PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA SAKTI, MINAMAS PLANTATION, KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Oleh Ardi Artanto A PROGRAM STUDI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN ARDI ARTANTO. Pengendalian Gulma dalam Hubungannya dengan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation, Kotabaru, Kalimantan Selatan (Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH). Kegiatan magang ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh kegiatan pengendalian gulma baik secara manual maupun kimiawi terhadap kegiatan pemupukan yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sakti, Minamas Plantation, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Kegiatan magang dilakukan dengan menjalani semua tingkatan pekerjaan yang diizinkan di kebun. Kegiatan sebagai pekerja harian lepas (PHL) dilakukan pada dua bulan pertama dilanjutkan dengan pendamping mandor selama satu bulan, kemudian menjadi pendamping mandor satu dan pendamping asisten divisi masing-masing selama dua minggu. Data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data analisis vegetasi, data hasil kuisioner pemupukan, dan data hasil wawancara langsung dengan karyawan. Data sekunder yang diperoleh dari studi arsip kebun. Hasil dari kegiatan magang yang dilakukan menunjukkan bahwa pengendalian gulma yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate masih menyulitkan kegiatan pemupukan. Hal ini disebabkan oleh faktor dari dalam dan dari luar kebun. Faktor yang paling dominan adalah adanya keterlambatan pengiriman karena kurangnya ketersediaan pupuk di pasaran sehingga jadwal pemupukan tidak bisa mengikuti kegiatan pengendalian gulma. Selain itu, kondisi areal yang banyak tergenang saat musim hujan menyebabkan terganggunya jadwal pemupukan. Dari kegiatan magang yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate belum ideal dan belum selaras untuk kegiatan pemupukan yang dilakukan.

3 PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA SAKTI, MINAMAS PLANTATION, KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Oleh Ardi Artanto A Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 LEMBAR PENGESAHAN Judul : PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA SAKTI, MINAMAS PLANTATION, KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Nama : Ardi Artanto Nomor Induk Mahasiswa : A Program Studi : Agronomi Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP Tanggal disetujui :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 20 Oktober 1985 dari pasangan Bapak Topari dan Ibu Turiyah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar tahun 1998 di SDN Rejosari. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 1 Bojong. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMAN 1 Pekalongan. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) pada program studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas kekuatan dan kesabaran yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT BERSAMA SEJAHTERA SAKTI, MINAMAS PLANTATION, KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, kritik, serta saran dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Suwarto, MSi dan Dwi Guntoro, SP. MSi atas masukannya untuk perbaikan skripsi serta kesediaannya menjadi dosen penguji. 3. Prof. Dr. Munif Ghulamahdi, MS atas bimbingan akademik yang telah diberikan selama penulis mengikuti pendidikan di IPB. 4. Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku koordinator magang atas usaha dan bantuan dalam pengusahaan tempat magang dan supervisi yang dilakukan. 5. Bapak Farid, Ibu Fransisca, Ibu Evita, dan staf HRD Minamas Plantation atas kesediaannya menyediakan tempat magang. 6. Bapak Masziwa Bachrum, Babak Tatang Yulianto, Bapak Syafrizal Taher, Bapak D. Tampubolon, Bapak Agus Setiawan, Bapak Wahyu, Ibu Yully, Bapak Lasino, Bapak Solikin, Bapak Salimi, Bapak Saparudin, Ibu Agri Pinanona, beserta keluarga besar staf dan karyawan Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti (BSS), Kotabaru, Kalimantan Selatan atas segala bantuannya di tempat magang. 7. Ibu, Bapak, Kakak dan Adikku, teman-teman AGR 41 dan Kost Pondok Tepi Barat, teman-teman KKP Jalancagak dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuan, doa, semangat, dan kerja samanya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Bogor, Maret 2010 Penulis

7 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani... 3 Syarat Tumbuh... 4 Pemeliharaan... 5 Pengendalian Gulma... 6 METODOLOGI... 8 Waktu dan Tempat... 8 Metode Pelaksanaan... 8 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis dan Administratif Topografi, Tanah, dan Iklim Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi Ketenagakerjaan PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Tanam Sisip Pemeliharaan Tanaman Panen Pelaksanaan Manajemen Kebun Pendamping Mandor Pendamping Krani Divisi Pendamping Asisten Divisi HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Teknik Pengendalian Gulma Organisasi Penyemprotan Pengendalian Gulma di Piringan, Pasar Rintis dan TPH Pengendalian Gulma di Gawangan Kondisi Gulma saat Pemupukan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran viii ix

8 Halaman DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

9 viii DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan GKE dan Kebun Sepupu Produktivitas Tanaman di Gunung Kemasan Esate Data Tenaga Kerja di Gunung Kemasan Estate Denda pada Aplikasi Pemupukan di Gunung Kemasan Estate Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Kemasan Estate Nisbah Jumlah Dominansi Gulma di GKE Jumlah Tenaga Kerja Piringan Manual Tahun Jumlah Tenaga Kerja Piringan Kimiawi Tahun Jumlah Tenaga Kerja Gawangan Manual Tahun Jumlah Tenaga Kerja dan Bahan yang Digunakan pada Semprot Gawangan Tahun Jumlah Tenaga Kerja dan Bahan yang Digunakan pada Pekerjaan Oles Anak Kayu Tahun Tingkat pengetahuan karyawan berdasarkan lama bekerjanya Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Kemasan Estate Tahun Form Kuisioner untuk Tenaga Pengendalian Gulma Form Kuisioner untuk Tenaga Pemupukan... 77

10 ix DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. Struktur Organisasi Tingkat Divisi Gunung Kemasan Estate Kegiatan Tanam Sisip Kegiatan Pengedalian Gulma piringan, pasar rintis, dan TPH Kegiatan Pengendalian Gulma di Gawangan Kegiatan Penguntilan Pupuk Kegiatan Pengeceran Pupuk Kegiatan Pelangsiran dan Penaburan Pupuk Kegiatan Supervisi Pemupukan oleh Asisten Kebun Kegiatan Pengumpulan Karung Bekas Aplikasi Pupuk Lampiran 1. Peta Kebun PT. Bersama Sejahtera Sakti Struktur organisasi kebun Gunung Kemasan Estate... 79

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian. Sektor ini berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan unggulan di Indonesia. Pengembangan kelapa sawit memberikan tambahan devisa cukup besar. Total devisa ekspor produksi berbasis minyak kelapa sawit mencapai 4.8 miliar dollar AS atau 8 persen dari total ekspor non migas Indonesia tahun Pengembangan ini juga memberikan tambahan lapangan pekerjaan di perkebunan inti dan enam juta orang untuk keluarga petani plasma dan industri penunjang dengan penghasilan rata-rata Rp 2 juta per bulan (Chandra, 2005). Kelapa sawit merupakan tanaman asli Afrika Barat yang didatangkan ke Indonesia pada tahun Pada saat ini Indonesia merupakan produsen CPO sawit terbesar di dunia dengan produksi 16 juta ton CPO per tahun. Dari produksi tersebut digunakan untuk konsumsi domestik dan ekspor. Areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2002 seluas ha (Deptan, 2007). Salah satu masalah pada pemeliharaan perkebunan besar seperti kelapa sawit adalah manajemen gulma. Manajemen gulma merupakan suatu sistem ideal untuk menangani masalah gulma. Manajemen gulma dilakukan dengan mencari kombinasi yang paling efektif yang memadukan berbagai aspek dalam budidaya maupun biaya sehingga diperoleh metode pengendalian gulma dengan teknik yang sesederhana mungkin, biaya semurah mungkin dan siklus yang panjang tanpa menurunkan produksi dan produktivitas tanaman utama. Pengendalian gulma merupakan salah satu kegiatan dari manajemen gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan manual, mekanis, kimia, atau kombinasi dari ketiganya (Mangoensoekarjo, 2005). Pengendalian gulma yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.

12 2 Pengendalian gulma berkaitan erat dengan berbagai pekerjaan kebun lainnya. Salah satu pekerjaan kebun yang berkaitan dengan pengendalian gulma adalah pemupukan. Baik pengendalian gulma secara manual maupun kimia di piringan, pasar rintis, TPH, dan gawangan dapat mempengaruhi proses dan hasil pemupukan yang dilakukan. Pengendalian gulma yang ideal akan menjamin kelancaran kegiatan pemupukan dan mengurangi persaingan tanaman kelapa sawit dalam menyerap unsur hara. Oleh karena itu, perlu dilihat kegiatan pengendalian gulma yang berkaitan dengan kegiatan pemupukan yang dilakukan. Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang yaitu: 1. Memperoleh pengalaman dan ketrampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. 2. Mempelajari fungsi manajemen dan teknis perencanaan, ketrampilan teknik budidaya, dan panen dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. 3. Menghasilkan tenaga profesional yang terampil serta memahami permasalahan nyata di lingkungan perkebunan. 4. Sebagai sarana pendalaman terhadap materi yang telah diperoleh dalam perkuliahan dengan cara penerapan langsung di lapangan. Tujuan khusus dari kegiatan magang yaitu mempelajari teknik-teknik dan permasalahan pada budidaya kelapa sawit, khususnya pada aspek pengendalian gulma dalam hubungannya dengan pemupukan yang dilakukan.

13 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari daerah Afrika Barat. Genus Elaeis berasal dari bahasa yunani elaion yang berarti minyak. Spesies guineensis menunjukkan daerah asalnya yaitu Pantai Guinea di Pantai Barat Afrika (Hartley, 1970). Tulisan Jacq. Berasal dari nama Botanis Amerika yang bernama Jacqiun. Taksonomi kelapa sawit menurut Mangoensoekarjo (1992) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Spadiciflorae (Arecales) Famili : Palmae (Aracaceae) Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Varietas kelapa sawit cukup banyak dan diklasifikasikan berdasarkan berbagai hal, misalnya tipe buah, bentuk buah, tebal cangkang, warna buah, dan lain-lain. Berdasarkan warna buahnya kelapa sawit dibedakan menjadi tiga varietas yaitu nigrescens, virescens, albescens. Varietas nigrescens memiliki buah yang berwarna violet sampai hitam pada waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) sesudah matang. Varietas virescens memiliki buah berwarna hijau pada waktu muda dan menjadi berwarna merah-kuning sesudah matang. Varietas albescens buah mudanya berwarna kuning pucat dan tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten. Berdasarkan tebal cangkang, kelapa sawit dibagi menjadi dua yaitu dura yang berkulit cangkang tipis, pisifera yang berkulit cangkang tebal, dan tentera yang merupakan persilangan keduanya (Lubis, 1992).

14 4 Syarat Tumbuh Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam meliputi jenis atau varietas tanaman sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan yang meliputi iklim, tanah, dan teknik budidaya yang dipakai (Mangoensoekarjo, 2005). Lubis (1992) mengatakan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah antara 12 o LU 12 o LS pada ketinggian dpl. Jumlah curah hujan yang baik adalah mm/th, tidak memiliki defisit air, hujan cukup merata sepanjang tahun. Hartley (1970) menyebutkan bahwa rata-rata suhu maksimum yang baik adalah 29 o 32 o C dan rata-rata suhu minimum antara 22 o 24 o C dengan jumlah lama penyinaran matahari paling sedikit lima jam per hari pada semua bulan dan kadang meningkat menjadi tujuh jam per hari pada bulan tertentu. Sedangkan suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan menurut Lubis (1992) adalah 24 o 28 o C dengan lama penyinaran 5 7 jam per hari. Kurangnya lama penyinaran akan menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, gagalnya pembakaran, dan jalan rusak karena tidak cepat kering. Disamping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitas penyinaran. Intensitas penyinaran yang terlalu rendah karena pohon kelapa sawit ternaungi atau jarak tanamnya terlalu dekat dapat menyebabkan karangan bunga gugur (aborsi) sehinggga produktivitas kebun akan menurun. Pemikiran yang sekarang dikembangkan adalah dengan mengkombinasikan aspek-aspek lama penyinaran dan intensitas penyinaran tersebut sehingga yang lebih diperhatikan adalah besarnya energi cahaya total yang diterima oleh setiap pohon per satuan waktu tertentu. Dari pemikiran tersebut kemudian muncul konsep penyinaran efektif atau effective sunshine (Mangoensoekarjo, 2005). Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat fisik tanah yang baik adalah mempunyai tebal solum 80 cm, bertekstur ringan, perkembangan tekstur baik, gembur sampai agak teguh, permeabilitas sedang, ph 5 5,5, dan kandungan unsur haranya tinggi (Lubis, 1992). Walaupun kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah di tropika, Hartley (1970)

15 5 menekankan pentingnya pemilihan jenis tanah yang lebih menjamin ketersediaan air daripada faktor instrinsik tanah dengan catatan tidak termasuk tanah-tanah yang selalu kelebihan air. Para ahli lain lebih menekankan pentingnya ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang sedikit banyak mempunyai kaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo, 2005). Topografi lahan yang baik untuk kelapa sawit adalah datar sampai berombak dengan kemiringan lereng 0 15 %. Pada areal dengan kemiringan lebih dari 15 % penanaman masih dapat dilakukan dengan membuat teras-teras. Pada areal yang miring, kegiatan panen dan pengangkutan hasil lebih sulit pelaksanaannya. Areal dengan kemiringan lebih dari 36 % tidak bisa dikembangkan sebagai perkebunan kelapa sawit karena tidak ekonomis (Lubis, 1992). Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman, tetapi juga pada media tumbuhnya (tanah). Pemeliharaan tanah secara optimal dilakukan mulai dari pembibitan (penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit). Lubis (1992) membedakan pemeliharaan tanaman kelapa sawit setelah penanaman di lahan menjadi dua yaitu pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan meliputi konsolidasi atau melihat dan memperbaiki setiap blok tanaman yang kurang baik; pemeliharaan jalan, benteng, teras, dan parit; penyulaman tanaman; pemberantasan alang-alang; pemeliharaan piringan tanaman; pemeliharaan tanaman penutup tanah; pemupukan; kastrasi dan sanitasi; polinasi; pemberantasan hama dan penyakit; serta pembuatan pasa pikul dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Pemeliharaan tanaman mnghasilkan pada prinsipnya sama dengan pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan yaitu pemeliharaan jalan, teras, parit, dan lain-lain; pengendalian gulma; pemangkasan (penunasan)

16 pelepah daun; konsolidasi dan inventarisasi; penjarangan; pemupukan; serta pengendalian hama dan penyakit (Lubis, 1992). 6 Pengendalian Gulma Gulma adalah tanaman yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki atau tumbuhan yang salah tempat (Klingman, 1961). Sebagai tumbuhan, gulma gulma selalu berada di sekitar tanaman dan berasosiasi secara khas. Gulma mudah tumbuh di tempat yang kaya nutrisi maupun miskin nutrisi. Umumnya gulma mudah melakukan regenerasi sehingga lebih unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Secara fisik gulma melakukan persaingan dengan tanaman budidaya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati) yang disekresikan. Kehadiran gulma dalam perkebunan kelapa sawit tidak dikehendaki karena dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang hidup; menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian-bagian gulma; mengganggu tata guna air; dan meningkatkan biaya usaha tani karena adanya penambahan kegiatan di pemeliharaan. Selain itu, bebarapa gulma mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan menjadi inang (host) bagi hama dan penyakit tertentu disamping bersifat patogen dan menyerang tanaman. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman tanaman dan melemahkan daya saing gulma. Daya saing tanaman tanaman harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman. Dalam pengertian ini semua prakti budidaya di pertanaman dapat dibedakan antara kegiatan yang lebih meningkatkan daya saing tanaman tanaman atau yang meningkatkan daya saing gulma. Praktik budidaya yang salah akan berakibat pada meningkatnya daya saing gulma (Pahan, 2006). Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan di piringan tanaman (bokoran), gawangan (interow), dan pasar pikul. Bokoran merupakan areal di sekitar tanaman dengan jari-jari 2,25 2,50 tergantung dari umur dan tajuk tanaman. Bokoran merupakan tempat penyebaran pupuk dan tempat

17 7 jatuhnya tandan yang dipanen sehingga perlu dibersihkan secara teratur. Jalan pikul terletak diantara dua baris tanaman yang dipakai untuk jalan panen, jalan kontrol, dan dipakai untuk pemupukan. Kondisinya harus baik yaitu tidak menghalangi pekerjaan namun tidak perlu terlalu bersih karena akan menyebabkan erosi. Gawangan adalah areal yang terdapat di luar areal tanaman dan pasar pikul. Areal ini harus dikendalikan dari gulma yang menjadi penghambat tanaman tanaman, tanaman inang hama serta menciptakan kondisi yang tidak terlalu lembab hingga penyerbukan tandan dapat lebih lancar dan penyakit tidak berkembang (Lubis, 1992). Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan cara mekanis (manual), kimiawi, biologis, atau kombinasinya. Pengendalian secara mekanis adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul, dan garpu. Pengendalian gulma secara mekanis dapat dilakukan dengan cara clean weeding atau penyiangan bersih pada daerah piringan dan selective weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alangalang, krisan, dan teki. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah penggunaan tenaga kerja yang relatif sedikit. Namun cara ini dapat mengganggu organisme lain dan kelestarian alam. Pengendalian gulma secara biologis dilakukan dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma. Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif, pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit biasanya menggunakan kombinasi dari ketiga cara tersebut (Fauzi, 2005). Beberapa gulma pada tanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica (alang-alang), Axonopus compressus (rumput pahit), Passpalum conjugatum (paitan), Cyperus rotundus (teki), Cyperus cyperoides (teki ijem, jukut bebalean), Rhynchospora corymbosa (krisan), Ottochloa nodosa (bambu-bambuan), Panicum repens (lampujangan), Mikania micrantha (mikania), Eupatorium odoratum (putihan), Ageratum conyzoides (babadotan), Ageratum houstonianum (wedusan), Boreira latifolia (kantangan), Gleichenia linearis (pakis kawat), Mimosa invisa (kucingan), dan Amaranthus spinosus (bayam duri) (Fauzi, 2005).

18 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Metode Pelaksanaan Metode yang dilakukan pada kegiatan magang adalah sebagai berikut: Kerja Praktek Langsung di Kebun Penulis melaksanakan seluruh pekerjaan di lapangan dan kantor yang menyangkut aspek teknis dan manajerial pada berbagai tingkat pekerjaan yang diizinkan sesuai dengan tahapannya. Kegiatan yang dilakukan adalah menjadi pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Kegiatan penulis pada dua bulan pertama adalah melaksanakan kegiatan sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL). Penulis melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun seperti penanaman sisip, pemupukan, pengendalian gulma, kastrasi, penunasan, konsolidasi ancak, konservasi lahan, aplikasi limbah pabrik, perawatan jalan dan jembatan, sensus pokok dan pemanenan. Pada bulan ketiga penulis melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor dalam melaksankan aspek manajerial. Selama menjadi pendamping mandor penulis turut bertugas memberikan pengarahan kerja kepada karyawan, mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan, melakukan check roll dan mengisi Buku Kerja Mandor (BKM). Pada dua minggu pertama di bulan keempat, penulis melakukan kegiatan sebagai pendamping mandor I. Selama menjadi pendamping Mandor I, penulis turut bertugas mengontrol pekerjaan mandor-mandor dan karyawan, melakukan cek ancak pemanen dan pemupuk, mamantau pekerjaan borongan dari luar kebun dan memeriksa Buku Kerja mandor (BKM). Pada dua minggu terakhir di bulan keempat, penulis melakukan kegiatan sebagai pendamping asisten. Selama menjadi pendamping asisten, penulis turut

19 9 melakukan kegiatan kontrol lapangan, mempelajari manajemen dan administrasi tingkat divisi dan kebun. Selain mengikuti kegiatan teknis dan manajerial kebun, penulis juga turut berpartisipasi dalam kegiatan sosial masyarakat seperti keagamaan, olah raga dan kegiatan bakti sosial di lingkungan kebun. Pengumpulan Data Pengumpulan data secara langsung (data primer) dilakukan oleh penulis dengan cara pengamatan pada saat bekerja di lapangan yang berkaitan dengan aspek teknis dari kegiatan-kegiatan di kebun, diskusi dan wawancara dengan staf dan karyawan kebun, melakukan identifikasi gulma, analisis vegetasi dengan metode kuadrat dan pembagian kuisioner. Data primer yang dikumpulkan meliputi: 1. Data penerapan teknis budidaya, terutama pelaksanaan pengendalian gulma dan pemupukan. 2. Sarana dan prasarana, jumlah tenaga kerja, rotasi, jenis pengendalian, jenis dan dosis herbisida, serta biaya yang dipakai pada waktu pelaksanaan pengendalian gulma. 3. Identifikasi gulma, penyebaran, kerapatan, frekuensi, dan dominansi gulma. 4. Kondisi gulma di piringan, gawangan, pasar pikul, dan jalan titian, khususnya pada saat kegiatan pemupukan. 5. Pengetahuan pekerja pengendalian gulma dan pemupukan tentang hubungan antara pengendalian gulma dengan pemupukan. Data sekunder (tidak langsung) diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh bagian administrasi kebun. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: 1. Data kondisi kebun meliputi areal manajemen, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, produksi dan produktivitas. 2. Data curah hujan 10 tahun terakhir 3. Standar dan target kebun 4. Organisasi dan Manajemen seperti: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan. 5. Sarana dan prasarana kebun.

20 10 Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian digunakan sebagai bahan perbandingan dengan studi pustaka dan norma-norma baku tentang kelapa sawit. Analisis Vegetasi Sebelum pengambilan petak contoh, pengamatan pendahuluan dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran sepintas secara terhadap suatu komunitas vegetasi sehingga diperoleh gambaran umum mengenai garis besar kelompoknya, komposisi flora, dan bagaimana hubungannya dengan lingkungannya secara timbal balik. Hal-hal yang dilihat adalah komunitas yang tersebar, jenis gulma yang paling dominan, dan ada tidaknya korelasi antara vegetasi dan jenis-jenis faktor lingkungannya yang berpengaruh (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Pengamatan ini terdiri atas Kegiatan analisis vegetasi dilakukan dengan metode kuadrat, yaitu analisis vegetasi mengunakan suatu ukuran luas yang diukur dalam satuan kuadrat (misalnya m 2, cm 2, dan sebagainya) tetapi bentuk petak contohnya dapat berupa sebuah persegi, persegi panjang, atau lingkaran (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Kudrat yang akan digunakan adalah kuadrat persegi berukuran 1 m x 1 m. Adapun cara pengamatan dalam petak contoh yang akan digunakan adalah cara destruktif, yaitu dengan mencabut atau memotong semua jenis gulma yang ada untuk dihitung jumlah atau biomassanya (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Gulma yang telah dipanen tersebut kemudian dipisahkan berdasarkan spesies untuk dihitung jumlah individu setiap spesies dalam tiap petak contoh untuk menentukan kerapatan. Kemudian gulma dikeringkan untuk dihitung bobot keringnya (Guntoro et al., 2006). Pengambilan petak contoh untuk analisis vegetasi ditentukan berdasarkan pengamatan visual sebaran gulma dalam satu blok. Apabila gulma menyebar cukup merata, maka pengambilan petak contoh akan dilakukan dengan cara sampling acak tidak langsung. Apabila sebaran gulma tidak merata, maka pengambilan petak contoh akan dilakukan dengan metode subjektif (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Sebaran gulma di Gunung Kemasan Estate tidak merata sehingga pengambilan petak contoh dilakukan secara subjektif.

21 11 Parameter dalam analisis vegetasi yang digunakan adalah persentase penyebaran, kerapatan, frekuensi, dan dominansi. Berdasarkan data kerapatan, frekuensi, dan berat kering gulma, selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah dominansi (NJD) atau summed dominance ratio (SDR). Alat-alat yang digunakan adalah kuadrat, timbangan, parang, kantong kertas dan spidol. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar budidaya kebun tersebut atau standar normal budidaya kelapa sawit. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut (Guntoro et al., 2006). Kerapatan Mutlak (KM) Kerapatan Nisbi (KN) Berat Kering Mutlak (BKM) Berat Kering Nisbi (BKN) Frekuensi Mutlak (FM) Frekuensi Nisbi (FN) Nilai Penting = KN + BKN + FN Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) Kuisioner Kuisioner diberikan kepada tenaga kerja pengendalian gulma dan pemupukan. Tujuan kuisioner ini adalah untuk mengetahui pengetahuan pekerja, kualitas pekerjaan yang dilakukan, pandangan pekerja terhadap standar kebun

22 12 unutk pengendalian gulma dan pemupukan. Data yang dihasilkan dari kuisioner kemudian dibagi berdasarkan lama bekerja. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Pekerja Pengendalian Gulma Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja Bagaimana pengendalian gulma yang ideal Apakah pengendalian yang dilakukan sudah ideal Apakah rotasi yang dilakukan sudah sesuai Apakah jenis dan dosis herbisida yang digunakan sesuai Bagaimana kelengkapan sarana-dan prasarana pengendalian gulma Apa kesulitan selama pengendalian gulma Apakah pekerja mengetahui hubungan antara pengendalian gulma yang dilakukan dengan kegiatan budidaya lainnya Apakan ada kesinambungan antara pengendalian gulma dengan pemupukan yang akan dilakukan 2. Tenaga Pemupuk Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja Bagaimana teknik pemupukan yang ideal Apakah pemupukan yang dilakukan sudah ideal Apakah rotasi yang dilakukan sudah sesuai Bagaimana keadaan gulma saat pemupukan Apakah jenis dan dosis pupuk yang digunakan sesuai Bagaimana kelengkapan sarana-dan prasarana pemupukan Apa kesulitan selama pemupukan Apakah pekerja mengetahui hubungan antara pemupukan dan pengendalian gulma yang dilakukan sebelumnya Apakan ada kesinambungan antara pemupukan dan pengendalian gulma yang telah dilakukan

23 KONDISI UMUM PERKEBUNAN Letak Geografis dan Administratif Kebun kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT. Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation secara administratif terletak di Desa Sejakah, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi kebun berjarak sekitar 50 km dari Ibukota Kabupaten Kotabaru atau 1.5 jam jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor. Dari Ibukota provinsi Kalimantan Selatan lokasi kebun dapat ditempuh menggunakan kendaraaan bermotor selama sembilan jam dengan 8.5 jam perjalanan darat dan 0.5 jam perjalanan laut (ferry). Secara geografis, kebun ini terletak pada 116,16 o BT 116,21 o BT dan 3.55 o LS 3.58 o LS. Lokasi kebun berbatasan dengan perkampungan, hutan, dan kebun lain yang tergabung di PT Bersama Sejahtera Sakti. Kebun Gunung Kemasan Estate berbatasan sebelah utara dengan Desa Bekambit dan Gunung Aru Estate, sebelah timur berbatasan dengan desa Sejakah, sebelah selatan berbatasan dengan kebun Laut Timur Estate, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sejakah dan Bekambit. Lokasi Gunung Kemasan Estate dapat dilihat pada Peta Kebun PT. Bersama Sejahtera Sakti yang disajikan pada Gambar Lampiran 1. Topografi, Tanah, dan Iklim Secara umum topografi areal yang ditanami di Gunung Kemasan Estate merupakan areal datar sampai bergelombang. Areal datar yang ada dengan kemiringan 0 % - 8 % ( 4.6 o ) sebesar 10.9 % dari total luas areal yang ditanami. Areal miring sampai berbukit dengan kemiringan 8 % - 30 % (4.6 o o ) sebesar 66.4 % dan areal terjal dengan kemiringan 30 % ( 17.5 o ) sebesar 6.0 %. Terdapat juga areal berpalung (sangat terjal) sebesar 9.1 % dari total areal yang ditanami. Kebun Gunung Kemasan Estate dilalui dua sungai besar yaitu Sungai Bekambit dan Sejakah. Hal ini menyebabkan adanya areal-areal pasang surut di sepanjang sungai sebesar 7.6 % dari total aeal yang ditanami. Daerah tersebut sangat dipengaruhi oleh debit air sungai. Pada musim hujan areal tersebut akan

24 14 terendam yang akan mengganggu kegiatan budidaya. Lokasi sungai tersebut dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1. Tanah yang terdapat di Gunung Kemasan Estate adalah Subgroup Typic Plinthudult, Lithic Hapludult, Vertic Dystrudept, dan Oxyaquic Dystrudept. Berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah USDA Soil Taxonomy, subgroup tanah tersebut termasuk ke dalam jenis tanah Ultisol dan Inceptisol. Jenis tanah Ultisol mempunyai kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 50 cm), bersifat masa, dan kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm kurang dari 35 %. Jenis tanah Inceptisols merupakan tanah muda yang sudah berkembang, cukup subur, dan tidak ada gejala-gejala pengaruh air (Hardjowigeno, 2003). Gunung Kemasan Estate mempunyai tipe iklim B (basah) menurut Schmidth-Fergusson. Curah hujan tahunan terendah selama sepuluh tahun terakhir ( ) adalah mm/tahun pada tahun 2006 dengan 109 hari hujan. Pada tahun tersebut terjadi water deficit sebesar 459 mm. Curah hujan tahunan tertinggi adalah mm/tahun dengan 180 hari hujan/tahun. Data curah hujan dan hari hujan di Gunung Kemasan Estate dalam sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Kelas kesesuaian lahan aktual Gunung Kemasan Estate berdasarkan klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO adalah S3 (agak sesuai atau sesuai marginal). Kelas kesesuaian lahan ini mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan (Hardjowigeno, 2007). Faktor pembatas yang terdapat di Gunung Kemasan Estate adalah erosi dan drainase tanah. Kelas kesesuaian lahan potensisal Gunung Kemasan Estate berdasarkan klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO adalah S2. Kelas kesesuaian lahan potensial menggambarkan keadaan lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan sesuai dengan tipe penggunaan lahannya.

25 15 Luas Areal dan Tata Guna Lahan Gunung Kemasan Eatate Mempunyai luas lahan HGU (Hak Guna Usaha) 3726 ha. Kebun ini merupakan kebun terluas dibandingkan kebun-kebun sepupu yang tergabung dalam PT. Bersama Sejahtera Sakti. Dari luasan tersebut, ha merupakan areal yang sudah ditanami dan terdiri dari 3286 ha areal TM (Tanaman Menghasilkan) dan 108 ha tanaman TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Luas areal dan tata guna lahan Gunung Kemasan Estate dan tiga kebun sepupu lainnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal dan Tata Guna Lahan GKE dan Kebun Sepupu KELOMPOK AREAL LUAS AREAL (HA) GAE GKE LTE PTE TOTAL I AREAL YANG DITANAM 1. Tanaman Menghasilkan ( TM ) Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Sub Total TM Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tahun Tanam Tahun Tanam Sub Total TBM Tanaman Baru (TB) Total Areal Ditanam (TM + TBM + TB) Land Clearing (LC) Total Areal Ditanam + LC Areal Belum Ditanam/Lainnya : Bibitan Pabrik Emplasmen/Bangunan Jalan & Jembatan Okupasi Cadangan Areal tidak diusahakan Total Areal Belum Ditanam/Lainnya TOTAL AREA STATEMENT Jalan Acces Kebun Batas Kebun Batas Divisi Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008) Bibitan Emplasmen Pabrik

26 16 Keadaan Tanaman dan Produksi Penanaman kelapa sawit di Kebun Gunung Kemasan Estate pertama kali dilakukan pada tahun 1989 dan penanaman terakhir dilakukan pada tahun Areal penanaman berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1. Bibit tanaman didatangkan dari Kebun Pembibitan Mustika Estate, PT Sajang Heulang, Sebamban IV, Kecamatan Kali Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Benih yang digunakan adalah kecambah yang dikeluarkan oleh produsen benih Guthrie Grup, Malaysia. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga mempunyai populasi 136 tanaman/ha. Sumber bibit dan teknik penanaman dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman. Produktivitas tanaman kelapa sawit Gunung Kemasan Estate secara umum mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan umur tanaman. Data produktivitas tanaman kelapa sawit Gunung Kemasan Estate antara tahun dapat dilihat pada Tabel 2. Potensi produksi kelapa sawit umur 8 19 tahun untuk kelas lahan S3 menurut PPKS sebesar 20 ton/ha 26 ton/ha (Direktorat Jendral Pertanian Departemen Pertanian, 2009). Tabel 2. Produktivitas Tanaman di Gunung Kemasan Estate Tahun tanam 1989 Luas 281 Produktivitas...(ton TBS/ha) Rata-rata 8, Nilai maksimum: 21.9 ton/ha Nilai minimum: 1.9 ton/ha Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008)

27 17 Struktur Organisasi Kebun Gunung Kemasan Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM). Dalam melaksanakan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh seorang senior asisten yang merangkap sebagai asisten divisi I, seorang asisten, seorang Pjs. asisten divisi dan seorang kasie. Struktur organisasi kebun Gunung Kemasan Estate dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2. Estate manager memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk mengkoordinir kebun yang berada di bawah pengawasannya serta mengambil keputusan dalam kegiatan operasional. Senior asisten atau disebut juga asisten kepala (askep) memiliki tanggung jawab untuk mengelola divisi, traksi (bagian mesin, bengkel dan kendaraan kebun), poliklinik, pamswakarsa, dan gudang (bersama kasie), serta mengkoordinir asisten divisi. Kasie adalah orang yang bertanggung jawab mengurus segala kegiatan administrasi pada kebun tersebut. Kasie juga bertugas mengelola kebun bersama dengan senior asisten. Kasie membawahi para karyawan kantor besar. Asisten divisi bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional di suatu divisi yang dipimpinnya sesuai dengan program, biaya yang telah disetujui, dan pedoman kultur teknis yang telah ditentukan. Selain itu, asisten divisi bertugas untuk memberikan pelatihan terhadap karyawan baru, membina kesejahteraan karyawan, serta memelihara adminstrasi divisi. Asisten bertanggung jawab langsung kepada Estate Manager. Dalam melaksanakan tugasnya, asisten dibantu oleh mandor dan krani. Struktur organisasi tingkat divisi Gunung Kemasan Estate dapat dilihat pada Gambar 1. Asisten Mandor Krani Divisi Mandor Panen Mandor Panen Krani Buah Krani Buah Mandor Perawatan Mandor Krani Mandor Semprot Mandor Oles Gambar 1. Struktur Organisasi Tingkat Divisi Gunung Kemasan Estate

28 18 Ketenagakerjaan Karyawan Kebun Gunung Kemasa Estate dibedakan menjadi karyawan staf dan nonstaf. Karyawan staf terdiri dari Estate Manager, Askep, Asisten divisi dan kasie. Karyawan non staf dibedakan menjadi karyawan SKU (Syarat Kerja Umum) bulanan, SKU harian, tenaga pemborong, serta pekerja harian lepas (PHL). Data tenaga kerja disajkan dalam Tabel 3. Table 3. Data Tenaga Kerja di Gunung Kemasan Estate A B Uraian Jumlah STAF 1. Estate Manager 1 2. Senior Asisten 1 3. Asisten Divisi 1 4. Kasie 1 Jumlah Staf 4 NON STAF 1. Mandor/Pegawai a. Bulanan - Laki-laki - Perenpuan b. Harian - Laki-laki - Perempuan 2. SKU Harian a. Panen - Laki-laki - Perempuan b. Perawatan - Laki-laki - Perempuan 3. Pekerja Tidak Langsung a. Bulanan b. Harian Jumlah non Staf 422 Total 426 Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008) Syarat Kerja Umum (SKU) bulanan didominasi oleh Mandor I, Mandor, krani divisi, krani buah dan krani transport. Syarat Kerja Umum (SKU) harian

29 19 didominasi oleh karyawan potong buah, perawatan, pupuk, serta beberapa mandor perawatan. Tenaga pemborong tidak terkait secara langsung dengan perusahaan dan pemakaiannya tergantung kebutuhan. Umumnya tenaga pemborong dipakai di penanaman sisip, aplikasi janjang kosong (JJK), pembuatan jembatan, dan pembangunan sarana dan prasarana kebun. Sistem gaji karyawan adalah berdasarkan gaji tanaman dan premi. Gaji tanaman karyawan dibayarkan dua kali sebulan, yaitu pada pertengahan bulan (gajian kecil) dan pada akhir bulan (gajian besar). Premi yang didapatkan adalah premi lebih borong, premi mati dan premi kerajinan, tergantung dari jenis pekerjaannya. Karyawan mendapatkan jatah beras setiap bulannya berdasarkan jumlah dan umur anggota keluarga, aliran listrik, asuransi kesehatan, dan tabungan dana pensiun. Fasilitas yang disediakan oleh kebun untuk karyawan adalah satu unit rumah untuk tiap kepala keluarga, sebuah SD, dua buah Masjid, dua buah Tempat Penitipan Anak (TPA), dua buah klinik dengan dua orang mantri dan dua orang bidan, dan berbagai lapangan olah raga.

30 PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Pelaksanaan teknis lapangan sebagai PHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten dimulai pukul WITA untuk mengikuti apel pagi. Pekerjaan di lapangan dimulai pukul WITA. Waktu istirahat pukul Pelaksanaan teknis lapangan yang dilakukan oleh penulis dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan penanaman sisip, pemeliharaan, dan panen. Jurnal harian pelaksanaan magang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Tanam Sisip Tanam sisip dimulai dengan pemilihan lahan atau areal yang kosong dan masih dimungkinkan untuk disisipi. Areal kosong dapat terjadi karena kondisi lereng yang terlalu curam, lahan sering tergenang air (kebanjiran) atau bekas dipakai berladang oleh penduduk setempat. Tempat yang akan disisip minimal mempunyai luas 600 m 2 agar tanaman sisip tidak ternaungi oleh tanaman lama. Urutan kegiatan yang dilakukan pada saat tanam sisip adalah pancang lubang tanam, pembersihan piringan dari gulma, pembuatan lubang tanam, pemupukan dan pemberian rodentisida serta penanaman. Seluruh kegiatan tanam sisip dilakukan oleh dua orang. Kegiatan pancang dilakukan minimal oleh dua orang dimana salah seorang menjadi pembidik dan yang lain menancapkan tongkat pancang. Pembidikan tongkat pancang dilakukan dengan meluruskan baris (timur-barat) dan mata lima (timur laut-darat daya dan barat laut-tenggara) antara tongkat pancang yang akan dipasang dengan tanaman lama yang sudah ada atau tongkat pancang yang sudah dipasang sebelumnya. Prestasi penulis dalam melakukan pekerjaan ini adalah 2 pancang. Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah blok selesai dipancang. Lubang tanam dibuat berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm menggunakan cangkul. Setelah itu bibit dilangsir dari collection road dan diecer satu bibit tiap lubang tanam. Prestasi penulis dalam membuat lubang tanam adalah 13 lubang/hk sedangkan prestasi karyawan adalah 30 lubang/hk. Prestasi penulis dalam

31 21 melangsir dan mengecer bibit adalah 13 tanaman/hk sedangkan prestasi karyawan adalah 30 tanaman/hk. Setelah lubang tanam dibuat, polybag pada bibit yang telah diecer dilepaskan dengan cara menyayatnya terlebih dahulu menggunakan mata cangkul. Setelah itu bibit dimasukkan ke lubang tanam. Setelah posisi bibit tegak lurus, pupuk diaplikasikan disekeliling bibit. Setelah itu, bibit ditimbun dan diinjakinjak sampai padat dan sejajar dengan tanah disekelilingnya. Tongkat pancang kemudian ditancapkan kembali di samping tanaman dan polybag bekas ditancapkan di atas pancang tersebut. Penancapan polybag tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pengecekan terhadap jumlah tanaman yang sudah ditanam dan polybag yang belum dilepas saat ditanam. Pupuk yang digunakan untuk tanaman sisip adalah pupuk majemuk slow release dengan kandungan N:P:K:Mg = 17:8:9:3. Dosis yang digunakan adalah 300 g/tanaman. Sedangkan Rodentisida yang dipakai adalah Brodifakum 0.005% (bahan aktif) dengan dosis dua buah/tanaman. Pupuk tersebut dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman sampai berumur satu tahun setelah tanam. Kegiatan tanam sisip dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kegiatan Tanam Sisip

32 22 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak bibit ditanam sampai tanaman tersebut tua dan tidak produktif lagi. Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate meliputi pengendalian gulma, pemupukan, penunasan, kastrasi, pengendalian hama dan penyakit, konsolidasi ancak, konsolidasi sisip, konservasi lahan, apliksi limbah pabrik, rawat jalan dan jembatan, serta sensus tanaman. Pengendalian gulma. Berdasarkan cara pengendaliannya, kegiatan pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate adalah pengendalian gulma secara kimia dan manual. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan baik pada TBM maupun TM. Pengendalian gulma secara kimia dilkukan di piringan, pasar rintis, pasar tengah, tempat pengumpulan hasil (TPH), kaki lima blok dan parit, jalan angkong dan gawangan. Pengendalian gulma ini dilakukan dengan menggunakan MHS (micron herbi spraying) dan Inter Pump. Pengendalian gulma secara manual terutama dilakukan di TBM dengan rotasi 2 kali per tahun. Pada TM, pengendalian gulma secara manual dilakukan secara insidental. Pengendalian gulma piringan, pasar rintis dan TPH dilakukan di piringan, pasar rintis, TPH dan jalan angkong. Semua jenis gulma yang berada di tempat sasaran disemprot kecuali Turnera subulata, Casia cobanensis, Nephrolephis sp. dan lumut. Keempat gulma tersebut merupakan tanaman menguntungkan (beneficial plant) yang bermanfaat dalam menjaga kelembaban dan pengendalian hama. Pekerjaan ini dilakukan oleh satu tim yang beranggotakan 13 karyawan. Tim tersebut menangani pengendalian gulma dalam satu kebun. Herbisida yang digunakan adalah Round Up (bahan aktif glifosat) dan Starane (bahan aktif fluroxypyr). Dosis yang digunakan adalah 175 ml/ha Round Up dan 65 ml/ha Starane dengan konsentrasi bahan berkisar 1.6 % - 1.8% dan 0.4 %. Semua bahan dilarutkan menjadi satu dengan air bersih. Pencampuran harus dilakukan di gudang sentral dengan pengawasan penjaga gudang. Alat-alat yang digunakan adalah Micron Herbi modifikasi jenis punggung berukuran 10 liter yang menggunakan tenaga listrik dengan dengan sumber tenaga aki bertegangan 6 atau 12 volt, saringan kassa, pakaian semprot lengkap dengan

33 23 masker, sarung tangan, sepatu boot, topi, bendera, cados dan parang. Prestasi penulis dalam melakukan pekerjaan ini rata-rata 5 kap/hk sedangkan prestasi pekerja dan standar kebun adalah 5 6 kap/hk (knapsack/hk). Kegiatan pengendalian gulma piringan, pasar rintis dan TPH dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kegiatan Pengedalian Gulma Piringan, Pasar Rintis, dan TPH Pengendalian gulma di gawangan. Pengendalian dilakukan di gawangan hidup maupun gawangan mati. Pekerjaan ini dilakukan oleh satu tim yang beranggotakan 18 karyawan. Gulma-gulma yang menjadi sasaran semprot tim ini adalah sebagai berikut: - anak kayu yang berdiameter kurang dari 5 cm - Manihot esculenta - Eupatorium odoratum - Dicranopteris linearis - Cyclosorus aridus - pandan-pandanan - Lantana camara - Melastoma malabathricum - Scleria sumatrensis - anggrung - lilinan - terongan - Urena lobata - Uncaria P. - Paspalum conjugatum - Mikania micrantha - Axonopus compressus - Asystasia sp. - Imperata cylindrica - Alternanthera brasuiliana - Cyperus sp. - Borreria sp. - Eupathorium odoratum - Paspalum comersonii - Ageratum conyzoides

34 24 - anak kayu yang berdiameter lebih dari 5 cm, rumput lunak, dan beneficial plants tidak boleh disemprot. Bahan yang digunakan adalah herbisida Gramoxone (bahan aktif paraquat diclorida) dan Ally (bahan aktif metil metsulfuron) dengan dosis yang digunakan 200 ml/ha dan 20 g/ha. Semua bahan dilarutkan dalam air bersih dengan konsentrasi masing-masing 0.2 % Gramoxone dan 0.02 % Ally. Pencampuran bahan harus dilakukan di gudang sentral dengan pengawasan penjaga gudang. Kendaraan semprot yang digunakan adalah sebuah unit modifikasi yang dirancang untuk karyawan semprot, kotak peralatan dan tangki air dengan volume l. Unit tersebut ditarik oleh sebuah whell tractor. Operator kendaraan semprot merangkap sebagai teknisi sprayer apabila sewaktu-waktu terjadi kerusakan di lapangan. Peralatan yang harus dibawa oleh penyemprot adalah knapsack sprayer Inter Pump 16 l, pakaian semprot lengkap dengan masker, sarung tangan, sepatu boot, dan topi, bendera, cados, dan parang. Bendera digunakan untuk memberi batas daerah yang telah dan akan disemprot sehingga tidak ada ancak yang tertinggal (tidak disemprot). Parang digunakan untuk membuka jalan pada gawangan yang tidak bias dilalui penyemprot. Prestasi standar pengendalian gulma di gawangan yang ditargetkan kebun adalah 2.5 ha/hk. Prestasi yang diperoleh karyawan adalah 1.65 ha/hk sedangkan prestasi penulis adalah 0.6 ha/hk. Kegiatan pengendalian gulma di gawangan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Kegiatan Pengendalian Gulma di Gawangan

35 25 Pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman sehingga produktivitas dapat ditingkatkan. Jenis pupuk yang digunakan oleh Gunung Kemasan Estate adalah Urea, MOP (Muraite of Potash), RP (Rock Phosphate), borat (HGFb) dan dolomit. Kegiatan pemupukan yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate adalah sistem BMS (Block Manuring System), artinya aplikasi pupuk dilakukan blok per blok dengan organisasi kerja pemupukan yang telah ditetapkan sehingga sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi yang lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi dapat tercapai. Organisasi kerja tersebut meliputi organisasi kerja penguntilan, organisasi kerja pengeceran, organisasi kerja pelangsiran, organisasi kerja penaburan dan checklist supervisi. Urutan kegiatan BMS adalah penguntilan, pengeceran, pengaplikasian/penaburan, supervisi dan manajemen karung. Penguntilan. Until merupakan pekerjaan memisahkan pupuk dalam karung asli menjadi beberapa bagian dengan tujuan untuk memudahkan pengeceran, pelangsiran, pengaplikasian, dan pengawasan. Penguntilan dilakukan di gudang central dan tempat penyimpanan pupuk lain. Pekerjaan ini dilakukan sehari sebelum aplikasi pupuk untuk memperkecil risiko penurunan kualitas dan kuantitas pupuk. Pekerjaan until pupuk dilakukan oleh Pekerja Harian Lepas (PHL) yang rata-rata barjumlah 7 pekerja/hari. Pupuk Urea, MOP, RP dan Dolomit dalam karung asli yang berbobot 50 kg dibagi menjadi empat bagian masing-masing dengan bobot sekitar 12.5 kg. Alat yang digunakan adalah alas tempat penguntilan, pisau, piring plastik, karung dan palstik bekas pupuk, angkong, serta sarung tangan plastik. Setiap penguntil terlebih dahulu harus mengeluarkan pupuk dari gudang atau tempat penyimpanan pupuk menggunakan angkong. Setelah itu, beberapa karung ditumpahkan menjadi satu ke alas penguntilan. Pisau digunakan untuk membuka karung dan memotong-motong plastik bekas bungkus pupuk bagian dalam menjadi tali. Piring plastik digunakan untuk memasukkan pupuk ke dalam karung bekas sekaligus menakar pupuk menjadi berbobot sekitar 12.5 kg. Bobot satu piring plastik adalah 1.14 kg untuk pupuk Urea dan MOP serta 1.56 kg untuk pupuk RP. Pupuk yang masih menggumpal

36 26 dan membatu harus dihancurkan/dihaluskan terlebih dahulu. Karung bekas pupuk yang sudah terisi langsung diikat dengan plastik bekas bungkus bagian dalam pupuk yang sudah dipotong-potonng melintang membentuk tali. Angkong digunakan untuk membawa pupuk dari gudang dan hasil untilan ke tempat yang telah disediakan untuk kemudian diangkut pada keesokan harinya. Untuk memudahkan pengecekan dan penghitungan, untilan disusun 10 until per susun. Untilan antara penguntil yang satu dengan yang lain dipisah untuk memastikan pupuk telah dibagi dengan benar. Untilan pupuk kemudian ditutup dengan terpal untuk melindungi dari hujan. Prestasi pekerja dan penulis dalam melakukan pekerjaan ini rata-rata adalah 2 ton/hk untuk pupuk MOP dan urea serta 1 ton/hk untuk pupuk RP. Kegiatan penguntilan pupuk di Gunung Kemasan Estate dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Kegiatan Penguntilan Pupuk Pengeceran. Kegiatan pengeceran dimulai pukul dengan terlebih dahulu menaikkan pupuk yang telah diuntil oleh tenaga pemuat ke dalam unit/kendaraan yang sudah ditunjuk. Jumlah kendaraan yang mengangkut pupuk dan pupuk yang dimuat di masing-masing unit ditentukan oleh mandor pupuk atas izin Senior Asisten. Kemudian kendaraan tersebut menuju ke blok yang akan dipupuk sesuai jadwal pempukan hari itu dengan bersama dua orang tenaga pengecer dengan didampingi oleh mandor pupuk.

37 27 Teknik pengeceran dilakukan oleh tenaga pengecer dengan instruksi dari mandor pupuk. Untilan diecer pada setiap gawangan hidup pada kedua sisi blok yang sejajar dengan jalan koleksi. Jumlah untilan yang diletakkan di setiap titik tergantung dari dosis pupuk pada blok tersebut. Misalnya untuk pupuk MOP dengan dosis 1.5 kg/tanaman, maka pupuk yang harus diecer adalah pada setiap gawangan hidup adalah sebagian 3 dan sebagian 4. Tenaga kerja yang digunakan untuk memuat pupuk dari tempat untilan ke truk dan pengecer diambil dari tenaga pemuat buah. Kegiatan pengeceran pupuk di Gunung Kemasan Estate dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Kegiatan Pengeceran Pupuk Pelangsiran dan Penaburan. Setelah semua pupuk selesai diecer, mandor pupuk membagi tenaga tabur yang ada menjadi beberapa tim dimana setiap tim terdiri dari dua orang penabur dan seorang pelangsir. Tim terakhir bertugas untuk menggulung dan melangsir karung bekas untilan yang sudah diaplikasikan. Setiap tim diancakkan oleh mandor berdasarkan nomor baris tertentu. Satu ancak adalah satu gawangan hidup dengan nomor baris sama dan terdiri dari beberapa blok tergantung jumlah blok yang diaplikasi hari itu dan harus dimasuki oleh penabur. Setiap tim tidak diperbolehkan bergeser dari nomor baris yang sudah diancakkan kecuali atas instruksi dari mandor pupuk. Setiap tim (3 orang) mendapatkan 3 gawang atau 4 baris tanaman dalam sekali jalan.

38 28 Pekerjaan tabur pupuk dimulai dari nomor blok dan baris terkecil (sebelah barat daya) ke arah nomor blok dan baris yang lebih besar. Pupuk yang berada di setiap gawangan dilangsir oleh pelangsir ke dalam blok dan diecer setiap 7 atau 8 tanaman. Selanjutnya pupuk yang telah diecer oleh pelangsir ke dalam blok dipindahkan ke tempat aplikasi berupa jerigen 20 l yang dipotong bagian atasnya dan digendong menggunakan selendang. Pupuk ditabur menggunakan mangkuk plastik bervolume ± 1.5 l. Pupuk Urea dan MOP diaplikasikan di sekeliling piringan dan ditabur setipis mungkin. Pupuk Dolomite ditabur di piringan dan hanya berbentuk setengah lingkaran menghadap ke gawangan mati. Pupuk RP diaplikasikan di gawangan mati. Pupuk HGFb diaplikasikan di pucuk tanaman pada tanaman muda yang masih pendek dan di piringan pada tanaman yang tinggi. Pupuk urea dan MOP diaplikasikan setiap 6 bulan sekali. Pupuk yang lain diaplikasikan sekali dalam satu tahun. Dosis yang digunakan adalah dosis berdasarkan hasil LSU (Leave Sampling Unit) yang direkomendasikan oleh Departemen Riset (Research Depatement) yaitu berkisar 1.5 kg/tanaman urea, MOP, dan RP, 1 kg/tanaman Dolomite, dan 100 g/tanaman HGFb. Pemupukan pada semester pertama berlangsung mulai bulan Februari sampai bulan Mei. Pemupukan semester kedua berlangsung mulai bulan Juni sampai bulan Oktober. Peralatan yang dipakai oleh tenaga penabur adalah ember/jerigen, selendang, mangkuk plastik, dan sarung tangan. Prestasi kerja standar untuk tabur pupuk adalah 600 kg/hk atau 4.2 ha/hk. Prestasi karyawan rata-rata adalah 730 kg/hk. Prestasi penulis adalah 365 kg/hk. Kegiatan pelangsiran dan penaburan pupuk di Gunung Kemasan Estate dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Kegiatan Pelangsiran dan Penaburan Pupuk

39 29 Supervisi. Supervisi dilakukan oleh mandor until, mandor pupuk, mandor satu, asisten divisi dan manager. Tujuannya adalah untuk menjaga agar teknik dan kualitas hasil pemupukan yang dilakukan sesuai dengan standar operasional yang ditentukan kebun dan tidak terjadi kecurangan atau pencurian pupuk oleh tenaga kerja. Supervisi yang baik akan menjamin tidak ada untilan yang tercecer di jalan, semua tanaman terpupuk dengan dosis dan takaran yang tepat, sebaran pupuk merata, tidak ada untilan yang tercecer atau tertinggal di blok, dan semua karung bekas untilan dibawa dan disusu rapi di gudang. Supervisi dilakukan dengan mengawasi dan melihat semua proses mulai dari penguntilan sampai penataan karung bekas aplikasi di gudang. Salah satu kegiatan supervisi yang dilakukan oleh asisten di Gunung Kemasan Estate dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Kegiatan Supervisi Pemupukan oleh Asisten Kebun Manajemen Karung. Manajemen karung penting untuk mengetahui jumlah untilan yang dihasilkan dan yang diaplikasikan di lapang. Dengan demikian dapat diketahui selisih pupuk yang dibawa ke lapangan dan pupuk yang diaplikasikan. Karung yang dipakai untuk untilan berasal dari karung bekas pemupukan semester sebelumnya. Bekas karung yang dipakai pada semester ini akan digunakan untuk wadah untilan semester berikutnya. Karung bekas pemupukan dibawa dari dalam blok ke jalan koleksi oleh penabur. Karung tersebut kemudian digulung setiap 10 karung dan dikumpulkan di jalan utama. Pekerjaan ini dilakukan oleh dua orang dan diambil dari tenaga pengecer atau penabur secara bergiliran. Karung yang telah dikumpulkan di jalan

40 utama kemudian diangkut ke gudang untuk dihitung. Kegiatan pengumpulan karung dapat dilihat pada Gambar Gambar 9. Kegiatan Pengumpulan Karung Bekas Aplikasi Pupuk Dalam menerapkan sistem BMS, Gunung Kemasan Estate memberikan penghargaan dan sanksi bagi karyawan pemupukan. Penghargaan diberikan kepada karyawan yang telah melakukan pekerjaan dengan baik dan sesuai berupa premi harian. Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan akan diberi peringatan dan dikenai sanksi. Peringatan yang diberikan adalah berupa teguran secara lisan, teguran secara tertulis, surat peringatan pertama, surat peringatan kedua, dan surat peringatan ketiga. Jika setelah diberikan surat peringatan ketiga penyimpangan masih tetap dilakukan, maka karyawan tersebut akan dikenakan sanksi. Sanksi yang dikenakan didasarkan pada tingkat kesalahan dan kesesuaian pekerjaan seperti dituangkan pada Tabel 4. Pada pelaksanaannya, pemberian denda jarang dilakukan karena para karyawan sudah memperbaiki penyimpangan yang dilakukan hanya dengan satu atau dua kali peringatan. Jabatan Mandor ecer/tabur Kerani langsir Tenaga ecer/tabur Tabel 4. Denda pada Aplikasi Pemupukan di Gunung Kemasan Estate Denda Berdasarkan % Kesesuaian < x < <x < < x < < x < 40 < Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008)

41 31 Kastrasi. Kastrasi pada kelapa sawit adalah pembuangan bunga betina pertama (bunga pasir) yang masih mempunyai remdemen minyak rendah dan muncul pada saat peralihan tanaman TBM menjadi TM. Tujuan kastrasi adalah untuk menyiapkan produksi selanjutnya, sanitasi tanaman dan merangsang pertumbuhan tanaman. Kastrasi dilakukan setelah tanaman berumur 18 bulan. Pekerjaan ini dilakukan oleh karyawan perawatan dengan menggunakan dodos dan parang. Pasar rintis, jalan angkong, dan TPH belum terbentuk dalam blok tersebut. Buah yang sudah diturunkan harus dilangsir ke Collection Road. Tidak ada norma standar kebun untuk pekerjaan ini dan tidak ada sistem premi buah. Pekerjaan kastrasi di Gunung Kemasan Estate dilakukan bersamaan dengan penunasan dan sanitasi (buka piringan dan goleran). Prestasi karyawan dalam melakukan kastrasi dan penunasan adalah 25 tanaman/hk. Prestasi penulis dalam melakukan pekerjaan tersebut adalah 20 tanaman/hk. Tunas. Metode penunasan yang dipakai di Gunung Kemasan Estate adalah Progressive Pruning (penunasan progresif), yaitu pekerjaan penunasan dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan pekerjaan panen. Jadi tanaman yang ditunas hanyalah tanaman yang dipanen saja. Metode ini bertujuan untuk menurunkan biaya, kondisi tunasan lebih terjaga, menumbuhkan rasa memiliki ancak oleh pemanen, memudahkan pekerjaan potong buah dan menekan losses brondolan pada ketiak daun. Pembayaran penunasan progresif dilakukan setiap 4 bulan dengan harga Rp 400,-/tanaman/tahun. Penunasan dilakukan dengan cara menjaga jumlah pelepah standar pada tanaman yang dipanen. Pelepah standar pada kelapa sawit adalah pelepah/tanaman. Pada tanaman sisip, penunasan dan kastrasi dilakukan oleh tenaga perawatan dan masuk dalam pekerjaan konsolidasi. Prestasi pemanen dalam melakukan penunasan tanaman adalah sejumlah tanaman yang dipanen pada hari itu. Pelepah yang tidak ditunas atau sengkleh karena tidak terpotong dengan sempurna akan dikenai denda. Denda tersebut dipotongkan pada premi yang didapat pada hari itu. Konsolidasi ancak. Konsolidasi ancak merupakan pekerjaan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalam blok. Masalah di dalam blok yang sering muncul adalah hilangnya titian, tumbuhnya kembali gulma-gulma

42 32 berkayu sehingga gawangan tidak bisa dilewati oleh pekerja, tanaman sisip yang belum ditunas atau dikastrasi dan tanaman sawit yang dirambati oleh gulma goleran. Goleran adalah gulma yang tumbuh merambat dan melilit tanaman lain. Masalah-masalah tersebut akan mengganggu pekerjaan pemeliharaan dan panen. Konsolidasi ancak dilakukan oleh tenaga perawatan dengan jumlah karyawan rata-rata 2 HK tiap jenis pekerjaan. Konservasi lahan. Konservasi lahan merupakan segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sebagai tempat tumbuh tanaman sehingga dapat berproduksi secara maksimal. Jenis konservasi tanah yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate meliputi pemanfaatan sisa-sisa tanaman (pelepah) dan pembuatan silt pit. Perumpukan Pelepah (Frond Stalking). Pekerjaan merumpuk pelepah merupakan bagian dari penunasan progresif (progressive pruning) yang dilakukan oleh pemanen. Perumpukan pelepah dilakukan tanaman per tanaman sebelum buah diturunkan. Pelepah dirumpuk melintang di gawangan mati membentuk huruf U dengan ujung pelepah diletakkan di ujung gawangan mati dan pangkal pelepah berada di tengah gawangan mati. Pada lahan yang agak miring rumpukan pelepah disusun melintang di antara tanaman kelapa sawit. Rumpukan pelepah tersebut berfungsi untuk menahan aliran permukaan, menjaga kelembaban tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, sebagai penambah bahan organik tanah, dan menekan pertumbuhan gulma di gawangan mati. Pembuatan Silt Pit. Silt pit adalah parit kecil berbentuk balok berukuran 60 cm x 60 cm x 4 m yang dibuat di lahan miring. Tujuan pembuatan silt pit adalah untuk menahan laju aliran permukaan dan pupuk yang terlarut di dalamnya sehingga erosi dan kehilangan pupuk dapat dikurangi. Pembuatan siltpit dilakukan oleh tenaga borongan. Letak silt pit dapat berada di gawangan mati, gawangan hidup, atau kaki lima, tergantung dari kondisi dan arah lereng. Aplikasi limbah pabrik. Limbah PKS dalam hal ini adalah segala sesuatu yang keluar dari hasil pengolahan TBS menjadi minyak CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). Limbah yang keluar dari PKS berbentuk padat dan cair. Limbah padat yang keluar adalah janjangan kosong (23% 25% dari TBS

43 33 yang diolah), sabut, dan cangkang. Limbah cair yang dihasilkan adalah effluent (50% dari TBS yang diolah). Limbah padat berupa 1 ton janjangan kosong (JJK) setara dengan 6 kg urea, 1.5 kg TSP, 16 kg MOP dan 3 kg Kieserit. JJK ini diaplikasikan dengan cara dihamparkan pada gawangan mati. Dosis yang digunakan adalah 200 kg/tanaman. JJK harus dihamparkan satu lapis. Tidak boleh ada janjangan yang disususn bertumpuk karena dapat menjadi tempat pertumbuhan hama Orictes rhinoceros. Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah unit pengangkut JJK, tongkat penanda, paku, angkong, dan gancu. JJK diangkut oleh unit pemanen dari PKS menggunakan loader. JJK kemudian ditumpahkan pada tanda yang sudah ditancapkan oleh mandor aplikasi sebelumnya. Mandor aplikasi kemudian mencatat tonase JJK pada tongkat aplikasi tersebut. JJK yang sudah dicatat tonasenya kemudian diaplikasi oleh tenaga borongan. Pekerja memindahkan JJK dari CR ke dalam blok menggunakan angkong. Satu angkong dapat diisi JJK tergantung dari ukuran JJKnya. Aplikasi JJK dilakukan dengan menghamparkannya di gawangan mati dengan dosis 200 kg/tanaman. Perawatan jalan dan jembatan. Perawatan jalan dan jembatan sangat penting dalam menjaga kelancaran pengiriman buah ke PKS dan menghindari penurunan mutu buah akibat adanya buah restand di dalam blok atau unit. Pekerjaan ini dilakukan oleh karyawan perawatan atau alat berat. Pekerjaan rawat jalan dan jembatan meliputi pengurasan dan pemberian batu pada jalan becekan, perataan dan pengerasan jalan, pembuatan parit di tepi jalan, penunasan pasar, perbaikan titian yang rusak, pembuatan titian yang hilang dan pemasangan titi betina. Tidak ada norma baku dalam melakukan pekerjaan ini. Sensus pokok. Sensus tanaman adalah pekerjaan menghitung tanaman normal/produktif, tanaman sisip, tanaman non produktif/non valuer, tanaman kosong, tanaman mati, parit, sungai dan daerah rendahan pada suatu blok. Sensus tanaman dilakukan setiap akhir tahun oleh karyawan perawatan. Prestasi karyawan dalam melakukan pekerjaan ini adalah 7.5 ha/hk. Prestasi penulis adalah 7.5 ha/hk.

44 34 Di setiap blok, sensus tanaman dimulai dari arah barat daya menuju ke timur kemudian berbelok ke utara dan masuk kembali ke selatan. Alat-alat yang digunakan adalah kertas blanko, pencil warna (merah dan biru), serta ballpoint. Dari sensus tanaman ini dapat diketahui tanaman produktif sebagai dasar perhitungan kebutuhan tenaga kerja, pusingan, hektar target, dan lain-lain. Panen Panen adalah pekerjaan menghitung buah, memotong tandan buah masak, memotong pelepah, memungut brondolan, merumpuk pelepah dan mengumpulkannya di TPH serta mengangkut TBS dari TPH ke PKS. Pekerjaan ini dilakukan oleh penyensus, pemanen, pemuat dan sopir unit. Tujuan panen adalah untuk mendapatkan output yang sebanyak banyaknya dengan tetap menjaga kualitas. Selain itu, panen juga bertujuan untuk sanitasi pohon sehingga bebas dari hama dan penyakit serta mempertahankan produktivitas tanaman. Pekerjaan panen sangat diperhatikan di Gunung Kemasan Estate. Pengecekan hancak tidak saja dilakukan oleh asisten masing-masing divisi tetapi melibatkan asisten dari kebun lain. Dengan demikian terdapat penilaian yang lebih objektif dan seragam tentang kualitas panen di masing-masing kebun. Kebun kelapa sawit Gunung Kemasan Estate mengunakan sistem panen yang disebut Block Harvesting System (BHS). BHS merupakan sistem potong buah yang terkonsentrasi dengan pergerakan teratur dan sistematis dengan target penyelesaian satu seksi panen adalah satu hari untuk menjamin kesinambungan penyelasaian hancak di hari berikutnya. Beberapa kemandoran (2-3 mandor) yang tergabung dalam satu gang panen akan menyelesaiakan seksi dengan titik awal dan arah gerakan yang sama. Masing-masing tenaga potong buah dan mandor mendapatkan hanca yang tetap pada setiap blok. Penyelesaian hancak dilakukan blok per blok. Rotasi panen adalah selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai dengan panen berikutnya pada hancak yang sama. Gunung Kemasan Estate menggunakan pusingan normal 9 hari dengan membagi areal TM menjadi 6 seksi panen (dari A sampai F) dan dipanen dari hari Senin sampai Sabtu.

45 35 Buah kelapa sawit dikatakan telah cukup matang dan layak dipanen apabila telah membrondol jatuh ke dalam tanah alami sebanyak 2 brondolan per kilogram bobot janjang (Pahan, 2006). Kriteria tersebut membuat pemanen kesulitan dalam menentukan kemasakan suatu buah karena mereka harus memperkirakan kilogram buah yang akan dipanen dan menghitung brondolan di piringan. Oleh karena itu Gunung Kemasan Estate menetapkan bahwa buah yang harus dipanen adalah buah yang sudah membrondol alami di piringan minimal 5 brondolan. Alat-alat yang digunakan untuk panen di Gunung Kemasan Estate antara lain dodos, kapak, egrek, parang, angkong, gancu, batu asah, dan karung. Dodos merupakan alat yang digunakan untuk memotong tandan buah kelapa sawit pada tanaman yang pendek atau sisipan. Kapak digunakan untuk memotong gagang yang terlalu panjang ketika buah di TPH. Egrek digunakan untuk memotong tandan buah kelapa sawit pada tanaman tinggi. Gancu adalah alat yang digunakan untuk memudahkan pemindahan atau pengangkutan tandan buah dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain itu gancu juga berguna sebagai alat untuk menaikan buah ke dalam angkong. Batu asah digunakan untuk menajamkan mata egrek, kapak, dan dodos. Karung goni digunakan untuk wadah brondolan. Pekerjaan panen mencakup pekerjaan kutip brondolan. Teknis pelaksanaannya adalah brondolan dikutip/dipungut satu-satu dan dimasukkan ke dalam karung. Brondolan kemudian diletakkan di TPH dalam karung-karung. Jika kondisi piringan bersih dari gulma dan serasah, pembrondol dapat menggaruk terlebih dahulu brondolan yang tersebar di sekitar piringan untuk kemudian dimasukkan ke karung. Dalam mengutip brondolan pekerja harus mengupayakan agar brondolan yang dikutip bebas dari kontaminasi tanah, gulma, serasah atau brondolan hitam. Prestasi kerja penulis dalam pekerjaan ini adalah 175 kg/hk. Brondolan yang dikutip oleh pengutip tidak dihamparkan di TPH tetapi dimasukkan ke dalam karung goni yang dibawa dari kantor divisi. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pekerjaan muat dan mempermudah krani panen dalam menaksir bobot brondolah yang dihasilkan dalam satu TPH. Brondolan yang terkontaminasi akan terlihat setelah pemuat memindahkan brondolan ke karung yang dihamparkan sebelum dimuat ke dalam unit.

46 Divisi Gunung Kemasan Estate menerapkan sistem basis borong, premi siap borong dan premi lebih borong dalam pemberian premi. Basis borong adalah jumlah TBS yang harus didapat oleh pemanen dalam kegiatan panen pada hari itu agar mendapatkan premi siap borong. Jika jumlah TBS yang dipanen oleh pemanen melebihi dari basis yang ditentukan, maka pemanen akan mendapatkan premi lebih borong. Nilai premi siap borong, basis borong dan lebih borong panen di Gunung Kemasan Estate disajikan dalam Tabel 5. Tahun Tanam Tabel 5. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam, dan BJR di Gunung Kemasan Estate Basis Borong Cutter Basis Jum at P0 P1 P2 Basis Basis P0 P1 P2 Borong Jum at Picker Lebih Borong 36 Cutter Picker % % % I % % % % % % II % % % % % % III % % % % Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008)

47 37 Pelaksanaan Manajemen Kebun Pendamping Mandor Mandor adalah karyawan non-staf yang langsung berhubungan dengan karyawan di lapangan. Selain bertugas mengawasi karyawan dan membuat laporan mengenai pekerjaan yang dilakukan, mandor juga harus mampu menerjemahkan instruksi-instruksi dari asisten ke dalam bahasa yang dapat dipahami oleh karyawan. Mandor juga mempunyai peranan penting dalam memberikan motivasi kepada karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan norma kebun. Pendamping Mandor Satu. Kegiatan penulis sebagai mandor satu dilakukan selama 6 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah mengatur, mengontrol, dan mengganti mandor yang tidak masuk kerja. Bersama mandor satu penulis juga melakuka cek pasar tengah dan jembatan yang baru dibangun. Kegiatan lainnya adalah melakukan wawancara tentang masalah-masalah kebun. Mandor satu bersama-sama asisten melakukan kontrol pada setiap pekerjaan yang dilakukan pada hari itu. Pekerjaan karyawan yang pertama kali dikontrol adalah perawatan. Pekerjaan perawatan mendapat pengawasan 50% dan dikerjakan sampai sekitar pukul Setelah itu pekerjaan panen dikontrol dengan pengawasan 50% sampai semua karyawan dan mandor selesai melakukan pekerjaan. Kontrol pada panen dilakukan dengan memeriksa kualitas ancak, kualitas buah dan brondolan, serta ketersediaan dan keadaan unit pengangkut TBS. Mandor satu bertanggung jawab atas ketersediaan unit untuk mengantar karyawan ke tempat kerjanya masing-masing. Mandor satu juga bertanggung jawab atas kelancaran dan ketersediaan sarana dan prasarana kerja. Pendamping Mandor Pupuk. Kegiatan ini penulis lakukan selama 2 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu dalam kegiatan pengeceran pupuk sampai dengan pengotrolan karung bekas aplikasi. Pendamping Mandor Pengendalian Gulma. Mandor pengendalian gulma terdiri dari mandor pengendalian gulma di piringan-pasar rintis dan mandor

48 38 pengendalian gulma gawangan. Kegiatan ini penulis lakukan masing-masing selama 7 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah pengecekan dan absen karyawan yang berangkat, pemeliharaan peralatan semprot, pengancakan, pengecekan hasil semprotan, serta ikut dalam pembuatan laporan kerja.seorang mandor semprot harus mengawasi secara intensif pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan agar tidak terjadi pembengkakan dosis yang akan mengurangi hektar cover yang didapat hari itu. Pendamping Mandor Panen. Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor panen dilakukan selama 6 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah mengabsen pekerja yang masuk, turut serta dalam pemberian instruksi sebelum pekerja berangkat ke lapangan, pemeriksaan ancak dan pemberian tanda ancak baru. Pendamping Krani Panen. Kegiatan sebagai pendamping krani panen penulis lakukan selama 6 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah menghitung buah matang, buah mentah, buah under ripe dan buah busuk serta menaksir bobot brodolan yang dikeluarkan oleh pemanen ke TPH. Hanya buah yang matang yang diterima dan dikirim ke PKS. Setiap buah mentah dan under yang dipanen oleh pemanen akan dikenai denda. Pendamping Mandor I. Kegiatan sebagai pendamping mandor satu penulis lakukan selama 11 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kontrol terhadap pekerjaan mandor-mandor dan karyawan, melakukan cek ancak, memantau pekerjaan borongan dari luar kebun, serta memeriksa Buku Kerja Mandor (BKM). Pendamping Krani Divisi Kegiatan penulis sebagai pendamping krani divisi dilakukan selama 7 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah mengisi absensi kerja, membuat laporan produksi harian, pembuatan laporan bulanan, pembuatan laporan prestasi kerja, pelaporan produksi harian lewat radio dan pengisian Laporan Penerimaan Buah.

49 39 Pendamping Asisten Divisi Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten divisi dilakukan selama 10 hari. Kegiatan yang dilakukan adalah mengerjakan administrasi kantor divisi, pemberian pengetahuan dan penjelasan kepada pekerja dan melakukan kontrol pekerjaan di lapangan. Administrasi kantor yang dikerjakan seperti laporan produksi dan biaya, Permintaan Dana Operasional (PDO) dan membuat rencana jangka pendek, menengah dan panjang untuk divisi. Asisten adalah karyawan staf yang memimpin semua kegiatan di divisinya. Asisten divisi dalam mencapai target yang ditetapkan dibantu oleh mandor dan krani divisi. Asisten divisi bertanggungjawab kepada Estate Manager. Tugas dan tanggung jawab asisten divisi meliputi beberapa fungsi manajemen. Fungsi perencanaan dilaksanakan dengan membuat rencana harian, bulanan dan tahunan tentang semua pekerjaan yang akan dilakukan. Rencana pekerjaan dibuat berdasarkan Budget dari Gunung Kemasan Estate. Asisten divisi dengan dibantu oleh krani divisi membuat rencana kerja tahunan. Rencana kerja bulanan dan harian dibuat berdasarkan rencana kerja tahunan dengan perincian tentang alat, bahan, jumlah tenaga kerja dan waktu. Fungsi pengorganisasian dilakukan dengan adanya pembagian kerja sehingga setiap orang dalam divisi mempunyai tanggungjawab dan wewenang masing-masing. Fungsi koordinasi dilakukan oleh asisten divisi dengan jajaran staf dan non-staf. Koordinasi dengan staf dilakukan di kantor besar Gunung Kemasan Estate pada waktu-waktu tertentu. Koordinasi dengan jajaran non-staf (mandor) dilaksanakan setiap apel pagi di kantor divisi. Koordinasi juga dilakukan dengan pabrik dan kebun-kebun sepupu. Fungsi pengarahan dilakukan oleh asisten divisi dengan memberikan pengarahan kerja kepada mandor atau karyawan secara langsung serta memberikan motivasi kerja baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan prestasi dan memberikan hasil yang terbaik. Fungsi pengawasan dilakukan dengan mendatangi setiap pekerjaan di lapangan, memberikan teguran atau sanksi atas kesalahan mandor atau karyawan, serta memeriksa secara rutin buku kerja mandor.

50 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate terdiri atas lima jenis pekerjaan yaitu gawangan manual, piringan manual, gawangan kimiawi, piringan dan pasar rintis kimiawi dan oles anak kayu. Teknik pengendalian gulma dilakukan berdasarkan status tanaman, yaitu tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Pengendalian gulma secara manual terutama dilakukan pada tanaman TBM sedangkan pengendalian gulma secara kimia banyak dilakukan pada tanaman TM. Kombinasi antara pengendalian gulma secara manual dan kimia yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja, efisiensi tenaga dan bahan, serta menekan biaya. Jenis Gulma Jenis gulma yang ada di suatu tempat sangat berkaitan dengan tanaman pesaing, kondisi lingkungan dan teknik budidaya yang diterapkan. Kondisi lingkungan dan tanaman yang berbeda-beda pada perkebunan kelapa sawit menyebabkan sebaran jenis gulma yang ada tidak merata. Perkembangan gulma di perkebunan kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan, iklim, tanaman, dan teknik budidaya yang dilakukan. Berdasarkan analisis vegetasi yang telah dilakukan, secara umum gulma yang paling dominan di Gunung Kemasan Estate adalah Paspalum conjugatum, Scleria sumatrensis, Digitaria adscendens dan Ottochloa nodosa. Populasi Paspalum conjugatum dan Ottochloa nodosa menyebar di 60% lebih areal kebun. Populasi Scleria sumatrensis dan Digitaria adscendens hanya tumbuh di areal tertentu dengan biomassa yang banyak. Gulma lain yang terdapat di Gunung Kemasan Estate adalah Chrysopogon aciculatus, Axonopus compressus, Dicranopteris linearis, Solanum sp., Borreria laevis, dan tuba root. Populasi gulma di Gunung Kemasan Estate didominasi oleh golongan rumput. Sepuluh gulma yang dominan di Gunung Kemasan Estate dapat dilihat pada Tabel 6. Dari data tersebut dapat dilihat ada enam jenis gulma golongan

51 rumput dan empat jenis gulma golongan daun lebar yang mendominasi populasi gulma di Gunung Kemasan Estate. 41 Tabel 6. Nisbah Jumlah Dominansi Gulma di GKE Jenis Gulma Golongan NJD (%) Paspalum cojugatum Rumput Scleria sumatrensis Rumput Digitaria adscendens Rumput Ottochloa nodosa Rumput Chrysopogon aciculatus Rumput 6.79 Axonopus compressus Rumput 6.75 Dicranopteris linearis Paku-pakuan 3.71 Solanum sp. Daun Lebar 3.25 Tuba root Daun Lebar 3.23 Borreria laevis Daun Lebar 3.21 Sumber: Data primer pengamatan (2008) Sebaran gulma di Gunung Kemasan Estate dapat dibedakan berdasarkan kondisi lahan dan tanaman. Pada daerah rawa yang sering tergenang air, gulma yang dominan adalah Scleria sumatrensis (krisan). Pada daerah rendahan yang kering, gulma yang mendominasi adalah Digitaria adscendens. Pada lahan yang datar, gumla didominasi oleh Melastoma malabathricum dan Lantana camara. Pada daerah berbukit, gulma didominasi oleh jenis Solanum sp. (terongan). Pada tanaman sisip dan tanaman belum menghasilkan (TBM), gulma yang mendominasi adalah Imperata cylindrica (alang-alang), Solanum sp. (terongan) dan Lantana camara. Pada tanaman menghasilkan (TM) didominasi oleh gulma jenis rumput seperti Ottochloa nodosa, Axonopus compressus, dan Paspalum conjugatum. Gulma yang mempunyai perkembangan sangat pesat adalah Solanum sp. Solanum sp. mempunyai masa pertumbuhan yang sangat cepat. Gulma ini dapat tumbuh kembali setelah dua minggu dari kegiatan penyemprotan. Penyemprotan

52 yang tidak merata menyebabkan Solanum sp. tumbuh kembali dalam waktu yang lebih cepat dan akan menyulitkan kegiatan budidaya lainnya. 42 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Gulma Perkembangan gulma dipengaruhi oleh faktor lingkungan, manusia dan tanaman. Lingkungan. Faktor lingkungan yang paling berpengruh adalah iklim, tanah dan adanya organisme lain. Faktor iklim seperti cahaya, temperatur, air, dan angin mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan distribusi gulma. Gunung Kemasan Estate berdasarkan Schmidth-Fergusson mempunyai tipe iklim B (basah) dengan curah hujan yang tinggi. Hal itu menyebabkan gulma dapat tumbuh dengan pesat. Selain itu, adanya area-area yang terbuka menyebabkan berkembangnya gulma-gulma lain. Sebagai contoh pada tanaman TBM yang tajuknya belum menutup sempurna, sisipan, atau area terbuka lainnya di Gunung Kemasan Estate populasi alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus spp.), dan gulma dengan mekanisme fotosintesis C 4 lainnya dapat berkembang dengan pesat. Kondisi tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan gulma. Sebagian besar gulma mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada semua tipe tanah. Beberapa spesies tumbuh dengan baik pada kondisi lahan tertentu. Kondisi lahan dapat dilihat dari faktor kelembaban tanah, aerasi, ph tanah, unsur hara dalam tanah, dan lain-lain. Faktor yang paling dominan di Gunung Kemasan Estate adalah kelembaban tanah. Area rawa, palung dan daerah rendahan lain didominasi oleh gulma Scleria sumatrensis. Hewan dan tumbuhan merupakan faktor biotik yang mempengaruhi perkembangan dan distribusi gulma. Di Gunung Kemasan Estate, pengaruh tersebut terlihat pada gulma Imperata cylindrica dan Lantana camara. Tanaman kelapa sawit yang tajuknya telah menutup akan menghambat pertumbuhan gulma Imperata cylindrica. Gulma Lantana camara juga akan menekan pertumbuhan gulma lain yang berada di bawahnya. Manusia. Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh manusia akan mempengaruhi perkembangan gulma baik secara langsung ataupun tidak

53 43 langsung. Kegiatan seperti pembukaan lahan, pengolahan tanah, pemupukan, atau pengendalian gulma sendiri akan merubah komposisi dan dominansi gulma. Konsep pengendalian gulma sendiri adalah untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan gulma sehingga daya saingnya terhadap tanaman utama menjadi rendah. Tanaman. Perkembangan suatu gulma dapat dipengaruhi oleh tanaman atau gulma lain. Hal ini disebabkan oleh adanya persaingan (competition) dalam memperebutkan objek yang sama. Persaingan terjadi apabila objek tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi keduanya. Objek yang diperebutkan antara lain air, hara, dan cahaya. Persaingan juga dapat terjadi akibat pengeluaran senyawa beracun (allelopathy) oleh tanaman atau gulma tertentu. Persaingan antara gulma dengan tanaman disebut persaingan inter spesifik (inter specific competition) karena terjadi antara spesies yang berbeda, sedangkan persaingan antara gulma sejenis disebut persaingan intra spesifik (intra specific competition). Kemampuan tanaman bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas tanaman yang ditanam, serta tingkat kesuburan tanah. Unsur-unsur yang diperebutkan diantaranya adalah air, hara, dan cahaya tumbuhan juga dapat bersaing dengan tumbuhan lain dengan cara interaksi biokimia, yaitu dengan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya Teknik Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate dilakukan dengan mengkombinasikan antara pengendalian gulma kimiawi dan manual. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan di sebagian besar areal kebun. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan pertimbangan keefektifan dan keefisienannya. Pengendalian gulma secara manual dilakukan pada tanaman TBM dan untuk gulma-gulma tertentu yang sulit dikendalikan secara kimia. Pengendalian gulma secara manual juga dilakukan di Gunung Kemasan Estate pada kondisi tertentu seperti hujan dan banjir. Pengendalian gulma secara manual dilakukan di piringan dan pasar rintis. Pengendalian gulma secara manual di piringan disebut piringan manual dan

54 44 pengendalian gulma secara manual di pasar rintis disebut tebas. Pengendalian gulma secara manual memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak daripada cara kimia. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan di gawangan, piringan, pasar rintis, kaki lima blok, kaki lima parit dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Teknik pengendalian gulma yang tepat dapat mengurangi kondisi gulma dari berat ke sedang, sedang ke ringan dan mempertahankan kondisi gulma yang ringan. Kondisi gulma yang tidak berubah setelah kegiatan pengendalian gulma menunjukkan adanya kesalahan dalam salah satu sub sistem pengendalian gulma yang dilakukan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Gulma Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate dan perkebunan pada umumnya adalah jenis gulma dan kondisi gulma, alat dan bahan, faktor lingkungan dan sumberdaya manusia. Faktor-faktor tersebut menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan dan teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan di Gunung Kemasan Estate dan perkebunan lain pada umumnya. Jenis gulma dan kondisi gulma. Jenis gulma berkaitan dengan tingkat ketahanan gulma terhadap herbisida tertentu dan tingkat rejuvenasi setelah gulma dikendalikan. Gulma yang berasal dari famili Graminae dapat dengan mudah dikendalikan dengan herbisida glifosat dengan rotasi setiap 3 bulan. Jenis gulma yang mempunyai batang lunak seperti Ageratum conyzoidez dan Chromolaena odorata dapat dikendalikan dengan mudah menggunakan herbisida Gramoxone. Gulma yang sukar dikendalikan dengan cara kimia adalah gulma berkayu, tuba root dan terongan. Gulma berkayu biasanya mempunyai perakaran yang dalam, habitusnya tinggi dan permukaan daunnya keras atau ditutupi olah lapisan lilin. Oleh karena itu penyemprotan pada daun sukar dilakukan dan penyemprotan pada batang tidak akan memberikan pengaruh pada gulma tersebut. Teknik pengendalian gulma berkayu yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah dengan cara oles, yaitu memasukkan herbisida ke dalam batang gulma berkayu. Batang gulma yang akan dioles mula-mula dilukai kemudian diolesi

55 45 menggunakan triklopir pada luka tersebut. Pengendalian ini efektif pada semua jenis gulma berkayu dan berhabitus tinggi. Kondisi gulma pada suatu kebun berbeda-beda. Kondisi gulma pada arealareal tertentu lebih berat daripada areal lain. Gulma dengan kondisi yang lebih berat, misalnya pada areal yang berbatasan langsung dengan hutan, memerlukan teknik pengendalian yang berbeda dengan areal lain yang lebih ringan. Teknik pengendalian gulma pada areal yang berat atau sangat berat di Gunung Kemasan Estate adalah dengan mengkombinasikan pengendalian gulma secara manual dan kimia. Pengendalian gulma secara manual dilakukan terlebih dahulu untuk memotong gulma berkayu dan melakukan kegiatan oles. Selain mengendalikan gulma berkayu, pengendalian gulma secara manual ini juga berfungsi sebagai pembuka jalan bagi pekerjaan selanjutnya. Pengendalian gulma tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyemprotan menggunakan herbisida Gramoxone. Dengan demikian efektivitas penyemprotan herbisida dapat ditingkatkan. Alat dan bahan. Penggunaan alat dan bahan yang tepat akan menjamin efektivitas dan efisiensi pengendalian gulma. Jenis gulma, tempat, cara dan waktu pengendalian gulma memerlukan alat dan bahan yang tepat. Untuk mengendalikan gulma rumput dan gulma berdaun lebar diperlukan bahan yang berbeda. Pengendalian gulma dengan cara manual dan kimia memerlukan alat dan bahan yang berbeda. Demikian juga untuk mengendalikan gulma di daerah piringan dan gawangan diperlukan pestisida dan alat yang berbeda. Untuk mengendalikan gulma pada piringan di Gunung Kemasan Estate digunakan campuran glifosat dan fluroxypyr dengan alat semprot Micro Herbi Sprayer atau CDA. Untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan berbatang lunak pada gawangan di Gunung Kemasan Estate digunakan campuran Gramoxone dan metil metsulfuron dengan alat semprot spayer gendong jenis Inter Pump. Sedangkan untuk mengendalikan gulma berkayu digunakan triklopir yang dilarutkan dalam solar dengan alat botol air mineral dan kain yang dililitkan pada potongan ranting serta parang. Penentuan dosis dan konsentrasi herbisida diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas herbisida. Dosis berkaitan dengan efektivitas

56 46 pengendalian gulma. Pengendalian gulma dengan dosis bahan yang terlalu sedikit mengakibatkan resistensi gulma sehingga pertumbuhannya tidak terkendali. Hal itu akan mengganggu kegiatan pemeliharaan lain dan pemanenan. Pada pengendalian rotasi berikutnya, kondisi gulma menjadi berat sehingga diperlukan dosis yang lebih besar untuk mengendalikannya. Pengendalian gulma dengan dosis yang terlalu besar akan membahayakan lingkungan dan menyebabkan pemborosan anggaran perusahaan. Konsentrasi bahan berhubungan dengan volume larutan yang diaplikasikan. Pada dosis yang sama suatu larutan herbisida dapat diberikan dalam jumlah yang berbeda. Aplikasi dalam jumlah yang banyak menjamin semua bagian tanaman terkena larutan, sedangkan aplikasi dalam jumlah sedikit menjamin retensi (daya penetrasi) herbisida yang lebih baik. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pengendalian gulma meliputi iklim, cuaca dan topografi. Tipe iklim di Gunung Kemasan Estate menurut Schmidth and Fergusson adalah B atau basah. Curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi pengendalian gulma, khususnya pengendalian gulma secara kimia. Penyemprotan herbisida saat musim hujan harus memperhatikan cuaca pada hari itu. Jika sampai pukul diperkirakan hari itu tidak turun hujan, maka kegiatan penyemprotan akan dilaksanakan. Hal ini dilakukan di Gunung Kemasan Estate dengan menyediakan parang untuk setiap pekerja sehingga jika suatu saat hujan turun pekerja dapat dialihkan untuk mengendalikan gulma secara manual. Penyemprotan dinyatakan efektif jika hujan tidak turun sampai satu jam setelah penyemprotan. Jika hujan turun sebelum satu jam terlewati maka penyemprotan harus diulang. Hujan yang turun setelah penyemprotan menyebabkan herbisida yang disemprotkan tercuci. Hal ini menyebabkan efektivitas herbisida sangat menurun dan gulma sasaran penyemprotan tidak mati. Adapun setelah satu jam dari penyemprotan, herbisida yang diaplikasikan telah berefek nyata pada gulma. Sumberdaya manusia. Faktor tenaga kerja merupakan faktor utama dalam kegiatan pengendalian gulma. Jenis kelamin, usia dan jumlah tenaga kerja dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengendalian gulma. Jumlah tenaga

57 47 kerja yang tersedia menjamin pengendalian gulma yang dikerjakan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Kegiatan penyemprotan di Gunung Kemasan Estate dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Hal ini disesuaikan dengan ketersediaan tenaga kerja dan sifat perempuan yang lebih teliti dan sabar dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki, dengan demikian perusahaan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia yang ada. Organisasi Penyemprotan Pembentukan organisasi penyemprotan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyemprotan yang dilakukan. Selain itu, pengawasan terhadap proses dan hasil kerja lebih mudah dilakukan. Organisasi penyemprotan di Gunung Kemasan Estate dibagi menjadi dua tim berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan. Tim yang bertugas mengendalikan gulma di gawangan disebut tim semprot gawangan. Tim yang bertugas mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis dan TPH disebut tim semprot piringan pasar rintis. Sistem penyemprotan yang digunakan di Gunung Kemasan Estate adalah Block Spraying System (BSS). BSS adalah sistem penyemprotan yang terkonsentrasi, yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pengendalian yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan prestasi yang lebih tinggi. Pada sistem BSS ini, kegiatan pengendalian gulma lebih terpola sehingga memudahkan supervisi dan pengecekan. Penerapan BSS secara teknis di suatu kebun dapat berbeda dengan kebun lainnya tergantung dari sumberdaya yang ada dan kondisi kebun. Secara teknis, BSS dilakukan dengan membagi tenaga kerja semprot menjadi beberapa tim. Sebagian tim merupakan tim semprot gawangan dan sebagian yang lain merupakan tim semprot piringan pasar rintis. Bahan yang akan digunakan untuk menyemprot harus dicampur di gudang sentral. Jenis bahan yang digunakan harus sesuai dengan jenis gulma yang dikendalikan. Dosis dan konsentrasi bahan yang digunakan harus tepat. Kalibrasi alat dilakukan secara periodik. Penyemprotan dilakukan secara selektif. Prestasi kerja yang ditargetkan

58 48 adalah 5 ha/hk untuk tim semprot piringan - pasar rintis dan 3 ha/hk untuk tim semprot gawangan. Setiap tim seprot menggunakan satu unit kendaraan semprot. Kendaraan semprot merupakan unit modifikasi dari truk atau trailer cargo. Kendaraan modifikasi tersebut dirancang untuk memuat karyawan semprot, kotak peralatan, air dan herbisida. Jenis modifikasinya antara lain adanya tempat sprayer, tempat bontot (bekal makanan), tempat alat kerja sekunder/alternatif, tempat spare part alat semprot dan kendaraan serta tempat air bersih. Penggunaan kendaraan semprot memiliki beberapa keuntungan. Tenaga supervisi dapat diperkecil karena tidak memerlukan tenaga pengambil air di lapangan. Kontrol terhadap peralatan semprot dan pencurian herbisida menjadi lebih ringan karena semua alat semprot diletakkan di unit semprot dan herbisida dicampur di gudang sentral. Sumber air yang berasal dari sumur menjamin kualitas pencampuran herbisida yang lebih baik. Selain itu, mobilitas kendaraan semprot yang tinggi dapat meningkatkan hasil penyemprotan. Tim semprot piringan pasar rintis terdiri atas 13 tenaga semprot, sedangkan tim semprot gawangan masing-masing tim terdiri atas 18 tenaga semprot. Di dalam masing-masing tim semprot terdapat seorang operator kendaraaan semprot dan seorang mandor. Tim ini bertanggung jawab terhadap pengedalian gulma seluruh kebun. Seluruh tenaga semprot adalah wanita. Pemilihan tenaga kerja ini disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang ada. Selain itu, karakteristik wanita yang pada umumnya lebih teliti dan telaten diperlukan dalam jenis pekerjaan ini. Gunung Kemasan Estate menerapkan kaidah 6 tepat dalam kegiatan BSS yaitu tepat alat, tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran, tepat jenis dan tepat aman. Kaidah tersebut mutlak diperlukan pada aplikasi herbisida. Ketepatan tersebut sangat diperhatikan di Gunung Kemasan Estate. Walaupun demikian, di lapangan masih ada pekerjaan yang tidak memenuhi kaidah tersebut. Untuk itu dilakukan kegiatan supervisi intensif yang dilakukan oleh mandor semprot, mandor satu, asisten, dan manager. Tindakan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan berupa teguran dan peringatan.

59 49 Pengendalian Gulma di Piringan, Pasar Rintis, dan TPH Piringan adalah tempat penebaran pupuk (selain juga di gawangan) dan jatuhnya tandan buah serta brondolan yang dipanen. Piringan yang bersih memudahkan pemanen untuk menemukan tanaman yang akan dipanen dengan cara melihat jumlah brondolan yang jatuh secara alami. Oleh karena itu kebersihan piringan sangat penting dalam pekerjaan pemupukan dan pemanenan. Pengendalian gulma piringan yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah clean weeding dengan radius 1.5 m dari tanaman pada TBM dan 2 m dari tanaman pada TM. Kondisi piringan yang tidak terawat akan menyebabkan menurunnya prestasi pemanen dan meningkatnya kehilangan hasil. Pasar rintis dipakai untuk jalan panen, lansir pupuk, pemberantasan hama dan penyakit, sebagai jalan kontrol, serta menjalankan aktivitas operasional lainnya. Kebersihan pasar rintis akan mempermudah pekerjaan panen, perawatan, dan pengontrolan. Pengendalian gulma pasar rintis yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah clean weeding dengan lebar 1.2 m untuk memudahkan mobilitas pekerja dan tenaga supervisi. TPH merupakan tempat pengumpulah hasil panen sebelum diangkut ke pabrik pengolahan kelapa sawit. Seluruh tandan dan brondolan yang berada di TPH harus dimasukkan ke dalam truk pengangkut oleh tenaga pemuat. TPH harus dalam kondisi bebas gulma untuk mempermudah tenaga pemuat dan memperkecil kehilangan hasil. Pengendalian gulma TPH yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah clean weeding dengan lebar 4 m x 7 m. Pengendalian gulma di pasar tengah dan jalan angkong termasuk dalam pengendalian gulma piringan, pasar rintis, dan TPH adalah. Pasar tengah dan jalan angkong merupakan jalan melintang yang menghubungkan dua pasar rintis. Pasar tengah terletak di tengah blok dan membagi sebuah blok menjadi dua sama luas. Jalan angkong terletak tidak teratur di dalam blok. Kedua jalan ini sama pentingnya dengan pasar rintis. Pengendalian gulma pasar tengah dan jalan angkong yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah clean weeding dengan lebar 1.2 m. Pengendalian gulma piringan, pasar rintis dan TPH di Gunung Kemasan Estate dilakukan dengan rotasi 3 kali dalam setahun. Pengendalian gulma tersebut

60 dilakukan secara kimia pada TM. Pada TBM, pengendalian gulma piringan, pasar rintis, dan TPH dilakukan 2 kali secara manual dan 2 kali secara kimia. 50 Pengendalian Gulma di Piringan secara Manual Pengendalian gulma di piringan secara manual di Gunung Kemasan Estate dilakukan dengan menggaruk piringan untuk membersihkan piringan dari anakan sawit, brondolan busuk, serasah dan gulma lain yang tidak mati saat disemprot. Pada TBM, piringan manual dilakukan 2 kali setahun. Pada TM, pekerjaan ini termasuk pekerjaan insidental, artinya hanya dilakukan pada saat-saat tertentu misalnya setelah panen raya atau setelah banjir. Besar kecilnya penggunaan HK pada pengendalian manual di piringan tergantung dari kondisi gulma dan topografi areal. Penggunaan tenaga kerja piringan manual tahun 2008 untuk setiap tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 7. Sanitasi tanaman termasuk bagian dalam pekerjaan piringan manual. Sanitasi tanaman bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen dan mengurangi risiko terjadinya serangan hama. Pekerjaan ini dilakukan dengan menghilangkan gulma yang menempel pada batang tanaman. Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja Piringan Manual Tahun 2008 Tahun HK/ha Tanam Januari Februari Maret April Mei Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008)

61 51 Pengendalian Gulma di Piringan, Pasar Rintis dan TPH secara Kimiawi Pada piringan dilakukan pengendalian gulma dengan radius 1.5 m pada TBM dan 2 m pada TM. Kondisi piringan harus bersih dari gulma. Pasar rintis disemprot dengan lebar sekitar 1.2 m. Kondisi di pasar rintis harus baik, yaitu tidak menghalangi perkerjaan, namun tidak harus bersih gulma. Lumut yang berada di pasar rintis tidak disemprot karena bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan gulma dan mencegah erosi. Kondisi pasar rintis yang gundul akan menyebabkan erosi. TPH disemprot dengan ukuran 4 m x 7 m. Kondisi TPH harus bersih dari gulma. Bahan-bahan yang digunakan pada pengendalian gulma piringan, pasar rintis, dan TPH kimiawi adalah campuran Round Up (bahan aktif isopropil amina glifosat) dengan Starane (bahan aktif fluroxypyr). Glifosat merupakan bahan aktif herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide), sistemik, dan non selektif yang ditranslokasikan ke seluruh tubuh tumbuhan dan bekerja menghambat proses metabolisme protein (Wikipedia, 2009). Fluroxypyr adalah bahan aktif herbisida pascatumbuh dan sistemik untuk gulma berdaun lebar. Dosis yang digunakan adalah 175 ml/ha Round Up dan 45 ml/ha Starane dengan konsentrasi masing masing bahan berkisar 1.6 % % dan 0.4 %. Konsentrasi dan dosis yang digunakan di Gunung Kemasan Estate lebih tinggi dari rekomendasi yang terdapat pada pedoman aplikasi, alat dan bahan yang dikeluarkan Departemen Riset pada penggunaan herbisida tunggal, yaitu 1 % untuk Round Up dan 0.2 % untuk Starane. Hal ini disebabkan tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH kimiawi juga bertanggung jawab untuk mengendalikan setiap alang-alang (Imperata cylindrica) yang berada pada blok yang disemprot. Kedua herbisida tersebut dicampur langsung dalam tangki unit semprot berukuran sekitar l. Pelarut yang digunakan adalah air bersih yang diambil dari sumber air di traksi sehari sebelum penyemprotan. Volume air yang akan digunakan ditentukan oleh mandor semprot dengan mempertimbangkan jumlah pekerja yang akan hadir, kondisi gulma dan areal yang akan disemprot, serta cuaca. Pencampuran larutan dilakukan oleh operator unit semprot di depan gudang sentral dengan disaksikan oleh penjaga gudang. Seluruh bahan yang sudah

62 52 diambil dari gudang harus dicampur dan pembungkus herbisida (jika ada) harus dibuang pada tempat yang telah disediakan, sehingga kecurangan-kecurangan yang terjadi saat pencampuran herbisida dapat dihindari. Pekerjaan semprot dilakukan dengan aplikator jenis CDA (Controlled Droplet Application), yaitu Micron Herbi modifikasi jenis punggung yang berukuran 10 l. Aplikator tersebut merupakan alat semprot elektrik yang menggunakan tenaga aki sebesar 6 atau 12 volt tergantung dari kebutuhan tegangan listrik dinamo penggeraknya. Alat ini menyemprotkan herbisida dengan volume semprot ULV (Ultra Low Volume) l/ha. Lebar semprotan adalah 1.2 m pada ketinggian cakram 20 cm dari tanah dan sudut yang terbentuk antara gagang semprot dan tanah adalah 30 o 40 o. Ketepatan alat dilakukan dengan penggunaan aplikator Micron Herbi sesuai dengan standar operasional dan keamanan yang ditentukan. Kerusakan yang terjadi pada Micron Herbi akan ditangani oleh mekanik yang merangkap sebagai operator kendaraan semprot. Masalah yang sering terjadi adalah tidak adanya cadangan Micron Herbi yang dapat langsung digunakan untuk mengganti aplikator lain yang sedang diperbaiki. Hal ini menyebabkan berkurangnya prestasi penyemprot karena penyemprot harus menunggu aplikatornya yang rusak selesai diperbaiki. Selain itu, beberapa nozel yang digunakan memiliki lubang yang lebih besar daripada nozel lain sehingga menyebabkan volume semprot lebih besar. Untuk itu harus dilakukan kalibrasi ulang untuk menentukan kecepatan jalan agar tidak terjadi pemborosan herbisida. Ketepatan waktu harus diupayakan sebisa mungkin. Penyemprotan Round Up akan efektif dilakukan pada pagi hari dengan keadaan cuaca cerah dan diperkirakan tidak turun hujan dalam waktu 6 jam setelah penyemprotan (Wudianto, 1992). Penyemprotan Starane akan efektif jika tidak terkena hujan dalam waktu 1 jam setelah penyemprotan (Dow AgroSciences, 2006). Hal ini sulit dilakukan di Gunung Kemasan Estate mengingat kondisi iklim dengan intensitas curah hujan yang tinggi sehingga penyemprotan sering dilakukan saat cuaca mendung atau setelah turun hujan. Dalam hal ini, kebijakan yang diambil adalah mengulang penyemprotan pada blok yang terkena hujan kurang dari satu jam setelah penyemprotan.

63 Ketepatan jenis dan ketepatan sasaran dilakukan di Gunung Kemasan Estate dengan tetap memperhatikan efektivitas dan efisiensi dari herbisida yang dipakai. Round Up dan Starane dipakai karena efektif dalam mengendalikan gulma dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan herbisida lain yang mempunyai bahan aktif sama. Sasaran dari campuran herbisida tersebut adalah semua gulma yang tumbuh di piringan, pasar rintis, TPH, pasar tengah dan jalan angkong Upaya yang dilakukan oleh Gunung Kemasan Estate untuk mendukung terjaminnya keamanan dan keselamatan karyawan adalah dengan memberikan pakaian semprot, masker, kaca mata, sepatu boot, tempat air bersih dalam kendaraan semprot, sabun untuk cuci tangan, dan susu. Kaca mata yang telah disediakan oleh kebun tidak dipakai oleh karyawan. Penggunaan kaca mata dirasakan oleh karyawan memperlambat pekerjaan dan berisiko tersandung tunggul-tunggul tanaman karena pandangan menjadi berembun dan terbatas. Penggunaan HK pada pekerjaan ini disajikan pada Tabel 8. Dari Tabel tersebut dapat dilihat penggunaan HK yang masih terlalu besar dari target yang ditentukan oleh kebun sebesar 0.22 HK/ha. Kondisi tersebut disebabkan areal yang miring, gulma yang terlalu lebat, dan alat sudah cukup lama. Selain itu, tim piringan pasar rintis juga mempunyai tugas tambahan untuk mengendalikan alangalang sehingga meningkatkan penggunaan HK. Pengecekan dan kalibrasi ulang alat diperlukan untuk mengurangi penggunaan HK yang berlebihan. Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja Piringan Kimiawi Tahun 2008 Tahun HK/ha Tanam Januari Februari Maret April Mei Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008) 53

64 54 Pengendalian Gulma di Gawangan Gawangan adalah areal yang terdapat di luar piringan tanaman dan pasar rintis. Areal ini harus dikendalikan dari gulma jahat yang menjadi penghambat tanaman tanaman, tanaman inang hama, serta menciptakan kondisi yang tidak terlalu lembab sehingga penyerbukan tandan dapat lebih lancar dan penyakit tidak berkembang. Disamping itu juga memberi peluang cahaya matahari masuk ke permukaan tanah (Lubis, 1992). Tujuan dari pengendalian gulma di gawangan adalah untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, serta menekan pertumbuhan dan penyebaran hama dan penyakit. Pengendalian gulma di gawangan tidak perlu terlalu bersih atau gundul. Rumput lunak dan tanaman yang menguntungkan (beneficial plant) seperti Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp., dan Turnera subulata tidak menjadi sasaran pengendalian gulma gawangan. Selain itu, tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) dapat mendorong terjadinya kelembaban tanah yang rendah dan erosi yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Pahan, 2006). Pengendalian gulma di gawangan di Gunung Batu Estate dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma pada TBM dilakukan dua kali per tahun secara manual dan dua kali per tahun secara kimia. Pada TM, pengendalian gulma dilakukan tiga kali per tahun secara kimia. Pengendalian gulma di gawangan secara manual pada TM dilakukan insidental. Pengendalian Gulma di Gawangan secara Manual Pengendalian gulma di gawangan secara manual yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate terdiri dari bongkar tumbuhan pengganggu (BTP) dan tebas rendahan. Peralatan yang digunakan adalah cados, parang, dan batu asah. Kegiatan ini difokuskan di areal TBM dan palung. Pada TM, pengendalian gulma gawangan manual hanya dilakukan selektif pada tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh pengendalian gulma secara kimia atau saat hari hujan. Kegiatan BTP dilakukan dengan membongkar semua gulma berkayu sampai ke akarnya menggunakan cados. Cados adalah sejenis cangkul yang berukuran

65 55 lebih kecil dengan lebar mata cados 14 cm. Ukuran mata cados yang kecil memungkinkan untuk membongkar gulma berkayu yang mempunyai perakaran dangkal dengan lebih efektif dan efisien. Tanah yang terganggu akibat pembongkaran dengan cados akan lebih sempit sehingga dapat menekan efek negatif yang mungkin timbul akibat pembongkaran. Selain itu, bobotnya yang lebih ringan akan mempermudah dan mempercepat pekerjaaan sehingga prestasi pekerja dapat bertambah. Gulma sasaran BTP adalah gulma-gulma berkayu seperti Eupatorium odoratum, Melastoma malabathricum, Lantana camara, Clidemia hirta, kentosan (anakan sawit), dan sebagainya. Gulma-gulma tersebut relatif tahan terhadap pengendalian gulma secara kimia. Dalam kegiatan BTP, tidak dibenarkan menggunakan parang babat (slashing). Kegiatan pengendalian gulma secara manual yang lain di gawangan yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate adalah tebas (slashing). Tebas dilakukan dengan memotong gulma menggunakan parang setinggi sekitar 10 cm dari tanah. Tebas dilakukan untuk membuka jalur bagi pekerjaan lain atau sebagai kegiatan pengganti kegiatan semprot saat hari hujan. Penggunaan HK untuk gawangan manual di Gunung Kemasan Estate terbatas karena tidak ada tim khusus untuk hal itu. Pekerjaan ini dilakukan oleh tim oles anak kayu dan tim pengendalian gulma kimiawi di piringan serta gawangan pada kondisi tertentu. Hal ini disebabkan tidak ada tanaman baru dan gulma berkayu yang ada sudah cukup efektif dikendalikan dengan cara oles. Pada kondisi areal yang ringan, target penggunaan HK di Gunung Kemasan Estate adalah 1 HK/ha. Pada areal dengan kondisi sedang dan berat penggunaan HK akan lebih besar dari 1 HK/ha tergantung kondisi areal dan gulmanya. Untuk pengendalian gulma gawangan secara manual yang dilakukan oleh tim semprot sebagai pengganti kegiatan semprot pada saat hari hujan tidak ditentukan target penggunaan HK. Penggunaan HK untuk gawangan manual dapat dilihat pada Tabel 9. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan HK untuk mengendalikan gulma di gawangan secara manual sangat bervariasi dari 1 HK/ha sampai 11 HK/ha.

66 56 Tabel 9. Jumlah Tenaga Kerja Gawangan Manual Tahun Tahun HK/ha Tanam Januari Februari Maret April Mei Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008) Pengendalian Gulma di Gawangan secara Kimiawi Pengendalian gulma gawangan secara kimia yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate terdiri dari kegiatan semprot gawangan dan kegiatan oles anak kayu. Kegiatan semprot gawangan dilakukan dengan rotasi tiga kali per tahun sedangkan kegiatan oles anak kayu dilakukan selektif pada areal yang masih terdapat anak kayu dengan diameter lebih dari 5 cm. Kombinasi dua teknik pengendalian gulma tersebu dapat mempertahankan gulma di gawangan selalu dalam kondisi ringan. Penyemprotan gawangan. Kegiatan penyemprotan gawangan dilakukan dengan campuran herbisida Gramoxone (bahan aktif paraquat) dan Ally 20 WDG (bahan aktif metil metsulfuron). Kedua herbisida tersebut telah terdaftar penggunaannya di Departemen Pertanian sebagai herbisida yang dapat digunakan di perkebunan kelapa sawit berdasarkan keputusan Menteri Pertanian nomor 222 tahun 2004 (Saragih, 2004). Berdasarkan keputusan Menteri tersebut, Ally merupakan satu-satunya herbisida berbahan aktif metil metsulfuron yang diizinkan untuk digunakan di perkebunan kelapa sawit. Gramoxone adalah herbisida purna tumbuh, kontak dan non selektif. Berdasarkan bentuk molekulnya, Gramoxone termasuk ke dalam herbisida

67 57 golongan bipyridillium (Sukman, 2002). Larutan Gramoxone yang disemprotkan akan meresap cepat di bagian hijau tanaman. Paraquat akan bereaksi apabila terkena sinar matahari dan berubah menjadi senyawa radikal bebas. Senyawa ini mengeluarkan oksigen yang akan aktif. Oksigen aktif inilah yang bereaksi dengan sel hijau tanaman sehingga tidak dapat mengikat air. Tanaman kemudian akan layu dan mati. Senyawa radikal bebas akan berubah kembali menjadi paraquat dan bereaksi berulang-ulang selama masih ada klorofil. Bila klorofil tanaman habis, maka paraquat akan terurai oleh sinar matahari menjadi Methyl Quatenery Isotonic Acid (QINA) yang kemudian terurai menjadi Methyl Amine dan karbon dioksida. Senyawa ini tidak beracun dan tidak terakumulasi. Methyl Amine adalah senyawa yang biasa terdapat pada tanaman (Zeneca, tt). Ally adalah herbisida purna tumbuh, sistemik, dan selektif. Penggunaannya dapat mengendalikan pertumbuhan beberapa gulma berkayu, gulma berdaun lebar, dan rumput setahun. Berdasarkan bentuk molekul bahan aktifnya, Ally termasuk herbisida golongan triazine dan bekerja sebagai growth regulator. Metil metsulfuron yang masuk ke dalam tanaman melalui akar dan daun kemudian ditranslokasikan dengan cepat di dalam tanaman. Metil metsulfuron bekerja menghambat pembelahan sel di akar dan pucuk sehingga tanaman akan berhenti tumbuh. Secara biologi penggunaan herbisida ini dalam kadar rendah sudah berpengaruh terhadap pertumbuhan gulma (Departemen Pertanian Amerika, 2003). Penggunaan herbisida yang bersifat kontak dan sistemik pada pengendalian gulma gawangan kimawi di Gunung Kemasan Estate bertujuan untuk mempertahankan gawangan selalu dalam kondisi ringan sampai rotasi berikutnya. Gramoxone dan Ally dilarutkan dalam satu tangki unit semprot berkapasitas sekitar l yang ditarik oleh wheel tractor. Pelarut yang digunakan adalah air bersih yang diambil dari sumber air di traksi sehari sebelum kegiatan penyamprotan. Pencampuran larutan dilakukan oleh operator unit semprot di depan gudang sentral dengan disaksikan oleh penjaga gudang. Konsentrasi larutan yang digunakan di Gunung Kemasan Estate adalah 0.2 % Gramoxone dan 0.02 % Ally 20 WDG. Aplikator yang digunakan adalah knapsack sprayer Inter 16 Green. Inter 16 Green mempunyai berat bersih 3.15 kg, kapasitas tangki 16 l, tipe pompa

68 58 piston dan menggunakan pengatur tekanan CFValve (Constant Flow Valve). Nozel yang digunakan adalah yellow cone nozzel yang berbentuk kerucut. Nozel tersebut mempunyai volume semprot 130 l/ha dan termasuk very low volume (VLV). Pada aplikasi dengan VLV, efektivitas herbisida Ally 20 WDG dapat ditingkatkan karena herbisida sistemik bekerja lebih baik pada volume semprot yang rendah. Ketepatan alat yang diupayakan di Gunung Kemasan Estate adalah dengan menggunakan aplikator Inter 16 Green sesuai dengan petunjuk penggunaan dan keamanannya. Aplikator cadangan terdapat satu buah dan suku cadang yang lengkap disediakan untuk mengantisipasi kerusakan pada aplikator yang sedang digunakan. Aplikator yang rusak akan diperbaiki oleh mandor semprot atau operator kendaraan semprot yang merangkap sebagai teknisi, sementara itu pekerja akan menggunakan aplikator cadangan sampai aplikator yang rusak selesai diperbaiki. Dengan demikian pekerjaan dilapangan tidak akan terhambat karena kemacetan atau kerusakan aplikator. Dosis yang digunakan adalah 0.2 l/ha Gramoxone dan 0.02 l/ha Ally 20 WDG. Pada areal dengan kondisi gulma berat atau sangat berat dosis dapat ditingkatkan sampai 0.4 l/ha Gramoxone dan 0.04 l/ha Ally 20 WDG. Ketepatan dosis ini sangat penting karena berkaitan langsung dengan biaya. Dosis yang berlebihan akan menyebabkan pembengkakan biaya pemeliharaan karena harga herbisida pada umumnya tidak murah. Dosis aktual terkadang menjadi lebih besar pada areal yang berbukit atau berpalung. Hal ini disebabkan kecepatan jalan pekerja pada areal tersebut menjadi lebih lambat sehingga somprot bertambah. Pada areal ini diperlukan pengontrolan yang lebih ketat oleh mandor semprot untuk memastikan hanya gulma sasaran yang disemprot. Herbisida paraquat sangat reaktif pada tanaman, maka tepat waktu untuk pengendalian gulma di gawangan tidak seketat pengendalian gulma pada piringan. Pengaruh Gramoxone sudah terlihat 1-2 jam setelah penyemprotan (Zeneca, tt). Untuk memaksimalkan hasil penyemprotan di Gunung Kemasan Estate, penyemprotan akan diulang pada areal yang terkena hujan 1 jam atau kurang setelah penyemprotan. Tepat waktu ini dilakukan dengan baik di Gunung Kemasan Estate.

69 59 Penggunaan HK untuk kegiatan semprot gawangan masih terlalu besar dari taget kebun sebesar 0.8 HK/ha. Hal ini disebabkan adanya pembagian tenaga kerja semprot gawangan menjadi dua tim dengan pembagian areal semprot yang tidak merata antara tim yang satu dengan yang lain. Masing-masing tim semprot gawangan berjumlah 18 karyawan. Tim semprot pertama bertanggung jawab untuk mengendalikan gulma di divisi satu dan dua dengan luas total ha. Tim semprot gawangan kedua bertanggung jawab mengendalikan gulma hanya di divisi tiga dengan luas ha. Dengan demikian, penggunaan HK di divisi tiga akan meningkat sampai 1.2 HK/ha sedangkan di divisi satu dan dua dengan prestasi standar 1.25 ha/hk. Luas maksimum yang dapat dikerjakan oleh karyawan hanya 22.5 ha/hari. Kondisi areal yang berbukit dan berpalung juga mempengaruhi jumlah HK yang diperlukan. Pada areal yang berbukit atau berpalung kecepatan jalan penyemprot akan berkurang sehingga prestasi tiap penyemprot akan berkurang. Prestasi penyemprot yang berkurang menyebabkan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja dan bahan yang digunakan pada kegiatan penyemprotan gawangan di Gunung Kemasan Estate disajikan pada Tabel 10. Pada Tabel 10 tersebut dapat dilihat penggunaan herbisida Gramoxone dan Ally 20 WDG. Realisasi penggunaan dosis herbisida baik Gramoxone maupun Ally lebih besar dari target sebesar 0.2 l/ha. Penggunaan dosis tersebut semakin besar pada tanaman yang semakin muda. Kanopi pada tanaman tua sudah berkembang dan menutupi tanah dengan sempurna sehingga hanya sedikit cahaya matahari yang dapat masuk. Hanya gulma-gulma yang tahan terhadap naungan yang dapat berkembang. Jumlah gulma yang sedikit menyebabkan prestasi karyawan meningkat dan kebutuhan HK menjadi berkurang. Pada tanaman muda, penutupan oleh gulma lebih besar karena penutupan tajuk kelapa sawit belum sempurna sehingga banyak cahaya matahari yang masuk. Kondisi areal yang terbuka tersebut menyebabkan meningkatnya populasi gulma yang tumbuh sehingga kebutuhan HK untuk mengendalikannya menjadi meningkat.

70 60 Tabel 10. Output Tenaga Kerja dan Bahan yang Digunakan pada Semprot Gawangan Tahun 2008 Tahun HK/ha Bahan/ha Tanam Januari Februari Maret April Mei Gramoxone Ally 20 WDG Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008) Oles anak kayu. Pekerjaan oles anak kayu dilakukan dengan herbisida Garlon (bahan aktif triklopir) yang dilarutkan dalam solar. Konsentrasi yang digunakan adalah 5 %. Dosis standar tidak ditetapkan untuk garlon karena sebaran gulma berkayu yang tidak merata. Alat yang digunakan adalah parang dan tongkat sepanjang sekitar 30 cm yang terbuat dari ranting kayu atau bambu yang di salah satu ujungnya dililit dengan kain. Gulma yang akan dikendalikan dipotong dengan parang sekitar 10 cm dari tanah lalu diolesi dengan tongkat yang telah dicelupkan ke larutan herbisida. Penggunaan solar sebagai bahan pelarut dimaksudkan untuk menambah daya penetrasi herbisida. Pencampuran herbisida dan solar harus dilakukan di gudang sentral dan disaksikan oleh penjaga gudang untuk mencegah pencurian bahan pada saat pengaplikasian. Larutan herbisida kemudian dibagi kepada setiap karyawan oles di lapangan. Penggunaan HK untuk kegiatan oles anak kayu di Gunung Kemasan Estate sangat bervariasi tergantung dari kondisi gulma berkayu pada areal yang dikerjakan. Blok terluar yang langsung berbatasan dengan hutan biasanya masih terdapat banyak gulma berkayu yang perlu dikendalikan dengan cara oles. Tidak ada standar output untuk kegiatan ini. Berdasarkan Tabel 11, penggunaan HK

71 61 terendah untuk kegiatan oles anak kayu adalah 0.27 HK/ha dan tertinggi adalah 5.50 HK/ha. Dosis Garlon untuk kegiatan oles anak kayu adalah rata-rata l/ha. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat dosis Garlon terendah yang digunakan adalah l/ha dan dosis Garlon tertinggi yang digunakan adalah l/ha. Tabel 11. Output Tenaga Kerja dan Bahan yang Digunakan pada Pekerjaan Oles Anak Kayu Tahun 2008 Tahun HK/ha Bahan/ha Tanam Januari Februari Maret April Mei Garlon Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008) Kondisi Gulma Saat Pemupukan Kondisi gulma pada areal yang dipupuk sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemupukan yang dilakukan. Hal ini disebabkan adanya kompetisi antara gulma dengan tanaman tanaman dalam penyerapan unsur hara dalam pupuk. Kondisi gulma di gawangan dapat mempengaruhi mobilitas pemupuk sehingga kecepatan dan prestasi pemupuk juga akan terganggu. Kondisi piringan yang ideal pada saat pemupukan adalah bersih gulma. Kondisi gulma di gawangan yang ideal pada saat pemupukan adalah ringan. Kondisi tersebut sangat sulit diterapkan di lapangan karena berbagai hal. Diantaranya adalah karena persediaan pupuk di tingkat distributor yang tidak memenuhi kebutuhan kebun. Kondisi banjir pada blok tertentu juga menyebabkan pemupukan pada blok tersebut harus ditunda dan dilewati. Rotasi pengendalian gulma yang terlalu lambat juga akan mengganggu pemupukan.

72 Berdasarkan pengamatan pada saat pemupukan, sebagian areal yang dipupuk belum bersih dari gulma pada piringannya. Hal ini disebabkan adanya keterlambatan pemupupukan akibat kelangkaan pasokan pupuk di pasaran. Kelangkaan pupuk terjadi di pasaran untuk aplikasi pupuk semester pertama tahun 2008 sedangkan aplikasi untuk semester kedua harus segera dipersiapkan. Aplikasi pupuk Urea dan MOP untuk semester pertama dilakukan pada bulan Februari sampai Mei, sedangkan aplikasi untuk semester kedua harus sudah selesai pada bulan Oktober. Selang waktu antara aplikasi pupuk semester pertama dan kedua, khususnya pupuk Urea dan MOP, adalah 3-4 bulan. Kelangkaan pasokan pupuk tersebut menyebabkan kegiatan pemupukan tidak bisa mengikuti kegiatan pengendalian gulma yang seharusnya dilakukan sebelum pemupukan dimulai. Kelangkaan pupuk tersebut mengharuskan pihak kebun untuk mendahulukan areal yang belum terpupuk untuk semester satu walaupun kegiatan pengendalian gulma belum dilakukan pada areal tersebut. Berdasarkan lama bekerjanya, tingkat pengetahuan karyawan pengendalian gulma dan pemupukan di Gunung Kemasan Estate tergolong baik. Dilihat dari lama bekerja, tingkat pengetahuan karyawan semakin baik pada karyawan yang sudah bekerja lebih lama daripada karyawan lain. Karyawan yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan karyawan lain. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Hubungan Pengendalian Gulma dan Pemupukan Berdasarkan Lama Bekerjanya. Sampel Lama Bekerja (Tahun) Skor Tingkat Pengetahuan baik baik sangat baik baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik baik cukup cukup sangat baik cukup 62

73 cukup baik sangat baik cukup baik baik sangat baik cukup baik baik baik baik sangat baik sangat baik baik baik sangat baik sangat baik baik baik baik cukup cukup cukup cukup baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik baik Rata-rata baik

74 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola perkebunan kelapa sawit. Kegiatan magang juga meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa dalam menghayati proses kerja secara nyata. Pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate terdiri atas empat jenis pekerjaan yaitu pengendalian gulma di piringan, pasar rintis dan TPH kimiawi, pengendalian gulma di gawangan kimiawi, pengendalian gulma di piringan manual dan pengendalian gulma di gawangan manual. Pengendalian gulma dilakukan secara intensif dengan rotasi empat kali setahun di TBM dan tiga kali setahun pada TM. Dalam pelaksanaannya keberhasilan pengendalian gulma dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu iklim, kondisi lapangan, alat dan bahan, serta sumber daya manusia. Keberhasilan pengendalian gulma secara kimia sangat dipengaruhi oleh tenaga terampil dan tim kerja yang berpengalaman serta alat semprot dan bahan yang tepat. Pembentukan unit semprot meningkatkan efisiensi kerja, pengorganisasian lebih mudah dilakukan, serta menghemat tenaga supervisi. Kondisi gulma di gawangan, piringan dan pasar rintis pada saat pemupukan di Gunung Kemasan Estate masih belum ideal. Hal ini disebabkan adanya kelangkaan pupuk di pasaran sehingga jadwal pemupukan tidak bisa dilakukan beriringan dengan jadwal pengendalian gulma. Saran Pembuatan petak percobaan untuk mengendalikan gulma yang belum mati dengan teknik, dosis dan konsentrasi biasa perlu dilakukan. Pedoman aplikasi, alat, dan bahan, unit semprot yang dikeluarkan oleh separtemen riset dapat dijadikan acuan. Pengadaan sarung tangan karet dan alat keamanan lain bagi seluruh pekerja pengendalian gulma kimia perlu dilakukan untuk memperkecil bahaya masuknya herbisida lewat kulit. Penggantian alat-alat semprot yang rusak dan kalibrasi berkala, khususnya untuk Micron Herbi perlu dilakukan.

75 DAFTAR PUSTAKA Awaluddin Pengaruh Teknik Konservasi Tanah dan Air terhadap Pertumbuhan Cadangan Air Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 96 hal. Chandra, A Revitalisasi Industri Kelapa Sawit Nasional. Diakses tanggal 19 Desember Dow AgroScience Starane TM Advance Herbicide. Dow AgroScience Ltd. Australia. Buana, L., D. Siahaan, dan S. Adiputra Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Fauzi, Y. et.al Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Depok. 166 hal. Guntoro, D, I.H. Utomo, P. Lontoh, dan S. Zaman Penuntun Praktikum Matakuliah Pengendalian Gulma (AGR 321) Tahun Akademik 2006/2007. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardjowigeno, S Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal. Hardjowigeno, S. dan widiatmaka Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 352 hal. Hartley, C.W.S The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Longman Group Limited. London. 704 p. Klingman. G.C Weed Science: Principle and Practice. John Willey & Sons, Inc. United States of America. Lubis, A.U Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) di Indonesia. Rainbow Offset. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Bandar Kuala. 435 hal. Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Moenandir, J Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Utama. Jakarta. 181 hal. Sastroutomo. S.S Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 216 hal. Pahan, I Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410 hal.

76 Perangin-angin, S.A Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saragih, B Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 222/Kpts/SR.140/4/2004 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Tetap Pestisida. Departemen Pertanian. Jakarta. Sukman, Y Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. 157 hal. Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J Wiroatmodjo (eds.) Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta. 210 hal. U.S. Departement of Agriculture Metsulfuron Methyl, Pesticide Fact Sheet. United States of America. Information Ventures, Inc. Wikipedia Glyphosate. Diakses tanggal 18 Agustus Wudianto, R Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. 201 hal. Zaman, F.F.S.B Manajemen Pengendalian Gulma pada Tanaman Belum Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) PT. Sentosa Mulia Bahagia, Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal. Zeneca. tt. Gramoxone, Menawarkan Manfaat Unik bagi Petani dan Pekebun. Zeneca Limited. 20 hal. 66

77 LAMPIRAN

78 Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh kebun Status sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) 15 Feb 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W15, W16, W ha 1.57 ha 0.52 ha 16 Feb 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W10, W ha 1.92 ha 0.70 ha 17 Feb 2008 Libur 18 Feb 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W8, W9, W ha 1.92 ha 1.22 ha 19 Feb 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W6, W7, W8, W9 2.5 ha 1.92 ha 0.70 ha 20 Feb 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W5, W6, W7 2.5 ha 1.92 ha 0.87 ha 21 Feb 2008 Buka jalur W14 1 ha 0.13 ha 0.13 ha 22 Feb 2008 Konsolidasi sisip W14 1 ha 0.17 ha 0.17 ha 23 Feb 2008 Konsolidasi sisip W13 1 ha 0.25 ha 0.25 ha 24 Feb 2008 Libur 25 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.15 ha 0.15 ha 26 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.15 ha 0.15 ha 27 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha 28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha 29 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.13 ha 1.30 ha 01 Mar 2008 Pengendalian gulma gawangan manual R16 1 ha 0.17 ha 0.17 ha 02 Mar 2008 Libur 03 Mar 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi U16, U17 5 ha 4.20 ha 3.82 ha 68 68

79 Tabel Lampiran 1. (lanjutan) 04 Mar 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi U14, U15, U16 5 ha 2.96 ha 2.07 ha 05 Mar 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi dan imas palung U15, U17 5 ha 3.42 ha 3.42 ha 06 Mar 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi U13, U14, U15, U16 5 ha 4.20 ha 0.84 ha 07 Mar 2008 Libur 08 Mar 2008 Pengendalian gulma gawangan manual dan oles anak kayu R15, R16 1 ha 0.17 ha 0.17 ha 09 Mar 2008 Libur 10 Mar 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi U10, U11 5 ha 3.06 ha 2.30 ha 11 Mar 2008 Oles anak kayu W19 1 ha 0.17 ha 0.17 ha 28 Mar 2008 Menguntil pupuk RP Balai karyawan Div.III 1.00 ton 1.00 ton 1.00 ton 29 Mar 2008 Menguntil pupuk RP Balai karyawan Div.III 1.00 ton 1.00 ton 1.00 ton 02 Apr 2008 Until pupuk MOP Balai karyawan Div. III 1.00 ton 1.00 ton 1.00 ton 03 Apr 2008 Until pupuk MOP Balai karyawan Div.III 1.00 ton 1.00 ton 1.00 ton 04 Apr 2008 Until pupuk MOP Balai karyawan Div.III 1.00 ton 1.00 ton 1.00 ton 05 Apr 2008 Pemupukan R0, R1, R2, R3 600 kg 690 kg kg 06 Apr 2008 Libur 07 Apr 2008 Pemupukan R4, R5, R6 600 kg 665 kg 665 kg 08 Apr 2008 Pemupukan R7, R8, R9 600 kg 710 kg kg 09 Apr 2008 Aplikasi JJK Q0, Q kg 5000 kg 10 Apr 2008 Aplikasi JJK Q1, Q kg kg 11 Apr 2008 Aplikasi JJK Q kg 4000 kg 12 Apr 2008 Panen (Membrondol) W8, W9, W10, W11, W kg 440 kg 440 kg 13 Apr 2008 Libur 69 69

80 Tabel Lampiran 1. (lanjutan) 14 Apr 2008 Kunjungan ke pembukaan lahan (LC) Blok JJ (Pantai Timur Estate) 15 Apr 2008 Pasang titi betina U2, U3 1 buah 0.25 buah 0.25 buah 16 Apr 2008 Rehab titi panen W9, W10 3 buah 1.50 buah 1.50 buah 300 kg 135 kg 17 Apr 2008 Panen (membrondol, mengangkong, (membrondol), (membrondol), W3, W4, W5, W6 dan merumpuk) 120 janjang 34 janjang (mengangkong) (mengangkong) 18 Apr 2008 Panen (membrondol, mengangkong) W6, W7, W8, W9 19 Apr 2008 Panen (membrondol, mengangkong) W11, W12, W kg (membrondol), 120 (mengangkong) 300 kg (membrondol), 120 janjang (mengangkong) 146 kg (membrondol), 146 janjang (mengangkong) 100 kg (membrondol), 100 janjang (mengangkong) 20 Apr 2008 Libur 21 Apr 2008 Panen (membrondol) W14, W15, W kg kg kg 300 kg 100 kg 22 Apr 2008 Panen (membrondol, mengangkong) V11, V12 (membrondol), (membrondol), 120 janjang 157 janjang (mengangkong) (mengangkong) 23 Apr 2008 Tanam sisip U18 30 pkk pkk pkk 24 Apr 2008 Tanam sisip T12 31 pkk pkk 8.00 pkk 70 70

81 Tabel Lampiran 1. (lanjutan) Status sebagai Pendamping Mandor 12 Mar 2008 Pendamping krani divisi Kantor Divisi III 13 Mar 2008 Pendamping krani divisi Kantor Divisi III 14 Mar 2008 Pendamping krani divisi Kantor Divisi III 15 Mar 2008 Pendamping krani divisi Kantor Divisi III 16 Mar 2008 Libur 17 Mar 2008 Pendamping krani divisi Kantor Divisi III 18 Mar 2008 Pendamping krani divisi Kantor Divisi III 19 Mar 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W9, W10 20 Mar 2008 Libur 21 Mar 2008 Libur 22 Mar 2008 Libur 23 Mar 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W8, W9 24 Mar 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W9 25 Mar 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W7, W8, W9 26 Mar 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W6, W7, W8 27 Mar 2008 Pengendalian gulma gawangan kimiawi W5, W6, W7 30 Mar 2008 Libur 31 Mar 2008 Pemupukan Q0, Q1, Q2, Q3 01 Apr 2008 Pemupukan Q4, Q5, Q6 25 Apr 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi R16, R17 26 Apr 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi R14, R15, R16 27 Apr 2008 Libur 28 Apr 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi S10, S11, S

82 Tabel Lampiran 1. (lanjutan) 29 Apr 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi S9, S10, S11 30 Apr 2008 Pengendalian gulma gawangan manual R15, R14, R13 01 Mei 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi R11, R12, R13 02 Mei 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi R8, R9, R10 03 Mei 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi S7, S8, S9 04 Mei 2008 Libur 05 Mei 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi S5, S6, S7 06 Mei 2008 Pengendalian gulma piringan kimiawi S2, S3, S4, S5 07 Mei 2008 Panen 08 Mei 2008 Panen V7, W1, W2, W3, W4, W5 09 Mei 2008 Panen V2, V3, V4, V5, V6, V7 10 Mei 2008 Panen U1, U2, V3, V4, V5, V6, V7 11 Mei 2008 Krani panen V7, W1, W2, W3, W4, W5 12 Mei 2008 Krani panen V2, V3, V4, V5, V6, V7 13 Mei 2008 Krani panen U1, U2, U3, U4, U5, U6, U7 14 Mei 2008 Krani panen U3, U4, U5, U6, U7, U8, U9 Status sebagai Pendamping Mandor I 15 Mei 2008 Mengecek Pengendalian gulma, panen, dan konsolidasi sisip V5, V6, V7 16 Mei 2008 Mengecek Pengendalian gulma, panen, dan konsolidasi sisip V4, V5, V6 17 Mei 2008 Mengecek Pengendalian gulma, panen, dan konsolidasi sisip V4, V5 18 Mei 2008 Libur 72 72

83 Tabel Lampiran 1. (lanjutan) 19 Mei 2008 Mengecek Pengendalian gulma, panen, W9, W10, W11, U1, U2, dan konsolidasi sisip U3, U4, U5, U6 20 Mei 2008 Mengecek Pengendalian gulma, panen, dan konsolidasi sisip W9, W11, W12, W13, W14, 21 Mei 2008 Mengecek langsir buah, pengendalian W10, V6, V7, W9, V5, V6, gulma kimiawi, penunasan borongan, V16, V17, V14 panen, cek ancak 22 Mei 2008 Mengecek pengendalian gulma, buka jalan angkong, dan panen. U7, W10, V6, V7 23 Mei 2008 Mengecek dan menggantikan mandor panen V10, V11, V12 24 Mei 2008 Mengecek panen, oles anak kayu, V1, V2, V3, U7, V9, V10, langsir buah, pasar tengah, dan ancak V11, W9 25 Mei 2008 Libur 26 Mei 2008 Mengecek panen, oles anak kayu, pasar tengah, dan ancak U6, U7, V6, W9 27 Mei 2008 Mengecek panen, oles anak kayu, pasar tengah, dan ancak W11, W12,W13, W9, U3 Status Sebagai Pendamping Asisten 28 Mei 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 29 Mei 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 30 Mei 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 31 Mei 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 01 Jun 2008 Libur 02 Jun 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 03 Jun 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 73 73

84 Tabel Lampiran 1. (lanjutan) 04 Jun 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 05 Jun 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 06 Jun 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 07 Jun 2008 Kontrol pekerjaan lapangan Divisi III 08 Jun 2008 Libur Status sebagai Mahasiswa 09 Jun 2008 Pengumpulan data Kantor besar dan divisi 10 Jun 2008 Pengumpulan data Kantor besar dan divisi 11 Jun 2008 Pengumpulan data Kantor besar dan divisi 12 Jun 2008 Pengumpulan data Kantor besar dan divisi 13 Jun 2008 Pengumpulan data Kantor besar dan divisi 14 Jun 2008 Pengumpulan data Kantor besar dan divisi 74 74

85 Tabel Lampiran 2. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Kemasan Estate Tahun Tahun Bulan CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Rata-rata Keterangan: HH = Hari Hujan (hari) CH = Curah Hujan (mm) Catatan: Klasifikasi iklim berdasarkan Schmidth-Fergusson A (sangat basah): Q 14.3%; B (basah): 14,3% Q 33,3%; C (agak basah): 33,3% Q 60% D (sedang): 60% Q 100%; E (agak kering): 100% Q 167%; F (kering): 167% Q 300%; G (sangat kering): 300% Q 700%; H (ekstrim kering): Q 700% Penentuan nilai Q: Rata rata BK Q 100 % 100 % 100 % 18,28 Rata rata BB % Dengan demikian tipe iklim di Gunung Kemasan Estate adalah B (basah) Keterangan: BK= Jumlah Bulan Kering (CH < 60 mm/bulan) BB = Jumlah Bulan Basah (CH > 100 mm/bulan) 75 75

86 Tabel Lampiran 3. Form Kuisioner untuk Tenaga Pengendalian Gulma 76

87 Tabel Lampiran 4. Form Kuisioner untuk Tenaga Pemupukan 77

88 Gambar Lampiran 1. Peta Kebun PT. Bersama Sejahtera Sakti 78

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Tanam Sisip

PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Tanam Sisip PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Pelaksanaan teknis lapangan sebagai PHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten dimulai pukul 05.30 WITA untuk mengikuti apel pagi. Pekerjaan di lapangan

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma HASIL DAN PEMBAHASAN Pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate terdiri atas lima jenis pekerjaan yaitu gawangan manual, piringan manual, gawangan kimiawi, piringan dan pasar rintis kimiawi dan oles anak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Tanam 2009/2010 No Uraian Kegiatan Norma 1 Persiapan Lahan pembersihan lahan 25 Hk pembukaan jaringan drainase 10 Hk 2 Menanam Menanam

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN RIO RAGIS MIRANDA A34104047 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari permintaan pasar internasionalyang terus meningkat dari tahun ke tahun. Nanas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis) termasuk dalam divisi Tracheophyta, Sub-divisi Pteropsida, Kelas Angiospermae, Sub-kelas Monocotyledoneae, Ordo Cocoideae,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

Jojon Soesatrijo. Abstrak

Jojon Soesatrijo. Abstrak STUDI PEMANFAATAN KAYU ULIN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN TITI PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus di PT. Buana Karya Bhakti Kalimantan Selatan) Jojon Soesatrijo Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah 12 KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Angsana Estate (ASE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh unit usaha PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI) dibawah naungan PT Minamas Plantation (sebelumnya

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

PENANAMAN KELAPA SAWIT

PENANAMAN KELAPA SAWIT PENANAMAN KELAPA SAWIT Pundu Learning Centre - 2013 Struktur Penulisan SOP Penanaman Kelapa Sawit Pundu Learning Centre - 2013 STRUKTURISASI SOP Penanaman KS Pedoman Teknis Strukturisasi Filosofi, Kebijakan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Sub sektor perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PERKIRAAN PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PEKERJAAN HK URIAN VOLUME 1. Lahan Bekas Hutan : Survey dan Blocking (Manual) 3 Peralatan, Bahan dll (PO) Babat - Imas (Manual) 1 o Excavator 6 JK 25, 1,5, 25 1,5,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung.

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Lembar Isian Kerja yang berjudul Manajemen Penyiapan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Kelapa sawit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian kelapa sawit juga dapat tumbuh di luar daerah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL LAMPIRAN 84 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL No Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (satuan/hk) Lokasi Penulis Karyawan Standart Pe mbimb ing Keterangan 1 14/ 02/ 2011 Tiba dilokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah iklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci