11. SITUASI SISTEM PENETAPAN HJD SAAT IN1
|
|
- Teguh Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 11. SITUASI SISTEM PENETAPAN HJD SAAT IN1 A. Terdapat Economic Loss Bagi manajemen sebuah perusahaan, penetapan harga merupakan salah satu keputusan yang penting, tidak terkecuali bagi PT. Perhutani. Hal ini berkaitan dengan kayu jati yang hingga saat ini masih merupakan produk andalan PT. Perhutani. Menurut Gittinger (1986) semua analisa-analisa keuangan dan ekonomi menggunakan suatu asumsi bahwa harga merupakan gambaran dari nilai, sehingga bisa dikatakan bahwa harga dari sesuatu barang atau jasa merupakan nilai barang atau jasa tersebut pada suatu tempat dan waktu tertentu. Demikian juga dalam dunia usaha kehutanan, harga tegakan merupakan nilai dari tegakan tersebut pada suatu tempat dan waktu tertentu. Dengan kata lain, harga dasar suatu komoditas hasil hutan kayu adalah nilai tegakannya. Nilai tegakan (stumpage value), rnenurut Davis (1954) di masing-masing lokasi produsenlpengelola sebenarnya tidak sarna. Perbedaan tersebut antara lain terlelak pada beberapa parameter dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu : (I) dalnr ekonomi, (2) keadaan hutan, (3) geografis hutan dan (4) komponen biaya pembentuknya. Parameter tersebut sesuai dengan tanaman jati PT. Perhutani, yaitu tersebar di seluruh Jawa, dengan kondisi tempat yang berbeda, situasi sosial yang tidak sama serta daur antara 40 hingga 80 tahun. Namun penetapan HJD kayu bundar jati di PT. Perhutani, ditetapkan melalui suatu kebijakan harga yang seragam (one price policy) pada semua lokasi
2 produsen (KPH) tanpa mempertimbangkan parameter yang telah dikemukakan oleh Davis dan asumsi dari Gittinger tersebut. Kebijakan ini, menurut Andayani (1998) hanya sesuai untuk diterapkan pada daur ekonomi 40 tahun apabila analisis finansial menggunakan tingkat bunga riil 9% per tahun. Oleh sebab itu, penetapan HJD kayu bundar jati oleh PT. Perhutani untuk daur di atas 40 tahun ternyata masih berada di bawah biaya produksinya, sehingga dianggap tidak rasional karena harga tersebut sebenarnya masih disubsidi surnberdaya alam. Implikasi lainnya dari kebijakan tersebut adalah terdapat economic loss yang sangat besar, seperti tertera pada tabel berikut : Tabel 1. Economic Loss Sebagai Akibat One Price Policy Kayu Bundar Jati di PT Perhutani. Volume Yang Dipasar -kan ') Harga Yang Diberlakukan 3, Harga Seharusnya 4, (x 1.000) Income 1 (2 x 3) Income 2 (2 X 4) Opportunity Loss (6-5) Economic Loss (7 : 2) 1999 (m3) (~~/m~) (~~/m~)( Rp) (Rp) (Rp) (~~/rn~) Sumbar : Statistik Perum Perhutani Tahun Keterangan : 1) Data Tahun 1997 tersedia tidak lengkap. 2) Jumlah realisasi volume penjualan sortimen Kayu Bundar Kecil, Kayu Bundar Sedang, dan Kayu Bundar Besar, melalui sistem penjualan dengan perjanjian, penjualan langsung dan penjualan lain-lain. 3) Harga rata-rata sortimen Kayu Bundar Kecil, Kayu Bundar Sedang dan Kayu Bundar Besar, melalui sistem penjualan dengan perjanjian, penjualan langsung dan penjualan lain-lain.. 4) Berdasarkan hasil perhitungan Andayani (1998) pada tingkat suku bunga 9 % (Lampiran 2). Dari tabel economic loss tersebut dapat diketahui, bahwa sebenarnya pendapatan PT. Perhutani dari penjualan kayu bundar jati bisa ditingkatkan.
3 B. Kinerja Perusahaan Dalam Laporan Keuangan Bias Kayu bundar jati yang diperdagangkan berasal dari kayu pohon berdiri (stumpage) di hutan. Menurut Gregory (1974) dalam Andayani, (1998), proses terjadinya tegakan (stumpage) di hutan adalah merupakan proses produksi. Berbeda dengan perusahaan pada umumnya, asset' perusahaan hutan mempunyai pengertian tersendiri, karena kayu di hutan berfungsi ganda yaitu dapat sebagai aset tetap (fixed asset) pada saat pohon masih berdiri dan dapat sebagai produk saat pohon sudah ditebang. Oleh karena itu dalam penilaian aset perusahaan hutan sebenarnya yang dinilai adalah tegakan yang sedang mengalami pertumbuhan (growing stock) (Openshaw, 1980). Dalam perusahaan pada umumnya, terdapat perputaran yang cepat dari produk. Sedangkan stock hanya merupakan bagian kecil dari produksi tanaman. Dalam perusahaan hutan terjadi sebaliknya. Pada waktu tertentu terdapat perbandingan yang tinggi antara stock dan produksi tahunan, dengan besaran yang berviiriasi antara 5 : 1 pada hutan tanaman jenis kayu cepat tumbuh, sampai 50 : 1 pada hutan alam atau hutan tanaman jenis lambat tumbuh (Openshaw, 1980). Dengan demikian pengamanan dan pengadaan stock dalam perusahaan hutan sangat penting. Seperti telah diketahui, sistem akuntansi kehutanan di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomer 32. Pada Bab 1. Asset, menurut Livingstone (1994), merupakan sumber-sumber, dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan, memiliki manfaat di masa yang akan datang. Manfaat-manfaat ini harus dapat dlukur dalam ukuran moneter.
4 7 Penciahuluan butir 02 PSAK tersebut dinyatakan bahwa "pengertian hasil dalam pengusahaan hutan meliputi : (1) hasil tebangan, (2) hasil olahan, dan (3) hasil lzutan lainnya. Dari pernyataan tersebut, PSAK 32 menganggap growing stock bukan sebagai hasil (output produksi). Serrlentara itu pada Bab Aktiva, dinyatakan bahwa "hasil hutan yang telah berada di TPN dan lokasi peng~mpulan/penimbunan hasil hutan harus dibukukan sebagai persediaan". Dari pernyataan tersebut potensi yang ada di hutan tidak diperhitungkan sebagai persediaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa PSAK 32 menganggap potensi sebagai bahan baku (bukan sebagai output produksi) yang dipel-oleh tanpa pengorbanan biaya, atau dengan pernyataan lain bahwa pada PSAK 32 stock sumberdaya hutan ditempatkan diluar sistem akuntansi, sehingga gambaran persediaan tegakan tidak nampak pada neraca keuangan dalam satu periode akuntansi. Menurut Kamarudin (2000), dengan tidak diperhitungkannya grouting stock ini sebagai aset perusahaan dalarn laporan keuangan, maka kinerja perusahaan yang nampak dalam laporan keuangan adalah bias. Kebiasan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Apabila dalam satu siklus akuntansi terjadi perusakan tegakan yang besar, nlaka kinerja perusahaan &an tetap baik, sungguhpun tegakannya mengalami kerusakan. 2. Apabila perusahaan melakukan overcutting, maka kinerja perusahaan akan nleningkat, yang sebenarnya peningkatan ini bukan disebabkan karena makin e fektifnya perusahaan, tetapi karena eksploitasi yang berlebihan.
5 8 3. Iknetapa11 harga pokok kayu akan bias, karena nilai tegakan yang dipungut dan mengalami kerusakan, tidak diperhitungkan sebagai beban produksi. Sebagai pengelola hutan sudah selayaknya KPH mempunyai perhitungan biaya produksi dan neraca perusahaan berdasarkan RPKH yang telah disusun. Perhitungan ini sebagai dasar penetapan harga jual dasar kayu bundar jati. Disiliilah pentingnya KPH mengetahui nilai tegakan yang dimiliki, yang salah satu komponen penghitungannya adalah daur dan kondisi dimana tegakan tersebut tumhuh.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2011 dan bertempat di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 3.2 Bahan dan Alat
Lebih terperinciPSAK NO. 32 AKUNTANSI KEHUTANAN
PSAK NO. 32 AKUNTANSI KEHUTANAN PENDAHULUAN Karakteristik Perusahaan Pengusahaan Hutan 01 Proses produksi hasil hutan untuk mendapatkan kayu bulat memerlukan waktu yang panjang, dimulai dari penanaman,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Absori Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasinya dalam Era Perdagangan Bebas. Muhammadiyah University Press. Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA Absori. 2001. Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasinya dalam Era Perdagangan Bebas. Muhammadiyah University Press. Surakarta. Andayani, Wahyu. 1998. Sistem Distribusi dan Penetapan Harga
Lebih terperinciJurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XII No. 3 : (2006)
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XII No. 3 : 26-39 (2006) Artikel (Article) ANALISIS KEUNTUNGAN PENGUSAHAAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) Di KPH Pekalongan Barat The Pine (Pinus merkusii
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5
DAFTAR ISI HALAMAN COVER i HALAMAN JUDUL ii HALAMAN PENGESAHAN.. iii HALAMAN PERNYATAAN. iv KATA PENGANTAR. v DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL. viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x INTISARI.. xi ABSTRACT..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU no.41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati, yang didominasi pepohonan
Lebih terperinciPerum Perhutani merupakan sebuah perusahaan berbentuk Badan Usaha. Tahun 1972, yang sebagaimana telah diubah dengan PP No.
IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. ljmum Perum Perhutani merupakan sebuah perusahaan berbentuk Badan Usaha Mililc Negara (BUMN) yang berada dibawah naungan Departemen Kehutanan, didirikan berdasarkan Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehutanan menurut pasal 1 Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, baik yang berupa manfaat ekonomi secara langsung maupun fungsinya dalam menjaga daya dukung lingkungan. Hutan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 3.2 Sumber Data dan Jenis Data Data yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKSI PT PERHUTANI (PERSERO) NOMOR: 001/KPTS/DIR/2002 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKSI PT PERHUTANI (PERSERO)
KEPUTUSAN DIREKSI PT PERHUTANI (PERSERO) NOMOR: 001/KPTS/DIR/2002 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKSI PT PERHUTANI (PERSERO) Menimbang: a. Bahwa pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mencakup wilayah kawasan hutan dimana akan dilakukan kegiatan penambangan batu kapur dan lempung oleh PT Tambang Semen Sukabumi (PT
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanaman (tegakan seumur). Salah satu hutan tanaman yang telah dikelola dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan menurut Pasal 1 (2) Undang-Undang No. 41/99 tentang Kehutanan diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
Lebih terperinciPEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)
PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) Pelatihan APHI 18 MEI 2011 Dwi Martani & Taufik Hidayat Staf Pengajar Departemen Akuntansi FEUI Tim Penyusun
Lebih terperinciDANA REBOISASI (DR) SEBAGAI SUMBER DANA PEMBINAAN HUTAN DI AREAL KERJA IUPHHK (HPH) TIDAKKAH BOLEH?
1/9 DANA REBOISASI (DR) SEBAGAI SUMBER DANA PEMBINAAN HUTAN DI AREAL KERJA IUPHHK (HPH) TIDAKKAH BOLEH? Oleh: Sofyan P.Warsito*) Agar suatu unit usaha bisa lestari, penerimaan (revenue) uang yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan hutan tanaman di Jawa, khususnya oleh Perum Perhutani merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan utama mulai dari penanaman, pemeliharaan
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH
ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh Perhutani, baik berupa produk kayu maupun non kayu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kehutanan merupakan salah satu sumber devisa negara yang cukup menjanjikan. Selama ini Perum Perhutani identik dengan hasil hutan kayunya terutama kayu jati.
Lebih terperinciJurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XII No. 3 : (2006)
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XII No. 3 : 26-39 (2006) Artikel (Article) ANALISIS KEUNTUNGAN PENGUSAHAAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) Di KPH Pekalongan Barat The Pine (Pinus merkusii
Lebih terperinciPENDUGAAN NILAI TEGAKAN DAN ANALISIS NILAI TAMBAH JATI (Tectona grandis L.f.) DI KPH PEMALANG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH RIZKA YUNI KARTIKA
PENDUGAAN NILAI TEGAKAN DAN ANALISIS NILAI TAMBAH JATI (Tectona grandis L.f.) DI KPH PEMALANG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH RIZKA YUNI KARTIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan lestari perlu dilaksanakan agar perubahan hutan yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dan persekutuan alam lingkungan. Hutan sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pohon Jati Pohon jati merupakan pohon yang memiliki kayu golongan kayu keras (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai 40 meter. Tinggi batang
Lebih terperinciBAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN
BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN 9.1. Pendapatan Perusahaan Hutan Tujuan perusahaan hutan adalah kelestarian hutan. Dalam hal ini dibatasi dalam suatu model unit perusahaan hutan dengan tujuan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini. Teori-teori ini merupakan landasan untuk menjawab tujuan-tujuan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sarnpai bulan Juni 200 1. Lokasi penelit~an berlokasi di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Return On Assets (ROA) Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati (Tectona grandis L.f) tumbuh secara alami di seluruh Asia Tenggara dan merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar internasional.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian
METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Propinsi Banten. KBM Wilayah II Bogor, dan Industri pengolahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan
Lebih terperinciterakhir yaitu Lower ofcost or Market yaitu aset dinilai dengan membandingkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Para pemakai laporan keuangan seperti investor dan para pelaku finansial lainnya sangat membutuhkan adanya penyajian laporan keuangan yang relevan dan reliabel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Menurut Sessions (2007), pemanenan hutan merupakan serangkaian aktivitas penebangan pohon dan pemindahan kayu dari hutan ke tepi jalan untuk dimuat dan diangkut
Lebih terperinciMangium adalah jenis pohon cepat tumbuh (fasf growing species) yang. banyak digunakan untuk Hutan Tanaman lndustri (HTI) di Indonesia.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangium Mangium adalah jenis pohon cepat tumbuh (fasf growing species) yang banyak digunakan untuk Hutan Tanaman lndustri (HTI) di Indonesia. Pemilihan jenis tersebut didasarkan
Lebih terperincithis file is downloaded from
- 43 - d. melaksanakan RKT sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 2) dan huruf c angka 2) yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya bila telah memenuhi kriteria dan indikator yang ditetapkan oleh Menteri,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam hal ini adalah kayu dan modal produksi. Untuk itu maka terbentuk
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sistem Dinamika Potensi Pendapatan Hutan dapat dikatakan sebagai alat produksi sekaligus hasil produksi. Hutan sebagai alat produksi artinya hutan menghasilkan yang boleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Terkait dalam peningkatan jumlah penduduk, tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya hutan di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Terkait dalam peningkatan jumlah penduduk, tuntutan dalam pemanfaatan sumber daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (DJR/DR) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH/IHH). Penerimaan ini
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tiga dasawarsa terakhir sektor kehutanan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian Indonesia. Selama periode tahun 1980-2005 penerimaan dari sektor kehutanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. F) merupakan salah satu jenis penghasil kayu pertukangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk berbagai macam keperluan pertukangan
Lebih terperinciPengambilan Sampel Pola Agroforestri Pengambilan Sampel Petani Penggarap Lahan Agroforestri Metode Analisis...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xii ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah barang yang dibeli/diproduksi/dimiliki oleh perusahaan yang akan dijual kembali sebagai aktivitas atau kegiatan normal perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati dikenal sebagai kayu mewah karena kekuatan dan keawetannya dan merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di indonesia. Hal tersebut tercermin dari
Lebih terperinciII. KERANGKA PEMIKIRAN
II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus akan mengalami
Lebih terperinciPUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R
KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 181/Dik-1/2010 T e n t a n g
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi untuk mencukupi kebutuhan kayu perkakas dan bahan baku industri kayu. Guna menjaga hasil
Lebih terperinciPENDAPATAN. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.
PENDAPATAN 1 Pendapatan Dalam penyusunan tugas ini pendapatan diistilahkan sebagai revenue agar tidak selalu salah pengertian, karena pendapatan juga padanan dari kata income walaupun penggunaannya belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan tanaman yang berkelanjutan dan lestari membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan hutan tanaman yang berkelanjutan dan lestari membutuhkan informasi potensi hutan yang akurat melalui kegiatan inventarisasi hutan. Salah satu informasi
Lebih terperinciFORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN ALAM
Lampiran : I Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : 51/KPTS/VI-PHP/2003 Tanggal : 28 Oktober 2003 BENTUK DAN ISI A. Bentuk FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
Lebih terperinciSistem silvikultur. Sistem silvikultur & Model Struktur Hutan:
Sistem silvikultur. Sistem silvikultur & Model Struktur Hutan: Sistem Silvikultur, Daur & Rotasi Tebang, Hutan Normal & Regulated Forest Suatu sistem silvikultur : menjabarkan kegiatan, karakteristik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jati merupakan kayu yang memiliki banyak keunggulan, antara lain yaitu jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna (2005) yang menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal (bursa efek). Pasar modal merupakan esensi dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendapatan 1. Definisi Pendapatan Teori akuntansi menyatakan bahwa pendapatan mempresentasikan capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nilai ekspor Indonesia berperan dalam sebagai penyelamat dalam krisis global tahun 2008 lalu. Kecilnya proporsi ekspor terhadap PDB (Product Domestic Bruto)
Lebih terperinciKebijakan Fiskal Sektor Kehutanan
Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Prof. Dr. Singgih Riphat Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan PENYUMBANG EMISI CO 2 TERBESAR DI DUNIA Indonesia menempati urutan ke 16 dari 25 negara penyumbang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGATURAN KELESTARIAN HUTAN DAN RENCANA TEKNIK TAHUNAN DI WILAYAH PERUM PERHUTANI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak
1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dan keuangan global tahun 1997 dan 2008 yang telah berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia, mempengaruhi menurunnya
Lebih terperinciV. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENAWARAN DAN PERMINTAAN KAYU BULAT
V. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENAWARAN DAN PERMINTAAN KAYU BULAT Data untuk membangun model ekonomi sebagaimana diuraikan pada Bab IV dianalisis untuk mendapatkan konfirmasi mengenai kualitas model yang dibangun,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan
Lebih terperinciPSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Teori Akuntansi Keuangan PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Penyusun : Mikael Siahaan (1406645168) Muhammad Gunawan H.M (1406645765) Muhammad Iqbal (1406645771) PROGRAM EKSTENSI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan didirikan adalah mendapatkan laba yang maksimal khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan memanfaatkan seluruh sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan
Lebih terperinciA. Ringkasan Penemuan dan Kesimpulan
VI. RINGKASAN PENEMUAN, KESIMPULAN DAN SARAN A. Ringkasan Penemuan dan Kesimpulan Penemuan penelitian dan kesimpulan spesifik telah dicantumkan dalam setiap bagian akhir dari bab-bab terdahulu. Hasil rangkuman
Lebih terperinciBAB KEWAJIBAN. sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/menyerahkan
BAB KEWAJIBAN Pengertian dan karakteristik Kewajiban Menurut FASB (Financial Accounting Standard Board), kewajiban merupakan pengorbanan manafaat ekonomi masa datang yang cukup pasti timbul dari keharusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan negara, dimana kawasannya sudah dikepung kurang lebih 6000 desa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat perkembangan penduduk di Indonesia khususnya di Pulau Jawa terus meningkat dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 9941 jiwa/km 2 (BPS, 2010) selalu dihadapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan dengan manusia di muka bumi. Hutan menjadi pemenuhan kebutuhan manusia dan memiliki fungsi sebagai penyangga
Lebih terperinciearnings per share (EPS), dan volume perdagangan] terhadap risiko sistematis
BABV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya bahwa tujuan peneilitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi (tingkat inflasi, tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Menurut Bermejo et al. (2004) kayu jati merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati merupakan jenis kayu komersil yang bermutu dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Menurut Bermejo et al. (2004) kayu jati merupakan salah satu kayu penting yang
Lebih terperinciPENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA ARNI / 20208189 Pembimbing : Dr. Emmy Indrayani Latar Belakang Masalah Salah satu faktor
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Bela kang. Hutan sebagai sumber kekayaan alam merupakan suatu modal dasar
PENDAHULUAN Latar Bela kang Hutan sebagai sumber kekayaan alam merupakan suatu modal dasar pembangunan nasionai yang perju dimanfaatkan secara maksimal dan lestan untuk kesejahteraan rakyat, baik materia1
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati 2.1.1 Klasifikasi, penyebaran dan syarat tumbuh Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona
Lebih terperinciPENENTUAN DAUR OPTIMAL HUTAN NORMAL JATI (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) GRACE TRI APRILINA
1 PENENTUAN DAUR OPTIMAL HUTAN NORMAL JATI (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) GRACE TRI APRILINA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 2 3 PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil simulasi dinamika dengan menggunakan tiga skenario yaitu
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Hasil simulasi dinamika dengan menggunakan tiga skenario yaitu a. skenario 1 (Jenis jati, daur 20 tahun dan UTM 10 tahun), nilai volume total yang diperoleh
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009
KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian mengandung suatu sewa, tetapi tidak memberikan panduan untuk menentukan sewa tersebut harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani merupakan sebuah badan usaha yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa dan Madura dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Secara umum setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan laba atau keuntungan yang optimal serta memaksimumkan kemakmuran pemegang saham untuk menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan paradigma pengelolaan hutan. Davis,dkk. (2001)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pandangan terhadap kelestarian hutan telah mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan paradigma pengelolaan hutan. Davis,dkk. (2001) menggambarkan ada empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi nilai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mempermudah investor dalam mengembangkan saham yang akan dibutuhkan
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signalling Theory) Signalling Theory merupakan suatu penjelasan dari asimetri informasi. Terjadinya asimetri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan, berikut beberapa pendapat mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dimiliki perusahaan digunakan untuk dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan
BAB II LANDASAN TEORI II.1 II.1.1 Kerangka Teori dan Literatur Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) Pada dasarnya, sebuah perusahaan baru akan mengakui pendapatannya pada saat penjualan terjadi (proses
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Berdasarkan beberapa teori dalam Tinjauan Pustaka, terdapat lima variabel yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini. Variabel tersebut yaitu:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai salah satu sumber devisa negara. Dalam UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan, dinyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjaga efektifitas dan efisiensi kinerja keuangan dari. perusahaan dibutuhkan suatu bentuk alat komunikasi yang memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjaga efektifitas dan efisiensi kinerja keuangan dari perusahaan dibutuhkan suatu bentuk alat komunikasi yang memberikan informasi tentang kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan arus informasi yang semakin canggih dan modern menyebabkan perkembangan dunia usaha semakin pesat. Tingkat persaingan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan yang tidak kalah pentingnya adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini telah melampaui kemampuan sumber daya alam dalam memproduksi kayu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kebutuhan bahan baku kayu untuk industri kehutanan saat ini telah melampaui kemampuan sumber daya alam dalam memproduksi kayu secara lestari, apalagi pertumbuhan
Lebih terperinciSistem silvikultur & Model Struktur Hutan:
Sistem silvikultur & Model Struktur Hutan: Sistem Silvikultur, Daur & Rotasi Tebang, Hutan Normal & Regulated Forest Teddy Rusolono Dosen MK. Manajemen Hutan 2010 Sistem Silvikultur Silvikultur : ilmu
Lebih terperinci