Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu
|
|
- Vera Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding Psikologi ISSN: Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu ¹Hemas Farah Khairunnisa, ²Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No.1 Bandung ¹hemasfarahk@gmail.com, ²fanni.putri@gmail.com Abstrak. Tugas perkembangan anak dalam fase late childhood menurut Havighurst dalam Hurlock (1980), terhambat untuk dipenuhi oleh anak usia sekolah di Desa Karangsong, dimana sebagian besar waktu yang dimiliki dihabiskan untuk bekerja sebagai buruh nelayan. Dampaknya beberapa anak tidak fokus untuk sekolah dan beberapa anak menjadi putus sekolah. Terdapat perbedaan penilaian atau evaluasi yang ditunjukkan anak buruh nelayan dalam memandang aspek kehidupannya. Penilaian dan evaluasi anak terhadap kesejahteraan hidupnya disebut children well-being. Children well-being adalah pemahaman mengenai persepsi, evaluasi dan cita-cita anak mengenai kehidupannya, (UNICEF, 2012). Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data empiris mengenai gambaran children well-being sebagai kesejahteraan hidup anak buruh nelayan di Desa Karangsong Indramayu. Subjek penelitian ini yaitu 33 anak buruh nelayan di Desa Karangsong Indramayu dengan rentang usia 8-12 tahun. Hasil penelitian menunjukkan di 3 kelompok usia terdapat perbedaan pemaknaan kepuasan pada domain kehidupan. Pada usia 8 tahun domain paling tinggi adalah domain satisfaction with interpersonal relationship dan satisfaction with health, usia 10 tahun adalah domain satisfaction with area living in dan school satisfaction, dan usia 12 tahun adalah domain satisfaction with interpersonal relationship, satisfaction with the area living in, satisfaction with school, satisfaction with health dan personal satisfaction. Kata kunci: Children well-being, Pekerja Anak (Buruh Anak), Late childhood A. Pendahuluan Desa Karangsong merupakan desa yang memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan jumlah nelayan terbesar di Kabupaten Indramayu dan juga terbesar di Jawa Barat. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, pekerjaan sebagai nelayan atau buruh nelayan di Desa Karangsong ini bukan hanya dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa melainkan anak-anak yang merupakan usia sekolah yang juga bekerja sebagai buruh nelayan. Dimana sebagian besar waktu yang mereka miliki dihabiskan untuk bekerja di TPI Karangsong. Anak-anak ini bekerja dikarenakan penghasilan orang tua yang minim dan tidak mencukupi perekonomian keluarga. Usia anak-anak yang bekerja sebagai buruh nelayan dimulai dari anak usia 8 tahun hingga 12 tahun. Berdasarkan hasil observasi peneliti di Desa Karangsong Indramayu ini, anakanak yang bekerja sebagai buruh nelayan terlihat tidak memperhatikan penampilan mereka; terlihat dari warna rambut yang kemerahan, memiliki kuku yang panjang dan hitam, dan baju yang juga terlihat lusuh, pada bagian celana terdapat noda hitam terkena oli sepeda, serta adanya coretan-coretan tinta pulpen, bahkan ada beberapa dari mereka yang tidak memakai alas kaki. Anak-anak buruh nelayan ini tampak berkeringat dengan kulit terbakar sinar matahari karena mereka banyak melakukan kegiatan di luar rumah (bekerja). Beberapa dari anak-anak buruh nelayan ini juga tidak pandai dalam berbahasa Indonesia, bahkan mereka tidak mengetahui berapa umur mereka. Hal-hal tersebut di atas sangat bertentangan dengan Konvensi PBB tentang Hak Anak Pasal 32, yaitu anak memiliki hak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari melakukan pekerjaan yang berpotensi mengandung risiko bahaya atau mengganggu pendidikan anak. Apabila dilihat dalam tugas perkembangan, anak-anak usia 8-12 tahun termasuk ke dalam periode usia anak-anak akhir (late childhood). Periode usia anak- 87
