Laporan Akuntabilitas Kinerja 2011 Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Akuntabilitas Kinerja 2011 Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia"

Transkripsi

1

2 Laporan Akuntabilitas Kinerja 2011 Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia Gedung II BPP Teknologi - Jl. MH Thamrin 8 Jakarta Tlp. (021) , , Fax. (021)

3 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia Tahun 2011 Pengarah : Ketua : Wakil Ketua : Anggota : Mulyanto Didik Notosudjono Farid A. Binaruno Wayan Budiastra Vemmie D. Koswara Anny Sulaswatty Andika Fajar Agus Pudji Prasetyono Ahmad Dading Alvini Pranoto Agus Sediadi Wisnu S. Soenarso Hotmatua Daulay Nada Darmiyanti Anwar Darwadi Santosa Yudo Kemal Prihatman Sadiyatmo Yohan Y. Mustangimah Yni Sofyan Sabartua Tampubolon Hari Yusron Supriyadi Arzaini Zachri Andy Suryandi Ardiani Damaryanti Desain Grafis : Boni Agusta Kementerian Riset dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lt. 5 - Jl. MH Thamrin 8 Jakarta 10340, PO.Box 3110 JKP ii

4 Laporan akuntabilitas ini disusun sebagai wujud dan tekad Kementerian Riset dan Teknologi dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 28 pasal 3 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), serta Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Kementerian Riset dan Teknologi dalam upaya mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) terus melakukan perbaikan signifikan untuk mendorong terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil (result oriented government) dengan memperhatikan secara cermat hasil penilaian dan evaluasi akuntabilitas kinerja yang dilakukan Kementerian PAN dan RB. Selain itu melaksanakan secara konsisten UKM-P3 (Unit Kerja Menteri untuk Pemantauan dan Pengendalian Program) yang berfungsi untuk mengendalikan pelaksanaan program/kegiatan melalui pemantauan,(triwulanan) secara terus menerus dikembangkan verifikasi dan evaluasi program dan kegiatan (awal tahun, tengah tahun dan akhir tahun). Pola pikir/mind set pegawai dari manajemen program/kegiatan disempurnakan menjadi manajemen kinerja (hasil kerja). Dari pendekatan/cara pandang yang berorientasi proses/kegiatan (process oriented) menuju manajemen kinerja yang berorientasi hasil (outcome oriented). Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia, nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kementerian negara serta susunan organisasi, tugas dan fungsi eselon I: Tugas pokok: Kementerian Riset dan Teknologi adalah penyelenggaraan urusan di bidang riset dan teknologi dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dengan fungsi: 1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang riset dan teknologi; 2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang riset dan teknologi. Terkait dengan tugas pokok tersebut, dalam hal perumusan dan penetapan kebijakan, pada tahun 2011, Menteri Negara Riset dan Teknologi telah mengeluarkan kebijakan Arah Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) Untuk Meningkatkan Kontribusi Iptek Terhadap Pembangunan Nasional, yang ditetapkan melalui Keputusan Menegristek No. 246/M/Kp/ IX/2011. Adapun hasil kinerja fungsi koordinasi dan sinkronisasi dengan LPNK Ristek, lembaga litbang kementerian, daerah, perguruan tinggi dan swasta diperlihatkan pada Tabel 1 (Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama). Secara umum Kementerian Ristek tahun 2011 berhasil memenuhi target, bahkan terdapat capaian yang berhasil melebihi target yang telah ditentukan. Di samping itu terlihat adanya target yang belum terpenuhi, yaitu indikator investasi litbang swasta terhadap PDB. Adapun capaian Indikator Kinerja Utama digambarkan sebagai berikut : iii

5 Jumlah Paten Terdaftar (IKU 7), dihasilkan sebanyak 10 (sepuluh) atau 125%, dari yang ditargetkan sebanyak 8 (delapan) paten terdaftar. 1. Sasaran Menguatnya Kelembagaan Iptek Indikator pencapaian sasaran menguatnya kelembagaan iptek yaitu : a) Pengembangan Pusat Unggulan Iptek (IKU 1), ditargetkan 1 lembaga, tercapai 100% yaitu ditetapkannya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai Pusat Unggulan Iptek berdasarkan Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Kepmen) Nomor 314/M/Kp/XII/2011; b) Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek (IKU 2), ditargetkan artikel iptek, terealisasi artikel/berita iptek atau tercapai 157,79 %. 2. Sasaran Menguatnya Sumberdaya Iptek Indikator pencapaian sasaran menguatnya sumberdaya iptek meliputi : a) Jumlah peneliti dan perekayasa per 1 Juta penduduk (IKU 3), ditargetkan 400 orang, terealisasi 538,57 orang atau tercapai 134,64 %; b) Prosentase investasi litbang swasta terhadap PDB (IKU 4), ditargetkan 0,10 % dari PDB, terealisasi 0,08 % dari PDB atau tercapai 80 %, Tidak tercapainya target tersebut disebabkan antara lain belum terbentuknya iklim kondusif bagi dunia usaha untuk melakukan kegiatan Riset dan Pengembangan Iptek di Indonesia.; c) Jumlah Paten Terdaftar (IKU 5), ditargetkan 760 Paten Terdaftar, terealisasi 769 Paten Terdaftar, atau tercapai 101,18 %. 3. Sasaran Menguatnya Jaringan Iptek Indikator pencapaian sasaran menguatnya jaringan iptek meliputi : a) Kolaborasi riset lembaga litbang dengan litbang perusahaan (IKU 6), ditargetkan terbentuk 2 kolaborasi riset, terealisasi 4 kolaborasi riset, atau tercapai 200 % yaitu : Konsorsium riset bidang pangan (pengembangan varietas dan penangkaran benih untuk peningkatan produktivitas dan mutu tanaman pangan), Konsorsium riset bidang teknologi kesehatan (riset vaksin untuk penyakit influenza H1N1 dan H5N1), Konsorsium bidang teknologi transportasi (dikembangkan Computer Based Interlocking/CBI yang akan diimplementasikan Oleh Kementerian Perhubungan), dan Konsorsium bidang Teknologi Pertahanan dan Keamanan (rancangbangun, rekayasa dan peluncuran Roket D-230 ); b) Kerjasama riset Internasional (IKU 7), pada tahun 2011 ditargetkan 8 kerjasama riset, terealisasi 20 kerjasama riset atau tercapai 250 %. 4. Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Iptek Indikator pencapaian sasaran meningkatnya relevansi dan produktivitas iptek berupa Artikel Jurnal Sains dan Teknik (IKU 8), ditargetkan 40 Jurnal Sains dan Teknik, terealisasi 141 atau tercapai 250 %. 5. Sasaran Meningkatnya Pendayagunaan Iptek Indikator pencapaian sasaran meningkatnya pendayagunaan iptek meliputi: a) Pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri (IKU 9), ditargetkan 2 teknologi, terealisasi 4 teknologi atau tercapai 200 %.; b) Pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat (IKU 10), pada tahun 2011 ditargetkan 2 teknologi, terealisasi 2 teknologi atau tercapai 100 %; c) Pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk national security (IKU 11), pada tahun 2011 ditargetkan 2 teknologi, terealisasi 2 teknologi atau tercapai 100 %. iv

6 No. Sasaran Indikator Kinerja Utama Satuan Menguatnya Kelembagaan Iptek Menguatnya Sumberdaya Iptek Menguatnya Jaringan Iptek Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Iptek Meningkatnya Pendayagunaan Iptek Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2011 Jumlah pusat unggulan Iptek Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek Jumlah peneliti dan perekayasa (orang/1 juta penduduk) Prosentase investasi litbang swasta terhadap PDB Target Tahun 2010 Target Realisasi % Lembaga Artikel Iptek ,75 Peneliti dan Perekayasa ,57 134,64 Prosentase 1.00% 0.10% 0,08% 80 Jumlah paten terdaftar Paten Terdaftar ,18 Jumlah kolaborasi riset lembaga litbang dengan litbang perusahaan Jumlah kerjasama riset internasional Jumlah artikel jurnal sains dan teknik Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk national security Kolaborasi Kerjasama Riset Artikel/ Publikasi Ilmiah Teknologi Teknologi Teknologi v

7 Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2011 disusun guna memenuhi kewajiban sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Pasal 3 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), serta Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pada tahun 2011 Kementerian Riset dan Teknologi bertekad melaksanakan Reformasi Birokrasi, dimana penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu sasaran area perubahan. Perubahan dimaksud mencakup perubahan pola pikir (mind set), budaya kerja (culture set), dan perubahan sistem (system set) guna mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) dan berorientasi pada hasil (result oriented government), sehingga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan stakeholder lainnya. Di antara perbaikan-perbaikan yang dilakukan adalah penguatan sistem pengendalian program/kegiatan melalui penguatan UKM-P3 (Unit Kerja Menteri untuk Pemantauan dan Pengendalian Program) yang berfungsi untuk melakukan pemantauan, verifikasi serta evaluasi kegiatan/program. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan yang memadai, bahwa program-program strategis berjalan sesuai dengan yang ditargetkan. Kementerian Riset dan Teknologi juga melakukan revisi Renstra termasuk di dalamnya Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam upaya peningkatan peran dan kontribusi Kementerian Riset dan Teknologi bagi pembangunan nasional. Laporan ini disusun mengacu pada indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Riset dan Teknologi Tahun , serta berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, agar masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran tentang kinerja Kementerian Riset dan Teknologi kami akan terus melakukan perbaikan untuk lebih menyempurnakan pelaporan ini dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas organisasi. Jakarta, Maret 2012 Menteri Negara Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta vi

8 iii vi vii viii x IKHTISAR EKSEKUTIF KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tugas dan Fungsi 1.3. Struktur Organisasi 1.4. Sumber Daya Manusia 1.5. Anggaran 1.6. Sistematika Penyajian BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Rencana Strategis (Renstra) 2.3. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Riset dan Teknologi 2.4. Penetapan Kinerja Tahun Pengendalian Kinerja (Unit Kerja Menteri untuk Pemantauan dan Pengendalian Program/UKM-P3) BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Kinerja 3.2. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 3.3. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) 3.4. Analisis Capaian Kinerja BAB IV PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Formulir RS (Rencana Strategis) 2. Formulir RKT (Rencana Kinerja Tahunan) 3. Formulir PK (Penetapan Kinerja) 4. Formulir PKK (Pengukuran Kinerja Kegiatan) 5. Formulir PPS (Pengukuran Pencapaian Sasaran) vii

9 Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Fokus Area Perubahan Ristek Hubungan antara tupoksi dan program Penguatan SINas Bagan Struktur Organisasi Kementerian Riset dan Teknologi Profil Pegawai Kementerian Riset dan Teknologi Realisasi Anggaran Kementerian Riset dan Teknologi 2011 Kerangka Pembangunan Iptek dalam RPJMN Pola Pikir Sinergi Fungsional dalam Kerangka Renstra Kementerian Riset dan Teknologi Hubungan antara Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dengan UU SPN dan UU KN Manajemen kinerja berorientasi hasil (output/outcome) Hirarki IKU yang bermuara pada IKU Kementerian Danau outcome Kementerian Ristek dalam rangka Penguatan SINas Pengendalian Kinerja dalam UKM-P3 Tahapan dalam penyusunan laporan UKM-P3 Gambar 14. Laporan Evaluasi UKM-P3 Penetapan lembaga yang dibina Penetapan Pusat Unggulan Iptek Jumlah Artikel Tahun 2010 Jumlah Artikel Tahun 2011 Perbandingan jumlah artikel / berita iptek di media cetak tahun 2010 dan 2011 Capaian Kegiatan Insentif Riset Tahun 2011 Innovation Policy Training (Juni 2011) di Jerman diikuti oleh Kepala LIPI, Kepala BPPT, Eselon I dan Eselon II Kemenristek dan LPNK merupakan kerjasama Kemenristek dan BMBF Jerman. Skor university-industry collaboration in R&D IndonesiaTahun dan target 2011 hasil ekstrapolasi Panen Kedelai oleh Menegristek, Kepala BATAN, dan Pejabat Eselon I Panen Padi bersama Pejabat Kemenristek, BATAN, dan Wakil Walikota Tangerang Selatan Penggemukan Sapi Teknik Penyerentak Birahi dan Inseminasi Buatan, Anak Domba Lahir Tunggal dan Lahir Kembar Dua Hasil Penyerentakan Birahi dengan Laserpunktur viii

10 Gambar 27. Gambar 28. Gambar 29. Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32. Gambar 33. Gambar 34. Gambar 35. Gambar 36. Gambar 37. Gambar 38. Gambar 39. Gambar 40. Gambar 41. Gambar 42. Gambar 43. Gambar 44. Gambar 45. Gambar 46. Gambar 47. Gambar 48. Gambar 49. Gambar 50. Teknik Budidaya Ikan dengan Aerator dan Tanpa Aerator Panen Ikan Nila Merah oleh Deputi Bidang Jaringan Iptek, Staf Ahli Menegristek Bidang Pertanian dan Pangan, dan Wakil Walikota Tangerang Selatan Perangkat CBI Teknologi Roket Roket Kendali Roket Balistik Truk Peluncur Gaz Truk Peluncur Perkasa Penandatanganan MoU Iptek Indonesia - India 25 Januari 2011 di New Delhi oleh Menristek Suharna Surapranata dan Sekretaris Menteri Iptek India dan disaksikan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono dan PM India Singh Penandatanganan MoU Iptek Indonesia dan Mozambique oleh Menristek Suharna Surapranata dan Menteri Iptek Mozambique Prof. Venancio Massingue Kuliah Umum Presiden Federal Jerman Christian Wulff di Universitas Indonesia, 1 Desember 2011 yang dibuka oleh Menristek Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS Pekan Iptek Indonesia - Tiongkok yang dibuka oleh Menristek Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS dan penandatanganan MoU Iptek RI Indonesia yang dilakukan oleh Dr. Teguh Rahardjo - Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek dan Dr. Ciao Jianlin, Menteri Iptek Tiongkok Publikasi ilmiah dari Program Insentif tahun 2010 dan 201 Jumlah publikasi nasional tahun 2010 dan 2011 Kontribusi publikasi ilmiah dari Program Insentif terhadap total publikasi ilmiah nasional Prototype Laboratorium (LIPI) Prototype Industri (Tesena) Kedelai Plus Plasma binaan PT. Synov Bibit Sapi Unggul Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid Teknologi Perangkat Lunak Berbasis OSS Pemasangan PLTH di Marampit, Sulawesi Utara Hasil reverse engeneering (blade nose, orietasi dan kontrol) ix

11 v Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2011 Realisasi Anggaran Kementerian Ristek 2011 Contoh jumlah IKU masing-masing unit organisasi lingkup KRT Instrumen Pengendalian Kinerja Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2011 Sasaran Menguatnya Kelembagaan Iptek Instrumen Pengendalian Kinerja Sasaran Menguatnya Sumberdaya Iptek Jumlah Peneliti dan Perekayasa Per 1 Juta Penduduk Indonesia s Gov t Expenditure on R&D of GDP Perbandingan Prosentase Investasi Litbang terhadap PDB Statistik Permohonan Paten Pemohonan Paten Dalam Negeri Tahun 2011 Hasil Program Insentif Riset Distribusi Paten Terdaftar 2011 Insentif HKI 2010 dan 2011 Pencapaian Kinerja Akreditasi Pranata Litbang Tahun 2011 Menguatnya Jaringan Iptek Data Produksi Kedelai Rajabasa, Mitani, dan Mutiara 1 di Puspiptek Serpong Produktifitas varietas Inpari Sidenuk, Pandanputri, Mira-1 dan Bestari di Lahan Sawah Puspiptek Serpong Pertambahan Berat Sapi dengan Berbagai Input Pakan Analisa usaha budidaya ikan Nila di kolam Puspiptek Serpong Kerjasama Riset Internasional Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek Sasaran Meningkatnya Pendayagunaan Iptek Pemanfaatan Teknologi Hasil Litbang Nasional di Industri Paket Teknologi yang di Diseminasikan x

12

13 1.1. Latar Belakang Laporan akuntabilitas kinerja Kementerian Riset dan Teknologi ini disusun sebagai wujud pertanggungjawaban formal atas pelaksanaan tugas Kementerian Riset dan Teknologi selama tahun Selain itu, laporan akuntabilitas kinerja ini juga dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagaimana yang diamanahkan dalam berbagai peraturan perundangan, yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Bersih dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) 2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah 3. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 4. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP-135/M.PAN/9/2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi LAKIP, dan 5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun Sejalan dengan penerapan Reformasi Birokrasi di Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2011 ini, diharapkan kinerja organisasi semakin efektif dan akuntabel. Karena pada hakekatnya implementasi Reformasi Birokrasi merupakan langkah sistematis untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan sistem penyelenggaraan pemerintahan secara lebih baik menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan berorientasi pada hasil (result oriented government) sehingga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan stakeholder lainnya, yakni kinerja tinggi, layanan prima dan bebas KKN. Dalam proses reformasi birokrasi, area yang menjadi fokus perubahan secara berkelanjutan di lingkungan Kementerian Riset dan Teknologi mencakup perubahan pada pola pikir, perubahan pada sistem dan perubahan pada budaya organisasi. Perubahan pada ketiga area ini dapat diilustrasikan pada Gambar 1. Gambar 1. Fokus Area Perubahan Ristek Perubahan merupakan pergeseran organisasi dari keadaan sekarang menuju keadaan yang diinginkan. Dalam organisasi, perubahan tersebut meliputi pola pikir, budaya kerja dan sistem (struktur). Perubahan sebagaimana yang diinginkan bukanlah proses yang sederhana, karena berpeluang memunculkan resistensi pada individu didalam organisasi. Transparansi proses, komunikasi dan keterlibatan semua pihak dalam proses perubahan diharapkan dapat mengurangi resistensi. Pola pikir (mind set), pegawai Kementerian Riset dan Teknologi diarahkan untuk mendukung organisasi yang efisien, efektif, produktif, professional, dan memiliki pola pikir yang melayani masyarakat sehingga menghasilkan kinerja yang tinggi dan berorientasi pada hasil (outcome). Budaya kerja (culture set), budaya kerja organisasi diarahkan pada perbaikan kondisi yang belum berorientasi keluar, minim pemberdayaan, cenderung lambat dalam pengambilan keputusan, masih bersifat tertutup dan belum berintegrasi. Perubahan sistem (system set), belum berfungsinya sistem informasi kinerja secara optimal, mangharuskan sistem beradaptasi dengan perubahan lingkungannya, baik internal maupun eksternal. 2

14 1.2. Tugas dan Fungsi Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, tugas, fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, tugas Kementerian Riset dan Teknologi adalah menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi dan sinkronisasi program pemerintah. Kementerian Ristek menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan dan koordinasi di bidang riset dan teknologi, yang dilaksanakan secara outcome base, fokus dan sinergi dengan stakeholder iptek lainnya. Menteri Negara Riset dan Teknologi mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yakni : BAKOSURTANAL, BAPETEN, BATAN, BPPT, BSN, LAPAN dan LIPI. Dengan demikian, Menteri Negara Riset dan Teknologi selain melaksanakan perumusan dan pengkoordinasian kebijakan pemerintah di bidang riset, ilmu pengetahuan dan teknologi (riptek), juga mempunyai kewenangan, diantaranya menyusun rencana nasional secara makro di bidang riset dan teknologi, pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional di bidang riptek, penerapan sistem informasi nasional di bidang riptek, serta membangun sistem inovasi dan budaya ilmu pengetahuan dan teknologi nasional. Pelaksanaan tugas Kementerian Riset dan Teknologi senantiasa dilandasi oleh peraturan dan perundangan yang berlaku, diantaranya : 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 5; 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) ; dan 3. Kebijakan Strategis Nasional Iptek (Jakstra Ipteknas) yang ditetapkan sesuai Kepmen Ristek No. 193/M/Kp/IV/2010. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor : 03/M/PER/VI/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Riset dan Teknologi menyelenggarakan fungsi: a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang riset dan teknologi; b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang riset dan teknologi; c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Riset dan Teknologi; dan d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Riset dan Teknologi. Tugas dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi sebagaimana disebutkan di atas dijalankan dalam rangka memperkuat Sistem Inovasi Nasional (SINas). Keterkaitan antara tugas dan fungsi dengan penguatan SINas adalah seperti dideskripsikan pada Gambar 2. Gambar 2. Hubungan antara tupoksi dan program Penguatan SINas 3

15 Satu hal penting yang menjadi kata kunci pelaksanaan tugas pokok dan fungsi lembaga-lembaga publik adalah implementasi tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk itu Kementerian Riset dan Teknologi menyadari sepenuhnya bahwa aspek tata kelola kepemerintahan yang baik merupakan landasan awal bagi kesuksesan tercapainya visi dan misi organisasi. Harus diakui pula, tantangan yang dihadapi organisasi sangatlah berat seiring dengan perkembangan lokal dan global yang menuntut organisasi harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan dan trend baru yang terjadi Struktur Organisasi Struktur Organisasi Kementerian Riset dan Teknologi ditetapkan berdasarkan Peratutran Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor : 03/M/PER/VI/2010, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset dan Teknologi, organisasinya Kementerian Riset dan Teknologi meliputi : a. Sekretariat Kementerian; b. Deputi Bidang Kelembagaan Iptek; c. Deputi Bidang Sumberdaya Iptek; d. Deputi Bidang Jaringan Iptek; e. Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek; f. Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek; g. Staf Ahli Bidang Pangan dan Pertanian; h. Staf Ahli Bidang Energi dan Material Maju; i. Staf Ahli Bidang TIK dan Transportasi; j. Staf Ahli Bidang Kesehatan dan Obat; k. Staf Ahli Bidang Pertahanan dan Keamanan; l. Inspektorat. Struktur organisasi Kementerian Riset dan Teknologi ini dapat dilihat dalam bagan pada Gambar 3. Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Riset dan Teknologi 1.4. Sumber Daya Manusia Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Kementerian Riset dan Teknologi didukung oleh SDM sejumlah 793 orang pegawai yang berada di Kantor Pusat Jalan MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat dan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong, dengan komposisi pendidikan sebagaimana Gambar 4. Gambar 4. Profil Pegawai Kementerian Riset dan Teknologi 4

16 Terkait dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, dalam rangka mewujudkan kesamaan persepsi, komitmen, konsistensi dan keterlibatan seluruh tingkatan pegawai Kementerian Riset dan Teknologi dalam pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi, telah dilaksanakan Launching Reformasi Birokrasi Ristek pada tanggal 28 Oktober Launching Reformasi Birokrasi Ristek ini dihadiri oleh seluruh pegawai Kementerian Riset dan Teknologi, perwakilan dari LPNK dan BKN. Acara launching ini merupakan tonggak awal kesatuan komitmen seluruh pegawai untuk mewujudkan organisasi yang akuntabel, transparan dan handal. Launching reformasi birokrasi ini kemudian ditindaklanjuti dengan dilaksanakannya Dialog Terbuka Reformasi Birokrasi di Kementerian Riset dan Teknologi pada tanggal 18 Mei 2011 dan di Puspiptek Serpong pada tanggal 1 Juni 2011 yang dihadiri oleh seluruh pegawai Kementerian Riset dan Teknologi. Pada acara ini, dilakukan diskusi interaktif antara pegawai dengan tim reformasi birokrasi. Selanjutnya, dalam upaya perubahan budaya kerja salah satunya melalui pelaksanaan absensi sidik jari (finger prints) Anggaran Pagu anggaran Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2011 sebesar Rp. 677,790,544,000,- terealisasi sebesar Rp ,- (93,42 %). Alokasi anggaran untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) secara rinci disampaikan sebagaimana Tabel 2 dan Gambar 5. Program Pagu Realisasi Tingkat Penyerapan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya 95,473,569,000 90,911,352, % Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatus Negara 4,516,450,000 4,482,442, % Peningkatan Kemampuan Iptek untuk Penguatan Sistem Inovasi Nasional Tabel 2. Realisasi Anggaran Kementerian Ristek ,800,525, ,772,620, % Jumlah 677,790,544, ,166,415, % Gambar 5. Realisasi Anggaran Kementerian Riset dan Teknologi

17 1.6. Sistematika Penyajian Laporan kinerja ini melaporkan capaian kinerja Kementerian Riset dan Teknologi selama tahun 2011 sesuai Rencana Strategis (Renstra) tahun Analisis Capaian Kinerja (performance result) diperbandingkan dengan Penetapan Kinerja (performance agreement) sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi, yang memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai perbaikan kinerja di masa mendatang. Sistematika penyajian LAKIP Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1. Ikhtisar Eksekutif, menyajikan ringkasan pencapaian kinerja Kementerian Riset dan Teknologi Tahun Bab. I - Pendahuluan, menjelaskan latar belakang penyusunan laporan, tugas dan fungsi, serta sumber daya. 3. Bab. II - RPJMN , Rencana Strategis , Penetapan Kinerja 2011 dan Pengendalian Kinerja, menjelaskan visi, misi dan arah kebijakan, rencana kinerja yang akan dicapai dan pengendalian kinerja melalui UKM-P3. 4. Bab. III - Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011, menjelaskan tentang pengukuran, pencapaian kinerja sebagai pertanggungjawaban terhadap pencapaian sasaran strategis pada tahun Bab. IV - Penutup, menjelaskan kesimpulan menyeluruh dan upaya perbaikan. 6

18 7

19 2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN) Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional nasional untuk mendukung peningkatan produktivitas (RPJMN) mengamanatkan bahwa pembangunan litbang dan peningkatan pendayagunaan litbang iptek diarahkan dalam upaya : Menciptakan, menguasai nasional; dan memanfaatkan iptek dasar, terapan, ilmu-ilmu 4. meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang sosial dan humaniora; Peningkatan kemampuan dan kapasitas iptek; Pengembangan sumber daya, sinergi kebijakan, agenda riset yang selaras pasar, dan mekanisme untuk ketersediaan teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat; intermediasi; Penguatan sistem inovasi untuk mendorong 5. meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor ekonomi berbasis pengetahuan; 7 (tujuh) bidang fokus (pangan, energi, ICT, transportasi, pertahanan, obat dan produksi untuk peningkatan perekonomian nasional dan penghargaan terhadap iptek dalam negeri. kesehatan, serta material maju). Untuk mencapai amanat Selaras dengan amanat dan arah kebijakan di itu, program riptek didasarkan pada strategi tiga pilar (triple track strategy) KIB II, yakni peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro growth), pengurangan kemiskinan (pro atas, pembangunan iptek nasional diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri, membuka lapangan pekerjaan baru, meningkatkan poor), penciptaan lapangan kerja (pro job), yang kemudian profesionalisme individu, dan akhirnya memajukan disempurnakan dengan pilar: green development. perekonomian bangsa. Kemajuan iptek diharapkan mampu Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional menyelesaikan permasalahan lingkungan, perubahan iklim, (RPJMN) tentang Ilmu Pengetahuan dan ketahanan pangan, penanganan bencana, peningkatan Teknologi, mengamanatkan bahwa kebijakan iptek diarahkan untuk : 1. meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan lembaga pendukung untuk mendukung proses transfer dari ide menjadi prototipe laboratorium, kemudian menuju prototipe industri sampai menghasilkan produk komersial (penguatan sistem inovasi nasional); 2. meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional; 3. mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan pertahanan dan keamanan, dll. Dengan arah kebijakan iptek tersebut, maka pembangunan iptek dilaksanakan melalui 2 (dua) program pembangunan yaitu: 1. Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) yang meliputi aspek kelembagaan, sumberdaya dan jaringan, yang berfungsi sebagai wahana pembangunan iptek menuju Visi pembangunan iptek dalam jangka panjang. 2. Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek (P3 Iptek) yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan dalam RPJPN Program pembangunan Iptek ini dilaksanakan dalam kerangka RPJMN yang disajikan pada Gambar 6. baik peneliti di lingkup nasional maupun inter- 8

20 Gambar 6. Kerangka Pembangunan Iptek dalam RPJMN Secara operasional fokus kebijakan dan program Pembangunan Iptek ini diarahkan untuk: (1) menciptakan ruang yang berfungsi sebagai panggung inovasi, agar terjadi interaksi dan kolaborasi yang baik antar aktoraktor inovasi nasional dalam suasana yang kondusif; (2) mempercepat koordinasi dan intermediasi antara penyedia dan pengguna teknologi, (3) mendorong pemanfaatan hasil litbang guna menyelesaikan permasalahan pembangunan, meningkatkan daya saing, memberikan layanan kepada masyarakat serta mencapai kemandirian bangsa. Selama periode 5 tahun ( ), program Kementerian Riset dan Teknologi adalah Penguatan SINas yang secara garis besar pelaksanaannya meliputi tahapan : Tahun , Pembangunan Dasar Sistem Inovasi Nasional yaitu melalui Penyusunan Renstra , Reorganisasi Kementerian Riset dan Teknologi, Program insentif penelitian, Program implementasi Sistem Inovasi Nasional dan Daerah, Program penguatan dan peningkatan mutu infrastruktur penelitian, Program pengembangan SDM, Program gerakan inovasi teknologi bagi pemuda dan mahasiswa, serta Program penggalakan perolehan HAKI. Tahun , Implementasi Sistem Inovasi Nasional melalui program-program realisasi secara nasional dan daerah secara masif di seluruh tanah air dengan memanfaatkan potensi daerah yang terintegrasi dengan inovasi teknologi, terus mengokohkan pembangunan SDM dan infrastruktur inovasi seperti Science and Technology Park, serta program bersama lintas kementerian untuk mendukung Sistem Inovasi Nasional. Tahun , Pengokohan Sistem Inovasi Nasional melalui program-program realisasi secara nasional dan daerah yang semakin nyata dengan indikasi terwujudnya proyek inovasi bersama melibatkan secara aktif pemasok Iptek (perguruan tinggi dan lembaga litbang) dan pengguna Iptek (pemerintah, industri, masyarakat) untuk pemenuhan kebutuhan National Security (Hankam, Pangan dan Energi), peningkatan daya saing (industri) dan layanan masyarakat. Tahapan tersebut tercermin dalam Renstra Kementerian Riset dan Teknologi yang meliputi 5 (lima) program utama yakni: program penguatan kelembagaan iptek, program penguatan sumber daya iptek, program penguatan jaringan iptek, program relevansi dan produktivitas litbang iptek, dan program pendayagunaan iptek, yang diturunkan dari RPJP, RPJMN, Visi, Misi, Agenda dan 11 program Prioritas Nasional KIB II, dan Kontrak Kinerja Menegristek. Program ini disusun untuk menjamin kontinuitas dan konsistensi program pembangunan iptek, sekaligus menyelesaikan masalah dan kendala yang belum sepenuhnya tertangani pada periode serta mengantisipasi permasalahan yang diperkirakan akan timbul pada periode ke depan. Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menempatkan penguatan kemampuan SDM dan Iptek nasional sebagai salah satu pilar utama dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Adanya kebijakan MP3EI ini lebih menegaskan lagi betapa penguatan sistem inovasi menjadi penting lagi diterapkan dalam proses pembangunan. 9

21 Sesuai dengan karakternya, inti dari pendekatan sistem inovasi adalah pengembangan dan penguatan jaringan antar pelaku ekonomi, baik dalam satu wilayah maupun antar wilayah, adanya proses difusi inovasi, serta terjadinya pembelajaran. Dengan kata lain, salah satu inti dari pendekatan sistem inovasi adalah interaksi antar pelaku inovasi, dalam hal ini terdiri atas industri (swasta), lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah serta lembaga keuangan seperti Modal Ventura, Perbankan, dll Rencana Strategis (Renstra) a. Visi Dalam rangka menyatukan langkah dalam pembangunan iptek nasional, maka pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi dilandasi suatu Visi dan Misi yang ingin diwujudkan. Visi dan Misi tersebut merupakan panduan yang memberikan pandangan dan arah ke depan sebagai dasar acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai sasaran. Visi Kementerian Riset dan Teknologi dalam Pembangunan Iptek adalah : IPTEK UNTUK KESEJAHTERAAN DAN KEMAJUAN PERADABAN Pernyataan Visi tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut : Deskripsi iptek untuk kesejahteraan dimaksudkan dengan kemajuan iptek nasional yang dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk industri, membuka lapangan pekerjaan baru, meningkatkan profesionalisme individu, dan meningkatkan pendapatan individu dan masyarakat, yang pada akhirnya dapat memajukan perekonomian bangsa. Kemajuan iptek diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan lingkungan, perubahan iklim, ketahanan pangan, penanganan bencana, peningkatan pertahanan dan keamanan, dll, yang pada akhirnya meningkatkan rasa aman, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat. Deskripsi iptek untuk kemajuan peradaban dimaksudkan dengan kemajuan iptek nasional yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, sosial dan budaya. Hasil-hasil litbang harus mencerminkan academic excellence, mempunyai economic value, dan memberikan social impact yang positif bagi kehidupan bangsa dan negara. Hal ini akan tercermin dari meningkatkan jumlah penduduk yang memasuki perguruan tinggi, jumlah S3 per tahun yang dihasilkan Perguruan Tinggi dalam negeri, jumlah publikasi ilmiah internasional dan indek sitasi, dominasi teknologi lokal pada belanja teknologi, nasionalisme akan produk dalam negeri, dan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian, pengembangan dan pemanfaatan iptek yang maju menempatkan Indonesia menjadi negara yang bermartabat, yang berdiri sama tinggi, dan duduk sama rendah dengan negara-negara lain di dunia. Kemajuan iptek nasional juga akan menempatkan Indonesia menjadi negara dengan peradaban maju, hasil akumulasi kemajuan budaya material dan non-material buah dari penelitian, pengembangan dan pemanfaatan iptek. b. Misi Dalam upaya mewujudkan Visi Kementerian Riset dan Teknologi, maka disusunlah Misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan iptek sebagai basis dalam membangun daya saing, kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan internasional, serta mencapai kemajuan peradaban bangsa. 2. Memperkuat daya dukung iptek untuk mempercepat pencapaian tujuan negara, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa; turut serta menjaga ketertiban dunia. Misi ini mencakup upaya menjawab permasalahan pembangunan iptek saat ini dan masa mendatang dalam aspek: kelembagaan iptek, sumber daya iptek, jaringan iptek, relevansi dan produktifitas iptek, dan pendayagunaan iptek. Misi tersebut juga merupakan pernyataan tentang hal-hal yang harus dicapai oleh organisasi untuk pihakpihak yang berkepentingan pada kurun waktu 5 tahun. Sebagai penjabaran dari Visi yang telah ditetapkan, pernyataan Misi mencerminkan tentang segala sesuatu untuk pencapaian Visi tersebut. c. Tujuan Untuk mencapai Visi dan Misi Kementerian Riset dan Teknologi di atas, maka Visi dan Misi harus dirumuskan ke dalam tujuan yang lebih terarah dan operasional. Untuk meningkatkan kontribusi teknologi yang nyata terhadap upaya-upaya mensejahterakan masyarakat dan memajukan peradaban, maka tujuan yang harus dicapai adalah : 1. Meningkatkan kemampuan litbang nasional. 2. Meningkatkan kontribusi iptek bagi pembangunan nasional. d. Sasaran Tujuan di atas akan dicapai apabila tercapai penguatan dalam unsur-unsur Sistem Inovasi Nasional di sisi supply yakni: Kelembagaan, Sumberdaya dan 10

22 Jaringan Iptek, di samping penguatan core business iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan Produktivitas Iptek serta penguatan Pendayagunaan Iptek di kalangan pengguna baik masyarakat, pemerintah maupun dunia industri. Karena itulah, sasaran pembangunan iptek adalah : 1. Menguatnya Kelembagaan Iptek; 2. Menguatnya Sumber Daya Iptek; 3. Menguatnya Jaringan Iptek; 4. Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Iptek; 5. Meningkatnya Pendayagunaan Iptek. Integrasi vertikal untuk mencapai sinergi dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan Iptek tahun dibangun dengan pola pikir yang diilustrasikan pada Gambar 7. Gambar 7. Pola Pikir Sinergi Fungsional dalam Kerangka Renstra Kementerian Riset dan Teknologi Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Riset dan Teknologi a. Arah Kebijakan Urgensi untuk pembangunan Sistem Nasional Iptek tidak dapat lagi ditampik, karena hanya ada satu pilihan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih maju, yakni meningkatkan kemampuan, penguasaan dan kemandirian iptek nasional. Iptek dimaksud adalah iptek yang tepat bagi solusi permasalahan nasional di segala bidang. Seperti disebutkan sebelumnya, kontribusi teknologi yang nyata terhadap upaya-upaya mensejahterakan masyarakat dan memajukan peradaban akan terwujud apabila terbangun sebuah sistem yang mengatur hubungan antara unsur-unsur yang mampu menyediakan iklim yang mendorong inovasi di tanah air yang dikenal sebagai sebuah Sistem Inovasi Nasional (SINas). Karena itulah arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi adalah menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, dan menciptakan iklim yang kondusif guna terwujudnya SINas melalui: [1] Kelembagaan Iptek yang efektif, [2] Sumberdaya Iptek yang kuat, [3] Jaringan antar-kelembagaan Iptek yang saling memperkuat (mutualistik), [4] Relevansi dan produktivitas Iptek yang tinggi, dan [5] Pendayagunaan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sistem Inovasi adalah jaringan antar institusi publik dan swasta dalam lingkup wilayah nasional (SINas) 11

23 atau daerah (SIDa) di dalamnya terjadi interaksi secara koheren dalam kegiatan memproduksi pengetahuan, menerapkan dan mendiseminasikannya sehingga menghasilkan manfaat nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Para aktor utama yang menggerakkan Sistem Inovasi Nasional adalah perguruan tinggi, industri, dan lembaga litbang; sedangkan aktor pendukung terdiri dari pemerintah (nasional dan daerah), lembaga pembiayaan (pendanaan ventura), konsumen (end user), lembaga intermediasi, lembaga paten dan sertifikasi, lembaga diklat dan lain-lain. b. Strategi Kebijakan Tugas pokok, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset dan Teknologi diarahkan untuk menjalankan peran intermediasi dalam pembangunan Sistem Inovasi Nasional (SINas), yakni : 1. Mengkoordinir kebersamaan lembaga penelitian dalam aspek perumusan kebijakan dan implementasi kebijakan di bidang litbang Iptek (supply-push technology). 2. Mempromosikan hasil litbang iptek untuk didayagunakan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. 3. Menyerap kebutuhan masyarakat (termasuk pasar) dalam rangka mengarahkan aktivitas litbang Iptek (demand-driven approach). Peranan intermediasi ini penting untuk dilaksanakan dengan pendekatan manajemen yang efektif dan efisien, karena ditengarai adanya beberapa permasalahan di lapangan seperti adanya tumpang tindih program dan anggaran, Agenda Riset Nasional (ARN) yang masih belum diacu secara penuh oleh stake-holders pembangunan iptek, efek sinergi yang lemah, sehingga pembangunan iptek nasional menjadi lambat, marjinal, dan tidak terkoordinasi dengan baik. Strategi yang akan dijalankan oleh Kementerian Riset dan Teknologi dalam menjalankan peran intermediasi dan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kelembagaan litbang (LPNK, LPD, Pemda, Swasta / Industri / Badan Usaha, dan Perguruan Tinggi) dan program litbang adalah dengan menjalankan sinergi fungsional, yaitu sinergi yang mengedepankan kebersamaan antar berbagai pemangku kepentingan dalam menjalankan fungsi-fungsi kelitbangan iptek. Pendekatan koordinasi dan sinkronisasi secara sinergi fungsional diharapkan mampu menerobos kebuntuan struktural melalui upaya membangun kebersamaan dalam menjalankan tupoksi untuk meningkatkan binding energy di antara pemangku kepentingan Iptek. Dengan sinergi fungsional yang baik, maka hasil litbang dan penemuan iptek yang dikembangkan lembaga penelitian baik di lembaga riset pemerintah maupun perguruan tinggi dapat diupayakan mampu melintasi Lautan Kemubaziran untuk didayagunakan. Proses melintasi Lautan Kemubadziran adalah sebuah proses pengembangan produk dari hasil temuan dan litbang Iptek untuk bisa dikomersialkan atau didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan industri maupun masyarakat pengguna lain. Prinsip penggalangan kompetisi dan kerjasama untuk membangkitkan industri hasil inovasi dilakukan dengan cara mengelola interaksi serta hubungan-hubungan antar elemen pendukung. Karena, selain upaya ke dalam, yakni bagaimana mengefektifkan interaksi antar lembaga-lembaga penghasil teknologi (LPNK Ristek, Balitbang Kementerian, daerah serta Perguruan Tinggi), tetapi juga penting interaksi ke luar dengan dunia usaha, agar inovasi dapat Terwujud dalam penyediaan barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat. Kementerian Riset dan Teknologi berupaya memfasilitasi interaksi antar LPNK di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi, serta interaksi dengan lingkungan eksternal. c. Program Berdasarkan arah kebijakan pembangunan iptek Nasional maupun arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi yang menekankan pentingnya membangun sebuah Sistem Inovasi Nasional, maka Program Kementerian Riset dan Teknologi selama periode 5 tahun adalah Peningkatan Kemampuan Iptek Nasional untuk Penguatan Sistem Inovasi Nasional. Dalam hal ini pembangunan iptek diarahkan untuk meningkatkan unsur-unsur Sistem Inovasi Nasional, yakni: Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di samping penguatan core business iptek, yakni Relevansi dan Produktivitas Iptek serta Pendayagunaan Iptek. Dengan demikian, maka 5 pilar program pembangunan iptek tahun , yaitu : 1. Penguatan Kelembagaan Iptek, diarahkan bagi meningkatkan kualitas kelembagaan iptek, antara lain dicapai melalui kegiatan arah pengembangan kelembagaan iptek, penataan kelembagaan iptek, penguatan kompetensi lembaga iptek, pengembangan sistem legislasi iptek, pengembangan budaya dan etika iptek. 2. Penguatan Sumber Daya Iptek, diarahkan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya iptek, yang dicapai melalui kegiatan peningkatan SDM iptek, peningkatan sarana dan prasarana iptek, peningkatan 12

24 investasi iptek, pengembangan data dan informasi iptek, peningkatan kekayaan intelektual dan standardisasi. 3. Penguatan Jaringan Iptek, diarahkan untuk penguatan jaringan iptek yang dicapai melalui kegiatan penguatan jaringan antar penyedia iptek, pengembangan jaringan antar penyedia dengan pengguna iptek, penguatan hubungan penyedia iptek dengan lembaga regulasi, penguatan jaringan pusat dan daerah, penguatan jaringan Iptek internasional. 4. Relevansi dan Produktivitas Iptek, diarahkan untuk menyelaraskan antara kapasitas iptek, dengan kebutuhan pengguna dan meningkatkan produktivitas iptek yang dicapai melalui kegiatan pemetarencanaan riptek nasional, pengembangan riptek prioritas, peningkatan produktivitas riptek strategis, peningkatan produktivitas riptek masyarakat, peningkatan produktivitas riptek industri. 5. Pendayagunaan Iptek, diarahkan untuk meningkatkan pendayagunaan hasil litbangyasa nasional yang dicapai melalui kegiatan analisis kebutuhan iptek nasional, pendayagunaan iptek masyarakat, pendayagunaan iptek strategis, pendayagunaan iptek industri kecil menengah, dan pendagunaan iptek industri besar. Utama (IKU), maka Penetapan Kinerja Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2011 juga dilakukan revisi. Penetapan Kinerja Kementeria Riset dan Teknologi Tahun 2011 Revisi selengkapnya terdapat pada Lampiran Pengendalian Kinerja (Unit Kerja Menteri untuk Pemantauan dan Pengendalian Program/ UKM-P3) Hubungan antara Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan UU Sistem Perencanaan Nasional dan UU Keuangan Negara diperlihatkan pada Gambar 8. Dalam gambar tersebut, secara eksplisit terlihat, bahwa akuntabilitas kinerja, perencanaan dan keuangan adalah entitas/besaran yang terkait secara langsung dan linier. Perencanaan dan anggaran/keuangan yang dikeluarkan terkait dan berbanding lurus dengan kinerja yang diharapkan, karenanya sistem penganggaran seperti ini disebut juga sebagai sistem anggaran berbasis kinerja dengan turunannya manajemen berbasis kinerja atau manajemen kinerja Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2011 Dengan telah diterbitkannya Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Kementerian Riset dan Teknologi menindak lanjuti dengan menyusun Penetapan Kinerja (PK). Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah: meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/ kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Kementerian Riset dan Teknologi telah menetapkan Penetapan Kinerja Tahun 2011 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi yang ada. Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun Dengan adanya perubahan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Riset dan teknologi Tahun beserta Indikator Kinerja Gambar 8. Hubungan antara Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dengan UU SPN dan UU KN Dalam rangka efisiensi, efektivitas, dan penajaman hasil-hasil kerja kementerian, maka pola pikir/ mind set manajemen program berupa : perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pelaporan kegiatan disempurnakan menjadi manajemen kinerja (hasil kerja) berupa : perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, pengukuran kinerja, pengendalian kinerja dan pelaporan kinerja sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 9. Penyempurnaan ini dilakukan, agar kerja kementerian berubah dari pendekatan/cara pandang yang berorientasi proses/kegiatan (process oriented) menuju manajemen kinerja yang berorientasi hasil/kinerja (output/outcome oriented). Untuk itu, hal-hal yang berkaitan dengan hasil kerja seperti tujuan, sasaran, target, capaian, indikator kinerja utama (IKU) menjadi titik-tolak manajemen, yang 13

25 perlu dirumuskan secara seksama, jelas dan akurat serta ditetapkan. Dengan kata lain, langkah strategis utama yang penting dilakukan manajemen adalah perencanaan kinerja/hasil kerja, bukan sekedar perencanaan program/ kegiatan. dalam masing-masing dokumen termasuk ekspresi redaksionalnya maka dilakukan harmonisasi, reformulasi dan kodefikasi IKU antara IKU level Kementerian, Deputi, Asdep sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 10. Gambar 10. Hirarki IKU yang bermuara pada IKU Kementerian Gambar 9. Manajemen kinerja berorientasi hasil (output/outcome) Kementerian Riset dan Teknologi melaksanakan perencanaan kinerjanya secara lima tahunan dan tahunan yang tertuang dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) , Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Kerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja (PK). Untuk menjaga konsistensi, keterpaduan dan keselarasan sasaran kinerja Kementerian Riset dan Teknologi melaksanakan perencanaan kinerjanya secara lima tahunan dan tahunan yang tertuang dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) , Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Kerja Tahunan (RKT), dan Penetapan Kinerja (PK). Untuk menjaga konsistensi, keterpaduan dan keselarasan sasaran kinerja dalam masing-masing dokumen termasuk ekspresi redaksionalnya maka dilakukan harmonisasi, reformulasi dan kodefikasi IKU antara IKU level Kementerian, Deputi, Asdep sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 10. No. 1 Level IKU Kementerian Riset dan Teknologi Tabel 3. Contoh jumlah IKU masing-masing unit organisasi lingkup KRT Jumlah satuan IKU Jumah Unit Organisasi Jumlah IKU setiap Level Jumlah IKU per unit organisasi Jumlah total IKU per layer organisasi x Eselon x 6 x Asisten Deputi 3 6 x 5 1 x 6 x 5 x 3 90 Dalam rangka sosialisasi yang terus-menerus serta membangun daya gugah terhadap tujuan yang harus dicapai, maka formulasi tujuan/sasaran organisasi dalam bentuk IKU ini ditetapkan dengan SK Menegristek dan diintegrasikan kedalam Blue Print Reformasi Birokrasi Kementerian Riset dan Teknologi. Penetapan target-target dan sasaran yang jelas, serta sosialisasi intensif diharapkan akan lebih dapat memastikan pelaksanaan pendekatan goal oriented. Kemudian untuk menjaga agar pelaksanaan kinerja selalu berorientasi pada IKU yang telah ditetapkan perlu dilaksanakan pengendalian kinerja. Berbagai instrumen untuk pengendalian kinerja diperlihatkan pada Tabel 4, dimana dilakukan beberapa langkah : 14

26 Tabel 4. Instrumen Pengendalian Kinerja No. Tahapan Karakter dasar Instrumen pengendalian 1 PERENCANAAN & PENGANGGARAN 2 PELAKSANAAN 3 PELAPORAN AKHIR Perencanaan: Berbasis outcome/ IKU Substantif Sesuai tupoksi Tepat dan Akurat Saling terkait (sinergi) Proses: Outcome oriented bukan sekedar proses oriented. Efisien & produktif Akurat dan cepat Tim work-sinergi Ouput: Transparan-akuntabel Sesuai tenggat Akurat-substansial Produktif Menjamin mutu program: Penetapan IKU yang jelas Kodefikasi IKU Tim seleksi yang kuat Presentasi TOR Gunting anggaran/ Cek dam berbasis IKU Menjaga arah dan kinerja: Pokja (sinergi) Monev besar (roren) Monev kecil (deputi) Pengendalian internal Controll Room Presentasi tengah tahun Kontrol Kualitas Produk: Laporan Verifikasi lapangan Presentasi tahunan /pembahasan pakar Launching Publik Pertama, penyusunan program/kegiatan berbasis IKU yang telah ditetapkan, dalam rangka memastikan mutu program/ kegiatan. 1. Membentuk pokja sinergi program lintas unit kerja, dimana program-program yang beririsan dapat dipastikan tidak terjadi tumpang-tindih, dan menyasar langsung pada IKU yang telah ditetapkan. Berbagai rapat pokja serta rapat kerja deputi/unit kerja dilakukan untuk penajaman TOR kegiatan serta terwujud focusing, locusing, dan modusing berbasis IKU yang telah ditetapkan, dalam rangka sinergi mencapai IKU. 2. Membentuk tim seleksi yang kuat meliputi para Eselon I untuk mengevaluasi TOR melalui presentasi/seleksi proposal. 3. Gunting anggaran berbasis IKU, dimana program/ kegiatan dihapus, ditambah-kurangi, digabung, dll berbasis relevansi terhadap IKU baik focus, locus, maupun modus sebagaimana rekomendasi tim seleksi sebagai hasil pelaksanaan seleksi proposal (penajaman proposal). Danau outcome Kementerian Ristek dalam rangka Penguatan Sistem Inovasi Nasional sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 11 digunakan sebagai basis seleksi IKU. Aliran program/kegiatan yang tidak menyasar ke IKU langsung digunting. Gambar 11. Danau outcome Kementerian Ristek dalam rangka Penguatan SINas Kedua, pengendalian kinerja dalam rangka menjaga agar arah program/kegiatan on the track menyasar langsung ke IKU, sesuai dengan perencanaan kinerja. Untuk itu, maka dibentuk : 1. Monev besar tingkap kementerian (UKM-P3); Monev kecil (tingkat deputi/unit kerja); Pengendalian internal (melalui Inspektorat). 2. Pada tahun 2011 dilakukan monev awal tahun untuk menajamkan arah dan target kegiatan, tengah tahun untuk memastikan program kegiatan sesuai arah dan target yang telah ditetapkan, dan akhir tahun untuk 15

27 mengevaluasi target capaian kegiatan. Pada tahun 2010 monev hanya dilakukan pada akhir tahun dalam rangka evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan kegiatan. 3. Pengoperasian Controll Room, sehingga pelaksanaan kinerja dapat dengan mudah dipantau oleh Menteri. 4. Mempresentasikan laporan pengendalian secara tri (tiga) bulanan dalam Rapim kepada Menristek, agar mendapat perhatian penuh pimpinan dan unit kerja terkait. 5. Memastikan hasil evaluasi UKM-P3 ditindaklanjuti/ dimanfaatkan oleh unit kerja terkait untuk perbaikan pelaksanaan kinerja (intervensi). Ketiga, pelaporan kinerja dalam rangka mengontrol kualitas kinerja sesuai dengan perencanaan kinerja. Untuk itu, maka unit kerja melaksanakan : 1. Pelaporan, dilakukan monitoring dan verifikasi lapangan oleh UKM-P3 dan Inspektorat, presentasi awal, semesteran dan akhir tahun. 2. Launching Publik hasil-hasil kinerja. Dalam rangka membantu Menteri untuk pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan dalam lingkup Kementerian Riset dan Teknologi, berdasarkan SK Menegristek No. 208/M/Kp/VII/2010 telah dibentuk UKM-P3 (Unit Kerja Menteri untuk Pemantauan dan Pengendalian Program). Terinspirasi oleh UKP4, unit UKM-P3 di Kementerian Riset dan Teknologi secara organisasi tidak berbentuk unit kerja khusus, namun berupa Tim Kerja yang bersifat ad hoc non struktural. UKM-P3 diketua Sekretaris Kementerian Riset dan Teknologi, dimana di dalamnya dominan unsur Biro Perencanaan dan Inspektorat, serta dibantu oleh Staf Khusus Menteri, Tenaga Ahli Menteri dan wakil dari masing-masing Deputi. Dalam rangka pengendalian program secara umum kerja UKM-P3 diperlihatkan pada Gambar 12, yakni : 1. Kodefikasi IKU yang telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Menteri, dalam rangka menjaga keterpaduan dan keselarasan IKU dengan dokumen perencanaan dan Rencana Strategis. 2. Memastikan kesesuaian/konsistensi TOR program dengan IKU yang telah ditetapkan, melalui presentasi TOR (Focusing, locusing, dan modusing). 3. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dalam rangka mengukur serta menganalisis hasil pengukuran kinerja. 4. Penyusunan laporan evaluasi tri bulanan UKM-P3. 5. Mempresentasikan laporan pengendalian secara tri bulanan dalam Rapim kepada Menristek, agar mendapat perhatian penuh pimpinan dan unit kerja terkait. 6. Memastikan hasil evaluasi UKM-P3 (Awal, Tengah dan Akhir Tahun) ditindaklanjuti/ dimanfaatkan oleh unit kerja terkait untuk perbaikan pelaksanaan kinerja (intervensi). Gambar 12. Pengendalian Kinerja dalam UKM-P3 Dengan demikian, basis tugas UKM-P3 terutama pada pengendalian dalam implementasi kegiatan, agar pelaksanaan program mengarah pada pencapaian IKU (output/outcome oriented). Terkait dengan laporan tri bulanan UKM-P3, tahapan dan metodologi penyusunan laporan diperlihatkan pada Gambar 13, yakni : 1. Koleksi data pelaksanaan kinerja bersama wakil dari deputi, melalui pengisian matriks 8 kolom dan narasi deskriptif, untuk mengukur pencapaian kinerja bebasis IKU masing-masing unit kerja. Program yang diukur terutama adalah program strategis kementerian, yang telah didefinisikan/ditetapkan. 2. Kuantifikasi besaran kinerja melalui pengisian matriks 8 kolom dengan bingkai waktu (tri bulanan). 3. Penomoran/kodefikasi/label/warna/simbol. 4. Monitoring dan verifikasi lapangan (sampling). 5. Presentasi awal, semesteran dan akhir tahun : analisis kuantitatif dan kualitatif. 6. Rekomendasi penyusunan laporan evaluasi tri bulanan. Gambar 13. Tahapan dalam penyusunan laporan UKM-P3 16

28 17

29 3.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja akan menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial yang dicapai, seberapa bagus kinerja financial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut : Dengan membandingkan antara realisasi dan rencana kegiatan, maka dapat dilihat jumlah persentase pencapaian pada masing masing indikator kinerja kegiatan. Dengan diketahui capaian kinerja, maka dapat dianalisis faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan, yang selanjutnya dapat dipetakan kekurangan dan kelemahan realisasi dan rencana kegiatan, kemudian ditetapkan strategi untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang. Untuk mengukur capaian masing-masing IKU dilakukan secara umum yakni melalui data statistik nasonal dan internasional yang ada, survei secara khusus, data kegiatan. Disamping itu dibentuk Tim Pengukuran IKU serta dibuat buku saku IKU tentang definisi dan cara mengukur IKU. Sedangkan analisis capaian masing-masing IKU disampaikan secara jelas/rinci dengan cara mendefinisikan alasan penetapan masing-masing IKU, cara mengukurnya, menjelaskan capaian kinerjanya yang membandingkan dengan tahun sebelumnya, pencapaian secara nasional dan/atau internasional disertai dengan data pendukung berupa tabel, foto/gambar, grafik, news dan data pendukung lainnya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Dalam upaya mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2011 terus melaksanakan berbagai upaya perbaikan, dengan tujuan untuk mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance) dan berorientasi kepada hasil (result oriented government). Implementasi dan pengembangan sistem akuntabilitas di lingkungan Kementerian Riset dan Teknologi dilakukan di semua komponen yang merupakan bagian integral dari sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP), yang meliputi aspek: perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan capaian kinerja. Dengan memperhatikan secara cermat hasil penilaian akuntabilitas kinerja Kementerian Riset dan Teknologi di tahun sebelumnya, maka pada tahun 2011 perbaikan dan penguatan diantaranya difokuskan pada hal-hal yang menjadi catatan penting dalam evaluasi yang dilakukan Kementerian PAN dan RB di tahun Beberapa perbaikan yang dilakukan pada komponen manajemen kinerja dalam SAKIP, Kementerian Riset dan Teknologi telah melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Perencanaan Kinerja, harmonisasi target-target kinerja dan indikator kinerja dalam Renstra, Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Perbaikan dalam penyusunan indikator kinerja hingga menghasilkan indikator kinerja yang benar-benar terukur dan berorientasi hasil, serta menggambarkan kinerja yang ingin dicapai/ diwujudkan pada tahun tertentu. Dengan demikian dokumen Perencanaan Kinerja dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan kinerja dan memperbaiki kinerja. b. Pengukuran Kinerja, Kementerian Riset dan Teknologi mengupayakan pengukuran atas target-target yang direncanakan dengan menetapkan Indikator Kinerja 18

30 Utama (IKU) yang berorientasi pada hasil (Outcome) dan diformalkan dalam Keputusan Menteri (Kepmen). Metodologi pengukuran IKU dilakukan melalui data statistik, survey data, membandingkan dengan capaian secara nasional dan/atau internasional. Hasil pengukuran ini senantiasa diupayakan agar dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi. Oleh karena itu penajaman IKU terus dilakukan evaluasi/ revisi dalam kerangka meningkatkan peran Kementerian Riset dan Teknologi bagi pembangunan nasional. Kementerian Ristek juga membentuk Tim Pengawalan IKU, dengan tujuan untuk mendapatkan data informasi kinerja dan ukuran keberhasilan terhadap IKU serta meningkatkan akuntabilitas kinerja. Sedangkan tugas dari Pengawalan Tim adalah: melakukan survey, menyusun tabel capaian Indikator Kinerja Utama, memberikan masukan untuk penyusunan LAKIP. c. Pelaporan Kinerja, LAKIP 2011 disusun dalam rangka menyajikan informasi yang menggambarkan kinerja secara menyeluruh yang dicapai oleh Kementerian Riset dan Teknologi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja selanjutnya, serta dapat dimanfaatkan oleh stakeholder. d. Evaluasi Kinerja, Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2011 telah melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja secara internal oleh Inspektorat. Terdapat upayaupaya perbaikan dari evaluasi yang dilakukan di periode sebelumnya, yang ditindaklanjuti dengan disusunnya Metode Evaluasi pemantauan dan pengendalian kinerja yang dilaksanakan oleh Unit Kerja Menteri untuk Pemantauan dan Pengendalian Program (UKMP-3). e. Capaian Kinerja, pencapaian hasil kinerja di Kementerian Riset dan Teknologi di tahun 2011 dilaksanakan secara terukur dan berorientasi hasil. Dalam hal ini pencapaian kinerja benar-benar memperhatikan ketepatan indikator kinerja, ketepatan target, pencapaian target, keandalan data kinerja serta keselarasannya dengan RPJMN. f. Membentuk Struktur UKM-P3 (Unit Kerja Menteri untuk Pemantauan dan Pengendalian Program) yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 208/M/KP/VII/2010, yang berfungsi untuk mengetahui laju pelaksanaan program dengan melakukan pemantauan dan pengendalian, monitoring dan verifikasi serta evaluasi program. Gambar 14. Laporan Evaluasi UKM-P Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Riset dan Teknologi merupakan tolok ukur capaian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang menjadi tanggungjawabnya. Dari indikator-indikator yang telah ditetapkan dan agar pemangku kepentingan mudah dalam mengukur dan menganalisa keberhasilan kinerja Kementerian Riset dan Teknologi maka ditentukan indikator yang menjadi indikator utama. IKU Kementerian Ristek disusun dengan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstranas Iptek) Tahun dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Ristek Tahun Adapun unsurunsur yang terkandung dalam IKU Kementerian Riset dan Teknologi adalah : a. Pusat Unggulan Iptek; b. Peneliti Per 1 Juta Penduduk; c. Kekayaan Intelektual Hasil Litbangyasa Iptek d. Konsorsium Riset Iptek; e. Kerjasama Riset Internasional; f. Publikasi Ilmiah; g. Paten Terdaftar; h. Hasil Riset Dimanfaatkan; i. Daerah Melaksanakan Model Sistem Inovasi Daerah (SIDa). Sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap peran kementerian bagi pembangunan nasional, serta 19

31 implementasi program peningkatan kemampuan iptek untuk penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas), maka pada tahun 2011 dipandang perlu untuk merevisi Rencana Strategis termasuk di dalamnya Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Riset dan Teknologi. Perubahan IKU ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 243a/M/Kp/IX/2011. Alasan yang mendasari revisi IKU di atas adalah karena Kementerian Riset dan Teknologi bersungguh-sungguh ingin mewujudkan iptek sebagai kekuatan utama kesejahteraan berkelanjutan dan peradaban bangsa, sehingga akan mampu memberikan solusi permasalahan iptek mengenai keterbatasan sumberdaya iptek, rendahnya kontribusi iptek nasional di sektor produksi dan lemahnya sinergi kebijakan iptek. IKU sebagai bagian representasi cita-cita Kementerian Riset dan Teknologi dalam mewujudkan iklim perkembangan iptek dalam membentuk kemampuan iptek secara nasional. Selain itu juga untuk menumbuhkan budaya iptek di lingkungan masyarakat, yang pada akhirnya partisipasi aktif masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan iptek akan meningkat. Untuk dapat memenuhi amanah tersebut diatas maka Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Riset dan Teknologi dirumuskan kembali menjadi : a. Jumlah pusat unggulan Iptek. b. Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek. c. Jumlah peneliti dan perekayasa (orang/1 juta penduduk). d. Prosentase investasi litbang swasta terhadap PDB. e. Jumlah paten terdaftar. f. Kolaborasi riset lembaga litbang dengan litbang perusahaan. g. Jumlah kerjasama riset internasional. h. Jumlah artikel jurnal sains dan teknik. i. Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri. j. Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat. k. Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk national security. Dari masing-masing indikator kinerja di atas telah ditetapkan target-target yang hendak dicapai hingga tahun Target dan keberhasilan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2011 dirinci sebagaimana Tabel 5. berikut : 20

32 No. SASARAN 1 Menguatnya Kelembagaan Iptek 2 Menguatnya Sumberdaya Iptek 3 Menguatnya Jaringan Iptek 4 Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Iptek 5 Meningkatnya Pendayagunaan Iptek Tabel 5. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2011 INIDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET TAHUN 2011 TARGET REALISASI % Jumlah pusat unggulan Iptek Lembaga Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek Artikel Iptek ,75 Jumlah peneliti dan perekayasa (orang/1 juta penduduk) Peneliti dan Perekayasa ,57 134,64 Prosentase investasi litbang swasta terhadap PDB Prosentase 1.00% 0.10% 0,08% 80 Jumlah paten terdaftar Paten Terdaftar ,18 Jumlah kolaborasi riset lembaga litbang dengan litbang perusahaan Kolaborasi Jumlah kerjasama riset internasional Kerjasama Riset Jumlah artikel jurnal sains dan teknik Artikel/ Publikasi Ilmiah Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri Teknologi Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat Teknologi Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk national security Teknologi

33 3.4. Analisis Capaian Kinerja Kementerian Riset dan Teknologi telah menetapkan sasaran yang akan dicapai dalam periode yaitu penguatan dalam unsur-unsur Sistem Inovasi Nasional (SINas) di sisi supply yakni: Kelembagaan, Sumber Daya, dan Jaringan Iptek, di samping penguatan core business iptek itu sendiri, yakni Relevansi dan Produktivitas Iptek, serta Pendayagunaan Iptek di kalangan pengguna baik masyarakat, industri maupun untuk national security. Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kementerian negara serta susunan organisasi, tugas dan fungsi eselon I menetapkan, bahwa: Tugas pokok: Kementerian Riset dan Teknologi mempunyai tugas penyelenggarakan urusan di bidang riset dan teknologi dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dengan fungsi: 1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang riset dan teknologi; 2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang riset dan teknologi. Pada tahun 2011 Kementerian Riset dan Teknologi telah memfasilitasi penyusunan dan pembahasan peraturan perundang-undangan yang diprakarsai oleh LPNK di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi, yaitu: a. Rancangan Undang-Undang tentang Informasi Geospasial yang ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011; b. Rancangan Undang-Undang tentang Keantariksaan yang masuk dalam Program Legislasi Nasional Tahun 2011 kemudian masuk dalam Program Legislasi Nasional Prioritas Tahun 2012 untuk dibahas bersama DPR dan Pemerintah; c. Rancangan Undang-Undang tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian; d. Rancangan Peraturan Presiden tentang Badan Informasi Geospasial yang ditetapkan menjadi Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011; e. Rancangan Peraturan Presiden tentang Kebun Raya yang ditetapkan menjadi Peraturan Presiden Nomor 93 tahun 2011; f. Rancangan Peraturan Presiden tentang Majelis Pertimbangan Tenaga Nuklir. Di samping itu, Kementerian Riset dan Teknologi juga telah menetapkan Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi, meliputi: a. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 01/M/PER/IV/2011 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik di Kementerian Riset dan Teknologi, yang menjadi pedoman pelaksanaan pengadaan secara elektronik dan mendukung program Reformasi Birokrasi di Kementerian Riset dan Teknologi; b. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 02/M/PER/V/2011 tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi di Kementerian Riset dan Teknologi, yang mendukung Keterbukaan Informasi Publik; c. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 03/M/PER/V/2011 tentang Program Pemberian Tugas Belajar di Kementerian Riset dan Teknologi; d. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 04/M/PER/VI/2011 tentang Tim Teknis Perizinan Penelitian Berisiko Tinggi dan Berbahaya; e. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 06/M/PER/XII/2011 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Kementerian Riset dan Teknologi. Adapun Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi yang berkaitan dengan kebijakan di bidang iptek, yaitu Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 246/M/Kp/IX/2011 tentang Arah Penguatan Sistem Inovasi Nasional untuk Meningkatkan Kontribusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terhadap Pembangunan Nasional. Dokumen arah penguatan SINas tersebut, antara lain menyebutkan keberhasilan mewujudkan inovasi yang produktif dan berkontribusi positif terhadap pembangunan perekonomian suatu bangsa mempunyai korelasi positif dengan intensitas komunikasi dan interaksi antara para aktor inovasi itu sendiri. Secara fundamental intensitas komunikasi dan interaksi antara aktor inovasi masih rendah, terutama antara pengembang dengan pengguna teknologi, antara akademisi dengan bisnis, antara perguruan tinggi atau lembaga R&D dengan industri. Akibatnya teknologi yang tersedia sering tidak sesuai dengan kebutuhan penggunanya atau tidak dapat dijadikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu, upaya penerbitan kebijakan Arah Penguatan SINas untuk meningkatkan Kontribusi Iptek terhadap Pembangunan Nasional diharapkan dapat menjadi landasan dalam pembuatan kebijakan, koordinasi, dan penyusunan regulasi dalam upaya mewujudkan penguatan inovasi nasional yang produktif dan dapat menyejahterakan rakyat. Keputusan ini sekaligus memperbesar kemungkinan-kemungkinan kerjasama riset yang telah diatur dalam beberapa peraturan perundang- 22

34 undangan sebelumnya, seperti: PP No. 20/2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Litbang oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang, dan PP No. 35/2007 tentang Pengalokasian sebagaian pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi dan difusi teknologi. Sejalan dengan itu Kementerian Riset dan Teknologi melakukan Revisi Renstra Kementerian Riset dan Teknologi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 243b/M/Kp/ IX/2011. Dalam Renstra Revisi tersebut terdapat beberapa perubahan pada indikator beserta target-target yang hendak dicapai hingga tahun Sedangkan dalam hal koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang riset dan teknologi, beberapa capaian kinerja Kementerian Riset dan Teknologi tercermin pada capaian indikator kinerja utama. Dari tabel diatas menunjukkan capaian IKU Kementerian Riset dan Teknologi tahun 2011, secara umum menunjukan bahwa target berhasil dipenuhi, bahkan ada juga capaian yang melebihi target yang telah ditentukan. Secara lebih detil dari masing-masing sasaran telah ditetapkan indikator kinerja utama yang hendak dicapai. Capaian indikator kinerja dijelaskan dalam analisis capaian kinerja sebagai berikut : Pembangunan Kelembagaan Iptek (orgaware) telah dilaksanakan secara berkesinambungan sampai dengan periode tahun Namun dirasakan masih harus terus ditingkatkan pada periode tahun , agar kelembagaan iptek dapat mengokohkan Sistem Inovasi Nasional (SINas) Iptek. Penguatan kelembagaan iptek dalam SINas Iptek dimaksudkan untuk mendukung pengembangan kemampuan iptek nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa untuk mempercepat pencapaian tujuan negara. Pembangunan kemampuan iptek nasional diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dalam penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan iptek yang dibutuhkan bagi peningkatan daya saing industri nasional dan kesejahteraan bangsa. Demikian pula halnya sistem insentif, penghargaan dan budaya masyarakat yang kondusif dalam pengembangan iptek perlu ditingkatkan. Penetapan Sasaran Menguatnya Kelembagaan Iptek, diimplementasikan dengan menetapkan indikator kinerja utama adalah Jumlah Pusat Unggulan Iptek dan Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek. Indikator kinerja, target dan realisasinya pada tahun 2011 digambarkan pada Tabel 6 sebagai berikut : No. Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2011 Capaian 2011 (%) 1. Jumlah Pusat Unggulan Iptek Lembaga Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek Tabel 6. Sasaran Menguatnya Kelembagaan Iptek Artikel Iptek ,75 Pusat Unggulan Iptek Pengembangan Pusat Unggulan Iptek (IKU 1), pada tahun 2011 ditargetkan 1 lembaga, tercapai 100% yaitu ditetapkannya Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai Pusat Unggulan Iptek berdasarkan Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Kepmen) Nomor 314/M/Kp/XII/2011 tentang Penetapan Pusat Unggulan Iptek. Gambar 15. Penetapan lembaga yang dibina 23

35 Pengembangan Pusat Unggulan Iptek merupakan kebijakan Kemenristek untuk melaksanakan RPJMN , Renstra Kemenristek dan Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang MP3EI, melalui SK Menristek No. No. 81a/M/Kp/III/2011 tentang Pembentukan Program Pengembangan Pusat Unggulan Iptek. Pusat Unggulan Iptek yang dikembangkan Kemenristek bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja lembaga litbang nasional dalam kerangka penguatan SINas agar dapat berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Pusat Unggulan Iptek adalah suatu organisasi litbang (LPK,LPNK, Perguruan Tinggi, Badan Usaha) baik berdiri sendiri maupun berkolaborasi dengan organisasi lainnya (konsorsium) yang melaksanakan kegiatan-kegiatan riset bertaraf nasional dan internasional pada bidang spesifik secara multi dan interdisiplin dengan standar hasil yang sangat tinggi serta relevan dengan kebutuhan pengguna iptek. Lembaga litbang nasional (setingkat lembaga, pusat dan Balai) berjumlah 873 lembaga tersebar di Lembaga Pemerintah Non Kementerian (BPPT, LIPI, BATAN, LAPAN, BIG) sebanyak 84 lembaga, Lembaga Pemerintah Kementerian (LPK) sejumlah 282 lembaga, Perguruan Tinggi (PTN, PTS) sejumlah 482 lembaga dan badan usaha sejumlah 25 lembaga. Dari 873 lembaga litbang nasional, yang berpotensi menjadi pusat unggulan iptek berjumlah 58 lembaga, separuhnya (29 lembaga) antara lain PPKS, LBM Eijkman, Puslit Kopi dan Kakao, Pusat kajian Hortikultura Tropika IPB Bogor, Pusat Penyakit Tropis, UNAIR dapat segera ditetapkan sebagai pusat unggulan iptek berdasarkan kriteria Pusat Unggulan Iptek yang meliputi capaian akademik dan kontribusinya terhadap pembangunan nasional. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek kelapa sawit pada tahun PPKS terpilih karena kinerja yang tinggi dari kriteria akademik (academic excellence) melalui publikasi nasional dan internasional, paten, serta kontribusinya terhadap pembangunan melalui produk dan jasa yang dimanfaatkan oleh industri, masyarakat dan pemerintah. Kemenristek memberikan insentif penguatan kelembagaan dan riset agar PPKS dapat berperan lebih maksimal khususnya untuk mendukung pengembangan industri hilir kelapa sawit. Disamping PPKS yang sudah mencapai kriteria sebagai pusat unggulan Iptek, Kemenristek juga melakukan pembinaan kepada 3 lembaga litbang (Pusat kajian Hortikultura Tropika IPB Bogor, Pusat Penyakit Tropis, UNAIR dan Pusat Kajian lahan Suboptimal UNSRI) yang kinerjanya mendekati kriteria pusat unggulan iptek. Kemenristek melalui insentif kelembagaaan, sumberdaya, jaringan dan riset mentargetkan dalam waktu maksimal 3 tahun, ketiga lembaga ini dapat menjadi Pusat Unggulan Iptek. Kebijakan Pusat Unggulan Iptek telah memberikan dampak yang positif bagi lembaga litbang yang ditetapkan dan dibina sebagai Pusat Unggulan Iptek oleh Kemenristek antara lain meningkatnya kerjasama riset dan penerapan hasil riset dari dunia usaha dan lembaga riset internasional. Kebijakan ini juga mendorong semua lembaga litbang yang belum terpilih untuk meningkatkan kinerjanya secara proaktif agar dapat memenuhi kriteria sebagai pusat unggulan iptek. Gambar 16. Penetapan Pusat Unggulan Iptek Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek. Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek (IKU 2), pada tahun 2011 ditargetkan artikel iptek, terealisasi artikel/berita iptek atau tercapai 157,75%. RPJM mengamanatkan bahwa Penguatan Sistem Inovasi Nasional diantaranya di fokuskan pada Penataan Kelembagaan iptek dengan menekankan pada pematangan rencana pelaksanaan reformasi birokrasi di kementerian riset dan teknologi serta lembaga-lembaga penelitian non-kementerian. Hasil yang diharapkan adalah terbangunnya tata kelola litbang yang efisien dan efektif, yang mampu mendorong kreativitas dan profesionalisme masyarakat iptek, serta yang mampu membangun kesadaran iptek dan partisipasi masyarakat. Kesadaran iptek mempunyai arti yang sangat siginifikan dalam menciptakan dan mengembangkan kreativitas dan inovasi masyarakat baik komunitas iptek itu sendiri maupun masyarakat luas. Dari kesadaran iptek itu pulalah dapat diharapkan partisipasi intens 24

36 dari masyarakat dalam mendorong penelitian, pengembangan dan penerapan iptek. Ketika berbicara kesadaran iptek, terdapat tiga kemungkinan struktur linguistik dalam pengungkapannya, antara lain: - Kesadaran IPTEK. Terdapat dua kemungkinan, - Kesadaran yang diciptakan oleh IPTEK - Kesadaran IPTEK itu sendiri - Kesadaran melalui IPTEK. Terdapat dua kemungkinan, - Kesadaran dengan cara IPTEK - Kesadaran yang menyokong IPTEK - Kesadaran untuk IPTEK. Terdapat dua kemungkinan, - Kesadaran yang digerakkan untuk produksi IPTEK - Kesadaran yang digerakkan untuk sosialisasi IPTEK. Pada akhirnya, kesadaran IPTEK merupakan sebuah atribut tidak terpisahkan dalam suatu komunitas masyarakat. Karena penekanan utama komunikasi IPTEK adalah kepada proses bagaimana masyarakat dapat memahami IPTEK secara berkesinambungan, masyarakat perlu juga memahami bagaimana bentuk bahasa yang tepat dalam proses pengkomunikasian IPTEK oleh penyampai informasi kepada mereka. Masyarakat melakukan interpretasi terhadap informasi IPTEK disesuaikan dengan pengaruh dari dalam diri setiap individu tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan pengaruh dari lingkungan relevansi sosial dan struktur sosial yang mempengaruhi seberapa cepat dan akurat informasi IPTEK dapat diterima sesuai dengan tujuannya, sehingga diperlukan tahapan pengembangan mengenai bagaimana bentuk dan mekanisme komunikasi IPTEK terhadap masyarakat majemuk secara efektif dan efisien yang disesuaikan dengan kearifan lokal dan konteks kesadaran yang berkembang di masing-masing tatanan masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya peningkatan kesadaran iptek mendapat perhatian yang serius dari Kementerian Riset dan Teknologi melalui program-program/kegiatan diantaranya : Sistem Insentif Riset; Disseminasi Teknologi; Peningkatan Produktivitas Iptek Masyarakat; Sistem Apresiasi Budaya Iptek; dan Pengenalan Iptek Dini oleh PP. IPTEK. Indikator keberhasilan dari peningkatan kesadaran iptek yang dianggap mewakili begitu banyak dan beragam antara lain jumah lomba iptek di masyarakat dan lembaga pendidikan, pemanfaatan teknologi di masyarakat, jumlah pengunjung pada lembaga pengenalan iptek (PP. IPTEK, Rumah Pintar dsb), serta jumlah tulisan terkait iptek melalui media massa baik berupa artikel maupun berita (news). Namun diantara indikator-indikator tersebut, yang dianggap paling akuntabel secara efektif dan efisien adalah jumlah artikel/ news di media massa. Semakin tinggi tingkat kesadaran iptek, semakin marak kegiatan iptek di masyarakat. Artinya, semakin meningkat hasil kegiatan litbang yang dimanfaatkan dan mendorong kreativitas masyarakat, semakin yang banyak pula informasi seputar iptek yang dapat diangkat menjadi artikel/news dan di muat media massa. Hampir setiap surat kabar harian dan mingguan memuat berita-berita dan artikel populer ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbeda dengan dekade sebelumnya, berita dan tulisan iptek tidak lagi dipandang sebagai suatu yang eksklusif, tetapi sudah menjadi bacaan bagi masyarakat luas. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didorong oleh teknologi informasi seperti Internet, berhasil menggugah keingintahuan masyarakat terhadap sains. Belum lagi peristiwa-peristiwa alam, mulai dari banjir, gempa bumi, wabah penyakit, hingga kecelakaan pesawat terbang, yang semuanya itu bisa dijelaskan melalui pendekatan sains, membuat masyarakat mulai akrab misalnya dengan istilah daya dukung lingkungan (carrying capacity), daerah tangkapan air (DTA), retakan bawah di permukaan bumi, evolusi virus, hingga istilahistilah teknis dalam penerbangan (aviation). Masyarakat ingin tahu lebih banyak soal itu dengan tujuan bisa melakukan antisipasi jika suatu saat hal itu dialaminya sendiri. Maka tidaklah mengherankan, media massa terus mencoba memenuhi kebutuhan pembacanya akan sajian-sajian Iptek. Dengan intensitas dan visi redaksional yang berbeda-beda, setiap media akan mencoba menyajikan tulisan-tulisan Iptek sesuai selera dan segmen pembacanya. Namun, dalam fungsinya sebagai media massa dan bukan sebagai jurnal ilmiah untuk komunitas ilmuwan tertentu saja tulisan-tulisan tersebut tentulah ditampilkan dengan bahasa dan gaya penulisan yang populer. Jika berita-berita Iptek yang bisa berupa laporan peristiwa, wawancara maupun hasil penelitian para ilmuwan dan peneliti disiapkan oleh redaksi media massa itu sendiri, sebaliknya artikel iptek berasal dari luar media, yakni dari para penulis, peneliti, ilmuwan, dan pencinta iptek. Berbeda dengan umumnya staf redaksi media yang lebih berbekal pengalaman riset, wawancara dan reportase di lapangan, kalangan penulis luar ini berasal dari disiplin ilmu dan latar pendidikan yang memadai. Mereka ini adalah ilmuwan itu sendiri. 25

37 Karenanya, para penulis ini dituntut menulis lebih mendalam, tajam, akurat, dan tentu saja dengan gaya penulis yang populer sehingga lebih mudah dimengerti masyarakat luas. Media massa nasional misalnya, pada umumnya menyediakan tempat yang luas untuk pemuatan artikelartikel iptek populer ini. Namun masalahnya, mereka kesulitan mendapatkan artikel iptek yang menarik dari segi topik, baru dari segi sudut pandang (angle) dan aktual dari segi peristiwanya. Tidak sedikit artikel-artikel yang bagus dari sisi kajiannya, tapi tak bisa dimuat karena sama sekali tidak relevan dengan peristiwa yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Yang penting, artikel atau berita tersebut harus aktual, mengandung unsur baru, kerangka atau sistematika tulisan, gaya penulisan, serta sarat data pendukung. Jumlah artikel/news di media cetak dan on line pada tahun adalah sebagai berikut : Tabel 4. Instrumen Pengendalian Kinerja No. Surat Kabar 2010 Surat Kabar 2011 Media Online Majalah 1 Media Indonesia Media Indonesia Detik.com Gatra 2 Jurnal Nasional Jurnal Nasional Vivanews.com Tempo 3 Seputar Indonesia Seputar Indonesia Tribuntimur.com 4 Kompas Kompas Jawapos.com 5 Jakarta Globe Jakarta Globe 6 Koran Tempo Koran Tempo 7 Investor Daily Investor Daily 8 Republika Republika 9 The Jakarta Post The Jakarta Post 10 Pikiran Rakyat Pikiran Rakyat 11 Suara Pembaruan Suara Pembaruan 12 Harian Kontan Harian Kontan 13 Bisnis Indonesia Bisnis Indonesia 14 Indopos Indopos 15 Koran Jakarta Koran Jakarta 16 Rakyat Merdeka Rakyat Merdeka 17 Pos Kota Pos Kota 18 Berita Kota Sinar Harapan 19 Warta Kota Sriwijaya Pos 20 Radar Banten 21 Bali Pos 26

38 Cara mengukur berapa jumlah artikel atau berita iptek yang di muat dengan monitoring/menghitung jumlah artikel atau berita iptek yang di muat di media cetak dan media on line. Pada tahun 2010 jumlah artikel/ news seputar iptek dimuat di 19 surat kabar, 2 majalah dan 1 media online. Sedangkan pada tahun tahun 2011 di muat di 21 surat kabar, 2 majalah, dan 4 media on line. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 dan 2011 secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini : Capaian 2010 Capaian 2011 Gambar 18. Jumlah Artikel Tahun 2011 Jumlah artikel / berita iptek di media cetak 2011 adalah artikel berita iptek. Capaian kinerja tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan jumlah pemberitaan iptek di media cetak nasional, hal ini dikarenakan semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya iptek, sehingga media cetak mulai banyak yang memuat artikel atau berita seputar iptek. Gambar 17. Jumlah Artikel Tahun 2010 Jumlah artikel dan berita iptek di media cetak 2010 adalah buah. Berdasar capaian jumlah artikel/news di tahun 2010 di atas, angka tersebut juga mengatakan bahwa kesadaran iptek di masyarakat belum meningkat secara signifikan, akibatnya berita seputar iptek belum dirasakan menarik, masih terkalahkan oleh berita-berita seputar politik dan infotainment. Gambar 19. Perbandingan jumlah artikel / berita iptek di media cetak tahun 2010 dan

39 Menilik capaian tahun 2010 dan 2011 diatas, Pencapaian IKU artikel/news di media cetak dan on line menunjukan peningkatan cukup signifikan. Namun demikian, upaya-upaya untuk lebih meningkatkan kesadaran iptek melalui berbagai program Kementerian Ristek perlu lebih ditingkatkan lagi, sehingga iptek dapat betul-betul dirasakan sebagai sebuah solusi bagi peningkatan taraf hidup masyarakat. Beberapa capaian kinerja lain Kementerian Riset dan Teknologi dalam rangka penguatan kelembagaan iptek antara lain : Rancangan Undang-Undang Sistem Inovasi Nasional (RUU SINas) Penyusunan RUU SINas dimulai pada tahun 2011 melalui tahapan-tahapan pembuatan Blue Print SINas, Naskah Akademik, dan dokumen lainnya yang diperlukan. Diharapkan pada tahun 2014 Rancangan Undang-Undang SINas maupun kebijakan legislasi untuk penguatan inovasi dapat tersusun sehingga upaya menciptakan Sistem Inovasi Nasional yang berkesinambungan dapat dilaksanakan. Pada tahun 2011 telah dihasilkan rancangan kebijakan legislasi lintas sektor bagi penguatan SINas, yaitu : - Rancangan kebijakan legislasi lintas sektor bagi penguatan SINas: Arah Penguatan SINas Untuk Meningkatkan Kontribusi Iptek Terhadap Pembangunan Nasional. Dokumen kebijakan ini telah disebarluaskan dalam Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-16 di Puspiptek Serpong. Selanjutnya rancangan arah penguatan SINas telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi No. 246/M/Kp/IX/2011 tentang Arah Penguatan Sistem Inovasi Nasional Untuk Meningkatkan Kontribusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Terhadap Pembangunan Nasional - Rancangan amandemen UU No. 18/2002. Materi yang diusulkan diubah adalah Pasal 3, Pasal 6, Pasal 9, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21 dan Pasal 27. Rancangan amandemen UU No. 18/2002 ini telah disampaikan ke Komisi VII DPR RI. Pembudayaan Iptek Menumbuhkan budaya iptek di masyarakat adalah salah satu upaya pemberdayaan masyarakat yang diarahkan untuk meningkatan penguasaan dan pemanfaatan iptek terutama dalam mengatasi permasalahan kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hasil yang optimal, pembudayan iptek di masyarakat tidak hanya diarahkan kepada aspek iptek saja, tetapi harus juga diarahkan kepada unsur-unsur budaya lain yang berpengaruh secara langsung kepada iptek, seperti lingkungan, pendidikan, ekonomi, atau sistem nilai dasar (agama). Dengan kata lain, program pembudayaan iptek di masyarakat harus mempertimbangkan peran dan fungsi unsur-unsur budaya yang lain sebagai preferensi utama iptek. Untuk lebih mendorong minat masyarakat, dan membangkitkan daya kreasi dan inovasi di bidang iptek, pada tahun 2011 apresiasi terhadap insan iptek diberikan 4 (empat) Anugerah Iptek dengan kategori sebagai berikut : a) Pemerintah Kabupaten/Kota (Budhipura), kepada: Kota Magelang, Kabupaten Sumenep, dan Kabupaten Sleman; b) Kreativitas lnovasi Masyarakat (Labdhakretya), kepada: H. Burlian Topo (Prov. Sumatera Selatan) dan I Gusti Nyoman (Kab. Buleleng, Prov. Bali); c) Pranata Litbang (Prayogasala), kepada: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Prov. Sumatera Utara), Balitbangnov Provinsi Sumatera Selatan dan PT.Semen Gresik (Persero) Tbk (Prov. Jawa Timur); d) Duta lptek (Widyasilpawijana), kepada: Dr. Ir. Nurul Taufiqu Rahman, Ph.D., M.Eng (LIPI), Dr. Eng. Ferry Iskandar (ITB) dan Dr. Dyah lswantini Pradono, M.Agr (Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB). Anugerah dan apresiasi lain terhadap kreasi dan inovasi bangsa di serahkan pada saat perayaan puncak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-16 Tahun 2011 yang dilaksanakan di Puspiptek, Serpong pada 10 Agustus 2011 dengan dihadiri oleh Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. 28

40 Pembangunan Sumberdaya Iptek, seperti pengelolaan SDM Iptek, sarana dan prasarana Iptek, informasi iptek, kepemilikan paten, dan besarnya anggaran bidang iptek dirasakan masih harus terus ditingkatkan, agar dapat mengokohkan sistem nasional iptek dan berkontribusi bagi percepatan pencapaian tujuan negara. Berkaitan dengan hal tersebut maka Kementerian Riset dan Teknologi menetapkan Sasaran Menguatnya Sumberdaya Iptek adalah dalam kerangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumberdaya iptek yang handal. Hal tersebut diwujudkan dengan menetapkan Indikator Kinerja Utama adalan Jumlah peneliti dan perekayasa (orang/1 juta penduduk), Prosentase investasi litbang swasta terhadap PDB, dan Jumlah paten terdaftar. Indikator kinerja, target dan realisasinya pada tahun 2011 dapat digambarkan pada Tabel 8 berikut : No. Indikator Kinerja Utama Satuan Target Jumlah peneliti & perekayasa (orang/1 juta penduduk) Prosentase investasi litbang swasta terhadap PDB Tabel 8. Sasaran Menguatnya Sumberdaya Iptek Capaian 2011 (%) Peneliti & Perekayasa ,57 134,64 Prosentase 0,10 % 0,08 % Jumlah paten terdaftar Paten Terdaftar ,18 Peneliti & Perekayasa (orang/1 juta penduduk) Jumlah peneliti dan perekayasa per 1 Juta penduduk (IKU 3), pada tahun 2011 ditargetkan 400 orang, terealisasi 538,57 orang atau tercapai 134,64 %. Tabel 9. Jumlah Peneliti dan Perekayasa Per 1 Juta Penduduk Fungsional Perekayasa Fungsional Peneliti Fungsional Dosen Pemula 313 Pemula Asisten ahli Muda 663 Muda Lektor Madya Madya Lektor kepala Utama 62 Utama 977 Guru besar Total Peneliti Jumlah Penduduk Peneliti Per 1 Juta penduduk 538,57 29

41 Peneliti dan perekayasa memiliki pengertian yang sama dengan researcher (peneliti) yang disebutkan dalam dokumen internasional OECD Frascati Manual. Peneliti adalah para professional yang terlibat dalam pembuatan konsep atau penciptaan pengetahuan baru, produk, proses, metoda, dan sistem serta professional yang terlibat dalam pengelolaan proyek penelitian dan pengembangan (litbang). Keberadaan peneliti ini bisa di public sector (litbang kementerian/lembaga, perguruan tinggi negeri), busines enterprises (litbang perusahaan, litbang perguruan tinggi swasta) dan private nonprofit (NGO dan lainnya). Data jumlah peneliti yang ditampilkan dalam laporan ini dikumpulkan dari sektor publik/pemerintahan (jumlah pegawai negeri yang terlibat dalam jabatan fungsional peneliti dan fungsional perekayasa) dan perguruan tinggi (jabatan fungsional dosen negeri maupun swasta), sedangkan jumlah peneliti pada litbang perusahaan dan sektor private nonprofit secara lengkap belum bisa diperoleh. Jumlah peneliti secara hitungan headcount cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Untuk tahun 2011 di lemlitbang kementerian dan lembaga terjadi peningkatan sekitar 3% dibandingkan tahun 2010 (tahun 2009 berjumlah orang, tahun 2010 berjumlah orang, tahun 2011 berjumlah 9.781). Sedangkan jumlah jabatan fungsional dosen berjumlah orang. Jabatan fungsional dosen negeri mengalami pertumbuhan sekitar 5% dari tahun ke tahun. Sebagai perbandingan dengan Negara lain, jumlah peneliti di Jepang menurut data MEXT berjumlah orang (atau peneliti/1 juta penduduk) pada tahun 2009 dengan sebaran orang di sektor business enterprises, orang di sektor Non-profit institution dan Public organization, dan orang di sektor university dan college. Data statistik UNESCO memperlihatkan bahwa jumlah peneliti/1 juta penduduk di Malaysia adalah 715 pada tahun 2006, di Brazil pada tahun Ada metode lain yang biasanya digunakan untuk menghitung jumlah peneliti yakni dengan memperhitungkan jumlah waktu kerja yang dialokasikan untuk kegiatan litbang (Full Time Equivalent, FTE) dengan satuan orang-tahun. Hasil survey Litbang sektor Pemerintahan tahun 2011 yang dilaksanakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi memperlihatkan jumlah peneliti di Kementerian dan Lembaga berdasarkan hitungan FTE adalah sekitar 4.841, setengah dari hitungan Headcount. Pada tahun 2008, berdasarkan data dari MEST, Korea memiliki peneliti di institut riset milik pemerintah berjumlah orang berdasarkan hitungan headcount, sedangkan berdasarkan FTE berjumlah orang. Data di atas memperlihatkan bahwa rasio jumlah peneliti/1 juta penduduk Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Negara maju dan Negara yang punya penduduk besar seperti Brazil baik dengan perhitungan headcount maupun FTE. Namun kecenderungan data per tahun memperlihatkan adanya peningkatan minat SDM di kementerian, lembaga dan perguruan tinggi untuk melakukan pekerjaan di bidang litbangrap Iptek. Kementerian Riset dan Teknologi dalam hal ini terus menerus secara intensif membangun miliu/ ekosistem inovasi yang kondusif bagi pelaksanaan litbangrap Iptek. Dalam hal peningkatan kesejahteraan peneliti, Kementerian Riset dan Teknologi telah mengirimkan surat kepada Kementerian Keuangan perihal Rekomendasi Perbaikan Tunjangan Fungsional Peneliti dan Perekayasa. Saat ini usulan tersebut masih dalam pembahasan bersama Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN/ RB) dan institusi terkait lainnya terkait dengan penilaian penjejangan jabatan fungsional. Untuk peningkatan kapasitas Iptek maupun SDM yang terlibat dalam penelitian, Kementerian Riset dan Teknologi telah menggulirkan berbagai jenis insentif yang melibatkan para peneliti di Kementerian dan Lembaga serta perguruan tinggi, seperti insentif riset, insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PKPP), dan program beasiswa. Insentif Riset Tahun 2011 telah menyetujui 288 proposal yang melibatkan orang peneliti dari 52 Kementerian dan Lembaga dan 34 perguruan tinggi dengan dana total 76,16 milyar. Begitu pula untuk insentif PKPP, Kementerian Riset dan Teknologi menyediakan dana riset sebesar Rp. 50 juta untuk 1 orang peneliti/perekayasa. Tidak kurang dari orang peneliti/perekayasa yang terlibat dalam kegiatan insentif PKPP ini untuk tahun Begitu pula beasiswa melalui program gelar S2/S3 dalam dan luar negeri dan program non-gelar berupa kegiatan pemagangan riset dimaksudkan selain peningkatan kapasitas SDM Iptek juga memberikan kesempatan kepada para peneliti untuk membangun jejaring riset. Semua program tersebut di atas diharapkan dapat menciptakan kondisi yang kondusif sehingga semakin banyak SDM di berbagai sektor bergelut di dalam kegiatan litbang. Hal lain yang masih patut menjadi perhatian Kementerian Ristek ke depan adalah masih rendahnya kegiatan litbang kita yang tercermin dari jumlah peneliti dari perhitungan FTE. Data Indonesia memperlihatkan bahwa hanya separuh waktu saja dalam setahun yang digunakan oleh peneliti untuk mengerjakan litbang, sedangkan di Korea hampir seluruh waktunya (90%) digunakan untuk litbang. 30

42 Prosentase investasi litbang swasta terhadap PDB Prosentase investasi litbang swasta terhadap PDB (IKU 4), pada tahun 2011 ditargetkan 0,10 % dari PDB, terealisasi 0,08 % dari PDB atau tercapai 80 %. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan antara lain belum terbentuknya iklim kondusif bagi dunia usaha untuk melakukan kegiatan Riset dan Pengembangan Iptek di Indonesia. Tabel 10. Indonesia s Gov t Expenditure on R&D of GDP TAHUN R&D of GDP SUMBER LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, LIPI dan BPS, UIS S&T UNESCO-Jakarta Post Iklim investasi litbang yang belum kondusif tersebut antara lain disebabkan belum terwujudnya keberpihakan kebijakan sistem inovasi dan pasar yang pendukung investasi litbang, masih buruknya kualitas pelayanan dibidang riset dan pengembangan serta masih rendahnya jumlah dan kualitas sumberdaya manusia Iptek. Disisi lain kemampuan perbankan dalam melakukan evaluasi investasi litbang yang beresiko masih lemah. Modal Ventura juga menjadi sebab rendahnya investasi Litbang. Ditengarai bahwa Modal Ventura masih belum berpihak pada inkubator bisnis. Masih lemahnya pemanfaatan SNI, jumlah perolehan HaKI, Inkubator Teknologi dan Science and Technology Park merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan investasi Litbang. Keluhan terhadap lambannya pengurusan HaKI berdampak pada lemahnya keinginan mematenkan produk inovasinya kepada lembaga yang ditunjuk. Sementara itu Technogy Support Service yang terdiri dari : metrologi, standard, testing facilities serta quality control belum bisa memberi kontribusi terhadap peningkatan investasi Litbang. Sedangkan Faktor Eksternal yang belum kondusif adalah masih lemahnya kestabilan ekonomi makro. Kestabilan ekonomi makro (low macro risks) merupakan prasyarat bagi investasi teknologi. Inflasi yang rendah mendorong perusahaan untuk melakukan Investasi teknologi. Lemahnya kebijakan persaingan berdampak pada rendahnya lingkungan persaingan yang mendorong perusahaan untuk mengadopsi teknologi, rendanya daya serap dan lemahnya dalam melakukan pilihan teknologi yang paling efisien. Lemahnya investasi Litbang juga dipicu dari Kebijakan perpajakan yang belum kondusif terhadap inovasi, seolah menghukum upaya riset dan pengembangan Iptek (S&T technological effort). Undang-Undang 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek belum dapat memberikan dampak siginifikan terhadap Penguatan Investasi Litbang, Disamping itu, Budaya Inovasi juga belum sepenuhnya tumbuh dikalangan masyarakat. Belanja litbang per PDB Indonesia tersebut diatas masih di bawah 0,1 % jauh di bawah rata-rata Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang sudah di atas 2 %. Di negara Asia seperti Jepang dan Korea, anggaran yang dialokasikan untuk belanja litbang mencapai 3 %. Sementara China 1,5 %, Singapura 3 %, dan Malaysia 0,5 %. Tabel 11. Perbandingan Prosentase Investasi Litbang terhadap PDB TAHUN R&D of GDP SUMBER 2009 OECD 2% 2009 Jepang dan Korea 4% 2009 China 1.5% 2009 Singapore 3% 2009 Malaysia 0.5% 2011 Indonesia 0.08% Dilihat dari alokasi anggaran atau investasi litbang dari pemerintah masih sangat jauh dari kebutuhan secara wajar. Nilai rata-rata anggaran atau investasi iptek dari pemerintah pada tahun 2001 sangat kecil, jauh lebih kecil dibandingkan Jepang maupun negara-negara ASEAN. Anggaran iptek Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sejak tahun 2000 mengalami penurunan, dari 0,052 persen menjadi 0,039 persen pada tahun Pada tahun 2009 anggaran Iptek hanya berkisar 0,21 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau hanya sekitar 0,09 % dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun demikian anggaran Iptek dari APBN tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk kegiatan Riset dan Pengembangan. Adapun bagian yang digunakan untuk mendukung Riset dan Pengembangan Iptek diperkirakan hanya sekitar setengah dari angka dimaksud. Sedangkan menurut rekomendasi United Nations Education, Science, and Cultural Organization (UNESCO), rasio anggaran Iptek yang memadai adalah sebesar dua persen. Disamping itu bila dibandingkan dengan negaranegara Asia Pasifik pada umumnya, investasi Iptek 31

43 yang berasal dari dunia usaha di Indonesia terutama pihak swasta atau industri besar untuk kegiatan Research and Development (R & D) lebih rendah. Di negara-negara maju seperti Korea Selatan atau Jepang, kontribusi anggaran swasta disana untuk riset bisa mencapai 80 % dan anggaran riset dari pemerintah hanya 20 %. Sedangkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat yang diperlukan untuk mendorong meluasnya peran swasta dalam mengembangkan kemampuan iptek yang masih lemah. Keadaan ini menghambat perkembangan kemampuan rancang bangun, rekayasa dan penelitian di sektor industri, yang memiliki peran vital dalam mengakumulasikan kemampuan untuk mengadopsi dan mendifusikan Iptek yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan pertambahan nilai. Dengan demikian, pada umumnya sektor produksi hanya dapat memanfaatkan kemajuan teknologi yang embodied dalam peralatan dan mesin yang diimpornya, dan belum memiliki kapasitas dan daya inovasi yang memadai untuk memanfaatkan potensi kemajuan teknologi. Investasi Iptek dari sektor swasta atau industri besar yang masih sangat terbatas tersebut mengakibatkan kemampuan industri dalam menghasilkan inovasi teknologi masih rendah. Bahkan beberapa industri besar dan industri yang merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia saat ini mempunyai ketergantungan yang besar pada teknologi yang berasal dari industri induknya atau dari negara asing. Akibatnya ketergantungan semakin besar pada negara asing penghasil teknologi dan kurangnya pemanfaatan teknologi hasil litbang dalam negeri. Ketergantungan industri pada teknologi impor antara lain disebabkan oleh kelemahan lembaga litbang nasional dalam menyediakan teknologi yang tepat. Lebih lanjut, sebagai akibat masih rendahnya investasi iptek di Indonesia adalah menurunnya daya saing (competitiveness). Belum lama ini World Economic Forum (WEF) mempublikasikan laporan tahunan mengenai daya saing global, dalam The Global Competitiveness Report , dimana Index Daya Saing Global (Global Competitivenes Index / GCI) Indonesia pada tahun 2011 ini turun menjadi peringkat 47, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang bertengger di peringkat 44. Penurunan peringkat ini berbanding terbalik dengan pencapaian dua tahun terakhir, saat Indonesia mencatat kenaikan 11 peringkat. Peringkat ini berdasarkan laporan yang dibuat Pusat Forum Ekonomi Dunia untuk Daya Saing Global dan Kinerja dari World Economic Forum (WEF) yang bertujuan untuk menggambarkan lingkungan bisnis operasi dan daya saing negara-negara di seluruh dunia. Di negara-negara maju, perkembangan perekonomiannya sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan iptek. Melalui proses inovasi dibidang iptek inilah suatu bangsa akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi dalam negerinya termasuk daya saingnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) diyakini merupakan tulang punggung pembangunan ekonomi. Dengan berpegang pada keyakinan tersebut, sejumlah negara industri baru, yaitu : Korea Selatan, Taiwan, China, Thailand, Singapura, dan Malaysia, secara konsisten menginvestasikan sejumlah besar dana untuk memajukan Iptek di negaranya. Negara-negara tersebut telah berhasil menciptakan invensi dan inovasi secara signifikan, kemudian diterapkan di sektor industri. (Anonimous Visi Iptek 2025, Fondasi Ekonomi Masa Depan). Oleh karena itu investasi Iptek merupakan hal yang mutlak untuk terus dikembangkan. Guna mewujudkan peningkatan investasi litbang, perlu upaya untuk meningkatkan belanja litbang baik pada perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga litbang kementerian, lembaga-lembaga litbang nonkementerian, lembaga-lembaga Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan lembaga-lembaga litbang swasta / industri. Diharapkan dengan meningkatnya dana/ anggaran baik dari pemerintah maupun swasta (industri besar) untuk menunjang kegiatan riset akan menambah kemampuan inovasi sehingga memberikan peluang bagi sektor produksi menghasilkan produk-produk yang kompetitif untuk memperbesar pangsa pasarnya. Kekayaan Intelektual (Paten Terdaftar) Jumlah Paten Terdaftar (IKU 5), pada tahun 2011 ditargetkan 760 Paten Terdaftar, terealisasi 769 Paten Terdaftar, atau tercapai 101,18 %. Paten Terdaftar adalah permohonan paten yang didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang dihasilkan dari invensi dalam negeri, baik yang difasilitasi secara langsung maupun tidak langsung oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Dengan demikian Lingkup dan batasan kinerja yang diukur adalah pendaftaran paten yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang dan/atau mendapat dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi. Pengertian didukung dalam hal ini dapat berupa insentif langsung dari Kementerian Riset dan Teknologi, baik sepenuhnya maupun sebagian, maupun pendaftaran paten yang tidak langsung dibiayai oleh Kementerian Riset dan Teknologi, tetapi menjadi bagian dari pengembangan lembaga intermediasi, terutama sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang. 32

44 Pendaftaran paten merupakan syarat untuk memperoleh paten. Paten adalah Hak eksklusif yang diberikan Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya (Pasal 1 ayat (1) UU No.14/2001 tentang paten). Sedangkan Paten sederhana adalah Setiap Invensi berupa produk atau proses yang baru dan memiliki mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan karena bentuk, konfigurasi, kontruksi atau komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk Paten Sederhana (Pasal 6 No.14/2001 tentang Paten). Patent Cooperation Treaty (PCT) adalah Perjanjian kerjasama internasional yang memfasilitasi kebutuhan permohonan paten secara internasional. Hadirnya PCT dalam dunia paten semakin memberi kemudahan untuk mendapatkan perlindungan hukum atas paten secara internasional. Peranan PCT dalam permohonan paten menjadi solusi untuk pendaftaran paten dibanyak negara, karena lebih menghemat dari segi waktu dan biaya. Bukan hanya itu, dalam PCT, kepentingan inventor juga dilindungi, yaitu dengan dibuatnya ketentuan untuk menyelesaikan sengketa terhadap perkara-perkara dalam permohonan paten melalui PCT. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dilihat statistik pendaftaran Paten di Indonesia sampai tahun 2011 pada Tabel 12 sebagai berikut : Tabel 12. Statistik Permohonan Paten TAHUN PCT PATEN NON PCT PATEN SEDERHANA JUMLAH DN LN DN LN DN LN (Sumber: Statistik Permohonan Paten, 2011) Bulan Paten Sederhana Perorangan Univ/Litbang Badan Hukum Paten Tabel 13. Pemohonan Paten Dalam Negeri Tahun 2011 Paten Sederhana Paten Paten Sederhana Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Paten Jumlah 33

45 Kementerian Ristek berupaya mendorong peningkatan kekayaan intelektual hasil Litbangyasa Iptek secara nasional melalui beberapa kegiatan yaitu : a. Kekayaan intelektual hasil Litbangyasa Iptek yang difasilitasi melalui kegiatan Insentif Riset (Riset Dasar, Riset Terapan, Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi dan Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek). Pada tahun 2011, Program Insentif Riset Kementerian Riset dan Teknologi meliputi: (1) Insentif Riset Dasar sebanyak 38 paket; Insentif Riset Terapan sebanyak 155 paket, (3) Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi sebanyak 78 paket; dan (4) Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek sebanyak 17 paket. Dari 248 paket judul yang dibiayai pada tahun 2011 tersebut dihasilkan 28 penemuan yang berpotensi menjadi paten. Dan dari 28 penemuan, terdapat 14 diantaranya telah melakukan pendaftaran paten serta memperoleh nomor bukti pendaftarannya sebagaimana terlihat pada Table 14 dan Gambar 20. Angka tersebut dua kali lipat (200%) dari yang ditargetkan sebanyak 7 paten terdaftar. Adapun distribusi paten terdaftar per bidang fokus dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 14. Hasil Program Insentif Riset No. OUTPUT Publikasi ilmiah Paten terdaftar Gambar 20. Capaian Kegiatan Insentif Riset Tahun 2011 Tabel 15. Distribusi Paten Terdaftar 2011 No. Bidang Fokus Jumlah 1 Bidang Energi 3 2 Bidang Pangan 2 3 Hankam 2 4 Kesehatan Obat 3 5 Teknologi Informasi dan Komunikasi 3 6 Transportasi 1 b. Kekayaan intelektual hasil Litbangyasa Iptek yang difasilitasi melalui kegiatan insentif Raih Hak Kekayaan Intelektual. Pada tahun anggaran 2011, insentif Raih HKI telah memfasilitasi pembentukan 10 sentra HKI, penguatan 6 sentra HKI dan memfasilitasi 15 pendaftaran paten. Data selengkapnya hasil insentif Raih HKI dapat dilihat dalam tabel berikut ini : KEGIATAN Pembentukan Sentra HKI Penguatan Sentra HKI Tabel 16. Insentif HKI 2010 dan USULAN PENERIMA USULAN PENERIMA Raih HKI Capaian kinerja lain dalam rangka mendorong tercapainya sasaran penguatan sumberdaya iptek diantaranya melalui program dan kegiatan untuk meningkatkan SDM Iptek berkualifikasi S-2 dan S-3, meningkatkan terbentuknya Sentra HKI produk teknologi, dan akreditasi lebaga litbang. SDM Iptek Berkualifikasi S2 dan S3 Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) iptek merupakan aspek yang paling penting dalam pembangunan iptek maupun pembangunan nasional. Program Beasiswa Pascasarjana (S2 & S3) Kementerian Riset dan Teknologi secara spesifik ditujukan guna meningkatkan kualitas sumberdaya para peneliti serta sivitas di lingkungan Kementerian Ristek dan LPNK Ristek, yang telah berjalan sejak tahun Program Beasiswa Pascasarjana bertujuan menyediakan tenaga Magister dan Doktoral yang berbasis riset, menciptakan jejaring riset antara Kementerian Riset dan Teknologi - LPNK Ristek dan Perguruan Tinggi (PT) dalam dan luar negeri guna meningkatkan kinerja serta sebagai upaya mendorong optimalisasi kualitas Perguruan Tinggi pada level global. Program Beasiswa Pascasarjana ini meliputi program gelar magister (S2) dan doktoral (S3), program non-gelar berupa training, pemagangan riset, kursus di dalam dan luar negeri, serta program pendukung meliputi pembiayaan untuk publikasi ilmiah, pendaftaran konferensi/ seminar/ training, dan pelatihan untuk karyasiswa. Untuk program gelar, bidang studi yang diambil terkait dengan 7 (tujuh) bidang fokus Kementerian Riset dan Teknologi yaitu bidang Ketahanan Pangan, Sumber Energi Baru dan Terbarukan, Teknologi dan Manajemen Transportasi, 34

46 Teknologi Informasi dan Komunikasi, Teknologi Pertahanan dan Keamanan, Teknologi Kesehatan dan Obat, Teknologi Material Maju, di tambah dengan kebijakan publik. Capaian kinerja kegiatan 2011 adalah : - Program Gelar : (1) Telah lulus 7 orang program S3 dan 6 orang program S2; (2) Jumlah karyasiswa yang kuliah S2 dan S3 Dalam Negeri Angkatan Tahun 2011 sebanyak 70 orang, berasal dari institusi LIPI, Batan, BPPT, Lapan, Bapeten, KRT, Kementerian Pertahanan, TNI- AU dan Kemenpora, dan tersebar di perguruan tinggi ITB, UI, IPB, UGM, Universitas Sriwijaya, Universitas Padjajaran; (3) Jumlah karyasiswa yang kuliah S2 dan S3 Luar Negeri sebanyak 11 orang, tersebar di Negara Jerman, Cina, Turki dan Jepang; (4) Jumlah karyasiswa pascasarjana yang sedang melanjutkan kuliah dari angkatan-angkatan sebelumnya dan masih dibiayai sebanyak 334 orang baik dalam maupun luar negeri. - Program Non-Gelar : (1) Program pemagangan/ training/kerjasama riset di luar negeri sebanyak 51 orang; (2) Pelatihan intermediator teknologi kerjasama Kementerian Riset dan Teknologi dan BMBF Jerman sebanyak 30 orang; (3) High management level training untuk Eselon I dan Eselon II KRT dan LPNK di Jerman bekerjasama dengan BMBF Jerman sebanyak 12 orang; (4) Kursus Tailor-made Innovation, Knowledge and Technology Transfer di Salford Inggris yang diikuti sebanyak 7 orang karyasiswa program S3 Kebijakan Publik yang berasal dari Kementerian Riset dan Teknologi; (5) Kursus English for Academic Purpose di Australia sebanyak 5 orang; (6) Kursus English for Academic Purpose di IALF Bali sebanyak 63 orang; (7) Kursus bahasa Jerman di Jerman sebanyak 2 orang. Gambar 21. Innovation Policy Training (Juni 2011) di Jerman diikuti oleh Kepala LIPI, Kepala BPPT, Eselon I dan Eselon II Kemenristek dan LPNK merupakan kerjasama Kemenristek dan BMBF Jerman. Lembaga litbang Terakreditasi Tugas Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) adalah melakukan pembinaan atas evaluasi kinerja pranata litbang melalui kebijakan akreditasi atas penerapan standar tata kelola riset yang baik berdasarkan pedoman KNAPPP-02:2007. Tujuan pembinaan ini yaitu agar mutu proses dan hasil-hasil riset pranata litbang memiliki nilai komersial dan daya saing di pasar. Tabel 17. Pencapaian Kinerja Akreditasi Pranata Litbang Tahun 2011 Kegiatan Target Realisasi Capaian (%) Asesmen (pranata litbang baru) 5 pranata 6 pranata 120% Reasesmen (pranata litbang lama) 5 pranata 6 pranata 120% Surveilen 15 pranata 10 pranata 67% Hasil pemetaan pranata litbang baru ter-asesmen dari yang ditargetkan memberikan capaian sebesar 120%, untuk yang terreasesmen sebesar 120% dan yang ter-surveilen sebesar 67%, meliputi : Assesment : Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri; Semarang, Unit Pelayanan Teknis-Laboratorium Aero Gasdinamika dan Getaran, Serpong; Universitas Patria Artha, Makassar; Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor; Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II Sampali, Medan; Balai Riset dan Standarisasi Industri, Medan. Reassesment : Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Jakarta; Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan; Pusat Penelitian Kimia, Bandung; Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Yogyakarta; PT. PLN Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan, Jakarta; Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Surveilen : Pusat Teknologi Limbah dan Radioaktif, Serpong; Balai Termodinamika Motor dan Propulsi, Serpong; PT. Embrio Biotekindo, Bogor; Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor; Pusat Penelitian Karet, Balai penelitian Sembawa, Palembang; Balai Besar Industri Agro, Bogor; Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, Jakarta; Balai Besar Pulp dan Kertas, Bandung; Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jakarta; Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sungei Putih, Medan. 35

47 Pembangunan Jaringan Iptek secara berkesinambungan akan terus dilaksanakan dalam periode waktu Dengan berdirinya Dewan Riset Nasional dan Dewan Riset Daerah, hal ini menuntut terbentuknya jaringan iptek yang semakin luas dan kompleks, bukan hanya jaringan antar lembaga riset - perguruan tinggi - badan usaha atau jaringan antar sektor, namun juga jaringan iptek antar pusat dan daerah serta jaringan internasional, termasuk jaringan informasi dan SDM. Karenanya jaringan iptek perlu terus dikuatkan untuk memperkokoh sinergi kebijakan terkait pembangunan iptek antara stake-holder yang ada. Untuk mendorong Sasaran Menguatnya Jaringan Iptek ditetapkan indikator kinerja utama yang hendak dicapai adalah Jumlah kolaborasi riset lembaga litbang dengan litbang perusahaan dan Jumlah kerjasama riset internasional. Indikator kinerja, target dan realisasinya pada tahun 2011 dapat digambarkan pada Tabel 18 berikut : No. Indikator Kinerja Utama Satuan Target Jumlah Kolaborasi riset lembaga litbang dengan litbang perusahaan Tabel 18. Sasaran Menguatnya Jaringan Iptek Capaian 2011 (%) Kolaborasi Jumlah Kerjasama Riset Internasional Kerjasama Riset Internasional Kolaborasi Riset Kolaborasi riset lembaga litbang dengan litbang perusahaan (IKU 6), pada tahun 2011 ditargetkan terbentuk 2 kolaborasi riset, terealisasi 4 kolaborasi, atau tercapai 200 %. Kolaborasi riset didefinisikan sebagai bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat (wikipedia). Dengan demikian, kolaborasi riset yang dimaksudkan merupakan kerjasama dan interaksi antara lembaga litbang dalam menjalankan aktivitas riset untuk mencapai tujuan bersama. Salah satu tujuan kolaborasi agar penggunaan sumberdaya (manusia, sarana-prasarana dan pembiayaan) dapat dilakukan secara efisien dan juga mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Kolaborasi riset ini mengindikasikan kerjasama yang berpotensi untuk memberi nilai ekonomi, dan khususnya daya saing industri nasional. Selain itu, lembaga litbang juga semakin profesional dalam mendukung kebutuhan teknologi yang nyata. Dalam dokumen The Global Competitiveness Report yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF) dan menjadi rujukan utama untuk membandingkan tingkat daya saing bangsa-bangsa di dunia, kolaborasi riset lembaga litbang/ universitas dengan industri (university-industry collaboration in R&D) merupakan salah satu indikator yang dihitung sebagai bagian dari pilar inovasi. WEF menghitung jumlah kolaborasi tersebut dalam bentuk skor 1-7, dimana 1= minimal or nonexistent sedangkan angka 7 = intensive and on going. Pada tahun 2008, Indonesia mendapatkan skor 3,5 (ranking 54 dari 134 negara). Kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 4,2 (ranking 38), dan menjadi 4,1 (ranking 41) pada tahun 2010, sedangkan data tahun 2011 belum dikeluarkan oleh WEF. Berdasarkan ekstrapolasi sederhana dari skor yang didapat pada 3 tahun terakhir, maka Kementerian Riset dan Teknologi menargetkan pada th 2011 Indonesia mendapatkan skor 4,5. Gambar 22. Skor university-industry collaboration in R&D Indonesia Tahun dan target 2011 hasil ekstrapolasi 36

48 Bentuk kolaborasi riset lembaga litbang dengan litbang perusahaan berupa konsorsium riset, Kementerian Ristek sesuai dengan fungsi dan kewenangannya berperan aktif dalam membentuk konsorsium terutama pada fase inisiasinya. Pembangunan konsorsium riset antara perguruan tinggi dan lembaga litbang dengan litbang perusahaan/industrii, merupakan sebuah langkah lanjutan atau bentuk lain dari langkah nyata memadukan kegiatan riset yang ada di perguruan tinggi dan lembaga litbang yang disesuaikan dengan kebutuhan teknologi. Keberadaan konsorsium akan menunjang pembentukan sinergi antara Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, dan Industri. Kegiatan ini mendukung salah satu dari tiga konsep strategi utama MP3EI yakni peningkatan kemampuan SDM dan Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek Nasional. Selain itu, terbentuknya konsorsium ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang sering diduga sebagai penyebab kurangnya output penelitian, seringnya terjadi duplikasi penelitian dan rendahnya resources sharing antara peneliti maupun lembaga litbang, serta hasil riset yang tidak dimanfaatkan oleh pengguna. Pengokohan konsorsium riset 7 bidang fokus dan penajaman produk target serta pengikut-sertaan industri/bumn atau daerah menjadi kunci keberhasilan kolaborasi riset ini yang penting untuk terus dikembangkan ke depan. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan sinergi antar Lembaga Litbang, Perguruan Tinggi dan dunia usaha, meningkatkan produktifitas dan efisiensi litbang serta mengurangi tumpang tindih riset, Kementerian Riset dan Teknologi mendorong pengembangan konsorsium riset/inovasi dengan capaian kinerja yaitu : 1. Pangan Dalam upaya meningkatkan sinergisme riset dan inovasi untuk memecahkan permasalahan peningkatan produktivitas di lahan suboptimal, telah terbentuk 1 (satu) konsorsium inovasi Lahan Suboptimal yang melibatkan 15 lembaga atau institusi yang berasal lembaga litbang (Kementerian Pertanian, BPPT, LIPI, BATAN), Perguruan Tinggi (IPB, UNSRI, UNPAD, UNLAM, UNDANA), industri (PT Dupont, PT Agrindo, PT Sang Hyang Sri, PT Pertani), Kelompok Tani (KTNA) dan Kemenristek. Konsorsium inovasi lahan suboptimal dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas di lahan suboptimal secara signifikan melalui pengembangan dan penerapan teknologi yang sesuai kebutuhan dan kemampuan adopsi pengguna. Konsorsium inovasi Lahan suboptimal dikoordinir oleh Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian. Luas lahan suboptimal sangat besar sekitar 33 juta hektar yang berpotensi menjadi sumber pangan masa depan ditengah menyusutnya lahan subur di P. Jawa Ha per tahun untuk industri dan pemukiman.. No. Konsorsium inovasi lahan suboptimal (BPPT, IPB, BATAN, LIPI, dan, PT Pertani) telah melakukan kegiatan riset kolaborasi ketahanan pangan dengan tema Pengembangan Teknologi sesuai Kapasitas Adopsi Pengguna untuk Peningkatan Produksi Pangan dan Kesejahteraan rakyat yang dipusatkan di Puspiptek Serpong dengan beberapa subtema riset yaitu a) Pengembangan varietas unggul dan penangkaran benih untuk peningkatan produktifitas dan mutu tanaman pangan, b) penerapan teknologi pakan, laser puncture dan IB Sexing untuk peningkatan produktifitas peternakan dan perikanan, c) pengembangan teknologi diversifikasi pangan serta d) teknologi pemanfaatan limbah pertanian menjadi kompos dan pupuk organik dan biogas sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan nilai tambah hasil pertanian, dengan hasil riset sebagai berikut. Gambar 23. Panen Kedelai oleh Menegristek, Kepala BATAN, dan Pejabat Eselon I Hasil pengujian varietas kedelai disajikan pada Tabel 19. Hasil produksi kedelai cukup bagus di atas rata-rata nasional, mengingat rata-rata produktivitas nasional sekitar 1,3 ton/ ha dan lahan yang digunakan termasuk kategori lahan sub optimal dan baru pertama kali ditanami dengan tanaman kedelai. Dari tiga varietas yang ditanam, varietas Mutiara 1 memberikan produktivitas hasil yang paling tinggi. Genotip Hasil biji kering/ petak (Kg) Produktivitas (t/ha) 1 Mutiara 1 4,06 2,03 2 Rajabasa 2,86 1,43 3 Mitani 2,93 1,46 Padi Tabel 19. Data Produksi Kedelai Rajabasa, Mitani, dan Mutiara 1 di Puspiptek Serpong Tabel 20 menunjukkan bahwa varietas Sidenuk memberikan produktivitas yang tinggi 10,4 ton GKP/Ha. Hal ini juga terlihat dari jumlah anakan produktif yang paling banyak. Sedangkan varietas Ciherang yang banyak ditanam petani menghasilkan produktifitas lebih rendah dari Sidenuk. 37

49 Tabel 20. Produktifitas varietas Inpari Sidenuk, Pandanputri, Mira-1 dan Bestari di Lahan Sawah Puspiptek Serpong No Varietas Jumlah Anakan Produktif Produksi (ton/ ha) 1 Varietas Inpari Sidenuk 40 10,40 2 Varietas Pandanputri 8 4,20 3 Varietas Mira ,40 4 Varietas Bestari 30 8,16 5 Varietas Ciherang 20 4,16 Gambar 24. Panen Padi bersama Pejabat Kemenristek, BATAN, dan Wakil Walikota Tangerang Selatan Gambar 25. Penggemukan Sapi Dalam konteks mendukung program ketahanan pangan nasional, dan masih banyaknya lahan pertanian yang masuk Tabel 21. Pertambahan Berat Sapi dengan Berbagai Input Pakan kategori sub optimal, pengembangan dan penyebarluasan Perlakuan varietas Sidenuk, Bestari, dan Mira 1 diharapkan akan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan baik itu untuk kegiatan intensifikasi maupun ekstensifikasi. Agar penyebaran varietas unggul tersebut segera sampai di masyarakat, maka benih yang dihasilkan dari penelitian ini telah diberikan kepada Pemda Provinsi Banten, Kabupaten Tangerang, dan Tangerang Selatan, serta kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui kegiatan pameran. Pertambahan Berat Badan Harian (kg) Rumput lapang + kons komersil + ampas tahu 0.38 Rumput lapang + kons plus + ampas tahu 0.53 Rumput lapang + kons plus + ampas tahu + BIOS 0.72 Rumput lapang + kons plus + ampas tahu + SPMT 0.62 Sapi Kegiatan penelitian peternakan sapi dilakukan untuk 38 Domba penggemukan dengan penambahan biosuplemen pakan Kegiatan peternakan domba yaitu jenis domba Garut dan pembibitan sapi PO dengan penerapan IB Sexing dan dilakukan penggemukan melalui penambahan biosuplemen Gertak Birahi. Kegiatan ini merupakan hasil Litbang BPPT, dan reproduksi dengan teknik gertak birahi. Setelah LIPI, dan BATAN. Tabel 21 menunjukkan bahwa pakan dikondisikan birahi, maka dilakukan inseminasi buatan (IB). kombinasi rumput lapang, konsentrat plus, ampas tahu dan Dari 10 ekor domba contoh yang diprogram 100 % berahi dan biosuplemen menghasilkan peningkatan berat badan sapi bunting, dan diperoleh 11 ekor anak terdiri dari 2 ekor anak tertinggi. betina dan 9 ekor anak jantan.

50 Gambar 26. Teknik Penyerentak Birahi dan Inseminasi Buatan, Anak Domba Lahir Tunggal dan Lahir Kembar Dua Hasil Penyerentakan Birahi dengan Laserpunktur Ikan Nila Kegiatan budidaya perikanan air tawar diarahkan kepada juga diterapkan pada kegiatan ini. Kegiatan ini merupakan peningkatan kepadatan populasi. Hal ini dilakukan dengan hasil Litbang BPPT. Sebagai pembanding, dilakukan juga menjaga kualitas air terutama kadar oksigen terlarut (DO) budidaya ikan tanpa menggunakan aerator seperti yang tetap tinggi menggunakan aerator. Selain itu, teknologi pakan terlihat pada Gambar 27. Gambar 27. Teknik Budidaya Ikan dengan Aerator dan Tanpa Aerator Rangkuman kegiatan budidaya perikanan sekaligus hitungan hasil lebih besar dan nilai keekonomian tinggi untuk kolam keekonomiannya terlihat pada Tabel 22 yang menunjukkan dengan blower. Tabel 22. Analisa usaha budidaya ikan Nila di kolam Puspiptek Serpong Gambar 28. Panen Ikan Nila Merah oleh Deputi Bidang Jaringan Iptek, Staf Ahli Menegristek Bidang Pertanian dan Pangan, dan Wakil Walikota Tangerang Selatan 39

51 2. Kesehatan dan Obat Pada tahun 2010, konsorsium riset bidang teknologi kesehatan, kerjasama Kementerian Ristek, Lembaga Eijkman, dan Polri telah berhasil mengembangkan teknik DNA Forens Teknik ini telah diaplikasikan oleh LBM Eijkman dan POLRI dalam membantu penyelidikan Polri untuk menuntaskan kasus rumit kurang dari dua minggu tanpa bantuan luar negeri, yaitu: identifikasi teroris; identifikasi pemerkosa/ pembunuhan berantai di Bali; identifikasi penculikan dan perdagangan illegal anak Balita di Palembang dan Riau; identifikasi satwa terlindungi (Panthera Tigris Sumatrae) di Riau. Sedangkan pada tahun 2011 Kementerian Riset dan Teknologi mendorong sinergi pengembangan riset vaksin untuk penyakit influenza H1N1 dan H5N1. Pengembangan riset vaksin tersebut dilakukan secara konsorsium yang melibatkan Universitas Indonesia, Puslit Biomedis dan Farmasi Litbangkes Kementerian Kesehatan, LBM. Eijkman, Universitas Airlangga, BPPT dan PT. Biofarma. Selain itu, melalui Lembaga Biologi Molekuler Eijkman diperoleh 5 (lima) hasil penelitian unggulan di bidang kesehatan dan obat, yaitu Kelainan Sel Darah Merah, Infeksi Malaria dan Resistensi Obat, Keanekaragaman Genom dan Penyakit, Patogenesis Infeksi Virus Hepatitis B dan Identifikasi DNA Forensik. Hasil penelitian telah dipresentasikan pada acara FAOBMB Conference di Biopolis, Singapore, 5-7 Oktober 2011 dan acara 5th International Eijkman Conference di Jakarta, 8-10 November Kementerian Riset dan Teknologi juga mengembangkan model konsorsium riset nasional bidang obat herbal, karena daya saing nasional di bidang obat herbal sangat lemah. Membangun Model Konsorsium Riset Sistem Nasional Bidang Obat Herbal dimulai dengan pemetaan kondisi saat ini secara komprehensif, pengumpulan dan pengolahan data, analisis situasi dan kondisi ideal yang diinginkan, dan rekomendasi kebijakan dalam bentuk formulasi model konsorsium riset. 3. Transportasi Dalam bidang transportasi Kementerian Riset dan Teknologi mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan pengembangan Computer Based Interlocking (CBI). CBI ini merupakan bagian terpenting dari sistem persinyalan listrik kereta api. CBI berfungsi sebagai otak yang mengendalikan operasi sistem persinyalan listrik menggantikan peran electromagnetic relay yang secara bertahap telah ditinggalkan. Pengembangan CBI didasarkan pada suatu kenyataan bahwa hingga saat ini produk CBI dari vendor luar negeri masih menjadi andalan sistem persinyalan di Indonesia, diantaranya adalah produk VPI (Vital Processor Interlocking) dari GRS-USA (ALSTOM), Westrace dari Westinghouse UK-Australia, dan SSI dari Westinghouse-UK atau Alstom-France. Pengembangan CBI dilakukan dalam bentuk konsorsium terdiri dari Kemenristek (fasilitator program pengembangan); Kemenhub (pengguna dan fasilitator implementasi produk); PT. LEN-Industri (koordinator pengembang teknologi), BPPT, ITB dan ITS (anggota pengembang teknologi). Pada tahun 2010, kemajuan yang dicapai masih dalam level integrasi teknologi, mengintegrasikan semua komponen menjadi prototipe yang siap untuk diuji coba yang selanjutnya diarahkan untuk mengembangkan prototipe komponen dan material untuk meningkatkan nilai tambah produk. Sedangkan capaian kinerja pada tahan 2011 adalah telah dihasilkan prototipe CBI sesuai dengan stasiun yang direncanakan, yang pada tahun 2012 akan diimplementasikan oleh Kementerian Perhubungan di Stasiun Gumilir Cilacap dalam rangka meningkatkan keselamatan operasi kereta api. Gambar 29. Perangkat CBI 4. Hankam Sesuai dengan tugas pokok fungsinya, Kementerian Riset dan Teknologi melakukan koordinasi dalam perumusan dan pelaksanaan penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi pertahanan dan keamanan, melalui kerja sinergi dengan Kementerian Pertahanan, Lembaga penelitian pengembangan yaitu BPPT dan Lapan, Perguruan Tinggi (ITB, ITS, PENS, UGM), serta BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad. Pada tahun 2011 konsorsium ini telah berhasil melakukan perencanaan (road-mapping) roket peluru kendali, rancangbangun, rekayasa dan peluncuran Roket yang disebut roket D-230 (Dirgantara berjarak tembak 20 s.d. 30 km). Roket berkaliber 122 mm jenis balistik, roket kaliber 200 jenis balistik dan roket kendali telah diuji coba peluncurannya di Baturaja Sumatera Selatan. Roket D-230 kaliber 122 mm, RX-1220 telah berhasil diterbangkan dengan jarak terbang ±20 km, roket kaliber 200 dengan jangkauan 30 km diuji untuk sasaran sejauh ±20 km, sedangkan roket kendali RKX-2020 memiliki jangkauan 4 km. Ketiga jenis roket diluncurkan dengan menggunakan sistem peluncur buatan dalam negeri. Sistem peluncur Truk Gaz untuk meluncurkan roket RX-1210 (R-Han 122) dan sistem 40

52 peluncur Truk Perkasa untuk meluncurkan roket RX-1220, RX dan RKX Kerjasama sinergi antar pemangku kepentingan ini juga telah menghasilkan blue print disain enjinering, pembuatan prototype, pelaksanaan uji statik dan uji terbang secara berkesinambungan sehingga mencapai keandalan yang diinginkan. Pada saat yang sama, juga diluncurkan R-Han 122 yang merupakan bagian dari program roket. Program tersebut merupakan program kerjasama Kementerian Pertahanan dan PT Dirgantara Indonesia (sebagai industri pertahanan nasional yang ditunjuk memproduksi roket tersebut). Penelitian dan pengembangan teknologi peroketan selanjutnya diarahkan untuk pengembangan roket jarak jelajah yang lebih jauh lagi, untuk roket balistik D-230 sampai dengan 40 km, serta dalam rangka program penguasaan teknologi kendali (guided) untuk roket yang mempunyai daya jelajah km. Gambar 30. Teknologi Roket Gambar 31. Roket Kendali Gambar 32. Roket Balistik 41

53 Gambar 33. Truk Peluncur Gaz Disamping konsorsium riset yang telah diuraikan diatas, pada tahun 2011 telah terjalin kolaborasi riset antara lembaga litbang LPNK Ristek dengan industri, antara lain sebagai berikut : a. Pusat Teknoligi Informasi dan Komunikasi BPPT bekerjasama dengan PT. INTI dalam litbang perisalah otomatis, yaitu alat pengubah suara dalam Bahasa Indonesia kedalam bentuk teks secara elektronik. b. Pusat penelitian Fisika LIPI bekerjasama dengan PT. Sintertech dalam litbang dan produksi magnet. Produknya berupa implementasi sistem produksi magnet kuat untuk komponen otomotif. c. Pusat Penelitian Kimia LIPI bekerjasama dengan PT. Dexa Medika dalam litbang obat-obatan, dengan PT. Martina Berto dalam litbang kosmetika, serta dengan PT. Mahardika dalam litbang bidang kimia. d. Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI bekerjasama dengan PT. INTI dalam litbang dan produksi radar pengawas pantai; e. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN bekerjasama dengan PT. Sanghyang Seri (persero) dalam alih teknologi dan penyebarluasan benih bermutu tanaman pangan. Kerjasama Riset Internasional Kerjasama riset Internasional (IKU 7), pada tahun 2011 ditargetkan 8 kerjasama riset, terealisasi 20 kerjasama riset atau tercapai 250 %. Kerjasama riset Internasonal adalah berdasarkan kerjasama bilateral dengan negara Perancis (5 kerjasama), Jerman (4 kerjasama), Iran (5 kerjasama), Mozambique (3 kerjasama), Tiongkok (2 proposal kerjasama) dan 1 proposal kerjasama dalam forum ASEAN Committee on S&T (COST). Selanjutnya ke 20 kerjasama tersebut melibatkan 15 Negara termasuk ASEAN, 57 SDM Iptek Indonesia dan mancanegara, meningkatkan kapasitas peneliti yang dikirimkan ke negara mitra, serta menghasilkan hasil penelitian baru dalam bidang lingkungan hidup/perikanan, perubahan iklim dan Gambar 34. Truk Peluncur Perkasa kelautan, kehutanan, desalinasi air, energy. Secara lebih spesifik, kerjasama dengan Perancis dan Jerman menghasilkan pemahaman (i) pembangunan berkelanjutan untuk tanaman kehutanan (Dipterocarp), (ii) menghasilkan rekomendasi untuk pendidikan riset kelautan, (iii) meningkatkan pemahaman mekanisme global selular untuk kondisi ekstrim kekeringan dan salinitas bagi tanaman padi dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, (iv) rekonstruksi paleoclimate dan perubahan lingkungan berdasarkan kajian alam (lake sediment) dan terumbu karang, (vi) desentralisasi Photovoltaic melalui system hybrid untuk rural areas. Dalam hal kerjasama dengan Iran, kegiatan mencakup (i) manajemen risiko bencana alam, (ii) pengkajian ilmu material termasuk nanoteknologi, (iii) teknologi kedirgantaraan. Sedangkan dengan negara Mozambique mencakup kerjasama bidang Bioteknologi, teknologi kedirgantaraan dan manajemen air bersih. Kerjasama dengan Mozambique baru akan dilaksanakan di tahun Dalam pekan Iptek Tiongkok Desember 2011 dalam Seminar di Jakarta, diusulkan dua kerjasama riset bidang herbal medicine dan pengembangan manufaktur small hydro power, sedangkan dalam forum pertemuan Task Working Group ke-3 ASEAN (ASEAN TWG NPP) di Yogjakarta disepakati 1 proposal kerjasama regional untuk pengembangan litbang teknologi NPP (Nuclear Power Plant) dan keselamatannya. Kerjasama riset internasional pada TA 2011, mencakup pelaksanaan komitmen bilateral dengan negara-negara (i) Perancis melalui Program Nusantara Kerjasama Iptek Indonesia Perancis Tahap II: , (ii) Jerman melalui Program Mobility Iptek Indonesia Jerman, (iii) Mozambique melalui penandatanganan MoU Iptek Indonesia Mozambique, (iv) Tiongkok melalui pertemuan dan seminar dalam Pekan Iptek Tiongkok, serta (v) pertemuan ASEAN COST maupun penyelenggaraan workshop ASEAN di Indonesia sehubungan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun

54 Gambar 35. Penandatanganan MoU Iptek Indonesia India 25 Januari 2011 di New Delhi oleh Menristek Suharna Surapranata dan Sekretaris Menteri Iptek India dan disaksikan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono dan PM India Singh Gambar 36. Penandatanganan MoU Iptek Indonesia dan Mozambique oleh Menristek Suharna Surapranata dan Menteri Iptek Mozambique Prof. Venancio Massingue Gambar 37. Kuliah Umum Presiden Federal Jerman Christian Wulff di Universitas Indonesia, 1 Desember 2011 yang dibuka oleh Menristek Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS Gambar 38. Pekan Iptek Indonesia Tiongkok yang dibuka oleh Menristek Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS dan penandatanganan MoU Iptek RI- Indonesia yang dilakukan oleh Dr. Teguh Rahardjo Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek dan Dr. Ciao Jianlin, Menteri Iptek Tiongkok 43

55 Tabel 23. Kerjasama Riset Internasional No Negara Title KS/Proposal Peneliti Utama Indonesia Peneliti Utama Asing Program KS Riset Indonesia Perancis: Program Nusantara Mobility Program Tahap 2: Perancis Impact of Anthropogenic Activities on Fish Diversity in Citarum River Objective: - The overall goal of the project is to contribute the relevant information to establish a methodology to assess and evaluate fish diversity related to their habitat changes caused by human pressures on aquatic ecosystems. It will be very useful for habitat rehabilitation and fish conservation. Output : Metodologi identifikasi dan data populasi ikan-ikan di sungai Citarum dalam kaitannya dengan Perubahan Lingkungan Continue research collaboration in indentifying fish population in Citarum River with regard to the impact of environment change. Dr. Gadis Sri Haryani - Pusllit Limnologi LIPI Prof. Sovan Lek, Professor Exceptional Class Lab. Evolution & Diversite Biologique (EDB), Universite de Toulouse, 118 Route de 2 Perancis MONOCIR (Monsoon and Ocean Circulation) Ouput : - Data-data yang menunjukkan perubahan/ evolusi Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) pada berbagai skala waktu, fluktuasi iklim pada masa lalu serta kaitannya dengan evolusi muson di wilayah Indonesia. - Telah dilakukan analisis laboratorium terhadap contoh sedimen yang didapatkan pada cruise MONOCIR dengan kapal Marion Dufrense yang dilaksanakan pada tahun 2010 yang lalu. Analisis yang dilakukan adalah analisis geokimia cangkang foraminifera terhadap cuplikan contoh dari tiga contoh inti: MD , MD dan MD Analisis dilakukan terhadap dua jenis spesies yang berbeda yang dapat mewakili suhu permukaan dan suhu massa air termoklin. Hasil analisis diharapkan diperoleh pada kunjungan berikutnya. Dr. rer. nat. Rina Zuraida Marine Geological Institute, Balitbang ESDM, P3GL Dr. Catherine Kissel, Laboratoire des Sciences du Climat et de l Environnement (LSCE) Status/ Periode Fokus/ Bidang KS Environment/ Marine Environment/ Climate Change, Marine and Oceanography Locus SDM Iptek Involved Cibinong, France LIPI: 10 Bandung, France P3GL ESDM: 4 44

56 No Negara Title KS/Proposal Peneliti Utama Indonesia Peneliti Utama Asing 3 Perancis Zeolite Membranes for desalination Objective : The proposed research will have significant contribution to set up desalination by reverse osmosis method using new genre membranes promising high performance. This will eventually contribute to fresh water supply reserve to overcome problem of lack of fresh water. The result of research clearly show the capability of tubular zeolite membranes to be used in a nanofiltration pilot for water desalination. The so-called ZSM-5 membrane presents the best performances in term of permeation flux because of its hydrophilicity related to alumina content. Nevertheless fluxes are actually too low because of membrane thickness Output: Hasil studi yang menunjukan bahwa membran zeolit tubuler (ZSM-5) memiliki performa yang baik bila digunakan dalam perlengkapan nanofiltrasi skala pilot untuk proses desalinasi air. Dr. Suryo Gandasasmita, ITB Dr. Marc CRETIN, Institut Européen des Membranes, Ecole Nationale Supérieure de Chimie de Montpellier (ENSCM) Program KS Riset Indonesia Perancis: Program Nusantara Mobility Program Tahap 2: Perancis Development of high performance laminated veneer lumber (LVL) made of fast growing wood species for constructions Ouput : - Identification and implementation of research and education collaboration in wood science and technology. - Analysis of 5 samples of wood on SEM /EDS (iron wood, red (tapi-tapi) wood, stranboard composite particle board, cement board wood). From the analysis, it is indicated that there is silica on the red wood that cause the wood cutter is dull quickly. Furthermore,it is also indicated that composite wood contains abrasive materials of silica, calcium, sulfur, aluminium and calium - Data komponen-komponen penyusun pada 5 sampel kayu pada SEM /EDS (iron wood, red (tapi-tapi) wood, stranboard composite particle board, cement board wood) dan kaitannya dengan karakter fisiknya. Dr. Wayan Darmawan - IPB Dr. Remy Marchal, Ecole Nationale Superieure, d Arts et Metiers Status/ Periode Fokus/ Bidang KS Environment/ Water Forestry/Environment Locus SDM Iptek Involved Bandung, France ITB: 2 Bogor, Perancis 2 45

57 No Negara Title KS/Proposal Peneliti Utama Indonesia 5 Perancis Role of mycorrhizal diversity in the natural regeneration and sustainable management of Dipterocarp forests in South Sumatra Output : - Sebanyak 45 jenis pohon yang diwakili oleh 3 spesies Dipterocarpaceae yang berbeda, 2 spesies Fagaceae dan spesies pohon lain yang belum di-identifikasi telah dikumpulkan, yang mana sebanyak 250 morphotypes dari ectomycorrirhiza telah dibedakan (berdasarkan warna, bentuk, panjang dan ketebalan) dan di-isolasi. - Telah dilakukan ekstraksi DNA dari akar dan kulit jamur ectomycorrhizal (ECM) dan analisa molekuler masih berlangsung. Dr. Mariyana Ulfa, Forest Research and Development Agency of Palembang, South Sumatra Kerjasama Riset Indonesia Jerman: Program Mobility Ristek BMBF: Jerman Interlinking networks in marine research education Outputs/deliverables : - Recommendations for future cooperation with international networks - Research outline for joint network activities - Examplary education modules, freely available for all participating institutions Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, IPB 7 Jerman Understanding global cellular mechanisms of drought and salinity stress in rice to develop resistant varieties to anticipate global climate change Output : - Populasi mutan baru yang dikembangkan dengan insersi transposon pada tanaman padi. Teknologi ini bertujuan untuk mrengidentifikasi dan mengisolasi gen-gen penting terkait toleransi terhadap cekaman, untuk selanjutnya memanfaatkan gen-gen tersebut untuk merakit tanaman toleran kekeringan - Telah diadakan kegiatan pemetaan aktivitias gen saat terjadi cekaman kekeringan dan salinitas di mutan-mutan insersi padi yang toleran dan rentan cekaman, pada tingkat transkrip maupun metabolism - Data aktivitas gen mutan-mutan insersi padi, pada tingkat transkrip maupun metabolism, saat kekeringan dan salinitas terjadi cekaman. Dr. Satya Nugroho Bioteknologi LIPI Peneliti Utama Asing Dr. Antoine Galiana, CIRAD (Centre de Coopération Internationale en Recherche Agronomique pour le Développement) Prof. Dr. Martin Wahl, Leibniz Institute f. Marine Research, (IFM-GEOMAR) Prof. Dr. Uwe Sonnewald, Priedrich-Alezander Universitat, Erlangen-Nurnberg Status/ Periode Fokus/ Bidang KS Locus SDM Iptek Involved Forestry/Agriculture Palembang, South Sumatera, France Earth sciences Bogor, Jerman IPB and UNDIP: Food Security Cibinong, Jerman LIPI : 2 46

58 No Negara Title KS/Proposal Peneliti Utama Indonesia Kerjasama Riset Indonesia Jerman: Program Mobility Ristek BMBF: Jerman Reconstruction of paleoclimate and environmental change using natural terrestrial (lake sediment) and marine archive (corals) from Indonesia. Dr. Sri Yudawati Cahyarini Geoteknologi LIPI Output : - Disepakati 1 buah kegiatan joint workshop di Bandung bulan Nov 2011 melibatkan LIPI, ITB, Jerman, USA dan Kanada untuk membahas rencana pemboran sedimen komlek danau Malili di Sulawesi Selatan, untuk melakukan penelitian dinamika iklim dalam kurun waktu glacial-interglasial dan dinamika lingkungan di daerah tropis - 1 buah kegiatan joint workshop di Bandung bulan Nov 2011 melibatkan LIPI, ITB, Jerman, USA dan Kanada untuk membahas rencana pemboran sedimen komlek danau Malili di Sulawesi Selatan, untuk melakukan penelitian dinamika iklim dalam kurun waktu glacial-interglasial dan dinamika lingkungan di daerah tropis - Dilakukan analisa atas inti bor sampel sedimen danau Towuti yang diambil bulan Juni Hasilnyaterdapat banyak endapan turbidity pada beberapa inti bor contoh sedimen sehingga kurang begitu bagus untuk analisa kronologi rekonstruksi palaeoclimate - Data analisis inti bor sampel sedimen danau Towuti yang memberikan kesimpulan bahwa contoh sedimen kurang sesuai digunakan untuk analisa kronologi rekonstruksi palaeoclimate. 9 Jerman Decentralised Photovoltaic Hybrid Systems for Rural Areas Output: - Hasil penelitian awal telah dipresentasikan di Pekanbaru tanggal 25 November 2011 dengan judul Biomass to fuel Solid fuels for cooking purposes by utilizing the biomass of palm oil trees. Kegiatan penelitian akan terus dilanjutkan untuk hasil yang lebih baik Feizal Qamar Karim, M.Eng - Investment and Promotion Board of Riau Province Peneliti Utama Asing Dr. Hendrik Vogel University of Cologne Prof. Dr. Magnus Jaeger Hochschule Amberg-Weiden Status/ Periode Fokus/ Bidang KS Locus Earth Science Bandung, Jerman Renewable Energy Riau, Jerman 2 SDM Iptek Involved 47

59 No Negara Title KS/Proposal Peneliti Utama Indonesia Peneliti Utama Asing Kerjasama Riset Indonesia Iran: Program Mobility RISTEK Kementerian Sains, Riset dan Teknologi Iran 10 Iran Earthquake, and Tsunami Risk Reduction, TEWS and Marine Environment Output: - Disepakati 1 buah kegiatan joint workshop di Jakarta tahun 2012 dengan tema Ketahanan Gedung terhadap Gempa dan telah disepakati akan dilakukan 2 buah penelitian post doctoral terkait pada tema tersebut Dr. Ridwan Djamaludin, Deputi TAB BPPT. International Institute of Earthquake Engineering and Seismology (IEES) 11 Iran A proposed research cooperation in Nanotechnology, including 1. Design and manufacture of hybrid wind, solar and battery combined electricity generation system. 2. Study of Magnetic multilayer thin films in relation to growth, surface magnetism and magneto-optic characteristics. 3. Manufacturing of solid oxide fuel cells. 4. Bismuth-manganese nano wire technology. 5. Natural nano silica powder technology. 6. Hydrogen storage and graphene sheets. 7. Nano powders of metal-metalloid compositions. Professor Dr. Masbah Siregar, LIPI Dr. Ali Asgar Tofige Head of the Material And Energy Research Center (MERC) Output/progress : - Bentuk konkrit dan cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan masih dalam tahap identifikasi Kerjasama Riset Indonesia Iran: Program Mobility RISTEK Kementerian Sains, Riset dan Teknologi Iran 12 Iran Aerospace Technology cooperation and its application for peaceful purposes between the two countries on the basis of equality and mutual benefit. Scientific research and the joint activity in the design, development, production, testing and operation of space equipment; Mutual exchanges of relevant technologies, expertise, equipment and material resources; Organization of personnel education and training programmes, the exchange of scientists, technical and other experts. Dr. Bambang Koesoemanto, LAPAN Dr. Mohammad Mardani, Deputy of Space Technology, Iranian Space Agency Output : - Tim LAPAN sudah melakukan kunjungan ke fasilitas yang dimiliki Iran dan demikian sebaliknya Iran telah mengunjungi fasilitas LAPAN - Bentuk konkrit dan cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan masih dalam tahap identifikasi. Status/ Periode Fokus/ Bidang KS Locus Earth Sciences Jakarta, Iran Material Sciences/ Nanotechnology Jakarta, Iran Space technology Jakarta, Iran 2 SDM Iptek Involved 48

60 No Negara Title KS/Proposal 13 Iran Medical Sciences and Stem Cell Including cooperation in Medical Science and Technology Transfer of Herbal Medicine and Drug Development Medical Biotechnology for Diagnostic Development Stem Cell, Research and Vaccine Technology Output : - Progress hasil penelitian berjudul Mesenchymal Stem Cells: Source of Isolation, Survival in Hydroxyapatite-Calcium Sulphate and Effect in Healing of Bone Defect telah dipresentasikan pada the 12th Iranian congress of biochemistry and 4th international congress of biochemistry and molecular biology di Mashad, Iran, 6-9 Sept Iran Research collaboration in the fields of animal biotechnology, plant biotechnology and industrial biotechnology, including Conducting joint seminars and workshops Exchange of scientists and post-graduate students Output: - Penelitian tentang upaya penggemukan dan reproduksi Kerbau Belang yang masih berjalan hingga saat ini - Penelitian vaksin untuk e-coli (diare) dengan konsultasi yang intensif dengan pihak Iran Proposals KS Riset Indonesia - Mozambique 15 Mozambique Space Technology Output : - Telah ditandatangani kerjasama capacity building berjudul Mozambique Enginners Training for Operation & Maintenance of Ground Station at LAPAN - Telah dilakukan program pelatihan untuk 2 (dua) orang teknisi Mozambik tanggal 25 Nov-23 Des 2011 di Pusat Teknologi Satelit Rumpin Bogor Peneliti Utama Indonesia Peneliti Utama Asing Prof. Dr. Pratiwi Sudarmono, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran, UI Dr. Abul Gasemi Head Manager of Iran National Blood Center Dr. Ganeie, Deputy Minister for Research and Technology Ministry of Health and Medical Education Dr. rer.nat. Wien Kusharyoto, Biotech LIPI Dr. Amir Mousavi, National Institutes for Genetic Engineering and Biotechnology (NIGEB) LAPAN Ministry of S&T (MOST) Mozambqiue Status/ Periode Fokus/ Bidang KS Locus Medical Sciences and Stem Cell Jakarta, Iran Biotechnology, Jakarta, Iran Space Technology Jakarta- Mozambique 2 SDM Iptek Involved 49

61 No Negara Title KS/Proposal 16 Mozambique Water Resource Management and Research Ouput : - Proposal tentang ruang lingkup kerjasama termasuk program capacity building dan saat ini proposal sedang dibahas pihak Mozambik. 17 Mozambique Biotechnology for Medical and Marine Fisheries, Output/Progress : Pihak BPPT dan LIPI telah membuat proposal tentang ruanglingkup kerjasama termasuk program capacity building dan saat ini proposal sedang dibahas pihak Mozambik. Proposal KS Riset Indonesia - China 18 Tiongkok Herbal medicine development in Indonesia Output : Telah dijajaki persiapan kerjasama identifikasi senyawa-senyawa bioaktif (fitokimia) sebagai bahan baku obat untuk mengatasi penyakitpenyakit degenaratif seperti diabetes, hipertensi dan kardiovaskular. Termasuk riset mengenai teknologi/ proses ekstraksi yang paling efektif. 19 Tiongkok Small Hydro Power Manufacture development in Indonesia Output : Disepakati kerjasama di bidang desain dan fabrikasi untuk pembangunan turbin air di di Provinsi Bengkulu (turbin Francis atau Kaplan), dan di wilayah Papua atau Sumatera. 20 ASEAN COST Joint Research and Development on NPP Technology and Safety Among ASEAN Member States Countries Output/progress : Proposal Indonesia sudah diusulkan ke Sub Committee on Non Convensional Energy Research (SCNCER) Komite Iptek ASEAN dan akan dibahas dalam ASEAN COST Meeting ke-63 di Myanmar, bulan Mei 2012 Peneliti Utama Indonesia Peneliti Utama Asing Status/ Periode Fokus/ Bidang KS Locus BPPT MOST Mozambique Environment Serpong, BPPT Puspiptek, LIPI Cibinong, Mozambique 2 BPPT and LIPI MOST Mozambique Biotechnology 2 Dr. rer.nar Chaidir, Apt Dit. TFM BPPT MOST China to be confirmed Diusulkan pada Pekan Iptek Ind- Tiongkok 2011 Herbal Medicine Serpong, BPPT Puspiptek, 2 Dr. Suryo Busono, PTKKE, BPPT nternational Center on Small Hydro Power (ICSHP) Energi 2 Dr. Setiyanto BATAN Focal points ASEAN Task Working Group on NPP 2011 to be confirmed Energi SDM Iptek Involved 50

62 Penguasaan iptek melalui riset dan pengembangan (litbang), perekayasaan serta pemanfaatan iptek nasional telah dan terus akan digulirkan pemerintah, meskipun jika dibandingkan dengan laju peningkatan litbang negara lain, harus diakui bahwa capaian kita masih lemah. Oleh karena itu kontribusi litbang iptek bagi percepatan pencapaian tujuan negara masih harus ditingkatkan, misalnya saja tercermin dari indikator-indikator pembangunan iptek. Tuntutan masyarakat agar kegiatan penelitian di lembaga litbang dapat menghasilkan kontribusi yang konkrit bagi masyarakat khususnya dunia usaha menjadi tantangan yang dihadapi dalam pembangunan iptek saat ini. Namun tidak mudah untuk mendorong perkembangan iptek sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan globalisasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang menjadi permasalahan pokok, antara lain : 1. Masih lemahnya sinergi kebijakan maupun program terkait pembangunan iptek baik intra institusi/ aktor pengembang iptek (LPNK Ristek, lembaga riset kementerian teknis, industri, dan perguruan tinggi), menyebabkan kegiatan iptek baik dari segi kualitas maupun skalanya belum mampu memberikan hasil yang signifikan. 2. Masih lemahnya produktivitas lembaga litbang pemerintah dan perguruan tinggi dalam menyediakan teknologi untuk mendukung sektor-sektor strategis terkait dengan 7 bidang fokus pembangunan iptek. Kelemahan ini mengakibatkan belum dapat dimanfaatkannya secara optimal hasil-hasil litbang pemerintah dan perguruan tinggi dalam industri. 3. Masih kurangnya peran dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan iptek, sehingga produktivitas Iptek di kalangan masyarakat masih rendah. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai iptek. 4. Masih rendahnya produktivitas Iptek di kalangan industri. Hal ini diindikasikan oleh masih lemahnya minat dan kontribusi kalangan industri dalam pembangunan iptek nasional, baik keterlibatan dalam riset maupun pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi ditujukan pada upaya untuk menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sistem Inovasi Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Salah satu bukti keberhasilan pelaksanaan kebijakan ini adalah terlaksanananya kegiatan penelitian dan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, industri dan masyarakat serta terbentuknya keunggulan akademik (academic excellence) dengan dihasilkannya artikel jurnal sains dan teknik / publikasi dan paten. Sejalan dengan itu, Kementerian Riset dan Teknologi menetapkan kebijakan iptek nasional, serta mewujudkan pencapaian sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek dengan metetapkan indikator kinerja utama yang hendak dicapai adalah Jumlah artikel jurnal sains dan teknik. Indikator kinerja, target dan realisasinya pada tahun 2011 dapat digambarkan pada Tabel 24 berikut : No. Indikator Kinerja Satuan Target Jumlah artikel jurnal sains dan teknik Tabel 24. Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produktivitas Litbang Iptek Artikel/ Publikasi Ilmiah Capaian 2011 (%)

63 Artikel Jurnal Sains dan Teknik Artikel Jurnal Sains dan Teknik (IKU 8), pada tahun 2011 ditargetkan 40 Jurnal Sains dan Teknik, terealisasi 141 atau tercapai 250 %. Kementerian Riset dan Teknologi sejak Tahun 2007 telah meluncurkan Program Insentif, terdiri dari Insentif Riset Dasar, Insentif Riset Terapan, Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi dan Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek. Program Insentif merupakan salah satu instrumen kebijakan yang diluncurkan guna membangun Rumah SINas dalam memberikan kesempatan dan memotivasi institusi penelitian, pengembangan dan penerapan, serta pelaku iptek dalam melakukan penelitian, mengatasi masalah yang secara sistematis menghambat pertumbuhan inovasi, dan mendorong adopsi hasil inovasi oleh pelaku bisnis/industri, masyarakat dan pemerintah, diindikasikan dengan meningkatnya publikasi ilmiah. Program ini juga bertujuan untuk membangun iptek yang dikaitkan dengan pengembangan Sistem Inovasi Nasional dengan: (a) Memperkuat: bidang ilmu (terutama yang mendukung 7 bidang fokus dan 2 faktor pendukung keberhasilan); (b) mempercepat pertumbuhan inovasi teknologi; (c) menstimulasi riset untuk menghasilkan inovasi yang bernilai komersial tinggi, maupun bermanfaat bagi masyarakat; (d) memperkuat dan mempercepat program pengentasan kemiskinan, pembangunan kemaritiman, serta memperhatikan keberlanjutan fungsi lingkungan. Kinerja dari program insentif salah satunya diukur dengan indikator publikasi ilmiah. Publikasi ilmiah merupakan hasil penelitian yang diterbitkan baik di Jurnal ilmiah nasional maupun Jurnal ilmiah internasional. Dari hasil evaluasi atas pelaksanaan insentif riset tahun 2010 indikator Artikel Jurnal Sains Dan Teknik (publikasi ilmiah) yang dihasilkan adalah sebanyak 44 publikasi ilmiah dari 54 paket program insentif riset dasar. Capaian ini, meskipun turun jika dibandingkan dengan tahun 2009 akan tetapi melebihi target yang ditetapkan di tahun 2010 sebanyak 40 publikasi. Ini dikarenakan alokasi dana insentif riset diarahkan lebih ke hilir (kapasitas dan difusi) tidak lagi dititik beratkan pada riset dasar yang keluarannya menghasilkan publikasi ilmiah. Sedangkan pada tahun 2011 Program Insentif tahun 2011 terdiri 248 paket judul penelitian, yang terdiri dari: (1) Insentif Riset dasar sebanyak 38 paket; (2) Insentif Riset Terdapat sebanyak 155 paket; (3) Insentif Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi sebanyak 78 paket; (4) Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek sebanyak 17 paket. Dari Program Insentif ini telah dihasilkan 141 artikel yang dipublikasikan pada jurnal sains dan teknik/ publikasi imiah, 111 prototipe; 49 Seminar ilmiah; 7 buah Model; 4 buah Software; dan 2 buah Merek Dagang. Publikasi ilmiah merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan Iptek. Oleh karena itu, publikasi ilmiah dijadikan sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan Program Insentif, yang pada hakekatnya dimaksudkan untuk mempercepat perkembangan Iptek di Indonesia. Selain itu, publikasi ilmiah ini juga berguna untuk mendorong terjadinya komunikasi diantara komunitas Iptek dan berpotensi untuk membangun jaringan antara penghasil dan pengguna Iptek yang merupakan parameter penting dalam relevansi dan produktivitas Iptek. Bila dibandingkan dengan target kinerja, capaian kinerja pada tahun 2011 jauh lebih tinggi yaitu sebesar 353% seperti terlihat pada Tabel 24. Demikian juga, bila dibandingkan dengan capaian tahun 2010, capaian tahun 2011 juga mengalami peningkatan dimana pada tahun 2010 publikasi ilmiah yang dihasilkan dari Program Insentif adalah 78 artikel. Peningkatan ini dapat dilihat pada Gambar 39. Capaian yang tinggi ini merupakan dampak dari dimasukkannya PP Nomor 20 Tahun 2005 dalam Kontrak Kerjasama antara Kementerian Riset dan Teknologi dengan Lembaga Pelaksana Insentif. Seperti diketahui bahwa dalam PP Nomor 20 Tahun 2005 disebutkan kewajikan mempublikasikan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek sejauh tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan. 52

64 Dari kedua data di atas dapat disimpulkan bahwa publikasi ilmiah dari Program Insentif memberikan kontribusi yang lebih terhadap publikasi ilmiah nasional pada 2011 jika dibandingkan dengan tahun Hal ini dapat dilihat pada Gambar 41, dimana pada tahun 2010 kontribusi publikasi ilmiah dari Program Insentif terhadap publikasi nasional sebesar 6,53%, sedang pada tahun 2011 sebesar 19,11%. Gambar 39. Publikasi ilmiah dari Program Insentif tahun 2010 dan 201 Secara nasional publikasi ilmiah Indonesia pada tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat pada Gambar 40, terlihat bahwa publikasi nasional tahun 2011 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun Gambar 41. Kontribusi publikasi ilmiah dari Program Insentif terhadap total publikasi ilmiah nasional Gambar 40. Jumlah publikasi nasional tahun 2010 dan

65 Pendayagunaan iptek dalam berbagai bidang pembangunan ditujukan untuk percepatan pencapaian tujuan nasional, yakni dalam bidang hankam, kesejahteraan rakyat, pelayanan publik dan pengokohan daya saing ekonomi terus-menerus telah dilakukan selama kurun waktu Namun dirasakan, bahwa kontribusi iptek dalam pemercepatan pencapaian tujuan negara masih terbatas dan perlu terus ditingkatkan. Untuk itu upaya dalam rangka meningkatkan pendaya- gunaan iptek agar hasil-hasil riset iptek dimanfaatkan oleh pengguna, Kementerian Ristek menetapkan Sasaran Meningkatnya Pendayagunaan Iptek dengan indikator yang hendak dicapai yaitu Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri, Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat, Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk national security. Indikator kinerja, target dan realisasinya dapat digambarkan pada Tabel 25 berikut : No. Indikator Kinerja Satuan Target Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk national security Tabel 25. Sasaran Meningkatnya Pendayagunaan Iptek Capaian 2011 (%) Teknologi Teknologi Teknologi Sasaran meningkatnya pendayagunaan iptek hendak dicapai dengan menetapkan Indikator Kinerja Utama yaitu : Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri (IKU 9), Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat (IKU 10), dan Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk national security (IKU 11). Pada tahun 2011 untuk mencapai sasaran tersebut telah dilakukan berbagai kegiatan antara lain kegiatan intermediasi iptek, kegiatan konsorsium riset, kegiatan sistem insentif, kegiatan peningkatan inovasi dan kreativitas pemuda, kegiatan spesifik lokasi serta berbagai kegiatan lainnya. Kinerja capaian tersebut dapat disampaikan sebagai berikut : Pemanfaatan Teknologi Hasil Litbang Nasional Di Industri. Pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di industri (IKU 9), pada tahun 2011 ditargetkan 2 teknologi, terealisasi 4 teknologi atau tercapai 200 %. Pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di Industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri nasional, mendorong tumbuhnya industry nasional serta meningkatkan kontribusi iptek nasional dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2011 telah dimanfaatkan teknologi hasil litbangyasa nasional melalui berbagai kegiatan yaitu : Tabel 26. Pemanfaatan Teknologi Hasil Litbang Nasional di Industri No. Teknologi Penghasil Teknologi Industri Pengguna Bidang Kesehatan 1. Teknologi Alat Penghancur Jarum Suntik Puslit Fisika LIPI PT. Tesena Inovindo Bidang Teknologi Informatika 2. Teknologi Kedelai Plus. P3 Biotek LIPI PT. Synov 3. Pengembangan Bibit Sapi Unggul Nasional P3Biotek LIPI Bidang Teknologi Transportasi 4. Teknologi Computer Based Interlocking (CBI) Konsorsium PT.LEN, BPPT, ITB dan ITS PT. Karya Anugrah Rumpin PT. LEN - Industri 54

66 Hasil survei BPPT Tahun 2006 terhadap Industri Kecil Menengah (IKM), terlihat bahwa walaupun ada perubahan teknis yang dilakukan baik dari sisi produk maupun proses, namun demikian tidak banyak kegiatan inovasi yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Hal ini disebabkan oleh: pertama, rendahnya kemampuan teknologi perusahaan, termasuk pengetahuan personelpersonelnya yang tidak mendukung perusahaan untuk melakukan kegiatan inovasi. Kedua, besarnya biaya yang diperlakukan untuk melakukan kegiatan inovasi membuat perusahaan tidak memiliki cukup biaya untuk melakukannya. Ketiga, rendahnya permintaan atas produk hasil inovasi juga menjadi alasan tidak dilakukannya kegiatan inovasi oleh perusahaan. Persepsi ini timbul karena ada anggapan di kalangan calon pengguna bahwa teknologi baru yang dikembangkan lembaga litbang belum teruji dengan baik, kesenjangan pengetahuan (knowledge gap), biaya terlalu tinggi, risiko permintaan, kemitraan, risiko ekonomi, serta kurangnya personil yang berkualitas. Permasalahan lain adalah kesesuaian antara ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga litbang dengan ilmu dan teknologi yang dibutuhkan oleh pengguna masih rendah. Ungkapan bahwa lembaga penelitian tidak menghasilkan produk yang berguna bagi masyarakat dan dunia usaha tidak tertarik menggunakan teknologi hasil penelitian lembaga litbang nasional sering terungkap di berbagai kesempatan. Berkaitan dengan permasalahan diatas untuk mengurangi kesenjangan antara para peneliti dan pelaku industri, maka Kementerian Negara Riset dan Teknologi telah menginisasi pengembangan suatu lembaga intermediasi yaitu Business Technology Center (BTC) yang tersebar di berbagai daerah dan Business Innovation Center (BIC). Keberadaan lembaga intermediasi ini dimaksudkan untuk menjembatani komunikasi dan intermediasi antara lembaga litbang dengan dunia industri dengan harapan agar terjadi komunikasi timbal balik antara para peneliti dan pelaku industri. Namun demikian, dalam perjalanannya, meskipun cukup banyak aktivitas intermediasi yang dilakukan oleh BTC dan BIC, akan tetapi hasil nyata dari kegiatan intermediasi tersebut belum banyak dirasakan oleh para peneliti maupun pelaku industri. Untuk itulah, diperlukan upaya yang sistematis (dalam kerangka penguatan Sistem Inovasi Nasional) dengan melibatkan stakeholder iptek maupun pemangku kepentingan lainnya secara sinergi untuk meningkatkan aktivitas intermediasi (baik secara kualitas maupun kuantitas) agar keberadaan BTC dan BIC benarbenar dapat memberikan manfaat khususnya dalam upaya mendorong terjadinya kolaborasi antara lembaga litbang di lingkungan Puspiptek dan Cibinong Science. Intermediasi melalui Business Gathering dan Business Matching adalah kegiatan pokok Business Innovation Center (BIC), bertujuan untuk menciptakan sinergi / kerjasama A-B-G (Academician, Business, dan Government) melalui proses komersialisasi karyakarya riset dan inovasi. Disadari bahwa kegiatan intermediasi iptek sangat perlu dilakukan mengingat belum terinformasikannya hasil-hasil riset iptek kepada dunia usaha. Untuk itulah kegiatan menjembatani antar penghasil teknologi dan pengguna teknologi perlu dilakukan. Kegiatan menjembatani inilah yang disebut sebagai kegiatan intermediasi teknologi, atau disebut pula sebagai intermediasi iptek. Berbagai kegiatan intermediasi perlu dilaksanakan dan ditingkatkan frekuensinya mengingat masih banyaknya hasil riset lembaga litbangyasa nasional belum terkomersialisasikan. Pelaksanaan kegiatan intermediasi iptek ini perlu melibatkan intermediator teknologi. Dari hasil kegiatan intermediasi iptek telah dimanfaatkan beberapa teknologi hasil litbang nasional di industry yaitu : 1. Teknologi Alat Penghancur Jarum Suntik. Pada kegiatan intermediasi diintermediasikan adalah hasil riset dari Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Fisika-LIPI), yaitu teknologi berupa Alat Penghancur Jarum Suntik. Potensi industri yang dapat menggunakan produk teknologi ini adalah industri Alat kesehatan. Industri alat kesehatan inilah yang nantinya akan memproduksi hasil teknologi ini secara massal dan memasarkannya kepada pengguna akhir. Pengguna akhir alat ini pada umumnya adalah rumah sakit, dokter, serta pelaku kegiatan medis lainnya. Dari hasil pengamatan karya inovasi ini berpotensi untuk dikomersialkan dan ditawarkan pada awalnya untuk pasar domestik. Sampai saat ini, alat penghancur jarum suntik maupun alat kesehatan pakai-buang (disposable) lainnya masih mengandalkan incinerator, yang belum tersedia dalam bentuk yang praktis/ portable. 55

67 Gambar 43. Prototype Industri (Tesena) Gambar 42. Prototype Laboratorium (LIPI) 2. Teknologi Kedelai Plus. Kedelai Plus adalah hasil riset dari Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Biotek-LIPI). Aplikasi teknologi kedelai plus merupakan proses insersi mikroba kedalam benih kedelai yang dapat meningkatkan produktivitas kedelai, melalui proses penambatan nitrogen oleh mikroba pada akar kedelai. Teknologi insersi ini dapat dilakukan tanpa harus menggunakan benih yang spesifik, melainkan dapat menggunkan berbagai varietas benih yang berasal dari Indonesia. Dengan adanya potensi teknologi tersebut, diharapkan dapat mengatas masalah pangan terutama kebutuhan kedelai yang saat ini masih di impor dari berbagai Negara diluar terutama Amerika. Upaya aplikasi kedelai plus ini diharapkan memberikan dampak positif pada sector pertanian di Indonesia. Karena banyaknya petani yang mulai meninggalkan kedelai sebagai tanaman pokok dikarenakan hasil produksinya yang rendah, terutama jika dibandingkan dengan padi, sedangkan industri produk olahan kedelai sangat membutuhkan pasokan suplai dari dalam negeri. Gambar 44. Kedelai Plus 56

68 Teknologi ini telah dimanfaatkan oleh PT.Synov, dengan ujicoba dibeberapa demplot. dan telah diaplikasikan di beberapa plasma binaan PT. Synov. Gambar 45. Plasma binaan PT. Synov 3. Pengembangan Bibit Sapi Unggul Nasional. Inisiasi dari proses intermediasi ini dirangsang oleh permintaan swasta yang berbasis kebutuhan pasar. Permintaan swasta tersebut dijadikan acuan BIC untuk mencari partner yang tepat, yang umumnya dari pihak Akademisi untuk menindaklanjuti hal tersebut untuk mencapai sinergi. Kegiatan intermediasi dalam implementasi teknologi pembibitan sapi unggul di Indonesia, melibatkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Biotek LIPI sebagai pihak penyedia teknologi dan PT. Karya Anugerah Rumpin (PT. KAR) sebagai pihak swasta/investor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biotek LIPI merupakan salah satu pusat keunggulan Bioteknologi di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biotek LIPI berdiri pada tahun Adapun produk yang saat ini telah dimanfaatkan dalam kegiatan intermediasi ini antara lain perbaikan mutu bibit ternak melalui teknologi sexing dan embrio transfer. Pembibitan sapi potong merupakan salah satu issue yang paling penting di Indonesia saat ini, mengingat kebutuhan daging sapi di Indonesia jika dibandingkan dengan produksi daging sapi lokal yang masih jauh stabilitas. Usaha pembibitan sapi potong rakyat sebagai tulang punggung pemasok utama sapi bibit dan bakalan dalam negeri, sebagian besar berdasarkan pada kemampuan induk dalam memproduksi pedet. Sayangnya, kualitas bibit yang dihasilkan belum mengarah pada tingkat yang memuaskan. Bibit yang berasal dari plasma nutfah lokal merupakan salah satu sarana penting dalam pengembangan industri peternakan dan mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas ternak dalam negeri. Gambar 46. Bibit Sapi Unggul 57

69 4. Teknologi CBI Selain dari kegiatan intermediasi iptek, dari kegiatan konsorsium riset menghasilkan teknologi yang siap diproduksi oleh industri. Teknologi yang dihasilkan adalah teknologi Computer Based Interlocking (CBI). Pengembangan teknologi CBI dilakukan dalam bentuk konsorsium terdiri dari Kemenristek (fasilitator program pengembangan); Kemenhub (pengguna dan fasilitator implementasi produk); PT. LEN-Industri (koordinator pengembang teknologi), BPPT, ITB dan ITS (anggota pengembang teknologi). Teknologi ini telah selesai dalam bentuk prototype industry, siap diproduksi oleh PT. LEN - Industri dan akan diimplementasikan sebagai bagian dari ujicoba oleh Kementerian Perhubungan di Stasiun Gumilir Cilacap. Pemanfaatan Teknologi Hasil Litbang Nasional Di Masyarakat Pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat (IKU 10), pada tahun 2011 ditargetkan 2 teknologi, terealisasi 2 teknologi atau tercapai 100 %. Pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional di masyarakat bertujuan agar teknologi yang telah di hasilkan oleh para periset dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Berikut adalah teknologi yang telah didesiminasikan : Tabel 27. Paket Teknologi yang di Diseminasikan No. Teknologi Daerah Outcome Bidang Energi 1. Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid, Pandansimo Bidang Teknologi Informatika 2. Teknologi Perangkat Lunak Berbasisi OSS Bantul, DI. Yogyakarta Mataram, NTB Termanfaatkanya teknologi pembangkit listrik tenaga hybrid untuk peningkatan nilai tambah kemandirian masyarakat sekitar Pandansimo Termanfaatkannya Teknologi perangkat lunak Open Source berbasis OSS. 1. Penerapan Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid, di Pandansimo, Bantul, DI Yogyakarta Pembangkit listrik tenaga hybrid tersebut dimanfaatkan untuk pembuatan Es Balok, pengairan pertanian lahan pasir dengan sumur renteng, penerangan jalan umum dan penerangan tempat wisata Pantai Baru Pandansimo. Keberadaan energi listrik yang diinisiasi oleh Kementerian Riset dan Teknologi, membawa perubahan positif yang sangat berarti, khusunya pengembangan ekonomi kawasan pantai baru. Listrik yang dihasilkan oleh PV dan kincir angin, pemanfaatannya diutamakan untuk: pembuatan es kristal dan es balok, penerangan kawasan wisata dan mengangkat air tanah dengan pompa listrik. Es kristal dijual dan dimanfaatkan untuk menyuplai warung makan (wisata kuliner) di Pantai Baru dan Pantai Kwaru. Es balok dimanfaat oleh nelayan untuk mengawetkan ikan tangkapan. Listrik penerangan untuk menerangi kawan rumah kontrol, kawasan parkir, dan mulai bulan Oktober 2011 mulai dimanfaatkan oleh warung makan (10 rumah). Sedangkan air tanah yang mampu diangkat, dimanfaatkan untuk mengairi kolam terpal air tawar untuk perikanan lele. Gambar 47. Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid 58

70 2. Penerapan Teknologi Perangkat Lunak Berbasis OSS, di Mataram, NTB Gambaran analisa COBIT dapat diimplementasikan pada kondisi umum implementasi teknologi informasi. Untuk mengimplementasikan model alih teknologi COBIT ini perlu diperhatikan proses-proses TI yang terdapat didalamnya, disesuaikan dengan komponenkomponen yang dianggap berpengaruh pada proses implementasi OSS khususnya di instansi pemerintah. Komponen-komponen tersebut adalah: Kebijakan secara makro yang terdiri dari landasan hukum pelaksanaan seperti SE, SK atau perda; ketersediaan infrastruktur pendukung; serta SDM dan jaringan kerjasama yang dilakukan. Kebijakan secara mikro yang terdiri dari tahapan migrasi yang dilakukan, keberlanjutan implementasi pasca instalasi, dan dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan kegiatan. Ketersediaan standarisasi yang dibutuhkan untuk implementasi OSS seperti Standard Operasional Prosedure (SOP) teknis pelaksanaan kegiatan dan sertifikasi baik untuk SDM. Oleh karena itu dalam pelaksanaan kegiatan implementasi model alih teknologi ini dilakukan dalam 2 metode yang dilakukan secara pararel, yaitu diskusi dengan penanggung jawab kegiatan migrasi di daerah dan pelatihan teknis tingkat advance untuk tim helpdesk daerah tersebut. Kegiatan diskusi tingkat manajerial ini ditujukan untuk menyampaikan kepada model alih teknologi OSS berbasis SIDA dan menyesuaikan model tersebut dengan komponenkomponen yang mempengaruhi di daerah, sehingga mereka mengetahui langkah apa saja yang perlu ditempuh untuk mempercepat migrasi ke software legal berbasis OSS dan menjaga kontinuitasnya. Pelatihan teknis tingkat advance ditujukan untuk memperkuat kemampuan SDM teknis di daerah tersebut, sehingga diharapkan dapat dengan mudah menangani trouble shooting yang dihadapi saat di lapangan. Selain itu juga diharapkan agar mampu mengembangkan sendiri teknologi perangkat lunak sesuai kebutuhan daerahnya untuk mendukung pengembangan e-government. Daerah yang menjadi lokasi model alih teknologi OSS berbasis SIDa adalah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Kota Pekalongan, dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah. Gambar 48. Teknologi Perangkat Lunak Berbasis OSS Pemanfaatan Teknologi Hasil Litbang Nasional Untuk National Security. Pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk national security (IKU 11), pada tahun 2011 ditargetkan 2 teknologi, terealisasi 2 teknologi atau tercapai 100 %. Adapaun capaian kinerja adalah sebagai berikut : 1. Pendayagunaan iptek dalam rangka pembangunan daerah tertingal, terdepan dan pasca konflik, SIDa Inovasi Teknologi Terbarukan : PLTS dan PLTB di Pulau Marampit Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah tindak lanjut kunjungan kerja tiga menteri (Menhan, Menkokesra, dan Menristek) Mei 2011 ke Kepulauan Merampit, hasil koordinasi di Kemenko Kesra tanggal 18 Juli 2011, serta hasil survei lapangan di Kepulauan Merampit tanggal 22 September Kegiatan ini dilakukan untuk pengembangan daerah perbatasan yang terdapat di Kepulauan Marampit, Kecamatan Nanusa, Kabupaten Talaud. Kepulauan ini memiliki lima desa yaitu Marampit Barat, Marampit Timur, Laluhe, 59

71 Dampulis Utara, Dampulis Selatan. Kabupaten Talaud merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi Utara dengan ibukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Manado. Daerah ini belum memiliki sumber energi listrik. Oleh karena itu, berdasarkan kebutuhan energi dan kondisi geografis Kabupaten Talud, maka dibutuhkan inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah tersebut. Teknologi yang diaplikasikan adalah teknologi Bayu dan Sel Surya dengan bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada. Gambar 49. Pemasangan PLTH di Marampit, Sulawesi Utara 2. National Security (e-ktp) Perkembangan masalah ancaman terhadap keamnan nasional yang yang makin menghawatirkan bahkan cenderung meningkat dan seakan sulit diatasi oleh negara, salah satunya upaya yang dilakukan oleh negara untuk memberikan rasa ama bagi seluruh komponen bangsa adalah mengimplementasikan e-ktp. Kegiatan pengembangan SIAK dan penerapan e-ktp merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam melakukan terapan hasil inovasi untuk meningkatkan kemampuan industri nasional yang meliputi faktor humanware, infoware, hardware, software, netware dan orgaware. Adapun keinginan utamanya yang diharapkan adalah agar e-ktp dapat berfungsi sebagai Multi Purpose Card. Keinginan/harapan tersebut disebabkan banyaknya kepentingan dan kebutuhan masyarakat setempat yang beragam, disamping juga keinginan pemerintahan daerah untuk menjadikan e-ktp sebagai sarana dalam Pilkada, kesehatan dan pendidikan. Berdasarkan salah satu hasil masukan dari Tim Kecil Program NIK, Penerapan e-ktp dan Pemutahiran Data yang dilakukan diharapkan dapat menjamin efisiensi dan sinergitas pelaksanaan program ini perlu dilakukan penyusunan roadmap SIAK dan e-ktp serta dilakukannya audit teknologi informasi oleh tim independen. Berdasarkan hasil kegiatan ini direkomendasikan bahwa Penerapan Produk tehnologi Smart Card dalam Meningkatkan Keamanan Program SIAK untuk Mendukung Industri TIK Nasional adalah Implementasi e-ktp generasi kedua harus dilakukan optimalisasi e-ktp generasi pertama dalam mencapai beberapa fungsionalitas e-ktp sebagai MPC. Ini dapat mendorong bergeraknya industri kreatif (software) serta penguasaan dan alih teknologi berkaitan dengan smart card. 60

72 Capaian kinerja lain dalam rangka pendayagunaan iptek adalah dilakukan Kementerian Riset dan teknologi melalui Pilot Project Kreativitas dan Inovasi Pemuda dalam Pelaksanaan Model Sistem Inovasi Daerah (SIDa). Kementerian Riset dan Teknologi melaksanakan kegiatan peningkatan kemampuan inovasi dan kreativitas Pemuda, dimaksudkan untuk meningkatan Kemampuan Inovasi dan Kreativitas Pemuda yang didasarkan pada konsep serta arah kebijakan yang dirumuskan dalam program 100 hari Kementerian Riset dan Teknologi. Dengan implementasi berdasarkan konsep yang telah disiapkan, didapatkan perbaikan konsep serta model yang telah teruji dan disempurnakan untuk dapat dijadikan model serta rekomendasi kebijakan bagi peningkatan kemampuan inovasi dan kreativitas pemuda. Capaikan Kinerja kegiatan Pada tahun 2011 antara lain : 1) Lomba Inovasi Pemuda untuk Kesejahteraan Rakyat (Lomba Technopreneurship Pemuda), yang merupakan upaya untuk menciptakan technopreneur di beberapa daerah di seluruh Indonesia. Kegiatan yang sebelumnya dilakukan pelatihan didapatkan 3 Pemenang Utama, 1 Pemenang Harapan, dan 16 (Enam belas) proposal kelompok Pemuda yang dibiayai oleh Kementerian Riset dan Teknologi yaitu : LABAN ELECTRIC Alat Pasteurisasi Susu Kejut Listrik Tegangan Tinggi (Pulsed Electric Field) Menggunakan Flyback Transformer; Green Flame: Spiritus Gel Solusi Bahan Bakar Praktis Pada Katering Sebagai Usaha Yang Prospektif; Gema Store Usaha Pemasaran Gematop (Get Maling Laptop) Aplikasi Pelacak Laptop Hilang Yang Menampilkan Foto Si Pencuri; dan Pemanfaatan Kaleng Bekas Dalam Pembuatan Fumigator Portable Sebagai Pengendalian Hama Terpadu (Pht) Hama Tikus Pada Tanaman Padi Di Kec. X Koto, Kab. Tanah Datar Sumatera Barat. 2) Kegiatan Community Development oleh Pemuda di berbagai daerah yaitu : Aplikasi Teknologi Gas Bio sebagai upaya Penyedia Energi dan Peningkatan Pendapatan Petani dan Peternak; Diversivikasi produk olahan pisang berbasis teknologi kerakyatan dan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya peningkatan taraf hidup masyarakat; Penerapan Teknologi Aplikatif Terhadap Komoditas Kelapa Untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Pasca Erupsi Merapi; Pengembangan Teknik Budidaya Rumput Laut dan Hasil Olahannya Berbasis Pemberdayaan Masyarakat; Penerapan Teknologi Peternakan Terpadu Berbasis Pemberdayaan Masyarakat; Pengembangan Desa Wisata Mandiri Kotagede Berbasis Masyarakat; Pengelolaan Lingkungan Hidup Berbasis Masyarakat; Alih Teknologi Budidaya Perikanan lahan Pasir Berbasis Community Development. 3) Pengembangan Kewirausahaan Pemuda Berbasis Industri Kreatif, yang merupakan aksi nyata di masyarakat berupa : Pelatihan dan pembentukan sentra kerajinan tangan dari limbah sisa industri konveksi; Pembentukan Gabungan Masyarakat Pengelola Sampah (GAMAPAH) melalui penerapan Integrated Waste Reactor Management System; Pelatihan dan pembinaan komunitas tempat wisata kuliner berwawasan lingkungan dan teknologi; Budidaya belut dan ikan hias. 4) Reverse Engeenering dalam Mendukung Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) Kegiatan ini dilaksanakan di Workshop yang terletak di Srandakan, Kabupaten Bantul, dalam rangka mendukung Pilot Project Pengembangan Sistem Energi Hibrida Berbasis Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di Bantul. Reverse engeenering merupakan proses untuk menduplikasi sebuah barang atau sesuatu menjadi barang yang sama aslinya. Reverse engeenering dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui desain produk kompititor, dan membuat barang yang sudah tidak ada dipasaran. Bidang yang banyak melakukan reverse engeneering di bidang software, hiburan, automotive, proudk konsumen, microchips, kimia, elektronik dan design mekanik. Sebelum melakukan reverse engeenering dilakukan life cycle analysis dan cost analaysis untuk menentukan apakah mau melakukan reverse atau tidak. Reverse dibidang mekanik dilakukan dengan computed tomography (CT) atau scanner laser untuk membuat design produk yang ada. Kincir angin yang di reverse engeneering merupakan kincir angin dengan daya maksimal 1 KW. Kincir angin yang dibuat merupakan versi pertama. Versi pertama terdiri dua unit kincir angin dengan daya maksimal 1 KW dan tegangan 48 Volt. Versi ini dilengkapi dengan kontroler kicir angin, yang didesain untuk mengkontrol 2 unit kincir angin secara semi otomatis. Bagian dari kincir angin yang di reverse engeneering adalah nose, blade, generator, orientasi dan menara. 61

73 Gambar 50. Hasil reverse engeneering (blade nose, orietasi dan kontrol) 5) Pilot Project Pengembangan Integrated Farming Berbasis Teknologi dan Pemberdayaan Masyarakat di DI. Yogyakarta meliputi : Klaster peternakan Ayam Buras, Klaster Desa Asri, Klaster Perikanan, Klaster pendidikan dan kepemudaan, Klaster energi. 6) Pilot Project Pengembangan Lampu Energy Berbasis LED Bright, meliputi : Reverse Engineering, dimaksudkan agar pengembangan teknologi produk tidak tertinggal jauh dengan penelitian-penelitian yang sedang dilakukan juga oleh engineer-engineer di belahan dunia yang lain mengenai lampu hemat energi yang menggunakan LED ini seperti jepang, Korea dan Amerika. Pengujian produk, diantaranya meliputi pengetesan intensitas cahaya, konsumsi daya, durability (daya tahan) dan berbagai macam bentuk pengujian lainnya. Implementasi, diharapkan Lampu Ganesha dapat diperkenalkan dan di uji coba penggunaannya dengan sebuah studi lapangan yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. 62

74 63

75 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2011 ini menyajikan informasi hasil evaluasi atas kinerja yang dicapai Kementerian Riset dan Teknologi periode Tahun Anggaran 2011 secara menyeluruh. Berbagai keberhasilan maupun kekurangan capaian kinerja sebagaimana ditetapkan dalam Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indikators), hasil-hasil yang dicapai telah tergambarkan secara rinci pada tabel dan penjelasan diatas. Secara umum semua sasaran yang ditetapkan Kementerian Riset dan Teknologi meliputi 11 (sebelas) Indikator Kinerja Utama (IKU) berhasil dicapai (100 %) dan bahkan beberapa diantaranya berhasil melebihi yang ditargetkan, sedangkan adanya target yang belum dapat terpenuhi yaitu dalam hal upaya meningkatkan prosentase investasi litbang swasta terhadap PDB. Tidak tercapainya target tersebut disebabkan antara lain belum terbentuknya iklim kondusif bagi dunia usaha untuk melakukan kegiatan Riset dan Pengembangan Iptek di Indonesia. Hasil capaian kinerja pada tahun 2011 tersebut merupakan upaya optimal atas penggunaan sumberdaya yang ada di Kementerian Riset dan Teknologi. Kementerian Riset dan Teknologi secara berkesinambungan sejalan dengan semangat Reformasi Birokrasi akan terus melakukan perbaikan-perbaikan yang disemangati dengan yel-yel : change do the best. Kementerian Riset dan Teknologi juga terus melakukan sosialisasi atas dokumen-dokumen kebijakan strategis iptek kepada lembaga dan pelaku riset serta pengguna hasi-hasil riset, baik di pusat maupun daerah dan mengembangkan instrumen koordinasi dan sinkronisasi program, agar terjadi sinergi dan refocusing pelaksanaan, riset serta menghindarkan tumpang-tindih riset atau kondisi dimana hasil-hasil riset tidak dimanfaatkan oleh pengguna. Strategi yang dilakukan yaitu membangun kebersamaan (sinergi fungsional) dari semua elemen bangsa ini dalam membangun dan memperkuat Sistem Inovasi Nasional (SINas). Bangunan Sistem Inovasi Nasional tidak mungkin bisa tegak dan kokoh tanpa keterlibatan semua pihak. Dengan berbekal komitmen, kesamaan persepsi dan kekuatan, Kementerian Riset dan Teknologi bersamasama jajarannya dari tahun ke tahun selalu berupaya terus meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan peran dan tanggungjawab yang diembannya, sehingga amanah RPJMN di bidang iptek yang dibebankan kepada Kementerian Riset dan Teknologi optimis dapat dicapai dan ditingkatkan kinerjanya. 64

76 65

IKHTISAR EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja 2013 Deputi Bidang Kelembagaan Iptek

IKHTISAR EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja 2013 Deputi Bidang Kelembagaan Iptek IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah gambaran umum tentang capaian kinerja dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Lakip Deputi Bidang Kelembagaan Iptek disusun

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI Lampiran I 1. Jumlah pusat unggulan Iptek Mengukur kinerja Kelembagaan Iptek 2. Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek Mengukur tingkat kesadaran Iptek masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2. Mewujudkan kolaborasi riset lembaga litbang dengan industri;

KATA PENGANTAR. 2. Mewujudkan kolaborasi riset lembaga litbang dengan industri; KATA PENGANTAR Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) merupakan salah satu program yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014, dimana jaringan Iptek, merupakan

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI Lampiran I 1. Jumlah pusat unggulan Iptek Mengukur kinerja kelembagaan Iptek 2. Jumlah peneliti per 1 juta penduduk Mengukur kualitas SDM Iptek 3. Jumlah kekayaan intelektual hasil litbangyasa Iptek Mengukur

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK Nomor : 17/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

Lebih terperinci

PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA TINGKAT KEMENTERIAN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA TINGKAT KEMENTERIAN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 TINGKAT KEMENTERIAN Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang : Gusti Muhammad Hatta : Menteri Riset dan Teknologi Pada tahun

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 11 /M/Kp/I/2012

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 11 /M/Kp/I/2012 MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 /M/Kp/I/2012 TENTANG TIM IMPLEMENTASI KORIDOR EKONOMI DALAM RANGKA MENDUKUNG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (PK) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

PENETAPAN KINERJA (PK) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Unit Organisasi Eselon I: Deputi Relevansi dan Produktivitas Iptek Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Meningkatnya Relevansi dan Jumlah paten terdaftar Produktivitas Litbang Iptek Bagi Jumlah publikasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 103/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober Tahun 2013 sebagai penyempurnaan Permentan Nomor : 17/Permentan/OT.140/02/2007

Lebih terperinci

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah merupakan dasar untuk terselenggaranya Good Governance yang artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 PENGADILAN AGAMA KOTABUMI Jl. Letjend. Alamsyah Ratu Perwira Negara No. 138 Kelurahan Kelapa Tujuh Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara - 34513 Telp/Fax.

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA KERJA

PENYUSUNAN RENCANA KERJA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PUSAT UNGGULAN IPTEK Panduan Teknis Nomor 01/PUI/P-Teknis/Litbang/2017 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2017

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian RENCANA STRATEGIS Perekayasaan Mekanisasi Pertanian 2015-2019 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 15 RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1 1 Pendahuluan D alam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan kinerjanya sebagaimana diamanatkan dalam inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), seluruh instansi

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016 PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016 Nomor : 05/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Adapun capaian indikator kinerja terkait dengan sasaran renstra sebagai berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Adapun capaian indikator kinerja terkait dengan sasaran renstra sebagai berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2013 yang telah disusun oleh Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016 Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL RENCANA KERJA PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 01/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL RENCANA KERJA PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 01/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL RENCANA KERJA PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016 Nomor : 01/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Informasi dan Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 06/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 06/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016 Nomor : 06/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan IKHTISAR EKSEKUTIF Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi birokrasi dengan tekad mewujudkan pemerintah yang transparan dan akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS BADAN PUSAT STATISTIK 2012 D A F T A R I S I hal Daftar Isi i Bab I Pendahuluan A Latar Belakang 1 B Pengertian 2 C Tujuan Penetapan Kinerja 2 D Ruang Lingkup Penetapan Kinerja

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2013 Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2013 Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia Laporan Akuntabilitas Kinerja 2013 Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia Gedung II BPP Teknologi - Jl. MH Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. (021) 316-9119, 316-9127, Fax. (021) 310-1835 Laporan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PENILAIAN PROPOSAL PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2017

PANDUAN TEKNIS PENILAIAN PROPOSAL PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2017 PANDUAN TEKNIS PENILAIAN PROPOSAL PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2017 Nomor : 08/PUI/P-Teknis/Litbang/2017 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Latar Belakang Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KECAMATAN KUBUTAMBAHAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa karena hanya dengan limpahan karunia Nya penyusunan Dokumen

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 36 /SM/Kp/XI/2013 TENTANG

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 36 /SM/Kp/XI/2013 TENTANG KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 /SM/Kp/XI/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

PRESENTASI SEKRETARIS MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI PADA RAPAT KOORDINASI PEMBANGUNAN PUSAT TAHUN Jakarta September 2002

PRESENTASI SEKRETARIS MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI PADA RAPAT KOORDINASI PEMBANGUNAN PUSAT TAHUN Jakarta September 2002 PRESENTASI SEKRETARIS MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI PADA RAPAT KOORDINASI PEMBANGUNAN PUSAT TAHUN 2002 Jakarta 16-17 September 2002 1 Amanat Tap IV/MPR/99 tentang GBHN 99-04 ( Khusus mengenai Iptek ) Meningkatkan

Lebih terperinci

Unggul, Inovatif dan Berdayasaing

Unggul, Inovatif dan Berdayasaing Unggul, Inovatif dan Berdayasaing Call Centre 0811 156 2656 Email : pui@ristekdikti.go.id - pui.ristekdikti@gmail.com Website : http://pui.ristekdikti.go.id 1 Instrumen SUPERVISI PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) 5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK NILAI-NILAI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA PEJABAT DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI YANG WAJIB MENYAMPAIKAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)

DAFTAR NAMA PEJABAT DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI YANG WAJIB MENYAMPAIKAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 90 /M/Kp/III/2012 TANGGAL : 27 Maret 2012 DAFTAR NAMA PEJABAT DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI YANG WAJIB MENYAMPAIKAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

Lebih terperinci

ŀlaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerinta IKHTISAR EKSEKUTIF

ŀlaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerinta IKHTISAR EKSEKUTIF i IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kota Kediri Tahun 2012 ini disusun dengan menyajikan hasil pengukuran kinerja pencapaian sasaran yang diarahkan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis BAB II Renstra Tahun 2015 2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi pada periode 2015 2019 yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Tahun 2010

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 Ringkasan Eksekutif LAKIP Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

PANDUAN ANUGERAH IPTEK PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (PRAYOGASALA)

PANDUAN ANUGERAH IPTEK PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (PRAYOGASALA) PANDUAN ANUGERAH IPTEK PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (PRAYOGASALA) Dalam Rangka Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-18 Tahun 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci