BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana
|
|
- Suharto Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda pada masing-masing manusia. Kematian pada seseorang ditandai dengan berhentinya fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan, dan tekanan darah serta kakunya tubuh, hal tersebut telah dianggap menjadi tanda kematian seseorang dan menandakan berhentinya proses kehidupan (Santrock dalam Fitria, 2013). Kematian dapat terjadi karena sakit berkepanjangan, kematian mendadak karena suatu keadaan tertentu, bunuh diri, dibunuh (pembunuhan) dan bencana alam (Ann & Lee dalam Fitria, 2013). Peristiwa kematian dapat terjadi kapanpun, tanpa diduga-duga dan hal tersebut menyebabkan orang yang ditinggalkan merasakan kehilangan yang mendalam. Turner & Helms (dalam Fahransa, 2008), menyatakan bahwa kematian orang terdekat merupakan kehilangan paling menyakitkan yang dapat dialami oleh seseorang. Kematian merupakan peristiwa dimana seseorang akan kehilangan orang lain yang ada di sekitarnya, misalnya kematian orang tua, keluarga, teman dan pasangan (Fitria dkk., 2013). Menurut Walsh & McGoldrick (dalam Murray dkk., 2005) kematian merupakan kejadian paling menyakitkan bagi keluarga untuk kembali beradaptasi atau kembali menyesuaikan dengan kondisi baru.
2 2 Kematian salah satu anggota keluarga merupakan pengalaman yang menyakitkan karena keakraban dalam keluarga dan adanya saling ketergantungan satu sama lain. Kematian atau kehilangan pada keluarga lebih spesifik dijelaskan oleh Murray dkk. (2005) dikelompokkan menjadi:(1) kematian anak (death of child), (2) kematian saudara (death of sibling),(3) kematian orang tua (death of a parent) dan; 4) kematian pasangan hidup (death of a spouse or life partner). Kertamuda (2009) menyatakan bahwa kematian salah satu anggota keluarga merupakan guncangan yang sangat berat untuk semua orang. Terlebih lagi apabila yang meninggal adalah orang tua. Jika yang meninggal adalah sosok yang menjadi tulang punggung keluarga yakni sosok ayah. Maka kehidupan dalam keluarga tersebut mengalami perubahan yang drastis. Selain kehilangan figur dan kepala rumah tangga, kematian ayah menyebabkan terguncangnya kehidupan ekonomi keluarga dan memengaruhi kelangsungan keluarga tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, McLanahan dan Teitler (dalam Brooks, 2011) menjelaskan bahwa ketiadaan ayah menyebabkan pengurangan pendapatan sekitar 50 persen dalam keluarga. Dalam peran sosial dan masyarakat, karakteristik ayah tampak berperan dalam keragaman pendidikan, harga diri dan ketiadaan tekanan psikologis serta memberikan dampak positif pada area persahabatan, penghargaan diri dan kepuasan hidup. Kertamuda (2009) menjelaskan, apabila yang meninggal adalah sosok ibu, maka akan berdampak pada perkembangan seorang anak di masa yang
3 3 akan datang. Dari hasil studi ditemukan, bahwa sosok ibu memiliki peran penting bagi kehidupan anak hingga masa dewasanya. Ibu sebagai sosok yang penting dalam perkembangan seorang anak memberikan kasih sayang yang tiada henti mulai dari kehamilan, proses persalinan dan melahirkan hingga penerapan dalam pengasuhan adalah momentum vital dalam perkembangan anak. Brooks (2011) menyatakan bahwa meski peran ibu dan ayah berbeda, anak melihat mereka memiliki kualitas yang sama. Kedua orang tua digambarkan sebagai sosok yang penuh cinta, bahagia, jujur, bertanggung jawab dan percaya diri. Oleh karena itu, kematian salah satu orang tua dalam keluarga menjadi hal yang menyakitkan. Kematian orang tua dalam sebuah keluarga dapat terjadi saat anak-anak atau ketika dewasa. Walau bagaimanapun, reaksi anak terhadap kematian orang tua berpengaruh terhadap kondisi emosi dan perkembangan kognitif anak. Pengaruh tersebut disebabkan karena kedekatan dengan orang tua yang meninggal dan bagaimana anak merespon atau menjalin interaksi dengan orang tua yang masih hidup setelah kematian salah satu orang tuanya (Murray dkk., 2005). Bagi anak, kematian orang tua merupakan kehilangan terburuk. Anak telah kehilangan sosok tempat ia bergantung untuk mendapatkan keamanan dalam hidup, dan orang tua yang masih hidup kehilangan pendampingnya (Brooks, 2011). Hal serupa dikemukakan oleh Nevid dkk. (2003) yang menjelaskan bahwa peristiwa menyedihkan seperti kehilangan orang yang
4 4 dicintai seperti pasangan atau orang tua menjadi peristiwa perubahan hidup yang menjadi sumber stres dan membutuhkan penyesuaian diri yang amat sulit. Proses penyesuaian diri setelah meninggalnya salah satu orang tua (ayah atau ibu) pada masing-masing keluarga memiliki reaksi yang berbeda-beda. Hampir di setiap peristiwa kehilangan atau kematian akan diikuti dengan perasaan tertekan dan disorientasi ( Perasaan tertekan dan disorientasi tersebut ditunjukkan selama masa duka cita (grief). Duka cita (grief) adalah kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan akan berpisah, putus asa, sedih dan kesepian yang menyertai di saat seseorang kehilangan orang yang dicintai (Santrock, 2007) dalam hal ini meninggalnya salah satu orang tua. Menurut National Mental Health Association (dalam disebutkan bahwa kehilangan orang yang dicintai (orang tua) merupakan salah satu stressor terberat dalam kehidupan seseorang. Penyesuaian pasca-kematian orang tua bagi keluarga yang ditinggalkan diawali dengan duka cita yang mendalam akibat hilangnya figur penting dalam keluarga. John Bowlbly (dalam Brooks, 2011) menjelaskan empat fase dalam proses kedukaan : (1) sebuah periode kekakuan yang berlangsung berjam-jam atau berminggu-minggu dimana seseorang harus menerima fakta kematian, tetapi belum mampu meredakan emosi karena lukanya sangat besar, (2) periode memprotes dan merindukan di mana seseorang menolak menerima fakta kematian dan mencari-cari orang yang meninggal, (3) periode kesedihan
5 5 dan putus asa dimana kenyataan kematian telah diterima secara emosional dan hidup tanpa orang tersebut terlihat tidak tertahankan, dan (4) periode pengaturan hidup kembali untuk meneruskan hidup tanpa orang tersebut. Beberapa orang mungkin tidak dapat mengatasi perasaan kehilangan dan berdampak pada kondisi fisik dan emosional negatif yang terus-menerus dirasakan. Jika kecemasan dan depresi mulai mengakar, kesehatan dapat turun drastis atau bahkan mengalami gangguan yang fatal ( Feldman, dkk. (2007) menjelaskan bahwa duka karena kehilangan kehilangan seseorang yang dirasakan dekat dan proses menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut secara praktik dapat memengaruhi semua aspek kehidupan mereka yang ditinggalkan. Kehilangan sering kali membawa perubahan dalam status dan peran (misalnya, dari seorang isteri menjadi janda atau dari seorang anak menjadi seorang piatu). Selain kedukaan, kondisi tersebut juga dapat memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada keluarga T dan K diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Studi Pendahuluan Keluarga T Keluarga T (19 bulan) Ibu (41 tahun) Anak (7 tahun/l) Kesulitan yang dihadapi Shock, tidak menduga dan menangis, merasa Tuhan tidak adil, tidak bisa tidur memikirkan masa depan anaknya Berkeinginan untuk menitipkan anaknya ke saudaranya, melampiaskan kemarahan pada anaknya, mencari pencerahan kepada tokoh agama Terus menerus menanyakan ayahnya, menangis minta bertemu ayahnya untuk dibelikan mainan Memahami ayahnya telah meninggal karena sebulan sekali mengunjungi makam dan mendengarkan penjelasan dari ibunya 1. Sedang mengandung anak saat ayah meninggal, dan merasa tidak berdaya 2. berkurang secara drastis penghasilan ekonomi dalam keluarga, 3. kesulitan menyesuaikan menjadi orang tua
6 6 Memutuskan mencari pekerjaan menjadi asisten rumah tangga, mencari penghasilan tambahan, melakukan aktivitas shalat malam rutin 4 hari seminggu Seringkali mengatakan kayane nek ana bapake ora sengsara kaya kie ya Ma? setiap kali melihat foto ayahnya, dan mengeluh hal yang sama saat keinginannya tidak bisa terpenuhi Sumber : Wawancara Keluarga T, 16 Mei 2016 tunggal 4. dan kurangnya dukungan sosial dari keluarga besar suami Tabel 2. Hasil Studi Pendahuluan Keluarga K Keluarga K (25 bulan) Ibu (55 tahun) Anak I (26 tahun/l) Anak II (21 tahun/p) Mengalami gangguan tidur, penurunan berat badan, gangguan makan, setiap hari mengunjungi makam ayahnya Mudah marah, menjadi lebih jauh dengan anakanaknya, sering menyendiri, Harus ditemani tidur oleh anaknya Meningkatnya intensitas beribadah Susah tidur, perasaan sedih dan mengingat kenangan bersama ayah, menangis Menjadi pendiam Mengambil alih tanggungjawab menemani ibu dalam kegiatan sehari-hari Sering melamun, respon lambat saat diajak bicara dan merasa nge-blank, sering mbolos kuliah Menjadi lebih sering diam karena respon ibunya tidak sesuai dengan harapan subjek Sering mengingatkan pada ibunya untuk jaga kesehatan, bertanggungjawab atas rumah koskosan yang menjadi sumber penghasilan Kesulitan yang dihadapi 1. Kehilangan rutinitas/kebia saan keluarga berkumpul bersama setiap sabtu malam 2. Kesulitan ekonomi; menjual barangbarang berharga untuk keperluan sehari-hari 3. Menyesuaika n dengan perubahan emosi anggota keluarga Sumber : Wawancara Keluarga K, 24 Maret 2016 Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kematian orang tua memunculkan dinamika resiliensi keluarga yang khas dan perubahan keluarga saat menyesuaikan diri setelah kematian. Kehilangan yang mendalam seperti tekanan emosional pasca-kematian orang tua, penyesuaian kembali peran
7 7 dalam keluarga, terganggunya fungsi keluarga akibat salah satu anggota keluarga telah meninggal berdasarkan hasil studi pendahuluan diatas sangat tergambarkan pada kurun waktu sekitar 2 tahun pertama pasca-kematian. Tidak ada waktu spesifik mengenai berapa lama seseorang berduka. Dibutuhkan 2 tahun atau lebih sebelum orang-orang mengatur kembali hidupnya dan mencapai keseimbangan emosional yang stabil. Namun, akan tetap ada pengingat dan kemunculan tiba-tiba kedukaan yang mendalam (Brooks, 2011) Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Harakaj (2005) menemukan bahwa faktor terpenting yang mampu membangkitkan keluarga dari situasi krisis selama fase duka seperti yang dikemukakan diatas adalah komunikasi yang terbuka antar anggota keluarga. Selain komunikasi, pentingnya sistem keyakinan dan dukungan sosial dari orang-orang terdekat mendorong keluarga yang berduka mampu menghadapi dan bangkit dari situasi krisis. Oleh karena itu, keluarga harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi sulit secara positif, agar dapat kembali bangkit dari masa krisis yang dialami. Kemampuan tersebut menurut McCubbin dan McCubbin (1988), disebut dengan resiliensi keluarga. Resiliensi keluarga merupakan pola perilaku positif dan kemampuan fungsional yang dimiliki oleh individu dan keluarga yang ditampilkan dalam situasi sulit atau menekan. Pola perilaku positif dan kemampuan fungsional ini menentukan kemampuan keluarga untuk pulih dengan tetap mempertahankan integritasnya sebagai sebuah kesatuan dengan
8 8 tetap mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan anggota keluarga dan unit keluarga secara keseluruhan. Werner (dalam Walsh, 2003; Wandasari, 2012) mengemukakan bahwa keluarga merupakan faktor yang sangat memengaruhi resiliensi. Krisis dan tantangan memiliki dampak terhadap seluruh anggota keluarga dan proses di dalam keluargalah yang dapat membantu memulihkan krisis dan hubungan di dalam keluarga. Untuk mengurangi dampak negatif dari kejadian sulit yang dialami seperti kematian salah satu orang tua, maka Walsh (2006) menyebutkan bahwa proses kunci dari resilensi keluarga yang berperan sebagai faktor pelindung. Sebagai faktor pelindung, ketiga proses kunci tersebut mampu memulihkan krisis dalam masa sulit yang dialami, mendorong keluarga untuk melakukan penyesuaian kembali dan bangkit dari masa duka yang berkepanjangan. Keluarga yang resilien akan kembali menyesuaikan dengan baik dengan kondisi keluarga yang baru untuk mencapai keluarga yang harmonis dan tetap bisa merasakan kesejahteraan. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai resiliensi keluarga pada keluarga yang kehilangan salah satu orang tuanya. Resiliensi keluarga dalam hal ini perlu diteliti untuk melihat bagaimana keluarga mampu menghadapi fase duka sebagai masa krisis atau masa sulit dalam kehidupan keluarga, sehingga dapat kembali menyesuaikan dengan kondisi baru dengan cara-cara yang positif. Selain itu,
9 9 penulis tertarik meneliti dinamika resiliensi keluarga pasca-kematian salah satu orang tua, karena masih kurangnya penelitian dalam kasus tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai dinamika resilensi keluarga menghadapi fase duka pasca kematian salah satu orang tua, sebagai salah satu masa sulit yang dialami oleh sebuah keluarga. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana dinamika resiliensi keluarga dalam menghadapi fase duka pasca-kematian salah satu orang tua? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika resiliensi keluarga dalam menghadapi fase duka pada keluarga yang salah satu orang tuanya telah meninggal. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini yakni adanya pengembangan ilmu psikologi khususnya dalam payung penelitian Ketahanan Keluarga dalam bidang Psikologi Sosial. 2. Manfaat Praktis Menggambarkan hasil penelitian bagi pihak yang berkepentingan terhadap permasalahan kesehatan mental dan ketahanan keluarga seperti : psikolog klinis, psikolog perkawinan/keluarga dan khususnya bagi keluarga yang memiliki permasalahan serupa.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi Keluarga 1. Definisi Resiliensi Keluarga Menurut McCubbin dan McCubbin (1988), resiliensi keluarga merupakan pola perilaku positif dan kemampuan fungsional yang dimiliki
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang tidak dapat diperkirakan waktu terjadinya. Sehingga kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Kematian merupakan fakta hidup yang harus diterima oleh semua makhluk yang bernyawa di dunia ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciDying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi
Dying & Bereavement Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Kematian Berakhirnya fungsi-fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah, serta kekakuan tubuh dianggap sebagai
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika putri saya meninggal dunia, saya merasa kehilangan bagian dari diri saya. Saya merasa tidak utuh dan segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi. Beberapa hari
Lebih terperinciProses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di berbagai Negara. Pada tahun 2005 di Inggris terdapat 1,9 juta orangtua tunggal dan 91% dari angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah dan memiliki anak adalah salah satu fase yang dialami dalam kehidupan dewasa awal. Alasan utama untuk melakukan pernikahan adalah adanya cinta dan komitmen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai situasi selama rentang kehidupannya, begitu pula pada keluarga yang memiliki anak dengan hidrosefalus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran, ayat 185 yang berbunyi: Tiap-tiap yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran, ayat 185 yang berbunyi: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciSelamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II
Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si, Psikolog Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi
Lebih terperinciBAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.
BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas perkembangan yang utama dari seorang wanita adalah hamil dan melahirkan seorang anak, dan kemudian membesarkannya. Kehamilan adalah masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
Lebih terperinciSTRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI
STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Noorfi Kisworowati F 100 050 234
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat
BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu pesat dan perkembangan mental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan yang pertama ditemui oleh setiap individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia. Keluarga menjadi struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita jumpai beberapa kasus pembunuhan. Seolah tidak asing lagi dengan peristiwa kejahatan itu, media meliput berita pembunuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang didalamnya mencakup hubungan seksual, pengasuhan anak, serta pembagian
Lebih terperinciSelamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II
Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Triana Noor Edwina DS Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi yang berbeda-beda
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN ANTARA FAMILY RESILIENCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PNS WANITA DI KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Impian setiap pasangan adalah membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dalam menjalani rumah tangga setiap pasangan pasti memiliki berbagai keinginan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia karena di dalam keluarga manusia lahir dan dibesarkan. Sebuah keluarga yang ideal adalah keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Keluarga merupakan pondasi terbentuknya pribadi yang sehat baik secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan individu. Keluarga merupakan pondasi terbentuknya pribadi yang sehat baik secara fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kodrat individu sebagai mahluk sosial yang menyebabkan individu tidak dapat menghidar dari interaksi dengan lingkungan. Dalam diri individu terdapat suatu dorongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sejak lahir sampai dewasa manusia tidak pernah lepas dari suatu ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, dibesarkan dalam lingkup keluarga
Lebih terperinciPengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA
35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF, 2010). Namun faktanya, tidak semua anak lahir dalam kondisi normal. Anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja (adolescence) merupakan peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih kuat dan berkembang setelah melewati masa krisis. 2005) melalui model yang dibangunnya yang bernama the resilience
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Family Resilience 1. Pengertian Family Resilience Family resilience merupakan suatu konsep yang berkembang dari resiliensi individu (Kalil, 2003). Menurut Walsh (2006), resiliensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan kehidupannya dapat dijalani dengan baik sesuai harapan-harapan di masa yang akan datang. Namun sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya wanita tidak mungkin lepas dari menopause, karena menopause merupakan peristiwa yang pasti akan dialami oleh setiap wanita dan tidak bisa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciPENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA
0 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: PUSPA WARDANI F 100 000 066 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang sangat berarti bagi orang tua karena setelah pasangan menikah, peran selanjutnya yang di dambakan adalah menjadi orang tua dari anak-anak
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Dalam bab ini saya akan membahas dan menganalisa temuan-temuan yang
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Dalam bab ini saya akan membahas dan menganalisa temuan-temuan yang diperoleh oleh saya di lapangan terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI DAMPAK KEMATIAN IBU TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS REMAJA PUTRI
NASKAH PUBLIKASI DAMPAK KEMATIAN IBU TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS REMAJA PUTRI Oleh: PUJI ASTUTI ULY GUSNIARTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Lebih terperinciCOPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH
COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Alfan Nahareko F 100 030 255 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu
Lebih terperinciSTRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL
STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperincitingkat emosional. Tekanan psikologis setelah melahirkan merupakan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melahirkan merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita. Berbagai reaksi ibu setelah melahirkan akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tingkat emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu kejadian yang ditunggu-tunggu oleh pasangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu kejadian yang ditunggu-tunggu oleh pasangan suami-istri. Saat ini pada umumnya seorang ibu sudah mengerti bagaimana seharusnya ia lebih menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah
Lebih terperinciDampak. terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat
Dampak terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mengenali dampak bencana terhadap anakanak (dan masyarakat serta kelompok rentan) 2. Mengenali reaksi anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan perilaku mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dalam pernikahan ada beberapa hal yang menjadi sebuah harapan ketika pasangan suami dan istri menjalani rumah tangga, harapan yang menjadi salah satu kebahagiaannya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).
BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.
Lebih terperinciKEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH
KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH RIA SULASTRIANI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kemandirian remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Aristoteles (dalam Bertens, 2004) menyebutkan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan utama dari eksistensi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
Lebih terperinci