BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peacekeeping operations telah berkembang dari model tradisional yang mengobservasi gencatan senjata dan pemisahan pasukan setelah perang antar negara ke arah yang lebih kompleks dengan melibatkan berbagai pihak, di antaranya militer, polisi dan sipil. Pihak- pihak tersebut bekerjasama untuk menjaga situasi damai pasca konflik dan membantu implementasi perjanjian damai yang telah disepakati. Konflik di Lebanon merupakan salah satu kasus yang menunjukkan perkembangan dari operasi peacekeeping, terutama yang melibatkan militer. Perkembangan peacekeeping operations yang melibatkan militer di arahkan pada diplomasi. Diplomasi merupakan dasar dari aktifitas politik, sumber daya yang baik, keterampilan dan alat utama kekuasaan. Tujuan utamanya adalah untuk memungkinkan negara mengamankan tujuan kebijakan luar negeri tanpa menggunakan kekerasan, propaganda atau hukum. Secara umum diplomasi adalah sebuah seni dan praktik berunding atau bernegosiasi, khususnya tentang perjanjian di antara negara- negara. Diplomasi memiliki berbagai definisi, diantaranya menurut Sir Earnest Satow dalam bukunya A Guide To Diplomatic Practice berpendapat bahwa diplomasi adalah penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungan resmi antar pemerintah negara- negara berdaulat. Kemudian, menurut K.H Pamikkar dalam bukunya The Principle and Practice of Diplomacy bahwa diplomasi dalam hubungannya dengan politik Internasional adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Berdasarkan berbagai definisi diplomasi tersebut, beberapa hal tampak jelas mengenai diplomasi. Pertama, bahwa unsur pokok diplomasi adalah negosiasi. Kedua, negosiasi

2 dilakukan untuk mengedepankan kepentingan negara. Ketiga, tindakan- tindakan diplomatik diambil untuk menjaga dan memajukan kepentingan nasional sejauh mungkin bisa dilaksanakan dengan sarana damai. Oleh karena itu, pemeliharaan perdamaian tanpa merusak kepentingan nasional adalah tujuan utama diplomasi. Secara umum diplomasi dibedakan menjadi tiga pola, antara lain yaitu Bilateral Diplomacy, Multilateral Diplomacy, dan Multi- Track Diplomacy. Penjelasannya adalah sebagai berikut: Bilateral Diplomacy merupakan dilplomasi yang dilakukan antara dua pihak dalam hubungan internasional yang mengacu pada hubungan dua negara. Pola diplomasi bilateral merupakan suatu pola diplomasi yang dilakukan oleh dua negara dalam hubungan internasional secara tertutup atau rahasia. Hal ini dikarenakan diplomasi yang dilakukan hanya seputar kepentingan nasional kedua negara saja, sehingga kecil kemungkinan bagi negara lain untuk ikut berperan aktif dalam diplomasi ini. Diplomasi bilateral biasanya menggunakan prinsip hubungan timbal balik, jadi ketika suatu negara membutuhkan bantuan dari negara lain maka di lain hari ia juga akan memberikan sesuatu yang dibutuhkan. Pola diplomasi yang kedua adalah Multilateral Diplomacy. Diplomasi ini merupakan interaksi antara tiga negara atau lebih yang memiliki kepentingan sama. Pada era modern ini diplomasi telah mengalami perkembangan yang berdampak pada bertambahnya aktor-aktor internasional. Diplomasi tidak lagi hanya melibatkan dua negara saja, melainkan juga melibatkan lebih dari dua negara bahkan juga organisasi internasional. Kemudian, negara bukanlah satu-satunya aktor lagi yang terlibat dalam proses diplomasi. Hal tersebut dapat ditekankan pada pola diplomasi yang ketiga yaitu Multi- Track Diplomacy, diplomasi ini merupakan kerangka kerja konseptual untuk melihat proses perwujudan perdamaian internasional sebagai suatu sistem kehidupan dan sebagai refleksi dari beragam aktivitas yang dilakukan untuk berkontribusi dalam proses peacemaking dan peacebuilding di lingkup internasional. Semua komponen saling

3 terkait seperti mulai dari kegiatan, individual, institusi, dan komunitas yang saling bekerjasama untuk mencapai sebuah dunia dalam perdamaian. Keterlibatan Indonesia dengan mengirimkan TNI ke Lebanon dalam upaya Peacekeeping operations merupakan bagian dari Multi- Track Diplomacy, dalam hal ini TNI sebagai perwakilan negara Indonesia dengan membawa misi PBB. Upaya- upaya yang dilakukan TNI di Lebanon membawa nama Indonesia, jadi apa pun yang dilakukan mencerminkan bagaimana citra Indonesia di mata Internasional. Peran militer dalam diplomasi merupakan perwujudan terciptanya perdamaian awal itu sendiri. Jadi, dapat dikatakan bahwa peran militer tersebut menjadi awal terciptanya bina damai. Bina damai mencakup serangkaian upaya yang kompleks dan merupakan proses jangka panjang untuk memperkuat kapasitas negara pasca konflik sebagai landasan dalam mewujudkan perdamaian dan pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka memperkecil resiko terjadinya atau berulangnya konflik di suatu negara. Kemudian keterlibatan peran militer tersebut merupakan salah satu jalur dalam multi-track diplomacy. Pada kasus Lebanon TNI yang berbasis prinsip multi-track diplomacy mengupayakan diplomasi. Hal tersebut menjadi bukti bahwa TNI sebagai instrumen pertahanan negara dapat melakukan diplomasi yang sebelumnya merupakan tugas seorang diplomat, kemudian terjadi perkembangan peran TNI dalam peacekeeping yang sudah mengarah upaya bina damai. Kegiatan yang dilakukan oleh TNI tersebut lebih menonjol dan mendapatkan respon yang positif oleh masyarakat Lebanon. Upaya diplomasi yang dilakukan TNI juga berdasarkan pengalaman TNI di Indonesia saat melakukan kegiatan ABRI Masuk Desa. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi diplomasi TNI sesuai dengan pengertian TNI mengenai diplomasi dikaitkan dengan Multi- track diplomacy. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui implementasi diplomasi yang dilakukan TNI ini memilih kasus di Lebanon berdasarkan beberapa hal yaitu: adanya pro dan kontra terkait

4 keterlibatan TNI di UNIFIL, TNI menunjukkan partisipasinya dalam diplomasi kemanusiaan di Lebanon dan mendapatkan respon yang positif dari masyarakat lokal. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada diplomasi kemanusiaan yang dilakukan oleh TNI dan pencapaiannya melalui UNIFIL. Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu: Bagaimana implementasi diplomasi TNI melalui UNIFIL? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi diplomasi TNI di Lebanon sesuai dengan pengalaman TNI dan pengertian TNI mengenai diplomasi. Kemudian, sekaligus menunjukkan sisi- sisi lain TNI yang tidak hanya identik dengan tindakan militer, tetapi juga kedekatan TNI dengan masyarakat lokal dan memberikan bantuan- bantuan kemanusiaan. 1.4 Tinjauan Literatur Perkembangan peacekeeping operations saat ini menjadi perhatian karena keterlibatan ataupun peran militer yang juga berkembang. Menurut Mariana Nucari dalam jurnal yang berjudul Flexibility Towards Diversity: New skills for Military Personel in PSOs bahwa keterlibatan militer dalam operasi pemeliharaan perdamaian menjadi peran baru bagi militer, khususnya bagi militer professional yang dalam teori sosiologi militer disebut dengan istilah: The military peacekeepers/pasukan penjaga perdamaian. Menyiapkan pasukan perang untuk menjadi pasukan pemeliharaan perdamaian merupakan suatu hal baru yang menarik. Dalam dunia militer hal ini sangat bertolak belakang dengan tugas utamanya sebagai pasukan perang, namun realitanya tugas ini telah diperankan oleh

5 para prajurit angkatan bersenjata di seluruh dunia. Jurnal ini sudah menjelaskan perkembangan peran militer dalam operasi perdamaian, sehingga memberikan pandangan baru bahwa militer tidak hanya melakukan tugas sebagai pasukan perang saja. Namun, dalam jurnal ini belum dijelaskan mengenai upaya- upaya yang dilakukan oleh prajurit angkatan bersenjata dalam operasi pemeliharaan perdamaian yang mencerminkan perkembangan peran militer itu sendiri. Peran militer dalam operasi pemeliharaan perdamaian dapat dijelaskan melalui tulisan James Notter dan Louise Diamond dengan judul Building and Transforming Conflict: Multi-Track Diplomacy in Practice yaitu permasalahan di dunia yang semakin kompleks membangun kesadaran mengenai jalur-jalur penyelesaian konflik yang lebih efektif. Multi-Tract yang berupa Government (one tract) dan Non-government (two track) berawal dari pemikiran bahwa interaksi formal, official, serta interaksi antar pemerintah dengan perwakilan yang ditugaskan oleh negara masing -masing bukanlah metode yang akan selamanya efektif dalam mencapai kerjasama internasional untuk menyelesaikan konflik ataupun menciptakan hubungan yang baik. Aktor- aktor lain dengan berbagai macam latar belakang dan memiliki kredibilitas pun dapat menciptakan perubahan. Dalam hal ini militer termasuk dalam aktor profesional yang dapat melakukan diplomasi. Penjelasan lebih jauh ditulis oleh Louise Diamond dan John Mc. Donald dalam bukunya yang berjudul Multi-track Diplomacy : A system approach to peace bahwa aktor professional tersebut juga memiliki kesempatan untuk menganalisa, mencegah, menyelesaikan, serta mengakomodasi konflik internasional dengan komunikasi, pemahaman, dan membangun hubungan baik dalam menghadapi masalah bersama aktoraktor lain yang bukan negara. Namun, multi-track diplomacy belum menjelaskan upaya diplomasi seperti apa yang dilakukan oleh militer dalam operasi perdamaian. Terkait dengan peran militer dalam operasi pemeliharaan perdamaian, Indonesia sejak tahun 1975 telah ikut serta dalam mengirimkan pasukan TNI untuk menjaga

6 perdamaian di Timur Tengah antara Israel dan Mesir. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan terletak di Asia, keikutsertaan Indonesia dalam misi perdamaian PBB sangat diharapkan, karena dapat dipandang sebagai penyeimbang di dalam komposisi misi perdamaian PBB. Hal ini ditambah dengan kenyataan, bahwa konflik yang terjadi saat ini, sering melibatkan Negara muslim atau Negara berpenduduk muslim, seperti yang terjadi di Bosnia, Lebanon, Irak bahkan Darfur di Afrika. Kehadiran Negara berpenduduk muslim seperti Indonesia di Negara-negara yang tengah menghadapi konflik tersebut tentu dapat menjadi penyeimbang yang penting dan representatif. Menurut peneliti Bambang Kismono H. dan Machmud Syafrudin, bahwa bagi lingkungan internal TNI, pengiriman pasukan di dalam misi perdamaian PBB berdampak positif, yaitu: menumbuhkan profesionalisme di lingkungan TNI, menaikkan citra TNI di dunia serta dalam upaya diplomasi pertahanan (defence diplomacy). Dengan masih adanya konflikkonflik bersenjata di dunia, kehadiran pasukan perdamaian Indonesia akan tetap penting dan diharapkan sumbangsihnya di masa depan. Menurut Indriana Kartini dalam jurnalnya yang berjudul Peran Indonesia Dalam Misi Perdamaian PBB, bahwa dengan merujuk pada nilai- nilai kemerdekaan Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan mendukung sepenuhnya kemerdekaan bangsabangsa yang masih terjajah. Selanjutnya, di bagian lain Pembukaan UUD 1945 tercantum komitmen Indonesia terhadap perlindungan nasional maupun dunia internasional, khususnya dalam mendukung terwujudnya ketertiban dan perdamaian dunia. Kartini menjelaskan pengiriman pasukan pemeliharaan perdamaian di bawah bendera PBB menunjukkan komitmen kuat bangsa Indonesia terhadap perdamaian sekaligus memberi arti penting dalam pelaksanaan hubungan luar negeri dan implementasi politik luar negeri bebas aktif serta meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional. Dalam hal ini, Indonesia berpandangan bahwa suatu misi pemeliharaan perdamaian dikatakan berhasil bergantung pada prinsip- prinsip yang disepakati oleh seluruh anggota PBB, yakni : persetujuan pihak- pihak yang bertikai (consent), memiliki mandat yang jelas, imparsial,

7 dan tidak menggunakan kekerasan (non-use of force) kecuali untuk membela diri dan mempertahankan mandat yang diamanatkan oleh PBB. Terkait dengan keterlibatan TNI dalam diplomasi telah sedikit disebutkan dalam tulisan Dasman Djamaluddin yang berjudul Mission Accomplished: Mengawal keberhasilan perjanjian camp david, bahwa upaya diplomasi telah ditunjukkan oleh Brigadir Jenderal Rais Abin yang saat itu dipercaya menjadi kepala staff misi perdamaian PBB pada konflik Israel dan Mesir yaitu United Nations Emergency Force (UNEF II). Pada saat itu, Rais Abin bertemu dengan Menteri pertahanan Israel Shimon Peres untuk memastikan bahwa Ia juga diterima oleh Israel sebagai kepala staff pasukan UNEF II agar selama bertugas tidak ada permasalahan yang mengganggu. Selain itu, Rais Abin juga memenuhi persyaratan dari pihak Israel bahwa kunjungan-kunjungan tidak boleh dipublikasikan dan harus diberitahukan 24 jam sebelumnya. Maka, anggota dari pasukan TNI di bawah UNEF yang beragama Islam bersembahyang Jumat di Masjidil Al- Aqsa, Jerusalem dan yang Kristen beribadah Minggu di Bethlehem yang kedua-dua tempat tersebut dikuasai Israel. Keberhasilan Rais Abin bertemu Shimon Peres di Jerusalem juga bentuk dari keberhasilannya dalam berdiplomasi. Karena telah melakukan tugas- tugas seperti melakukan pendekatan yang efektif, baik dengan negara-negara yang sedang bertikai, Mesir dan Israel, maupun negara- negara yang pasukannya berada di bawah pimpinannya. 1.5 Kerangka Konseptual Konsep Peacekeeping Penelitian ini menggunakan konsep peacekeeping untuk menjelaskan perkebangan peran TNI dalam peacekeeping operation di Lebanon. Menurut PBB peacekeeping adalah teknik yang dirancang untuk memelihara perdamaian pada saat konflik mereda dan untuk membantu implementasi perjanjian yang disepakati oleh

8 para pembuat perdamaian serta menciptakan kondisi untuk perdamaian abadi. 1 Perkembangan peacekeeping ke arah yang lebih kompleks dengan melibatkan penggabungan berbagai instrumen seperti militer, polisi dan sipil telah menunjukkan pula perkembangan peran TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian. Prinsip- prinsip dalam peacekeeping operations secara umum meliputi: 2 persetujuan pihak- pihak terlibat, maksudnya adalah peacekeeping operations tersebut dikerahkan dengan persetujuan pihak- pihak utama yang terlibat konflik. Persetujuan tersebut penting, karena tidak adanya persetujuan membuat posisi pasukan peacekeeping menjadi pihak yang terlibat konflik dan akan ditarik lebih jauh ke tindakan- tindakan perang. Sehingga, akan jauh dari peran utama sebagai pasukan penjaga perdamaian. Prinsip yang kedua yaitu imparsialitas, maksudnya adalah pasukan peacekeeping harus menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak secara netral. Hal tersebut dapat mendukung pelaksanaan persetujuan dan kerjasama dari pihak- pihak terkait. Namun, pasukan peacekeeping harus memiliki komitmen kuat untuk tetap menjalankan mandat yang telah diamanatkan. Prinsip terakhir yaitu tidak menggunakan kekerasan kecuali untuk mempertahankan diri dan melindungi mandat Konsep Bina Damai Peran TNI telah berkembang ke arah bina damai, maka konsep bina damai dapat menjelaskan hal tersebut. Bina damai secara umum memiliki pengertian sebuah konsep yang memasukkan elemen- elemen paralel dari resolusi konflik transformatif untuk mengatasi kekerasan struktural dan budaya, resolusi konflik 1 What Is Peacekeeping?, United Nations Peacekeeping (daring), < diakses pada 15 Juni Principles Of UN Peacekeeping, United Nations Peacekeeping (daring), < diakses pada 15 Juni 2015.

9 untuk penyelesaian konflik. 3 Dalam perkembangannya bina damai tidak hanya fokus pada bina damai politik dan bina damai structur, tetapi juga pada bina damai sosial. Bina damai sosial adalah dasar dari semua proses bina damai dan sangat terkait dengan hubungan, perasaan, sikap, kepercayaan serta keahlian yang digabungkan dan dibagi dengan orang- orang, indivudu maupun kelompok. 4 Bina damai sosial berfokus pada pembangunan infrastruktur manusia melalui programprogram yang buat oleh kelompok maupun pihak terkait. Pembangunan manusia dapat menjadi dasar untuk mempersiapkan elemen- elemen lain seperti kesepakatan politik dan sebagainya. Peran TNI dalam konteks bina damai dapat dipahami melalui pemetaan jenis kemampuan pasukan, tugas dan kegiatannya terhadap daerah penugasannya ditinjau dari segi karakteristik konflik dan karakteristik mandatnya. Seperti pada misi Lebanon atau UNIFIL, jenis kemampuan pasukan yang dikategorikan dalam Batalyon mekanis memiliki tugas yang termasuk dalam aksi kemanusiaan seperti pelayanan kesehatan dan dukungan untuk masyarakat terbatas, serta perlindungan warga sipil. Selain itu, ada kategori tim kerja sama sipil militer atau CIMIC (Civilmilitary cooperations) yang memiliki tugas pengumpulan data dalam rangka identifikasi kebutuhan masyarakat. 5 Pada penelitian ini, konteks bina damai dapat menjelaskan arah peran TNI dan kegiatan- kegiatan selama misi UNIFIL di Lebanon yang telah berkembang dari 3 A. P Williams & B. Mengistu, An exploration of the limitations of the bureaucratic organization in implementing contemporary peacebuilding, Cooperation and Conflict, Vol. 50 (I), 2015, p James Notter And Louise Diamon, Building Peace and Transforming Conflict: Multi-Track Diplomacy In Practice, Occasional Paper Number 7, The Institute For Multi-Track Diplomacy, USA, 1996,p TNI dan Misi Pemeliharaan Perdamaian-Peran PMPP TNI dalam Menyiapkan Kontingen Garuda, PMPP TNI, Jakarta: PMPP TNI, 2011, via paper seminar Indonesian Humanitarian Action Forum 2014 berjudul Peran pasukan tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam upaya peacebuilding pada misi pemeliharaan perdamaian oleh Eka Bagus Laksamana, S. Sos. Dan Hasan Abdullah, pp. 5; 7-8.

10 peran tradisionalnya sebagai penjaga perdamaian menjadi kegiatan yang lebih kompleks menyentuh ke arah pemulihan kehidupan sosial masyarakat Multi-Track Diplomacy Multi-Track diplomacy adalah kerangka konseptual untuk melihat proses perwujudan perdamaian internasional sebagai suatu sistem kehidupan dan sebagai refleksi dari beragam aktivitas yang dilakukan untuk berkontribusi dalam proses peacemaking dan peacebuilding di lingkup internasional. 6 Semua komponen dalam multi-track diplomacy saling terkait, seperti kegiatan, individual, institusi, dan komunitas yang saling bekerjasama untuk mencapai perdamaian. Multi-track diplomacy terdiri dari sembilan jalur yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama adalah pemerintah atau perwujudan damai melalui diplomasi, artinya pembuatan kebijakan dan pembangunan perdamaian dilakukan dengan proses diplomasi resmi melalui aspek- aspek formal dari pemerintah. 7 Kelebihan dari jalur ini adalah keabsahan kebijakan yang tidak diragukan lagi sebab pemerintahan merupakan institusi formal dan pemerintah memegang peranan penting dalam sebuah negara, sehingga dapat dengan bebas menggunakan sumber daya, terutama demi mencapai kepentingan nasional. Sedangkan kekurangannya adalah pemerintah akan terkesan ekslusif dan bisa jadi rakyat merasa bahwa pemerintah tidak lagi merepresentasikan apa yang dibutuhkan oleh rakyat dalam suatu negara. Di samping itu kesempatan untuk menyalah gunakan kekuasaan pun terbuka lebar karena pemerintah sendirilah yang memiliki wewenang untuk menciptakan aturan-aturan, termasuk hukum. 6 Louise Diamond and, John Mc.Donald, Muti-track diplomacy: A system Approach to Peace-3rd ed, New York, Kumarian Press, 1996, p.1 7 Ibid, p.4

11 Kedua adalah bukan pemerintah/professional, artinya diranah ini pihakpihak tersebut mampu mewujudkan perdamaian melalui resolusi konflik. Pihakpihak tersebut mencoba untuk menganalisa, mencegah, menyelesaikan, serta mengakomodasi konflik internasional dengan komunikasi, pemahaman, dan membangun hubungan baik dalam menghadapi masalah secara bersama- sama, oleh aktor-aktor bukan Negara. 8 Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa keterlibatan TNI di Lebanon sebagai salah satu kategori instrumen professional bukan negara yang dapat melakukan upaya perdamaian. Jalur ini sebagai refleksi bahwa interaksi formal dan interaksi antar-pemerintah dengan perwakilan yang ditugaskan oleh negara masing-masing bukanlah metode yang akan selamanya efektif dalam mencapai kerjasama internasional untuk menyelesaikan konflik ataupun menciptakan hubungan yang baik. Kemudian akan dipertajam dengan penjelasan pada jalur- jalur berikutnya yang terdiri dari aktor non negara, sebagai berikut: 9 jalur ketiga adalah bisnis atau pewujudan perdamaian melalui kerjasama perdagangan; keempat adalah warga negara privat yang artinya mampu mewujudkan perdamaian melalui keterlibatan personal. Setiap individu warga negara akan berkontribusi dan turut serta dalam kegiatan pembangunan dan perdamaian; kelima adalah penelitian atau pelatihan dan edukasi yakni perwujudan perdamaian melalui pembelajaran; keenam adalah aktivisme atau perwujudan perdamaian melalui advokasi, dimana lebih menekankan pada aktivisme perdamaian dan environmental dalam hal disarmament, HAM, keadilan sosial dan ekonomi, serta advokasi terhadap kepentingan khusus mengenai kebijakan tertentu yang diambil pemerintah; ketujuh adalah agama yang menggambarkan perwujudan perdamaian melalui kegiatan-kegiatan yang berdasarkan kepercayaan; kedelapan adalah pendanaan atau perwujudan 8 Ibid, p.2;4 9 Ibid, p.4

12 perdamaian melalui penyediaan aset; kesembilan adalah komunikasi dan media sebagai perwujudan perdamaian melalui informasi. Multi-track diplomacy memliki prinsip-prinsip yang dapat menjelaskan peran yang dijalankan TNI melalui UNIFIL, prinsip- prinsip tersebut diantaranya: 10 1) Undangan, maksudnya aktor yang terlibat dalam upaya perdamaian dapat masuk ke dalam ranah tersebut hanya dengan undangan dari satu pihak yang terkait ataupun dari kelompok tertentu dalam suatu sistem tersebut. 2) Komitmen jangka panjang, maksudnya konflik yang terjadi di suatu negara pasti memiliki skala yang berbeda- beda, menyadari hal tersebut tentu membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi dan menciptakan perdamaian. Maka, perlu dibuat komitmen jangka panjang untuk menjalankan program yang telah dirancang setidaknya dalam lima tahun atau hingga pihak- pihak yang terkait tidak membutuhkan kehadiran aktor tersebut. 3) Hubungan, maksudnya keberhasilan yang dicapai oleh aktor pembuat perdamaian tergantung pada kualitas hubungan yang dibangun oleh individu, kelompok dan institusi dalam sistem dimana aktor- aktor tersebut bekerja atau ditempatkan. 4) Kepercayaan, maksudnya hubungan baik tersebut di atas tentu harus dibangun atas rasa kepercayaan dari pihak- pihak terkait. Multi-track diplomacy membangun kepercayaan dengan beberapa cara, pertama dengan menghargai prinsip komitmen jangka panjang yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan menyatakan komitmen maka kepercayaan awal sudah terbangun. Kedua, harus menghormati komitmen secara konsisten, dengan 10 James Notter And Louise Diamon, op cit,pp.8-9.

13 begitu akan tercipta keakraban yang semakin memperkuat rasa percaya itu sendiri. Ketiga, membangun kepercayaan dengan mendengarkan. Sehingga, di wilayah operasi tidak timbul rasa keterpaksaan dalam menjalankan program, tetapi timbul kepercayaan bahwa semua hal dapat dibicarakan. Keempat, menghormati dan mengakui keberanian pribadi orang-orang di wilayah operasi baik pihak yang diajak kerjasama ataupun masyarakat sekitar. 5) Perjanjian, maksudnya meskipun masuk sebagai pihak yang netral yaitu netral terhadap hasil apapun mengenai konflik. Namun, di wilayah operasi harus dibangun hubungan yang baik sehingga para aktor pembuat perdamaian juga menjadi bagian dalam kehidupan sosial tersebut. 6) Kerjasama, maksudnya aktor pembuat perdamaian ini tidak dapat bekerja sendiri. Kerjasama dan kolaborasi dengan mitra lokal ataupun bergabung dengan pihak yang profesional sangat dibutuhkan untuk menjalankan proses menciptakan perdamaian. Terkait keterlibatan TNI di Lebanon, keenam prinsip tersebut dapat menjelaskan kegiatan- kegiatan yang dilakukan TNI melalui UNIFIL Diplomasi kemanusiaan Konsep diplomasi kemanusiaan digunakan untuk menjelaskan kegiatankegiatan nyata sebagai implementasi dari diplomasi yang dilakukan TNI melalui UNIFIL. Menurut Minear dan Smith bahwa diplomasi kemanusiaan dapat dipahami sebagai upaya untuk mendapatkan akses kemanusiaan bagi populasi yang rentan terhadap krisis. 11 Adapun karakteristik diplomasi kemanusiaan adalah bersifat 11 Larry Minear And Hazel Smith, Humanitarian Diplomacy: Practitioners And Their Craft, Tokyo, United Nations University Press, 2007.

14 sementara, namun upaya yang dilakukan berkala sesuai dengan kondisi wilayah krisis tersebut, kemudian mampu menjangkau publik yang lebih luas bahkan jika dimungkinkan dapat memobilisasi media untuk mengumpulkan opini publik guna mendapatkan tujuan kemanusiaan, Humanitarianisme kemudian dianggap sebagai alat bagi public relations, lebih informal dalam artian harus mampu menangkap kebutuhan kelompok rentan sehingga kegiatan yang dijalankan lebih mendasar. Kemudian, contoh aktivitas diplomasi kemanusiaan sebagai berikut: Mengawasi perubahan situasi yang terjadi saat konflik, memastikan perlindungan terhadap kelompok rentan, mengatur akses masuk ke daerah konflik dan bencana alam, dan memastikan kegiatan humanitarian action berjalan di lapangan. Diplomasi kemanusiaan Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di antaranya: keterlibatan aktif pasukan penjaga perdamaian, manajemen bencana, dan juga keterlibatan dalam resolusi konflik di Myanmar. Maka, dapat dikatakan implementasi diplomasi sebagai tindakan nyata yang dilakukan oleh TNI dalam misi perdamaian di Lebanon adalah jembatan untuk tersalurkannya bantuan kemanusiaan dalam berbagai bentuk dan cara. Hal tersebut di lakukan untuk menyelamatkan nyawa, menyelesaikan krisis, mewujudkan dan mempertahankan perdamaian Argumen Pokok Implementasi Diplomasi TNI melalui UNIFIL dilaksanakan sesuai dengan prinsipprinsip multi-track diplomacy. Prinsip- prinsip tersebut dapat menjelaskan kegiatankegiatan yang dilakukan TNI dalam rangka menciptakan perdamaian di Lebanon yang lebih ke arah aksi- aksi kemanusiaan. Implementasi diplomasi yang dilakukan TNI sebagai 12 W. R. Smyser, The Humanitarian Conscience: Caring For Others In The Age Of Teror, New York, Palgrave Macmillan, 2003.

15 bukti bahwa TNI melaksanakan upaya- upaya sesuai dengan pengalaman TNI pada kegiatan ABRI Masuk Desa (AMD) yang dilakukan di Indonesia dengan konsep Civil- Military Cooperations (CIMIC). Kemudian melalui diplomasi kemanusiaan tersebut TNI berusaha melakukan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan kepercayaan, hubungan yang baik dan kerjasama global. 1.7 Metodologi Penelitian Untuk dapat melakukan penelitian secara terarah dan memperoleh hasil yang maksimal maka setiap penelitian ilmiah memerlukan metode yang sesuai dengan objek kajian. 13 Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metodologi penelitian yang sesuai dengan objek kajian sebagaimana berikut: Jenis Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian dengan metode kualitatif yang mengungkap dan menjelaskan problematika secara naratif dan mendalam. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif dari data yang dianalisis sehingga hasil dari penelitian jenis ini umumnya berupa analisis deskriptif. 14 Penelitian model ini dimaksudkan untuk mengungkapkan dan menganalisis implementasi diplomasi TNI melalui UNIFIL dan hasil yang telah dicapai Metode Pengumpulan Data Untuk menghimpun keseluruhan data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder meliputi hasil informasi baik dari buku serta artikel yang berhubungan dengan kasus yang diteliti. Untuk penelitian ini berupa buku, jurnal, penelitian, artikel, dan dokumentasi mengenai 13 A. Bekker, Metode Filsafat. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1996, p L.J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, p.3.

16 peacekeeping operations, bina damai, diplomasi kemanusiaan, sejarah keterlibatan TNI dalam misi perdamaian dunia dan data-data lain terkait dengan pasukan kontingen garuda di Lebanon Metode Analisa Data Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang merupakan bentuk penelitian yang melingkupi proses pengumpulan dan penyusunan data untuk dianalisis. Hasil analisis tersebut berupa pengertian data jelas yang kemudian divalidasi dengan data kualitatif sesuai pendekatan dalam penelitian ini. Semua data yang diperoleh dari library research akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskripsi implementasi diplomasi TNI melalui UNIFIL. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan terbagi menjadi lima bab, adapun bab pertama akan memaparkan beberapa hal di antaranya Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual, Argumen Pokok, Metodelogi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab kedua akan menjelaskan keterlibatan TNI dalam misi- misi peacekeeping operations dan keterlibatan TNI dalam UNIFIL. Bab ketiga akan menjelaskan secara rinci mengenai kebijakan ABRI Masuk Desa (AMD) dan Civil- Military Cooperations (CIMIC), bab keempat menguraikan dan menjelaskan peran serta upaya- upaya yang dilakukan TNI sebagai bentuk Diplomasi TNI dalam misi UNIFIL dan bab kelima adalah Kesimpulan.

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas pokok TNI tidak hanya sebagai pasukan perang, tetapi juga menjadi pasukan pemelihara perdamaian dalam menjalani

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG KONTINGEN GARUDA DALAM MISI PERDAMAIAN DI LEBANON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG KONTINGEN GARUDA DALAM MISI PERDAMAIAN DI LEBANON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG KONTINGEN GARUDA DALAM MISI PERDAMAIAN DI LEBANON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. David P. Barash, Charles P. Webel, 2002, Peace and Conflict Studies, London, Sage Publications, Thousand Oaks.

DAFTAR PUSTAKA. David P. Barash, Charles P. Webel, 2002, Peace and Conflict Studies, London, Sage Publications, Thousand Oaks. 156 DAFTAR PUSTAKA Buku, Jurnal dan Makalah Alice Prezer Evans, Robert A. Evans, dan Ronald S. Kraybill, 2002, Peace Skills, Panduan Pemimpin Terampil Membangun Perdamaian, Cetakan Kelima, Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada permintaan tebusan dalam pembebasan sandera. Namun hal tersebut ditolak

BAB I PENDAHULUAN. pada permintaan tebusan dalam pembebasan sandera. Namun hal tersebut ditolak BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Abu Sayyaf merupakan kelompok bersenjata yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina. Kelompok tersebut menyandera 10 warga negara Indonesia yang sedang

Lebih terperinci

Total Diplomacy dan Total History Peran Sejarawan Militer dalam Pasukan Perdamaian Indonesia

Total Diplomacy dan Total History Peran Sejarawan Militer dalam Pasukan Perdamaian Indonesia PUSAT SEJARAH TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT SEJARAH 1 Total Diplomacy dan Total History Peran Sejarawan Militer dalam Pasukan Perdamaian Indonesia Letkol Caj Dr. Kusuma Pusjarah TNI www.sejarah-tni.mil.id

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

PENGIRIMAN PASUKAN PEMELIHARAAN PERDAMAIAN INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL Oleh: Yeni Handayani *

PENGIRIMAN PASUKAN PEMELIHARAAN PERDAMAIAN INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL Oleh: Yeni Handayani * PENGIRIMAN PASUKAN PEMELIHARAAN PERDAMAIAN INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL Oleh: Yeni Handayani * Dalam pergaulan internasional setiap negara mencoba menunjukkan eksistensinya melalui berbagai diplomasi

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia untuk membangun kembali kerjasama internasional dan upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. dunia untuk membangun kembali kerjasama internasional dan upaya-upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Munculnya beragam konflik dalam tatanan dunia memunculkan sebuah pemikiran bahwa perlunya sebuah badan yang bertindak untuk mencegah dan maupun menghentikan konflik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.265, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Kontingen Garuda. Zeni TNI. Misi Perdamaian. Afrika Tengah. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128 TAHUN 2014 TENTANG KONTINGEN GARUDA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi Mata Kuliah Dosen : Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si Memahami Diplomasi Pada masa kini dengan berkembang luasnya isu internasional menyebabkan hubungan internasional tidak lagi dipandang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

MISI GLOBAL TNI Oleh Herry Darwanto. Tabel 1. Misi Perdamaian PBB (2014)

MISI GLOBAL TNI Oleh Herry Darwanto. Tabel 1. Misi Perdamaian PBB (2014) MISI GLOBAL TNI Oleh Herry Darwanto Para Pendiri (Founding Fathers) Negara kita telah dengan bijaksana mencantumkan kewajiban Negara RI untuk ikut serta menjaga ketertiban dunia dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.398, 2016 KEMHAN. Pasukan. Misi Perdamaian Dunia. Pengiriman. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGIRIMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini akan membahas tentang peran Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN TUGAS UNIT POLISI BERSERAGAM (FORMED POLICE UNIT/FPU) INDONESIA DALAM MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DI DARFUR, SUDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.820, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kontingen Garuda. Infanteri. Misi Perdamaian. Darfur- Sudan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG KONTINGEN GARUDA SATUAN TUGAS HELIKOPTER MI-17 TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN PERSERIKATAN

Lebih terperinci

POLITIK LUAR NEGERI. By design Drs. Muid

POLITIK LUAR NEGERI. By design Drs. Muid POLITIK LUAR NEGERI By design Drs. Muid Tujuan Pembelajaran Menjelaskan arti politik luar negeri yang bebas dan aktif Menunjukkan Dasar hukum politik luar negeri dengan Tidak bergantung pada orang lain

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH RAKOTER TNI TAHUN 2009 Tema Melalui Rapat Koordinasi Teritorial Tahun 2009 Kita Tingkatkan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di Jajaran Komando Kewilayahan TNI CERAMAH KETUA TIM TEKNIS KETAHANAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) dalam proses peacebuilding di Aceh paska konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia. Paska konflik GAM dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e f bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pemilihan judul skripsi didasarkan pada permasalahan mengenai tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia sektor domestik yang bekerja di Malaysia. Terutama mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun. yang berarti melipat.

Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun. yang berarti melipat. Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun yang berarti melipat. Menurut Nicholson (seorang pengkaji dan ahli dalam diplomasi abad 20) pada masa kekaisaran Romawi semua paspor, yang melewati jalan milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam peneltian ini peneliti dapat melihat bahwa, Menteri Luar Negeri Ali Alatas melihat Timor Timur sebagai bagian

Lebih terperinci

UPAYA EDUKATIF PADA PROGRAM TENTARA MANUNGGAL MEMBANGUN DESA (TMMD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT

UPAYA EDUKATIF PADA PROGRAM TENTARA MANUNGGAL MEMBANGUN DESA (TMMD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat yang juga merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan

Lebih terperinci

DEMOKRATISASI DIPLOMASI

DEMOKRATISASI DIPLOMASI DEMOKRATISASI DIPLOMASI Bima Arya Sugiarto icholson, seorang pakar diplomasi modern, pernah menyatakan bahwa diplomasi merupakan alat untuk mencapai kebutuhan nasional. Jika kebijakan luar negeri merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK (AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE

Lebih terperinci

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA TENTANG KERJA SAMA AKTIVITAS DALAM BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas Siapa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan

Lebih terperinci

A. Keinginan Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap DK PBB

A. Keinginan Indonesia Menjadi Anggota Tidak Tetap DK PBB BAB III PENCALONAN INDONESIA MENJADI ANGGOTA TIDAK TETAP DEWAN KEAMANAN PBB PERIODE 2019-2020 Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pencalonan Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap DK PBB

Lebih terperinci

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Kamala Chandrakirana Seminar Nasional Program Studi Kajian Gender UI Depok, 11 Februari 2015 Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2016 AGREEMENT. Pengesahan. Republik Indonesia. Republik Polandia. Bidang Pertahanan. Kerja Sama. Persetujuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.103, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. MOU. RI-Brunei Darussalam. Pertahanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5152) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR : 7 TAHUN 2008 TANGGAL : 26 JANUARI 2008 KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA A. UMUM. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan usaha untuk

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdamaian dunia merupakan isu penting dalam upaya pencapaian keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24 Oktober 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

SEMINAR CURRENT STATUS OF INDONESIA S DEFENCE DIPLOMACY WORKSHOP. Jakarta, November 2007

SEMINAR CURRENT STATUS OF INDONESIA S DEFENCE DIPLOMACY WORKSHOP. Jakarta, November 2007 SEMINAR CURRENT STATUS OF INDONESIA S DEFENCE DIPLOMACY WORKSHOP Jakarta, 28 29 November 2007 DIPLOMASI PERTAHANAN INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI RELASI GLOBAL YANG SELALU BERUBAH DI MASA DEPAN Pada

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG I. UMUM VETERAN REPUBLIK INDONESIA Undang-Undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut perspektif sebuah negara, diplomasi terdiri dari perumusan, pembentukan dan implementasi kebijakan luar negeri. Diplomasi adalah instrumen negara melalui

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA INDUSTRI PERTAHANAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK TURKI (AGREEMENT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN KERAJAAN KEBAWAH DULI YANG MAHA MULIA PADUKA SERI BAGINDA SULTAN

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Fasilitas Pusat Pemeliharaan Perdamaian, Bogor, 19 Desember 2011 Senin, 19 Desember 2011

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Fasilitas Pusat Pemeliharaan Perdamaian, Bogor, 19 Desember 2011 Senin, 19 Desember 2011 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Fasilitas Pusat Pemeliharaan Perdamaian, Bogor, 19 Desember 2011 Senin, 19 Desember 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN FASILITAS OPERASIONAL PUSAT

Lebih terperinci

DIPLOMASI PUBLIK INDONESIA MELALUI KONTINGEN GARUDA/ UNIFIL TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LEBANON SELATAN

DIPLOMASI PUBLIK INDONESIA MELALUI KONTINGEN GARUDA/ UNIFIL TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LEBANON SELATAN DIPLOMASI PUBLIK INDONESIA MELALUI KONTINGEN GARUDA/ UNIFIL TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LEBANON SELATAN Angga Nurdin Rachmat Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Jenderal Achmad Yani Email : angganr16@gmail.com

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

Diplomasi Publik Indonesia Melalui Kontingen Garuda/ UNIFIL Tentara Nasional Indonesia di Lebanon Selatan

Diplomasi Publik Indonesia Melalui Kontingen Garuda/ UNIFIL Tentara Nasional Indonesia di Lebanon Selatan Diplomasi Publik Indonesia Melalui Kontingen Garuda/ UNIFIL Angga Nurdin Rachmat Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Jenderal Achmad Yani Email : angganr16@gmail.com Abstrak Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa di muka bumi ini tidak terlepas kerjasamanya dengan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa di muka bumi ini tidak terlepas kerjasamanya dengan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa di muka bumi ini tidak terlepas kerjasamanya dengan bangsa lain dalam upaya mencapai kepentingan nasional dari bangsa tersebut. Kepentingan nasional

Lebih terperinci

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Peningkatan Kerjasama Indonesia India Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE PROHIBITION OF THE USE, STOCKPILING, PRODUCTION AND TRANSFER OF ANTI-PERSONNEL MINES AND ON THEIR DESTRUCTION (KONVENSI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR VII/MPR/2000 TENTANG PERAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN PERAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu negara tidak dapat berdiri sendiri. Seperti halnya individu sebagai makhluk sosial. Negara tentunya akan memerlukan negara atau komponen yang lain. Bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati, hal ini tidak terlepas dari latar belakang Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. disepakati, hal ini tidak terlepas dari latar belakang Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah: Hubungan Diplomatik Indonesia dan Arab Saudi telah terbina dalam kurun waktu yang cukup lama dan telah menghasilkan banyak bentuk kerjasama yang telah disepakati,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.325, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Satuan Tugas. Helikopter MI-17. Kontingen Garuda. Sudan. Dukungan Administrasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Bagian dari bab ini memaparkan mengenai tulisan ilmiah yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat berupa jurnal,

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ

Lebih terperinci