Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A"

Transkripsi

1 PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 2 RINGKASAN RESTU DIRESIKA KISWORO. PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER DI KALANGAN MAHASISWA. Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008 (Di bawah bimbingan SITI SUGIAH MUGNIESYAH). Ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai dimensi kehidupan, termasuk pendidikan, diduga berhubungan dengan berbagai faktor, diantaranya ideologi gender yang terinternalisasi pada hampir semua masyarakat. Mahasiswa sebagai generasi muda nantinya akan mengisi posisi-posisi strategis dalam kelembagaan masyarakat Indonesia di masa depan, sehingga persepsi dan konsep diri mahasiswa mengenai peranan gender dalam keluarga, masyarakat, dan bernegara serta faktor-faktor yang mempengaruhinya akan menentukan keberhasilan pembangunan dalam mewujudkan KKG dalam beragam dimensi kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari mengenai : (1) persepsi identitas gender -maskulin, feminin, dan androgini- yang terinternalisasi pada mahasiswa TPB IPB, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya, (2) Peranan gender -produktif, reproduktif, dan pengelolaan masyarakat dan politik- yang menjadi bagian dari konsep diri mahasiswa TPB IPB, (3) Agen sosialisasi gender di kalangan mahasiswa yang berperan mempengaruhi pembentukan identitas gender dan konsep diri peranan gender mahasiswa TPB IPB, dan (4) Stereotipe gender di kalangan mahasiswa TPB IPB serta harapan atas peranan gender mereka, khususnya ketika mereka akan memilih pasangan hidup dalam membentuk keluarga inti.

3 3 Penelitian ini dilakukan di lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Dramaga. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa IPB merupakan Perguruan Tinggi Negeri yang mampu menjangkau mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, yang selanjutnya akan menghasilkan karakteristik mahasiswa yang beragam, dan IPB merupakan miniatur masyarakat yang multikultur, karena terdiri dari mahasiswa dengan karakteristik budaya yang berbeda-beda, sehingga diasumsikan terdapat interaksi antar etnik yang mempengaruhi persepsi identitas gender dan konsep diri peranan gender individu. Penelitian ini mengacu pada beragam konsep, teori-teori, dan metodologi berkenaan dengan komunikasi gender, khususnya tentang persepsi, konsep diri, identitas, dan peranan gender serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di tingkat lapangan, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data yang diambil mencakup data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh meliputi semua data/dokumen yang mendukung analisis pada penelitian ini, khususnya data yang diperoleh dari instansi Institut Pertanian Bogor, khususnya divisi Tingkat Persiapan Bersama. Pengumpulan data dilakukan pada periode April hingga Juni Secara umum, mahasiswa laki-laki memiliki identitas gender yang maskulin dan mahasiswa perempuan memiliki identitas gender feminin. Peranan gender dalam keluarga mahasiswa, masih menunjukkan pembagian kerja yang tegas antara anggota keluarga laki-laki dan perempuan. Peranan reproduktif dominan dikerjakan oleh perempuan -ibu dan anak perempuan, sedangkan peranan produtif dan organisasi dominan dikerjakan oleh laki-laki -ayah dan anak laki-laki-. Persepsi identitas gender dan konsep diri gender diukur oleh faktor-

4 4 faktor, yakni karakteristik individu, keluarga, lembaga pendidikan, organisasi, dan media massa. Dari lima peubah sebagai agen sosialisasi nilai gender tersebut, yang terbukti memiliki hubungan positif dengan identitas gender mahasiswa, hanya jenis kelamin dan media massa, selanjutnya diikuti dengan peubah keluarga, teman sebaya, pengalaman organisasi. Mahasiswa TPB IPB etnik Batak, baik laki-laki maupun perempuan cenderung lebih maskulin dibandingkan dengan ketiga etnik lainnya, sedangkan mahasiswa etnik Minangkabau dan Jawa justru lebih memiliki konsep diri netral. Stereotipe mahasiswa juga menganggap etnik Batak lebih banyak memiliki sifatsifat maskulin, dan etnik Jawa lebih banyak memiliki sifat-sifat netral. Terhadap harapan-harapannya mengenai pasangan hidup, mahasiswa TPB IPB etnik Jawa cenderung menginginkan memiliki pasangan hidup yang berasal dari suku yang sama, tidak demikian dengan mahasiswa etnik Batak dan Minangkabau yang cenderung lebih netral dalam menentukan pasangan hidup. Dilihat dari tingkat pendidikan, mahasiswa laki-laki lebih menginginkan pasangannya kelak memiliki tingkat pendidikan yang setara dengannya, sedangkan mahasiswa perempuan lebih menginginkan pasangan hidup mereka memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, karena terdapat persepsi bahwa laki-laki harus mengayomi keluarga dan harus lebih pintar dari perempuan.

5 5 PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER DI KALANGAN MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh RESTU DIRESIKA KISWORO A Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

6 6 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun: Nama : Restu Diresika Kisworo No. Pokok : A Judul : Persepsi Identitas Gender dan Konsep Diri Tentang Peranan Gender di Kalangan Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus Ujian :

7 7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER DI KALANGAN MAHASISWA (KASUS MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN AJARAN 2007/2008) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, September 2008 Restu Diresika Kisworo A

8 8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 23 Juni 1986 dari Ayah bernama Thoyib Kisworo dan Ibu Titiek Mulyatieningsih. Penulis merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara dengan 2 kakak bernama Betty Arumtyasari Kisworo dan Sukma Samudro Kisworo. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar BINA INSANI Bogor pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun Selanjutnya, tahun 2001 penulis melanjutkan sekolah di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menempuh kegiatan akademik, penulis menjadi Asisten Mata Kuliah Komunikasi Bisnis pada semester enam tahun ajaran 2006/2007. Penulis juga aktif menjadi anggota organisasi internal dan eksternal kampus. Pada organisasi internal; Himpunan Profesi MISETA periode sebagai anggota divisi Public Relation, dan aktif pada berbagai kepanitian acara, diantaranya PR in Showbiz and Mass Media (PRIZMA) pada tahun 2006 sebagai Sekretaris dan Charity and Responsibility of Environment (CARE) pada tahun 2007 sebagai Koordinator Acara, serta aktif pada organisasi eksternal; Satuan Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA) periode 2007-sekarang, sebagai Bendahara Umum.

