IMPLEMENTASI PLH DI SEKOLAH SEKITAR HUTAN (ESKPLORASI METODE DAN MEDIA PENGAJARAN PLH PADA SDN GUNUNG BUNDER 04 DAN SDN GUNUNG PICUNG 05) 1
|
|
- Yandi Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IMPLEMENTASI PLH DI SEKOLAH SEKITAR HUTAN (ESKPLORASI METODE DAN MEDIA PENGAJARAN PLH PADA SDN GUNUNG BUNDER 04 DAN SDN GUNUNG PICUNG 05) 1 Resti Meilani 2 PENDAHULUAN Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan salah satu upaya yang dikembangkan oleh masyarakat dunia untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Pada dasarnya PLH ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan. Perkembangan PLH dunia mulai didorong sejak diselenggarakannya konferensi PBB mengenai lingkungan manusia di Stockholm, Swedia yang merekomendasikan dibangunnya suatu program PLH internasional (Brauss dan Wood, 1994). Pada tahun 1975 diadakan lokakarya internasional di Belgrade, Yugoslavia untuk merumuskan definisi dan tujuan PLH yang kemudian dicantumkan dalam Belgrade Charter (Brauss dan Wood, 1994; KLH, 2004). Pada tingkat nasional, Kementerian Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup, selain itu telah ada pula surat kesepakatan bersama antara Kementerian Lingkungan Hidup dengan Departemen Pendidikan Nasional terkait PLH. Pada tingkat provinsi, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sudah mengeluarkan kebijakan mengenai penerapan PLH di sekolah. Pada tingkat kabupaten, Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor menyatakan telah ada kebijakan penerapan PLH, yaitu dengan program kurikulum PLH dari TK SMA dan berbagai lomba terkait dengan sekolah hijau. Keberadaan berbagai kebijakan tersebut tampaknya telah menjadi faktor yang mendorong diterapkannya PLH di sekolah. Namun demikian, selain berbagai kebijakan tersebut ada berbagai faktor lainnya yang berpengaruh dalam implementasi PLH di 1 2 Makalah Penunjang dalam Workshop Pengembangan Model Jaringan Kemitraan Antara Pengelola Kawasan Hutan dengan Sekolah dalam Penerapan PLH, Bogor, 18 Agustus 2009 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 1
2 sekolah, yaitu kepala sekolah dan guru, sarana-prasarana pendukung, serta kemitraan sekolah dengan masyarakat dan institusi lainnya. Keterkaitan berbagai faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Kebijakan PLH Penerapan PLH di Sekolah Kepala Sekolah Metode Media Mitra-mitra Sarana-Prasarana Guru Siswa Kurikulum Gambar 2. Keterkaitan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Penerapan PLH di Sekolah Makalah ini tidak berupaya untuk membahas keterkaitan antara keseluruhan faktor tersebut, namun lebih ditekankan pada ekplorasi implementasi PLH di sekolah yang berkaitan dengan berbagai metode dan media yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi-materi mengenai PLH kepada siswanya terkait dengan wawasan siswa mengenai hutan dan lingkungan. Data yang digunakan merupakan bagian dari data yang dihasilkan dalam kegiatan Penelitian Unggulan IPB mengenai penerapan PLH di sekolahsekolah sekitar hutan. KONDISI UMUM LOKASI A. SDN Gunung Bunder 04 SDN Gunung Bunder 04 terletak di Jl. Raya Gunung Salak Endah RT/RW 04/03 Desa Gunung Bunder II yang merupakan jalur wisata menuju kawasan wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Kawah Ratu, serta berbagai obyek wisata lainnya di Kawasan Gunung Salak Endah. Lokasi sekolah berbatasan langsung dengan kawasan wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder yang dikelola oleh Perum Perhutani serta berdekatan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2
