STUDI AWAL KONVERSI ENZIMATIK SECARA IN-SITU UNTUK HIDROLISIS CPO DARI BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI AWAL KONVERSI ENZIMATIK SECARA IN-SITU UNTUK HIDROLISIS CPO DARI BUAH SEGAR KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 STUDI AWAL KONVERSI ENZIMATIK SECARA IN-SITU UNTUK HIDROLISIS CPO DARI BUAH SEGAR KELAPA SAWIT D. Natalia 1), I N. Widiasa 2), I G. Wenten 2) 1) KPP Bioteknologi, 2) Dept. Teknik Kimia Insitut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung Abstrak Saat ini, produksi asam lemak komersial menggunakan proses Colgate-Emery dengan temperatur o C dan tekanan bar. Proses ini memiliki beberapa kelemahan seperti konsumsi energi yang tinggi, material peralatan proses spesifik, sistem pengendalian proses dan keselamatan kerja sangat kompleks, serta dapat terjadi polimerisasi asam lemak tak jenuh. Di lain pihak, proses enzimatik menggunakan lipase masih belum dapat diaplikasikan secara komersial karena harga lipase yang relatif mahal. Studi ini bertujuan untuk mengembangkan proses hidrolisis CPO secara in-situ dengan memanfaatkan lipase yang terdapat dalam buah segar kelapa sawit. Parameter proses yang dipelajari antara lain temperatur, konsentrasi air, dan pengaruh ph terhadap reaksi hidrolisis. Hasil yang telah didapat sementara ini untuk reaktor batch sudah bisa mencapai konversi 48,54% pada temperatur 35 o C dan dengan menggunakan buffer fosfat ph 8,2. Hasil ini menegaskan bahwa hidrolisis CPO dari buah segar kelapa sawit secara in-situ dapat dipandang sebagai alternatif yang menjanjikan. Kata kunci: asam lemak; gliserol; hidrolisis CPO; lipase Pendahuluan Saat ini, Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar kedua di dunia setelah Malaysia dengan kapasitas 9,6 juta ton. Pada tahun 2007 Indonesia menargetkan sebagai produsen CPO terbesar. Keberhasilan produksi CPO ini harus dibarengi dengan pengembangan industri pengolahan CPO, khususnya hidrolisis CPO menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol merupakan bahan dasar bagi industri oleokimia. Kebutuhan dunia akan asam lemak tidak kurang dari ton per tahun. Jadi selain dapat memberikan nilai tambah, hidrolisis CPO menjadi asam lemak dan gliserol akan dapat menjaga stabilitas harga dan memacu perkembangan industri oleokimia di Indonesia. Selama ini, proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak dan gliserol kebanyakan menggunakan proses Colgate-Emery. Prosesnya dilakukan pada tekanan bar dan temperatur C. Beberapa kelemahan proses ini antara lain konsumsi energi tinggi, material peralatan proses spesifik, sistem pengendalian proses dan keselamatan kerja sangat kompleks, serta dapat terjadi polimerisasi asam lemak tak jenuh. Oleh karena itu, hidrolisis langsung CPO yang mengandung banyak fraksi tidak jenuh (oleat) dengan proses Colgate-Emery akan menghasilkan produk polimerisasi. Terjadinya peningkatan kandungan asam lemak dalam mesokarp kelapa sawit menunjukkan bahwa proses hidrolisis CPO dapat berlangsung secara alamiah. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa hidrolisis minyak menjadi asam lemak dapat terjadi pada temperatur dan tekanan rendah karena adanya enzim lipase. Hartley (1988) menyatakan keberadaan lipase endogen yang sangat aktif dalam kelapa sawit. Sedangkan menurut Abigor dkk. (1985), lipase aktif terdapat dalam mesokarp buah sawit dengan temperatur optimal 30 o C dan ph optimal 4,5. Mohankumar dkk. (1990) menyatakan bahwa lipase terdapat di luar sel penahan minyak pada mesokarp buah sawit. Menurut Henderson dan Osborn (1991), produksi asam lemak bebas pada buah matang dikontrol oleh lipase endogen dimana fungsi hidrolisisnya teraktivasi bila buahnya dilukai atau tergores. Sedangkan Sambathamurti dkk. (1991) juga menyatakan bahwa lipase terdapat di luar sel penahan minyak pada mesokarp buah sawit. Bila terjadi pemecahan sel akan terjadi kontak antara minyak sawit dan lipase sehingga terjadi hidrolisis minyak sawit menjadi asam lemak. Studi yang lebih terinci dilakukan oleh Abel Hiol dkk. (1999) untuk produksi, pemurnian, dan karakterisasi lipase dari Mucor hiemalis f. hiemalis yang berasal dari buah sawit. Ditegaskan bahwa lipase ekstraseluler dihasilkan pada fermentasi batch dengan aktivitas tertinggi dicapai pada waktu inkubasi 6 hari

