EVALUASI MATRIKS MESIN-KOMPONEN : UKURAN PENGELOMPOKKAN BARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI MATRIKS MESIN-KOMPONEN : UKURAN PENGELOMPOKKAN BARU"

Transkripsi

1 EVALUASI MATRIKS MESIN-KOMPONEN : UKURAN PENGELOMPOKKAN BARU Ir. UKURTA TARIGAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Matriks mesin-komponen merupakan input utama untuk kebanyakan model pengelompokkan mesin-komponen yang digunakan dalam manufaktur selluler. Sejumlah ukuran telah dikembangkan untuk evaluasi performansi algoritma pengelompokkan mesin-komponen. Dalam makalah ini, dievaluasi hubunngan antara ukuran-ukuran tersebut dengan performansi sistem manufaktur selluler dan dikembangkan suatu ukuran pengelompokkan yang baru dimana lebih konsisten dalam memperkirakan kesesuaian/kecocokan suatu sistem manufaktur untuk manufaktur selluler. PENDAHULUAN Matriks mesin-komponen merupakan input utama untuk kebanyakan model pengelompokkan mesin-komponen. Matriks ini berupa matriks M x N dengan masukan angka nol atau satu. Ada atau tidaknya masukan 1 dalam baris i dan kolom j menunjukkan ada atau tidanya operasi dari part j pada mesin i. Bila terdapat kelompok mesin-komponen dalam sistem produksi, susunan part dan mesin dalam matriks mesin-komponen membentuk diagram blok dimana masukan 1 dikonsentrasikan dalam blok-blok sepanjang diagonal matriks (Burbidge 1977). Blokblok ini sesuai untuk kelompok mesin-komponen yang digunakan untuk membentuk sistem manufaktur selluler. Bentuk matriks mesin-komponen awalnya dan bentuk diagonal blok terakhir disajikan pada Gambar 1. Part Part A C M B M E e C e G s D s A i E i F n F n B G D Gambar 1. (a) Matriks mesin-komponen awal (b) Bentuk diagonal blok 2002 digitized by USU digital library 1

2 Sejumlah algoritma telah dikembangkan untuk mengidentifikasi kelompokkelompok mesin-komponen untuk manufaktur selluler. Beberapa algoritma ini membentuk kelompok measin-kelompok dengan permutasi baris dan kolom dari matriks mesin-komponen (King dan Nakornchai 1982, Chan dan Milner 1982). Beberapa algoritma lainnya menggunakan teknik clustering dari sekumpulan bilangan taknsonomi untuk mengelompokkan mesin-mesin ke dalam sel mesin dan komponen-komponen ke dalam famili part (McAuley 1972, Carrie 1973, Seifoddini dan Wolfe 1986). Hasil semua algoritma ini dapat disajikan dalam bentuk diagonal blok. Ada beberapa studi yang membandingkan algoritma-algoritma ini (Mosier 1989, Chu dan Tsi 1991, Mitenburg dan Zhang 1991). Suatu diagonal blok yang lengkap dimana kelompok-kelompok mesinkomponen terpisah bebas dapat diidentifikasi adalah ideal (cocok) untuk kesuksesan pengembangkan sistem manufaktur selluler. Sebagaimana diketahui jumlah part yang membutuhkan operasi dalam lebih dari satu sel mesin (exceptinal parts) meningkat, maka keefektifan sistem manufaktur selluler akan menurun. Hal ini berhubungan dengan ongkos material handling antaraselluler digabungkan dengan execeptional part (part luar biasa) dan keinginan penyesuaian dalam sistem manufaktur selluler untuk menampung proses exceptional part ini (Seifoddini 1989). Karena jumlah exceptional part merupakan suatu fungsi dari jumlah dari off-diagonal masukan/angka satu dalam matriks mesin-komponen, struktur matriks mesinkomponen akhir akan memenuhi/memuaskan keefektifan sistem manufaktur sellular. Untuk alasan ini, sejumlah ukuran pengelompokkan telah dikembangkan untuk mengevaluasi efisiensi bentuk diagonal blok termasuk : bond energy (BE) (McCormick, dkk 1972), grouping efficiency (GE) (Chandrasekharan dan Rajagopalan 1987), grouping efficaacy (GC) (Kumar dan Chandrasekharan 1990), dan grouping capability index (GCI) (Hsu 1990). Tidak ada studi yang telah dikerjakan untuk menentukan hubungan antara ukuran-ukuran ini dengan performansi sistem manufaktur sellular. Dalam makalah ini, dievaluasi keefektifan ukuran yang ada dalam memperkirakan performansi suatu sistem manufaktur sellular dan dikembangkan suatu ukuran pengelompokkan yang baru dimana lebih konsisten dalam menentukan efisiensi bentuk diagonal blok untuk mengembangkan sistem manufaktur sellular. 2. LATAR BELAKANG Salah satu algoritma pertama untuk mengubah matriks binary ke dalam bentuk diagonal blok menggunakan ukuran pengelompokkan yang disebut bond energy (BE) (McCormick, dkk. 1972). Ukuran ini dihitung sebagai berikut : m n BE = d ij [ d i,j+1 + d i,j-1 + d i+1,j + d i-1,j ] i=1 j=1 dimana : m = jumlah baris dalam matriks binary n = jumlah kolom dalam matriks binary d ij = bilangan binary (nol atau satu) dalam baris i dan kolom j dari matriks binary d 0,j = d m+1,j = d i,0 = d i,n+1 = 0 Karena ukuran ini selalu pada nilai maksimumnya bila bentuk diagonal blok yang diinginkan tercapai, hal ini dapat digunakan untuk evaluasi matriks mesinkomponen digitized by USU digital library 2

3 Grouping efficiency (GE) dikembangkan untuk mengevaluasi efisiensi matriks diagonal blok (Chandrasekharan dan Rajagopalan 1987). Hal ini didefinisikan dengan : GE = qe 1 + (1-q)E 2 dimana : Jumlah angka satu di dalam blok diagonal E 1 = Total jumlah elemen dalam diagonal blok E 2 = Jumlah angka nol di dalam blok off-diagonal Total jumlah elemen dalam off-diagonal blok q = faktor pembobotan dengan range antara nol dan satu. Pemilihan q untuk grouping efficiency adalah berubah-ubah dan menurut desainer ukuran (Kumar dan Chandrasekharan 1990), range nilai ukuran ini terbatas %. Yang berarti tetap bila ada sejumlah besar exceptional part, grouping efficiency dari matriks mesin-komponen paling sedikit Untuk menanggulangi masalah pemilihan q dan batasan range grouping efficiency, ukuran pengelompokkan lain dikembangkan. Ukuran ini adalah grouping efficacy (GC) dan didefinisikan sebagai (Kumar dan Chandrasekharan 1990) : dimana : GC = q E 1 + (1 - q) E 2 K q = M r. N r / m. n r=1 E 1 = e 0 K M r. N r r=1 E 2 = 1 - e 0 K m. n - M r. N r r=1 dimana : K = jumlah blok M r = jumlah baris dalam blok ke-r N r = jumlah kolom dalam blok ke-r e 0 = jumlah bilangan satu dalam blok diagonal m dan n didefinisikan sebelumnya digitized by USU digital library 3