3 Bangunan sekolah pernah mengalami kerusakan akibat longsor dan sedang dalam perbaikan. Saat ini sekolah memiliki 4 lokal (ruang kelas) yang digunakan secara bergantian untuk kegiatan belajar mengajar siswa yang berjumlah lebih dari 300 siswa. Sekolah juga memiliki 2 kamar mandi siswa yang berdekatan dengan ruang kelas. Ruang guru dan kepala sekolah dilengkapi dengan satu unit kamar mandi, satu unit meja dan sofa sederhana, serta satu unit computer dan printer untuk keperluan administrasi. Kondisi bangunan sekolah, termasuk ruang kelas, kamar mandi serta kantor cukup bersih dan terpelihara. Pada teras di depan ruangan kelas tersedia tempat sampah yang dibuat bersama oleh siswa dan guru. Lahan yang dimiliki sekolah teratas berbagai ruang kelas, kantor dan kamar mandi serta teras dan taman kecil taman kecil di depan ruang kelas yang dimanfaatkan sebagai areal penghijauan sekolah dengan berbagai tanaman hias. Lapangan yang biasa digunakan untuk upacara, bermain dan berolahraga bukan milik sekolah. Guru di sekolah ini berjumlah 10 orang, yaitu 2 orang PNS dan 8 orang honorer. Ekstrakurikuler yang ada adalah Pramuka. PLH diberikan secara integratif dalam mata ajaran serta kegiatan pramuka. Sekitar tahun 1999, pernah ada guru dari sekolah ini yang mengikuti pelatihan mengenai PLH yag diadakan oleh IPB. Selain itu ada mahasiswa praktek mengajar dan KKN dari UIN dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Sekolah telah pula menjalin kemitraan dengan Perum Perhutani dan TNGHS dalam rangka pemanfaatan kawasan untuk PLH. B. SDN Gunung Picung 05 Letak SDN Gunung Picung 05 di Jl. Gunung Salak Endah RT. 02/Rw. 05 Ds. Gunung Sari Kec. Pamijahan Kabupaten relatif lebih jauh dengan kawasan hutan dibandingkan SDN Gunung Bunder 04. Sekolah ini memiliki bangunan dan lahan yang lebih luas. Ada 12 lokal (ruang kelas) masing-masing 2 lokal yang diperuntukkan untuk tiap tingkat kelas, namun hanya 9 ruang kelas yang aktif digunakan secara bergantian untuk siswa yang seluruhnya berjumlah 466 dan diasuh oleh 12 guru. Bangunan sekolah juga dilengkapi dengan 6 kamar mandi, ruang UKS, ruang perpustakaan, serta kantor kepala sekolah dan guru. Secara keseluruhan kondisi bangunan dan luasan lahan relatif baik dari SDN Gunung Bunder 04, namun beberapa bagian sekolah seperti kamar mandi serta perpustakaan kurang terawat dan agak kotor. 3
4 Ruang kelas yang dilengkapi dengan fasilitas tempat cuci tangan dan tempat sampah dijaga kebersihannya oleh siswa secara bergantian sesuai jadwal piket, sementara kebersihan bagian sekolah lainnya menjadi tanggung jawab penjaga sekolah. Sebagian besar halaman sekolah telah diplester menyisakan sedikit lahan di depan ruang kantor yang ditanami dengan pohon kersen sebagai peneduh serta taman dengan beraneka jenis tanaman hias. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada berupa Pramuka, UKS dan Pasus. Sekolah secara rutin melakukan kegiatan pelatihan kesehatan dan pramuka. Pada tahun 2004 sekolah pernah mendapatkan bantuan dari Bank Dunia berupa perbaikan fasilitas sekolah. PLH diberikan secara integratif. IMPLEMENTASI PLH Zelezny (1999) dalam Darner (2009) menyatakan bahwa PLH melalui jalur pendidikan formal di sekolah secara umum lebih efektif dibandingkan PLH melalui jalur pendidikan informal. Pada kedua sekolah contoh, PLH untuk kelas rendah (1 3 SD) masih terbatas pada pengetahuan, sedangkan untuk kelas 4 6 sudah mulai diberikan berbagai praktek keterampilan. Implementasi PLH di SDN Gunung Bunder 04 dan SDN Gunung Picung 05 secara ringkas diuraikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Implementasi PLH di SDN Gunung Bunder 04 dan SDN Gunung Picung 05 No. Jenis SDN Gunung Bunder 04 SDN Gunung Picung 05 1 Pendekatan Kurikuler cara Integratif dan Kurikuler cara Integratif dan Pembelajaran Ekstrakurikuler Pramuka Ekstrakurikuler Pramuka, PLH Pasus, UKS 2 Mata ajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Bahasa Sunda, wadah integrasi PPKN, Geografi, Pendidikan Bahasa Inggris, Bahasa Agama, Pendidikan Jasmani Indonesia, Gografi, PPKN, dan Kesehatan, Matematika, Pendidikan Jasmani dan Ekonomi Kesehatan, Kesenian 3 Tema terkait PLH Kebersihan/kesehatan dan Gejala alam, tumbuhan, keamanan, tumbuhan, kebersihan/kesehatan dan binatang, air, udara, hutan, keamanan, hutan, bencana 4
5 No. Jenis SDN Gunung Bunder 04 SDN Gunung Picung 05 gejala alam, bencana alam, sejarah, tanah alam, air, binatang, tanah, udara, sejarah 4 Media Pengajaran Poster tentang lingkungan, Pemeliharaan tanaman, poster pemeliharaan tanaman, buku tentang lingkungan, buku cerita, bahan-bahan cerita, bibit tanaman, fotofoto, bekas/limbah, bibit tanaman, bahan-bahan kliping koran bekas/limbah, kartu, cd/vcd 5 Metode pembelajaran 6 Sumber materi PLH 7 Materi PLH dalam ekstrakurikuler 8 Bentuk kegiatan PLH dalam ekstrakurikuler Penugasan, ceramah, Ceramah, penugasan, menggambar, simulasi, bercerita, diskusi, demonstrasi, bernyanyi, menggambar, demonstrasi, bercerita, observasi observasi, bernyanyi, simulasi Buku, sesama guru dalam Buku, sesama guru dalam satu sekolah, pelatihan, satu sekolah, sesama guru pecinta alam, pramuka saka dari sekolah lain, pelatihan, wana bakti Dishutbun Penghijauan, Penanaman pohon, pengenalan tumbuhan obat, kebersihan lingkungan, ekosistem, pemeliharaan tanaman, penanaman bunga, pengenalan terhadap hutan di TNGHS Kerjabakti di lingkungan sekolah, membawa peserta didik ke TN Kebersihan lingkungan, penghijauan, pengenalan tumbuhan obat, penanaman pohon, pemeliharaan tanaman, ekosistem Kerjabakti, Jum at bersih, siswa cinta lingkungan, piket di sekolah tugas siswa, piket kelas Faktor keterbatasan buku/modul PLH serta fasilitas penunjang dan alat peraga masih dirasakan menjadi kendala bagi guru dalam melaksanakan PLH di kedua sekolah tersebut. 5
6 Selain itu guru masih merasa perlu adanya program pelatihan guru untuk meningkatkan pengetahuan mengenai PLH. Namun demikian, disamping semua keterbatasan tersebut nampaknya PLH yang diajarkan oleh guru pada kedua sekolah sudah mulai dapat memperluas wawasan para siswanya dan bahkan sudah mulai dapat menanamkan perilaku ramah lingkungan yang terlihat dari kondisi lingkungan sekolah yang cukup terjaga serta perilaku siswa yang teramati saat pelaksanaan kegiatan. Interaksi dengan siswa di kedua sekolah menunjukkan bahwa wawasan mengenai hutan dan lingkungan yang dikuasai oleh siswa di SDN Gunung Bunder 04 relatif lebih luas dibandingkan siswa di SDN Gunung Picung 05. Hal ini diduga berkaitan dengan metode dan media pembelajaran PLH yang digunakan oleh guru SDN Gunung Bunder 04 dalam menyampaikan materi PLH kepada siswanya. Pendekatan pembelajaran PLH, tema PLH, media dan metode pembelajaran yang digunakan di kedua sekolah tersebut relatif sama. Perbedaan dari kedua sekolah tersebut terletak pada sumber materi PLH yang diperoleh guru, serta kegiatan ekstrakurikuler dan bentuk kegiatan PLH dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut. SDN Gunung Picung memiliki 3 kegiatan ekstrakurikuler, sedangkan SDN Gunung Bunder 04 hanya satu ekstrakurikuler. Namun berbagai bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh SDN Gunung Picung 05 terbatas dalam lingkup sekolah, sedangkan SDN Gunung Bunder 04 mengadakan ekstrakurikuler tidak hanya di sekolah namun juga di luar sekolah, yaitu di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Meskipun masih harus dikaji lebih dalam, namun tampaknya pengalaman interaksi langsung dengan alam inilah yang memberikan nilai lebih dalam pengajaran PLH oleh guru kepada siswanya di SDN Gunung Bunder 04. Dalam interaksi langsung dengan alam siswa sebagai peserta didik dituntut lebih aktif dalam proses belajar. Hewitt (1977); Siemer dan Knuth (2001); dan Zelezny (1999); dalam Darner, 2009 menyatakan bahwa keterlibatan siswa sebagai peserta aktif dalam proses belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan PLH dalam mengubah perilaku menjadi lebih ramah lingkungan. Keterlibatan aktif dan pengalaman langsung memungkinkan pengetahuan maupun keterampilan yang diperoleh dapat lebih tertanam dalam diri siswa sehingga membentuk sikap ramah lingkungan pada siswa. Darner (2009) menyatakan bahwa orang yang memiliki sikap ramah lingkungan umumnya memiliki sebagian gabungan pengalaman dari pengalaman-pengalaman berikut: 6
7 memiliki pengalaman masa kecil pada daerah alamiah yang relatif tidak terjamah dan belum dikembangkan (Chawla, 1998; Ewert, Place dan Sibthorp, 2005; Palmer, 1993; Palmer dan Suggate, 1996; Tanner, 1980); dipengaruhi oleh keluarga, rekan, atau teladan yang memiliki kepedulian terhadap alam (Palmer, 1993; Tanner, 1980); menyaksikan perusakan daerah alamiah yang dicintai atau memiliki pengalaman negative serupa yang melibatkan perusakan lingkungan (Ewert et al., 2005; Marshall, Picou dan Bevc, 2005; Palmer, 1993; Tanner, 1980) dan ikut serta dalam PLH formal (Palmer, 1993). Keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar mengajar serta pengalaman langsung berinteraksi dengan alam tidak terlepas dari guru yang memilih menggunakan metode dan media pembelajaran tersebut. Mengajak peserta didik untuk berkunjung dan berinteraksi langsung dengan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak tentunya membutuhkan curahan waktu dan tenaga yang lebih dibandingkan memberikan pengajaran mengenai hutan di ruang kelas. Motivasi guru SDN Gunung Bunder 04 dalam melakukan hal tersebut mungkin terkait dengan sumber materi PLH yang diperolehnya dari pengalamannya dalam mengikuti kegiatan pecinta alam dan pramuka saka wana bakti. Plevyak, et al. (2001) dalam Darner (2009) menunjukkan bahwa jika para calon guru dilatih untuk mengimplementasikan PLH, maka saat mereka menjadi guru mereka akan mengimplementasikan PLH lebih sering dan dengan lebih percaya diri dibandingkan para guru yang sebelumnya tidak mendapatkan pelatihan. Pengalaman guru dalam saka wana bakti tersebut mungkin berperan sebagaimana pelatihan guru dalam kajian yang dilakukan oleh Plevyak tersebut, yaitu memberikan kepercayaan diri bagi guru dalam mengajak siswanya untuk mengenal hutan secara langsung. Perluasan pengetahuan, pemahaman serta penguasaan keterampilan guru dalam menerapkan PLH tampaknya masih diperlukan untuk dapat menjamin berkembangnya penerapan PLH di sekolah, sehingga PLH tidak hanya meningkatkan pengetahuan namun juga dapat mengubah perilaku siswa menjadi lebih ramah lingkungan. Materi dan metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup yang selama ini digunakan secara umum, dirasakan belum memadai dan tidak aplikatif, sehingga pemahaman kelompok sasaran mengenai pelestarian lingkungan hidup menjadi tidak utuh dan kurang mendukung penyelesaian permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi di daerah masing-masing. Keterbatasan penguasaan mengenai metode pengajaran yang dapat digunakan dalam 7
8 penerapan PLH oleh guru dirasakan sebagai hambatan dalam mengajarkan PLH kepada siswa. REKOMENDASI Penelitian ini tidak memberikan jawaban atas semua pertanyaan mengenai implementasi PLH di sekolah, melainkan menimbulkan lebih banyak pertanyaan yang perlu dikaji secara lebih mendalam. Berbagai hal yang dirasa cukup berharga untuk dikaji lebih mendalam antara lain: hubungan antara metode pengajaran dengan peningkatan pengetahuan, penguasaan keterampilan dan adopsi perilaku ramah lingkungan oleh siswa; berbagai hal terkait motivasi guru dalam mengajarkan PLH kepada siswa; identifikasi kebutuhan sarana prasarana; dan identifikasi kebutuhan pelatihan serta efektivitas berbagai pelatihan bagi guru. PUSTAKA Braus, J.A. and Wood, D Environmental Education in the Schools: Creating a Program that Works! North American Association for Environmental Education in conjunction with the ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environmental Education. The Ohio State University. Ohio. Darner, R Self-Determination Theory as a Guide to Fostering Environmental Motivation. The Journal of Environmental Education, winter 2009, Vol.40 No.2. : Heldref Publications. Madison. [18 Juni 2009]. Kementerian Lingkungan Hidup Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. 8
SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA
SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA (SEKOLAH PEDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN HIDUP) KERJASAMA ANTARA KEMENTERIAN
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Guru sebagai salah satu faktor kunci dalam penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di sekolah membawa dua persepsi dalam mengajarkan PLH kepada para siswanya, yaitu persepsi
Lebih terperinciTersusunnya Visi, misi dan tujuan yang memuat upaya pelestarian fungsi lingkungan dan/ atau, mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau
LAMPIRAN 1 SUPLEMEN 1 BUKU ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN I. KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN A. STANDAR Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan lingkungan hidup. Afandi (2013) mengatakan bahwa pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciPETUNJUK EVALUASI PENCAPAIAN ADIWIYATA
I. KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN A. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan IMPLEMENTASI PENCAPAIAN MAX. HASIL Upaya. Visi, Misi dan Tujuan sekolah yang tertuang
Lebih terperinciPETUNJUK EVALUASI PENCAPAIA
I. KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIA CADANGAN.HANYA GUNAKAN BAGIAN INI BIL STANDAR NILAI A. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi
BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan
Lebih terperinci4 BAHAN DAN METODE 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Definisi Operasional
4 BAHAN DAN METODE 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada 4 (empat) sekolah dasar (SD) yang terletak di sekitar hutan kawasan Gunung Salak Endah (GSE), Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciFORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH
NAMA SEKOLAH : SMA N 1 KASIHAN NAMA MHS : Nurul Ratriasih ALAMAT SEKOLAH : Jalan C. Simanjuntak 60, Yogyakarta 55223 NOMOR MHS : 10314244030 FAK/JUR/PRODI : FMIPA/Pendidikan Kimia No Aspek yang diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni 1972. Pemerintah Indonesia sendiri menaruh
Lebih terperinciEkowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinci3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
Tujuan Kas 3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 1. Kebijakan 2. Kurikulum 3. Kegiatan Lingkungan 4. Pengelolaan Sarana A. Melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak
BAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak peminatnya dari semua kalangan. Mulai dari anak-anak sudah dimasukan di perguruan-perguruan pencak silat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kawasan Wisata Gunung Salak Endah berada di Kampung Pasir Reungit, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Kawasan Wisata Gunung Salak Endah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi dan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional penelitian. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta metodologi penyusunan landasan konseptual laporan seminar tugas akhir dengan judul
Lebih terperinciSurat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan
LAMPIRAN 60 61 Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan Surat Ijin Penelitian Dari Universitas Kristen Satya Wacana 62 Lembar Instrumen Wawancara Studi Dokumentasi No. Model evaluasi Indikator Item
Lebih terperinciLaporan PELAKSANAAN SOSIALISASI ADIWIYATA PROV. GORONTALO TAHUN 2014 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014
Laporan PELAKSANAAN SOSIALISASI ADIWIYATA PROV. GORONTALO TAHUN 2014 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2014 BIDANG SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RISET
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013
SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang
Lebih terperinciLampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek
68 Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek KUESIONER UNTUK PENGUNJUNG Peneliti : Mega Haditia/E34080046 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Selamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai salah satu lembaga yang menghasilkan tenaga kependidikan telah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan
Lebih terperinciEVALUASI DIKLAT DASAR-DASAR LINGKUNGAN BAGI GURU DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA JENJANG SEKOLAH DASAR
EVALUASI DIKLAT DASAR-DASAR LINGKUNGAN BAGI GURU DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PADA JENJANG SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di Balai Diklat Kehutanan Kadipaten) Ultah Dianawati Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHLUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia
1 BAB I PENDAHLUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia internasional saat ini. Hal ini dipicu oleh perilaku manusia yang kurang peduli pada
Lebih terperinciKRITERIA PENILAIAN ADIWIYATA
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERILINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA A. Kebijakan Berwawasan Lingkungan KRITERIA PENILAIAN ADIWIYATA Standar
Lebih terperinciBEST PRACTICE MBS TENTANG BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SDN SN PASAR LAMA 1 BANJARMASIN
BEST PRACTICE MBS TENTANG BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH SDN SN PASAR LAMA 1 BANJARMASIN PROFIL SEKOLAH Nama Sekolah : SDN-SN Pasar Lama 1 A l a m a t : Jl. Letjen. S. Parman Banjarmasin B e r d i r i :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2) Sebelah selatan dusun gunung rawas. 3) Sebelah timur dusun siwalan.
BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Deskripsi Wilayah Desa a. Luas Wilayah Luas wilayah Desa Sentolo kurang lebih sekitar 604,7695 Ha. Terbagi menjadi 13 RW dan 58 RT. b. Batas Wilayah Desa Sentolo
Lebih terperinci7. SKPD : BADAN LINGKUNGAN HIDUP
7. : BADAN LINGKUNGAN HIDUP No Daerah, dan Program/ Pagu A BELANJA TIDAK LANGSUNG JUMLAH (BELANJA TIDAK LANGSUNG) - - - - 0% - B BELANJA LANGSUNG URUSAN LINGKUNGAN HIDUP 1 Program Pelayanan Administrasi
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBINAAN ADIWIYATA
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERILINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA PEDOMAN PEMBINAAN ADIWIYATA A. Ruang Lingkup Kegiatan pembinaan adiwiyata
Lebih terperinciLAPORAN MINGGUAN PELAKSANAAN PPL TAHUN: 2016
Universitas Negeri Yogyakarta LAPORAN MINGGUAN PELAKSANAAN PPL TAHUN: F02 untuk mahasiswa NOMOR LOKASI : 63 NAMA MAHASISWA : Novita Sari NAMA LOKASI : SMP Negeri 2 Ngemplak NIM : 13416241007 ALAMAT LOKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan lingkungan hidup memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab menyiapkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan oleh pembangunan. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini disebabkan karena masalah pendidikan memuat hal mendasar menyangkut semua aspek
Lebih terperinciEKOWISATA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE TRITIH CILACAP (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR EKOWISATA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE TRITIH CILACAP (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciLEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN
1 LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN SEKARANG KITA BERSAMA!!!! LANGKAH AWAL UNTUK PENGELOLAAN HUTAN KORIDOR SALAK-HALIMUN YANG ADIL, SEJAHTERA, DAN LESTARI Apa itu
Lebih terperinciDAFTAR ISI Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI.. ABSTRACT... Hlm i ii
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS PENYULUHAN MODEL PENGEMBANGAN GERAK MOTORIK DASAR DENGAN IRAMA UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Oleh:
USULAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS PENYULUHAN MODEL PENGEMBANGAN GERAK MOTORIK DASAR DENGAN IRAMA UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh: JURUSAN FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG EKUIVALENSI KEGIATAN PEMBELAJARAN/PEMBIMBINGAN BAGI GURU YANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.282, 2015 KEMENDIKBUD. Guru. SMP/SMA/SMK. Kurikulum 2013. Semester Pertama. Kurikulum 2006. Semester Kedua. Tahun Pelajaran 2014-2015. Pembelajaran/Pembimbingan. Ekuivalensi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan salah satu dari taman nasional baru di Indonesia, dengan dasar penunjukkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135/MENHUT-II/2004
Lebih terperinciProgram KMDM, Langkah Strategis Wujudkan Revolusi Mental. Oleh : Endang Dwi Hastuti*
Program KMDM, Langkah Strategis Wujudkan Revolusi Mental Oleh : Endang Dwi Hastuti* Revolusi mental pada dasarnya adalah pembentukan karakter, oleh karenanya upaya mewujudkan melalui jalur pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam berupa hutan merupakan salah satu kekayaan alam yang memiliki nilai sangat strategis. Meskipun sumberdaya alam ini termasuk kategori potensi alam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 48 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN/KOTA UNTUK KEGIATAN PENANAMAN MASSAL DALAM RANGKA PROGRAM GREEN SCHOOL
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi kepariwisataan di Indonesia sangat besar. Sebagai negara tropis dengan sumberdaya alam hayati terbesar ketiga di dunia, sangat wajar bila pemerintah Indonesia memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upi Supriatna, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam dinamika kehidupan suatu bangsa. Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan agen pembangunan dan perubahan. Tanpa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga
Lebih terperinciOleh : ERINA WULANSARI [ ]
MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Tegowanu Wetan yang terletak di Jalan Jendral Sudirman nomor 8 Tegowanu Wetan kecamatan Tegowanu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat. Usaha ini merupakan usaha yang perlu didukung oleh ahli rekayasa secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan
19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan alamnya dari masa ke masa. Berbagai lingkungan mempunyai tatanan masing masing sebagai
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH, PENGHIJAUAN DAN PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SATUAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB VI INTERAKSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH
84 BAB VI INTERAKSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH Interaksi sosial disebut juga sebagai proses sosial yang terjadi apabila terdapat kontak sosial dan komunikasi
Lebih terperinciVII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)
VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) 7.1. Persepsi Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi terhadap Keberadaan Hutan Penilaian
Lebih terperinciPROGRAM KERJA UKS. No. Jenis Program Tujuan Jenis Waktu Sasaran Pelaksana Sumber Dana Ket. pelajaran
PROGRAM KERJA UKS 6.1. Program Kerja No. Jenis Program Tujuan Jenis Waktu Sasaran Pelaksana Sumber Dana Ket. 1 Pendidikan Kesehatan Memberikan pengertian Peningkatan Setiap jam Guru dan Siswa Guru mata
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 SMP N 1 PRAMBANAN
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi SMP Negeri 1 Prambanan terletak di jalan Prambanan-Piyungan Km 4,5 Madurejo, Prambanan, Sleman yang merupakan suatu sekolah menengah pertama di bawah naungan Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ha. Terbagi menjadi 14 RW dan 28 RT. Desa Banguncipto yang dibatasi oleh : 1) Sebelah Utara Desa Wijimulyo
BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Deskripsi Wilayah Desa a. Luas Wilayah Luas wilayah Desa Banguncipto kurang lebih sekitar 435.841 Ha. Terbagi menjadi 14 RW dan 28 RT. b. Batas Wilayah Desa Banguncipto
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. kebutuhannya namun tidak memikirkan keadaan lingkungan yang menjadi
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan lingkungan hidup disekitar kita tiap tahun makin memprihatinkan, hal tersebut disebabkan karena kegiatan-kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya
Lebih terperinciBIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan
- 130-27. BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam wilayah daerah. 2. Penunjukan,,, Pelestarian Alam, Suaka Alam dan Taman Buru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional
Lebih terperinciI. UMUM. Sejalan...
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM I. UMUM Kekayaan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR
KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 264/Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan
Lebih terperincipersepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR
17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
29 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Adiwiyata-Sekolah Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup (Panduan Sekolah Adiwiyata 2010 Wujudkan Sekolah Peduli Dan Berbudaya Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan
Lebih terperinciBAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN A. Profil SD Muhammadiyah 8 Banjarmasin SD Muhammadiyah 8 Banjarmasin adalah salah satu sekolah swasta dengan akreditasi A. Sekolah ini memiliki NSS 104156002086. Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah lingkungan hidup semula merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter di sekolah memiliki peran yang sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa. Hal ini berdasarkan pendapat Kesuma (2012:40) menjelaskan
Lebih terperinciPROFIL TOKOH. Berikut adalah hasil wawancara tim redaksi :
PROFIL TOKOH Ully Sigar Rusady merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup. Ully Sigar Rusady lahir di Garut pada tanggal 4 Januari 1952. Pekerjaan dan pengalaman Ully
Lebih terperinciSILABUS (Kelas Eksperimen)
56 1 SILABUS (Kelas Eksperimen) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi : SMP Negeri 2 Punggur : IPA (Biologi) : VII A/2 (Genap) : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem
Lebih terperinciSUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH
- 140 - AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Hutan 1. Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam daerah. 2. Penunjukan Kawasan Hutan,
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR
KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 262 /Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM
Lebih terperinciMETODE EVALUASI 2 STANDAR (Kebijakan Berwawasan dan Penerapan Kurikulum Berbasis Lingkungan)
METODE EVALUASI 2 STANDAR (Kebijakan Berwawasan dan Penerapan Kurikulum Berbasis Lingkungan) Oleh : Ir. Rugaya Biki, M.Si BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RISET DAERAH (BLHRD) PROVINSI GORONTALO Outline Materi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Upaya Pencapaian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian upaya adalah untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, tindakan yang
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pembangunan
Lebih terperinciterpaksa antri atau harus berjalan jauh puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih. Sebaliknya, ketika musim hujan tiba, air menjadi banyak
Di bab awal kamu telah mendapat penjelasan tentang lingkungan alam dan buatan. Lalu bagaimanakah cara memelihara lingkungan alam dan buatan? Bagaimana dampak jika tidak memelihara lingkungan dengan baik?
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Tema-tema pada pembelajaran tematik integratif Kurikulum 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masih jauh jarak layanan TK ini terhadap masyarakat mengingat TK ini berada di dusun IV yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian TK Cerdas Desa Lauwonu Kecamatam Tilango Kabupaten gorontalo, didirikan pada tanggal 1 November 2007 yang seatap dengan SDN 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Yogyakarta yang memiliki banyak predikat yang membuat nama Yogyakarta terkenal, antara lain adalah sebagai kota pendidikan, banyak tempat tempat untuk belajar di kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup (Environment) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya yaitu manusia dan
Lebih terperinciLampiran 1. Peraturan Pendakian
93 Lampiran 1. Peraturan Pendakian 1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diberlakukan bagi pendaki gunung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dan kemegahan zaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin maju dan kemegahan zaman mempengaruhi gaya hidup manusia ke dalam gaya hidup yang konsumtif dan serba instan. Hal ini memberi
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Bahwa pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahwa pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk yang tidak terkendali, kemajuan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciPENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A
PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan
BB. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan 2. Pengukuhan Produksi, Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam dan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi
Lebih terperinciAA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN
LAMPIRAN XXVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Inventarisasi Hutan 1. Penyelenggaraan
Lebih terperinci