BAKTERIOSIN DAN PERANNYA DALAM EKOLOGI MIKROBA RUMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAKTERIOSIN DAN PERANNYA DALAM EKOLOGI MIKROBA RUMEN"

Transkripsi

1 BAKTERIOSIN DAN PERANNYA DALAM EKOLOGI MIKROBA RUMEN SUPARJO jajo66.wordpress.com I. PENDAHULUAN Antibiotik telah lama digunakan dalam usaha peternakan, baik untuk pengobatan (therapeutic) maupun untuk pencegahan penyakit atau peningkatan produksi (subtherapeutic). Keuntungan penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (growth promoter) diantaranya meningkatan produksi dan efisiensi penggunaan pakan. Sisi negatif penggunaan antibiotik diantaranya timbulnya organisme yang resisten terhadap antibiotik tertentu dan residu yang tersisa pada produkproduk peternakan. Antibiotik mempunyai spektrum kerja yang luas sehingga dapat membunuh semua jenis organisme yang ada, baik organisme yang menguntungkan maupun patogen. Pengurangan penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (growth promoters) ternak memberi implikasi pada meningkatnya intensitas penggunaan substansi pemacu pertumbuhan alternatif. Beberapa bahan seperti probiotik, prebiotik (Suskovic dkk. 2001), ekstrak tanaman (Tucker 2002), enzim (Rosen 2000) dan asam organik (Caja, Garin dan Mesia 2000) terus diteliti penggunaannya sebagai pemacu pertumbuhan alternatif pengganti antibiotik. Probiotik merupakan salah satu alternatif antibiotik yang dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan. Probiotik secara umum didefinisikan sebagai kultur tunggal atau campuran mikroorganisme hidup yang mempunyai pengaruh yang menguntungkan terhadap induk semang melalui peningkatan karakteristik mikroflora indigenous (Havenaar, Brink dan Veld 1992). Probiotik dapat dianggap sebagai food ingredient (Touhy 2003), dietary supplement (Roberford 2000) atau feed supplement (Fuller 1989) berupa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi kesehatan manusia atau ternak. Bakteri probiotik yang digunakan secara komersial dewasa ini umumnya berasal dari genus Lactobacillus dan Bifidobacterium (Heller 2001; Šušković dkk. 2001; Touhy 2003). Beberapa spesies bakteri yang biasa digunakan sebagai probiotik ditampilkan pada Tabel 1. Bakteri yang paling banyak digunakan BAKTERIOSIN DAN PERANNYA DALAM EKOLOGI MIKROBA RUMEN. Suparjo. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi

2 sebagai probiotik baik pada bidang peternakan maupun bidang pangan adalah bakteri asam laktat (BAL). BAL didefinisikan sebagai bakteri pembentuk asam laktat dalam metabolisme karbohidrat dan terdiri dari berbagai macam kelompok bakteri gram positif. BAL mempunyai peranan penting dalam pengawetan bahan pangan dan melawan bakteri patogen melalui senyawa peptida antimikroba. Mekanisme kerja probiotik dapat diekspresikan melalui 3 cara (Šušković dkk. 2001), yaitu; (1) menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen pada saluran pencernaan melalui produksi substansi antimikroba (asam laktat, asam asetat, asetaldehida, hidrogen peroksida dan bakteriosin), persaingan mendapatkan zat makanan dan persaingan reseptor pada epitelium usus; (2) merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan aktifitas enzim yang bermanfaat seperti galactosidase atau menekan enzim yang tak bermanfaat seperti gluruconidase, glucosidase, nitroreductase dan (3) merangsang pembentukan kekebalan tubuh. Tabel 1. Beberapa Spesies Mikroorganisme sebagai Probiotik LACTOBACILLUS BIFIDOBACTERIA BAL LAIN NON BAL L. acidophilus B. adolescentis Enterococccus faecalis Bacilus cereus var toyoi L. amylovorus B. animalis Enterococccus faecium Saccharomyces cerevisiae L. casei B. bifidum Lactococcus lactis Saccharomyces boulardii L. cripatus B. breve Leuconstoc mesenteroides L. delbrueckii subsp. B. infontis Pediococcus acidilactici bulgaricus L. gallinarum B. lactis Sporolactobacillus inulinus L. gasseri B. longum Streptococcus thermophilus L. johnsonii L. paracasei L. olantarum L. reuteri L. rhamnosus Sumber : Holzapfel dkk. (2001) Produksi senyawa toksin merupakan hal yang sering terjadi dalam interaksi kompetisi antara mikroba dan beberapa senyawa tersebut telah berhasil diadopsi dan diaplikasikan dalam mengontrol populasi mikroba. Beberapa bakteri probiotik mampu menghasilkan senyawa mirip antibiotik yang mempunyai pengaruh langsung terhadap bakteri dalam saluran pencernaan (Hillman 2001) yang disebut bakteriosin (Martinez dkk. 2000). Bakteriosin bakteri asam laktat tertentu mempunyai aktivitas yang menghambat bakteri Butyrivibro spp. (Kalmokoff dkk. 1996). Bakteriosin dapat menjadi alternatif pengganti antibiotik dalam memanipulasi populasi mikroba

3 rumen. Bakteriosin mempunyai kelebihan dibanding antibiotik karena mempunyai target yang spesifik, rentan terhadap pencernaan proteolitik, memungkinkan untuk dilakukan manipulasi dan transfer genetik dan aman digunakan. Ternak ruminansia memanfaatkan makanan yang dikonsumsinya setelah dilakukan proses fermentasi di dalam rumen dan saluran pecernaan lainnya. Rumen merupakan kantong yang berisi bermiliaran mikroba yang terdiri dari bakteri, protozoa dan fungi. Rumen berisikan berbagai spesies mikroba. Setiap gram isi rumen mengandung sekitar bakteri dengan 200 spesies, 10 6 protozoa dengan 25 genus dan 10 6 fungi dengan 5 genus (Mackie dkk. 1999). Rumen dengan volume 50 liter maka terdapat sekitar 5 x bakteri, 5 x protozoa dan 5 x fungi. Dalam aktivitasnya, mikroba tersebut saling berinteraksi baik sesama spesies maupun antara spesies atau genus. Interaksi yang terjadi dapat bersifat positif yang saling menguntungkan maupun negatif yang dapat menghambat perkembangan mikroba lain. Bakteriosin merupakan salah satu peptida antimikroba yang dapat menghambat bakteri. Sifat penghambatan bakteriosin sangat spesifik karena hanya menghambat atau membunuh spesies bakteri lain yang mempunyai hubungan yang dekat. Namun sejauh ini, perhatian tentang bakteriosin lebih banyak ditujukan pada bidang pengawetan pangan. Populasi bakteri di dalam rumen memungkinkan terjadinya kompetisi yang ketat dalam memperoleh zat makanan. Permasalahannya apakah bakteriosin berperan dalam kompetisi tersebut yang dapat merubah sistem ekologi rumen. II. KARAKTERISTIK BAKTERIOSIN Bakteriosin adalah peptida antimikroba yang disintesis secara ribosomal yang dihasilkan sejumlah bakteri (Martirani dkk. 2002) dan mempunyai pengaruh bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri yang mempunyai hubungan yang dekat dengan bakteri penghasilnya (Ko dan Ahn 2000). Bakteriosin dihasilkan baik oleh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Bakteriosin gram positif mengandung 30 sampai 60 asam amino dengan aktifitas yang bervariasi dari spektrum sempit sampai luas dalam melawan bakteri grampositif lain (Jack dkk. 1995) bahkan ada yang beraksi terhadap bakteri gram negatif. Penamaan bakteriosin umumnya disesuaikan dengan bakteri penghasilnya seperti Lactococcin A, Lactococcin G, lactococcin 972 dihasilkan oleh bakteri Lactococcus lactis, Enterococcin (Enterococcus faecalis), Carnobactericin (Carnobacterium piscicola), Aurecin (Staphylococcus aureus), Bacillocin (Bacillus licheniformis), Acidolin, Acidophilin, Lactacin (Lactobacillus acidophilus), Lactocin, Helveticin (L. helveticus), Plantaricin, Planticin (L. plantarum) dan lain sebagainya.

4 Bakteriosin pertama kali terdeteksi pada tahun 1925 oleh Andre Gratia yang mengamati pertumbuhan beberapa strain E. coli yang pertumbuhannya dihambat oleh senyawa antimikroba yaitu colicin (Oscárriz dan Pisabarro 2001). Bakteriosin selain berperan dalam menjaga kesehatan ternak dan manusia melalui penyeimbangan ekosistem pencernaan, bakteriosin yang dihasilkan bakteri asam laktat juga berperan sebagai pengawet alami dalam penyimpanan dan pengolahan bahan pangan (Soomro dkk. 2002) Penggunaan istilah bakteriosin sering dikacaukan dengan istilah antibiotik dan antimikroba. Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh berbagai mikroorganisme. Bakteriosin adalah zat kimia berupa peptida atau protein yang dihasilkan oleh bakteri sedangkan antimikroba disamping zat kimia yang dihasilkan oleh berbagai mikroorganisme (antibiotik, bakteriosin) juga substansi yang diperoleh secara sintetik. Bakteriosin secara umum berbeda dengan antibiotik dalam hal sintesis, mekanisme kerja, spektrum dan tujuan pemakaian (Tabel 2). Bakteriosin meskipun mempunyai heterogenitas komposisi kimia dan aktifitas biologis biasanya mempunyai beberapa karakteristik umum, seperti menghambat pertumbuhan atau membunuh strain bakteri yang hampir sama; tidak efektif melawan bakteri penghasilnya; mempunyai spektrum sempit dan mempunyai protein moiety yang dibutuhkan untuk aktifitas biologi (Schlegel dan Slade 1972). Mekanisme kerja bakteriosin dalam melawan bakteri lain secara umum dengan menyerang membran sitoplasma (Montville dan Chen 1998) melalui pembentukan pori membran sitoplasma (Sablon, Contreras dan Vandamme 2000) dan penembusan membran sel sehingga meningkatkan permeabilitas membran sitoplasma (Jack dkk. 1995) atau penghambatan pembentukan septum (Martinez dkk. 2000). Tabel 2. Beberapa Perbedaan utama Bakteriosin dan Antibiotik Karakteristik Bakteriosin Antibiotik Aplikasi Pangan Klinikal Sintesis Ribosomal Metabolit sekunder Aktivitas Spektrum sempit Spektrum luas Imunitas Sel Induk Semang Ya Tidak Mekanisme Sel Target Biasanya penyesuaian sel Biasanya pemindahan yang dipengaruhi secara genetik Kebutuhan Interaksi Docking molekul Target khusus Mekanisme Kerja Sebagian besar pembentukan Membran sel atau target pori, dan beberapa dalam intraseluler biosintesis dinding sel Efek samping Belum diketahui Ya Sumber: Cleveland dkk. (2001)

5 III. PENGGOLONGAN BAKTERIOSIN Bakteriosin yang dihasilkan bakteri gram positif secara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu lantibiotics dan nonlantibiotics bacteriocin (Teather dkk. 1999). Bakteriosin berdasarkan sifat kimia, struktur dan fungsinya (Worobo dkk ) dibagi menjadi 4 kelompok (Tabel 3) yaitu kelas I: Lantibiotics, peptida molekul kecil (berat molekul < dari 5 kda) mengandung lanthionine dan β methyl lanthionine; kelas II: peptida yang stabil terhadap panas, berat molekul lebih kecil dari 10 kda dan tidak terjadi perubahan asam amino, kelas III: protein labil terhadap panas dengan molekul lebih besar dari 30 kda (Ness dkk. 1996) dan kelas IV: glikoprotein dan lipoprotein (Oscárriz dan Pisabarro 2001). Bakteriosin kelompok non lantibiotics dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan sistein atau jembatan disulfida menjadi 3 kelompok (Tabel 4), yaitu cystibiotic (mengandung dua atau lebih asam amino sistein untuk jembatan disulfida); thiolbiotic (satu sistein) dan tanpa sistein (Jack dkk. 1995). Tabel 3. Klasifikasi Bakteriosin KELOMPOK KARAKTERISTIK I A Molekul kecil (2 5 kda), mengandung asam amino lanthionine dan β methyllanthionine, bermuatan positif berbentuk ulir B Molekul kecil (< 2 kda) bermuatan negatif atau netral berbentuk globular Nisin Pep 5 CONTOH BAKTERIOSIN Epidermin Lactoccin S Gallidermin Lacticin 481 Mersacidin Actagardin Cinnamycin BAKTERI PENGHASIL Lactococcus lactis Staphylococcus epidermidis Staphylococcus epidermidis Lactobaillus sake Staphylococcus gallinarum Lactococcus lactis Bacillus subtilis Actinoplasnes sp. Strepomyces cinnamoneus II a Peptida anti listerial Pediocin PA 1/AcH, Pediococcus acidilactici H/PAC1.0 Sakacin A Lactobacillus sake LB706 Sakacin P Lactobacillus sake LTH 674 Leucocin A UAK 187 Leuconostoc gelidum UAL 187 Carnobacteriocin B2 Mesentericin Y105 Lactococcin MMFII Carnobactrium piscicola LV17B Leuconostoc mesenteroides Lactococcus lactis b Bakteriosin 2 peptida Lactococcin G Lactococcus lactis Lactococcin M Lactacin F Plantacirin A Plantacirin EF Plantacirin JK Lactococcus lactis Lactobacillus johnsonii Lactobacillus plantarum Lactobacillus plantarum Lactobacillus plantarum

6 KELOMPOK III c KARAKTERISTIK Baktreiosin dikeluarkan melalui sec dependent Molekul besar (>30 kda), sensitif terhadap panas CONTOH BAKTERIOSIN Acidin B Carnobacteriocin A Divergicin A Enterocin P Enterocin B Lactococcin A Lactococcin B Acidocin B Cerein 7/8 Helveticins J Helveticins V 1829 BAKTERI PENGHASIL Lactobacillus acidophilus Carnobactrium piscicola LV17A Arnobacterium divergens LV13 Eenterococcus faecum Eenterococcus faecum T136 Lactococcus lactis LMG2130 Lactococcus lactis WMA4 Lactobacillus acidophilus M46 Bacillus cereus Bc7 Lactobacillus helveticus Lactobacillus helveticus IV Bakteriosin yang mengandung protein atau lipid Lactococcin 27 Lacstrecins Sumber : Cleveland dkk. (2001): Oscárriz dan Pisabarro (2001); Chen dan Hoover (2003) Bakteriosin kelas I, LANTIBIOTIC LANthione containing antibiotic mempunyai berat molekul lebih kecil dari 5 kda, peptida mengandung asam amino tak biasa, lanthionine (Lan), β methyllanthionine (MeLan), dehydroalanine dan dehydrobutyrine (Chen dan Hoover, 2003) dan mengandung 19 sampai 50 asam amino (Cleveland dkk. 2001). Kelompok ini dibagi lagi menjadi 2 tipe berdasarkan struktur kimia dan aktifitas antimikroba, Tipe A dan Tipe B. Tipe A, berbentuk ulir, bermuatan positif, aktifitasnya berhubungan dengan pembentukan pori pada membran sel. Tipe B, berbentuk globular bermuatan negatif atau netral, aktifitas antimikrobanya terkait dengan penghambatan enzim specifik (Nissen Meyer dan Nes 1997). Bakteriosin kelas II, mempunyai berat molekul lebih kecil dari 10 kda, heat stable dan tidak mengandung asam amino lanthionine. Kelas ini dibagi menjadi 3 subkelas, bakteriosin yang mempunyai efek antilisterial (IIa), bakteriosin dengan dua peptida (IIb) dan bakteriosin yang disekresikan melalui secdependent (IIc) (Martinez dkk. 1999). Namun van Belkum dan Stiles (2000) membagi bakteriosin kelas II ini menjadi 6 subklelas, yaitu IIa: cystibiotics dengan 2 jembatan disulfida yang dihasilkan dari 4 residu sistein (Pediocin PA 1/AcH, Enterocin A dan Divercin V41); IIb: cystibiotics dengan satu jembatan disulfida dari 2 residu sistein pada N section peptida (Leucocin A); IIc: cystibiotics dengan satu jembatan disulfida yang menjangkau N dan C section peptida (Carnobacteriocin A dan Enterocin B); IId: peptida yang mengandung satu (thiolbiotics) atau tanpa residu sistein (Lactococcin A dan B); IIe: bakteriosin 2 peptida (Thermophilin 13, Lactacin F, Plantaricin S, A, EF dan JK, Lactococcin G dan M) dan IIf: bakteriosin khas (Enterocin 4). Bakteriosin kelas III, mempunyai berat molekul lebih dari 30 kda dan heat labile.

7 Bakteriosin kelas III dan IV sejauh ini masih kurang mendapat perhatian dari ilmuan sehingga masih sedikit informasi yang diperoleh. Tabel 4. Penggolongan Bakteriosin Berdasarkan Kandungan Sistein PEPTIDA ANTIMIKROBA BERAT MOLEKUL kda) ASAM AMINO BAKTERI PENGHASIL CYSTIBIOTICS Pediocin AcH/PA Pediococcus acidilactici H/PAC 1.0 Leucocin A/UAL Leuconostoc gelidum UAL 187 Mesentericin Y Leuconostoc mesenteroides Y 105 Sakacin A Lactobacillus sake LB 706 Sakacin P Lactobacillus sake LTH 674 Lactacin F Lactobacillus acidophilus Carnobacteriocin A Carnobacterium piscicola LV 17A Carnobacteriocin BM Carnobacterium piscicola LV 17B Carnobacteriocin B Carnobacterium piscicola LV 17B Cerein 7/ Bacillus cereus Bc7 THIOLBIOTICS Lactococcin B Lactococcus lactis subsp cremoris 9 B4 NO CYSTEINE Lactococcin A Lactococcus lactis subsp cremoris 9 B4 L. lactis subsp. cremoris LMG 2130 L. lactis subsp. lactis bv diacetylactis WM4 Lactococcin M L. lactis subsp. cremoris 9 B4 Lactococcin N L. lactis subsp. cremoris 9 44 Lactococcin Gα L. lactis subsp. lactis LMG 2081 Lactococcin Gβ L. lactis subsp. lactis LMG 2081 Sumber: Jack dkk. (1995);Oscárriz dan Pisabarro (2001) IV. PERAN BAKTERIOSIN TERHADAP EKOLOGI MIKROBA RUMEN Bakteriosin rumen Rumen merupakan kantung besar dalam saluran pencernaan sejumlah herbivora, yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses fermentasi bahan makanan oleh mikroba anaerob. Populasi mikroba dalam rumen sekitar bakteri, 10 6 protozoa dan 10 6 fungi per ml cairan rumen (Dehority 1998). Konsekuensi dari tingginya tingkat keragaman dan populasi mikroba, memungkinkan terjadinya interaksi dan kompetisi antara mikroba, baik interaksi positif yang saling menguntungkan maupun negatif yang dapat menghambat mikroba lain. Penghambatan perkembangan bakteri dapat terjadi karena adanya senyawa yang mempunyai aktivitas seperti bakteriosin (BACTERIOCIN LIKE INHIBITORY SUBSTANCE =BLIS) (Teather dkk. 1999). Beberapa bakteriosin telah berhasil diisolasi baik dari bakteri anaerob OBLIGATE dari rumen seperti Clostridium spp., Bacteroides spp., Bifidobacter spp.