2 dengan ph optimum 7 dan temperatur optimum 40 o C. Studi lain dilakukan oleh Alert Holtman (2003) menggunakan lipase yang terdapat dalam buah segar kelapa sawit untuk menghidrolisis minyak sawit secara in-situ. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konversi asam lemak berkisar antara 70-80% dalam waktu 2-3 jam. Sayangnya tingkat konversi ini masih jauh dibawah tingkat konversi yang dihasilkan dengan proses Colgate-Emery. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut proses hidrolisis in-situ. Tinjauan diarahkan pada pengaruh temperatur, konsentrasi air, dan ph terhadap laju pembentukan asam lemak. Bahan Dan Metode Penelitian Bahan Buah kelapa sawit sebagai sumber CPO diperoleh langsung dari PT Agricinal. Lipase sebagai biokatalis reaksi hidrolisis dan CPO sebagai sumber minyak didapatkan melalui ekstraksi mesokarp buah kelapa sawit dengan digester. Heksan yang digunakan untuk ekstraksi dan melarutkan CPO mempunyai kualitas teknis. Air untuk menghidrolisis CPO adalah permeat reverse osmosis (RO). Etanol 95%, NaOH, dan fenolftalein yang digunakan untuk titrasi asam lemak serta KH 2 PO 4 dan K 2 HPO 4 untuk membuat buffer fosfat memiliki kualitas analitis. Metode Secara garis besar, studi ini terdiri dari empat tahapan, yaitu yang pertama pembuatan jus sawit dari mesokarp buah kelapa sawit, yang kedua inkubasi sampel, yang ketiga ekstraksi minyak, dan yang terakhir adalah analisis kandungan asam. Mula-mula buah kelapa sawit dikupas untuk memisahkan kernel dan mesokarp, kemudian mesokarp didigester untuk menghasilkan jus sawit yang lebih halus. Sejumlah jus sawit ditambahkan dengan air atau buffer lalu diinkubasi dalam waktu tertentu dan disertai dengan pengadukan. Pengambilan sampel dilakukan tiap hari. Sampel hasil inkubasi dipanaskan dengan heater untuk mematikan enzim serta menghilangkan air. Kemudian dilakukan ekstraksi minyak dengan heksan secara bertingkat. Minyak yang masih bercampur dengan heksan diuapkan sehingga diperoleh minyak murni. Minyak yang diperoleh diambil dalam jumlah tertentu untuk kemudian dilarutkan dengan etanol, ditambahkan fenolftalein, dan kemudian dititrasi dengan NaOH. Penentuan kandungan asam yang terbentuk ditentukan melalui titrasi sampel. Dalam penampilan data, dialurkan grafik antara peningkatan jumlah asam yang terbentuk per waktu tertentu terhadap temperatur ataupun waktu. Dalam hal ini, peningkatan jumlah asam yang terbentuk menyatakan selisih antara jumlah asam yang terbentuk setelah inkubasi dengan jumlah asam yang terbentuk sebelum inkubasi. Hal ini perlu dilakukan karena eksperimen untuk masing-masing variasi tidak dilakukan bersamaan sehingga kandungan asam awal dari buah yang digunakan tidak sama. Buah akan mengalami peningkatan kandungan asam seiring dengan meningkatnya waktu, terlebih lagi bila buah dalam keadaan terluka atau tergores (Henderson dan Osborn, 1991; Sambathamurti dkk., 1991). Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar derajat hidrolisis atau juga merupakan kandungan asam yang terbentuk, dinyatakan dalam persamaan berikut: Hasil Dan Pembahasan Pengaruh temperatur Pada umumnya setiap enzim memiliki aktivitas katalitik optimum pada temperatur tertentu. Temperatur optimum akan memberikan aktivitas katalitik terbesar. Karena itu, untuk mengetahui temperatur optimum untuk aktivitas katalitik lipase dan berarti juga reaksi hidrolisis CPO yang optimum, maka dilakukan studi penentuan temperatur optimum dengan variasi temperatur o C. Rentang ini diambil berdasar temperatur rata-rata aktivitas lipase. Bila temperatur terlalu tinggi, enzim dapat terdeaktivasi sedangkan bila temperatur terlalu rendah, CPO yang merupakan reaktan akan berada dalam bentuk padat sehingga reaksi hidrolisis menjadi sulit. Selain itu, lipase memiliki keunikan karena mengkatalisis reaksi pada interface antara fase minyak dan air. Bila fase minyak berada dalam fase padat, luas interface antara fase minyak dan fase air menjadi kecil dan lipase akan lebih sulit mengkatalisis reaksi. Jadi temperatur sistem reaksi juga berpengaruh terhadap pembentukan interface tersebut. Gambar 1 merupakan hasil yang diperoleh untuk variasi temperatur inkubasi (temperatur reaksi hidrolisis). Kurva ini menunjukkan hubungan antara peningkatan jumlah asam yang terbentuk per satuan waktu terhadap temperatur. Peningkatan jumlah asam yang terbentuk ini ditentukan berdasarkan kadar asam setelah inkubasi dikurangi dengan kadar asam sebelum inkubasi dan dibagi terhadap waktu inkubasi. Dalam studi ini, penentuan asam yang terbentuk perlu dikurangi dengan kadar asam awal karena studi ini tidak (1)

3 dilakukan secara bersamaan, sedangkan dalam penyimpanannya, buah kelapa sawit akan mengalami peningkatan kadar asam seiring dengan waktu. Jadi penentuan kadar asam yang terbentuk terhadap kadar asam awal akan membuat data yang diperoleh dapat diperbandingkan. Seperti terlihat pada Gambar 1, kenaikan temperatur hingga temperatur 35 o C akan menyebabkan kenaikan aktivitas katalitik lipase sehingga meningkatkan derajat hidrolisis. Hal tersebut sesuai dengan persamaan Arrhenius yang menyatakan hubungan aktivitas terhadap temperatur (pers. 2). ΔEh RT A = A e (2) o Dalam hubungan ini, A adalah aktivitas lipase pada saat temperatur T, A o adalah aktivitas lipase saat temparatur acuan, ΔE h adalah energi aktivasi reaksi hidrolisis, R adalah tetapan gas, dan T adalah temperatur proses hidrolisis. Menurut hubungan Arrhenius ini, aktivitas meningkat dengan kenaikan temperatur. Akan tetapi peningkatan temperatur lebih lanjut akan menyebabkan penurunan aktivitas katalitik lipase. Pada temperatur 40 o C, enzim mulai menunjukkan penurunan aktivitas dan menurun tajam pada temperatur 45 o C. Hal ini membuktikan bahwa persamaan Arrhenius ini dibatasi oleh peristiwa denaturasi enzim. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan struktur enzim. Akibatnya enzim menjadi terdeaktivasi dan proses hidrolisis menjadi terhambat. Dalam studi ini, temperatur optimum bagi lipase yang berasal dari mesokarp buah kelapa sawit untuk reaksi hidrolisis adalah 35 o C. 0.5 Peningkatan jumlah asam yang terbentuk per waktu (g/jam) Temperatur ( o C) Gambar 1. Pengaruh temperatur terhadap peningkatan jumlah asam yang terbentuk per waktu Pengaruh konsentrasi air Reaksi hidrolisis CPO merupakan reaksi konversi CPO menjadi asam lemak dan gliserol dengan adanya air dan dengan bantuan enzim lipase (Gambar 2). Satu molekul trigliserida (yang dapat berupa minyak atau lemak) akan bereaksi dengan 3 molekul air menghasilkan 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol. Gambar 2. Reaksi hidrolisis minyak/lemak secara enzimatik Hidrolisis CPO merupakan suatu proses yang melibatkan dua fase yaitu fase aqueous (air) dan fase organik (minyak). Lipase memiliki keunikan khusus karena mengkatalisis reaksi pada daerah interface antara fase air dan minyak. Kemampuan enzim berada di daerah interface ini akan sangat mempengaruhi kecepatan reaksi. Semakin luas daerah interface yang terbentuk maka kecepatan reaksi akan semakin besar. Untuk

4 meningkatkan luas interface antara kedua fase ini, maka pembentukan emulsi harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan emulsi dengan luas permukaan yang besar. Jadi dalam hal ini, penentuan konsentrasi air yang optimum untuk pembentukan emulsi yang menghasilkan luas permukaan besar sangat penting. Perlu juga diperhatikan bahwa lipase memiliki karakteristik lebih cenderung larut dalam fase aqueous dibanding fase minyak. Jadi apabila konsentrasi air berlebih, lipase akan cenderung berada pada fase air. Akibatnya lipase yang berada di interface antara fase air dan minyak akan berkurang. Hal ini menyebabkan konversi CPO menjadi lebih lama. Selain itu, proses hidrolisis secara in-situ melibatkan tambahan fase padat (mesokarp). Oleh karena itu, pengaruh komposisi air terhadap pengeluaran minyak dari mesokarp juga menentukan kecepatan hidrolisis. Minyak akan lebih mudah keluar dari fase padat (mesokarp) bila disekelilingnya adalah fase aqueous (air), Terlebih lagi bila fase disekelilingnya adalah fase organik, maka pengeluaran minyak dari fase padat (mesokarp) akan menjadi lebih mudah. Makin banyak minyak yang berhasil dikeluarkan, maka semakin banyak pula substrat yang tersedia untuk reaksi. Jadi dalam hal ini, konsentrasi air juga berpengaruh terhadap pengeluaran minyak dari mesokarp. Karena pentingnya pengaruh konsentrasi air bagi proses hidrolisis ini, studi pengaruh konsentrasi air terhadap kecepatan hidrolisis dilakukan dengan tetap mempertimbangkan proses hilirnya. Eksperimen dilakukan dalam rentang konsentrasi air 40-60% terhadap berat mesokarp yang digunakan. Hasil yang didapat ditunjukkan dalam Gambar 3. Dapat dilihat bahwa makin besar konsentrasi air, maka peningkatan jumlah asam yang terbentuk juga akan semakin besar. Kandungan air dalam jus adalah sekitar 19,64% sehingga secara teoritis, reaksi akan berjalan sempurna apabila konsentrasi air lebih dari 32,78%. Kecepatan hidrolisis yang sangat lambat pada konsentrasi air 40-60% diduga akibat dari lambatnya minyak keluar dari mesokarp. Oleh karena itu, konsentrasi air harus berlebih untuk memperoleh tingkat konversi yang tinggi. Peningkatan jumlah asam yang terbentuk per waktu (gr/jam) % air % air 60% air Waktu (jam) Gambar 3. Pengaruh konsentrasi air terhadap peningkatan jumlah asam yang terbentuk per waktu Pengaruh ph Untuk mengetahui pengaruh perubahan ph terhadap reaksi hidrolisis CPO ini, eksperimen dilakukan menggunakan dua fase aqueous yang berbeda yaitu dengan menggunakan air RO dan menggunakan buffer fosfat ph 8,2. Studi dilakukan pada temperatur 35 o C dengan konsentrasi fase aqueous sekitar 40%. Hasil studi pengaruh ph ditunjukkan dalam Gambar 4. Dalam hidrolisis CPO, ph sistem reaksi akan menurun seiring dengan terbentuknya asam lemak jika tidak menggunakan buffer. Penggunaan buffer bermanfaat untuk menjaga ph larutan sehingga lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan air. Pernyataan ini didukung dengan data eksperimen bahwa fase aqueous menggunakan buffer memberikan derajat hidrolisis yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan air RO. Konversi maksimal yang dicapai bila menggunakan fase aqueous air adalah 38,36% sedangkan dengan menggunakan buffer mencapai derajat hidrolisis 48,54%. Hal ini berarti bahwa aktivitas lipase sangat sensitif terhadap ph.

5 Peningkatan jumlah asam (g) ph tetap ph berubah Waktu (jam) Gambar 4. Pengaruh ph terhadap peningkatan jumlah asam Kesimpulan Dari studi yang telah dilakukan diketahui bahwa terjadinya reaksi hidrolisis CPO menjadi asam lemak dan gliserol secara in-situ dengan bantuan lipase yang didapat langsung dari mesokarp buah kelapa sawit mencapai kondisi optimum pada temperatur 35 o C dan dengan konsentrasi air (fase aqueous) 60%. Derajat hidrolisis dapat ditingkatkan dengan menjaga kestabilan ph sistem menggunakan buffer. Dari hasil penelitian ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa proses produksi asam lemak melalui hidrolisis CPO secara enzimatik sangatlah menjanjikan. Terlebih lagi dengan pemanfaatan lipase yang berasal dari mesokarp buah segar kelapa sawit dapat mengurangi biaya penambahan lipase eksternal. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kegiatan penelitian ini, terutama kepada PT Agricinal untuk pengadaan buah kelapa sawit, dana, dan literatur yang sangat membantu pelaksanaan studi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada KPP Bioteknologi ITB yang telah memberikan fasilitas peralatan dan laboratorium. Daftar Pustaka Doye, R.A., Opute, F.I., Opoku, A.R., and Osagie, A.U., (1985), Partial Purification and Some Properties of the Lipase Present in Oil Palm (Elaeis guineensis) Mesocarp, J. Sci. Food Agric., 36, hal Hartley, C.W.S., (1988), The Oil Palm, Third Edition, Longman, London, hal. 683 in Sambanthamurthi, R. And Kushairi, A., (2002), Selection for Lipase Activity in the Oil Palm, MPOB TT, 141 Henderson, J., and Osborn, D.J., (1991), Lipase Activity in Ripening and Mature Fruit of the Oil Palm. Stability in vivo and in vitro, Phytochemistry, 30 (4), hal Hiol, A., Jonzo, M.D., Druet, D., and Comeau, L., (1999), Production, Purification, and Characterization of an Extrasellular Lipase from Mucor hiemalis f. Hiemalis, Enzyme and Microbial Technology, 25, hal Holtman, A., Under supervisor of Ganzelveld, K.J., and Manurung, R., (2003), In situ Direct Hydrolysis of Palm Oil, RuG-ITB-Agricinal Mohankumar, C., Arumughan, C., Kaleysa raj, R., (1990), Histological localization of Oil Palm Fruit Lipase, JAOCS, 67 (10), hal Sambanthamurti, R., Chong, C.L., Oo, K.C., Yeo, K.H., and Premavathy, R., (1991), Chill-Induced Lipid Hydrolysis in the Oil Palm (Elaeis guineensis) Mesocarp, J. Exp. Bot., 42, hal

6 DATA PRIBADI PENYAJI Nama Lengkap dan Gelar : Dessy Natalia, S.Si. Tempat/tanggal lahir : Temukus, 25 Desember 1980 Alamat Instansi : Lab. Proses Hilir KPP Bioteknologi ITB Jalan Ganesha 10 Bandung, Pendidikan : Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung ( ) Pengalaman Penelitian : Staf peneliti Lab. Proses Hilir KPP Bioteknologi ITB (2003-sekarang) Bandung, 2 Juli 2004 Dessy Natalia, S.Si

Deddy Kurniawan Wikanta 1), Mohamad Endy Y 1), Erlangga 1), Hermawan Dwi A 1) 1)

Deddy Kurniawan Wikanta 1), Mohamad Endy Y 1), Erlangga 1), Hermawan Dwi A 1) 1) PENGEMBANGAN PROSES THERMOKIMIA UNTUK PENINGKATAN KONVERSI ASAM LEMAK MELALUI INTERFACIAL ACTIVATION LIPASE BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DENGAN TUNING UP MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO Deddy Kurniawan Wikanta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses hidrolisis minyak/lemak menjadi asam lemak dan gliserol secara komersial yang sampai kini digunakan, beroperasi pada suhu 240-250 o C dan tekanan 45-50 bar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara terbesar kedua setelah Malaysia dalam produksi minyak sawit. Pada tahun 2004, produksi dan ekspor negara Malaysia mencapai masing-masing

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Minyak Ikan Karakterisasi minyak ikan dilakukan untuk mengetahui karakter awal minyak ikan yang digunakan dalam penelitian ini. Karakter minyak ikan yang diukur

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROSES ENZIMATIS GELOMBANG MIKRO UNTUK PRODUKSI ASAM LEMAK DARI BUAH SAWIT SECARA IN SITU

PENGEMBANGAN PROSES ENZIMATIS GELOMBANG MIKRO UNTUK PRODUKSI ASAM LEMAK DARI BUAH SAWIT SECARA IN SITU PENGEMBANGAN PROSES ENZIMATIS GELOMBANG MIKRO UNTUK PRODUKSI ASAM LEMAK DARI BUAH SAWIT SECARA IN SITU Mohamad Endy Yulianto, Zainal Abidin, F.S. Nugraheni S, dan Vita Paramita Jurusan Teknik Kimia PSD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan volume ekspor minyak kelapa sawit mencapai16,436 juta ton pada tahun

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode yang akan digunakan untuk pembuatan monogliserida dalam penelitian ini adalah rute gliserolisis trigliserida. Sebagai sumber literatur utama mengacu kepada metoda konvensional

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Monogliserida (monoasilgliserol) merupakan senyawa kimia penting dari turunan komersil yang digunakan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, pelumas. Monogliserida

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT (PENYEMPROTAN DENGAN NATRIUM BENZOAT DAN KALIUM SORBAT TERHADAP MUTU CPO)

PENANGANAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT (PENYEMPROTAN DENGAN NATRIUM BENZOAT DAN KALIUM SORBAT TERHADAP MUTU CPO) PENANGANAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT (PENYEMPROTAN DENGAN NATRIUM BENZOAT DAN KALIUM SORBAT TERHADAP MUTU CPO) Palm Post Harvest Handling (The Spraying of Sodium Benzoate and Potassium Sorbate to CPO Quality)

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan industri kimia banyak memproduksi barang mentah maupun barang jadi untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS

LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS Disusun Oleh : 1. FETRISIA DINA PUSPITASARI 1131310045 2. GRADDIA THEO CHRISTYA PUTRA 1131210062

Lebih terperinci

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Rita Arbianti *), Tania S. Utami, Heri Hermansyah, Ira S., dan Eki LR. Departemen Teknik Kimia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel dapat dibuat dengan empat cara utama, yaitu secara langsung dengan pencampuran, mikroemulsi, pirolisis dan transesterifikasi. Metode yang paling umum digunakan

Lebih terperinci

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pengantar Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit (Elaeis guineensis) terbesar di dunia. Produksinya pada tahun 2010 mencapai 21.534 juta ton dan dengan nilai pemasukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS. i ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenaipenentuan aktivitas enzim amilase dari kecambah biji jagung lokal Seraya (Zea maysl.). Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui waktu optimum dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat cadangan sumber minyak bumi nasional semakin menipis, sementara konsumsi energi untuk bahan bakar semakin meningkat. Maka kami melakukan penelitian-penelitian

Lebih terperinci

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP Eka Kurniasih Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata Lhokseumawe Email: echakurniasih@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Minyak sawit (Crude Palm Oil) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan emulsifier dalam makanan dan minuman serta produk perawatan tubuh akan meningkatkan penggunaan emulsifier

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi enzim lipase ekstraseluler dari Aspergillus niger dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis strain yang digunakan, proses fermentasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Suhu pada Respirasi Brokoli Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa brokoli mempunyai respirasi yang tinggi. Namun pada suhu yang rendah, hasil pengamatan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, penduduk, pengembangan wilayah, dan pembangunan dari tahun ke tahun. Selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa sawit yang ada. Tahun 2012 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 9.074.621 hektar (Direktorat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.8. Latar Belakang Indonesia mulai tahun 2007 dicatat sebagai produsen minyak nabati terbesar di dunia, mengungguli Malaysia, dengan proyeksi produksi minimal 17 juta ton/tahun di areal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN Percobaan yang akan dilakukan adalah fermentasi minyak kelapa dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzim protease dan menganalisis kualitas minyak yang dihasilkan.

Lebih terperinci

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Peranan enzim sebagai biokatalisator dalam berbagai bidang industri semakin penting. Enzim yang diproduksi secara komersial, telah banyak digunakan dalam bidang industri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN KARAKTERISASI ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa DENGAN MENGGUNAKAN INDUSER MINYAK JAGUNG SERTA KOFAKTOR Na + DAN Co 2+

PRODUKSI DAN KARAKTERISASI ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa DENGAN MENGGUNAKAN INDUSER MINYAK JAGUNG SERTA KOFAKTOR Na + DAN Co 2+ PRODUKSI DAN KARAKTERISASI ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa DENGAN MENGGUNAKAN INDUSER MINYAK JAGUNG SERTA KOFAKTOR Na + DAN Co 2+ Dian Pratiwi (1), Firman Sebayang (1) dan It Jamilah (2) (1))