2 88 Hemas Farah Khairunnisa, et al. anak akhir ini memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui, yaitu belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan, membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri selaku makhluk biologis, belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung, belajar mengembangkan konsep agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat sehari-hari, belajar mengembangkan kata hati, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri), belajar mengembangkan sikap positif di kehidupan sosial. Namun, anak-anak yang bekerja menjadi buruh nelayan di Desa Karangsong ini menghabiskan lebih banyak waktu yang mereka miliki untuk bekerja dan berada di luar rumah. Mereka tidak seharusnya berada di luar rumah dan bekerja untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Anakanak buruh nelayan ini harus membagi waktu yang mereka miliki untuk belajar (baik di sekolah maupun di rumah), beristirahat, mengeksplorasi lingkungan dan bekerja, dengan begitu kesempatan yang mereka miliki untuk menjalankan tugas-tugas perkembangan yang seharusnya dilalui menjadi terbatas. Sehingga, tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh anak-anak usia tersebut menjadi terhambat. Hal ini berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya, mereka difokuskan hanya untuk belajar, beristirahat, dan mengeksplorasi lingkungan. Anak-anak lain pada umumnya tidak membagi waktu yang mereka miliki dengan bekerja, sehingga mereka dapat melalui tugas-tugas perkembangan pada usianya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris yang dapat menunjukkan gambaran mengenai children well-being sebagai kesejahteraan hidup anak yang bekerja sebagai buruh nelayan di Desa Karangsong Indramayu. B. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan variabel children well-being yang diadaptasi dari konsep teori subjective well-being dari Diener dan dimodifikasi oleh UNICEF. Menurut Diener (2003), subjective well-being merupakan evaluasi subjektif seseorang mengenai kehidupan termasuk konsep-konsep seperti kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfillment, kepuasan terhadap area-area seperti (pernikahan, pendidikan dan pekerjaan), dan tingkat emosi tidak menyenangkan yang rendah. Pada penelitian ini karena menggunakan subjek anak-anak sehingga istilah yang digunakan adalah children well-being. Evaluasi anak-anak mengenai kehidupan mereka dapat ditunjukkan dengan tingginya tingkat kepuasan dalam kehidupannya secara keseluruhan atau pada domain-domain tertentu dalam kehidupannya. Domaindomain tersebut yaitu domain children well-being. Domain-domain children wellbeing diturunkan dari komponen kognitif subjective well-being yaitu evaluasi terhadap kepuasaan hidup (The Children s Society, 2013). Dimana pada delapan domain children well-being tersebut sudah terdapat di dalamnya komponen kognitif dan afektif. Domain tersebut diperoleh dari hasil penelitian Cassas (dalam UNICEF, 2012) yang menunjukkan bahwa terdapat delapan domain yang dianggap paling penting terkait dengan kesejahteraan anak. Domain-domain tersebut, yaitu (1) home satisfaction yaitu pemaknaan anak terhadap tempat tinggalnya (rumahnya), (2) satisfaction with material things yaitu pemaknaan anak terhadap benda-benda yang dimilikinya, (3) satisfaction with area living in yaitu pemaknaan anak terhadap area di lingkungan rumahnya, (4) satisfaction with interpersonal relationship yaitu pemaknaan anak terhadap hubungannya dengan orang-orang terdekat, (5) satisfaction time organization yaitu pemaknaan anak terhadap pengorganisasian waktu yang dilakukannya, (6) satisfaction with school yaitu pemaknaan anak terhadap sekolahnya, Volume 2, No.1, Tahun 2016
3 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh 89 (7) satisfaction with health yaitu pemaknaan anak terhadap kesehatannya, dan (8) personal satisfaction yaitu pemaknaan anak terhadap dirinya sendiri. Untuk tugas perkembangan anak usia late childhood menggunakan teori dari Havighurst (dalam Hurlock, 1980), yaitu belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan, membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri selaku makhluk biologis, belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung, belajar mengembangkan konsep agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat sehari-hari, belajar mengembangkan kata hati, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri), belajar mengembangkan sikap positif di kehidupan sosial. C. Hasil dan Pembahasan Tabel 3.1 Rekapitulasi Domain Paling Tinggi dan Rendah Usia 8, 10, dan 12 Tahun Domain Paling Tinggi Persentase Domain yang rendah Persentase Usia 8 tahun Sat. with interpersonal relationship Sat. with health Sat. with time organization 43% Usia 10 tahun Sat. with the area living in Sat. with school Sat. with time organization 41,2% Sat. with interpersonal relationship Sat. with the area living in Usia 12 tahun Sat. with school Sat. with time organization 44,4% Sat. with health Personal satisfaction Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik
4 90 Hemas Farah Khairunnisa, et al. 1. Subjek 8 Tahun Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh pada subjek usia 8 tahun memaknakan puas terhadap kedelapan domain, dimana domain yang dominan dimaknakan puas dengan persentase sebesar adalah pada domain satisfaction with interpersonal relationship dan satisfaction with health. Anakanak buruh nelayan usia 8 tahun menunjukkan perasaan puas yang tinggi di domain interpersonal relationship, dimana mereka memiliki kepuasan dalam hubungan mereka dengan teman-teman, tetangga ataupun dengan orang lain di sekitar lingkungan mereka. Hal tersebut sesuai dengan ciri dan tugas perkembangan anak usia late childhood (Havighurst, dalam Hurlock 1980), anak usia ini merupakan usia bermain dan berkelompok, mereka masih belajar dalam bersosialisasi dengan teman sebaya, memiliki minat dan kegiatan dalam bermain, sehingga banyak membentuk hubungan dengan orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya. Anak-anak pada usia ini juga mempelajari sikap memberi dan menerima dalam kehidupan sosial anak-anak sebaya. Mereka belajar bersahabat dengan orang-orang di sekitarnya dan mengembangkan suatu kepribadian sosial. Hal-hal tersebut mengakibatkan anak-anak buruh nelayan mampu membina keakraban dengan orang lain diluar lingkungan keluarga, bukan hanya dengan anak-anak sebayanya melainkan dengan orang-orang lain secara umum. Anak-anak buruh nelayan usia 8 tahun yang menunjukkan perasaan puas yang tinggi di domain health, merasa puas dengan kondisi kesehatan dan keadaan tubuhnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Beegle, et al (2009) di Vietnam yang mengatakan bahwa tidak ada efek yang signifikan dari pekerja anak pada kesehatan anak. Hal tersebut diduga menjadi faktor yang menyebabkan anak-anak buruh nelayan tidak memperhatikan kesehatan mereka. Mereka merasa bahwa kondisi kesehatan mereka tidak bermasalah, tidak pernah mengeluhkan mengenai kondisi kesehatan mereka, dan tidak begitu khawatir dengan keadaan tubuh mereka, selagi mereka dapat berjalan dan mampu untuk menghasilkan uang, maka mereka menganggap bahwa keadaan tubuh mereka baik-baik saja. Hal tersebut didukung dengan data demografi, pendidikan ayah dari anak-anak buruh nelayan yang sebagian besar merupakan lulusan SD dan SMP dimana mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai kesehatan, sehingga orang tua dari anak-anak buruh nelayan ini diduga tidak memberikan perhatian yang lebih pada pemahaman mengenai kesehatan. 2. Subjek 10 Tahun Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh pada subjek usia 10 tahun memaknakan puas terhadap kedelapan domain, dimana domain yang dominan dimaknakan puas dengan persentase sebesar adalah pada domain satisfaction with the area living in dan satisfaction with school. Anak-anak buruh nelayan usia 10 tahun menunjukkan perasaan puas di domain satisfaction with area living in, dimana mereka merasa puas dengan area di lingkungan rumahnya. Volume 2, No.1, Tahun 2016