9 9 UCAPAN TERIMA KASIH Segala Puji dan Syukur hanya dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul Persepsi Identitas Gender dan Konsep Diri Tentang Peranan Gender Di Kalangan Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008). Dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada: 1. Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dari awal pembuatan Studi Pustaka hingga penyelesaian skripsi ini. 2. Ir. Rr. Melani Abdulkadir Sunito, M.Sc., selaku penguji utama yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi ini dan selaku Pembimbing Akademik yang banyak memberikan bimbingan dan nasihat selama penulis menyelesaikan perkuliahan. 3. Ir. Dwi Sadono, M.Si., selaku penguji dari Departemen KPM yang telah banyak mengkoreksi kesalahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Keluargaku Tercinta, Papa, Mama, Kak Betty, Kak Wisnu, Nara dan Kak Sukma yang telah memberikan do a, semangat dan dukungan tanpa mengenal lelah. 5. Teman-teman seperjuangan KPM 41, khususnya Erna Safitri Purwaningtyas atas kebersamaan dalam suka dan duka dari penyusunan Studi Pustaka hingga Skripsi ini selesai. Teman-teman penyemangatku, Icha, Shelvie, Firly, Mella, Yulie, Ceqko, Nessa, Disty, Momon, Yundhe, Mira atas motivasi dan kerjasamanya, serta Maharandy Fadlan Monoarfa dan keluarga, atas dukungan, motivasi, aspirasi, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian Skripsi ini. 6. Teh Rina Suhartini. Terima kasih atas bantuan, motivasi dan semangat dalam proses pengeditan hingga penyelesaian Skripsi ini.

10 10 7. Fauzi, Cici, Gilang, Ika, Egi, dan Idham, selaku Asisten Mata Kuliah Sosiologi Umum atas kesediaan waktunya membantu penulis dalam pelaksanaan survei, serta Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB Angkatan 43, khususnya kelompok A09, A12, A18, A15, A19, dan A27 atas kesediaannya sebagai responden penulis. 8. Civitas Akademis Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi IPB yang telah memberikan pengajaran yang terbaik, juga kepada seluruh staf penunjang di lingkungan KPM-FEMA, khususnya Mbak Maria dan Mbak Nisa yang telah membantu segala admistrasi selama perkuliahan, serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor, September 2008 Penulis

11 11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...10 BAB II. PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Pengertian Gender dan Tri Peranan (Tripple Roles) Pengertian dan Pembentukan Persepsi Identitas Gender Teori-teori Pembentukan Identitas Gender Pengertian dan Pembentukan Konsep Diri Peranan Gender Konsep Psikologi Androgini Pelaku Sosialisasi Gender (Significant Others) Pengertian dan Teori-teori Sistem Kekerabatan Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional...30 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Populasi dan Sampel Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB IV. PROFIL GENDER INSTITUT PERTANIAN BOGOR Profil Kampus Institut Pertanian Bogor Sejarah Singkat IPB Profil Gender IPB Tingkat Persiapan Bersama...47

12 12 BAB V. BAB VI. PROFIL GENDER MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2008/ Karakteristik Individu Jenis Kelamin Suku Bangsa Preferensi Teman Sebaya Karakteristik Keluarga Tingkat Pendidikan Orang Tua Status Bekerja Orang Tua Sistem Kekerabatan Struktur Keluarga Karakteristik Lembaga Pendidikan Tokoh Dominan Guru di Sekolah Guru Favorit di Sekolah dan Gaya Kepemimpinannya Karakteristik Organisasi Pemuatan Nilai Gender Dalam Media Massa Ikhtisar...65 PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN AGEN SOSIALISASI YANG MEMPENGARUHINYA Identitas Gender Mahasiswa Agen Sosialisasi Yang Mempengaruhi Identitas Gender Mahasiswa Hubungan Karakteristik Individu Dengan Identitas Gender Mahasiswa Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Identitas Gender Mahasiswa Hubungan Lembaga Pendidikan Dengan Identitas Gender Mahasiswa Hubungan Karakteristik Organisasi Mahasiswa Dengan Identitas Gender Mahasiswa Hubungan Media Massa Dengan Identitas Gender Mahasiswa Iktisar...77 BAB VII. KONSEP DIRI GENDER DAN STEREOTIPE MAHASISWA Konsep Diri Empat Etnik Dominan Stereotipe Mahasiswa Hubungan Stereotipe dan Konsep Diri Mahasiswa Konsep Diri Peranan Gender Peranan Produktif Peranan Reproduktif Peranan Pengelolaan Masyarakat dan Politik Persepsi Harapan-harapan Mahasiswa Terhadap Pasangan Hidup Persepsi Domain Program Studi Mayor-Minor di IPB Ikhtisar... 94

13 13 BAB VIII. PENUTUP Kesimpulan Saran...98 LAMPIRAN DAFTAR PUTAKA

14 14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 1. Sebaran Mahasiswa Menurut Kelas Sosiologi Umum dan Asal Etnik (TPB 2007/2008) Tabel 2. Sebaran Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Menurut Fakultas dan Jenis Kelamin, Tahun Tabel 3. Perkembangan Mahasiswa Baru TPB IPB Menurut Tahun Masuk dan Jenis Kelamin (dalam persen) Tabel 4. Perkembangan Jumlah Mahasiswa TPB IPB Menurut Pulau Asal dan Tahun Masuk (dalam persen) Tabel 5. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Jalur Penerimaan, Program Studi Mayor Eksakta dan Jenis Kelamin, Tahun 2007/ Tabel 6. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Jalur Penerimaan, Program Studi Mayor Ilmu Sosial dan Jenis Kelamin, Tahun 2007/ Tabel 7. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Jenis Kelamin Tabel 8. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Etnik (dalam persen) Tabel 9. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Lokasi Asal dan Etnik (dalam persen) Tabel 10. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Preferensi Teman Sebaya (dalam persen). 54 Tabel 11. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Tingkat Pendidikan Orang Tua (dalam persen) 55 Tabel 12. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Status Bekerja Orang Tua (dalam persen) Tabel 13. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Sistem Kekerabatan (dalam persen) Tabel 14. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Pola Struktur Keluarga (dalam persen) Tabel 15. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Bentuk Perkawinan Orang Tua (dalam persen) Tabel 16. Status Perkawinan Orang Tua Mahasiswa TPB IPB Pada Saat Mahasiswa Kecil dan Pada Saat Ini (dalam persen) 59 Tabel 17. Keberadaan Saudara Kandung Mahasiswa TPB IPB Menurut Jenis Kelamin (dalam persen).. 60 Tabel 18. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Tokoh Guru Dominan di Sekolah (dalam persen) 61 Tabel 19. Guru Favorit Mahasiswa TPB IPB Menurut Gaya Kepemimpinan dan Jenis Kelamin Guru (dalam persen) 62 Tabel 20. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Pengalaman Organisasi (dalam persen) Tabel 21. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Kategori Acara Favorit Dalam Media Massa (dalam persen) Tabel 22. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Identitas Gender (dalam persen)... 68