4 Grouping efficacy menanggulangi masalah grouping efficiency dengan memasukkan ukuran matriks ke dalam perhitungan ukuran. Hal ini juga memberikan dasar kuantitatif untuk perhitungan faktor pembobotan, q. Dalam studi oleh Hsu (1990), ditunjukkan bahwa tidak ada group efficiency yang tidak group efficacy adalah konsisten dalam memperkirakan performansi sistem manufaktur sellular didasarkan pada struktur matriks mesin-komponen. Grouping capability index (GCI) (Hsu 1990), didefinisikan sebagai berikut : e 0 GCI = 1 - e dimana : e 0 = jumlah elemen exceptional dalam matriks mesin-komponen e = total jumlah bilangan satu dalam matriks mesin-komponen Berlawanan dengan dua ukuran sebelumnya, GCI tidak termasuk angka nol dari perhitungan grouping efficiency. Lagi pula, untuk kebutuhan mesin dari part dimana diberikan pada matriks mesin-komponen, beberapa faktor produksi lain seperti volume produksi dan waktu proses produksi mempengaruhi performansi sistem manufaktur sellular. Tidak ada ukuran yang dibicarakan sebelumnya yang mempertimbangkan faktor-faktor ini. Dalam makalah ini, ukuran pengelompokkan baru didefinisikan, yang didasarkan pada mesin yang dibutuhkan part, volume produksi dan waktu proses operasi. 3. UKURAN PENGELOMPOKKAN YANG BARU Ukuran pengelompokkan yang baru yang disebut quality index (QI) dihitung berdasarkan rasio dari beban kerja antarsellular dengan total beban kerja pabrik. Beban kerja antarsellular (intercellular workload = ICW) didefinisian sebagai : K M N ICW = X il { (1 - Y jl ) Z ij. V j. T ij } l=1 i=1 j=1 dimana : 1 jika mesin i ditugaskan kepada sel mesin l X il = { 0 sebaliknya 1 jika part j ditugaskan kepada sel mesin l Y jl = { 0 sebaliknya 1 jika part j dioperasikan pada mesin i Z jj = { 0 sebaliknya V j = volume produksi untuk part j T ij = waktu proses part j pada mesin i K, M, dan N = masing-masing jumlah sel mesin, mesin dan part Total beban kerja pabrik (plant workload = PW) dihitung senagai berikut M N PW = Z ij. V j. T ij i=1 j=1 dimana : M, N, Z ij, V j dan T ij telah didefinisikan sebelumnya digitized by USU digital library 4

5 Quality index (QI) untuk diagonal blok matriks mesin-komponen dihitung sebagai ICW QI = 1 - PW Dengan memasukkan volume produksi dan waktu proses dalam perhitungan ukuran pengelompokkan, QI mempunyai potensi untuk memperbaiki evaluasi bentuk-bentuk diagonal blok. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa volume produksi dan waktu proses adalah dua faktor yang berpengaruh pada performansi sistem manufaktur sellular. Sebagai suatu hasil, QI merupakan hubungan yang lebih tertutup terhadap performansi sistem manufaktur sellular daripada semua ukuran pengelompokkan lainnya yang melulu hanya menggunakan data dalam matiks mesin-komponen. 4. PERBANDINGAN UKURAN PENGELOMPOKKAN Suatu model simulasi dikembangkan untuk evaluasi performansi sistem manufaktur sellular. Evaluasi performansi adalah dasar perbandingan dari lima ukuran pengelompokkan yang berbeda yang telah didefinisikan sebelumnya. Hal ini digunakan untuk menentukan ukuran yang lebih akurat dalam memperkirakan performansi sistem manufaktur sellular dengan mengevaluasi matriks mesinkomponen yang sesuai. Efisiensi matriks mesin-komponen dihitung dengan menggunakan ukuran pengelompokkan yang berbeda-beda. Kemudian performansi sistem manufakatur sellular ditentukan dengan menggunakan ukuran performansi seperti rata-rata waktu aliran (average flow time) dan rata-rata persediaan dalam proses (average in-process inventories). Terakhir, didasarkan pada hubungan antara nilai ukuran pengelompokkan matriks mesin-komponen dengan performansi sistem manufaktur sellular, dievaluasi keefektifan tiap-tiap ukuran pengelompokkan. Bentuk algoritma prosedur evaluasi ukuran grouping efficiency adalah sebagai berikut : Langkah 1. Pilih suatu matriks mesin-komponen dan ubah ke dalam bentuk diagonal blok dengan menggunakan salah satu algoritma pengelompokkan mesinkomponen yang ada sperti ROC, DCA atau SCM. Langkah 2. Hitung efisiensi bentuk diagonal blok dengan menggunakan ukuran pengelompokkan termasuk : bond energy (BE), grouping efficiency (GE), grouping efficacy (GC), grouping capacity index (GCI), dan quality index (QI). Langkah 3. Kembangkan suatu model simulasi dari sistem manufaktur sellular yang sesuai untuk bentuk diagonal blok yang dihasilkan langkah 1. Langkah 4. Estimasi rata-rata waktu alir dan rata-rata persediaan dalam proses untuk sistem manufaktur sellular dengan menggunakan model simulasi yang dikembangkan dalam langkah 3. Langkah 5. Ulangi langkah 1 sampai 4 untuk sejumlah siatuasi yang berbeda dan evaluasi hubungan antara tiap-tiap ukuran pengelompokkan dengan performansi sistem manufaktur sellular. Prosedur ini akan digunakan dalam bagian berikut untuk membandingkan ukuran pengelompokkan yang ada digitized by USU digital library 5

6 Model simulasi untuk evaluasi performansi sistem manufaktur sellular mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Matriks mesin-komponen yang digunakan untuk membentuk sistem manufaktur sellular diberikan pada Gambar Waktu antara pesanan part berdistribusi eksponensial dengan mean 10 jam. Ukuran tiap pesanan mempunyai distribusi uniform antara 1-10 part. 3. Waktu set-up dan waktu proses adalah seterministik (digunakan data dari suatu shop nyata). 4. Waktu set-up adalah tergantung urutan. Waktu set-up untuk part-part dalam famili part adalah setengah dari semua part dari dua famili part yang berbeda. Rasio ini menurun sampai 0.1 bila dua part yang identik mendatangi suatu mesin dalam baris. 5. Proses dan tranportasi part antara sel mesin dikerjakan/dimasukkan dalam batch. Dalam satu sel mesin, part-part ditransfer ke mesin berikutnya sesegera mungkin diproses pada mesin yang berlangsung. 6. Rata-rata waktu aliran dan persediaan dalam proses digunakan sebagai ukuran performansi sistem manufaktur selular. Part M e s i n (a) Matriks mesin-komponen awal Famili part M e s i n (b) Bentuk diagonal blok Gambar 2. Matriks mesin-komponen yang digunakan dalam model simulasi 2002 digitized by USU digital library 6

7 Model simulasi ini digunakan untuk mengetimasi dua ukuran performansi yaitu : rata-rata waktu aliran dan rata-rata persediaan dalam proses. Satu periode warm-up (pemanasan) terdiri dari 6 bulan digunakan untuk meminimisasi pengaruh periode transient. Metode grafik diketahui sebagai metode replikasi/penghilangan (deletion) digunakan untuk menentukan panjang periode warm-up. Uji visual dari grafik menunjukkan bahwa performansi sistem mencari keadaan steady state dalam enam bulan. Bagaimanapun periode warm-up sama dengan enam bulan dipertimbangkan dan semua pengamatan yang dicatat selama periode tersebut dipotong. Model disimulasi lebih dari satu periode dalam satu tahun melebihi periode warm-up. Metode yang disebut batching data dianjurkan dalam teks simulasi sebagai suatu teknik untuk menyusun suatu titik estimasi dan interval convidence mean. Didasarkan pada metode batching ini, data dibangkit selama kondisi steady state dibagi dalam n batch dari ukuran k. Dalam studi ini data dibagi dalam 20 batch terdiri dari 13 hari (hampir sama dengan satu tahun termasuk hari libur). Hal ini layak membagi pengamatan dari simulasi panjang tunggal dirun ke dalam 10 sampai 20 batch (Law dan Kelton 1982). Jika diinginkan untuk meminimisasi varians dari mean perbedaan aliran bilangan random dikerjakan semua model simulasi. Yaitu, aliran yang sama digunakan untuk membangkitkan waktu antara pesanan dan ukuran pesanan untuk semua versi. 5. ANALISA HASIL Untuk mengevaluasi hubungan antara nilai ukuran pengelompokkan : BE, GE, GC, GCI dan QI, dengan performansi sistem manufaktur sellular, ada lima versi yang berbeda dari chart mesin-komponen Gambar 2 digunakan dalam eksperimen simulasi. Variasi dari satu versi dengan lainnya terbatas dalam perubahan jumlah exceptional part dan kebutuhan prosesnya. Pada bagian berikutnya, tiap-tiap versi matriks mesin-komponen dan hasilhasil simulasi gabungan disajikan. Dan juga, matriks mesin-komponen yang sering disebutkan dalam literatur akan digunakan untuk menghitung ukuran efisiensi dan mengestimasi (menggunakan simulasi) performansi sistem manufaktur sellular. Hal ini memberikan suatu dasar khusus untuk membandingkan hasil-hasil studi dengan hasil-hasil yang sudah ada. Dalam versi 1 (Gambar 3(a)), ada tiga sel mesin dimana tidak ada exceptional part. Sebagaimana diharapkan dalam kasus ini, semua ukuran pengelompokkan menghasilkan efisiensi 100%. Nilai ukuran-ukuran ini dan hasilhasil simulasi diberikan pada Gambar 3(b). Dapat dicatat bahwa semua ukuran pengelompokkan terkecuali BE ada dalam skala Jika ingin menyajikan BE dalam skala yang sama, nilai BE untuk matriks mesin-komponen yang ideal dipertimbangkan sama dengan 1.0. Kemudian nilai BE untuk versi yang lain dari matriks tersebut dibagi dengan nilai matriks yang ideal. Sebagai contoh, asumsi bahwa matriks ideal manghasilkan BE sama dengan 64 dan matriks versi lain menghasilkan BE sama dengan 59. Jadi nilai penyesuaian untuk matriks ideal adalah 64/64 = 1, dan matriks berikutnya adalah 59/64 = digitized by USU digital library 7

8 Part M e s i n (a) Bentuk diagonal blok Efisiensi matriks BE GE GC GCI QI Performansi shop Waktu aliran Pekerjaan sedang berjalan (b) Ukuran pengelompokkan dan hasil-hasil simulasi Gambar 3. Matriks mesin-komponen versi 1 Versi 2 (Gambar 4(a) sedikit berbeda dengan versi 1. Part 1, dalam versi ini mempunyai satu operasi diluar sel mesin 1 dan menjadi exceptional part. Karena part ini mempunyai minimum kadar beban kerja (workload content) (waktu proses x volume), pengaruhnya pada performansi manufaktur sellular adalah minimum. Hal ini digambarkan dalam hasil simulasi dimana rata-rata waktu aliran adalah secara marginal lebih tinggi dari versi tetapi tidak ada perubahan pada rata-rata persediaan dalam proses. Semua ukuran pengelompokkan lebih rendah dari versi 1 seperti yang disajikan pada Gambar 4(b). Part M e s i n digitized by USU digital library 8

9 (a) Bentuk diagonal blok Efisiensi matriks BE GE GC GCI QI Performansi shop Waktu aliran Pekerjaan sedang berjalan (b) Ukuran pengelompokkan dan hasil-hasil simulasi Gambar 4. Matriks mesin-komponen versi 2 Dalam versi 3 (Gambar 5(a), part 8 menjadi suatu exceptional part (part istimewa) (dengan penggantian operasinya dari mesin 4 ke mesin3). Part ini mempunyai kadar beban kerja yang paling tinggi dan perubahan statusnya akan merubah ukuran performansi sebagaimana ditunjukkan oleh hasil-hasil simulasi (Gambar 5(b)). Hanya satu ukuran pengukuran, QI, memperlihatkan perubahan secara dramatis. QI menurun dari 0.99 pada versi 2 menjadi 0.90 pada versi ini. BE menurun dari 0.93 menjadi Semua ukuran yang lain tidak merasakan perubahan dalam versi 3 dan yang lainnya juga sama (Gambar 5(b)). Part M e s i n (a) Bentuk diagonal blok Efisiensi matriks BE GE GC GCI QI Performansi shop Waktu aliran Pekerjaan sedang berjalan (b) Ukuran pengelompokkan dan hasil-hasil simulasi Gambar 5. Matriks mesin-komponen versi digitized by USU digital library 9

10 Pada versi 4, (Gambar 6(a)), ada dua part istimewa (exceptioanl part) yaitu part 1 dan 5. Kedua part ini merupakan kadar beban kerja terendah, dan sebagaimana diharapkan mempunyai pengaruh kurang merugi terhadap performansi sistem manufaktur sellular dibandingkan dengan part istimewa tunggal pada versi 3. Hal ini digambarkan dengan nilai QI yang menaik menjadi 0.92 dari 0.90 dalam kasus sebelumnya. Ukuran lain menunjukkan kemunduran/penurunan dalam GE (Gambar 6(b)). Ukuran performansi pada versi ini juga menunjukkan perbaikan secara konsisten dengan kenaikan dalam QI. Part M e s i n (a) Bentuk diagonal blok Efisiensi matriks BE GE GC GCI QI Performansi shop Waktu aliran Pekerjaan sedang berjalan (b) Ukuran pengelompokkan dan hasil-hasil simulasi Gambar 6. Matriks mesin-komponen versi 4 Terakhir, pada versi 5, dua elemen istimewa diciptakan (Gambar 7(a)) tetapi dalam kasus ini dua operasi dengan kadar beban kerja terbesar dilokasikan kembali (operasi part 6 dan part 4 pada mesin7). Dalam hal ini diharapkan bahwa beban kerja intersellular yang lebih berat diciptakan oleh kedua elemen istimewa ini akan menuju penurunan dalam performansi perusahaan. Hasil-hasil run simulasi menunjukkan suatu perubahan drastis dalam ukuran performansi (Gambar 7(b)). Kriteria QI ditunjukkan terjadi penurunan efisiensi matriks dari 0.96 ke Semua ukuran yang lain ditunjukkan tidak terjadi perubahan dalam efisiensi walaupun terjadi perubahan pada performansi perusahaan digitized by USU digital library 10

11 Part M e s i n (a) Bentuk diagonal blok Efisiensi matriks BE GE GC GCI QI Performansi shop Waktu aliran Pekerjaan sedang berjalan 67.2 jam 33 part (b) Ukuran pengelompokkan dan hasil-hasil simulasi Gambar 7. Matriks mesin-komponen versi Grafik Perbandingan Hasil-hasil Eksperimen Didasarkan pada hasil-hasil yang diperoleh oleh lima versi matriks mesinkomponen, nilai-nilai ukuran efisiensi versus performansi perusahaan diplotkan pada Gambar 8. Gambar ini menunjukkan, mean waktu aliran menaik dan efisiensi matriks mesin-komponen menurun. Grafik QI secara konsisten mengikuti suatu hubungan dengan GE, GC, GCI dan BE yang mempunyai pola gabungan digitized by USU digital library 11

12 100 ο ο BE 95 ο ο ο Eff. % GE 90 GC 85 GCI 80 QI Mean Waktu Aliran (Jam) Gambar 8. Nilai ukuran pengelompokkan versus mean waktu aliran 5.2. Test Hipotesa Untuk menggambarkan kesimpulan statistik pada pengujian kecocokan ukuran QI yang dusulkan, suatu test hipotesa dilakukan dimana didefinisikan sebagai berikut : H o1 :Tidak ada perbedaan, antara mean waktu aliran pada level yang berbeda dari QI H o2 : Tidak ada perbedaan, antara persediaan work-in-proses (WIP) pada level yang berbeda dari QI. Penolakan H o1 dan H o2 menunjukkan bahwa performansi manufaktur sellular adalah sensitif terhadap perubahan efisiensi matriks mesin-komponen. Tabel 1 menunjukkan mean waktu aliran dan persedian work-in-proses (WIP) ke-lima kasus yang dipelajari dalam keadaan steady state dengan convidence interval 95%. Versi matriks Mean waktu aliran (F i ) CI (95%) Mean WIP (W i ) CI (95%) digitized by USU digital library 12

13 Tabel 1. Mean dan convidence interval waktu aliran dan WIP Dari tabel tersebut, estimasi mean flow time (F i ) dan mean WIP inventory (W i ) kelihatan menjadi sedikit berbeda dari satu versi ke versi lainnya.untuk melihat perbedaan ini dilakukan secara statistik dengan convidence interval uji t- berpasangan (paired-t test) (Djassemi 1994) dan hasil-hasilnya diringkaskan dalam Tabel 2 dan 3. Mean perbedaan F 2 - F 1 F 3 - F 2 F 3 - F 4 F 5 - F 4 CI (95%) ± ± ± ± 19.3 Test hipotesa Menerima H o1 Menolak H o1 Menolak H o1 Menolak H o1 Tabel 2. Hasil test hipotesa untuk mean waktu aliran Dari tabel 2, hipotesa null (H o1 ) memperhatikan perbedaan antara versi 1 dan 2 dalam mean waktu aliran diterima pada level significance 5%. Dengan kata lain, kedua versi ini mempunyai mean waktu aliran kerja yang sangat tertutup. Efisiensi matriks sistem manufaktur sellular pada bagian QI adalah masing-masing 1 dan 0.99 yang menjelaskan performansi tertutup dari kedua versi tersebut. Hipotesa null ditolak pada kasus yang lain menunjukkan bahwa mean waktu aliran tidak sama antara versi 2 dan 3, 3 dan 4, serta 4 dan5. Ada penjelasan untuk hasil ini, yaitu perubahan dalam level QI mempunyai pengaruh pada mean waktu aliran, sementara itu perubahan pada ukuran efisiensi yang lain tidak menunjukkan pengaruh yang sama dan pada beberapa kasus tidak menunjukkan pengaruh. Mean perbedaan W 2 - W 1 W 3 - W 2 W 3 - W 4 W 5 - W 4 CI (95%) ± ± ± ± 8.81 Test hipotesa Menerima H o1 Menolak H o1 Menolak H o1 Menolak H o1 Tabel 3. Hasil test hipotesa untuk mean WIP Tabel 3 menunjukkan hasil-hasil hipotesa null pada persediaan WIP. Kesimpulan hasil meyarankan untuk menerima hipotesa null H o2 dengan memperhatikan perbedaan mean antara versi 1 dan 2 pada bagian WIP. Bila level QI tidak berubah dari versi 1 ke versi 2, performansi perusahaan membuat tindakan yang bebar. Hipotesa null untuk perbedaan mean versi 3 dan 2, 3 dan 4, serta 5 dan 4 ditolak, menandakan bahwa perubahan dalam level QI mempunyai pengaruh pada mean WIP dalam manufaktur sellular perusahaan. Hasil-hasil di atas menunjukkan bahwa QI antara ukuran pengelompokkan adalah sensitif terhadap perubahan kadar beban kerja dari part pada sistem 2002 digitized by USU digital library 13

14 manufaktue sellular. Karena kadar beban kerja adalah hubungan tertutup terhadap performansi sistem manufaktur sellular, QI adalah ukuran efisiensi pengelompokkan yang lebih efisien daripada ukuran lain yang telah dibicarakan dalam literatur. Hal ini dipertegas oleh hasil simulasi yang konsisten dengan nilai QI. 1. KESIMPULAN Model simulasi digunakan untuk menentukan hubungan antara nilai ukuran pengelompokkan dengan performansi sistem manufaktur sellular. Lima ukuran pengelompokkan yang berbeda dibandingkan didasarkan pada hasil-hasil simulasi. Studi menunjukkan bahwa ukuran pengelompokkan bila memungkinkan diidentifikasi dapat memperkirakan performansi sistem manufaktur sellular yang sesuai. Didasarkan pada hasil simulasi, ukuran pengelompokkan yang baru yaitu QI ternyata lebih efisien daripada ukuran pengelompokkan lain karena hubungannya lebih tertutup terhadap performansi sistem manufaktur sellular. DAFTAR PUSTAKA 1. Burbridge, J.L., The Introduction of Group Technology, Wiley, New York, Chandrasekharan, M.P., and Rajogophalan, R., MODROC: An Extension of Rank Order Clustering for Group Technology, International Journal of Production Research, 24(5), , Eichler, E.F., Group Technology of Assembly Process, MSC Thesis, Clarkson University, USA, Hahn, W.F., Perrego, T.A., and Petersen, H.C., Cellular Manufacturing, Can t It Help You?, The Journal of Applied Manufacturing Systems, 5(1), 47-52, Khator, S.K., and Irani, S.A., Cell Formation in Group Technology : A New Approach, Computers in Industrial Engineering, 12(2), , Perrego, T.A., Flexible Machine-component Grouping Algorithm Based On Group Technology Techniques, M.Sc. Thesis, Alfred University, USA, Seifoddini, H., and Wolfe, P.M., Application of the Similarity Coefficient Method in Group Technology, Insitute of Industrial Engineering Transaction, 18(3), , digitized by USU digital library 14

15 2002 digitized by USU digital library 15

ALGORITMA PENGELOMPOKKAN MESIN-KOMPONEN FLEKSIBEL DIDASARKAN PADA TEKNIK TEKNOLOGI KELOMPOK (ALGORITMA PERREGO)

ALGORITMA PENGELOMPOKKAN MESIN-KOMPONEN FLEKSIBEL DIDASARKAN PADA TEKNIK TEKNOLOGI KELOMPOK (ALGORITMA PERREGO) ALGORITMA PENGELOMPOKKAN MESIN-KOMPONEN FLEKSIBEL DIDASARKAN PADA TEKNIK TEKNOLOGI KELOMPOK (ALGORITMA PERREGO) Ir. UKURTA TARIGAN, MT Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

GROUP TECHNOLOGY(GT)

GROUP TECHNOLOGY(GT) GROUP TECHNOLOGY(GT) 258 Teknologi Kelompok (Group Technology) suatu konsep untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan mengelompokkan komponen atau produk berdasarkan kesamaan dalam disain dan/atau proses

Lebih terperinci

PENENTUAN TIPE TATA LETAK PABRIK PADA INDUSTRI MANUFAKTUR PLASTIK

PENENTUAN TIPE TATA LETAK PABRIK PADA INDUSTRI MANUFAKTUR PLASTIK PENENTUAN TIPE TATA LETAK PABRIK PADA INDUSTRI MANUFAKTUR PLASTIK Loren Pratiwi 1, Catharina BadraNawangpalupi 2, Ivan Susanto 3 1. Staf Pengajar, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung 2. Staf Pengajar,

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATALETAK TEKNOLOGI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE BASED SORTED ALGORITHM DAN SIMILARITY COEFFICIENT PADA PT. BAJA PERTIWI INDUSTRI

PERANCANGAN TATALETAK TEKNOLOGI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE BASED SORTED ALGORITHM DAN SIMILARITY COEFFICIENT PADA PT. BAJA PERTIWI INDUSTRI PERANCANGAN TATALETAK TEKNOLOGI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE BASED SORTED ALGORITHM DAN SIMILARITY COEFFICIENT PADA PT. BAJA PERTIWI INDUSTRI TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

2.1.1 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik

2.1.1 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Surat Keterangan Penelitian Motto Halaman Persembahan Abstraksi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.6 Plant Layout / Facilities Layout Jika membicarakan Plant Layout (tata letak pabrik) atau Facilities Layout (tata letak fasilitas), ada 2 kata kunci yang ada didalamnya, yaitu

Lebih terperinci

PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN SISTEM MANUFAKTUR SELULER PADA PT. SIEMENS INDONESIA

PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN SISTEM MANUFAKTUR SELULER PADA PT. SIEMENS INDONESIA PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN SISTEM MANUFAKTUR SELULER PADA PT. SIEMENS INDONESIA TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BETROC DI PT NIKKATSU ELECTRIC WORKS *

PEMBENTUKAN SEL-SEL MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BETROC DI PT NIKKATSU ELECTRIC WORKS * Reka Integra ISSN 2338 5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 03 Vol. 03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2015 PEMBENTUKAN SEL-SEL MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BETROC DI PT NIKKATSU

Lebih terperinci

2.3. Konsep Dasar Cellular Manufakturing System Pengertian Dasar Cellular Manufacturing System Klasifikasi / Part Family

2.3. Konsep Dasar Cellular Manufakturing System Pengertian Dasar Cellular Manufacturing System Klasifikasi / Part Family DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...iii HALAMAN M OTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN....'... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR IS I...ix

Lebih terperinci

Perencanaan Tenaga Kerja pada Sistem Jobshop dengan Pendekatan Shojinka dan Rank Order Clustering

Perencanaan Tenaga Kerja pada Sistem Jobshop dengan Pendekatan Shojinka dan Rank Order Clustering Perencanaan Tenaga Kerja pada Sistem Jobshop dengan Pendekatan Shojinka dan Rank Order Clustering Arif Rahman Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang

Lebih terperinci

Metode Dasar Group Technology Karakteristik Metode-Metode Group Technology Metode Rank Order Clustering 2...

Metode Dasar Group Technology Karakteristik Metode-Metode Group Technology Metode Rank Order Clustering 2... ABSTRAK PT Stallion merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan komponen otomotif, antara lain: brake pedal (Suzuki), pipe frame head (Suzuki), shock breaker (Showa), stay head

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Berdikari adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi komponen-komponen sepeda motor, yang kemudian disalurkan kepada customer seperti PT. Astra Honda Motor

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE)

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara 1. Latar Belakang Kecenderungan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA BLOCLPAN DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA BLOCLPAN DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA T U G A S S A R J A N A Diajukan

Lebih terperinci

ALTERNATIF TATA LETAK FASILITAS (MESIN) MENGGUNAKAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM DI UD. TRI REJEKI, MADIUN

ALTERNATIF TATA LETAK FASILITAS (MESIN) MENGGUNAKAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM DI UD. TRI REJEKI, MADIUN ALTERNATIF TATA LETAK FASILITAS (MESIN) MENGGUNAKAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM DI UD. TRI REJEKI, MADIUN 1) Nurfa Anisa 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun email : nurfaanisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 37 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

I. PENDAHULUAN. 37 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014 PERANCANGAN USULAN TATA LETAK FASILITAS PEMBUATAN MEETING CHAIR PADA DEPARTEMEN KONTRUKSI PT CHITOSE INDONESIA MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY DAN ALGORITMA BLOCPLAN UNTUK MEMINIMASI MOMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia industri di Indonesia memberikan dampak pada persaingan global antar perusahaan. Meningkatkan daya saing terhadap industri dari negara lain

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Press Metal Indo Jaya merupakan salah satu perusahaan besar yang memproduksi produk teknologi dengan bahan utama logam, terutama spare part motor. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di perusahaan

Lebih terperinci

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Konsep Penadwalan Penadwalan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKSI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1 1.2.

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Sinar Terang Logamjaya merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi sparepart motor yang berbahan utama logam. Perusahaan menerapkan layout lantai produksi berupa layout by process. oleh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tata Letak Fasilitas Tata letak fasilitas adalah susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu produksi. 1 Perancangan tata letak mengikuti pengaturan

Lebih terperinci

SIMULASI GROUP TECHNOLOGY SYSTEM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIC

SIMULASI GROUP TECHNOLOGY SYSTEM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIC SIMULASI GROUP TECHNOLOGY SYSTEM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIC Much. Djunaidi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA)

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA) USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA) Widya Nurcahayanty Tanjung 1, Fauzan Hariz Harimansyah E-mail: widya@uai.ac.id

Lebih terperinci

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Sri Kusumadewi, Hari Purnomo Teknik Informatika, Teknik Industri Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta cicie@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... DAFTAR ISI Halaman Judul... Lembar Pengesahan Pembirnbing... Lembar Pengesahan Penguji... Halaman Persembahan... Halaman Motto... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Abstrak...

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian perlu dilakukan pendalaman terhadap kasus yang akan dibahas. Pencarian beberapa penelitian terdahulu perlu dipelajari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Indta Pramatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sparepart mobil dan motor. Bahan produksi yang digunakan oleh perusahaan semuanya adalah logam seperti pada

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Hari Purnomo, Sri Kusumadewi Teknik Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta ha_purnomo@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT XYZ adalah salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan suku cadang dan komponen sepeda motor. Tata letak saat ini disusun berdasarkan kesamaan jenis mesin yang diletakkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY

PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY UNTUK MENGURANGI JARAK MATERIAL HANDLING (Studi Kasus di PT Indonesian Marine Corp. Ltd Divisi Boiler Singosari-Malang) PRODUCTION

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA BLOCK PLAN DAN ALDEP DALAM PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK PENGOLAHAN KARET

APLIKASI ALGORITMA BLOCK PLAN DAN ALDEP DALAM PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK PENGOLAHAN KARET APLIKASI ALGORITMA BLOCK PLAN DAN ALDEP DALAM PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK PENGOLAHAN KARET Ukurta Tarigan, Uni P. P. Tarigan, dan Zulfirmansyah A. Dalimunthe Departemen Teknik

Lebih terperinci

OPTIMISASI PEMBENTUKAN SEL DIINTEGRASIKAN DENGAN PENEMPATAN MESIN DAN PENJADWALAN DI DALAM SELULAR MANUFAKTUR MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMISASI PEMBENTUKAN SEL DIINTEGRASIKAN DENGAN PENEMPATAN MESIN DAN PENJADWALAN DI DALAM SELULAR MANUFAKTUR MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMISASI PEMBENTUKAN SEL DIINTEGRASIKAN DENGAN PENEMPATAN MESIN DAN PENJADWALAN DI DALAM SELULAR MANUFAKTUR MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Oleh : Moh Khoiron 1209 100 705 Dosen pembimbing : Dr. Imam

Lebih terperinci

Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi ABSTRAK

Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi ABSTRAK Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi Galih Aria Imandita / 0322146 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri 65, Bandung

Lebih terperinci

PENERAPAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM

PENERAPAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM PENERAPAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC SIMILARITY COEFICIENT UNTUK MEMINIMASI WAKTU SIKLUS DAN BIAYA MATERIAL HANDLING Imam Sodikin, Winarni, Ngakan Jacky Prasatya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan beberapa divisi, meliputi divisi karet, makanan dan minuman, serta es balok. Divisi barang teknik

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Group Technology dalam Memperbaiki Tata Letak Mesin untuk Meminimalkan Jarak Perpindahan Bahan (Studi Kasus di Perusahaan Mebel Logam)

Aplikasi Metode Group Technology dalam Memperbaiki Tata Letak Mesin untuk Meminimalkan Jarak Perpindahan Bahan (Studi Kasus di Perusahaan Mebel Logam) Aplikasi Metode Group Technology dalam Memperbaiki Tata Letak Mesin untuk Meminimalkan Jarak Perpindahan Bahan (Studi Kasus di Perusahaan Mebel Logam) Amelia Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO

GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO MATA KULIAH PENGANTAR SISTEM PRODUKSI DOSEN PEMBIMBING : BAPAK SAFRIZAL PROGRAM STUDI TEHNIK

Lebih terperinci

Perancangan Tata Letak

Perancangan Tata Letak 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perancangan Tata Letak 2 Definisi: pengaturan tata letak fasilitasfasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi

DAFTAR ISI. Daftar Isi Abstrak ABSTRAK PT. Berdikari Metal and Engineering merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam komponen sepeda motor secara kontinu,

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN ANALISIS MODEL PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN

PENERAPAN DAN ANALISIS MODEL PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN PENERAPAN DAN ANALISIS MODEL PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Model Penjadwalan Algoritma ITNT Langkah Identifikasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Perancangan Tata Letak

Perancangan Tata Letak Materi #2 TIN314 Perancangan Tata etak Fasilitas Perancangan Tata etak 2 Definisi: pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM (STUDI KASUS DI PT. MALANG INDAH)

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM (STUDI KASUS DI PT. MALANG INDAH) PERANCANGAN ULANG TATA LETAK ASILITAS DENGAN PENDEKATAN CELLULAR MANUACTURING SYSTEM (STUDI KASUS DI PT. MALANG INDAH) RE-DESIGNING O ACILITY LAYOUT WITH CELLULAR MANUACTURING SYSTEM APPROACH (CASE STUDY

Lebih terperinci

Oleh : Rahanimi Pembimbing : Dr. M Isa Irawan, M.T

Oleh : Rahanimi Pembimbing : Dr. M Isa Irawan, M.T PERAMALAN JUMLAH MAHASISWA PENDAFTAR PMDK JURUSAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE AUTOMATIC CLUSTERING DAN RELASI LOGIKA FUZZY (STUDI KASUS di INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA) Oleh : Rahanimi

Lebih terperinci

Pengembangan Model Robust Cellular Manufacturing System yang Mempertimbangkan Kapasitas Mesin, Fleksibilitas Urutan Proses dan Perubahan Demand

Pengembangan Model Robust Cellular Manufacturing System yang Mempertimbangkan Kapasitas Mesin, Fleksibilitas Urutan Proses dan Perubahan Demand Bandung, 9 1 Oktober 212 Pengembangan Model Robust Cellular Manufacturing System yang Mempertimbangkan Kapasitas Mesin, Fleksibilitas Urutan Proses dan Perubahan Demand Muhammad Shodiq Abdul Khannan Program

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan CV. Little Step adalah perusahaan yang bergerak di bidang garmen. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan antara lain kemeja, kaos, dan celana tidur. Produk-produk tersebut dipasarkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Sinar Terang Logamjaya atau yang sering disebut PT Stallion adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur pembuatan sparepart motor dengan bahan baku logam, seperti pedal motor, cup tanki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, industri sudah berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Dengan adanya perkembangan teknologi tersebut, maka munculah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah dan Penjelasannya 3.1.1 Studi Pendahuluan Untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti di PT. Furin Jaya, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT UNTUK VARIABILITAS BERDASARKAN MATRIKS KOVARIANSI DAN MATRIKS KORELASI. Abstrak

PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT UNTUK VARIABILITAS BERDASARKAN MATRIKS KOVARIANSI DAN MATRIKS KORELASI. Abstrak PERBANDINGAN KINERJA DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT UNTUK VARIABILITAS BERDASARKAN MATRIKS KOVARIANSI DAN MATRIKS KORELASI Dwi Yuli Rakhmawati, Muhammad Mashuri 2,2) Institut Teknologi Sepuluh Nopember dwiyuli_rakhmawati@yahoo.com,

Lebih terperinci

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 45-50 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA

Lebih terperinci

MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN

MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN Jefikz Berhitu, Mokh. Suef, dan Nani Kurniati Jurusan Teknik Industri - Institut

Lebih terperinci

APLIKASI DESAIN EKSPERIMEN TAGUCHI UNTUK PERBAIKAN KUALITAS AIR PDAM TIRTA MON PASE LHOKSUKON ACEH UTARA. Halim Zaini 1

APLIKASI DESAIN EKSPERIMEN TAGUCHI UNTUK PERBAIKAN KUALITAS AIR PDAM TIRTA MON PASE LHOKSUKON ACEH UTARA. Halim Zaini 1 APLIKASI DESAIN EKSPERIMEN TAGUCHI UNTUK PERBAIKAN KUALITAS AIR PDAM TIRTA MON PASE LHOKSUKON ACEH UTARA Halim Zaini 1 1 Staf Pengajar email : halimzain60@gmail.com ABSTRAK Kualitas air PDAM Tirta Mon

Lebih terperinci

PERTEMUAN #7 SISTEM KONTROL CONTINUE & DISKRIT 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

PERTEMUAN #7 SISTEM KONTROL CONTINUE & DISKRIT 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI SISTEM KONTROL CONTINUE & DISKRIT Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer- Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 4 PERTEMUAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN METODE GRAFIK DAN ALGORITMA CRAFT PADA PT. PRIMA INDAH SANITON

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN METODE GRAFIK DAN ALGORITMA CRAFT PADA PT. PRIMA INDAH SANITON PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN METODE GRAFIK DAN ALGORITMA CRAFT PADA PT. PRIMA INDAH SANITON T U G A S S A R J A N A Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

2.1 Kajian Tentang Penerapan Sel Manutaktur Untuk Minimasi Jarak 6

2.1 Kajian Tentang Penerapan Sel Manutaktur Untuk Minimasi Jarak 6 DAFTAR ISI IIALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI iii LEMBAR PERSEMBAHAN iv HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR vii ABSTRAK ix DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiv

Lebih terperinci

JOB SQUENCING DINI WAHYUNI. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

JOB SQUENCING DINI WAHYUNI. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN JOB SQUENCING DINI WAHYUNI Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Job sequencing adalah suatu proses mengurutkan pekerjaan sesuai dengan logical order, yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

O v e r v i e w & l e a r n i n g to run simulation Software Simulation Arena 5.0

O v e r v i e w & l e a r n i n g to run simulation Software Simulation Arena 5.0 Praktikum Arena 5.0 O v e r v i e w & l e a r n i n g to run simulation Software Simulation Arena 5.0 Tujuan Praktikum Memperkenalkan Software Arena 5.0 sebagai alat bantu dalam pemecahan masalah simulasi.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Nico Saputro dan Suryandi Wijaya Jurusan Ilmu Komputer Universitas Katolik Parahyangan nico@home.unpar.ac.id

Lebih terperinci

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK ABSTRAK PT. Stallion adalah perusahaan yang membuat komponen-komponen untuk mobil dan motor. Komponen-komponen yang diproduksinya adalah komponen-komponen untuk perusahaan-perusahaan terkemuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat akan sangat berdampak terhadap suatu proses kehidupan. Perusahaan atau instansi dituntut untuk dapat bersaing

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN TECHNIQUE FOR ORDER PREFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION (TOPSIS) DI PT. INDO CAFCO TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM

PENERAPAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM PENERAPAN CELLULAR MANUFACTURING SYSTEM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIC SIMILARITY COEFICIENT UNTUK MEMINIMASI WAKTU SIKLUS DAN BIAYA MATERIAL HANDLING Imam Sodikin, Winarni, Ngakan Jacky Prasatya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE HEURISTIK DAN SIMULASI UNTUK MENYEIMBANGKAN LINI PERAKITAN LAMPU

IMPLEMENTASI METODE HEURISTIK DAN SIMULASI UNTUK MENYEIMBANGKAN LINI PERAKITAN LAMPU IMPLEMENTASI METODE HEURISTIK DAN SIMULASI UNTUK MENYEIMBANGKAN LINI PERAKITAN LAMPU Septian Andrew Susanto 1) dan Nurhadi Siswanto 2) 1) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI BEDDING GOODS UNTUK PEMENUHAN JADWAL PENGIRIMAN DI PT. HILON SUMATERA

PENJADWALAN PRODUKSI BEDDING GOODS UNTUK PEMENUHAN JADWAL PENGIRIMAN DI PT. HILON SUMATERA PENJADWALAN PRODUKSI BEDDING GOODS UNTUK PEMENUHAN JADWAL PENGIRIMAN DI PT. HILON SUMATERA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh CHRISTIANTA

Lebih terperinci

Kata kunci: Cluster, Knowledge Discovery in Database, Algoritma K-Means,

Kata kunci: Cluster, Knowledge Discovery in Database, Algoritma K-Means, K- Pembentukan cluster dalam Knowledge Discovery in Database dengan Algoritma K-Means Oleh: Sri Andayani Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,email: andayani@uny.ac.id Abstrak Pembentukan cluster merupakan

Lebih terperinci

komputasi dan memori yang rendah), mampu memecahkan permasalahan dengan area fasilitas yang sama atau tidak sama (equal and unequal area), dan

komputasi dan memori yang rendah), mampu memecahkan permasalahan dengan area fasilitas yang sama atau tidak sama (equal and unequal area), dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan tata letak fasilitas merupakan salah satu area penting dalam merancang sistem produksi sekaligus merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas pabrik.

Lebih terperinci

METODA RATA-RATA BATCH PADA SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1

METODA RATA-RATA BATCH PADA SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1 Media Informatika Vol. 5 No. 1 (2006) METODA RATA-RATA BATCH PADA SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1 Ekabrata Yudhistyra Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. H. Juanda 96 Bandung

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) 11 Dinamika Teknik Juli PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VII, No. 2

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CRAFT DI CV. ABC HARDWARE INDUSTRY

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CRAFT DI CV. ABC HARDWARE INDUSTRY PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CRAFT DI CV. ABC HARDWARE INDUSTRY TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Mendefinisikan arti dari terminologi-terminologi penting dalam statistika Memahami dan menjelaskan peranan statistik dan penerapannya di bidang

Mendefinisikan arti dari terminologi-terminologi penting dalam statistika Memahami dan menjelaskan peranan statistik dan penerapannya di bidang Tujuan Pembelajaran Mendefinisikan arti dari terminologi-terminologi penting dalam statistika Memahami dan menjelaskan peranan statistik dan penerapannya di bidang teknik Menjelaskan langkah-langkah dasar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG Suriadi AS, Ulil Hamida, N. Anna Irvani STMI Jakarta, Kementerian Perindustrian RI ABSTRAK Permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB)

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB) doi: https://doi.org/10.581/zenodo.106337 JURITI PRIMA (Junal Ilmiah Teknik Industri Prima) Vol. 1, No. 1, Juni 017 e-issn: 581-057X Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KUALITAS SISTEM KONTROL MAIN STEAM PADA BOILER MELALUI PENDEKATAN STATISTICAL CLUSTERING DI PLTU UNIT I PT. PJB UP.

STUDI KELAYAKAN KUALITAS SISTEM KONTROL MAIN STEAM PADA BOILER MELALUI PENDEKATAN STATISTICAL CLUSTERING DI PLTU UNIT I PT. PJB UP. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 STUDI KELAYAKAN KUALITAS SISTEM KONTROL MAIN STEAM PADA BOILER MELALUI PENDEKATAN STATISTICAL USTERING DI PLTU UNIT I PT. PJB UP. GRESIK Iik Ordiani dan

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. 1.3 Tujuan Penelitian...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. 1.3 Tujuan Penelitian... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... I-1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

dicapai sehingga menimbulkan adanya stasiun bottleneck maka perlu juga diperhatikan masalah buffer antara stasiun kerja sehingga dapat menghasilkan

dicapai sehingga menimbulkan adanya stasiun bottleneck maka perlu juga diperhatikan masalah buffer antara stasiun kerja sehingga dapat menghasilkan BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dunia perindustrian khususnya bidang manufaktur mengalami perkembangan, sebingga persaingan pun makin meningkat untuk: mendapatkan pangsa pasar. Industri manufaktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN TEKNOLOGI OLEH: MEGA INAYATI RIF AH, ST., M.SC.

PERENCANAAN TEKNOLOGI OLEH: MEGA INAYATI RIF AH, ST., M.SC. I N S T I T U T S A I N S & T E K N O L O G I A K P R I N D Y O G Y A K A R T A Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Kota Yogyakarta PERENCANAAN TEKNOLOGI OLEH: MEGA INAYATI RIF AH, ST., M.SC. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENGANTAR PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PENGANTAR PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PENGANTAR PERANCANGAN TATA ETAK FASIITAS Materi Kuliah Ke-2 PERANCANGAN TATA ETAK FASIITAS Dimas Yuwono Wicaksono, ST., MT. dimas_yw@yahoo.com APA YANG DIMAKSUD DENGAN... Tata etak Pabrik/Fasilitas (Plant/Facility

Lebih terperinci

Analisis Penjadwalan Produksi Flowshop dengan Membandingkan Metode Harmony Search dan Algoritma Nawaz, Enscore and Ham

Analisis Penjadwalan Produksi Flowshop dengan Membandingkan Metode Harmony Search dan Algoritma Nawaz, Enscore and Ham Petunjuk Sitasi: Tarigan, U., Lubis, N. I., & Tarigan, U. P. (2017). Analisis Penjadwalan Produksi Flowshop dengan Membandingkan Metode Harmony Search dan Algoritma Nawaz, Enscore and Ham. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

Sistem Produksi (TI1343)

Sistem Produksi (TI1343) Sistem Produksi (TI1343) Pertemuan ke-6 PENGENDALIAN INPUT/OUTPUT Ir. Nur Indrianti, MT, D.Eng. nurindrianti@yahoo.com indrianti_class@yahoogroups.com Indrianti_SISPROD SGsl_1011_06 1 Deskripsi Dalam pertemuan

Lebih terperinci

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing Introduction to Chapter 9 Production Management Sasaran Pembelajaran Identifikasi sumber daya kunci yang digunakan untuk produksi. Identifikasi faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi pabrik. Uraikan

Lebih terperinci

PENGONTROLAN KUALITAS PROSES PRODUKSI ROKOK UNIT SIGARET KRETEK TANGAN DI PT. X MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT np (Mnp)

PENGONTROLAN KUALITAS PROSES PRODUKSI ROKOK UNIT SIGARET KRETEK TANGAN DI PT. X MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT np (Mnp) PENGONTROLAN KUALITAS PROSES PRODUKSI ROKOK UNIT SIGARET KRETEK TANGAN DI PT. X MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL MULTIVARIAT np (Mnp) Oleh: Wenny Rakhmania 1306 100 032 Jurusan Statistika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal Fitria Imatus Solikhah 1, Renanda Nia R. 2, Aditya

Lebih terperinci

Penjadwalan Kelompok Buku Cerita Menggunakan Algoritma Modrak (2010) dengan Kriteria Minimisasi Makespan *

Penjadwalan Kelompok Buku Cerita Menggunakan Algoritma Modrak (2010) dengan Kriteria Minimisasi Makespan * Reka integra ISSN:2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2014 Penjadwalan Kelompok Buku Cerita Menggunakan Algoritma Modrak (2010) dengan

Lebih terperinci

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi Program Studi Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia Jalan Dipatiukur 112-116 Bandung Email: gabeinct@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK PT. Trimandiri Plasindo adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan plastik pembungkus. Plastik pembungkus yang dibuat ada beberapa jenis, tetapi yang diteliti hanya produk kantong kresek.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah : Sistem Kode/ Bobot : TKM XXXX Status : Mata Kuliah Penunjang Disertasi Prasyarat : - Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisi tentang pemecahan masalah

Lebih terperinci

PENGATURAN ULANG URUTAN TATA LETAK SERI ANTAR ETALASE

PENGATURAN ULANG URUTAN TATA LETAK SERI ANTAR ETALASE PENGATURAN ULANG URUTAN TATA LETAK SERI ANTAR ETALASE Hendy Tannady E-mail: htannady@bundamulia.ac.id / hendytannady@yahoo.com Penulis Hendy Tannady adalah dosen tetap program studi Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

Uji tracking setpoint

Uji tracking setpoint Validasi model Uji tracking setpoint Pengujian dilakukan dengan BOD konstan, yaitu 2200 mg/l. Untuk mencapai keadaan steady, sistem membutuhan waktu sekitar 30 jam. Sedangkan grafik kedua yang merupakan

Lebih terperinci

Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam dunia industri yang semakin ketat, mengharuskan industri-industri yang ada untuk dapat menciptakan kredibilitas yang baik di mata konsumen. Salah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

BIAYA TENAGA KERJA A. Pengawasan Biaya Tenaga Kerja 1. Perencanaan dan analisa biaya tenaga kerja a. Product engineering (pengembangan produk).

BIAYA TENAGA KERJA A. Pengawasan Biaya Tenaga Kerja 1. Perencanaan dan analisa biaya tenaga kerja a. Product engineering (pengembangan produk). 1 BIAYA TENAGA KERJA Biaya tenaga kerja menggambarkan kontribusi karyawan perusahaan di dalam kegiatan perusahaan. Sesuai dengan fungsi yang ada dalam perusahaan, biaya tenaga kerja dikelompokkan ke dalam:

Lebih terperinci