PENGATASAN KESEPIAN PADA WARAKAWURI DI USIA LANJUT
|
|
- Dewi Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGATASAN KESEPIAN PADA WARAKAWURI DI USIA LANJUT Rifa Rahmawati 1 Ira Puspitawati 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 iratribowo@yahoo.co.id Abstrak Lansia seringkali merasakan kesepian dalam hidupnya dikarenakan banyak hal. Kesepian dirasakan karena ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari anak dan ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari suami setelah suami subjek meninggal. Kesepian yang dirasakan seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari penderita. Untuk itulah dibutuhkan pengatasan yang berguna dalam mengatasi kesepian yang sedang dirasakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengatasan kesepian yang dilakukan oleh warakawuri di masa usia lanjut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian sejumlah tiga orang warakawuri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian emosi, kesepian sementara, dan kesepian situasional adalah jenis kesepian yang biasa dirasakan oleh ketiga subjek penelitian. Adapun pengatasan kesepian yang biasa dilakukan oleh ketiga subjek penelitian adalah kesedihan pasif, pengingkaran, aktif isolasi, jaringan dukungan sosial, dan pengatasan mental. Pengatasan kesepian yang dilakukan ketiga subjek penelitian ternyata cukup dapat membantu mereka menghadapi kesepian yang tengah mereka rasakan. Kata Kunci: pengatasan kesepian, warakawuri, usia lanjut COPING LONELINES IN OLDER WARAKAWURI Abstract Late adult usually feels lonely in their life due to many factors. For the widow of army called warakawuri, loneliness was emerge as they loose love and affection from someone special such as son and daughter or husband who already passed away. This loneliness bothering their daily activity and they need to cope it. The aim of this study is to study the type of loneliness on warakawuri and to identify factors which usually be deployed to cope their loneliness. The result shows that emotional loneliness, transient loneliness, and situational loneliness are the type of loneliness they usually felt. Further it is found that coping loneliness usually with sad passivity, denial, active solitude, social support network, and mental coping. These copings seems effective to cope the loneliness they felt. Key Words: coping loneliness, warakawuri, late adult PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan keberadaan orang lain. Hal ini mendorong manusia untuk melakukan interaksi dengan orang lain dalam membentuk hubungan interpersonal dengan lingkungan sosialnya. Menurut Schachter (dalam Deaux dkk., 1993), ada empat alasan bagi 160 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010
2 manusia berhubungan dengan orang lain, yaitu (1) berada di sekitar orang lain secara langsung dapat mengurangi kecemasan, (2) kehadiran orang lain dapat mengalihkan perhatian terhadap diri sendiri sehingga secara tidak langsung mengurangi kesepian, (3) reaksi orang lain dapat memberikan informasi tentang situasi, sehingga memberikan kejelasan terhadap pikiran, dan (4) orang lain merupakan pembanding, karena dapat mengevaluasi diri sendiri berdasarkan perilaku orang lain. Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain pada tahap perkembangan tertentu berbeda dengan tahap perkembangan lainnya. Pada tahap perkembangan masa usia lanjut setiap manusia mengharapkan adanya seseorang yang berarti bagi dirinya untuk menemani hingga akhir hayat. Pada kenyataanya, tidak semua individu masih memiliki pendamping di saat usia sudah lanjut. Individu yang memasuki usia lanjut yaitu pada umur 60 tahun ke atas, di mana pada masa ini adalah saat untuk mensyukuri segala sesuatu yang sudah dicapai di masa lalu (Prabowo dkk., 1996). Sedangkan menurut Erikson (dalam Monks dkk., 1998), individu yang memasuki tahap perkembangan masa usia lanjut adalah pada tahap integritas lawan keputusasaan. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara bendabenda, orang, produk dan ide, serta setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Lawan integritas adalah keputusasaan tertentu dalam menghadapi perubahanperubahan siklus kehidupan individu, kondisi sosial dan historis, serta kefanaan hidup di hadapan kematian (Erikson dalam Hall dan Lindzey, 1993). Usia tua merupakan saat merenung dan masa peninjauan kembali seluruh peristiwa sepanjang hidup. Oleh karena itu, berbagai masalah juga harus dihadapi. Kesejahteraan ekonomi, status sosial, ditinggalkan pasangan dan nilai-nilai yang berubah cepat merupakan sumbersumber masalah utama yang harus dihadapi. Bagi individu yang biasa bekerja, masa pensiun merupakan suatu cobaan yang cukup berat karena ini menimbulkan perasaan tidak berguna lagi (Lydia, 2005). Masalah yang paling sulit yang dihadapi orang di masa usia lanjut antara lain adalah ditinggalkan pasangan karena salah satu pasangan, baik itu suami atau istri, pergi untuk selamanya. Kondisi ini tidak dapat dihindari meskipun semua pasangan suami istri tidak menginginkan terjadinya perpisahan sampai tua (Kuntjoro, 2002). Ketika di tinggalkan oleh pasangannya, kebanyakan pria dan wanita mengalami rasa duka cita yang amat selama jangka waktu tertentu. Hal ini dijelaskan Conroy (dalam Hurlock, 1997), bahwa terdapat empat tahap yang akan dilalui oleh orang-orang yang ditinggalkan oleh pasangannya, yaitu (1) hilangnya semangat hidup, apabila orang itu tidak sanggup menerima kenyataan atas kematian satu-satunya orang yang dicintai, (2) hidup merana yang ditandai dengan usaha untuk terus mengenang masa silam dan ingin sekali untuk melanjutkannya, (3) depresi, karena kesadaran bahwa suaminya telah tiada dan mendorongnya untuk mencari kompensasi seperti obat pil, dan alkohol, serta (4) tahapan untuk bangkit kembali ke masa biasa, di mana individu telah menerima dengan rela kematian pasangan hidup yang dicintainya dan mencoba membangun pola hidup baru dengan berbagai minat dan aktivitas untuk mengisi kekosongan. Rasa kehilangan akan pasangan hidup bisa merupakan salah satu penyebab terjadinya kesepian pada usia lanjut. Kesepian adalah perasaan sendiri dan tidak terhubung atau terpisah dengan orang yang disenangi (Woodward, 1988). Menurut Peplau dan Perlman (1982), faktor-faktor yang menyebabkan kesepian pada usia lanjut antara lain adalah (1) Rahmawati, Puspitawati, Pengatasan Kesepian
3 kurang tersedianya teman (akrab), (2) ketidakpuasan dalam membandingkan masa lalu dan sekarang, serta (3) bentuk kontak sosial yang dialami pada masa usia lanjut. Perasaan kesepian ini juga dirasakan oleh para warakawuri dalam menjalani masa tuanya. Warakawuri adalah istri dari anggota TNI yang telah meninggal dunia. Kesepian yang dirasakan oleh para warakawuri bisa berbeda dengan kesepian yang dirasakan oleh janda lainnya. Hal ini disebabkan karena para warakawuri ini pun sering ditinggalkan oleh suaminya untuk bertugas ketika suaminya masih hidup. Kewajiban sang suami sebagai anggota TNI, yaitu mengemban tugas negara, harus dimengerti dan dipahami oleh para istri. Selain itu, hal lain yang dapat menyebabkan kesepian di masa usia lanjut adalah anak-anaknya sudah mulai dewasa dan memiliki urusannya masing-masing. Seperti pengalaman seorang warakawuri di daerah Jawa Timur, di mana warakawuri tersebut sudah ditinggal suaminya untuk selama-lamanya sejak tahun Warakawuri ini dan kedua orang anaknya menjalani hidup tanpa seorang kepala keluarga. Kini warakawuri tersebut sudah berusia 76 tahun dan harus menghidupi kedua orang anaknya dan terhimpit masalah ekonomi. Adapun janji dari pemerintah, yaitu akan memberikan hak almarhum suaminya yang tidak mendapatkan gaji dari tahun , tidak pernah ditepati. Kini di usianya yang sudah mencapai 76 tahun, bukan dirinya yang diurus anak, tetapi warakawuri ini yang harus mengurus hampir semua kebutuhan anak pertamanya, mulai dari jalan ke kamar mandi sampai ke kamar tidur pun harus dibantu. Di masa usia lanjut inilah kesepian sering sekali menghampiri dirinya, ia mendambakan adanya seorang figur suami yang dapat mendampingi dirinya di masa usia lanjut ini. Meskipun demikian warakawuri tersebut masih beruntung, warakawuri ini memiliki uang pensiun yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu warakawuri ini juga sering membantu warakawuri lainnya untuk tetap berkarya. Mereka kebanyakan buta huruf, ujarnya. Dalam wadah PIVRI (Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia), mereka saling bertukar pikiran dengan mengadakan kegiatan bersama, seperti arisan, tahlilan, bakti sosial dan menghadiri undangan legium veteran. Dengan banyaknya kegiatan yang ada, warakawuri tersebut sedikit demi sedikit dapat mengatasi kesepian yang dirasakannya di masa senjanya (Supiyah, 2004). Agar seorang warakawuri dapat mengurangi kesepian yang dirasakannya, warakawuri tersebut harus mempunyai cara mengatasinya. Masing-masing individu menggunakan bermacam-macam strategi dalam mengatasi kesepian yang dirasakan (Rokach dkk. dalam Lidya, 2005). Sedangkan menurut Rubinstein dan Shaver (dalam Peplau dan Perlman, 1982), terdapat empat kategori respon yang diberikan untuk mengatasi rasa kesepian tersebut, yaitu (1) kesedihan pasif, (2) aktif isolasi, (3) berbelanja dan (4) kontak sosial. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam riset ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun subjek penelitian ini memiliki karakteristik seperti (1) wanita yang berstatus warakawuri, dan (2) berusia 60 tahun ke atas dan sudah termasuk dalam masa usia lanjut. Tiga orang penting lainnya juga diwawancara sebagai salah satu upaya penegakan keabsahan penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan kedua orang penting lainnya, 162 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010
4 diketahui bahwa subjek mengalami kesepian emosi. Subjek dan kedua orang penting lainnya berpendapat bahwa kesepian emosi disebabkan ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari anak. Selain itu menurut kedua orang penting lainnya, subjek mengalami kesepian emosi disebabkan ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari suami yang menyebabkan subjek merasa kesepian pada awalnya saja tetapi sekarang tidak. Subjek dan kedua orang penting lainnya dalam wawancara mengemukakan bahwa subjek tidak mengalami kesedihan sosial. Subjek tidak merasa kesepian karena kehilangan rasa terintegrasi secara sosial dan komunikasi oleh teman atau rekan sekerja. Hal ini disebabkan karena subjek bergabung dalam kelompok atau organisasi PKK, UJASIMPLEK dan POSYANDU. Selain itu subjek juga sering berkumpul dengan tetangga dalam kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan rumah. Subjek tidak mengalai kesepian kronik karena selama satu tahun terakhir mengikuti berbagai kegiatan seperti PKK, UJASIMPLEK POSYANDU dan menjaga NUGA. Hal ini diungkap oleh subjek dan kedua orang penting lainnya. Lalu menurut subjek dan kedua orang penting lainnya berpendapat bahwa subjek dapat langsung mengatasi kesepian dengan melakukan kegiatan atau dikelilingi orang lain. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, subjek pernah merasakan ciriciri kesepian yaitu merasa kurang puas pada keadaan ekonomi yang ada. Kemudian orang penting pertama menyebutkan bahwa subjek mengalami ciri-ciri kesepian seperti merasa putus asa, depresi ketika suami subjek sakit. Subjek kadangkadang juga merasa pesimis ketika memikirkan suaminya yang sudah meninggal. Subjek juga merasa kurang puas karena anak-anaknya jarang berkumpul, belum menyelesaikan pendidikannya dan pada waktu masa yang lalu anak-anak subjek nakal. Subjek merasa bosan kalau sedang di rumah dan tidak melakukan apa-apa. Hal-hal kecil dapat membuat subjek panik. Orang penting lain kedua berpendapat bahwa subjek mengalami beberapa ciri-ciri kesepian antara lain putus asa ketika subjek sakit, merasa kurang puas terhadap masalah ekonomi dan anakanaknya yang belum lulus kuliah, merasa bosan di rumah dan merasa panik jika anak-anak belum pulang. Kesepian yang dialami subjek disebabkan oleh faktor ketidakpuasan dalam membandingkan masa lalu dengan masa sekarang. Menurut subjek dan orang penting yang kedua, subjek merasa lebih puas pada masa yang lalu ketika suami subjek masih hidup dari pada masa sekarang. Sedangkan menurut orang penting pertama, subjek merasa lebih puas pada masa sekarang dari pada masa lalu. Hal ini dikarenakan karena subjek sudah bisa merasa lega dan santai. Kurang tersedianya teman akrab tidak menyebabkan subjek kesepian. Ini dikarenakan subjek tidak merasakan kesepian setelah suami subjek meninggal. Sedangkan menurut kedua orang penting lainnya subjek mengalami kurang tersedianya teman akrab pada awal-awal suami subjek meninggal, tetapi sekarang sudah tidak merasakannya. Kemudian subjek melakukan bentuk kontak sosial berdasarkan kesamaan minat ataupun gaya hidup, bukan bentuk kontak sosial formal. Hal ini mengurangi munculnya kesepian pada subjek. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan kedua orang penting lainnya diketahui bahwa subjek melakukan pengatasan kesepian dengan membaca Al-Quran karena dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, menenangkan hati dan dapat selalu dekat dengan Tuhan. Selain itu subjek juga melakukan pengatasan kesepian dengan berkebun dan merenda karena berkebun adalah hobi subjek, merenda sebagai selingan. Kemudian juga dengan memperkuat agama dan Rahmawati, Puspitawati, Pengatasan Kesepian
5 keyakinan agar lebih dekat dengan Tuhan dan dapat menenangkan hati. Lalu menurut subjek dan orang penting lainnya kedua subjek melakukan pengatasan kesepian dengan menonton televisi untuk mengisi waktu. Sedangkan menurut kedua orang penting lainnya subjek melakukan pengatasan kesepian dengan bergabung dalam kelompok atau organisasi dan ikut dalam kegitan sosial yaitu PKK karena dapat mengisi waktu luang. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek kedua dan kedua orang penting lainnya, diketahui bahwa subjek mengalami kesepian emosi. Subjek dan kedua orang penting lainnya berpendapat bahwa kesepian emosi disebabkan ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari anak. Selain itu menurut subjek dan orang penting kedua, subjek mengalami kesepian emosi disebabkan ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari suami yang menyebabkan subjek merasa kesepian setelah suami subjek meninggal. Sedangkan menurut orang penting pertama subjek mengalami kesepian emosi karena ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari suami pada awalnya saja tetapi sekarang tidak. Subjek dan kedua orang penting lainnya dalam wawancara mengemukakan bahwa subjek tidak mengalami kesepian sosial. Subjek tidak merasa kesepian karena kehilangan rasa terintegrasi secara sosial dan komunikasi oleh teman atau rekan sekerja. Hal ini disebabkan karena subjek bergabung dalam kelompok atau organisasi PKK, UJASIMPLEK, POSYANDU dan di gereja. Selain itu subjek juga sering berkumpul dengan tetangga dalam kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan rumah dan di gereja. Subjek tidak mengalami kesepian kronis karena subjek selama satu tahun terakhir mengikuti berbagai kegiatan seperti PKK, UJASIMPLEK, POSYANDU dan menjaga NUGA. Hal ini diungkap oleh subjek dan kedua orang penting lainnya. Selain itu menurut subjek dan kedua orang penting lainnya subjek mengalami kesepian sementara karena dapat langsung mengatasi kesepian ketika dikelilingi orang lain atau dengan melakukan kegiatan. Selain itu menurut subjek, subjek mengalami kesepian situasional karena jika masalah yang dihadapi berat, subjek hanya diam seharian. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, subjek pernah merasakan ciriciri kesepian seperti kurang bahagia karena tidak dapat mendidik anak-anak berdua dengan suami dan melihat anakanak tidak didampingi ayahnya sampai anak-anak menikah. Subjek merasa pesimis karena pada saat anak-anak tidak menerima nasihat yang diberikan, subjek merasa kurang puas karena masalah ekonomi. Subjek merasa belum puas menjalankan pernikahan dan terkadang ada hal-hal yang tidak enak serta waktu kecil kurang dapat kasih sayang. Subjek jarang merasa kurang bersemangat karena menerima kenyataan yang diberikan Tuhan, merasa bosan jika sedang berada di rumah karena dulu pernah bekerja, merasa tidak sabar dan emosi jika anakanak menunda pekerjaan dan merasa panik jika anak-anak sakit dan pulang terlambat. Orang penting pertama menyebutkan bahwa subjek mengalami ciri-ciri kesepian seperti putus asa karena memikirkan nasib anak-anaknya, merasa pesimis karena memikirkan pendidikan anakanak, merasa bosan jika di rumah sendirian, merasa kurang puas karena anak ada yang belum menikah, merasa kurang sabar dan emosi soal pendidikan anak-anak, dan merasa panik jika anakanak belum pulang. Sedangkan menurut orang penting kedua subjek mengalami beberapa ciri-ciri kesepian antara lain merasa gelisah jika anak yang paling kecil pulang malam, merasa kurang bahagia jika sedang ada masalah, merasa pesimis soal pendidikan anak-anak, me- 164 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010
6 rasa kurang puas karena kurang kasih sayang dari orang tuanya dan barangbarang kebutuhan yang semakin mahal, merasa kurang bersemangat jika sedang sakit, merasa bosan jika anak-anak tidak di rumah dan tidak melakukan apa-apa, merasa tidak sabar dan emosi jika anakanak subjek menunda pekerjaan dan merasa panik jika anak-anak pulang malam. Kesepian yang dialami subjek disebabkan oleh faktor katidakpuasan dalam membandingkan masa lalu dengan masa yang sekarang. Menurut subjek dan orang penting yang kedua, subjek merasa lebih puas pada masa yang lalu ketika suami masih hidup dari pada masa sekarang. Sedangkan menurut orang penting pertama, subjek merasa lebih puas pada masa sekarang dari pada masa lalu. Hal ini dikarenakan anak-anak sudah dewasa dan sudah menyelesaikan pendidikannya, serta kehidupan ekonomi yang lebih baik. Menurut subjek dan orang penting kedua kurang tersedianya teman akrab menyebabkan subjek kesepian. Ini dikarenakan subjek mengalami kesepian setelah suami meninggal. Sedangkan menurut orang penting pertama pada awalnya kurang tersedianya teman akrab tetapi sekarang sudah tidak karena sudah ada cucu. Lalu subjek melakukan bentuk kontak sosial berdasarkan kesamaan minat ataupun gaya hidup, bukan bentuk kontak sosial formal. Hal ini mengurangi munculnya kesepian pada subjek. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan kedua orang penting lainnya diketahui bahwa subjek melakukan pengatasan kesepian dengan bekerja karena dapat menghibur, mengisi waktu luang, merasa sibuk dan melupakan kesepiannya. Selain itu subjek juga melakukan pengatasan kesepian dengan membaca dan mengisi teka teki silang karena dapat membuat subjek cepat tertidur dan untuk mengisi waktu luang. Lalu menurut subjek, subjek melakukan pengatasan kesepian dengan menangis karena dapat menyalurkan masalah dan membuat hari merasa lega, menelepon dan mengunjungi teman agar tidak merasa bosan di rumah, dan memperkuat agama dan keyakinan karena dapat membuat hati lega. Sedangkan orang penting pertama berpendapat bahwa subjek melakukan pengatasan kesepian dengan menonton televisi untuk mengisi waktu bila di rumah dan mencari dukungan emosional dengan keluarga agar subjek dapat merasa gembira. Menurut subjek dan orang penting kedua subjek melakukan pengatasan kesepian dengan bergabung dalam kelompok atau organisasi dan ikut dalam kegiatan sosial agar sibuk dan melupakan kesepiannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek ketiga dan kedua orang penting lainnya, diketahui bahwa subjek mengalami kesepian emosi. Subjek dan kedua orang penting lainnya berpendapat bahwa kesepian emosi disebabkan ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari anak. Selain itu menurut subjek, kesepian emosi juga disebabkan ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari suami. Sedangkan kedua orang penting lainnya berpendapat bahwa ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari suami yang menyebabkan subjek merasa kesepian pada awalnya saja tetapi sekarang setelah 12 tahun subjek sudah tidak merasa kesepian. Subjek dan kedua orang penting lainnya dalam wawancara mengemukakan bahwa subjek tidak mengalami kesepian sosial. Subjek tidak merasa kesepian karena kehilangan rasa terintegrasi secara sosial dan komunikasi oleh teman atau rekan sekerja. Hal ini disebabkan karena subjek bergabung dalam kelompok atau organisasi PKK, UJASIMPLEK, POSYANDU dan Satria Nusantara. Selain itu subjek juga sering berkumpul dengan tetangga dalam kegiatan-kegiatan yang ada di kompleksnya. Rahmawati, Puspitawati, Pengatasan Kesepian
7 Subjek tidak mengalami kesepian kronik karena subjek selama satu tahun terakhir mengikuti berbagai kegiatan seperti PKK, UJASIMPLEK POSYANDU dan menjaga NUGA. Hal ini diungkap oleh subjek dan kedua orang penting lainnya. Selain itu menurut subjek dan orang penting lainnya, subjek mengalami kesepian sementara karena dapat langsung mengatasi kesepian dengan melakukan kegiatan atau dikelilingi orang lain. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, subjek pernah merasakan ciriciri kesepian. Subjek putus asa setelah suami subjek meninggal, merasakan gelisah pada bulan-bulan pertama setelah suami meninggal karena terbiasa didampingi suami. Subjek merasa kurang bahagia karena waktu masih kecil harus hidup mandiri dan sekarang sudah tidak didampingi suami. Merasa kurang puas karena suami subjek sudah meninggal lalu pada masa yang lalu harus mengurus adik-adik subjek dan menghadapi kehidupan yang sulit. Sedangkan untuk masa yang sekarang subjek merasa kurang puas pada berbagai bidang kehidupan, merasa bosan jika mengerjakan hal-hal yang sama, merasa tidak sabar karena jika mengerjakan sesuatu ingin cepat selesai, merasa panik karena anak yang masih kecil menjalani pendidikan, merasa mengutuk diri sendiri karena kehidupan dan merasa emosi jika tidak dapat segera menyelesaikan pekerjaanya. Orang penting pertama menyebutkan bahwa subjek mengalami ciri-ciri kesepian seperti putus asa ketika suami subjek meninggal, merasa kurang bahagia karena sudah ditinggal suaminya, merasa kurang puas karena keadaan ekonomi dan cepat ditinggal suami, merasa bosan jika di rumah dan tidak melakukan apa-apa, merasa tidak sabar dalam mencari solusi suatu masalah dan dalam mengerjakan sesuatu, merasa panik jika memikirkan anak-anaknya dan merasa emosi jika mencari pemecahan suatu masalah yang sulit. Sedangkan menurut orang penting kedua berpendapat bahwa subjek mengalami beberapa ciri-ciri kesepian antara lain merasa gelisah jika ada masalah, merasa kurang puas karena waktu dalam keadaan susah, suami sedang bertugas ke Timor-Timur, lalu suami yang cepat meninggalkan subjek serta keadaan negara yang serba sulit dan berimbas kepada subjek, merasa bosan jika tidak melakukan aktivitas, merasa tidak sabar jika menghadapi suatu masalah, merasa panik waktu anak yang paling kecil mengikuti pendidikan ABRI dan merasa emosi jika menghadapi masalah dan tidak mendapat jalan keluarnya. Kesepian yang dialami subjek disebabkan oleh faktor ketidakpuasan dalam membandingkan masa lalu dengan masa yang sekarang. Menurut subjek dan orang penting kedua, subjek merasa lebih puas pada masa yang sekarang karena anakanak sudah dewasa dan sudah tidak memikirkan tentang pendidikan mereka. Sedangkan menurut orang penting pertama, subjek merasa lebih puas pada masa lalu dari pada masa yang sekarang. Hal ini dikarenakan suami masih hidup. Menurut subjek kurang tersedianya teman akrab menyebabkan subjek kesepian. Ini dikarenakan subjek mengalami kesepian setelah suami meninggal. Sedangkan menurut kedua orang penting lainnya, pada awalnya kurang tersedianya teman akrab subjek tetapi sekarang sudah tidak. Lalu subjek melakukan bentuk kontak sosial berdasarkan kesamaan minat ataupun gaya hidup, bukan bentuk kontak sosial formal. Hal ini mengurangi munculnya kesepian pada subjek. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek dan kedua orang penting lainnya diketahui bahwa subjek melakukan pengatasan kesepian dengan bergabung dalam kelompok atau organisasi dan ikut dalam kegiatan sosial karena dapat membuat subjek merasa sibuk, menghilangkan kesepian, dapat bersama teman-teman sebaya, dapat bercanda dan bertukar 166 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010
8 pikiran dan menghilangkan tekanan. Menurut subjek dan orang penting pertama subjek melakukan pengatasan kesepian dengan bekerja karena dapat menghilangkan kesepian dan membuat subjek merasa sibuk. Sedangkan menurut subjek dan orang penting kedua subjek melakukan pengatasan kesepian dengan memperkuat agama dan keyakinan dan dengan membaca Al-Quran agar hati merasa tenang, lebih pasrah dan lebih dekat dengan Tuhan. Subjek pertama mengalami kesepian emosi karena ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari anak. Subjek pertama merasakan kesepian bila anakanaknya tidak berada di rumah. Subjek kedua dan ketiga mengalami kesepian emosi karena ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari suami dan anak. Subjek kedua dan ketiga merasakan kesepian setelah suami mereka meninggal dan anak-anak tidak berada bersama subjek. Hal tersebut sesuai dengan tipetipe kesepian yang dikemukakan oleh Weiss (1974), yaitu kesepian emosi karena ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari suami dan anak. Sedangkan bila dilihat berdasarkan waktu lamanya muncul, subjek pertama merasakan kesepian pada situasi tertentu (kesepian sementara), yaitu bila anakanak subjek tidak bersama subjek. Subjek dapat kembali ke kondisi semula dalam waktu yang singkat dan bila ada orang di sekeliling subjek. Subjek kedua mengalami kesepian pada situasi tertentu (kesepian sementara) yaitu subjek sedang berada di dalam dan di luar rumah sendirian, serta pada waktu malam. Hal ini disebabkan karena subjek teringat dengan suami subjek yang sudah meninggal, pada waktu anak-anak susah diatur, anak-anak tidak berada di rumah, serta ketika subjek melihat pasangan suami istri sedang bergandengan. Subjek dapat kembali ke kondisi semula jika dikelilingi orang lain. Subjek kedua juga mengalami kesepian situasional karena dapat kembali ke kondisi semula tergantung kesepian yang dihadapi dan jika masalah berat maka akan susah hilang. Lebih baik jika subjek bisa menangis. Tetapi jika tidak bisa menangis, subjek akan diam seharian. Subjek ketiga merasa kesepian pada situasi tertentu (kesepian sementara) yaitu bila anak-anak tidak bersama, menjelang puasa, hari-hari besar keagamaan dan waktu pertama kali anak yang terkecil menjalankan pendidikan ABRI.S subjek ketiga dapat kembali ke kondisi semula dalam waktu satu hari dan bila dikelilingi orang lain. Hal ini sesuai dengan Beck dan Young (dalam Rakhmiatie, 2005), yang menggolongkan tiga jenis perasaan kesepian berdasarkan waktu lamanya muncul, mulai dari yang terlama hingga yang tersingkat, yaitu kesepian kronik,di mana kesepian bentuk ini terjadi sepanjang tahun. Saat kesepian kronik terjadi, individu tidak dapat mengembangkan hubungan sosial yang memuaskan. Kesepian situasional timbul setelah terjadi suatu peristiwa penting dalam kehidupan individu, misalnya kematian pasangan atau berakhirnya perkawinan. Setelah selang waktu tekanan yang relatif singkat, individu biasanya dapat menerima perasaan kehilangan dan tidak lagi merasa kesepian. Kesepian sementara yang terjadi merupakan bentuk yang paling umum dan paling singkat waktunya karena bersifat sementara. Ciri-ciri kesepian yang ditunjukkan oleh subjek pertama yaitu perasaan putus asa, merasa kurang puas, panik dan bosan. Subjek kedua mengalami ciri-ciri kesepian yaitu kurang bahagia, lebih merasa pesimis, merasa kurang puas, kurang bersemangat, bosan, tidak sabar, panik dan emosi. Sedangkan subjek ketiga mengalami ciri-ciri kesepian antara lain putus asa, gelisah, kurang bahagia, merasa kurang puas, bosan, tidak sabar, mengutuk diri sendiri dan emosi. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri kesepian yang dikemukakan oleh Ruberstein dan Shaver Rahmawati, Puspitawati, Pengatasan Kesepian
9 (dalam Deaux dkk., 1993), yaitu putus asa, panik dan emosi, depresi, bosan dan tidak sabar serta mengutuk diri sendiri. Lalu menurut Bradburn dan Perlman (dalam Peplau dan Perlman, 1982), orang yang kesepian mengungkapkan dirinya merasa kurang bahagia, kurang puas, lebih merasa pesimis dan kurang semangat, Sedangkan menurut Peplau dan Perlman (1982) bahwa ciri-ciri kesepian dapat berkisar antara denyut kegelisahan yang cepat sampai perasaan sengsara yang hebat dan menetap. Pertanyaan tentang mengapa warakawuri di masa usia lanjut mengalami kesepian juga dapat dijelaskan. Subjek pertama mengalami kesepian karena harapan untuk terlibat dalam hubungan yang akrab dengan seseorang tidak tercapai. Hal ini dirasakan subjek pertama jika anak-anak tidak berada di rumah. Subjek kedua merasakan hal yang sama karena merasakan kesepian setelah suami meninggal dan bila anak-anak tidak di rumah. Kondisi itu juga dirasakan oleh subjek ketiga. Subjek ketiga merasakan kesepian setelah suaminya meninggal dan anak-anak tidak berada di rumah. Hal ini sesuai dengan definisi kesepian menurut Peplau dan Perlman (1982) dan ciri khas kesepian pada wanita yang biasa terjadi karena ketiadaan cinta dari pasangan hidup (Traeen dan Sorensen, 2000). Pengatasan kesepian jelas penting dilakukan untuk mereduksi dampak kesepian yang dirasakan, khususnya melalui strategi tertentu, baik yang bersifat personal dan sosial (Nurmi dkk., 1997). Pengatasan kesepian apa yang biasa dilakukan oleh subjek penelitian juga dapat terjelaskan. Pada dasarnya ketiga subjek mengatasi kesepian dengan cara menanggapinya secara positif dan mengatasi sendiri perasaan tersebut (Conoley dan Garber 1985). Subjek pertama mengalami kesepian ketika anak-anak subjek tidak di rumah. Agar dapat kembali ke kondisi semula biasanya subjek melakukan pengatasan kesepian seperti salat, mengaji (Woodward dan Kalyan-Masih, 1990), berkebun, menonton televisi (Woodward dan Kalyan-Masih, 1990) dan membikin renda. Hal ini menunjukkan subjek melakukan pengatasan kesepian dengan kesedihan pasif dan pengingkaran yaitu dengan menonton televisi (Woodward dan Kalyan-Masih, 1990), aktif isolasi atau meningkatkan aktivitas yaitu dengan membaca Al- Quran dan mengerjakan sesuatu yang disenangi yaitu berkebun dan merenda, serta pengatasan mental yaitu dengan menjalankan ibadah salat, berdoa, dan berzikir. Subjek kedua mengalami kesepian ketika subjek sedang berada di dalam dan di luar rumah sendirian, serta pada waktu malam. Hal ini disebabkan karena subjek teringat dengan suami yang sudah meninggal. Subjek juga merasakan kesepian pada waktu anak-anak susah diatur dan anak-anak tidak berada di rumah, serta ketika melihat pasangan suami istri sedang bergandengan. Subjek dapat kembali ke kondisi semula tergantung dari situasi yang subjek sedang hadapi. Pengatasan kesepian yang dilakukan subjek seperti mengerjakan pekerjaan rumah, telepon teman, pergi ke rumah teman, membaca (Woodward dan Kalyan- Masih, 1990), dan mengisi teka teki silang, berpasrah kepada Tuhan YME, menangis, ikut kegiatan di kompleks perumahan dan merenung. Jika sedang sendirian di rumah dan anak-anak tidak di rumah biasanya pengatasan kesepian yang dilakukan adalah membereskan rumah, menelepon teman, berkunjung ke rumah teman, membaca dan mengisi teka teki silang, dan ikut kegiatan di kompleks. Jika menjelang tidur malam dan teringat suaminya biasanya subjek melakukan pengatasan kesepian dengan membaca (Woodward dan Kalyan-Masih, 1990). Pada waktu anak-anak susah diatur biasanya subjek melakukan pengatasan kesepian dengan merenung, menangis, berpasrah kepada Tuhan YME dan 168 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010
10 mengerjakan pekerjaan rumah. Jika mengingat suami pada waktu membimbing anak-anak pengatasan kesepian dengan menangis, dan pasrah kepada Tuhan YME. Ketika subjek melihat pasangan suami istri sedang bergandengan biasanya subjek melakukan pengatasan kesepian dengan berpasrah kepada Tuhan YME (Woodward dan Kalyan- Masih, 1990). Selain pengatasan kesepian yang sesuai teori di atas, subjek kedua juga melakukan pengatasan kesepian dengan pergi ke kuburan suami jika masalah terlalu berat. Hal ini menunjukkan subjek melakukan pengatasan kesepian dengan kesedihan pasif dan pengingkaran yaitu dengan menangis, dan tidak melakukan apa-apa. Lalu aktif isolasi atau meningkatkan aktivitas yaitu dengan membaca (Woodward dan Kalyan-Masih, 1990), dan mengisi teka teki silang, serta membereskan pekerjaan rumah. Subjek juga melakukan kontak sosial atau jaringan dukungan sosial yaitu dengan menelepon, berkunjung ke rumah teman, bergabung dalam kelompok atau organisasi dan ikut dalam kegiatan sosial, serta pengatasan mental yaitu dengan berdoa dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Subjek ketiga mengalami kesepian setelah suami meninggal dan anak-anak tidak ada di rumah karena anak-anak tidak tinggal bersama subjek. Subjek dapat kembali ke kondisi semula dalam waktu satu hari. Pengatasan kesepian yang dilakukan subjek jika mengingat suami adalah salat dan melakukan kegiatan baik itu membenahi rumah atau kegiatan di kompleks perumahan. Jika anak-anak tidak di rumah, menjelang puasa, hari-hari besar keagamaan pengatasan kesepian yang dilakukan subjek adalah melakukan kegiatan baik itu membenahi rumah atau kegiatan di kompleks perumahan. Hal ini menunjukkan subjek melakukan pengatasan kesepian dengan aktif isolasi atau meningkatkan aktivitas (Woodward dan Kalyan-Masih, 1990), yaitu dengan melakukan pekerjaan rumah, dengan kontak sosial atau jaringan dukungan sosial yaitu bergabung dengan kelompok atau organisasi dan ikut dalam kegiatan sosial, serta pengatasan mental yaitu dengan melakukan ibadah salat dan mengaji. Sedangkan alasan mengapa subjek penelitian melakukan pengatasan kesepian juga dapat diketahui. Subjek pertama melakukan pengatasan kesepian tersebut karena dengan salat dan mengaji dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berkebun dilakukan karena memang sudah hobi. Menonton televisi hanya untuk mengisi waktu luang, serta merenda untuk selingan. Alasan subjek kedua melakukan pengatasan kesepian tersebut karena dengan membaca dapat menemani menjelang tidur dan membuat cepat tertidur. Merenung dilakukan agar subjek dapat terhibur. Berpasrah kepada Tuhan YME dipilih agar hati subjek lega. Menangis juga dilakukan agar dapat menyalurkan perasaan dan membuat hati lega. Memilih melakukan pekerjaan rumah agar dapat menghibur. Menelepon dan berkunjung ke rumah teman agar subjek tidak merasa bosan di rumah, dengan ikut dalam kegiatan di komplek agar kesepiannya hilang. Pengatasan kesedihan dengan pergi ke makam suami agar dapat mengeluarkan beban-beban yang ada di subjek. Subjek ke tiga melakukan pengatasan kesepian tersebut karena dengan salat dan mengaji dapat membuat hati subjek tenang dan lebih berpasrah kepada Tuhan YME, dengan melakukan kegitan di rumah atau kegiatan di komplek agar subjek merasa sibuk, melupakan kesepiannya dan dapat bersama-sama dengan teman-teman subjek. Rahmawati, Puspitawati, Pengatasan Kesepian
11 SIMPULAN Warakawuri yang sudah memasuki masa usia lanjut mengalami kesepian emosi karena ketiadaan figur kasih sayang yang intim dari suami dan anak. Bila dilihat berdasarkan waktu lamanya muncul, warakawuri tersebut mengalami kesepian sementara, dimana kesepian ini merupakan bentuk yang paling umum dan paling singkat waktunya karena bersifat sementara dan situasional kesepian yaitu timbul setelah terjadi suatu peristiwa penting dalam kehidupan individu setelah selang waktu tekanan yang relatif singkat dan individu biasanya dapat menerima perasaan kehilangan dan tidak lagi merasa kesepian. Warakawuri mengalami kesepian di masa usia lanjut karena kurang tersedianya teman akrab (suami) dan ketidakpuasan membandingkan masa lalu dengan sekarang. Beberapa pengatasan kesepian yang dilakukan oleh warakawuri antara lain kesedihan pasif dan pengingkaran seperti menangis, merenung dan menonton TV. Lalu dengan aktif isolasi atau meningkatkan aktivitas yaitu dengan bekerja, membaca dan mengisi teka teki silang, mengerjakan sesuatu yang disenangi. Pengatasan kesepian juga dilakukan dengan kontak sosial atau jaringan dukungan sosial yaitu dengan menelepon, berkunjung ke rumah teman, bergabung dalam kelompok dan organisasi, serta ikut dalam kegiatan sosial. Pengatasan terakhir yaitu dengan pengatasan mental, yaitu memperkuat agama dan keyakinan. Warakawuri melakukan pengatasan kesepian dengan salat dan mengaji dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME (Woodward dan Kalyan-Masih, 1990), membuat hati subjek tenang, lega dan lebih berpasrah kepada Tuhan YME. Dengan berkebun karena memang sudah hobi, kemudian menonton televisi (Woodward dan Kalyan-Masih, 1990), untuk iseng dan mengisi waktu luang, serta merenda untuk selingan. Pengatasan kesepian juga dengan membaca (Woodward dan Kalyan-Masih, 1990), dan mengisi teka teki silang dapat menemani menjelang tidur, membuat cepat tertidur dan untuk mengisi waktu, dengan merenung agar dapat terhibur, dengan menangis agar dapat menyalurkan perasaan dan membuat hati lega, dengan mengerjakan pekerjaan rumah agar dapat menghibur, merasa sibuk, melupakan kesepiannya dengan menelepon dan berkunjung ke rumah teman agar tidak merasa bosan di rumah, dengan ikut dalam kegiatan di kompleks perumahan agar kesepiannya hilang, merasa sibuk, melupakan kesepiannya dan dapat bersama-sama dengan teman-teman. Kemudian dengan pergi ke makam suami agar dapat mengeluarkan beban yang ada. DAFTAR PUSTAKA Conoley, C.W. and Garber, R.A Effects of reframing and self-control directives on loneliness, depression, and controllability Journal of Counselling Psychology vol 32 no 1 pp Deaux, K., Dane, F.C., and Wrightsman, L.S Social psychology, in the 90 s (6th ed). Brooks/Cole Publishing Co California. Hall, C.S., dan Lindzey, G Teori- Teori psikodinamika (klinis) Alih Bahasa: A. Supraktiknya Kanisius Yogyakarta. Hurlock, E.B Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang kehidupan Erlangga Jakarta. Kunjoro Kehidupan suami istri lansia http: // kehidupan suami istri lansia/html diunduh tanggal 23 Juni Lidya Loneliness dan strategi coping loneliness pada remaja Skripsi (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Jakarta. 170 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010
12 Monks, F.J. Knoers, A.M.P., dan Hadinoto, S.R Psikologi perkembangan Gajah Mada Universitas Press Yogyakarta. Nurmi, J.E., Toivonen, S., Salmera-Aro, K., and Eronen, S Social strategies and loneliness The Journal of Social Psychology vol 137 pp Peplau, L.A., and Perlman, D Loneliness: A source book of current theory research and therapy A Willey Interscience Publication New York. Rakhmiatie, J Kesepian pada wanita dewasa madya yang belum menikah dengan wanita dewasa madya yang sudah menikah. Skripsi. (tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Depok. Supiyah 2004 Warakawuri juga harus berkarya, cerita dari veteran Malang, Jawa Timur. or.id diunduh tanggal 23 Juni Traeen, B., and Sorensen, D Breaking the speed of the sound of loneliness: Sexual partner change and the fear of intimacy Culture, Health and Sexuality vol 2 pp Weiss, R.S The provision of social relationship in Z. Rubin (ed) Doing unto others pp Prentice-Hall. Woodward, J.C The solitude of loneliness MA Lexington Book Lexington. Woodward, J.C and Kalyan-Masih, V Loneliness, coping strategies and cognitive of the gifted rural adolescence Adolescence vol 25 no 100 pp 977. Rahmawati, Puspitawati, Pengatasan Kesepian
BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses menua (aging process) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang didalamnya mencakup hubungan seksual, pengasuhan anak, serta pembagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi
PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain (Santrock, 1992 : 113), maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, terutama dalam gaya hidup masyarakat. Indonesia pun tidak luput dari perubahanperubahan
Lebih terperinciSecara umum, penyebab kesepian dapat dikelompokkan ke dalam dua hal yaitu keadaan yang bisa dipersalahkan sebagai penyebab
PENDAHULUAN Menurut Hurlock (1980), istilah menua adalah perubahanperubahan yang sesuai dengan hukum kodrat manusia yang memengaruhi struktur baik fisik maupun mentalnya dan keberfungsiannya juga. Ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI DENGAN KESEPIAN PARA ISTRI ANGGOTA TNI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 oleh : DWI BUDI UTAMI F 100 040
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian. dan terpisah dari mereka yang ada sekitar anda (Beck & Dkk dalam David G.
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian 1. Pengertian Kesepian Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok, tidak dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran pribadi,
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak
LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory No : Usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Gunarsa & Gunarsa (1993) keluarga adalah ikatan yang diikat
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Menurut Gunarsa & Gunarsa (1993) keluarga adalah ikatan yang diikat oleh perkawinan atau darah dan biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak atau anakanak. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. Seorang perempuan dianggap sudah seharusnya menikah ketika dia memasuki usia 21 tahun dan laki-laki
Lebih terperinciPENGALAMAN KESEPIAN PADA WANITA YANG BERPERAN SEBAGAI ORANGTUA TUNGGAL DALAM PERIODE EMPTY-NEST. Oleh: MARIA NUGRAHENI MARDI RAHAYU
PENGALAMAN KESEPIAN PADA WANITA YANG BERPERAN SEBAGAI ORANGTUA TUNGGAL DALAM PERIODE EMPTY-NEST Oleh: MARIA NUGRAHENI MARDI RAHAYU 802008120 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian
Lebih terperinciKESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal Paul Suparno, S.J.
1 KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Pastor Lonelinus sejak temannya meninggal menjadi sangat kesepian. Di rumah orang tua, ia biasa berbicara, ngomong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan
Lebih terperinciPengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA
35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional
Lebih terperinciSTRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI
STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hakikat pendidikan merupakan salah satu bagian dari modal atau kekuatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan salah satu bagian dari modal atau kekuatan yang bisa menumbuhkan peradaban bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Empty Nest 1. Definisi Empty Nest Salah satu fase perkembangan yang akan terlewati sejalan dengan proses pertambahan usia adalah middle age atau biasa disebut dewasa madya, terentang
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill
DAFTAR PUSTAKA Baron, R. A & Bryne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jilid II. Edisi kesepuluh. Jakarta : PT. Erlangga. Bruno, F. J. S. (2000). Conguer Loneliness : Cara Menaklukkan Kesepian. Alih Bahasa :Sitanggang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang wanita yang suaminya meninggal dunia, tentu tidak mudah menjalanikehidupan seorang diri tanpa pendamping. Wanita yang kehilangan pasangan merasa sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual. Gelaja-gelaja
Lebih terperinci2015 PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. A. Latar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN
LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciStudi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu ¹Hemas Farah Khairunnisa, ²Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menjadi tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan. Kalimat tersebut mengingatkan individu bahwa menjadi tua adalah sebuah kepastian dalam rentang hidup
Lebih terperinciPSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Rosenberg (1965) mendefinisikan self esteem sebagai evaluasi yang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Esteem 2.1.1 Pengertian Self Esteem Rosenberg (1965) mendefinisikan self esteem sebagai evaluasi yang dilakukan seseorang baik dalam cara positif maupun negatif terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern saat ini semua individu pasti mengalami fase mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia dan hal itu sudah sewajarnya terjadi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Loneliness 2.1.1 Definisi Loneliness Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciterlebih bagi seorang wanita, sebagian besar wanita menganggap pernikahan untuk melengkapi atau menyempurnakan hidup (Kartono,1992).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan yang menikah tentunya memiliki banyak impian dan harapan indah yang ingin dicapai melalui kebersamaan dalam ikatan tersebut, terlebih bagi seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan anggota
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Kesepian 1. Pengertian Kesepian Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda. Sudah tidak dapat dipungkiri lagi pada setiap tahun ajaran baru, puluhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan sarana pendidikan yang penting bagi generasi muda. Sudah tidak dapat dipungkiri lagi pada setiap tahun ajaran baru, puluhan ribu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode perkembangan yang dimulai pada usia 65 sampai kematian. Neugarten (dalam Whitbourne & Whitbourne, 2011) membagi lansia ke dalam 3 tahapan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu melewati tahap-tahap perkembangan di sepanjang rentang kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap
Lebih terperinciLONELINESS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DEWANATA CILACAP SKRIPSI
LONELINESS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DEWANATA CILACAP SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Selain itu juga Allah memerintahkan manusia untuk mencari kebahagiaan seperti firman Allah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pada era globalisasi saat ini berjalan sangat cepat. Pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat mendatangkan kepuasan bagi masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa pola interaksi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah
Lebih terperincipara1). BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
Lebih terperinciLAMPIRAN RINGKASAN CERITA
LAMPIRAN RINGKASAN CERITA Kauai menerima surat undangan untuk menghadiri upacara minum teh yang diselenggarakan oleh Kurimoto Chikako, seorang gundik ayahnya. Isi surat itu mengingatkannya pada kenangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Peran internet menjadi kebutuhan sumber informasi utama pada berbagai kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah menggunakan internet untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir
47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih selama dua bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir pada awal bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. individu di muka bumi ini mengalami kesepian pada saat-saat tertentu dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesepian merupakan fenomena universal bagi peradaban manusia. Setiap individu di muka bumi ini mengalami kesepian pada saat-saat tertentu dalam kehidupannya. Kesepian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa dimana individu mulai mengemban tugas untuk menikah dan membina keluarga. Sesuai dengan pendapat Havighurst (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciKata Kunci: loneliness, istri yang ditinggal meninggal suami
Abstrak Penelitian dilakukan untuk mengetahui derajat loneliness pada istri yang ditinggal meninggal suami dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang membuat individu lebih rentan terhadap loneliness. Penarikan
Lebih terperinciPETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :
103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala
Lebih terperinci