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu, dan Bioindustri, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009 26 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Hasil foto SEM dengan perbesaran 50 kali memperlihatkan perbedaan bentuk permukaan butiran yang sudah mengandung sel Lactobacillus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat non renewable disebabkan dari semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Saat

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Permasalahan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Rabobank, Pawan Kumar, Rabobank Associate Director

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jack) termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menanam modalnya untuk

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA Oleh : BENNY RIO FERNANDEZ 2015 KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Barat, terutama disekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Proses pembuatan MCT dapat melalui dua reaksi. Menurut Hartman dkk (1989), trigliserida dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak kaprat/kaprilat

Lebih terperinci

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh : Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh : Rizka Dwi Atika Arinda Dwi Apsari 2309 105 006 2309 105 010 Page 1 LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOKIMIA JURUSAN

Lebih terperinci

Ketut Ratnayani, A. A. I. A. Mayun Laksmiwati, dan Maman Sudiarto

Ketut Ratnayani, A. A. I. A. Mayun Laksmiwati, dan Maman Sudiarto PENENTUAN LAJU REAKSI MAKSIMAL (V maks ) DAN KONSTANTA MICHAELIS-MENTEN (K M ) ENZIM LIPASE PANKREAS PADA SUBSTRAT MINYAK KELAPA, MINYAK SAWIT, DAN MINYAK ZAITUN Ketut Ratnayani, A. A. I. A. Mayun Laksmiwati,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM KINETIKA ESTERIFIKASI (KIS) Disusun oleh: Dr. Megawati Zunita, S.Si., M.Si. Joanna Nadia, S.T., M.Sc. PROGRAM STUDI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2018

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIKO-KIMIA BIJI DAN MINYAK JARAK PAGAR Biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia di daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yaitu CP (crude palm oil). Bagi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

Studi Kasus : Pembuatan Asam Lemak dari Kelapa Sawit Sawit

Studi Kasus : Pembuatan Asam Lemak dari Kelapa Sawit Sawit Studi Kasus : Pembuatan Asam Lemak dari Kelapa Sawit Komponen-Komponen pada Minyak Kelapa Sawit : Komponen Trigliserida Komponen non-trigliserida Komposisi Asam Lemak pada Minyak Sawit dari Berbagai Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990).

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990). BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Enzim menjadi primadona industri bioteknologi karena penggunaanya dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk yang mempunyai nilai ekonomis

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Bunga (20513032) Tanggal Percobaan :

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada umumnya hasil proses hidrogenasi parsial akan terbentuk trans fatty acid (TFA) yang tidak diinginkan. Asam lemak trans cenderung meningkatkan kadar kolesterol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah paling potensial untuk menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal perkebunan kelapa

Lebih terperinci

SUHU OPTIMUM UNTUK AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM LIPASE DARI KECAMBAH BIJI KELAPA SAWIT

SUHU OPTIMUM UNTUK AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM LIPASE DARI KECAMBAH BIJI KELAPA SAWIT PENENTUAN ph DAN SUHU OPTIMUM UNTUK AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM LIPASE DARI KECAMBAH BIJI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) TERHADAP HIDROLISIS RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) SKRIPSI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN. Kalibrasi Termokopel Pada tahap awal penelitian dilakukan kalibrasi terhadap termokopel yang akan digunakan. Kalibrasi termokopel bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaksi esterifikasi antara asam karboksilat dengan alkohol bersifat reversible, sehingga untuk membuat kesetimbangan reaksi berjalan ke arah pembentukan ester dapat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml Pyrex. Kondensor kolom hempel

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml Pyrex. Kondensor kolom hempel BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Nama Alat Merk Alat Erlenmeyer 250 ml Pyrex Hot plate Kondensor Kondensor kolom hempel Radles tech Pyrex ISO LAB Statif dan Klem Spatula Parafilm

Lebih terperinci

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas ISBN 978-979-98300-2-9 EL-06 Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas Tri Hadi Jatmiko*, Qodri F. Errahman Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Medan, Medan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan Daya Static Mixing Reactor Alat penelitian dirancang dan dibangun tanpa perhitungan rancangan struktural yang rinci. Meskipun demikian, perhitungan lebih rinci untuk

Lebih terperinci

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik E N Z I M Sukarti Moeljopawiro Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik ENZIM

Lebih terperinci

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR Jurnal Rekayasa Produk dan Proses Kimia JRPPK 2015,1/ISSN (dalam pengurusan) - Astriana, p.6-10. Berkas: 07-05-2015 Ditelaah: 19-05-2015 DITERIMA: 27-05-2015 Yulia Astriana 1 dan Rizka Afrilia 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m Kesetimbangan Kimia A b d u l W a h i d S u r h i m 2 0 1 4 Rujukan Chapter 12 dan 14: Masterton, William L. and Hurley, Cecile N. 2009. Chemistry: Principles and Reactions. Sixth Edition. Books/Cole.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini Indonesia masih mengimpor monogliserida dan digliserida yang dibutuhkan oleh industri (Anggoro dan Budi, 2008). Monogliserida dan digliserida dapat dibuat

Lebih terperinci

SUHU OPTIMUM UNTUK AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM LIPASE DARI KECAMBAH BIJI KARET

SUHU OPTIMUM UNTUK AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM LIPASE DARI KECAMBAH BIJI KARET PENENTUAN ph DAN SUHU OPTIMUM UNTUK AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM LIPASE DARI KECAMBAH BIJI KARET (Hevea brasiliensis) TERHADAP HIDROLISIS PKO (Palm Kernel Oil) SKRIPSI RIZKI AMALIA NST 080802015 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik

Lebih terperinci

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN Oleh : Ermi Sukasih, Sulusi Prabawati, dan Tatang Hidayat RESUME Santan adalah emulsi minyak dalam

Lebih terperinci

SMA Negeri 1 Nunukan Selatan METABOLISME. Pertemuan 2. Oleh. SUPARMUJI, S.Pd

SMA Negeri 1 Nunukan Selatan  METABOLISME. Pertemuan 2. Oleh. SUPARMUJI, S.Pd SMA Negeri 1 Nunukan Selatan www.sman1nusa.com METABOLISME Pertemuan 2 Oleh SUPARMUJI, S.Pd moejie01@gmail.com TUJUAN BELAJAR Mengetahui Sifat-Sifat Enzim Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman. 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metoda analisis dengan menggunakan elektroda yang telah dimodifikasi dengan buah pisang dan buah alpukat untuk menentukan kadar parasetamol.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas Valensi Vol. 2 No. 2, Mei 2011 (384 388) ISSN : 1978 8193 Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas Isalmi Aziz, Siti Nurbayti, Badrul Ulum Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pembuatan homogenat hati tikus dan proses sentrifugasi dilakukan pada suhu 4 o C untuk menghindari kerusakan atau denaturasi enzim karena pengaruh panas. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan industri merupakan bagian dari usaha pembangunan ekonomi jangka panjang, yang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang.

Lebih terperinci

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) DASAR TEORI Penggolongan lipida, dibagi golongan besar : 1. Lipid sederhana : lemak/ gliserida,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU Laju reaksi sering dipengaruhi oleh adanya katalis Contoh : Hidrolisis sukrosa dalam air Suhu kamar lama (bisa beberapa bulan) Namun jika hidrolisis dilakukan dalam

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel

Lebih terperinci

Rizki Amalia Nst, Rumondang Bulan, Firman Sebayang

Rizki Amalia Nst, Rumondang Bulan, Firman Sebayang Jurnal Saintia Kimia Vol. 1, No. 2, 2013 PENENTUAN ph DAN SUHU OPTIMUM UNTUK AKTIVITAS EKSTRAK KASAR ENZIM LIPASE DARI KECAMBAH BIJI KARET (Hevea brasiliensis) TERHADAP HIDROLISIS PKO (Palm Kernel Oil)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Enzim adalah senyawa protein yang dihasilkan oleh berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Enzim adalah senyawa protein yang dihasilkan oleh berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Enzim adalah senyawa protein yang dihasilkan oleh berbagai jenis organisme seperti tanaman, hewan dan mikrobia untuk mendukung aktivitas metabolisme sel. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Biodiesel Tanaman sawit (Elaeis guineensis jacquin) merupakan tanaman yang berasal dari afrika selatan. Tanaman ini merupakan tanaman

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA OPTIMASI PEMISAHAN DAN UJI AKTIVITAS PROTEIN ANTIBAKTERI DARI CAIRAN SELOM CACING TANAH Perionyx excavatus. Oleh : Yumaihana MSi Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) inkubasi D75 D92 D110a 0 0,078 0,073

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci