Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.
|
|
- Yanti Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Cara pengeringan Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Prinsip pengeringan adalah CEPAT agar penurunan kualitas dapat ditekan.
2 Cara pengeringan 1. Sinar matahari. Untuk daerah tropis, pengeringan macam ini murah biayanya, mudah dikerjakan dan meningkatkan kandungan vitamin D pada hay yang dihasilkan Agar pengeringan berjalan cepat, hijauan setelah mendapat perlakuan fisik ditumpuk tipis di tempat penjemuran dan dibalik-balik. Kelemahannya tergantung pada cuaca, padahal saat hijauan berlebih terjadi pada musim hujan.
3 Cara pengeringan 2. Mesin Pengering (dryer) Umumnya mesin berbentuk silindris bersuhu 600 o C (disebut drum dryer), panas ditiupkan dalam ruangan dan hijauan di balik-balik agar panas merata menyentuh permukaan hijauan yang telah dipotong-potong. Pengeringan singkat, sehingga hasil hay berwarna hijau, mengandung vitamin A & E lebih tinggi. Kekurangnya adalah memerlukan biaya mahal dan kandungan vitamin D rendah.
4 Cara pengeringan 3. Panas fermentasi Panas yang digunakan berasal dari fermentasi hasil penumpukan hijauan itu sendiri. Fermentasi sebagai akibat proses respirasi (panas dan air), sehingga mikro-organisme dapat tumbuh dengan baik. Untuk menghindari kebakaran akibat panas yang berlebihan, maka hijauan dibalik-balik dan dalam ruangan dialiri udara. Warna hay coklat, kualitas jelek karena banyak nutrient tanaman yang terbongkar akibat respirasi & aktifitas mikro-organisme
5 Cara penyimpanan Hay merupakan jenis bahan yang bulky (densitas rendah) jadi untuk penyimpanan memerlukan ruangan yang besar. Hay merupakan bahan organik yang sewaktu-waktu dapat rusak akibat bahan yang kurang kering serta tumbuhnya mikro-organisme akibat ruangan tempat penyimpanan yang lembab.
6 Untuk mengurangi tempat penyimpanan, dan memudahkan penanganannya, hay dapat disimpan dalam bentuk kemasan. Terdapat beberapa bentuk kemasan :
7 Bale Setelah hijauan dipotong, dikeringkan di biarkan kering di lapangan. Setelah kering, hijauan digulung dengan alat (baler) Hay dalam bentuk bale siap diangkut untuk disimpan
8 Stacks Setelah hijauan kering pada hamparan, ditumpuk pada suatu tempat Selanjutnya hijauan dipres hidrolis. Hay padat berbentuk seperti lempenganlempengan kemudian diankut pada tempat penyimpanan
9 Evaluasi Hay 1. Fisik : Tekstur Warna Jamur Imbangan batang daun 2. Kimia : Besarnya penurunan nutrient Kandungan nutrient 3. Biologi : Palatabilitas Kecernaan
10 Tekstur Evaluasi tekstur menyangkut : tingkat kekeringan, dapat dilihat di laboratorium atau dicampur dengan bahan yang higroskopis, apabila bahan-bahan tersebut menempel pada hay berarti hay masih belum layak disimpan. Kerapuhan, hay apabila diremas hancur, untuk rumput berindikasi sudah terjadi kelapukan akibat serangan mikro-organisme sedangkan untuk leguminosa maka sebaiknya poses dilanjutkan kepenggilingan untuk dijadikan tepung daun.
11 Warna Hay yang baik berwarna hijau terang. Warna hijau menunjukkan bahwa pengeringan berjalan dengan cepat, sehingga kehilangan nutrisi dapat diperkecil. Warna kuning atau coklat menunjukkan bahwa proses respirasi berjalan lama dan panas yang ditimbulkan dari respirasi sel tanaman bersama-sama dengan aktifitas mikro-organisme merusak chlorophil tanaman dan adanya indikasi karamelisasi.
12 Jamur Hay yang berjamur mengindikasikan bahwa kadar air masih tinggi atau tempat penyimpanan yang kurang baik (lembab). Apabila hay ini disimpan terus maka akan terjadi proses fermentasi yang dapat menyebabkan kebakaran, atau paling tidak akan menurunkan kualitas, tidak disukai ternak dan bahkan mungkin bisa meracuni ternak.
13 Imbangan batang dan daun Daun secara umum mempunyai kualitas yang lebih baik dari batang, oleh karena itu fraksi daun diharapkan lebih banyak pada hay. Untuk leguminosa pohon, umumnya helai daun terpisah dari tangkainya. Selama penyimpanan/transportasi bagian daun menumpuk pada bagian bawah, oleh karena itu sebaiknya pemberian pada ternak dicampur dengan rumput agar ternak mudah mengkonsumsinya dan menghindarkan selektifitas ternak.
14 Besarnya penurunan nutrient Pembuatan hay pada dasarnya akan menurunkan nutrient dalam hijauan. Hay yang baik apabila penurunan nutrient kecil. Penurunan nutrient yang besar mengindikasikan adanya kesalahan dalam proses pengeringan, penanganan bahan baku atau penyimpanan.
15 Cara menghitung penurunan nutrient Hijauan segar sebanyak 100 kg dengan kandungan BK 20%; (BO 85%; PK 9 % dalam BK) dibuat hay Setelah jadi hay beratnya tinggal 30 kg dengan kandungan BK 85 %; (BO 83% dan PK 9,5%) Artinya Bahan baku awal yang dibuat hay BK 0,20 x 100 kg = 20 kg; BO 0,85 x 20 kg = 17 kg dan PK 0,09 x 20 kg =1,8 kg Setelah jadi hay BK 0,85 x 20 kg = 17 kg; BO 0,83 x 17 kg = 14,11 kg dan PK 0,095 x 17 kg = 1,615 kg Dengan demikian penurunan BK = 3 kg atau (3/20 x 100% = 15%); BO 17 14,11 = 2,89 kg (2,89/17 x 100% = 17%) dan PK 1,8 1,615 = 0,185 (0,185/1,8 x 100% = 10,28%)
16 Kandungan Nutrient Dalam pembuatan hay memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang cukup banyak, oleh karena itu dalam pembuatan hay diharapkan dari bahan-bahan baku yang berkualitas tinggi. Hay dari bahan baku yang berkualitas kualitas tinggi diharapkan akan menghasilkan kualitas hay yang tinggi pula. Kandungan nutrient ditentukan berasarkan analisis laboratorium, yang dapat dikerjakan dengan analisis proksimat atau analisis serat Van Soest.
17 Palatabilitas Merupakan tingkat kesukaan ternak terhadap hay yang diberikan. Palatabilitas ini merupakan tingkat konsumsi ternak. Hay yang baik mempunyai tingkat konsumsi yang tinggi. Palatabilitas merupakan gabungan dari dari beberapa faktor : warna, tekstur, bau dan rasa dari hay yang direspon oleh ternak. Namun demikian palatabilitas juga merupakan faktor kebiasaan dari ternak dan hal ini bisa dilatih.
18 Kecernaan Kecernaan merupakan suatu gambaran berapa jumlah nutrient dari hay yang dapat diserap oleh alat pencernaan setelah hay tersebut dikonsumsi ternak. Hay yang baik adalah hay yang mempunyai kecernaan tinggi, dengan harapan hasil pencernaan tersebut dapat digunakan untuk produksi ternak
19 Macam dan bentuk hay Loose hay Standing hay Choppered / shredded hay Mash (tepung daun)
20 Loose hay Hay yang berbentuk panjang-panjang. Dibuat dengan cara setelah hijauan dipenen dibiarkan kering di lapangan. Umumnya dibuat dari jenis rumput penggembalaan (Cynodon, Digitaria, Brachiaria) Umumnya dikeringkan menggunakan panas matahari. Hijauan dibalik tiap periodik bisa menggunakan mekanisasi atau manual. Setelah kering bisa dibuat stack, bale atau disimpan begitu saja
21 Stack hay yang dibuat dari loose hay
22 Bale yang dibuat dari loose hay
23 Loose hay tanpa pengepresan, hanya diikat kemudian ditumpuk. Agar tidak berjamur diberi alas agar tidak menyentuh lantai/tanah
24 Standing hay Hay yang dibuat dengan cara mematikan hijauan yang ada di lapangan tanpa dipotong terlebih dahulu, Untuk mematikan hijauan dilakukan dengan cara tidak mengairi padang rumput pada saat udara panas atau membiarkan hijauan semusim setelah melewati fase generatif. Setelah hijauan kering baru dimanfaatkan, bisa dengan ternak dilepas di areal standing hay atau dipotong untuk disimpan. Selain sebagai pakan cadangan, standing hay ini bertujuan untuk memberikan istirahat pada lahan agar produksi rumput berikutnya tinggi.
25 Standing hay pada tanaman jagung. Jagung dibiarkan tua di lahan sampai menguning, sehingga begitu buah dipanen sudah kering (tidak perlu menjemur buah) dan jeraminya siap disimpan untuk pakan ternak
26 Chopped / shredded hay Hay yang dibuat dari hijauan setelah mendapatkan perlakuan fisik (dipotong kecilkecil / dicabik) Umumnya dari rumput potongan yang memiliki batang besar (R Gajah, Jagung, R Benggala) Umumnya dikeringkan dengan mesin pengering dalam suatu ruangan. Untuk menghemat ruangan penyimpanan, maka hay dipres dalam bentuk Wafer (chopped hay) dan cube (shredded hay)
27 Wafer Wafer adalah hay yang berbentuk balok yang disusun dari lembaran-lembaran yang padat. Umumnya 1 lembar beratnya 5 kg untuk 1 ekor sapi.
28 Wafer Wafer umumnya dibungkus jaring (net) atau karung agar rontokannya tidak tercecer. Untuk mengurangi kerontokan biasanya sebelum dipres, hay disemprot dengan perekat seperti molasses. Untuk pemberian pada ternak sangat praktis, 1 ekor diberi 1 lembaran.
29 Cube Hay yang dicetak dalam bentuk kubus, ukuran kubus besar 5 x 5 x 5 cm dan yang kecil 3 x 3 x 3 cm. Setelah hijauan di cabik dengan shredder, terus dikeringkan. Serat kering yang lembut dipres dalam mesin cube. Cube biasanya mengandung konsentrat sebagai pakan lengkap yang digunakan sebagai pakan saat transportasi.
30 QuickTime and a TIFF (Uncompressed) decompressor are needed to see this picture. QuickTime and a TIFF (Uncompressed) decompressor are needed to see this picture. Cube Hay
31 Tepung daun Hay dari daun leguminosa pohon (turi, lamtoro, kaliandra) cepat sekali kering. Saat proses pengeringan akan terjadi kerontokan daun dari tangkainya. Daun yang kering, teksturnya sangat remah, jadi penanganan yang ideal adalah dilanjutkan ke penggilingan untuk dijadikan tepung.
32 Tepung daun Untuk daun yang mempunyai serat kasar rendah, seperti lamtoro, alfafa/lucerne digunakan sebagai pakan unggas, sedangkan yang mempunyai serat kasar tinggi digunakan untuk pakan ruminansia. Agar mudah pemberiannya pada ternak, maka tepung daun ini diproses lagi menjadi pellet. Umumnya Pellet tepung daun ini sudah dicampur dengan konsentrat (bahan-bahan pakan lain) sebagai pakan lengkap.
33 QuickTime and a TIFF (Uncompressed) decompressor are needed to see this picture. QuickTime and a TIFF (Uncompressed) decompressor are needed to see this picture. Pelet Tepung daun
34
SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA
PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. Rumput merupakan hijauan segar sebagai
Lebih terperinciSAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt
SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.
Lebih terperinciFeed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46
Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak
8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hijauan Pakan Dalam meningkatkan meningkatkan produksi ternak, ketersediaan hijauan makanan ternak merupakan bagian yang terpenting, karena lebih dari 70% ransum ternak terdiri
Lebih terperinciColeman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:
Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Stevent
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013 Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi yang menurun dan meningkatnya impor daging di Indonesia yang dikarenakan alih fungsi lahan yang digunakan untuk pembuatan perumahan dan perkebunan. Untuk memenuhi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari
Lebih terperinciTEKNOLOGI JERAMI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN TERNAK Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda
TEKNOLOGI JERAMI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN TERNAK Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai potensi yang
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39
Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,
Lebih terperinciJENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar
JENIS PAKAN 1) Hijauan Segar Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang
Lebih terperinciPAKAN TERNAK HAYLASE JERAMI PADI DARI STARTER ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN
PAKAN TERNAK HAYLASE JERAMI PADI DARI STARTER ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai potensi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan
14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak. Faktor penghambat. kemarau terjadi kekurangan hijauan pakan ternak.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang berpotensi besar untuk penyediaan hijauan pakan, namun sampai saat ini ketersedian hijauan pakan ternak masih menjadi permasalahan
Lebih terperinciRansum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)
Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. HP: 0815-7810-5111 E-mail: Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di
11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di kandang kambing Kelompok Tani Ternak Tunas Melati, di desa Cepoko Kuning, Batang, Jawa Tengah serta
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39
Jawabannya tentu tidak. Ada beberapa teknologi pengawetan hijauan pakan ternak seperti silase, hay, amoniasi, fermentasi. Namun masing-masing teknologi tersebut mempnuyai kekurangan dan kelebihan. Salah
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK
KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia dari Dosen : Rika Widiawati,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan bahan pakan sumber serat yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. (2005) porsi hijauan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah
III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa Sidomukti Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan. B. Alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan komponen utama dalam usaha peternakan hewan ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk pertumbuhan
Lebih terperinciTANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA
TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN Leguminosa Styloshanthes guianensis (Stylo) merupakan salahsatu tanaman pakan yang telah beradaptasi baik dan tersebar di
Lebih terperinciPetunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi
Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Konsentrat Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Lebih terperinciPROSES PEMBUATAN PAKAN
8. PROSES PEMBUATAN PAKAN Proses pembuatan pakan merupakan kelanjutan dari proses pemilihan dan pengolahan bahan baku. Dalam proses pembuatan pakan ditempuh beberapa tahap pekerjaan, yaitu: penggilingan/penepungan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah pertanian Penggunaan bahan pakan ternak yang umum digunakan sering menimbulkan persaingan, sehingga harga pakan tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Evaluasi Panjang Potongan Hijauan yang Berbeda dalam Ransum Kering Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Kambing Lokal dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang, menghasilkan sampah dengan karakteristik yang bervariasi. Timbunan sampah yang tidak terurus
Lebih terperinciMETODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan
Lebih terperinciPANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG
PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena
Lebih terperinciPRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)
3.1 Landasan Teori PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) Berbagai ragam bahan makanan ternak telah dikenal dan dipergunakan sebagai bahan penyusun Pakan untuk memenuhi kebutuhan ternak
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September
16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis
Lebih terperinciPOTENSI PAKAN HIJAUAN KERING DI INDONESIA Oleh : Hesty Natalia Literatur berbagai sumber
POTENSI PAKAN HIJAUAN KERING DI INDONESIA Oleh : Hesty Natalia Literatur berbagai sumber LATAR BELAKANG Indonesia yang terletak di daerah katulistiwa mempunyai iklim tropis dimana dalam kurun waktu setahun
Lebih terperinciMEMBUAT SILASE PENDAHULUAN
MEMBUAT SILASE Oleh : Drh. Linda Hadju BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2014 PENDAHULUAN Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi
1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi
Lebih terperinciDiharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan
SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN TERNAK BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan silase tanaman jagung sebagai alternatif
Lebih terperinciPERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI
PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI Syahriani Syahrir, Sjamsuddin Rasjid, Muhammad Zain Mide dan Harfiah Jurusan Nutrisi dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan Pellet Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan pertumbuhan serangga pada pellet yang disimpan. Ruang penyimpanan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput
Lebih terperinciKESUBURAN TANAH Jangan terlalu Kesuburan fisik: miring * Struktur tanah * Kedalaman Kesuburan kimia: * Unsur hara yang Tersedia dalam Tanah
POKOK-POKOK TATALAKSANA DALAM PENYEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK Oleh : Siti Rochani, SPt. MM Sudah kita ketahui bersama bahwa keberhasilan suatu peternakan tidak lepas dari efisiensi kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup
PENDAHULUAN Latar Belakang Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup berat bagi peternak. Hal tersebut dikarenakan sulitnya memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang berkualitas untuk ternak,
Lebih terperinciGambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar
Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut
Lebih terperinciPELUANG PEMANFAATAN LIMBAH PISANG SEBAGAI PAKANTERNAK
PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH PISANG SEBAGAI PAKANTERNAK A. Ujianto Balai Penelitian Ternak Po.Box 221 Bogor 16002 Kata Kunct : Limbah, Pisang, Pakan Ternak RINGKASAN Limbah pisang merupakan masalah yang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Bahan dan Alat
36 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu mulai 8 Maret sampai 21 Agustus 2007 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Lebih terperinciKompos Cacing Tanah (CASTING)
Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA
AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik
Lebih terperinciII. KERANGKA PENDEKATAN TEORI
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ketersediaan Limbah Pertanian Pakan ternak sangat beragam tergantung varietas tanaman yang ditanam petani sepanjang musim. Varietas tanaman sangat berdampak
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
Lebih terperinciPEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si
PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isi rumen merupakan limbah rumah potong hewan ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) yang masih belum optimal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang
Lebih terperinciPENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN
PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik
Lebih terperinciDalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba
8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba dan Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk
Lebih terperincib. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Stylosantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides,
PAKAN TERNAK 1. SEJARAH SINGKAT Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Tillman dkk., (1989) menyatakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada ternak untuk kelangsungan hidup, berproduksi,
Lebih terperinciPENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA
PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA Bambang Kushartono, Nani Iriani clan Gunawan Balai Penelitian Ternak, Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Keterbatasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para peternak selayaknya memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan produk sampingan olahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pakan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan usaha peternakan karena berkaitan dengan produktivitas ternak, sehingga perlu dilakukan peningkatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri
Lebih terperinciKONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA
KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA Indonesia adalah negara TROPIS Dengan ciri khas kualitas rumput yang rendah Pemberian pakan hanya dengan rumput Pemberian pakan campuran rumput dan konsentrat hijauan hijauan
Lebih terperinciBudidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.
Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Pasar sebagai Pakan Ruminansia
No.: 05/Brosur/BPTP Jakarta/2009 PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni
16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni di Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Provinsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan pascapanen komoditas pertanian mejadi hal yang tidak kalah pentingnya dengan penanganan sebelum panen. Dengan penanganan yang tepat, bahan hasil pertanian
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak
24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan
Lebih terperinciPEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI
Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat
Lebih terperinciBERBAGAI METODA PENGOLAHAN PAKAN BERSERAT Oleh : Hesty Natalia Literatur : Berbagai sumber
BERBAGAI METODA PENGOLAHAN PAKAN BERSERAT Oleh : Hesty Natalia Literatur : Berbagai sumber Keberhasilan bisnis peternakan tidak bisa lepas dari kemampuan manajemen kecukupan pakan. Hampir 80% dari total
Lebih terperinci