8 dan Propionibacter spp. maupun bakteri anaerob FACULTATIVE dari usus halus seperti Streptococcus spp., Lactobacillus spp., Staphylococcus spp. dan Enterococcus spp (Kalmokoff dkk. 1996). Butyrivibrio merupakan bakteri yang di dominan di dalam rumen (Kalmokoff dkk. 1996) dan mempunyai tingkat keragaman genetik yang besar. Kalmokoff dan Teather (1997) menemukan bahwa 25 dari 49 strain bakteri Butyrivibrio yang diisolasi menghasilkan BLIS, namun sejauh ini baru dua BLIS yang diuraikan lebih lanjut yaitu Butyrivibriocin AR 10 dan Butyrivibriocin OR79. Bakteriosin Butyrivibrio AR10 termasuk ke dalam bakteriosin kelas IIc berdasarkan urutan asam amino N terminal. Bakteriosin mempunyai spektrum aktivitas yang luas terhadap strain Butyrivibrio tetapi relatif sempit terhadap genus lain. Urutan peptida pada butyrivibriocin mempunyai kesamaan (homolog) dengan Acidocin B, bakteriosin yang dihasilkan Lactobacillus acidophillus. Butyrivibrio OR79 dihasilkan oleh Butyrivibrio fibrisolvens OR79, mempunyai spektrum aktivitas yang luas terhadap bakteri butyrivirio dan bakteri patogen bahan makanan. Butyrivibriocin OR79 dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Butyrivibriocin OR79A dan Butyrivibriocin OR79B karena adanya perbedaan residu asam amino pada N terminal. Bakteriosin Eksogenus Bakteriosin eksogenus, misalnya bakteriosin dari bakteri asam laktat, dapat memegang peranan penting sebagai antimikroba dalam nutrisi ruminansia. Silase merupakan jalur potensial pemberian bakteriosin bakteri asam laktat dalam sistem produksi ternak ruminansia. Inokulan bakteri dalam silase mengandung campuran bakteri pediococcus acidopillus dan Lactobacillus pantararum yang banyak menghasilkan bakteriosin (Tabel 1). Bakteriosin yang dihasilkan selama proses ensilase memegang peranan penting dalam menghambat organisme pembusuk dan mungkin berpengaruh terhadap bakteri rumen yang mengkonsumsi silase. Pediosin merupakan bakterison yang paling penting karena terdapat pada banyak tempat dan spektrum aktivitas yang luas (Kalmokoff 1996). V. MEKANISME KERJA BAKTERIOSIN Struktur kimia yang beragam menyebabkan bakteriosin mempunyai pengaruhi yang berbeda terhadap fungsi fungsi sel transkripsi, translasi, replikasi dan biosintesis dinding sel (Oscárriz dan Pisabarro 2001). Bakteriosin Gram positif merupakan senyawa aktif membran (Jack dkk. 1995) yang bekerja melalui pembentukan pori pada membran sel target (Eijsink dkk. 2002; Cleveland dkk. 2001; Oscárriz dan Pisabarro 2001), menghambat aktifitas enzim (Breukink dan Kruifjff

9 ), pertumbuhan spora (van Belkum dan Stiles 2000) atau pembentukan septum (Martinez dkk. 2000). Pembentukan pori pada membran sel merangsang permeabilitas membran yang dapat menggangu keseimbangan ADP/ATP intraseluler akibat kebocoran fostat inorganik (Martinez dkk. 2000), mengurangi daya gerak proton (Eijsink dkk. 2002) dan jumlah kation bivalensi (Mg 2+ atau Ca 2+ ) menyebabkan penetralan muatan negatif fosfolipid, dan penurunan cairan membran, memungkinkan perembasan ion (K + dan Mg 2+ ), asam amino (asam glutamat dan lisin) dan ATP (Oscárriz dan Pisabarro 2001). Daya gerak proton (Proton Motive Force = PMF) merupakan gradien elektokimia membran sitoplasma yang mengatur sintesis dan penimbunan ATP. Kegagalan PMF menyebabkan kematian sel melalui penghentian semua reaksi yang membutuhkan energi (Gajić 2003). Bakteriosin dalam pembentukan pori harus berinteraksi dengan membran sitoplasma sel target. Lipid membran sitoplasma yang bermuatan negatif merupakan reseptor utama bakteriosin dalam proses pembentukan pori (Moll dkk. 1999). Interaksi elektrostatik bakteriosin yang bermuatan positif yang bersifat hidrofobik (Cleveland dkk. 2001) dengan gugus fosfat bermuatan negatif pada membran sel target merupakan tahap awal pengikatan bakteriosin dengan membran target. Bagian hidrofobik bakteriosin masuk ke dalam membran membentuk pori. Konduktivitas dan stabilitas pori pada bakteriosin lantibiotic ditingkatkan melalui pengikatan molekul (molecule docking) sedangkan pada bakteriosin kelas II, reseptor membran target bekerja terhadap spesifikasi tertentu (Chen dan Hoover 2003). Proses penembusan membran fosfolipid oleh peptida membran aktif umumnya terjadi melalui 2 mekanisme (Gambar 1) yaitu model tong kayu (barrel stave model) dan model baji (wedge model) atau karpet (carpet) (Zhao, 2003). Pada model tong, peptida menghadap hampir tegak lurus terhadap membran, kemudian masuk dan membuat saluran ion sepanjang membran diikuti dengan pengikatan monomer tambahan membentuk pori (Cleveland dkk. 2001). Pada model karpet, peptida berikatan dengan permukaan membran, jika konsentrasi ambang batas monomer peptida tercapai, membran ditembus dan pori sementara terbentuk (Zhao, 2003).

10 Gambar 1. Model Pembentukan Pori pada Membran, Barrel Stave dan Carpet Model (Zhao, 2003) VI. IMUNITAS BAKTERI PENGHASIL BAKTERIOSIN Salah satu perbedaan bakteriosin dengan antibiotik adalah adanya mekanisme perlindungan bakteri penghasil terhadap kerja bakteriosinnya. Perlindungan pada bakteriosin lantibiotic dapat dimediasi melalui protein imunitas, LanI dan lanfeg. Terdapat 2 sistem yang bekerja secara sinergis untuk melindungi sel penghasil dari bakteriosinnya sendiri. LanI, yang sebagian besar berikatan pada sisi luar membaran sitoplasma, memberikan imunitas kepada dengan mencegah pembentukan pori oleh bakteriosin. LanFEG bekerja melalui pengangkutan molekul bakteriosin yang telah masuk ke dalam membran kembali ke medium sekeliling dan menjaga konsentrasi bakteriosin dalam membran dibawah tingkat kritis. Protein imunitas bakteriosin non lantibiotic disandikan oleh suatu gen yang terdapat pada bagian hilir gen bakteriosin (Gajic, 2003) kecuali gen imunitas bakteriosin kelas IIc (van Belkum dan Stiles 2000). Sistem imunitas bakteriosin sejauh ini belum berhasil dijabarkan semuanya kecuali LciA, protein imunitas Lactococcin A. LciA dapat mencegah aksi Lactococcin A dengan mengikat kemudian menetralisir bakteriosin atau dengan berinteraksi dan merintangi reseptor bakteriosin (Gambar 2). Melalui interaksi Lactococcin A reseptor dalam LciA menjangkau kedalam membran sitoplasma. Ujung C protein imunitas berada diluar sel sedangkan unjung N berada didalam sitoplasma. Dengan mengikat reseptor, LciA mencegah lactococcin A masuk kedalam membran tetapi ikatan lactociccin A pada reseptor tetap terjadi (Venema dkk. 1995).

11 Gambar 2. Model Mekanisme Kerja Protein Imunitas (Venema dkk. 1995) VII. PENUTUP Dinamika dan perkembangan penyelidikan bakteriosin terus berlanjut. Hal ini dapat dilihat dari sistem penggolongan bakteriosin yang terus berkemban ng. Dari sejumlah bakteriosin yang telah ditemukan baru sedikit sekali yang dapat dapat dilaporkan secara lengkap mengenai susunan genetik, biosintesis maupun mekanismes kerjanya. Bakteriosin memegang peranan penting dalam kompetisi antar strain dalam rumen yang berhubungan karena mempunyai target yang spesifik. Bakteriosin yang terlibat dalam sistem ekologi rumen tidak hanya dihasilkan oleh mikroba rumen tetapi juga dapat dari luar yang ditambahkan ke dalam rumen, baik dengan inokulasi bakteri penghasil, bakteriosin murni ataupun produk produkk fermentasi. VIII. DAFTAR PUSTAKA Breukink, E. and B. de Kruijff The lantibiotic nisin, a special case or not?. Biocimia et Biophysica Acta 1462: Caja, G., D. Garin and J. Mesia Stimulating rumen function: Organic acid salts as growth promoters. Feed International, Augustus 2002: Chen, H and D.G. Hoover Bacteriocins and their food application. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety. Vol. 2: //www. ift.org/publication/crtsts Chen, J. and P.J. Weimer Competition among three predominant ruminal ellulolytic bacteria in the absence orpresence of non cellulolytic bacteria. Microbiology.147, 21 30

12 Cleveland, J., T.J. Montville, I.F. Nes, M.L. Chikindas Bacteriocins: safe, natural antimicrobials for food preservation. Intern. J. Food Microbiol. 71:1 20. Dehority, B.A Microbial interactions in the rumen. Rev. Fac. Agron. 15: Eijsink, V.G.H., L. Axelsson, D.B. Diep, L.S. Havarstein, H. Holo and. I.F. Nes Production of class II bacteriocins by lactic acid bacteria; an example of biological welfare and communication. Antonie van Leeuwenhoek 81: Fuller. R Probiotics in man an animals. J Appl Bacteriol. 66: Gajić, O Relationships between MDR proteins, bacteriocin production and proteolysis in Lactococcus lactis. Dissertation. University of Groningen. Netherlands. Havenaar, R., B.T. Brink and J.H.J.H.I. Veld Selection of strain for probiotic use. In: Fuller R. (ed). Probiotics: The scinetific basis. Chapman & Hall. London. Heller. K.J Probiotic bacteria in fermented foods: product characteristics and starter organisms. Am J Clin Nutr. 73(Suppl):374S 379S. Hillman, K Bacteriological aspect of the use of antibiotics and their alternatives in the feed of non ruminant animals. In: Recent Advances in animal Nutrition. Nothingham University Press. London. Holzapfel W.H., P. Haberer, R. Geisen, J. Bjorkroth and U. Schilliner Taxonomy and important features of probiotic microorganisms in food and nutrition. Am J Clin Nutr. 73(Suppl):365S 373S. Jack,R.W., J.R. Tagg and B. Ray Bacteriocins of Grampositive bacteria. Microbi. Rev. 59(2): Kalmokoff, M.L., F. Bartlett and R.M. Teather Are ruminal bacteria armed with bacteriocins?. J, Dairy Sci. 79: Kalmokoff, M.L. and R.M. Teather Isolation and characterization of bacteriocin (Butyrivibiriocin AR10) from the rumen anaerobe Butyrivibrio fibrisolvens AR10. Appl Environ Microbiol. 63: Ko, Seuk Hyun and C. Ahn Bacteriocin production by Lactococcus lactis KCA2386 isolated from White Kimchi. Food Sci. Biotehnol. 9(4):

13 Mackie, R.I. R.I. Aminov, H.R. Gaskins, B.A. White Molecular microbial ecology in gut ecosystems. Proceeding of the 8 th International Symposium on Microbiolgy Ecology. Atlantic Canada Society for Microbiolgy Ecology, Halifax, Canada. Martinez, B., A. Rodriquez and J.E. Suarez Lactococcin 972, a bacteriocin that inhibits septum formation in lactococci. Microbiolgy 146: Martinez, B., M. Fernandez, J.E.Suarez. and A. Rodriguez Synthesis of lactococcin 972, a bacteriocin produced by Lactococcus lactis IPLA 972, depends on the expression of a plasmid encoded bicistronic operon. Microbiology. 145: Martirani, L., M. Varcamonti, G. Naclerio and M. De Felice Purification and partial characterization of Bacillon 490, a novel bacteriocin produced by thermophillic strain of Bacillus licheniformis. Microb Cell Fact. 1(1):1. Moll, G.N., W.N. Koning and A.J.M. Driessen Bacteriocins: mechanisms of membrane insertion and pore formation. Antonie van Leeuwenhoek 76: Montville, T.J. and Y. Chen Mechanistic action of pediocin and nisin: recent progress and unresolved questions. App. Microbiol Biotehnol 50(5): Ness, I.F., B.D. Diep, L.S. Havarstein, M.B. Brurberg, V. Eisink and H. Holo Biosynthesis of bacteriocins in lactic acid bacteria. Antonie Leeuwenhoek 70: Nissen Meyer, J. and I.F. Nes Ribosomally synthesized antimicrobial peptides: their function, structure, biogenesis and mechanism of action. Arch Microbiol 167: Oscárriz, J.C. and A.G. Pisabarro Classification and mode of action of membrane active bacteriocins produced by gram positive bacteria. Int. Microbiol. 4: Roberford M.M Prebiotics and probiotisc: are they functional foods?. Am J Clin Nutr. 71(Suppl):1682S 1687S. Rosen, G.D Enzyme for broilers: A multi factorial Assessment. Feed International. December 2000: Sablon, E., B. Contreras and E. Vandamme, Antimicrobial peptides of lactic acid bacteria: Mode of action, genetics and biosynthesis. Adv Biochem Eng Biothenol. 68: Schlegel R. and H.D. Slade Bacteriocin production by tranformable group H Streptococci. Journal of Bacteriology. Vol. 112(2):

14 Soomro, A.H., T. Masud and K. Anwaar Role of Lactic Acid Bacteria (LAB) in food preservation and human health A Review. Pakistan Journal of Nutrition 1(1): Suskovic, J., B. Kos, J. Goreta and S. Matosic Role of Lactic Acid Bacteria and Bifidobacteria in Synbiotic Effect. Food Technol. Biotechnol. 39(3): Teather, R.M. M.L. Kalmokoff and M.F. Whitford The Role of bacteriocins in rumen microbial ecology. Proceeding of the 8 th International Symposium on Microbiolgy Ecology. Atlantic Canada Society for Microbiolgy Ecology, Halifax, Canada. Touhy, K.M., H.M. Probert, C.W. Smejkal and G.R. Gibson Using probiotics and prebiotics to improve gut helath. DDT Vol. 8(15): Tucker, L Botanical Broiler: Plant Extract to maintain poultry performance. Feed Management. September 2002: van Belkum and M.E. Stiles Nonlantibiotics antibacterial peptides from lactic acid bacteria. Nat. Prod. Rep. 17: Venema, K., G. Venema and J. Kok Lacococcal bancteriocins: mode of ation and immunity. Trends Microbiol. 3: Worobo, R.W., M.J. van Belkum, M. Sailer, K.L. Roy, J.C. Vederas and M.C. Stiles A Signal peptide secretion dependent bacteriocin from Carnobacterium divergens. Journal of Bacteriology. Vol. 177(11): Zhao, H Mode of Action of Antimicrobial Peptides. Dissertation. University of Helsinki. Finland.

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANTI BAKTERI ISOLAT Lactobacillus DARI TEMPOYAK. (Skripsi) Oleh : Pratika Viogenta

KARAKTERISTIK ANTI BAKTERI ISOLAT Lactobacillus DARI TEMPOYAK. (Skripsi) Oleh : Pratika Viogenta KARAKTERISTIK ANTI BAKTERI ISOLAT Lactobacillus DARI TEMPOYAK (Skripsi) Oleh : Pratika Viogenta JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010 ABSTRAK

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme tersebar luas di alam seperti di udara, air, tanah, dalam saluran pencernaan hewan, pada permukaan tubuh dan dapat dijumpai pula pada pangan. Mikroorganisme

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 PENDAHULUAN Beberapa probiotik yang umum digunakan berasal dari kelompok bakteri asam laktat (BAL). Probiotik meningkatkan perlawan terhadap bakteri patogen dalam saluran pencernaan melalui senyawa antimikrobial,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri yang memiliki beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini dikarenakan asam - asam organik yang dihasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam saluran pencernaan unggas khususnya sekum dan tembolok, terdapat populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri tersebut umumnya bersifat fermentatif.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.. HALAMAN PENGESAHAN.. RIWAYAT HIDUP.. i ABSTRAK... ii ABSTRACT.. iii UCAPAN TERIMAKASIH. iv DAFTAR ISI....... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat, untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat, untuk itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat, untuk itu Indonesia memutuskan untuk mengimpor sapi dari Australia. Indonesia mengambil keputusan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Bakteriosin

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Bakteriosin TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik ialah mikrob hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan pada inang dengan memodifikasi komunitas mikrob atau berasosiasi dengan inang, memperbaiki nilai nutrisi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie basah merupakan produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie (Badan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fermentasi Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin, 2010). Proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan cara memfermentasi karbohidrat, selnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih (Brassica oleracea) merupakan salah satu komoditi pertanian yang banyak dibudidayakan di Indonesia, dapat dipasarkan tanpa terpengaruh musim. Di Jawa Tengah,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen Penelitian diawali dengan tahap persiapan dan pemurnian kembali dari keempat kultur bakteri asam laktat (BAL) yaitu Lactobacillus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak villi. Pada permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini terbentuk antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diawali dengan pemeriksaan karakteristik morfologi dan kemurnian isolat bakteri yang digunakan. Isolat bakteri yang digunakan adalah BAL indigenous

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK 1. Widodo, S.P., M.Sc., Ph.D. 2. Prof. drh. Widya Asmara, S.U., Ph.D. 3. Tiyas Tono Taufiq, S.Pt, M.Biotech

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi Rataan volume usus besar ayam broiler pada berbagai perlakuan pasca transportasi disajikan pada Tabel 7. Tabel

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS JUDUL. Tahun I dari rencana 3 tahun

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS JUDUL. Tahun I dari rencana 3 tahun LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS JUDUL I b IKK PROBIOTIK AYAM Tahun I dari rencana 3 tahun Nama: NIDN Ketua Tim Pelaksana : Prof. Dr. Ir. Woro Busono,MS. 0003045610 Anggota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang pesat dengan kemajuan tekhnologi hingga saat ini. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut diikuti pula dengan

Lebih terperinci

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V.

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V. 27 PEMBAHASAN Dari tiga isolat sp. penghasil antimikrob yang diseleksi, isolat sp. Lts 40 memiliki aktivitas penghambatan paling besar terhadap E. coli dan V. harveyi dengan indeks penghambatan masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteri asam laktat yang digunakan merupakan hasil isolasi dari susu sapi segar dan produk olahannya. Bakteri asam laktat indigenous susu sapi segar dan produk olahannya ini berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare masih merupakan penyebab kematian paling utama pada anak-anak, dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun 1978, saat World

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MOLEKULAR BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) PROBIOTIK DENGAN GEN 16S

KARAKTERISASI MOLEKULAR BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) PROBIOTIK DENGAN GEN 16S KARAKTERISASI MOLEKULAR BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) PROBIOTIK DENGAN GEN 16S rrna YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN BAKTERIOSIN DARI FERMENTASI SIRSAK (Annona maricata.l) DI SUMATERA BARAT OLEH DELLA AMELIA UTAMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan pengetahuan tentang pangan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan telah meningkatkan minat masyarakat terhadap pangan fungsional. Pangan fungsional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak sejak dipanen. Bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi untuk pertumbuhan, perkembangan bayi dan memberikan perlindungan dari

I. TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi untuk pertumbuhan, perkembangan bayi dan memberikan perlindungan dari I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu (ASI) Air susu ibu atau ASI merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan bayi, didalamnya terkandung beberapa komponen gizi yang berfungsi sebagai sumber nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk mengkonsumsi makanan yang halal lagi baik dari rizqi yang terdapat di bumi. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman-nya

Lebih terperinci

BAKTERIOSIN ASAL BAKTERI ASAM LAKTAT SEBAGAI BIOPRESERVATIF PANGAN

BAKTERIOSIN ASAL BAKTERI ASAM LAKTAT SEBAGAI BIOPRESERVATIF PANGAN BAKTERIOSIN ASAL BAKTERI ASAM LAKTAT SEBAGAI BIOPRESERVATIF PANGAN Hafsan* *) Dosen Pada Jurusan Biologi Fakultas sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Abstract : Lactic Acid Bacteria origin Bacteriocins

Lebih terperinci

Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan hasil. 1. Bakteri homofermentaif : glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat

Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan hasil. 1. Bakteri homofermentaif : glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan hasil fermentasinya, yaitu: 1. Bakteri homofermentaif : glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat sebagai satu-satunya produk. Contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unik: sepertiga spesies bakteri dalam mulut terdapat di lidah.1

BAB I PENDAHULUAN. unik: sepertiga spesies bakteri dalam mulut terdapat di lidah.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut merupakan habitat yang menyediakan keragaman spesies mikroba, diperkirakan terdapat lebih dari 1000 spesies bakteri yang ada di rongga mulut. Dorsum lidah

Lebih terperinci

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Mikrobiologi Industri. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Mikrobiologi Industri. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia Fermentasi Susu Nur Hidayat Mikrobiologi Industri Produk Fermentasi Susu Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia mengandung 5% laktosa, 3,3% protein, ph 6,6-6,7, a w ~1.0 1 2 Produk Fermentasi Susu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Probiotik Minuman probiotik merupakan salah satu penemuan besar yang tak lepas menelisik sejarah penggunaan mikroba dalam makanan. Awal tahun 1900, Elie Metchnikoff yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat (BAL) Lactobacillus plantarum 1A5, 1B1, 2B2 dan 2C12

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat (BAL) Lactobacillus plantarum 1A5, 1B1, 2B2 dan 2C12 TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat (BAL) Buckle et al. (1987) menyatakan bakteri asam laktat merupakan kelompok bakteri yang menghasilkan sejumlah besar asam laktat sebagai hasil akhir dari metabolisme

Lebih terperinci

Inhibition Test of Bacterial Isolates Gut Duck (Anas Domestica) on Gram Positive Bacteria and Growth Patterns Isolates on Media Mrs Broth

Inhibition Test of Bacterial Isolates Gut Duck (Anas Domestica) on Gram Positive Bacteria and Growth Patterns Isolates on Media Mrs Broth Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (1): 52-59 ISSN 1410-5020 Uji Daya Hambat Isolat Bakteri Asam Laktat Usus Itik (Anas Domestica) Pada Bakteri Gram Positif Dan Pola Pertumbuhan Isolat Bakteri

Lebih terperinci

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat, kebutuhan produk pangan sumber protein terus meningkat. Produk

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih 4. PEMBAHASAN 4.1. Fermentasi Acar Kubis Putih Fermentasi merupakan salah satu metode untuk memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan. Ketika fermentasi berlangsung, kandungan gula sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfirmasi Kultur Starter BAL Indigenous Dadiah dan Bakteri Patogen Indikator

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfirmasi Kultur Starter BAL Indigenous Dadiah dan Bakteri Patogen Indikator HASIL DAN PEMBAHASAN Konfirmasi Kultur Starter BAL Indigenous Dadiah dan Bakteri Patogen Indikator Pemeriksaan terhadap kultur starter sebelum diolah menjadi suatu produk sangatlah penting. Hal ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. pentingnya makanan sehat mengalami peningkatan. Hal ini mendorong timbulnya

BABI PENDAHULUAN. pentingnya makanan sehat mengalami peningkatan. Hal ini mendorong timbulnya BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat mengalami peningkatan. Hal ini mendorong timbulnya kecenderungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Kelompok yang telah diketahui sebagai bakteri asam laktat saat ini adalah termasuk kedalam genus Lactococcus, Streptococcus (hanya satu spesies saja), Enterococcus,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam Laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah

II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam Laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah 5 II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat Bakteri Asam Laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat (Amin dan Leksono, 2001). Karakter fisiologis BAL dikelompokkan

Lebih terperinci

Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik

Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik Teknologi Pengelolaan Kualitas Air KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA SEAMOLEC, 2009 LATAR BELAKANG Akuakultur ikan, krustasea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. yang aman dan beberapa spesies digunakan sebagai terapi dalam proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan bakteri asam laktat di dunia pangan dan kesehatan sudah banyak diaplikasikan. Dalam pengolahan pangan, bakteri ini telah lama dikenal dan digunakan, yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pangan yang tercermin dalam ketahanan pangan. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan di Indonesia dewasa ini sudah berkembang sangat pesat, seiring dengan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi terutama protein yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme yang paling sering berhubungan erat dengan manusia dan hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif di berbagai bidang, salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh PENDAHULUAN Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan. Hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati Indonesia yang dapat diisolasi dari setiap lapisan tanah dan perairan atau laut. Salah satu mikroorganisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott et al.,

I. PENDAHULUAN. panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott et al., 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan genus terbesar dalam kelompok bakteri asam laktat (BAL) dengan hampir 80 spesies berbeda. Bakteri ini berbentuk batang panjang serta bersifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap konsumsi air minum dan ransum dan rataan pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Karakteristik morfologi L. plantarum yang telah didapat adalah positif, berbentuk batang tunggal dan koloni berantai pendek. Karakteristik

Lebih terperinci

Bidang Kajian Bioteknologi

Bidang Kajian Bioteknologi Bidang Kajian Bioteknologi BIOTEKNOLOGI Arti Bioteknologi suatu penerapan biosin dan teknologi yang menyangkut penerapan praktis organisme hidup, atau komponen selulernya pada industri jasa manufaktur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin Isolat bakteri asam laktat (BAL) yang digunakan adalah Lactobacillus fermentum 2B2 yang berasal dari daging sapi. Bakteri L. fermentum 2B2 ini berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Durian Lay (Durio kutejensis) atau dikenal juga dengan sebutan Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. Buah durian lay tergolong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo ( Clarias gariepenus ) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika dan pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1986.

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 4. PEMBAHASAN 4.1. Fermentasi Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Kubis putih termasuk ke dalam kategori bahan pangan yang mudah rusak. Kandungan air dalam kubis putih cukup tinggi yaitu mencapai 92%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah sekelompok bakteri yang dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti asam laktat, H2O2, CO2, disamping itu juga mampu menguraikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan salah satu mikroorganisme yang aman jika ditambahkan dalam bahan pangan karena sifatnya tidak tosik dan tidak menghasilkan toksik. Bahkan, Lactobacillus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A.Tinjauan Pustaka. 1.Tanaman Tebu. tinggi dibanding tanaman lain dalam hal pemenuhan kebutuhan pemanis (Lutony,

BAB II LANDASAN TEORI. A.Tinjauan Pustaka. 1.Tanaman Tebu. tinggi dibanding tanaman lain dalam hal pemenuhan kebutuhan pemanis (Lutony, BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka 1.Tanaman Tebu Tanaman tebu merupakan sumber pemanis yang paling populer di dunia. Selain itu tanaman tebu juga diketahui mempunyai tingkat produksi gula yang tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Bakteri Asam dan Bakteri Patogen Pemeriksaan terhadap kultur bakteri meliputi Bakteri Asam Laktat (BAL) dan bakteri patogen dilakukan diawal penelitian untuk memastikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karbohidrat (Pato, 2003). Semua bakteri asam laktat memerlukan karbohidrat yang

I. PENDAHULUAN. karbohidrat (Pato, 2003). Semua bakteri asam laktat memerlukan karbohidrat yang I. PENDAHULUAN Bakteri asam laktat ( BAL) didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk bulat atau batang yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap individu biasanya terdapat 100 hingga 200 spesies. Jika saluran akar telah terinfeksi, infeksi

Lebih terperinci

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Agroindustri Produk Fermentasi Kuliah Minggu ke-13. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Agroindustri Produk Fermentasi Kuliah Minggu ke-13. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia Fermentasi Susu Nur Hidayat Agroindustri Produk Fermentasi Kuliah Minggu ke-13 Produk Fermentasi Susu Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia mengandung 5% laktosa, 3,3% protein, ph 6,6-6,7, a w ~1.0

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ciri-ciri dan Kandungan Gizi Ikan Tongkol. Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan golongan dari ikan tuna

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ciri-ciri dan Kandungan Gizi Ikan Tongkol. Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan golongan dari ikan tuna II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri dan Kandungan Gizi Ikan Tongkol Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan golongan dari ikan tuna kecil. Badannya memanjang, tidak bersisik kecuali pada garis rusuk.

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA HAMBAT BAKTERI ASAM LAKTAT SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS HASIL SAMPING JAGUNG, UBI KAYU DAN SAWIT

KAJIAN DAYA HAMBAT BAKTERI ASAM LAKTAT SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS HASIL SAMPING JAGUNG, UBI KAYU DAN SAWIT Jurnal Peternakan Vol 8 No 2 September 2011 (44-48) ISSN 1829 8729 KAJIAN DAYA HAMBAT BAKTERI ASAM LAKTAT SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS HASIL SAMPING JAGUNG, UBI KAYU DAN SAWIT A. E. HARAHAP Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya peningkatan konsumsi masyarakat akan daging dan bergesernya pola konsumsi masyarakat dari mengkonsumsi daging segar menjadi daging olahan siap konsumsi menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ikan Patin Ikan patin (Pangasius spp) merupakan salah satu jenis Pangasidae yang mana ciri-ciri umumnya adalah tidak memiliki banyak duri, tidak bersisik, pertumbuhan

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENGHAMBATAN ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT IKAN NILA DAN TONGKOL TERHADAP BAKTERI MERUGIKAN PRODUK PERIKANAN

AKTIVITAS PENGHAMBATAN ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT IKAN NILA DAN TONGKOL TERHADAP BAKTERI MERUGIKAN PRODUK PERIKANAN JPHPI 0, Volume 5 Nomor AKTIVITAS PENGHAMBATAN ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT IKAN NILA DAN TONGKOL TERHADAP BAKTERI MERUGIKAN PRODUK PERIKANAN Inhibitor Activity of Lactic Acid Bacteria Isolates from Tilapia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Candida albicans (C.albicans) merupakan salah satu jamur yang sering menyebabkan kandidiasis pada rongga mulut. 1 Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Ketahanan Lactobacillus plantarum Terhadap Asam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Ketahanan Lactobacillus plantarum Terhadap Asam 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Ketahanan Lactobacillus plantarum Terhadap Asam Bakteri asam laktat yang digunakan sebagai kultur probiotik umumnya diberikan melalui sistem pangan. Untuk itu bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil penelitian Setiawan (2006),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan pangan hewani bernilai ekonomis tinggi dan banyak dikonsumsi masyarakat karena kandungan gizinya yang tinggi, baik ikan air laut maupun ikan air

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERTUMBUHAN BAL ISOLAT ASI PADA MEDIA YANG MENGANDUNG SENYAWA UJI 1. Pertumbuhan BAL Isolat ASI pada MRSB yang Mengandung 2-propanol dan MRSB yang Mengandung Natrium tioglikolat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Hasil penelitian mengenai pengaruh biokonversi biomassa jagung oleh mikroba Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Standarisasi Nasional (1995), es krim adalah jenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): ISSN: POTENSI ANTIBAKTERIAL BAKTERI ASAM LAKTAT DARI PEDA, JAMBAL ROTI, DAN BEKASAM

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): ISSN: POTENSI ANTIBAKTERIAL BAKTERI ASAM LAKTAT DARI PEDA, JAMBAL ROTI, DAN BEKASAM 153 Full Paper POTENSI ANTIBAKTERIAL BAKTERI ASAM LAKTAT DARI PEDA, JAMBAL ROTI, DAN BEKASAM ANTIBACTERIAL POTENTION OF LACTIC ACID BACTERIA FROM PEDA, JAMBAL ROTI, AND BEKASAM Abstract Ninoek Indriati

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan antibakteri perlu dilakukan untuk mengetahui potensi senyawa antibakteri dari bakteri asam laktat dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Daya hambat suatu senyawa antibakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu adalah cairan yang dihasilkan dari sekresi kelenjar mammae hewan mamalia yang fungsi utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi anak hewan yang baru lahir.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus PENDAHULUAN Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan manfaat kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus mampu menunjang aktivitas manusia. Produksi produk pangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup

Lebih terperinci

KEJU. Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

KEJU. Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGOLAHAN SUSU KEJU Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Keju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fermentasi Pliek u Selama lebih kurang sepuluh ribu tahun manusia telah mengkonsumsi makanan fermentasi. Sepanjang sejarah, fermentasi merupakan salah satu teknik untuk memproduksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan berperan dalam pembentukan hormon-hormon anak ginjal, testis, dan ovarium. Kolesterol merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogurt adalah pangan fungsional yang menarik minat banyak masyarakat untuk mengkonsumsi dan mengembangkannya. Yogurt yang saat ini banyak dikembangkan berbahan dasar

Lebih terperinci