15 Tabel 23. Sebaran Mahasiswa Menurut Preferensi Jenis Kelamin Teman Sebaya Dan Identitas Gender di Kalangan Mahasiswa TPB IPB 70 Tabel 24. Sebaran Mahasiswa Menurut Sistem Kekerabatan Dan Identitas Gender di Kalangan Mahasiswa TPB IPB Tabel 25. Sebaran Mahasiswa Menurut Pola Struktur Keluarga Dan Identitas Gender di Kalangan Mahasiswa TPB IPB Tabel 26. Sebaran Mahasiswa Menurut Jenis Kelamin Guru Favorit Dan Identitas Gender di Kalangan Mahasiswa TPB IPB 73 Tabel 27. Sebaran Mahasiswa Menurut Jenis Kelamin Guru Favorit Dan Identitas Gender di Kalangan Mahasiswa TPB IPB 74 Tabel 28. Sebaran Mahasiswa Menurut Pemuatan Nilai Gender Pada Media Massa Dan Identitas Gender di Kalangan Mahasiswa TPB IPB Tabel 29. Konsep Diri Maskulin Pada Empat Etnik Dominan di Kalangan Mahasiswa TPB IPB Menurut Kategori Sifat Bem Tabel 30. Konsep Diri Feminin Pada Empat Etnik Dominan di Kalangan Mahasiswa TPB IPB Menurut Kategori Sifat Bem Tabel 31. Konsep Diri Netral Pada Empat Etnik Dominan di Kalangan Mahasiswa TPB IPB Menurut Kategori Sifat Bem Tabel 32. Stereotipe Sifat Maskulin Pada Empat Etnik Dominan di Kalangan Mahasiswa TPB IPB Menurut Kategori Sifat Bem (dalam persen) Tabel 33. Stereotipe Sifat Feminin Pada Empat Etnik Dominan di Kalangan Mahasiswa TPB IPB Menurut Kategori Sifat Bem (dalam persen) Tabel 34. Stereotipe Sifat Netral Pada Empat Etnik Dominan di Kalangan Mahasiswa TPB IPB Menurut Kategori Sifat Bem (dalam persen) Tabel 35. Aktivitas Produktif Yang Dilakukan Anggota Keluarga Lakilaki dan Perempuan di Kalangan Mahasiswa TPB IPB (dalam persen).. 85 Tabel 36. Aktivitas Reproduktif Yang Dilakukan Anggota Keluarga Lakilaki dan Perempuan di Kalangan Mahasiswa TPB IPB (dalam persen).. 86 Tabel 37. Aktivitas Kursus dan Organisasi Yang Dilakukan Anggota Keluarga Laki-laki dan Perempuan di Kalangan Mahasiswa TPB IPB (dalam persen).. 88 Tabel 38. Harapan Mahasiswa TPB IPB Terhadap Latar Belakang Suku Pasangan Menurut Asal Etnik (dalam persen) Tabel 39. Harapan Mahasiswa TPB IPB Terhadap Latar Belakang Pendidikan Menurut Asal Etnik (dalam persen) Tabel 40. Harapan Mahasiswa TPB IPB Terhadap Pelaku Aktivitas Dalam Keluarga Menurut Triple Role Moser (dalam persen) Tabel 41. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Persepsi Domain Program Studi Mayor Eksakta IPB (dalam persen) Tabel 42. Sebaran Mahasiswa TPB IPB Menurut Persepsi Domain Program Studi Mayor Ilmu Sosial IPB (dalam persen)

16 16 DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 1. Halaman Diagram Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Tak Bebas Dalam Penelitian... 29

17 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh masih rendahnya hasil pembangunan SDM di Indonesia yang tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Data Indonesia Human Development Report BPS- BAPENAS-UNDP 2004 melaporkan bahwa nilai IPM Indonesia pada tahun 2002 sebesar , dan menempatkan Indonesia pada menempati urutan 111 dari 177 negara di dunia. Selanjutnya, pemerintah juga mengakui masih rendahnya kualitas hidup perempuan Indonesia yang ditunjukkan oleh lebih rendahnya Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia dibandingkan IPMnya serta rendahnya angka Indeks Pemberdayaan Gender atau IDG (Gender Empowerment Measurement atau GEM). Data IPG Indonesia pada tahun 2002 sebesar 59.2, sementara IDGnya sebesar Angka IDG Indonesia ini menempatkan Indonesia pada urutan ke-33 dari 71 negara yang diukur IDGnya. Lebih tingginya angka IPM dibandingkan dengan angka IPG menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia secara keseluruhan belum sepenuhnya diikuti 1 2 Angka IPM merupakan komposit dari Angka Harapan Hidup (66,2 tahun), Angka Melek Huruf (AMH) penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas (87,9%), Angka Partisipasi Kasar (65 %), dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita sebesar $US3.230 (RPJMN : Bagian 1.1:8) Kecuali dalam hal Angka Harapan Hidup, pada variabel lainnya AMH dan APK pendidikan perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Dalam hal IDG, perempuan yang duduk di parlemen hanya 8,8 persen, persentase perempuan dalam posisi manajerial dan angkatan kerja berturut-turut sebesar 39,2 dan 37,5 persen (Mugniesyah, 1995)

18 18 dengan keberhasilan pembangunan gender. Dengan perkataan lain masih terdapat kesenjangan gender pada hasil-hasl pembangunan SDM Indonesia. Ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam beragam dimensi kehidupan, termasuk pendidikan, menurut Mugniesyah dkk (2004) diduga berhubungan dengan berbagai faktor, diantaranya adalah ideologi gender yang terinternalisasi pada hampir semua masyarakat. Ideologi atau sistem nilai gender sebagai bagian dari kebudayaan menjadikan individu-individu anggota masyarakat menafsirkan perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki menjadi seperangkat acuan sosial tentang kepantasan dalam berperilaku, yang kemudian berpengaruh kepada hak-hak, distribusi sumberdaya dan kekuasaan, baik dalam lingkup rumahtangga, masyarakat dan negara. Dari hasil studinya di Jawa Barat, Mugniesyah dkk (2004) mengemukakan masih adanya kesenjangan gender pada civitas akademik, khususnya pada kelembagaan pendidikan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), terlihat bahwa masih rendahnya akses dan kontrol perempuan terhadap pendidikan dan dalam memperoleh manfaat untuk menduduki posisi strategis yang memfasilitasi perempuan dalam mengambil keputusan dan meningkatkan pendapatan karena adanya dominasi laki-laki sebagai penentu kebijakan dalam struktur kelembagaan di berbagai kelembagaan baik di lingkungan pemerintahan maupun nonpemerintah, termasuk sekolah dan masyarakat. Perempuan cenderung dominan dilibatkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan peranan domestik dan administratif. Hal tersebut terjadi karena masih relatif banyaknya para penentu kebijakan dan pengambil keputusan pembangunan, terutama di bidang pendidikan, yang kurang sensitif gender dan atau memandang Kesetaraan dan

19 19 Keadilan Gender (KKG) tidak harus dilaksanakan melalui tindakan-tindakan afirmatif yang dapat mengakselarasi perempuan untuk akses, kontrol, berpartisipasi, dan memperoleh manfaat dari pembangunan bidang pendidikan. Kondisi tersebut di atas, menunjukkan masih belum efektifnya Instruksi presiden RI No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional. 3 Dalam RPJMN , pemerintah mengakui adanya kondisi yang bersifat kultural (masih kuatnya nilai-nilai budaya patriarkal) dan struktural (dimapankan oleh tatanan sosial politik yang ada) yang menyebabkan adanya kesenjangan gender dalam hasil-hasil pembangunan SDM Indonesia. Dengan perkataan lain, kondisi tersebut mencerminkan relatif masih banyaknya perilaku anggota masyarakat yang diskriminatif terhadap perempuan, padahal pemerintah Indonesia telah mestratifikasi Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) dengan menetapkan Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Sehubungan dengan itu, dalam RPJMN, khususnya pada Bab 12 tentang Peningkatan Kualitas Kehidupan Perempuan dan Perlindungan Anak, pemerintah menyatakan bahwa arah kebijakan pembangunan itu harus didukung tindakan pemihakan yang jelas dan nyata guna mengurangi kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan, antara lain dengan memperkuat kelembagaan, koordinasi dan jaringan PUG dalam pembangunan serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya. Adapun salah satu kegiatan pokok dalam rangka 3 Inpres No. 9 Tahun 2000 menginstruksikan menteri, kepala lembaga pemerintah non-departemen untuk melaksanakan pembangunan yang responsif gender, baik pembangunan nasional, daerah maupun sektoral, guna mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender (KKG) dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

20 20 memberdayakan SDM perempuan Indonesia tersebut adalah melalui pelaksanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan di tingkat nasional dan daerah. Menurut para ahli sosiologi dan komunikasi gender, terinternalisasinya sistem nilai gender yang diskriminatif terhadap perempuan terbentuk melalui proses sosialisasi oleh beragam kelembagaan masyarakat. Keluarga dianggap sebagai lembaga yang berperan sangat penting dalam proses sosialisasi sistem nilai dan peranan gender, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Kelembagaan lainnya yang juga berperan penting adalah kelembagaan pendidikan, media massa dan organisasi. Proses sosialisasi oleh beragam aktor kelembagaan tersebut membentuk persepsi dan identitas gender pada setiap individu, laki-laki dan perempuan. Menyadari masih dominannya bias gender di kalangan birokrat, teknokrat termasuk anggota lembaga legislatif -yang sebagian besar merupakan generasi terdahulu (generasi tua)- mendorong Badan Perencanaan Pembangunan Nasioal (Bappenas) RI dan Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Kantor Meneg PP) untuk mengakselerasi pelaksanaan PUG di beragam sektor atau departemen melalui program Capasity Building di beragam sektor atau departemen tersebut. Sebagaimana diakui oleh para pakar gender dan pembangunan, hasil Capasity Building di kalangan penentu kebijakan tersebut belum memberikan hasil yang memuaskan. Ini menunjukkan betapa sulitnya generasi tua merubah sistem nilai gender mereka. Permasalahannya adalah bahwa negara ini sebaiknya tidak membuang sumberdaya (dana dan waktu) untuk hanya berfokus pada generasi tua. Sejalan dengan perjalanan waktu, generasi muda

21 21 Indonesia akan menggantikan tanggung jawab mereka demi keberlanjutan pembangunan yang mampu mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sebagaimana diamanatkan Inpres No. 9 Tahun Dengan demikian, pelaksanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan menuntut partisipasi generasi muda sebagai komponen penting dalam tatanan masyarakat Indonesia. Permasalahannya adalah bahwa belum banyak hasil penelitian yang mengemukakan perihal persepsi dan identitas gender di kalangan generasi muda. Penelitian Rahasthera (2003) menemukan masih adanya bias gender pada mahasiswa-mahasiswi terhadap sifat atau karakteristik perempuan dan laki-laki. Hal ini terlihat bahwa masih tingginya persentase mahasiswa (62,2%) yang memiliki persepsi ketat, yakni masih membedakan secara tegas sifat maskulin yang lebih baik dimiliki laki-laki dan sifat feminin yang lebih baik dimiliki perempuan. Selanjutnya Rahastera melaporkan bahwa mahasiswa masih memiliki persepsi Program Studi yang dipilihnya memiliki karakter gender tertentu, baik feminin maupun maskulin. Namun demikian, temuan tersebut tidak disertai dengan penjelasan berkenaan dengan faktor-faktor yang menyebabkan bias gender di kalangan mahasiswa IPB tersebut. Selain itu, fokus penelitiannya terbatas pada pemilihan bidang studi di lingkungan Fakultas Pertanian, belum sepenuhnya mencakup peranan gender sebagaimana dikemukakan para ahli, khususnya Moser (1993). Moser mengemukakan bahwa peranan gender mencakup peranan domestik, produktif dan pengelolaan masyarakat, yang disebutnya sebagai tripple role.

22 22 Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu studi lebih lanjut tentang persepsi dan konsep diri berkenaan identitas dan peranan gender di kalangan mahasiswa -generasi muda berpendidikan tinggi- dan faktor-faktor yang mempengaruhinya secara lebih holistik. Penelitian ini penting, karena mahasiwa akan mengisi posisi-posisi strategis dalam kelembagaan masyarakat Indonesia masa depan. Persepsi identitas gender dan konsep diri mereka tentang peranan gender dalam keluarga, masyarakat dan bernegara serta faktor-faktor yang mempengaruhinya akan menentukan keberhasilan pembangunan dalam mewujudkan KKG dalam beragam dimensi kehidupan. Pengetahuan atas faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi identitas gender dan konsep diri gender mahasiswa diperlukan untuk menetapkan perlu tidaknya Capasity Building PUG bagi mereka, serta mempersiapkan mereka sebagai bagian dari focal point PUG diberbagai sektor pembangunan, khususnya pendidikan. 1.2 Perumusan Masalah Merujuk pendapat beberapa ahli (Verberder,1981; Applbaum dkk,1973; Louisser dan Poulos,1997 dalam Mugniesyah, 2000), persepsi adalah proses pemberian makna yang dilakukan individu terhadap stimulus (termasuk informasi), baik mengenai perilaku diri sendiri dan orang lain, yang diperoleh individu melalui inderanya. Dalam konteks penelitian ini, persepsi tersebut berkenaan identitas gender dan konsep peranan gender. Identitas gender adalah sejumlah aspek penampilan dan perilaku personal yang secara budaya diatributkan menjadi maskulin dan feminin. Identitas gender adalah sejumlah aspek penampilan dan perilaku personal yang secara budaya diatributkan menjadi

23 23 maskulin dan feminin (Children s Health Encyclopedia, 2008). Dalam konteks tersebut, Sandra Bem memperkenalkan apa yang dikenal sebagai konsep psikologi androgini, yang membedakan identitas gender individu ke dalam empat kategori, diantaranya: maskulin, feminin, dan androgini. Sehubungan dengan itu, persepsi identitas gender apakah yang dimiliki mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (selanjutnya disebut mahasiswa TPB) IPB? Dalam penelitian ini konsep diri mahasiswa TPB yang dipandang penting untuk diketahui adalah konsep diri berkenaan peranan gender mereka. Karenanya pengertian gender dan peranan gender menjadi acuan penting dalam penelitian ini. Gender diartikan sebagai perbedaan-perbedaan (sifat, peranan, status) dan relasi sosial antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya, bisa dipelajari, bervariasi secara luas diantara masyarakat dan budaya, serta berubah sejalan dengan perkembangan waktu (ILO, 2000; Wood, 2001 dalam Mugniesyah, 2005). Peranan gender adalah perilaku yang diajarkan pada setiap masyarakat, komunitas dan kelompok sosial tertentu yang menjadikan aktivitas-aktivitas, tugas-tugas dan tanggung jawab tertentu dipersepsikan sebagai peranan perempuan dan laki-laki. Peranan gender tersebut dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai status, lingkungan, budaya dan struktur masyarakatnya. Sebagaimana dikemukakan Moser (1993) dalam Mugniesyah (2005), terdapat tiga kategori peranan gender (tripple roles): produktif (productive role), reproduktif (reproductive role), dan pengelolaan masyarakat (community managing) dan politik (politic). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, peranan gender manakah yang menjadi bagian dari konsep diri mahasiswa TPB IPB?

24 24 Berlo (1960) menyatakan bahwa pembentukan konsep diri pada individu berlangsung melalui proses komunikasi. Mead dalam Johnson (1981) juga mengemukakan bahwa konsep diri terdiri dari kesadaran individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung dalam suatu komunitas yang terorganisasi. Menurut Mead terdapat beberapa pelaku penting (significant others) sebagai agen sosialisasi yang berperan dalam pembentukan identitas gender dan konsep diri tersebut. Para ahli sependapat tentang adanya sejumlah aktor yang berperan sebagai agen sosialisasi yang mempengaruhi konstruksi nilai gender seorang individu, diantaranya adalah keluarga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan, dan media massa (Pearson, 1985; Mugniesyah, 1995; Ivy dan Backlund, 1994 dalam Mugniesyah, 2005). Secara umum juga disepakati bahwa peranan keluarga sebagai agen penyosialisasi identitas dan peranan gender sangat utama, namun kontribusinya sebagai agen sosialisasi juga dipengaruhi oleh sistem kekerabatan di mana keluarga tersebut menjadi anggotanya. Sehubungan dengan itu siapa sajakah yang menjadi agen sosialisasi gender di kalangan mahasiswa TPB IPB? Apakah semua pihak yang disepakati para ahli tersebut -keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan, organisasi, media massa, dan sistem kekerabatan- berperan? Meskipun proses pembentukan identitas gender dan konsep diri tentang peranan gender pada individu diperoleh melalui komunikasi interpersonal, namun Louisser dan Poulos (1997) dalam Mugniesyah (2000) beranggapan bahwa pembentukan kedua hal tersebut -identitas gender dan konsep gender- bisa dipengaruhi oleh bias yang dimiliki individu, khususnya stereotipe dan harapan. Hal itu didukung pendapat Richmond dan Robertson (1977) dalam Pearson (1985)

25 25 yang menyatakan bahwa stereotipe yang berlaku dalam masyarakat tentang bagaimana seharusnya individu berperilaku dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal antara laki-laki dan perempuan. Di pihak lain, individu mencoba untuk menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi informasi -termasuk informasi sistim nilai gender- sesuai dengan pengalaman dan prediksi (harapan) mereka ke masa mendatang. Sehubungan dengan itu, apakah pengalaman mereka dalam melaksanakan peranan gender sebelumnya menjadi mahasiswa TPB IPB serta harapan-harapan mereka mempengaruhi identitas gender dan konsep diri peranan gender mereka? 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi persepsi identitas gender -maskulin, feminin, dan androginiyang terinternalisasi pada mahasiswa TPB IPB, serta untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhinya. 2) Mengetahui peranan gender -produktif, reproduktif, dan pengelolaan masyarakat dan politik- yang menjadi bagian dari konsep diri mahasiswa TPB IPB. 3) Mengidentifikasi agen sosialisasi gender di kalangan mahasiswa yang berperan mempengaruhi pembentukan identitas gender dan konsep diri peranan gender mahasiswa TPB IPB. 4) Mengetahui stereotipe gender di kalangan mahasiswa TPB IPB serta harapan atas peranan gender mereka, khususnya ketika mereka akan memilih pasangan hidup dalam membentuk keluarga inti.

26 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak yang meminati kajian komunikasi gender, khususnya: 1) Bagi peneliti sendiri, pengalaman penelitian ini merupakan bagian dari proses pembelajaran dalam menyintesis beragam konsep, teori dan metodologi berkenaan komunikasi gender, khususnya tentang persepsi, konsep diri, identitas dan peranan gender serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2) Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar bagi bahan kajian lebih lanjut mengenai fenomena gender dalam kelembagaan pendidikan tinggi. 3) Bagi Institut Pertanian Bogor khususnya dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional pada umumya, penelitian ini diharapkan menjadi informasi dasar bagi upaya-upaya pengarusutamaan gender di lingkungan pendidikan tinggi.

27 27 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka Pengertian Gender dan Tri Peranan (Tripple Roles) Sebagaimana dikemukakan Mugniesyah (2005), konsep gender -dibaca jender- dalam Kamus Oxford diartikan sebagai fakta menjadi laki-laki dan perempuan serta isu-isu yang berhubungan dengan perbedaan relasi dan peranan gender. Menurut Wood (2001), Mary Wollstonecraft diakui sebagai orang pertama (1792) yang menyatakan gender sebagai suatu karakteristik sosial. Berbeda dari konsep seks atau jenis kelamin, gender diperoleh individu melalui proses interaksi dalam dunia sosial. Banyak ahli mengemukakan bahwa gender itu dikonstruksikan, karena gender bukanlah suatu fakta alamiah, akan tetapi mengambil bentuk kongkrit yang secara historis mengubah hubungan sosial. Selanjutnya dinyatakan bahwa sebagai sebuah istilah atau konsep, gender berasal dari Barat, namun sebagai suatu fakta sosial, gender merupakan fenomena yang ditemukan pada hampir semua masyarakat di dunia (Mugniesyah, 2005). Selain definisi yang telah dikemukakan di depan, pemerintah Indonesia melalui Kantor Meneg PP (2001) mengartikan gender sebagai pandangan masyarakat tentang perbedaan peranan, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, Moser (1993) dalam Mugniesyah (2005) mengemukakan adanya tiga kategori peranan gender (triple

28 28 roles) yang mencakup peranan produktif, reproduktif dan pengelolaan masyarakat. Adapun pengertian masing-masing sebagai berikut: 1. Peranan produktif, yakni peranan yang dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran/upah secara tunai atau sejenisnya (natura). 2. Peranan reproduktif, yakni peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan tenaga. 3. Peranan Pengelolaan Masyarakat dan Politik, dibedakan ke dalam dua kategori : a. Peranan Pengelolaan Masyarakat (Kegiatan Sosial), yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan dalam tingkat komunitas sebagai kepanjangan peranan reproduktif, bersifat volunter dan tanpa upah. b.peranan Pengelolaan Politik (Kegiatan Politik), yakni peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar (langsung ataupun tidak langsung), dan meningkatkan kekuasaan atau status Pengertian dan Pembentukan Persepsi Identitas Gender Menurut Verderber (1981) dalam Mugniesyah (2000), persepsi adalah proses memberikan makna terhadap informasi yang diperoleh indera kita, atau dapat dikatakan sebagai apa yang dikerjakan otak dengan informasi yang diperolehnya. Adapun menurut Applbaum dkk (1973) dan Louisser dan Poulos (1997), persepsi mengacu pada interpretasi seseorang terhadap kenyataan

29 29 (Mugniesyah, 2000). Ahli komunikasi lain (DeVito, 1997) mendefinisikan persepsi sebagai proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Selanjutnya, sebagaimana dikemukakan Mugniesyah, para ahli memandang persepsi adalah proses yang dialami atau digunakan setiap individu untuk mencoba mengetahui dan memahami orang lain. Sandra Bem (1974) dalam Mugniesyah (2005) mengidentifikasikan identitas gender, diantaranya mencakup identitas maskulin, feminin, dan androgini. Identitas gender adalah sejumlah aspek penampilan dan perilaku personal yang secara budaya diatributkan menjadi maskulin dan feminin (Children s Health Encyclopedia, 2008). Persepsi atas gender individu dipengaruhi oleh sosialisasi identitas jenis kelamin yang dimiliki individu sejak kecil dan peran yang dimainkan orang tua sesuai dengan kebudayaannya, sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi identitas gender bisa dipengaruhi oleh jenis kelamin dan sistem kekerabatan dimana keluarga dari setiap individu menjadi anggotanya (Wood, 2001 dalam Mugniesyah, 2005). Louisser dan Poulos (1997) dalam Mugniesyah (2000) mengemukakan lima tipe/jenis bias yang mempengaruhi persepsi, dua diantaranya adalah stereotipe dan harapan. Stereotipe diartikan sebagai suatu proses penyederhanaan dan generalisasi perilaku individu-individu dari anggota kelompok tertentu (etnis, agama, suku bangsa, bangsa, jenis kelamin, gender, pekerjaan, dan lain sebagainya). Stereotipe digunakan pada saat kita sedang menilai seseorang, juga digunakan oleh individu dalam berkomunikasi dengan maksud untuk humor, perlakuan diskriminatif bahkan pelecehan, yang seluruhnya akan menghasilkan pengaruh negatif terhadap hubungan antar manusia (komunikasi interpersonal).

30 30 Adapun harapan dipandang sebagai kunci untuk mengerti penilaian negatif individu terhadap orang lain dan emosi negatif yang menyertainya (Cohen, 1981). Dalam hal ini, setiap individu mencoba untuk menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasi informasi sesuai dengan harapannya Teori-teori Pembentukan Identitas Gender Terdapat sejumlah teori yang menjelaskan pembentukan identitas gender pada setiap individu, diantaranya adalah teori pembelajaran sosial dan teori perkembangan kognitif. Menurut teori pembelajaran sosial, anak-anak belajar perilaku yang dihubungkan dengan orangtuanya melalui observasi dan komunikasi. Anak-anak -laki-laki dan perempuan- belajar perilaku hubungan gender (gender-related behavior) dari kontak sosial, terutama dengan orangtua mereka dan teman sebayanya. Dengan perkataan lain, peranan yang dikembangkan oleh anak laki-laki atau anak perempuan diperolehnya melalui proses belajar dari lingkungannya. Setiap individu, sejak masa anak-anak, meniru dan mengambil peran dari orang-orang yang ada di sekitarnya, mulai dari keluarga inti, keluarga besar (keluarga luas, sistem kekerabatan), hingga kemudian dalam lingkungan masyarakat dimana dia menjadi dewasa. Selanjutnya Wood (2001) dalam Mugniesyah (2005) menyatakan bahwa menurut teori belajar sosial individuindividu belajar menjadi maskulin dan feminim melalui komunikasi dan observasi. Melalui proses komunikasi, orang lain mengajarkan kepada setiap individu perilaku gender yang pantas baginya. Teori perkembangan kognitif memfokuskan pada bagaimana individu-individu belajar dari interaksi dengan

31 31 orang lain untuk mendefinisikan diri mereka sendiri termasuk gender mereka. Namun demikian, berbeda dari teori pembelajaran sosial, teori ini beranggapan bahwa anak-anak memainkan peranan aktif dalam mengembangkan identitas mereka sendiri. Setiap individu juga menggunakan orang lain untuk mendefinisikan identitas gender dan konsep diri gender mereka sendiri karena mereka dimotivasi oleh keinginan internal untuk menjadi kompeten -sesuai identitas dan konsep dirinya- sesuai budayanya Pengertian dan Pembentukan Konsep Diri Peranan Gender Konsep diri merupakan kebutuhan individu untuk mendefinisikan dirinya sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang lain dimana mereka terlibat didalamnya (Johnson, 1986). Individu tidak dilahirkan dengan suatu konsep diri, karena konsep diri diperoleh individu secara bertahap dalam interaksinya dengan orang lain. Menurut Johnson (1986), pada dasarnya, konsep diri merupakan jawaban individu atas pertanyaan Siapa Aku?. Mead (1977) dalam Pearson (1985) dan Johnson (1986) menyatakan bahwa konsep diri merupakan kesadaran individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung atau dalam suatu komunitas yang terorganisasi. Berdasarkan teori empati yang dikemukakan Berlo (1960), seseorang membentuk konsep diri oleh dirinya sendiri, berdasarkan observasi dan interpretasi perilaku dengan berkomunikasi dengan orang lain. Terkait dengan konsep diri peranan gender, Mead dalam Johnson (1986) membedakan tiga fase dalam suatu proses dimana individu belajar mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sebagai objek yang meliputi:

32 32 1. Tahap bermain, yaitu tahap dimana anak-anak memainkan peran sosial dari orang lain. 2. Tahap pertandingan (games), yaitu tahap dimana anak-anak mampu menjalankan peran dari beberapa orang lain secara serentak dan mengorganisasinya dalam suatu keseluruhan yang lebih besar. Pada tahap ini, konsep diri individu terdiri dari kesadaran subjektif individu terhadap peranan khusus dalam kegiatan bersama itu, termasuk persepsi-persepsi mengenai harapan dan respon dari orang lain. 3. Tahap dimana anak-anak mengambil peran dari apa yang disebut generalized other, anak-anak mampu mengontrol dirinya sendiri menurut peran-peran umum yang bersifat impersonal. Generalized other terdiri dari harapan-harapan dan standar-standar umum yang dipertentangkan dengan harapan-harapan individu secara khusus, menurut harapan-harapan umum ini individu merencanakan dan melaksanakan berbagai tindakan. Melalui tahapan-tahapan tersebut, anak-anak belajar mengenai melihat dirinya sendiri sesuai dengan nilai-nilai dan harapan-harapan dari masyarakat Konsep Psikologi Androgini Sandra Bem (1974) mempopulerkan suatu konsep psychology androginy yang beranggapan bahwa seseorang dapat mengombinasikan atau melumatkan kedua identitas psikologis yang maskulin dan feminin. Menurut Bem, sebagaimana dikutip Mugniesyah (2005), terminologi androgini berasal dari bahasa Yunani, yaitu andros yang berarti laki-laki dan gyne berarti perempuan. Istilah androgini digunakan untuk merepresentasikan seseorang yang mempunyai sifat-sifat asertif, mandiri serta juga memiliki sifat hangat dan lemah-lembut.

33 33 Selanjutnya Bem menyatakan bahwa maskulinitas dan femininitas tidak menggambarkan suatu konstruk yang bipolar, akan tetapi membangun konstruk yang memungkinkan seseorang bisa menunjukkan/menampilkan karakteristik yang secara stereotipe bersifat maskulin maupun feminin. Terdapat 3 asumsi yang mendasari Teori Androgini Bem, yaitu : (1) Androgini memungkinkan seseorang untuk berperilaku lebih fleksibel (2) Fleksibilitas tersebut memungkinkan seseorang dapat beradaptasi lebih baik dalam beragam situasi sosial, dan (3) Keduanya, baik laki-laki maupun perempuan dapat mencapai fleksibilitas situasional tersebut. Selanjutnya Bem mengidentifikasi adanya empat orientasi psikologis individu, tiga diantaranya yang dominan berada pada psikologis seseorang : (a) Androgynous, berarti seseorang berasosiasi tinggi dengan kedua karakteristik stereotipe, maskulin dan feminin, seperti seseorang yang mempunyai kepemimpinan tinggi tapi dia juga sensitif terhadap kebutuhan orang lain. (b) Masculine, seseorang berasosiasi tinggi dengan karakteristik stereotipe maskulin dan berasosiasi rendah dengan karakteristik stereoripe feminin; seperti orang yang mempunyai kepribadian tinggi dan tidak memiliki sifat iba atau kasihan pada orang lain. (c) Feminine, berarti seseorang berasosiasi tinggi dengan karakteristik stereotipe feminin dan berasosiasi rendah dengan karakteristik stereoripe maskulin; seperti seseorang yang sangat penolong tapi tidak mandiri. Bem juga mengemukakan bahwa konsep androgini menawarkan suatu orientasi hidup yang lebih sehat dibandingkan dengan orientasi gender yang

34 34 terpolarisasi secara tradisional, karena individu yang androgini mempunyai karakteristik yang lebih luas, dan karenanya dapat beradaptasi lebih efektif terhadap lebih banyak situasi Pelaku Sosialisasi Gender (Significant Others) Sebagaimana dikemukakan di depan, terdapat sejumlah aktor atau agen sosialisasi yang mendukung konstruksi sosial budaya gender dalam masyarakat. Di bawah ini dikemukakan secara rinci masing-masing agen sosialisasi tersebut : 1. Keluarga / Rumahtangga Keluarga dianggap sebagai arena relasi gender yang utama dan dalam keluarga pula sejak masa kanak-kanak, individu disosialisasikan kepada berbagai konsep yang menunjuk pada betapa kuat dan berkuasanya laki-laki dibanding perempuan. Keluarga merupakan agen sosialisasi utama yang mempengaruhi identitas gender individu. Anak-anak belajar peran gender yang diperoleh dari beragam perilaku dan melalui pengamatan serta pemodelan lainnya. Secara tipikal, anak perempuan didorong untuk memperkuat kerjasama, tolongmenolong, pengasuhan dan perilaku-perilaku lain yang konsisten dengan makna sosial kefemininan. Pada anak laki-laki, cenderung didorong untuk berperilaku secara kompetitif, mandiri, dan asertif. Orang tua mengkomunikasikan gender melalui permainan yang diberikan kepada anak-anak. Pada saat menginjak umur enam tahun, sosialisasi ketenagakerjaan dimulai. Anak perempuan membantu ibunya dalam peran reproduktif, sedangkan anak laki-laki pada peranan produktif dan kemasyarakatan. Cara lain dalam mengkomunikasikan gender adalah melalui pemodelan orangtua, tetapi cara ini sangat bergantung dengan struktur keluarga

35 35 yang ada, apakah keberadaan orang tua lengkap, single parent perempuan atau laki-laki atau individu berada di lingkungan lain seperti panti asuhan (Mugniesyah, 2005). 2. Sekolah Sekolah memainkan peran yang memperkuat apa yang sudah diperoleh dari lingkungan keluarga. Di sekolah terjadi sosialisasi yang bias gender yang memandang bahwa mata ajaran ilmu-ilmu dasar hanya pantas untuk laki-laki (mata ajaran maskulin) sebaliknya ilmu-ilmu sosial termasuk bahasa dianggap pantas untuk perempuan (mata ajaran feminin). Buku-buku pelajaran sekolah dasar memuat pembagian peran yang memuat stereotipe pria dan wanita. Sekolah mempunyai kontribusi besar dalam proses pengenderan individuindividu, mulai dari kelompok bermain (playgroup) atau Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Komunikasi dalam kelembagaan pendidikan mereproduksi pandangan-pandangan budaya mengenai perempuan sebagai subordinat, pasif, berbeda, dan kurang berprestasi, sedangkan laki-laki dominan, bebas, dan berprestasi. Proses komunikasi yang terjadi di sekolah menyebabkan menguatnya stereotipe gender dalam pendidikan merupakan suatu proses yang tidak disadari oleh kebanyakan pendidik. Terdapat kurikulum tersembunyi yang memperkuat atau mengekalkan konsepsi seksisme -tentang perempuan dan laki-laki- mencakup organisasi kelembagaan, materi bahan ajar dan gaya mengajar yang merefleksikan stereotipe gender dan berpengaruh dalam melestarikan ketidakadilan gender (Wood dalam Mugniesyah, 2005). Wood mengemukakan bahwa sistem pendidikan (kurikulum tersembunyi) telah menjadikan siswa perempuan kurang mampu menemukan

36 36 potensi dirinya daripada laki-laki. Guru/dosen cenderung melanjutkan sosialisasi stereotipe gender dalam kurikulum sekolah/perguruan tinggi. 3. Grup sebaya (Peer group) Pada tingkat masyarakat, kelompok sebaya turut berperan melembagakan perilaku gender. Hasil observasi menunjukkan bahwa stereotipe gender yang dihubungkan dengan komunikasi persahabatan antara laki-laki dan perempuan relatif konsisten. Perempuan dipandang relatif lebih terbuka dan dianggap menggunakan gaya komunikator yang cenderung fasilitatif dan ekspresif, sebaliknya laki-laki kurang terbuka dan dianggap menggunakan gaya komunikator yang mengontrol dan instrumental. Teman sebaya merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembentukan perilaku individu sesuai dengan jenis kelamin. Ketika anak perempuan dan anak laki-laki mulai bermain dan membentuk persahabatan dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang sama, dimulailah pembelajaran tentang jenis kelamin dan tingkah laku tertentu yang berlaku dan diharapkan oleh kelompoknya. Menurut Rawlins (1992), dalam persahabatan antara perempuan dan laki-laki, terdapat harapan-harapan budaya tentang maskulin dan feminin yang sangat menonjol. Kebanyakan perempuan dan laki-laki berlanjut memelihara peranan-peranan gender tradisional mereka terutama berhubungan dengan gaya komunikasi antara keduanya, perempuan relatif lebih terbuka dan dianggap menggunakan gaya komunikator yang cenderung fasilitatif dan ekspresif, sedangkan laki-laki kurang terbuka dan dianggap menggunakan gaya komunikator yang cenderung mengontrol dan instrumental (Mugniesyah, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009, pemerintah mengakui masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia. Hal

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Pengertian Gender dan Tri Peranan (Tripple Roles)

BAB II PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Pengertian Gender dan Tri Peranan (Tripple Roles) 27 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Gender dan Tri Peranan (Tripple Roles) Sebagaimana dikemukakan Mugniesyah (2005), konsep gender -dibaca jender- dalam Kamus Oxford diartikan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada

BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada 68 BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008 5.1 Karakteristik Individu 5.1.1 Jenis Kelamin Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 7.

Lebih terperinci

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN (Kasus di Desa Cinta Mekar, Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ERNA SAFITRI

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN AGEN SOSIALISASI YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN AGEN SOSIALISASI YANG MEMPENGARUHINYA 82 BAB VI PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN AGEN SOSIALISASI YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Identitas Gender Mahasiswa Sub-bab ini bertujuan menjawab salah satu tujuan penelitian, yaitu untuk mengidentifikasi identitas

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LEMBAGA DAN GENDER DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR. tahapan embrional ( ), tahapan pelahiran dan pertumbuhan ( ),

BAB IV PROFIL LEMBAGA DAN GENDER DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR. tahapan embrional ( ), tahapan pelahiran dan pertumbuhan ( ), 57 BAB IV PROFIL LEMBAGA DAN GENDER DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR 4.1 Profil Kampus Institut Pertanian Bogor 4.1.1 Sejarah Singkat IPB Estafet sejarah perkembangan Institut Pertanian Bogor dimulai dari tahapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam mendukung pembangunan nasional, sehingga aspek yang penting diperhatikan untuk memberdayakan manusia menuju

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Indonesia yang

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN (Studi Kasus: Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah) Oleh: SITI NURUL QORIAH A14204066 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan bahwa dalam kerangka pencapaian pembangunan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 KONDISI DAN DAMPAK PUTTING OUT SYSTEM TERHADAP RUMAHTANGGA PEKERJA PEREMPUAN (Kasus:Usaha Kecil Menengah Industri Tas, Desa Bojongrangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) OLEH : CUT AYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

PRIMANA DEWI ALFIAN A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PRIMANA DEWI ALFIAN A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS PERMASALAHAN STRUKTURAL MASYARAKAT PETANI DAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN (Studi Kasus: Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh: SUKMA PRIMANA

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A 14204055

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER 1. Tentang Lahirnya PUG Pengarusutamaan Gender PUG secara formal diadopsi dalam Beijing Flatform For Action BPFA tahun yang menyatakan bahwa pemerintah dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian yang akan dilakukan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN MEKANISME PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

LEONARD DHARMAWAN A

LEONARD DHARMAWAN A ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan ditetapkan agar tujuan dan sasaran suatu perusahaan tercapai, setiap perusahaan baik itu yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa selalu dilandasi

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR.

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR. KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR Oleh LUTFI ARIYANI A14204059 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. No.20, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN 1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARIF RAHMAN H

ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARIF RAHMAN H ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARIF RAHMAN H14104062 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN ARIF RAHMAN. Analisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% perempuan dan kaitannya dalam penyusunan anggaran responsif gender. Yang menjadi fokus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (PWB) atau kesejahteraan psikologis merupakan suatu kondisi yang menjadikan individu dapat mengenali, menggali dan memiliki potensi yang khas

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbincang tentang persoalan pendidikan memang tidak ada habisnya. Semakin dibicarakan dan didialektikakan semakin tidak menemukan ujungnya. Bukan karena pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN MAHASISWA IPB TERHADAP PENYELENGGARAAN AKADEMIK AMALIA KHAIRATI

ANALISIS DAN STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN MAHASISWA IPB TERHADAP PENYELENGGARAAN AKADEMIK AMALIA KHAIRATI ANALISIS DAN STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN MAHASISWA IPB TERHADAP PENYELENGGARAAN AKADEMIK AMALIA KHAIRATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG PUG BIDANG EKONOMI KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERPRES NO. 5 TAHUN 2010 RPJMN 2010-2014 A. 3

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1 Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 Pendahuluan Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan,

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Negara dapat dikatakan maju apabila memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dan strategis guna menghadapi era persaingan ekonomi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H14050206 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu: BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Hasil penelitian pada studi kasus dari iklan lowongan kerja Kompas periode Desember 2011 sampai dengan Desember 2012, diperkuat dengan wawancara, dan telah

Lebih terperinci

POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016

POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016 POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016 Yang terhormat : Sdr. Bupati Kabupaten Jepara Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Jepara, dan Para Peserta dan Hadirin

Lebih terperinci

PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA. Oleh : AGUS WIDODO A

PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA. Oleh : AGUS WIDODO A PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA (STUDI KASUS DI PT SS JAKARTA) Oleh : AGUS WIDODO A.14202326 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: Intan Kusumawardani A14204040 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci