PENGARUH JENIS HIJAUAN PAKAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT FISIK WAFER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH JENIS HIJAUAN PAKAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT FISIK WAFER"

Transkripsi

1 PENGARUH JENIS HIJAUAN PAKAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT FISIK WAFER SKRIPSI SUHAIL BASYMELEH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN SUHAIL BASYMELEH. D Pengaruh Jenis Hijauan Pakan Dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Wafer. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc. Pembimbing Anggota : Ir. Lidy Herawati. M.S. Hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia. Pada musim hujan produksi hijauan melimpah dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak ruminansia, namun perlu strategi yang tepat untuk menyediakan pakan bagi ternak ruminansia pada musim kemarau atau paceklik karena ketersedian hijauan akan berkurang. Potensi limbah jagung untuk makanan ternak di Indonesia sangat besar, akan tetapi pemanfaatan limbah tanaman jagung belum maksimal, dikarenakan limbah-limbah tersebut cepat rusak setelah dipanen, bersifat bulky (voluminous), dan musiman. Limbah pertanian seperti jerami jagung dan klobot jagung yang dihasilkan dari tanaman jagung dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis hijaun pakan yang berbeda dan lama penyimpanan serta interaksinya terhadap sifat fisik wafer. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor dan 4 ulangan. Faktor A adalah hijauan penyusun wafer (rumput 100%, jerami jagung 100%, klobot jagung 100%, rumput 50% + jerami jagung 50%, rumput 50% + klobot jagung 50%, jerami jagung 50% + klobot jagung 50%) dan Faktor B adalah lama penyimpanan (0, 2, 4 minggu). Peubah yang diamati adalah kadar air, aktivitas air, dan kerapatan wafer. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), bila terdapat hasil yang signifikan akan diuji lanjut menggunakan Uji Jarak Duncan. Pengaruh jenis hijauan berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air, aktivitas air, dan kerapatan wafer penelitian. Pengaruh lama penyimpanan sangat nyata (P<0,01) meningkatkan kadar air, aktivitas air, dan menurunkan kerapatan wafer. Terdapat interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara jenis hijauan dan lama penyimpanan pada peubah kadar air, kerapatan, dan aktivitas air wafer. Berdasarkan pengamatan visual, lama penyimpanan sampai 4 minggu masih memperlihatkan kualitas fisik yang baik terhadap wafer. Kata-kata kunci : hijauan, penyimpanan, sifat fisik, wafer

3 ABSTRACT The Effect of Forage Variety and Storage Periods on Wafer Physical Characteristic S. Basymeleh, Y. Retnani, L. Herawati The aim of this experiment was to evaluate the effect of different forage wafer variety, storage periods and the interaction on wafer physical characteristics. The experiment used the factorial completely randomizes design with 2 factors and 4 replications. Factor A was forage variety composing wafer (100% grass, 100% maize straw, 100% maize stem, 50% grass + 50% maize straw, 50% grass + 50% maize stem, 50% maize straw + 50% maize stem). Factor B was storage periods (0, 2, and 4 weeks). The Variables were moisture content, water activity, and density of wafer. Data collected was analized with ANOVA and Duncan Range Test would be used if the result was significantly different. The forage variety was very significant (P<0.01) on moisture content, water activity, and density of wafer. The storage period was very significantly (P<0.01) increasing on moisture content, water activity and decreasing wafer density. There was very significant interaction (P>0.01) between forage variety and storage period on moisture content, water activity, and density of wafer. According to the visual observation, the storage period until 4 weeks showed good physical quality of wafer. Keywords : forage variety, physical characteristic, storage periods, wafer

4 PENGARUH JENIS HIJAUAN PAKAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT FISIK WAFER SUHAIL BASYMELEH D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 PENGARUH JENIS HIJAUAN PAKAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT FISIK WAFER Oleh : SUHAIL BASYMELEH D Skripsi ini telah disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 3 Desember 2008 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc. NIP Ir. Lidy Herawati, MS. NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr NIP

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Oktober 1986 di Pekalongan. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hasan Basymeleh dan Ibu Nur Sahil Sahaq. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SD Alirsyad Al-islamiyyah Pekalongan. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Al-irsyad Al-islamiyyah Pekalongan dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMA Negeri 2 Pekalongan. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) sebagai ketua ( ) dan Himpunan Keprofesian Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) sebagai Staf Departemen Optimalisasi Intern Ekstern Himasiter ( ) dan staff Kelompok Pecinta Alam Fakultas Peternakan (KEPAL-D) ( ), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga pernah melaksanakan kegiatan magang di penggemukan sapi Mixed Farming Blora pada tahun 2006 dan pernah terdaftar sebagai surveyor Peningkatan Layanan Distribusi LPG Pengganti Minyak Tanah Sektor Rumah Tangga yang dilakukan oleh DITJEN MIGAS pada tahun 2007.

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil alamin Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan nikmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi dengan judul Pengaruh Jenis Hijauan Pakan Dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Wafer ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai manfaat limbah tanaman jagung seperti klobot dan jerami jagung yang memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan amal shaleh. Amin. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang yang akan membalasnya. Bogor, Januari 2009 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... ii ABSTRACT... iii RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak Limbah Tanaman Jagung... 3 Klobot Jagung... 5 Jerami Jagung... 5 Rumput Lapang... 6 Molases sebagai Perekat... 7 Wafer... 8 Penyimpanan... 9 Kualitas Sifat Fisik... 9 Kadar Air Aktivitas Air Kerapatan METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Rancangan Percobaan Perlakuan Model Matematika Peubah Analisis Data Prosedur Pembuatan Wafer Pengukuran Sifat Fisik... 16

9 Kadar Air Aktivitas Air Kerapatan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wafer Sifat Fisik Wafer Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air Wafer Pengaruh interaksi antara jenis hijauan pakan dan lama penyimpanan terhadap kadar air wafer Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air Wafer Pengaruh interaksi antara jenis hijauan pakan dan lama penyimpanan terhadap aktivitas air wafer Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Kerapatan Wafer Pengaruh interaksi antara jenis hijauan pakan dan lama penyimpanan terhadap kerapatan wafer KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 33

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Produksi Tanaman Jagung Selama Lima Tahun Komposisi Zat Makanan Klobot Jagung (% Bahan Kering) Komposisi Zat Makanan Jerami Jagung Komposisi Zat Makanan Rumput Lapang (% Bahan Kering) Aktivitas air (Aw) untuk pertumbuhan jasad renik (%) Ambang Batas Aktivitas air (Aw) Beberapa Jenis Bakteri (%) Ambang Batas Aktivitas air (Aw) Beberapa Jenis Kapang(%) Tekstur dan Kepadatan Wafer Penelitian Warna dan Aroma Wafer Penelitian Rataan Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air Wafer Penelitian Nilai Rataan Kelembaban dan Suhu Lingkungan Selama Penyimpanan 4 Minggu Rataan Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air Wafer Penelitian Rataan Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Kerapatan Wafer Penelitian... 26

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Presentase Limbah Tanaman Jagung Tahapan Proses Pembuatan Wafer Wafer dengan Jenis Hijauan Berbeda... 19

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Sidik Ragam Kadar Air Hasil Sidik Ragam Aktivitas Air Hasil Sidik Ragam Kerapatan Gambar Mesin Wafer... 35

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia. Pada musim hujan produksi hijauan melimpah dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak ruminansia, namun perlu strategi yang tepat untuk menyediakan pakan hijauan bagi ternak ruminansia pada musim kemarau atau paceklik pada saat ketersediaan hijauan terbatas. Potensi limbah jagung untuk makanan ternak di Indonesia sangat besar. Berdasarkan data Statistik Pertanian tahun 2007 melaporkan bahwa produksi jagung di Indonesia sebesar juta ton pada luas areal panen ribu Ha dengan produktivitas 3.67 ton/ha. Potensi bahan kering jerami jagung sebesar 4.6 ton/ha/musim tanam (Badan Pusat Statistik, 2008). Potensi limbah jagung 50% batang, 20% daun, 20% tongkol, dan 10% klobot dihasilkan per tahun, akan tetapi pemanfaatan limbah tanaman jagung belum maksimal, dikarenakan limbah-limbah tersebut cepat rusak setelah dipanen, bersifat bulky (voluminous), dan musiman. Limbah pertanian yang dihasilkan dari tanaman jagung dapat dipandang sebagai alternatif pakan ternak. Potensi limbah jagung sebagai pakan ternak ruminansia berupa, a) jerami jagung yang terdiri dari daun dan batang (setelah panen); b) seluruh bagian tanaman jagung dapat diberikan pada ternak apabila jagung tidak bisa dipanen akibat musim kemarau yang panjang (klobot jagung dan tongkol jagung); c) sisa tanaman jagung setelah panen dapat dijadikan padang penggembalaan. Limbah tanaman jagung hanya ada pada saat musim panen jagung (65-75 hari) untuk produksi limbah sehingga perlu dilakukan pengolahan hasil limbah tanaman jagung agar dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Salah satu teknologi pengolahan pakan yang dapat diterapkan untuk pengawetan limbah tanaman jagung yaitu wafer. Bentuk wafer juga mudah dalam penanganan dan pengolahan, serta diharapkan lebih tahan dalam penyimpanan. Pengolahan pakan bentuk wafer dengan hijauan seperti rumput lapang dan limbah tanaman jagung diharapkan dapat meningkatkan lama waktu penyimpanan sehingga dapat menjadi alternatif pakan yang akan diberikan kepada ternak pada musim kemarau atau paceklik. 1

14 Perumusan Masalah Limbah tanaman jagung sangat melimpah pada saat musim panen jagung yang meliputi batang (50%), daun (20%), kulit (10%), dan tongkol (20%). Nilai zat nutrisi limbah tanaman jagung ini lebih tinggi dari hijauan seperti rumput lapang sehingga dapat digunakan sebagai alternatif penggunaan rumput. Limbah tanaman jagung yang bersifat bulky memungkinkan untuk melakukan pengolahan terhadap bahan tersebut, salah satu cara pengolahannya yaitu pembuatan wafer dan untuk menguji ketahanan wafer tersebut dilakukan penyimpanan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis hijauan pakan yang berbeda dan lama penyimpanan serta interaksinya terhadap sifat fisik wafer. 2

15 TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak Limbah pertanian merupakan bagian tanaman di atas tanah atau pucuknya yang tersisa setelah dipanen atau diambil hasil utamanya (Direktorat Bina Produksi, 1982). Pemanfaatan limbah sudah dipakai sebagai pakan ternak meskipun belum dimanfaatkan secara penuh. Potensi limbah pertanian sebagai pakan ternak di Indonesia sangat besar, sehingga perlu ada teknologi baru untuk pengawetan limbah, seperti hay, silase, wafer. Hasil ikutan pertanian tersebut memiliki potensi sebagai sumber pakan ternak ruminansia dan monogastrik, walaupun ada kelemahannya seperti nilai nutrisi rendah, serat kasar tinggi, penyimpanan memerlukan ruangan yang besar dan cepat rusak namun hal tersebut dapat diatasi dengan proses pengelolahan seperti pencacahan, pengepresan, fermentasi, penepungan dan penggilingan. Biomas hijauan jagung untuk pakan juga dapat diperoleh sebagai hasil samping pertanaman jagung untuk tujuan produksi biji. Dalam hal ini, hijauan diperoleh dari daun yang berada di bawah tongkol yang dipanen sebelum tongkol masak fisiologis dan bagian tanaman di atas tongkol yang umumnya diambil segera menjelang panen tongkol (setelah masak fisiologis). Bahkan pada beberapa tempat seperti di Jawa, klobot (kulit kupasan tongkol) juga dimanfaatkan untuk pakan ternak/sapi (Subandi dan Zubachtirodin, 2004) Limbah Tanaman Jagung Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk ke dalam famili rumput-rumputan (Gramineae). Tanaman ini di Indonesia sudah dikenal sejak 400 tahun yang lalu, yang pertama kali dibawa oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Jagung merupakan tanaman penting kedua setelah padi yang sebagian besar ditanam di Pulau Jawa, terutama di Jawa Timur (Suprapto, 2001). Data produksi tanaman jagung Indonesia dari tahun dapat dilihat pada Tabel 1. 3

16 Tabel. 1 Produksi Tanaman Jagung Selama Empat Tahun Indikator Satuan Luas Panen Ha Produksi Ton Sumber : Badan Pusat Statistik (2008) Jagung banyak digunakan pada bidang peternakan sebagai pakan unggas dan limbahnya sebagai pakan ruminansia. Penanaman jagung dilakukan pada lahan kering yang mengandalkan dukungan curah hujan, sehingga biasanya saat musim tanam dilakukan serempak pada saat musim hujan. Penanaman dilakukan pada bulan Februari-Maret sehingga panen akan berlangsung bersamaan (Pasaribu, 1993). Potensi limbah jagung 50% batang, 20% daun, 20% tongkol, dan 10% klobot dihasilkan per tahun, akan tetapi pemanfaatan limbah tanaman jagung belum maksimal, dikarenakan limbah-limbah tersebut cepat rusak setelah dipanen, bersifat bulky (voluminous), dan musiman (Gambar. 1) Persentase Limbah Tanaman Jagung Daun, 20% Klobot, 10% Tongkol, 20% Batang, 50% Gambar 1. Persentase Limbah Tanaman Jagung (Furqaanida, 2004) Kandungan nilai gizi limbah tanaman jagung seringkali sulit untuk dianalisis, karena variasi komposisi bagian-bagian tanaman dan juga proporsi bagian yang diberikan pada ternak berbeda. Sering pula dijumpai bahwa limbah jagung yang diambil dari lapangan tidak langsung diberikan pada ternak, sehingga ada selang waktu sejak panen hingga pemberian pada ternak, hal ini mengakibatkan terlarutnya (leaching out) zat-zat gizi atau hilang karena menguap sehingga menurunkan kandungan gizi dari limbah tanaman jagung tersebut yang akhirnya dapat menurunkan penampilan atau mengurangi pertumbuhan ternak (Tangendjaja dan Gunawan, 1998). 4

17 Klobot Jagung Salah satu limbah tanaman jagung adalah klobot jagung yang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa setelah panen klobot jagung dapat digunakan sebagai makanan ternak ruminansia. Klobot jagung selaian berfungsi sebagai makanan ternak juga berfungsi sebagai pelindung biji jagung dan tongkol, untuk mempertahankan kesegaran sehingga tidak akan terlampau keras untuk dikunyah oleh ternak. Klobot dan tongkol bersifat sebagai hijauan, oleh karena itu buah jagung lengkap lebih disukai dibanding dengan biji jagung. Komposisi zat makanan klobot jagung dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Klobot Jagung (% Bahan Kering) Zat Makanan % Bahan Kering Bahan kering (%) 91,41 Protein kasar (%) 7,84 Serat kasar (%) 32,25 Lemak kasar (%) 0,65 Abu (%) 3,23 BETN (%) 56,03 Total Nutrien Tercerna (%) 54,29 Ca (%) 0,21 P (%) 0,44 Sumber : Furqaanida (2004) Jerami Jagung Jerami jagung banyak terdapat pada daerah sentra produksi jagung, dan merupakan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Jerami jagung mempunyai kecernaan dan kadar protein yang rendah. Sifatnya amat voluminous (walaupun sudah diproses) dan mungkin tidak ekonomis untuk diangkut ke daerah lain, oleh karena itu sebaiknya digunakan di tempat jerami tersebut diproduksi (Subandi et al.,1988). Komposisi zat nutrisi jerami jagung dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut Subandi et al., (1988) bahwa jerami jagung yang terdiri dari daun dan batang, setelah panen termasuk daun tongkol, dapat digunakan sebagai makanan ternak ruminansia. Seluruh tanaman dapat diberikan kepada ternak manakala jagung 5

18 tidak dapat dipanen, misalnya karena kemarau panjang, disamping itu sisa tanaman jagung termasuk tongkol jagung dapat digunakan sebagai padang pengembalaan. Tabel 3. Komposisi Zat Nutrisi Jerami Jagung Zat Makanan Jerami Jagung a Jerami Jagung b Jerami Jagung tua b Bahan kering (%) 21, Protein kasar (%) 9, Lemak kasar (%) 1,78 2,4 1,3 Serat kasar (%) 27, Abu (%) 10,2 7 7 Ca (%) 1,19 0,3 0,5 P (%) 0,24 0,18 0,09 BETN (%) 50,5 - - TDN (%) 54, Sumber : a Sutardi (1980) b Parakkasi (1995) Jerami jagung sebagai pakan ternak ruminansia digunakan terutama sebagai pengganti sumber serat atau menggantikan 50% dari rumput atau hijauan. Dalam produksi biomas jagung cacah, jagung dipanen semasa tongkolnya masih muda yaitu pada saat tanaman berumur hari setelah tanam bagi varietas jagung dengan kisaran umur masak fisiologis hari. Untuk tujuan ini, tanaman jagung dipanen dengan cara dipotong batangnya pada permukaan tanah, kemudian seluruh bagian tanaman (batang, daun, tongkol muda) dicacah dengan mesin menjadi berukuran sekitar 5 cm, yang selanjutnya diproses menjadi silage maupun hay (Subandi dan Zubachtirodin, 2004) Rumput Lapang Rumput lapang merupakan campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah. Kualitas rumput lapang sangat beragam karena tergantung pada kesuburan tanah, iklim, komposisi spesies, waktu pemotongan, cara pemberiannya, dan secara umum kualitasnya dapat dikatakan rendah. Walaupun demikian rumput lapang merupakan hijauan pokok yang sering diberikan pada ternak (Pulungan, 1988). 6

19 Menurut Aboenawan (1991), rumput lapang merupakan pakan yang sudah umum digunakan sebagai pakan utama ternak ruminansia (sapi dan domba). Rumput lapang banyak terdapat di sekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi jalan, dan semak-semak. Rumput lapang tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan ternak. Rumput lapang yang dikeringkan matahari memiliki komposisi zat makanan seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Zat Makanan Rumput Lapang (% Bahan Kering) Zat Makanan % Bahan Kering Bahan kering (%) 78,37 Protein kasar (%) 7,12 Serat kasar (%) 27,59 Lemak kasar (%) 0,91 BETN (%) 35,61 Total Nutrien Tercerna (%) 54,29 Sumber : Herman (1989) Molases sebagai Perekat Molases adalah cairan kental limbah pemurnian gula merupakan sisa nira yang telah mengalami proses kristalisasi. Bentuk fisik molases tampak sebagai cairan pekat dan berwarna gelap disebaban oleh adanya reaksi browning memiliki rasa pahit-pahit manis dan merupakan cairan yang berviskositas tinggi sehingga tidak mudah membeku (Tedjowahjono, 1987). Penggunaan molases sebagai bahan perekat pada penelitian ini menurut Trisyulianti (1998) memiliki beberapa keunggulan : (1) merupakan zat aditif yang mempunyai sifat fisik yang baik untuk menghasilan wafer dengan kualitas fisik yang baik, (2) memberikan rasa aman sebagai perekat karena merupakan bahan organik dan tidak beracun, (3) memberikan nilai tambah Karena berasal dari limbah pabrik gula, (4) memberikan tambahan nilai nutrisi pada wafer pakan, dan (5) aroma molases mampu meningkatkan palatabilitas ternak. Menurut Akhyrani (1998) bahan-bahan mengandung pati dan gula sangat baik sebagai bahan pengikat karena mempunyai kemampuan mereka yang baik, seperti tepung gaplek. Molases mengandung persen gula, sejumlah asam amino dan mineral (Puturau, 1982). Sehingga baik digunakan sebagai perekat. 7

20 Wafer Wafer mempunyai dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat yang sama atau seragam dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan 12 kg/cm 2 dan pemanasan dalam suhu 120 C selama 10 menit (ASAE, 1994). Menurut Trisyulianti (1998) pembuatan wafer merupakan salah satu alternatif bentuk penyimpanan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga keseimbangan ketersediaan bahan hijauan pakan. Tujuannya untuk mengumpulkan hijauan makanan ternak pada musim hujan dan menyimpannya untuk persediaan pada musim kemarau. Keuntungan wafer menurut Trisyulianti (1998) adalah : (1) kualitas nutrisi lengkap (wafer ransum komplit), (2) mempunyai bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan ternak seperti rumput dan legum, tapi juga dapat memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, atau limbah pabrik pangan, (3) tidak mudah rusak oleh faktor biologis karena mempuyai kadar air kurang dari 14%, (4) ketersediaannya berkesinambungan karena sifatnya yang awet dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan pakan pada musim kemarau serta dapat dibuat pada saat musim hujan pada saat hasil-hasil hijauan makanan ternak dan produk pertanian melimpah, (5) memudahkan dalam penanganan, karena bentuknya padat kompak sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan transpotasi. Wafer pada umumnya memiliki warna lebih gelap dibanding warna asal, hal tersebut disebabkan oleh adanya proses browning secara non enzimatis yaitu karamelisasi dan reaksi Maillard. Menurut Winarno (1992), karamelisasi terjadi jika suatu larutan sukrosa diuapkan sampai seluruh air menguap. Jika pemanasan dilanjutkan, maka cairan yang ada bukan terdiri dari air, tetapi merupakan cairan sukrosa yang lebur. Reaksi Maillard merupakan reaksi antara karbohidrat, khususnya gula preduksi dengan gugus amina primer. Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu usaha untuk melindungi bahan pangan dari kerusakan yang disebabkan oleh berbagai hal, antara lain serangan hama, mikroorganisme, tikus, serangga, dan kerusakan fisiologis atau biokemis (Damayanthi dan Mudjajanto, 1995 dalam Negara, 2001). 8

21 Penyimpanan segera dilakukan setelah kegiatan panen dan pengeringan Beberapa penelitian telah dilakukan di Indonesia dengan tujuan mencari cara untuk memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan. Upaya ini meliputi penggunaan langsung dalam pakan, pengolahan untuk mempertinggi nilai pakan, dan pengawetan agar dapat mengatasi fluktuasi penyediaan (Lebdosukoyo, 1993). Waktu penyimpanan cenderung meningkatkan kadar air bahan makanan ternak, hal ini akan menunjang pertumbuhan jamur dan akan lebih mempercepat kerusakan bahan makanan ternak. Perbedaan jumlah koloni jamur yang terbentuk dapat pula dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama temperatur dan kelembaban ruang tempat penyimpanan selain dari pengaruh waktu dan kadar air (Nangudin, 1982). Menurut Sofyan dan Abunawan, 1974 dalam Negara, 2001), syarat umum untuk suatu kamar penyimpanan antara lain temperatur o C, bersih dan terang, mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, bebas dari serangga dan tikus yang dapat merusak. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan bahan makanan ternak selama penyimpanan antara lain faktor fisik seperti temperatur dan kelembaban relatif; faktor biologis seperti jamur, kutu, serangga, bakteri, binatang pengerat; dan faktor kimiawi seperti perubahan komposisi zat-zat makanan dengan tersedianya oksigen (Hall, 1970 dalam Negara, 2001). Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi selama proses penyimpanan. Tujuan penyimpanan adalah untuk menjaga dan mempertahankan mutu komoditi yang disimpan dengan cara menghindari, mengurangi ataupun menghilangkan berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut (Soesarsono, 1988). Kualitas Sifat Fisik Sifat fisik merupakan bagian dari karakteristik mutu yang berhubungan dengan nilai kepuasan konsumen terhadap bahan. Sifat-sifat bahan serta perubahanperubahan yang terjadi pada pakan dapat digunakan untuk menilai dan menentukan mutu pakan. Selain itu pengetahuan tentang sifat fisik digunakan juga untuk menentukan keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan dan penyimpanan (Muchtadi dan Sugiono, 1989 dalam Nursita, 2005)) 9

22 Kadar Air Kadar air suatu bahan dapat diukur dengan berbagai cara. Metode pengukuran yang umum dilakukan pada laboratorium adalah dengan pemanasan dalam oven atau dengan cara destilasi. Kadar air bahan merupakan pengukuran jumlah air total yang terkandung dalam bahan pakan, tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat keterikatan air (Syarif dan Halid, 1993). Kadar air pada permukaan bahan pakan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara disekitarnya. Bila kadar air bahan rendah tetapi RH sekitarnya tinggi, maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga bahan menjadi lembab atau kadar airnya menjadi lebih tinggi. Suhu bahan yang lebih rendah daripada RH disekitarnya menyebabkan kondensasi uap air udara pada permukaan bahan, dan hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas bahan atau pakan akibat tumbuhnya jamur atau perkembangan bakteri (Winarno et al, 1980) Aktivitas air Aktivitas air adalah jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Kandungan air suatu bahan tidak dapat digunakan sebagai indikator nyata dalam menentukan ketahanan simpan (Syarief dan Halid, 1993). Istilah aktivitas air diunakan untuk menjabarkan air yang tidak terikat atau bebas dalam suatu sistem yang dapat menunjang reaksi biologis dan kimiawi. Aktivitas air dinyatakan dalam angka 0-1,0 yang sebanding dengan kelembaban 0%-100%. Makin kecil angka aktivitas air yang dimiliki oleh komoditas pertanian, maka makin kecil pula air yang tersedia dan makin sulit pula suatu jasad renik untuk tumbuh dan berkembang (Ayu, 2003). Pengurangan aktivitas air atau kelembaban relatif kesetimbangan (RH S ) akan memperlambat aktivitas metabolisme dan membatasi pertumbuhan jasad renik (Tabel. 5) Beberapa contoh nilai Aw untuk pertumbuhan bakteri dan kapang (Tabel 6 dan Tabel 7). 10

23 Tabel 5. Aktivitas air (Aw) untuk pertumbuhan jasad renik (%) Mikroorganisme Aw minimum Bakteri 0,90 Khamir 0,88 Kapang 0,80 Bakteri halofilik 0,75 Kapang serofilik 0,65 Khamir osmofilik 0,60 Sumber : Syarief dan Halid (1993) Tabel 6. Ambang batas aktivitas air beberapa jenis bakteri (%) Bakteri Aw minimum Bakteri intoksikasi : Clostridium botulinum 0,94-0,98 C. perfringen 0,95 Salmonella 0,95 Staphylococcus aureus 0,85 Bacillus cereus 0,95 Bakteri pembusuk : Enterobacteries 0,96 Vibrion 0,9 Pseudomonas 0,93 Micrococcus 0,88-0,90 bacillus 0,95 Sumber : Syarief dan Halid (1993) Menurut Putra (2005) semakin lama penyimpanan, maka aktivitas air pelet semakin menurun dan seolah-olah menjadi bagus. Kadar air erat hubungannya dengan aktivitas air, begitu juga dengan suhu dan kelembaban tempat penyimpanan, dengan adanya absorpsi uap air dari udara ke dalam komoditi maka dapat mengakibatkan perubahan kandungan air bebas komoditi tersebut. 11

24 Tabel 7. Ambang batas aktivitas air beberapa jenis kapang Kapang Aw minimum Aspergillus echinulatus 0,65 Aspergillus Ruber 0,70 Aspergillus chevalieri 0,73 Aspergillus candidus 0,76 Aspergillus niger 0,80 Aspergillus flavus 0,80 Altenaria citri 0,84 Penicillium expansum 0,86 Trichoderma 0,88 Botrytis 0,90 Absidia glauca 0,90 Rhizopus nigricus 0,93 Cladosporium herbarum 0,94 Puccinia graminis 0,98 Sumber : Syarief dan Halid (1993) Kerapatan Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan ukuran partikel dalam lembaran wafer dan sangat tergantung pada kerapatan bahan baku yang digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran (Jayusmar, 2000). Wafer pakan yang mempunyai kerapatan tinggi akan memberikan tekstur yang padat dan keras sehingga mudah dalam penanganan baik penyimpanan dan goncangan saat transportasi dan diperkirakan akan lebih lama dalam penyimpanan (Trisyulianti, 1998). Djalal (1984) melaporkan bahwa dengan meningkatnya kadar air suatu bahan makanan maka kerapatannya akan semakin berkurang. Sebaliknya kerapatan wafer yang rendah akan memperlihatkan bentuk wafer pakan tidak terlalu padat dan tekstur yang lebih lunak serta porous (berongga), sehingga menyebabkan terjadinya sirkulasi udara dalam tumpukan selama penyimpanan dan diperkirakan hanya dapat bertahan dalam waktu yang singkat (Jayusmar, 2000). 12

25 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Makanan Ternak dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli Materi Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah hijauan berupa rumput lapang serta limbah tanaman jagung berupa klobot dan jerami tua yang diambil pada akhir masa panen, molasses sebagai perekat dan karung plastik. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : jangka sorong, timbangan ohaus, gergaji untuk pemotongan contoh uji, timbangan kapasitas 1 kg, 2 kg, dan 5 kg, mesin chopper (kapasitas 500 kg/jam, power 1 hp, phase 2 dan komponen utama pisau pemotong), mesin kempa yang digunakan dalam proses pengepresan pada pembuatan wafer. Rancangan Percobaan Perlakuan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial (6 x 3) dengan 2 Faktor dan 4 ulangan, perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut : Faktor A A1 : Wafer mengandung 100% rumput lapang A2 : Wafer mengandung 100% jerami jagung A3 : Wafer mengandung 100% klobot jagung A4 : Wafer mengandung 50% rumput lapang + 50% jerami jagung A5 : Wafer mengandung 50% rumput lapang + 50% klobot jagung A6 : Wafer mengandung 50% jerami jagung + 50% klobot jagung 13

26 Faktor B B1 : Penyimpanan 0 minggu B2 : Penyimpanan 2 minggu B3 : Penyimpanan 4 minggu Model matematika Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL Faktorial) 6 x 3 dengan 2 faktor (A: Wafer dan B: lama penyimpanan) dengan 4 ulangan. Model matematika dari rancangan ini adalah : Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + ε ijk Keterangan : Y ijk = nilai pengamatan perlakuan ke- i, perlakuan ke-j, ulangan ke-k µ = nilai rata-rata α i β j = pengaruh perlakuan ke-i = pengaruh perlakuan ke-j (αβ) ij = pengaruh interaksi perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j ε ijk = galat perlakuan ke-i, perlakuan ke-j, ulangan ke-k Peubah Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air (KA), aktivitas air (Aw), dan kerapatan wafer. Analisis data Data yang diperoleh dianalisa dengan sidik ragam (ANOVA/Analysis of Variance) dan jika berbeda nyata akan diuji lebih lanjut dengan Uji Jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Prosedur Pembuatan Wafer a. Hijauan (rumput lapang, jerami jagung, dan klobot jagung) dipotong terlebih dahulu dengan mesin chopper ukuran 5 cm, kemudian dijemur pada sinar matahari sampai mencapai kadar air 13 %. 14

27 b. Sebelum bahan-bahan dimasukkan dalam cetakan, ditimbang terlebih dahulu seberat 200 g, kemudian dicampur dengan perekat (molasses) sebesar 10 gr. Kemudian dimasukkan dalam cetakan berbentuk segiempat dengan ukuran 20 x 20 x 1 cm 3. Setelah itu dilakukan pengempaan pada suhu 150 C dan tekanan 200 kg/cm 2 selama 15 menit. c. Pengkondisian lembaran wafer selama 24 jam di ruang terbuka. d. Pemotongan lembaran wafer menggunakan gergaji. Ukuran contoh uji diasumsikan untuk ternak domba/kambing. e. Wafer yang telah selesai dibuat dimasukkan dalam dua karung plastik besar dan disimpan pada 0, 2, 4 minggu. Pembuatan wafer penelitian dilakukan di laboratorium Industri Makanan Ternak. Berikut merupakan tahapan proses pembuatan wafer mulai dari bahan baku berupa hijauan sampai menjadi wafer (Gambar 2) Hijauan (rumput lapang, klobot jagung, jerami jagung) Dicacah Pengeringan (sampai kadar air 13%) Pencetakan (20 x 20 x 1 cm 3 ) Pengempaan (tekanan 200 kg/cm 2 dan suhu 150ºC, waktu 15 menit) Wafer Pengemasan Gambar 2. Tahapan Proses Pembuatan Wafer 15

28 Pengukuran Sifat Fisik 1. Kadar air Penentuan kadar air wafer dilakukan dengan menimbang contoh uji berukuran 10 x 10 x 1,5 cm 3 untuk menentukan berat awal, kemudian contoh uji tersebut dikeringkan dalam oven pada temperatur C sampai beratnya konstan. Nilai kadar air dihitung dengan rumus: Ba - BKo KA = X 100 % Ba Keterangan: KA = kadar air wafer ransum komplit (%) Ba = berat awal (g) BKo = berat kering oven (g) 2. Aktivitas Air (AW) Sebelum Aw meter digunakan perlu dikalibrasi dulu dengan larutan garam barium klorida (BaCl 2 ). Larutan kemudian dibiarkan selama 3 jam setelah itu jarum Aw meter ditera sampai menunjukkan angka 0,9 karena garam BaCl 2 mempunyai kelembaban garam jenuh sebesar 90% (Syarief dan Halid, 1993). Pengukuran aktivitas air dengan memasukkan wafer ke dalam Aw meter sampai menutupi permukaan kemudian ditutup dan dibiarkan selama 3 jam setelah itu pembacaan dapat segera dilakukan. Perhitungan aktivitas air menggunakan rumus : Aw = pembacaan skala Aw meter ± suhu ruangan-20 x 0,002 Keterangan : - jika suhu ruangan > 20 ºC + Jika suhu ruangan < 20 ºC 16

29 3. Kerapatan Wafer (Widarmana, 1997) Kerapatan merupakan faktor penting pada sifat fisik wafer sebagai pedoman untuk memperoleh gambaran tentang kekuatan wafer yang diinginkan. Perhitungan kerapatan dihitung dengan rumus: W K = (P x T x L) Keterangan: W = berat uji contoh (g) P = panjang contoh uji (cm) L = lebar contoh uji (cm) T = tebal contoh uji (cm) 17

30 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wafer Wafer yang dihasilkan pada penelitian ini secara umum memiliki tekstur, kepadatan, warna, dan aroma yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan bahan penyusun wafer yang berbeda. Keadaan umum wafer penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Tekstur dan Kepadatan Wafer tekstur kepadatan B1 B2 B3 B1 B2 B3 A1 kasar kasar kasar kompak kompak kompak A2 kasar kasar kasar agak kompak agak kompak agak kompak A3 kasar kasar kasar tdk kompak tdk kompak tdk kompak A4 kasar kasar kasar kompak kompak tdk kompak A5 kasar kasar kasar tdk kompak tdk kompak tdk kompak A6 kasar kasar kasar tdk kompak tdk kompak tdk kompak Keterangan : A1= Wafer 100% rumput lapang A2 = Wafer 100% jerami jagung A3 = Wafer 100% klobot jagung A4 = Wafer 50% rumput lapang + 50% jerami jagung A5 = Wafer 50% rumput lapang + 50% klobot jagung A6 = Wafer 50% jerami jagung + 50% klobot jagung B1 = Penyimpanan 0 minggu B2 = Penyimpanan 2 minggu B3 = Penyimpanan 4 minggu Bentuk fisik wafer penelitian yang dihasilkan beragam, meliputi kepadatan yang kompak, agak kompak dan tidak kompak. Wafer dengan kepadatan kompak memiliki penampilan fisik yang padat, kokoh, serta keras. Wafer dengan kepadatan yang tidak kompak memiliki penampilan fisik yang tidak padat, lembek dan remah sehingga mudah hancur. Tingkat kepadatan wafer yang kompak sangat menguntungkan karena mempermudah dalam penyimpanan dan penanganan, khususnya pada saat penyimpanan pada gudang maupun pada saat transportasi. Wafer dengan bahan penyusun hijauan rumput lapang memiliki kepadatan yang kompak dibandingkan dengan jenis hijauan lainnya. Wafer penelitian dengan hijauan klobot jagung tidak kompak dikarenakan klobot jagung memiliki ukuran partikel yang lebar sehingga tidak rekat pada saat pengepresan. 18

31 Tekstur pada wafer penelitian sama pada semua perlakuan yaitu kasar pada permukaan wafer dikarenakan sifat partikel bahan penyusun wafer yang kasar berupa rumput, jerami jagung dan klobot jagung. Tekstur dan warna wafer penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. A1 A2 A3 A4 A5 A6 Gambar 3. Wafer dengan Jenis Hijauan yang Berbeda Wafer yang dihasilkan berwarna agak kecoklatan atau gelap, hal ini disebabkan adanya reaksi browning (reaksi maillard) non enzimatik yaitu reaksi-reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer. Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat (Winarno, 1992) Aroma wafer yang dihasilkan yaitu harum khas karamel. Menurut Winarno (1992) reaksi maillard menimbulkan bau dan aroma khas produk segar yang dipanaskan, hal ini disebabkan pada saat pengempaan dengan suhu 150 C selama 15 menit terbentuk karamelisasi molasses, selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi maillard yaitu terjadinya penurunan jumlah kadar gula, waktu dan lama pemanasan serta kadar air dan ph bahan. Pada Tabel 9 dapat dilihat perbandingan warna dan aroma wafer penelitian. 19

32 Tabel 9. Warna dan Aroma Wafer warna aroma B1 B2 B3 B1 B2 B3 A1 gelap gelap gelap harum harum harum A2 gelap gelap gelap harum harum harum A3 terang terang terang harum harum harum A4 gelap gelap gelap harum harum harum A5 gelap gelap gelap harum harum harum A6 terang terang terang harum harum harum Keterangan : A1 = Wafer 100% rumput lapang A2 = Wafer 100% jerami jagung A3 = Wafer 100% klobot jagung A4 = Wafer 50% rumput lapang + 50% jerami jagung A5 = Wafer 50% rumput lapang + 50% klobot jagung A6 = Wafer 50% jerami jagung + 50% klobot jagung Sifat Fisik Wafer B1 = Penyimpanan 0 minggu B2 = Penyimpanan 2 minggu B3 = Penyimpanan 4 minggu Sifat fisik yang diukur pada penelitian ini adalah kadar air, kerapatan, dan aktivitas air wafer, namun hingga saat ini belum ada standar untuk menentukan kualitas wafer yang terbaik untuk pakan ternak dan penentuan standar wafer hasil penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya. Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air Wafer Berdasarkan hasil sidik ragam dari keenam jenis wafer dan lama penyimpanan (0, 2, 4 minggu) menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata (P<0,01) terhadap kadar air wafer. Interaksi antara jenis wafer dan lama penyimpanan sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air wafer penelitian. Pengaruh jenis wafer dan lama penyimpanan pada kadar air wafer penelitian ditampilkan pada Tabel

33 Tabel 10. Rataan Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air Wafer Perlakuan B1 B2 B3 Rataan (%) A1 10,81 ± 0,43 q 12,71 ± 0,45 p 12,92 ± 0,29 p 12,15 ± 1,05 A A2 9,25 ± 0,22 r 10,88 ± 1,26 q 12,29 ± 0,44 p 10,81 ± 1,48 B A3 8,28 ± 0,38 q 10,59 ± 0,65 p 10,69 ± 0,35 p 9,85 ± 1,24 C A4 9,12 ± 0,80 q 10,59 ± 0,72 p 11,56 ± 0,52 p 10,42 ± 1,22 B A5 9,32 ± 0,66 pq 8,75 ± 0,81 q 10,20 ± 0,54 p 9,43 ± 0,87 C A6 9,14 ± 0,41 p 9,95 ± 1,11 p 10,20 ± 0,79 p 9,76 ± 0,88 C Rataan 9,32 ± 0,89 C 10,58 ± 1,43 B 11,31 ± 1,15 A Keterangan : - superskrip A, B, dan C pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) - superskrip p, q, dan r pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) - A1= rumput lapang 100%; A2= jerami jagung 100%; A3= klobot jagung 100%; A4= rumput lapang 50% + jerami jagung 50%; A5=rumput lapang 50% + klobot jagung 50%; A6=jerami jagung 50% + klobot jagung 50% - B1= penyimpanan 0 minggu; B2= penyimpanan 2 minggu; B3= penyimpanan 4 minggu Kadar air suatu bahan dapat diukur dengan berbagai cara. Metode pengukuran yang umum dilakukan di laboratorium adalah dengan pemanasan dalam oven atau dengan cara destilasi. Kadar air bahan merupakan pengukuran jumlah air total yang terkandung dalam bahan pakan, tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat keterikatan air (Syarif dan Halid, 1993). Rataan kadar air wafer perlakuan paling tinggi pada perlakuan A1 yaitu sebesar 12,15%, sebaliknya rataan kadar air paling rendah adalah pada perlakuan A5 yaitu sebesar 9,43%, hal ini disebabkan perlakuan A1 dan A5 memiliki jenis bahan penyusun wafer yang berbeda. Perlakuan A1 merupakan wafer dengan kandungan rumput 100% dan perlakuan A5 merupakan wafer dengan kandungan rumput 50% dan 50% klobot jagung. Wafer dengan kandungan rumput lapang memiliki rongga yang lebih sedikit dibandingkan dengan klobot dan jerami jagung, sehingga penguapan yang terjadi lebih 21

34 lambat, sedangkan pada wafer dengan campuran antara klobot dan rumput memiliki rongga yang lebih banyak dan besar sehingga penguapan berjalan cepat. Lama penyimpanan wafer selama 4 minggu meningkatkan kadar air wafer penelitian. Rataan kadar air tertinggi diperoleh pada penyimpanan B3 (4 minggu) yaitu sebesar 11,31% dan terendah pada penyimpanan B1 (0 minggu) yaitu sebesar 9,32%. Kadar air wafer yang selalu berubah diungkapkan oleh Hall (1980) dalam Negara (2001) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ransum selama penyimpanan antara lain faktor fisik, seperti temperatur, kelembaban relatif, komposisi udara ruang penyimpanan, faktor biologis seperti kutu, bakteri, kapang, serangga dan binatang pengerat. Semakin tinggi kadar air maka akan menurunkan kualitas fisik bahan tersebut, namun kadar air pada penelitian ini masih berada pada level aman, hal ini seperti diungkapkan oleh Winarno et al., (1980) bahwa bahan pakan dengan kadar air kurang dari 14% mempunyai tingkat keawetan dan daya simpan yang lebih lama. Terbukti bahwa wafer penelitian mampu bertahan sampai penyimpanan 4 minggu dilihat dari penampilan visual. Pengaruh Interaksi Antara Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air Wafer Perlakuan wafer dengan 100% rumput lapang pada penyimpanan 4 minggu (A1B3) memiliki kadar air paling tinggi dari perlakuan lainnya, akan tetapi tidak berbeda dengan perlakuan A1B2. Hasil yang sama juga terjadi pada perlakuan wafer dengan 100% jerami jagung pada penyimpanan 4 minggu (A2B3), wafer dengan 100% klobot jagung pada penyimpanan 4 minggu (A3B3), wafer dengan 50% rumput lapang dan 50% jerami jagung pada penyimpanan 4 minggu (A4B3), wafer dengan 50% rumput lapang dan 50% klobot jagung pada penyimpanan 4 minggu (A5B3), wafer dengan 50% jerami jagung dan 50% klobot jagung pada penyimpanan 4 minggu (A6B3). Berdasarkan interaksi faktor A dan faktor B, kadar air tertinggi diperoleh pada penyimpanan 4 minggu (B3) dan terendah pada penyimpanan 0 minggu (B1). Pada semua wafer penelitian, semakin lama penyimpanan, kadar air semakin meningkat, kecuali pada wafer rumput lapang + klobot jagung (A5) yaitu terjadi penurunan kadar air pada minggu ke 2 (B2), tetapi meningkat lagi pada minggu ke 4 (B3). Peningkatan kadar 22

35 air dikarenakan oleh kelembaban lingkungan yang meningkat pula pada saat penelitian. Bahan dengan kadar air yang lebih rendah akan lebih tinggi daya simpannya dibandingkan dengan bahan yang kadar airnya tinggi (Hall, 1980 dalam Negara, 2001). Nilai rataan kelembaban lingkungan dapat dilihat pada Tabel. 11 Tabel 11. Nilai Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Penyimpanan 4 Minggu Minggu Suhu ( C) Kelembaban (%) Minggu 0 25,4 75 Minggu 2 25,6 76,8 Minggu 4 25,3 77,7 Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air Wafer Nilai aktivitas air menunjukkan banyaknya air bebas pada suatu bahan yang memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme. Nilai rataan aktivitas air wafer penelitian ini berkisar antara 0,70-0,91. Hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh jenis hijauan (faktor A) dan lama penyimpanan (faktor B) sangat nyata (P<0,01) meningkatkan aktivitas air, dan interaksi antara kedua faktor tersebut sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas air. Berdasarkan jenis hijauan (faktor A), nilai rataan aktivitas air tertinggi pada wafer dengan jenis hijauan 50% jerami jagung dan 50% klobot jagung (A6) sebesar 0,88, sedangkan nilai terendah pada wafer dengan jenis hijauan 100% rumput lapang (A1) sebesar 0,79. (Tabel 12.) Tabel. 12 menunjukkan aktivitas air semakin lama semakin meningkat dengan lamanya penyimpanan. Terjadi peningkatan rata-rata aktivitas air pada lama penyimpanan (faktor B) 0, 2, 4 minggu sebesar 0,79, 0,86, dan 0,87, hal ini sesuai dengan rata-rata kelembaban yang meningkat dari 75% pada minggu 0; 76,8% pada minggu 2; dan 77,7% pada minggu 4. Tingginya aktivitas air disebabkan karena wafer yang disimpan dalam jumlah sedikit sehingga diduga terjadi adsorpsi air dari udara ke wafer dalam jumlah yang cukup tinggi, dan pelepasan air ke udara ruang penyimpanan tidak besar sehingga nilai aktivitas air semakin meningkat. 23

36 Tabel 12. Rataan Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air Wafer Perlakuan B1 B2 B3 Rataan A1 0,75 ± 0,01 q 0,75 ± 0,01 q 0,86 ± 0,03 p 0,79 ± 0,05 D A2 0,70 ± 0,02 r 0,91 ± 0,03 p 0,87 ± 0,02 q 0,83 ± 0,10 B A3 0,70 ± 0,02 r 0,88 ± 0,02 p 0,85 ± 0,02 q 0,81 ± 0,08 C A4 0,85 ± 0,02 q 0,88 ± 0,02 p 0,88 ± 0,01 p 0,87 ± 0,02 A A5 0,87 ± 0,01 p 0,88 ± 0,03 p 0,87 ± 0,02 p 0,87 ± 0,02 A A6 0,87 ± 0,01 p 0,88 ± 0,01 p 0,88 ± 0,02 p 0,88 ± 0,01 A Rataan 0,79 ± 0,08 B 0,86 ± 0,05 A 0,87 ± 0,02 A Keterangan : - superskrip A, B, C dan D pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) - Superskrip A dan B pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) - superskrip p,q dan r pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) - A1= rumput lapang 100%; A2= jerami jagung 100%; A3= klobot jagung 100%; A4= rumput lapang 50% + jerami jagung 50%; A5=rumput lapang 50% + klobot jagung 50%; A6=jerami jagung 50% + klobot jagung 50% - B1= penyimpanan 0 minggu; B2= penyimpanan 2 minggu; B3= penyimpanan 4 minggu Pengukuran Aw akan mencerminkan air bebas yang ada dalam bahan pangan, atau kelembaban relatif kesetimbangan (RHs) ruang tempat penyimpanan bahan pangan. Berbagai mikroorganisme mempunyai Aw minimal untuk pertumbuhannya. Seperti bakteri pada Aw : 0,90, khamir pada Aw : 0,80-0,90, dan kapang pada Aw : 0,60-0,80. Wafer penelitian sudah memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme baik itu khamir maupun kapang dan bakteri (Syarief dan Halid, 1993), berarti nilai Aw wafer pada jenis hijauan yang berbeda sampai minggu ke 4 sudah terkondisikan dapat terserang mikroorganisme seperti bakteri, khamir, dan kapang. Pengaruh Interaksi Antara Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Aktivitas Air Wafer Berdasarkan interaksi antara faktor A dan faktor B, wafer dengan jenis hijauan 100% jerami jagung (A2) memiliki nilai aktivitas air yang lebih besar pada penyimpanan 2 minggu, tetapi wafer dengan jenis hijauan 100% klobot jagung (A3) dan 24

37 100% jerami jagung (A2) memiliki nilai aktivitas air yang lebih rendah pada penyimpanan 0 minggu dbandingkan dengan A1, A4, A5, dan A6. Wafer A3 memiliki nilai yang paling rendah pada penyimpanan 4 minggu. Nilai aktivitas air wafer penelitian dengan jenis hijauan rumput lapang sampai minggu ke-2 sebesar 0,75. Nilai tersebut masih dalam ambang batas aman mikroorganisme, bakteri, dan kapang untuk tidak tumbuh, sedangkan wafer dengan jenis hijauan lainnya tidak aman karena kemungkinan besar sudah terdapat bakteri dan mikroorganisme lainnya (Syarief dan Halid, 1993) Nilai Aw yang tinggi disebabkan karena kenaikan kelembaban pada ruang penyimpanan maka akan menimbulkan akumulasi air yang menimbulkan pertumbuhan microorganisme, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Putra (2005) bahwa semakin lama disimpan maka aktivitas air semakin menurun. Aktivitas air wafer penelitian semakin meningkat, dapat memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme, bakteri, kapang, dan khamir. Penyimpanan selama 4 minggu menunjukkan hasil yang masih baik untuk keadaan visual wafer (Tabel 9). Aroma wafer yang masih harum serta tidak terdapat kapang atau jamur yang tumbuh menandakan wafer penelitian masih bisa bertahan sampai penyimpanan 4 minggu. Pada hasil penelitian Amiroh (2008) bahwa penyimpanan wafer dapat dilakukan sampai dengan 4 minggu, karena wafer belum menunjukkan adanya mikroorganisme yang tumbuh dan bau wafer masih harum, akan tetapi pada umur enam minggu wafer berbau apek. Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Kerapatan Wafer Kerapatan wafer merupakan faktor penting yang banyak digunakan sebagai pedoman dalam gambaran stabilitas dimensi yang diinginkan. Secara sistematik kerapatan wafer hijauan merupakan suatu ukuran berat pesatuan luas, selain itu juga mengefisienkan ruang penyimpanan dan memudahkan dalam transportasi (Trisyulianti, 1998). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa faktor A yaitu jenis hijauan sangat nyata (P<0,01) berpengaruh terhadap kerapatan, dan faktor B yaitu lama penyimpanan sangat 25

38 nyata (P<0,01) menurunkan kerapatan wafer. Interaksi antara faktor A (jenis hijauan) dan faktor B (lama penyimpanan) sangat nyata (P<0,01) berpengaruh terhadap kerapatan. Rataan kerapatan wafer penelitian berkisar antara 0,28 0,47 g/cm 3. Berdasarkan uji lanjut Duncan diperoleh nilai rataan tertinggi kerapatan wafer berdasar jenis hijauan (faktor A) adalah pada wafer dengan jenis hijauan A5 (50% rumput lapang dan 50% klobot jagung) sebesar 0,41 g/cm 3 sedangkan nilai rataan terendah adalah pada wafer dengan jenis hijauan A6 (50% jerami jagung dan 50% klobot jagung) sebesar 0,35 g/cm 3 (Tabel 13). Tabel 13. Rataan Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Kerapatan Wafer Perlakuan B1 B2 B3 Rataan (g/cm³) A1 0,39 ± 0,04 q 0,35 ± 0,02 q 0,45 ± 0,05 p 0,39 ± 0,06 AB A2 0,45 ± 0,04 p 0,40 ± 0,04 q 0,34 ± 0,02 q 0,40 ± 0,06 AB A3 0,41 ± 0,03 p 0,35 ± 0,04 q 0,31 ± 0,04 q 0,36 ± 0,05 C A4 0,39 ± 0,01 q 0,47 ± 0,03 p 0,28 ± 0,03 r 0,38 ± 0,09 BC A5 0,39 ± 0,03 p 0,44 ± 0,02 p 0,40 ± 0,04 p 0,41 ± 0,03 A A6 0,41 ± 0,05 p 0,32 ± 0,02 p 0,33 ± 0,03 p 0,35 ± 0,05 C Rataan 0,41 ± 0,04 A 0,39 ± 0,06 A 0,35 ± 0,07 B Keterangan : - superskrip A, B, dan C pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) - superskrip p, q, dan r pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) - A1= rumput lapang 100%; A2= jerami jagung 100%; A3= klobot jagung 100%; A4= rumput lapang 50% + jerami jagung 50%; A5=rumput lapang 50% + klobot jagung 50%; A6=jerami jagung 50% + klobot jagung 50% - B1= penyimpanan 0 minggu; B2= penyimpanan 2 minggu; B3= penyimpanan 4 minggu Nilai rataan tertinggi kerapatan wafer penelitian berdasarkan lama penyimpanan (faktor B) adalah pada minggu 0 (B1) sebesar 0,41 g/cm 3, nilai tidak berbeda nyata dengan minggu 2 (B2) sedangkan nilai kerapatan terendah adalah pada minggu 3 (B3) sebesar 0,35 g/cm 3. 26

39 Pengaruh Interaksi Antara Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Kerapatan Wafer Berdasarkan interaksi antara jenis hijauan (faktor A) dan lama penyimpanan (faktor B) diperoleh nilai tertinggi kerapatan adalah 0,47 g/cm 3 (A4B2) berbeda sangat nyata (P<0,01) pada perlakuan A4B3 sebesar 0,28 g/cm 3. Nilai kerapatan penyimpanan 0 minggu menunjukkan nilai yang terbaik dan kemudian menurun seiring bertambahnya waktu penyimpanan, hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kadar air wafer penelitian menyebabkan ruangan yang diisi air lebih banyak sehingga kerapatan wafer menurun. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Djalal (1984) yang melaporkan bahwa dengan meningkatnya kadar air suatu bahan makanan maka kerapatannya akan semakin berkurang. Kerapatan wafer yang tinggi secara fisik memudahkan dalam penanganan baik penyimpanan maupun goncangan pada saat transportasi dan diperkirakan akan lebih tahan lama dalam penyimpanan karena bentuk fisiknya yang padat dan keras. Sebaliknya, kerapatan wafer yang rendah akan memperlikatkan bentuk fisik yang tidak terlalu padat dan porous, sehingga menyebabkan terjadinya sirkulasi udara dalam tumpukan selama penyimpanan dan diperkirakan hanya dapat bertahan dalam penyimpanan beberapa waktu saja. Walaupun wafer penelitian kerapatannya menurun dikarenakan kadar air yang meningkat, wafer ini masih bisa bertahan pada penyimpanan sampai 4 minggu tanpa ditumbuhi jamur. 27

40 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh lama penyimpanan sangat nyata (P<0.01) meningkatkan kadar air dan aktivitas air, serta menurunkan kerapatan wafer penelitian. Pengaruh jenis hijauan sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air, aktivitas air, dan kerapatan wafer penelitian. Terdapat interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara jenis hijauan dan lama penyimpanan pada kadar air, kerapatan, dan aktivitas air wafer. Berdasarkan pengamatan visual, lama penyimpanan sampai 4 minggu masih memperlihatkan kualitas fisik yang baik terhadap wafer, namun dari nilai aktivitas air, hanya wafer rumput lapang (A1) yang masih dapat disimpan sampai 2 minggu, sedangkan dari nilai kerapatan, sampai 4 minggu wafer rumput lapang dengan klobot (A5) masih menunjukkan efisiensi penyimpanan yang paling baik Saran Perlu dilakukan penelitian terhadap kelembaban udara ruang penyimpanan yang dapat dikendalikan supaya wafer tidak terkontaminasi mikroorganisme. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui palatabilitas wafer hijauan pada ruminansia atau ternak Cara penyimpanan hendaknya dipisahkan dengan karung plastik yang berbeda 28

41 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan nikmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Hasan Basymeleh dan Nur Sahil atas kasih sayang, nasihat, doa, kesabaran, pengorbanan dan bimbingannya selama ini. Semoga semua yang engkau berikan selalu mendapat balasan dari Allah SWT. Terima kasih kepada ke dua adik penulis Fatmah dan Putri atas kasih sayang dan perhatiannya, serta seluruh keluarga besar di Pekalongan yang telah mendukung penulis. Tak lupa juga penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Amer Sahil yang telah membiayai segala keperluan penulis selama kuliah. Mudah-mudahan Allah membalasnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir. Yuli Retnani,M.Sc. dan Ir. Lidy Herawati, M.S. selaku pembimbing skripsi, Ir. Sri Harini, M.S. selaku dosen penguji seminar, Ir. Abdul Djamil Hasjmy, M.S dan Dr.Ir. Henny Nuraini M.Si selaku dosen penguji sidang atas saran dan kritik dalam perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Edo, Ndes, Aryono, Riko, Imel, Dewi, Kiki yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, keluarga besar INMT 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44 dan FORMATIN serta BARAYA FM yang menjadi tempat pengaduan keluh kesah penulis selama melakukan studi di Institut Pertanian Bogor, sahabat-sahabat penulis, Akram, Tevi, Julian, Ucup, Mbul, Rangga, Aan, Arif, Joko, Mas Joko, Galih, Romi, Giant, Rizki, Mas Mul, Ipul, Andri, Dodi, Pak Uda, Lala, Ace dan Muthi yang selalu memberikan semangat serta kasih sayangnya, serta masih banyak lagi teman-teman yang lain yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu, atas bantuan, kerjasama dan kebersamaan selama ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan. Amiin. Bogor, Januari 2009 Penulis 29

42 DAFTAR PUSTAKA Aboenawan, L Pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan total digestible nutrient (TDN) pellet isi rumen dibanding pellet rumput pada domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Akhirany, A. R. N Nilai nutrisi ransum pellet komplit berbasis jerami padi dengan berbagai level energi dan protein untuk pertumbuhan kambing kacang. Thesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Amiroh, I Pengaruh wafer ransum komplit limbah tebu dan penyimpanan kualitas sifat fisik. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. ASAE Standart Wafers, Pellet, And Crumbels-Definitions And Methode For Determaining Specific Weight, Durability and Moisture Content. In : Mc Ellhiney, R. R (ed). Feed manufacturing Tech IV. American Feed Industry Association, Inc, Arlington. Ayu, D. P. F., Pengaruh penggunaan perekat bentonit dan super bind dalam ransum ayam broiler terhadap sifat fisik selam penyimpanan enam minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik Statistika Pertanian. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Direktorat Bina Produksi Inventarisasi Limbah Pertanian. Direktorat Jendral Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Djalal, M Peranan kerapatan kayu dan kerapatan lembaran dalam usaha perbaikan sifat-sifat mekanik dan stabilitas dimensi papan partikel dari beberapa jenis kayu dan campurannya. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertania Bogor, Bogor. Furqaanida, N Pemanfaatan klobot jagung sebagai substitusi sumber serat ditinjau dari kualitas fisik dan palatabilitas wafer ransum komplit untuk domba. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Herman, R Kualitas karkas domba lokal hasil penggemukan. Proceeding Pertemuan Ilmiah Ruminansia (2). Departemen Pertanian, Jakarta. Jayusmar Pengaruh suhu dan tekanan pengempaan terhadap sifat fisik wafer ransum komplit dari limbah pertanian sumber serat dan leguminosa untuk ternak ruminansia. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lebdosukoyo, S Pemanfaatan limbah pertanian untuk menunjang kebutuhan pakan ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. 30

43 Nangudin, B Pengaruh lama penyimpanan bahan makanan dalam beberapa macam pembungkus terhadap pertumbuhan jamur dan hubungannya dengan aflatoksin. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor,. Bogor. Negara, M. H. P., Uji sifat fisik bentuk ransum ayam broiler yang berbeda pada lama penyimpanan enam minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nursita Sifat fisik dan palatabilitas wafer ransum komplit untuk domba dengan menggunakan kulit singkong. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Parakkasi, A Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Pasaribu, T.D Silase kulit jagung manis dan pemanfaatannya sebagai bahan pakan domba ekor tipis. Skripsi. Universitas Pakuan, Bogor. Pulungan, H Peranan rumput lapangan sebagai ransum pokok ternak domba. Hasil Temu Tugas Sub Sektor Peternakan, 4: Putra, E.D Pengaruh taraf penyemprotan air dan lama penyimpanan terhadap daya tahan ransum broiler finisher berbentuk pelet. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Paturau, J. M By-products of The Cane Sugar Industry. 2 nd Ed. Elsevier Publishing Co. Amsterdam. Soesarsono Teknologi Penyimpanan Komoditas Pertanian. Fakultas Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Steel, R. G. dan J. H. Torrie Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Subandi, I. Marwan dan A. Blumenscheir Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Subandi dan Zubachtirodin Prospek pertanaman jagung dalam produksi biomas hijauan. Prosiding Seminar Nasional: Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal Melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna. Hal Suprapto, H Bertanam Jagung. PT.Penebar Swadaya, Jakarta. Sutardi, T Makanan Ternak Sapi Perah. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syarief, R. dan H. Halid Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. Tangendjaja, T. dan B. Gunawan Jagung dan limbahnya untuk makanan ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Hal. 360, 362, Tedjowahjono, S Diversifikasi penggunaan tetes. Majalah Perusahaan Gula 14 (3):

44 Trisyulianti, E Pembuatan wafer rumput gajah untuk pakan ruminansia besar. Seminar Hasil-hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Widarmana, S Panil-panil berasal dari kayu sebagai bahan bangunan Proceding Seminar Persaki di Bogor Tgl Juni Pengurus Pusat Persaki, Bogor. Winarno, F. G., S. Fardiaz Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia, Jakarta. Winarno Kimia Pangan dan Gizi. P. T Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 32

45 LAMPIRAN

46 Lampiran 1. Hasil Sidik Ragam Kadar Air SK db JK KT F hitung F t 0,05 F t 0,01 Perlakuan ,2954 7, ,37** 1,82 2,32 Faktor A 5 58, , ,82** 2,39 3,38 Faktor B 2 48, , ,62** 3,17 5,02 A*B 10 14, , ,29** 2,01 2,67 Galat 54 23,5358 0, Total ,8312 2, Keterangan : ** sangat nyata (P<0,01) Lampiran 2. Hasil Sidik Ragam Aktivitas Air SK db JK KT F hitung F t 0,05 F t 0,01 Perlakuan 17 0,2894 0, ,24** 1,82 2,32 Faktor A 5 0,0839 0, ,48** 2,39 3,38 Faktor B 2 0,0905 0, ,24** 3,17 5,02 A*B 10 0,1149 0, ,63** 2,01 2,67 Galat 54 0,0169 0,0003 Total 71 0,306 0,004 Keterangan : ** sangat nyata (P<0,01) Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Kerpatan SK db JK KT F hitung F t 0,05 F t 0,01 Perlakuan 17 0,198 0,012 10,58** 1,82 2,32 Faktor A 5 0,031 0,006 5,67** 2,39 3,38 Faktor B 2 0,037 0,018 16,78** 3,17 5,02 A*B 10 0,130 0,013 11,80** 2,01 2,67 Galat 54 0,059 0,001 Total 71 0,257 0,004 Keterangan : ** sangat nyata (P<0,01) 34

47 Lampiran 4. Gambar Mesin Wafer 35

Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Wafer

Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Wafer Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik Wafer Yuli Retnani, Suhail Basymeleh, Lidy Herawati 1 Intisari Potensi limbah jagung untuk makanan ternak di Indonesia sangat besar,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN

PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN PENGARUH PENAMBAHAN AIR PANAS DAN PEREKAT BENTONIT TERHADAP SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BENTUK CRUMBLE SKRIPSI SUBHAN ZAIN PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

UJI SIFAT FISIK DAN DAYA SIMPAN WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS KULIT BUAH KAKAO

UJI SIFAT FISIK DAN DAYA SIMPAN WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS KULIT BUAH KAKAO Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (1) : 18-24 (2013) ISSN : 2337-9294 UJI SIFAT FISIK DAN DAYA SIMPAN WAFER RANSUM KOMPLIT BERBASIS KULIT BUAH KAKAO The Physical Characteristic and Storage Capacity of Wafer Complete

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.

I. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang berpotensi besar untuk penyediaan hijauan pakan, namun sampai saat ini ketersedian hijauan pakan ternak masih menjadi permasalahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan 14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SERANGAN SERANGGA DAN SIFAT FISIK RANSUM BROILER STARTER BERBENTUK CRUMBLE SKRIPSI DIMAR WIGATI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BENTONIT DAN AIR PANAS PADA SIFAT FISIK RANSUM BENTUK PELET SKRIPSI EDO JENDRA ESA ROZY

PENGARUH PENAMBAHAN BENTONIT DAN AIR PANAS PADA SIFAT FISIK RANSUM BENTUK PELET SKRIPSI EDO JENDRA ESA ROZY PENGARUH PENAMBAHAN BENTONIT DAN AIR PANAS PADA SIFAT FISIK RANSUM BENTUK PELET SKRIPSI EDO JENDRA ESA ROZY PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hijauan pakan ternak merupakan sumber pakan utama bagi ternak yang

I. PENDAHULUAN. Hijauan pakan ternak merupakan sumber pakan utama bagi ternak yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan pakan ternak merupakan sumber pakan utama bagi ternak yang ketersediaannya sudah mulai berkurang. Lampung yang merupakan salah satu sentra ternak di Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Apriadji (1990), limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahanbahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Apriadji (1990), limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahanbahan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Limbah Sayuran Menurut Apriadji (1990), limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahanbahan yang sudah tidak terpakai lagi. Hadiwiyoto (1983), mengelompokkan sampah

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

UJI SIFAT FISIK WAFER LIMBAH SAYURAN PASAR DAN PALATABILITASNYA PADA TERNAK DOMBA SKRIPSI FIETA PRESCILIA SYANANTA

UJI SIFAT FISIK WAFER LIMBAH SAYURAN PASAR DAN PALATABILITASNYA PADA TERNAK DOMBA SKRIPSI FIETA PRESCILIA SYANANTA UJI SIFAT FISIK WAFER LIMBAH SAYURAN PASAR DAN PALATABILITASNYA PADA TERNAK DOMBA SKRIPSI FIETA PRESCILIA SYANANTA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan

Lebih terperinci

Gambar 1. Limbah Sayuran di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta

Gambar 1. Limbah Sayuran di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta TINJAUAN PUSTAKA Limbah Sayuran Menurut Apriadji (1990) dan Sutamihardja (1978), limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi. Hadiwiyoto (1983), mengelompokkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan Pellet Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan pertumbuhan serangga pada pellet yang disimpan. Ruang penyimpanan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2010 di Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah,

Lebih terperinci

UJI KADAR AIR DAN DAYA SERAP AIR BISKUIT LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SELAMA PENYIMPANAN

UJI KADAR AIR DAN DAYA SERAP AIR BISKUIT LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SELAMA PENYIMPANAN UJI KADAR AIR DAN DAYA SERAP AIR BISKUIT LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN RUMPUT LAPANG SELAMA PENYIMPANAN (Water Content and Absorption Capacity Tests on Corn Waste Products Biscuit and Field Grass During Storage)

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hijauan Pakan Dalam meningkatkan meningkatkan produksi ternak, ketersediaan hijauan makanan ternak merupakan bagian yang terpenting, karena lebih dari 70% ransum ternak terdiri

Lebih terperinci

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah: Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Stevent

Lebih terperinci

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46 Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah pertanian Penggunaan bahan pakan ternak yang umum digunakan sering menimbulkan persaingan, sehingga harga pakan tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fahlepi (2013), sayuran merupakan komoditas penting dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fahlepi (2013), sayuran merupakan komoditas penting dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Limbah Pertanian Menurut Fahlepi (2013), sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan

Lebih terperinci

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA Crude Protein and Crude Fiber Corncob Inoculated by Trichoderma sp. at Different Time of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan

Lebih terperinci

UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN

UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN SKRIPSI PRAMADITA SURYANAGARA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI HARFAN TEGAS ADITYA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

KUALITAS FISIK, KADAR AIR, DAN SEBARAN JAMUR PADA WAFER LIMBAH PERTANIAN DENGAN LAMA SIMPAN BERBEDA

KUALITAS FISIK, KADAR AIR, DAN SEBARAN JAMUR PADA WAFER LIMBAH PERTANIAN DENGAN LAMA SIMPAN BERBEDA KUALITAS FISIK, KADAR AIR, DAN SEBARAN JAMUR PADA WAFER LIMBAH PERTANIAN DENGAN LAMA SIMPAN BERBEDA Physical Qualities, Water Content, and Mould Distribution in Wafer of Agricultural Waste With Different

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI Syahriani Syahrir, Sjamsuddin Rasjid, Muhammad Zain Mide dan Harfiah Jurusan Nutrisi dan

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan September hingga bulan Desember 2008 dan berlokasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Cara pengeringan Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Prinsip pengeringan adalah CEPAT agar penurunan kualitas dapat ditekan. Cara pengeringan 1. Sinar matahari. Untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

UJI SIFAT FISIK WAFER LIMBAH SAYURAN PASAR DAN PALATABILITASNYA PADA TERNAK DOMBA SKRIPSI FIETA PRESCILIA SYANANTA

UJI SIFAT FISIK WAFER LIMBAH SAYURAN PASAR DAN PALATABILITASNYA PADA TERNAK DOMBA SKRIPSI FIETA PRESCILIA SYANANTA UJI SIFAT FISIK WAFER LIMBAH SAYURAN PASAR DAN PALATABILITASNYA PADA TERNAK DOMBA SKRIPSI FIETA PRESCILIA SYANANTA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH WAFER RANSUM KOMPLIT LIMBAH TEBU DAN PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS SIFAT FISIK

PENGARUH WAFER RANSUM KOMPLIT LIMBAH TEBU DAN PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS SIFAT FISIK PENGARUH WAFER RANSUM KOMPLIT LIMBAH TEBU DAN PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS SIFAT FISIK SKRIPSI ISWATIN AMIROH PROGAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KANDUNGAN ASAM FITAT DAN KUALITAS DEDAK PADI YANG DISIMPAN DALAM KEADAAN ANAEROB SKRIPSI RETNO IRIANINGRUM

KANDUNGAN ASAM FITAT DAN KUALITAS DEDAK PADI YANG DISIMPAN DALAM KEADAAN ANAEROB SKRIPSI RETNO IRIANINGRUM KANDUNGAN ASAM FITAT DAN KUALITAS DEDAK PADI YANG DISIMPAN DALAM KEADAAN ANAEROB SKRIPSI RETNO IRIANINGRUM DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Jagung Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dikurangi akar dan sebagian batang yang tersisa dan dapat diberikan kepada ternak, baik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat 36 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu mulai 8 Maret sampai 21 Agustus 2007 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL GAYA TEKAN WAFER PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRESS PANAS. Abstract

UJI EKSPERIMENTAL GAYA TEKAN WAFER PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRESS PANAS. Abstract UJI EKSPERIMENTAL GAYA TEKAN WAFER PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRESS PANAS Boby Pratama 1, Wenny Marthiana 1, Duskiardi 1 1 jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Mesin Universitas Bung Hatta boejank.tangoenk@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan sayuran pada pasar yang nantinya akan berbanding lurus dengan limbah sayuran yang

Lebih terperinci

SUBTITUSI DEDAK PADI DENGAN LIMBAH RESTORAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA RANSUM AYAM BROILER SKRIPSI ALBERTUS RANDY SOEWARNO

SUBTITUSI DEDAK PADI DENGAN LIMBAH RESTORAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA RANSUM AYAM BROILER SKRIPSI ALBERTUS RANDY SOEWARNO SUBTITUSI DEDAK PADI DENGAN LIMBAH RESTORAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA RANSUM AYAM BROILER SKRIPSI ALBERTUS RANDY SOEWARNO PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Limbah Taoge Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA Limbah Taoge Kacang Hijau 3 TINJAUAN PUSTAKA Limbah Taoge Kacang Hijau Taoge adalah hasil perkecambahan dari kacang-kacangan seperti kacang hijau dan kedelai. Limbah adalah sisa dari suatu produk yang sudah tidak dimanfaatkan lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2011. Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, pengujian kualitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN TERNAK BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan silase tanaman jagung sebagai alternatif

Lebih terperinci

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di Indonesia, dihadapkan pada kendala pemberian pakan yang belum memenuhi kebutuhan ternak. Ketersediaan

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK Bambang Kushartono dan Nani Iriani Balai Penelitian Ternak, Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Tanamanjagung (ZeamisL) mempunyai nilai

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Ternak Penelitian Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode laktasi 2 dengan bulan ke-2 sampai bulan ke-5 sebanyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan Peternakan, analisis silase dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al., I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi yang menurun dan meningkatnya impor daging di Indonesia yang dikarenakan alih fungsi lahan yang digunakan untuk pembuatan perumahan dan perkebunan. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN

PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN PROGRAM EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH UNTUK TINGKAT PETERNAK DAN KOPERASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS SKRIPSI AKRAMUZZEIN PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN PROSES KERJA HULLER TERHADAP SIFAT FISIK DEDAK PADI DI KECAMATAN GEBANG, KABUPATEN CIREBON SKRIPSI

PENGARUH PERBEDAAN PROSES KERJA HULLER TERHADAP SIFAT FISIK DEDAK PADI DI KECAMATAN GEBANG, KABUPATEN CIREBON SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN PROSES KERJA HULLER TERHADAP SIFAT FISIK DEDAK PADI DI KECAMATAN GEBANG, KABUPATEN CIREBON SKRIPSI ARYONO PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan komponen utama dalam usaha peternakan hewan ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang, menghasilkan sampah dengan karakteristik yang bervariasi. Timbunan sampah yang tidak terurus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup PENDAHULUAN Latar Belakang Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup berat bagi peternak. Hal tersebut dikarenakan sulitnya memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang berkualitas untuk ternak,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TEPUNG IKAN SERTA TEPUNG DAGING DAN TULANG SKRIPSI FAUZAN LATIEF

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TEPUNG IKAN SERTA TEPUNG DAGING DAN TULANG SKRIPSI FAUZAN LATIEF KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TEPUNG IKAN SERTA TEPUNG DAGING DAN TULANG SKRIPSI FAUZAN LATIEF PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN FAUZAN LATIEF.

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Limbah Perkebunan Pisang di Riau 2.1.1 Pisang (Musa paradisiaca) Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia dengan luas panen dan produksi pisang selalu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN MEMBUAT SILASE Oleh : Drh. Linda Hadju BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2014 PENDAHULUAN Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013 Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan utama dalam segala bidang usaha ternak, termasuk dalam hal ternak ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi

Lebih terperinci