa dengan skala pengukuran tingkat pembelajaran 1-4 tingkat pembelajaran tertinggi peserta pelatihan terdapat pada materi 1 yaitu sebesar 2,566 dan tingkat pembelajaran terendah terdapat pada materi 6 yaitu sebsar 2,02. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa rata rata tingkat pembelajaran yang didapat peserta pelatihan pada setiap materi adalah sebesar 2, Evaluasi Hasil Penelitian Evaluasi Efektivitas Tahap Reaksi Efektivitas pada tahap reaksi mengukur tingkat kepuasan peserta terhadap komponen pelatihan yang bersifat fisik. Berdasarkan data yang didapat, ketiga komponen pelatihan yang dievaluasi pada tahap reaksi yaitu program pelatihan, fasilitas pelatihan dan instruktur pelatihan, mendapat nilai tingkat kepuasan yang sangat tinggi. Hal ini merupakan suatu indikator yang baik bagi suatu pelatihan bahwa pada tingkat evaluasi terendah mendapat nilai yang sangat baik. Akan tetapi,evaluasi pada tahapan ini tidak mengindikasikan secara keseluruhan bahwa pelatihan yang dilakukan bersifat tepat guna atau efektif karena efektivitas pelatihan seharusnya mengukur sejauh mana pembelajaran didapatkan dan bagaimana aplikasi pembelajaran tersebut di dalam lingkungan kerja sehari-hari. Data evaluasi tahap reaksi dapat dijadikan sebagai data pendukung dalam memahami permasalahan di dalam tahapan evaluasi selanjutnya.

21 Evaluasi Efektivitas Tahap Pembelajaran Berdasarkan data yang didapat melalui self rating yang dilakukan 30 orang siswa pelatihan dapat diketahui bahwa tingkat pembelajaran tertinggi peserta pelatihan terdapat pada materi 1 yaitu sebesar 2,566 dan tingkat pembelajaran terendah terdapat pada materi 6 yaitu sebsar 2,02. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa rata rata tingkat pembelajaran yang didapat peserta pelatihan pada setiap materi adalah sebesar 2,19. Materi 1 merupakan materi yang menjelaskan mengenai dasar- dasar manajemen sumber daya awak kabin. Tujuan pembelajaran dalam materi ini terkait dengan penambahan pengetahuan dan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut ke dalam konteks lingkungan kerja. Sedangkan materi 6 secara garis besar menjelaskan mengenai keamanan di dalam pesawat. Tujuan pembelajaran dalam materi ini meliputi penambahan pengetahuan dan kemampuan implementasi di dalam lingkungan kerja. Dilihat dari tujuan pembelajaran, kedua materi ini memiliki jenis tujuan pembelajaran yang sama. Hal ini terkait dengan teori belajar dewasa yang dikemukakan oleh Malcolm Knowless bahwa individu akan terlibat dalam pembelajaran secara optimal apabila individu tersebut memiliki pengalaman yang dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran. Dilihat dari segi pengalaman tentunya sebagai siswa awak kabin yang belum pernah bertugas dalam penerbangan maka mempelajari materi yang berkaitan dengan manajemen sumber daya akan

22 74 lebih mudah dan optimal dibandingkan mempelajari materi yang berkaitan dengan kondisi darurat di dalam penerbangan. Tingkat kompetensi yang disusun dalam tujuan dan rancangan pembelajaran juga mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran dalam suatu pelatihan. Dalam pelatihan initial new hire, tingkat kompetensi yang diukur dapat dipetakan sebagai berikut : no Tingkat kompetensi Item no 1 Pengetahuan 1,2,4,6,8,10,11,12,19,20,24,25,26,27,28,29 2 Afektif 3,21,23,30 3 Psikomotorik 5,7,9,13,14,15,17,18,22, Keseluruhan tingkat kompetensi di atas mendapat rata-rata penilaian yang tinggi dari siswa pelatihan. Hal ini juga menandakan bahwa tujuan pembelajaran dari pelatihan bukanlah permasalahan yang dihadapi dalam evaluasi efektivitas pelatihan Initial New Hire pada awak kabin Garuda Indonesia Airlines. Data yang didapat pada tahap pembelajaran digunakan sebagai data pembanding dalam evaluasi tahap selanjutnya.

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik, BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Mandala Airlines didirikan pada tanggal 17 April 1969 saat negara kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tahun-tahun mendatang muncul suatu tantangan yang harus dihadapi oleh setiap Badan Usaha

Lebih terperinci

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Observasi Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan dan keinginan dalam usaha untuk mempertahankan hidup, namun sering kali manusia tidak suka memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih dari 240 juta jiwa dan termasuk negara yang memiliki banyak pulau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia Bisnis penerbangan di Indonesia semakin terlihat menjanjikan. Pengguna jasa penerbangan di negara kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut tetap menjadi pilihan utama konsumen. sertifkasi ISO. Dengan adanya sertifikasi tersebut, perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut tetap menjadi pilihan utama konsumen. sertifkasi ISO. Dengan adanya sertifikasi tersebut, perusahaan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan bisnis sekarang ini, untuk menghadapi persaingan global dibutuhkan suatu keunggulan agar dapat bersaing dengan berbagai perusahaan baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik Indonesia dan, sebagaimana perusahaan ini tumbuh, jaringan

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik Indonesia dan, sebagaimana perusahaan ini tumbuh, jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garuda Indonesia sebagai national flag carrier kini melayani lebih dari 50% pasar domestik Indonesia dan, sebagaimana perusahaan ini tumbuh, jaringan customer service

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persoalan kualitas dalam dunia bisnis kini sepertinya sudah menjadi harga yang harus dibayar oleh perusahaan agar tetap survive dalam bisnisnya. Apabila dahulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis penerbangan khususnya untuk penerbangan berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. Untuk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang berorientasi pada keuntungan selalu mengharapkan profit dari usaha yang mereka keluarkan, profit tersebut digunakan baik untuk eksistensi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III. 1 Objek Penelitian III. 1. 1. Sejarah Singkat Garuda Indonesia didirikan pada tanggal 26 Januari 1949 dengan nama Indonesian Airways. Pesawat pertama yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak perusahaan yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini seakan menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam bidang jasa. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif dalam segala bidang usaha. Keberhasilan kompetisi ini sangat ditentukan oleh antisipasi pasar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. maskapai dengan sistem penerbangan full service carrier. kenyamanan dan pelayanan diberikan secara maksimal..

BAB III LANDASAN TEORI. maskapai dengan sistem penerbangan full service carrier. kenyamanan dan pelayanan diberikan secara maksimal.. BAB III LANDASAN TEORI Kebutuhan masyarakat akan transportasi udara yang semakin meningkat mengakibatkan bukan hanya masyarakat kelas atas saja yang membutuhkan transportasi jenis ini. Pasca penerapan

Lebih terperinci

Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia

Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia Daftar Kecelakaan Pesawat di Indonesia http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=278102 Senin, 29 Desember 2014, 05:03:00 SEKARANG INI 28 Desember 2014 Airbus A320-200 milik Air Asia dengan rute

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 SEJARAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Penerbangan Indonesia dari masa ke masa: a. Tahun 1913: Penerbangan Pertama di Indonesia Pada tanggal 19 Februari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga aspek yaitu keselamatan penerbangan (safety), keselamatan gedung (security), dan total quality management

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT.Angkasa Pura II (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Departemen Perhubungan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan P.T. Sriwijaya Air atau lebih dikenal dengan nama Sriwijaya Air adalah perusahaan penerbangan swasta nasional yang saat ini eksis meramaikan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Oleh karena itulah membangun kepercayaan konsumen dan citra perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Oleh karena itulah membangun kepercayaan konsumen dan citra perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis bus antar kota dan lintas provinsi baik yang kecil maupun yang besar sangat ketat dalam dewasa ini. Keputusan untuk menggunakan jasa bus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha. wadah apa perusahaan didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha. wadah apa perusahaan didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk usaha Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan perusahaan, ada dua hal yang perlu diputuskan, yaitu dalam bidang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.12/06/72/Th.XIV, 02 Juni 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA APRIL 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN. A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang

BAB II. GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN. A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang BAB II GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan

Lebih terperinci

Kuesioner Efektivitas Pelatihan Initial New Hire. pada Awak Kabin Garuda Indonesia Airlines

Kuesioner Efektivitas Pelatihan Initial New Hire. pada Awak Kabin Garuda Indonesia Airlines Kuesioner Efektivitas Pelatihan Initial New Hire pada Awak Kabin Garuda Indonesia Airlines NIM : Jenis Kelamin : Angkatan : Suku : Pendidikan Terakhir : Status : Lajang/Berpacaran/Bertunangan Umur : Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industry jasa, di sisi lain meningkatnya keperluan masyarakat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.22/11/72/Th.XIV, 01 Nopember 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA SEPTEMBER 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak hanya produk berupa barang yang banyak memberikan manfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Di era modern dan perkembangan teknologi serta meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi pada masa sekarang sangat cepat. Teknologi Informasi adalah salah satu alat yang digunakan para manajer untuk mengatasi perubahan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.08/04/72/Th.XIV, 03 April 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA FEBRUARI 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Perusahaan Pada tahun 1995, sebuah perusahaan dengan fokus usaha di bidang Freight Forwarding yang beralamat di JL.Yos Sudarso Kav.89 Boulevard

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tertentu. Begitu juga halnya perjalanan PT. Bahana Sejahtera Tour and Travel

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tertentu. Begitu juga halnya perjalanan PT. Bahana Sejahtera Tour and Travel BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah adalah rangkuman perjalanan masa lalu dalam kurun waktu tertentu. Begitu juga halnya perjalanan PT. Bahana Sejahtera Tour and Travel

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Di awal perkembangan kegiatan industri di Indonesia yang semakin pesat, kebutuhan akan sarana transportasi yang dapat dengan cepat dan tepat,

Lebih terperinci

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang sangat pesat, terutama pada jasa penerbangan yang setiap tahun selalu meningkat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Bambang Hariadi, 2002:17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Bambang Hariadi, 2002:17) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dimulai dari kondisi perekonomian Indonesia yang mengalami krisis berkepanjangan hingga peningkatan yang pesat di bidang teknologi transportasi maupun komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wira Gauthama,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wira Gauthama,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pengaruh globalisasi transportasi udara dalam dekade terakhir ini berpengaruh langsung terhadap peningkatan kebutuhan dan kualifikasi tenaga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, berikut akan disajikan kesimpulan hasil penelitian tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Hasil pengujian hipotesis pertama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT... vi MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pariwisata khususnya di Indonesia semakin meningkat pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari sarana infrastruktur yang semakin tertata rapi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN No.124 yang berlokasi di Jalan Moh. Toha No.147 Km 6,1 Bandung,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN No.124 yang berlokasi di Jalan Moh. Toha No.147 Km 6,1 Bandung, BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah singkat PT ALENATEX PT ALENATEX didirikan pada tahun 1982 dengan akta notaris tgl 29 Mei 1979 No.124 yang berlokasi di Jalan Moh. Toha No.147 Km 6,1 Bandung,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 707 TAHUN 2012

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 707 TAHUN 2012 MENTERI KEPUTUSAN MENTERI NOMOR 707 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN YANG DAPAT DIDUDUKI OLEH TENAGA KERJA ASING PADA KATEGORI TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN GOLONGAN POKOK ANGKUTAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.10/05/72/Th.XIV, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA MARET 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk adalah maskapai penerbangan milik negara atau bisa disebut juga perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ). Perusahaan

Lebih terperinci

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan.

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan. a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, b. Mengikuti perkembangan tehnologi, sehingga dapat menyediakan kepada pimpinan informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dan akan terus bertambah tiap tahunnya. Dalam perkembangannya, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. banyak dan akan terus bertambah tiap tahunnya. Dalam perkembangannya, perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah perusahaan di Indonesia sangat banyak dan akan terus bertambah tiap tahunnya. Dalam perkembangannya, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat meningkatkan kemampulabaannya. Strategi bersaing suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat meningkatkan kemampulabaannya. Strategi bersaing suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era pasar bebas yang sangat kompetitif pada saat ini, banyak cara perusahaan melakukan berbagai strategi dalam upaya memenangkan kompetisi agar dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.14/07/72/Th.XIV, 03 Juli 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA MEI 2017 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Dirgantara Indonesia Pada tahun 1976 merupakan era baru bagi bangsa Indonesia karena dengan dikeluarakanya peraturan Pemerintah No. 12 tanggal 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sekilas AUTO2000 Body Paint

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sekilas AUTO2000 Body Paint BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sekilas AUTO2000 Body Paint AUTO2000 berdiri pada tahun 1975 dengan nama Astra Motor Sales, dan baru pada tahun 1989 berubah nama menjadi AUTO2000.

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PROPOSAL KERJA PRAKTEK 1 PROPOSAL KERJA PRAKTEK I. JUDUL KERJA PRAKTEK Kegiatan ini dinamakan Kerja Praktek di PT. GMF Aeroasia II. LATAR BELAKANG Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, dimana tuntutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian 1.1.1 PT. Garuda Indonesia (Persero)Tbk PT Garuda Indonesia (Persero) atau biasa dikenal dengan Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat. Peranan pesawat terbang sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai BAB I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai maskapai Low Cost Carrier (LCC) dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri penerbangan sesuai jadwal dan kemampuan membeli tiket.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri penerbangan sesuai jadwal dan kemampuan membeli tiket. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jalur transportasi udara kini selalu jadi alternatif utama bagi pengguna transportasi yang membutuhkan waktu lebih cepat untuk sampai di daerah tujuan. Dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maskapai Garuda 7,665,390 8,398,017 9,993,272 13,701,879 15,304,472

BAB I PENDAHULUAN. Maskapai Garuda 7,665,390 8,398,017 9,993,272 13,701,879 15,304,472 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kebutuhan mobilitas jarak jauh penduduk Indonesia akan membuat industri penerbangan kembali bertumbuh pesat pada tahun 2013. Pertumbuhan jumlah penumpang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir di Indonesia. Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik dan regional. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan perusahaan, ada dua hal yang perlu diputuskan, yaitu dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan meratanya distribusi kebutuhan sandang, pangan dan papan melalui berbagai macam moda transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan pesat, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan kumulatif PDB tahun 2010 pada sektor perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 INTI PENELITIAN

BAB 3 INTI PENELITIAN BAB 3 INTI PENELITIAN 3.1 Sejarah PT.Sriwijaya Air Sriwijaya Air berdiri tepat pada Hari Pahlawan, yaitu 10 November tahun 2003.Dengan bermodalkan satu armada pesawat Boeing 737-200,Sriwijaya memulai penerbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan para pemangku kepentingan perusahaan. penyelenggaraan diklat serta Pengelolaan pusat pelatihan.

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan para pemangku kepentingan perusahaan. penyelenggaraan diklat serta Pengelolaan pusat pelatihan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis memperhatikan bahwa industripenerbangan khususnya pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa lain yang terkait dengan fasilitas bandar udara sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Industri penerbangan Indonesia adalah industri yang memiliki persaingan yang kompetitif. Persaingan yang kompetitif ini dialami tidak hanya dengan maskapai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIVEGAMORA. PT. Rivegamora berdiri dengan akte pendirian No.16 tanggal 22

BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIVEGAMORA. PT. Rivegamora berdiri dengan akte pendirian No.16 tanggal 22 BAB II GAMBARAN UMUM PT. RIVEGAMORA 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Rivegamora berdiri dengan akte pendirian No.16 tanggal 22 November 2000 dan telah terdaftar di notaris Alina Hanum, SH. Didalam akte

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat yang bersamaan. Tidak seperti produk manufaktur dimana hasil

BAB I PENDAHULUAN. pada saat yang bersamaan. Tidak seperti produk manufaktur dimana hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sifat dari jasa atau pelayanan adalah diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Tidak seperti produk manufaktur dimana hasil produksi dapat

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2009 MENCAPAI 60,59 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2009 MENCAPAI 60,59 PERSEN No. 06/02/34/TH.XII, 01 Februari 2010 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2009 MENCAPAI 60,59 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2009 MENCAPAI 51,71 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2009 MENCAPAI 51,71 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.03/01/34/Th.XII, 04 Januari 2010 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2009 MENCAPAI 51,71 PERSEN Pada bulan November 2009 Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif di era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif di era globalisasi mendorong perusahaan untuk tidak sekedar menerapkan berbagai strategi, tetapi perusahaan juga harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia adalah Negara kepulauan, maka membutuhkan banyak sarana transportasi untuk menunjang proses perdagangan, bisnis, dan segala transaksi maupun urusan antar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.18/09/72/Th.XIII, 01 September 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA JULI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Universitas Bina Nusantara pada awalnya adalah sebuah lembaga pendidikan komputer jangka pendek yang berdiri pada tanggal 21 Oktober 1974

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi informasi pada era globalisasi ini sangat berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi informasi pada era globalisasi ini sangat berpengaruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi pada era globalisasi ini sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya, semakin maju dan canggihnya teknologi

Lebih terperinci

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004)

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004) I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penumpang angkutan udara dari waktu ke waktu cenderung meningkat, hal ini terlihat dari pengguna Bandara Soekarno-Hatta seperti terlihat dari Gambar 1. orang 1000000 900000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Sukses Mandiri adalah perusahaan jasa yang bergerak dibidang pendidikan & pelatihan kursus mengemudi mobil yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tingkat kepuasan pelanggan / penumpang Garuda Indonesia dengan responden adalah anggota Garuda Frequent Flyer (GFF)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan industri membawa pengaruh besar bagi kehidupan manusia terutama dalam dunia usaha sekarang ini. Bisnis di zaman sekarang ini telah

Lebih terperinci

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bersamaan dengan pulihnya perekonomian Indonesia setelah krisis pada tahun 1997, Industri Penerbangan pun mengalami perkembangan yang signifikan. Indikasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut dengan istilah Official schedule adalah schedule. penerbangan yang dihasilkan oleh operations center system dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut dengan istilah Official schedule adalah schedule. penerbangan yang dihasilkan oleh operations center system dan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perusahaan yang bergerak di industri airlines, produk utama yang dijual kepada konsumen adalah: tempat, waktu dan tujuan perjalanan yang disebut dengan istilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang sangat pesat, terutama pada jasa penerbangan yang setiap tahun selalu meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, manusia telah memasuki jaman yang mendunia,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, manusia telah memasuki jaman yang mendunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, manusia telah memasuki jaman yang mendunia, luas dan tak terbatas. Terbukti dengan adanya berbagai kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan cara menjelaskan fakta yang ada dilapangan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN

BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN A. SEJARAH SINGKAT PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Perturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah

Lebih terperinci

ABSTRAK Analisis Kualitas Pelayanan PT Garuda Indonesia Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang Sektor Semarang.

ABSTRAK Analisis Kualitas Pelayanan PT Garuda Indonesia Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang Sektor Semarang. ABSTRAK Semakin banyaknya perusahaan penerbangan yang beroperasi di Indonesia baik itu perusahaan domestik maupun perusahaan mancanegara tentunya akan membuat persaingan semakin ketat untuk memperebutkan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,94 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,94 PERSEN No. 08/02/34/Th.XVI, 3 Februari 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2013 63,94 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN No. 03/01/34/Th.XV, 2 Januari 2013 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2012 60,79 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I. Yogyakarta

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perancangan Sistem Manajemen Mutu. Pada PT. Garuda Indonesia. Pedoman Mutu. Sistem Manajemen Mutu Perusahaan

Lampiran 1. Perancangan Sistem Manajemen Mutu. Pada PT. Garuda Indonesia. Pedoman Mutu. Sistem Manajemen Mutu Perusahaan 180 Lampiran 1 Perancangan Sistem Manajemen Mutu Pada PT. Garuda Indonesia Pedoman Mutu Sistem Manajemen Mutu Perusahaan Dalam menjalankan proses bisnisnya, PT. Garuda Indonesia harus menerapkan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 2012,seperti yang tercantum pada theglobal-review.com menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Jasa penerbangan Indonesia saat ini diwarnai dengan munculnya pemain-pemain baru di dalam industri penerbangan domestik. Hal tersebut didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diatasi. Masalah yang banyak terjadi didalam organisasi diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diatasi. Masalah yang banyak terjadi didalam organisasi diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini, isu mengenai perubahan organisasi merupakan hal yang sangat penting. Organisasi akan selalu dihadapkan pada persoalan dan tantangan baru yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam efisiensi waktu

BAB I PENDAHULUAN. transportasi sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam efisiensi waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi perkembangan alat transportasi sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam efisiensi waktu dan kecepatan. Terutama

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 SEBESAR 67,11 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 SEBESAR 67,11 PERSEN No. 07/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 SEBESAR 67,11 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman telah mendorong manusia untuk terus berkembang, tidak terkecuali dengan dunia penerbangan. Pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat dan diringi dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA SURAKARTA No.06/03/72/Th.XIII, 01 Maret 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI UDARA di SURAKARTA JANUARI 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui

Lebih terperinci

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Perekonomian Jambi yang mampu tumbuh sebesar 5,89% pada tahun 2006 merupakan prestasi tersendiri. Pada awal tahun bekerjanya mesin ekonomi

Lebih terperinci