5 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh 91 Menganggap bahwa di lingkungan sekitarnya terdapat cukup tempat untuk bermain, merasa aman ketika berjalan-jalan di lingkungan sekitar tempat tinggal, dan merasa puas dengan lingkungan tempat tinggalnya secara umum. Anak-anak buruh nelayan ini merasa bahwa di lingkungan tempat tinggalnya terdapat fasilitas yang cukup untuk bermain, seperti mereka dapat berenang di pantai, bermain bola di lapangan yang luas, dan berkeliling dengan menggunakan sepeda. Mereka merasa aman ketika bermain di lingkungan sekitarnya. Mereka juga merasa puas dengan lingkungan tempat tinggalnya secara umum. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari The Children s Society (2015) bahwa area bermain yang aman, bersih, dan menyenangkan menjadi faktor penting dalam menentukkan kepuasan anak terkait domain area living in. Anak-anak buruh nelayan usia 10 tahun menunjukkan perasaan puas yang tinggi di domain school satisfaction, merasa puas dengan sekolah mereka. Mereka merasa senang pergi ke sekolah, hal ini dikarenakan mereka merasa aman bila berada di sekolah, tidak ada teman sekolahnya yang memusuhi ataupun memukuli mereka. Guru-guru di sekolah mereka juga selalu mendengarkan apa yang mereka bicarakan dan berlaku adil terhadap semua siswa di sekolah mereka. Hal tersebut sejalan dalam hasil laporan The Children s Society (2012) yang dikatakan bahwa sekolah dipandang sebagai komponen utama keseluruhan kesejahteraan anak-anak dan ada berbagai komponen pada kesejahteraan sekolah termasuk kepuasan dengan lingkungan sekolah, hubungan dengan guru dan anak-anak lain di sekolah, dan tugas sekolah dan belajar, pengalaman yang dialami di sekolah, dan keselamatan di sekolah juga merupakan masalah penting untuk kesejahteraan anak-anak. 3. Subjek 12 Tahun Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh pada subjek usia 12 tahun memaknakan puas terhadap kedelapan domain, dimana domain yang dominan dimaknakan puas dengan persentase sebesar adalah pada domain satisfaction with interpersonal relationship, satisfaction with the area living in, satisfaction with school, satisfaction with health dan personal satisfaction. Anakanak buruh nelayan di Desa Karangsong merasa bahwa mereka memiliki hubungan yang baik terhadap orang-orang yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Mereka memiliki banyak teman dan merasa senang dengan perilaku baik yang ditampilkan teman-temannya terhadap mereka. Mereka juga merasa senang dengan perilaku tetangga yang bersikap baik terhadap mereka. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa tugas perkembangan menurut (Havighurst, dalam Hurlock 1980), yaitu masa late childhood yang memang merupakan usia bermain dan berkelompok, memberikan kontribusi pada pemaknaan kepuasan di domain interpersonal relationship pada anak-anak buruh nelayan Desa Karangsong Indramayu. Penelitian dari The Children s Society (2012), dikatakan bahwa ada beberapa perbedaan yang menarik dalam pandangan anak-anak di daerah Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik
6 92 Hemas Farah Khairunnisa, et al. perkotaan dan pedesaan. Anak-anak di daerah pedesaan yang kurang puas dengan fasilitas lokal tetapi tampaknya menjadi sedikit lebih mungkin untuk merasa aman dan memiliki kebebasan di daerah mereka. Hal ini sejalan dengan hasil perhitungan data, bahwa anak-anak buruh nelayan usia 12 tahun ini meskipun mereka tinggal di daerah pesisir pantai, jauh dari fasilitas umum dan akses menuju kota yang dapat dikatakan tidak begitu dekat. Mereka merasa puas dengan lingkungan tempat tinggal mereka secara umum, dimana lingkungan tempat tinggal mereka memiliki tempat bermain yang cukup sehingga dapat melakukan hal-hal yang menyenangkan dengan teman-teman. Mereka juga merasa aman ketika berjalan di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Anak-anak buruh nelayan usia 12 tahun menunjukkan perasaan puas di domain satisfaction with school, merasa puas dengan sekolahnya. Anak-anak buruh nelayan di Desa Karangsong Indramayu merasa senang pergi ke sekolah, hal ini dikarenakan mereka merasa aman bila berada di sekolah, tidak ada teman sekolahnya yang memusuhi ataupun memukuli mereka. Guru-guru di sekolah mereka juga selalu mendengarkan apa yang mereka bicarakan dan berlaku adil terhadap semua siswa di sekolah mereka. Mereka juga merasa senang terhadap hal-hal yang telah dipelajari di sekolah. Anak-anak buruh nelayan usia 12 tahun menunjukkan perasaan puas di domain health merasa puas dengan kondisi kesehatan dan keadaan tubuhnya. Mereka juga merasa bahwa kondisi kesehatan mereka tidak bermasalah, mereka tidak pernah mengeluhkan mengenai kondisi kesehatan mereka. Mereka juga tidak begitu khawatir dengan keadaan tubuh mereka, selagi mereka dapat berjalan dan mampu untuk menghasilkan uang, maka mereka menganggap bahwa keadaan tubuh mereka baik-baik saja. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Beegle, et al (2009) di Vietnam yang mengatakan bahwa tidak ada efek yang signifikan dari pekerja anak pada kesehatan anak. Sehingga, dapat dikatakan bahwa anak-anak buruh nelayan di Desa Karangsong tidak begitu khawatir dengan kondisi fisik dan kesehatannya. Anak-anak buruh nelayan usia 12 tahun menunjukkan perasaan puas di domain personal satisfaction, merasa puas dengan keadaan dirinya sendiri. Mereka memiliki rasa percaya diri, mengenai kehidupan secara keseluruhan. Mereka merasa puas, bahagia, dan aktif dalam menjalankan kehidupannya seharihari. Mereka juga merasa puas dan bahagia mengenai keadaan dirinya saat ini ataupun hidup mereka di masa yang akan datang, sehingga mereka tidak memiliki rencana untuk mengubah kondisi yang terjadi di dalam kehidupannya. Hal ini sejalan dengan hasil laporan The Children s Society (2012), memiliki penilaian yang positif terhadap diri sendiri menjadi hal yang penting untuk menilai kesejahteraan pada anak. Anak-anak perlu untuk melihat diri mereka secara positif, dan pantas untuk dihormati oleh orang dewasa maupun anak-anak lainnya. Hal-hal lain yang mendukung kepuasan pada domain personal adalah bagaimana anak menilai penampilan mereka, apakah mereka merasa terganggu, dan apakah Volume 2, No.1, Tahun 2016
7 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh 93 pendapat mereka didengarkan oleh orang dewasa, menjadi kunci paling penting dari kesejahteraan anak. Selain itu, kebebasan untuk memilih juga menjadi hal penting dalam menentukan kepuasan anak. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa ketiga usia ini memaknakan tidak puas yang rendah pada domain time organization, dimana anakanak buruh nelayan ini merasakan ketidakpuasan mengenai pengorganisasian waktu luang yang dimilikinya. Anak-anak yang menunjukkan kepuasan yang rendah di dalam domain ini merasa tidak puas mengenai waktu mereka, karena mereka menganggap waktu yang mereka miliki sangatlah terbatas, mereka tidak memiliki waktu untuk membantu mengerjakan tugas-tugas di rumah, mengerjakan PR, menonton TV, dan bermain. Berbeda dengan anak-anak lain yang tidak bekerja, mereka dapat dengan mudah untuk mengatur waktu mereka untuk bermain dan belajar, sehingga mereka dapat melalui salah satu tugas perkembangan anak pada masa late childhood. Tugas perkembangan anak pada usia ini yaitu anak belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan, dan anak belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung (Havighurst, dalam Hurlock 1980). Sedangkan, pada anak-anak buruh nelayan, mereka memiliki tuntutan dalam membagi waktu yang mereka miliki untuk bermain, belajar dan bekerja. Sehingga, mereka merasa kesulitan dalam mengorganisasikan waktu mereka. Berdasarkan hasil laporan dari The Children s Society (2012) mengenai promoting positive well-being for children, dikatakan bahwa keseimbangan dalam menggunakan dan mengatur waktu sama pentingnya, penting baik untuk anak-anak ataupun orang dewasa. Sehingga, individu yang memiliki keseimbangan dalam menggunakan waktu akan memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi. Anak-anak buruh nelayan di Desa Karangsong menunjukkan pemaknaan yang rendah pada domain time organization karena mereka tidak memiliki keseimbangan dalam menggunakan waktu yang mereka miliki. Mereka memiliki tuntutan untuk dapat membagi waktu, sehingga mereka merasa kesulitan dengan penggunaan waktu mereka. D. Kesimpulan Anak-anak buruh nelayan menunjukkan kepuasan yang tinggi pada kedelapan domain children well-being, dimana dari hasil persentase menunjukkan kepuasan anak di delapan domain berada di atas 50%. Kepuasan yang paling tinggi pada anak buruh nelayan usia 8 tahun adalah pada domain satisfaction with interpersonal relationship dan satisfaction with health. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh subjek usia 8 tahun ini merasakan kepuasan yang tinggi terhadap hubungan dengan orang-orang terdekat mereka dan kesehatan fisik mereka. Kepuasan yang paling tinggi pada anak buruh nelayan usia 10 tahun adalah pada domain satisfaction with area living in dan domain school satisfaction. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh subjek usia 10 tahun ini merasakan kepuasan yang tinggi terhadap area di lingkungan rumahnya dan terhadap sekolahnya. Kepuasan yang paling tinggi pada anak buruh nelayan usia 12 tahun adalah pada domain (1) satisfaction with interpersonal relationship, (2) satisfaction with the area living in, (3) Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik
8 94 Hemas Farah Khairunnisa, et al. satisfaction with school, (4) satisfaction with health dan (5) personal satisfaction. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh subjek usia 12 tahun ini merasakan kepuasan yang tinggi terhadap hubungan dengan orang-orang terdekatnya, area di lingkungan rumahnya, sekolahnya, kesehatannya, dan keadaan dirinya sendiri. Sedangkan, kepuasan yang rendah dirasakan pada ketiga usia tersebut adalah pada domain time organization. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh subjek ketiga usia ini merasakan kepuasan yang rendah terhadap pengorganisasian waktu luang yang mereka miliki. Daftar Pustaka Diener, Ed., Lucas, Richard E & Oishi, Shigero. (2003). Personality, culture, and subjective well being: emotional and cognitive evaluation of life. Annual Reviews of Psychology. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. (edisi ke-lima). Jakarta: Erlangga. The Children s Society. (2012). The Good Childhood Report London : The Children s Society. Diunduh pada Januari 2012 dari : (2013). The Good Childhood Report London : The Children s Society. Diunduh pada Januari 2012 dari : UNICEF. (2012). Children s well-being from their own point of view. Spain: Universitat de Giroha. Volume 2, No.1, Tahun 2016
Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi 1 Farah Fauziah Ismail, dan 2 Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas
Lebih terperinciStudi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Kelas VI Sekolah Dasar Full-Day Darul Ilmi Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Kelas VI Sekolah Dasar Full-Day Darul Ilmi Bandung 1 Nurcahyani Rahayu Rahman, 2 Siti Qodariah 1,2 Fakultas Psikologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jalur pantura Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah km.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang terletak di jalur pantura Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 204.0011 km. Wilayah pesisir
Lebih terperinciStudi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Jalanan di Rumah Sanggar Waringin Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Jalanan di Rumah Sanggar Waringin Bandung 1 Nur Almaliah, 2 Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam
Lebih terperinciStudi Deskriptif Children Well-Being pada Siswa-Siswi Kelas 6 di SD Sains Al-Biruni Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Siswa-Siswi Kelas 6 di SD Sains Al-Biruni Bandung 1 Muthia Dwi Agustira, 2 Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciStudy Deskriptif Children Well Being Anak Penderita Leukimia All di Rumah Cinta Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Study Deskriptif Children Well Being Anak Penderita Leukimia All di Rumah Cinta Bandung 1 Nunik Mariska Cahyani, 2 Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Anak adalah sumber daya bagi bangsa juga sebagai penentu masa depan dan penerus bangsa, sehingga dianggap penting bagi suatu negara untuk mengatur hak-hak
Lebih terperinciProsiding Psikologi ISSN:
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Korelasi Self Esteem dengan Chidren Well-Being Anak Yatim Piatu Usia 12 Tahun di Panti Asuhan Tunas Melati Bandung Correlation Study between Self Esteem and Children
Lebih terperinciStudi Deskriptif Mengenai Children Well-Being pada Anak Jalanan yang Bersekolah Usia 12 Tahun di Rumah Perlindungan Anak (RPA) Yayasan Bahtera Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Children Well-Being pada Anak Jalanan yang Bersekolah Usia 12 Tahun di Rumah Perlindungan Anak (RPA) Yayasan Bahtera Bandung 1 Shenna Ratih
Lebih terperinciStudi Mengenai Domain-Domain Children Well Being pada Anak Panti Asuhan Usia 10 Tahun di Yayasan Al-Aisyiyah Kabupaten Cianjur
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Domain-Domain Children Well Being pada Anak Panti Asuhan Usia 10 Tahun di Yayasan Al-Aisyiyah Kabupaten Cianjur 1 Annisa Rastriani Resmi, 2 Farida Coralia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini laju informasi dan teknologi berjalan dengan sangat cepat. Begitu juga dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Abad XXI ini dikenal dengan era globalisasi dan era informasi. Dalam era ini laju informasi dan teknologi berjalan dengan sangat cepat. Begitu juga dengan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang
BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dengan baik, dalam tumbuh kembangnya menjadi manusia dewasa, anak juga memiliki harkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjective well-being yang merupakan salah satu bidang kajian dalam psikologi positif. Teori subjective
Lebih terperinciStudi Deskriptif Domain Children Well Being pada Anak Usia 12 Tahun di Kelurahan Cicadas
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Domain Children Well Being pada Anak Usia 12 Tahun di Kelurahan Cicadas 1 Niken Itnaning Ayu P., 2 Indri Utami 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga tapi juga bagi kehidupan secara lebih luas. Pada dasarnya, anakanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian yang penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena anak adalah generasi penerus bukan hanya dalam keluarga tapi juga bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang baru, Indonesia mengalami beberapa kenaikan harga seperti harga BBM yang naik dua
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Menurut Burgess & Locke (Duvall & Miller, 1985), Keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; terdiri dari
Lebih terperinciProsiding Psikologi ISSN:
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Subjective Well-Being pada Warga Usia Dewasa Madya di Kawasan Padat Penduduk RT 09/ 09 Cicadas Sukamulya Kelurahan Cibeunying Kidul Kota Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak akan tergantung pada fungsi keluarganya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak akan tergantung pada fungsi keluarganya (Zeitlin, Megawangi, Kramer, Colletta, Babatunde & Garman, 1995). Baik buruknya perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Tuhan yang Maha Esa. Keberadaanya merupakan anugrah yang harus dijaga, dirawat dan lindungi.setiap anak secara kodrati memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan asset yang kelak akan menjadi penerus keluarga, menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan asset yang kelak akan menjadi penerus keluarga, menjadi pejuang tangguh yang akan membawa bangsa menjadi beradab. Banyak ahli telah melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia menginginkan apa yang disebut dengan kebahagiaan dan berusaha menghindari penderitaan dalam hidupnya. Aristoteles (dalam Seligman, 2011: 27) berpendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke- 21, banyak pengembangan berbagai teknologi strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya trend Boarding School
Lebih terperinciProsiding Psikologi ISSN:
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Syukur dengan Subjective Well-Being Remaja Panti Asuhan Ikhlasul Amal Bandung Correlation of Subjective Well-Being with Gratitude of Adolescents at Ikhlasul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Subjective Well Being Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan eudaimonic dan kebahagiaan hedonis. Istilah eudaimonic berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terdapat perkembangan yang signifikan dari kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan publik menyangkut
Lebih terperinciSubjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya dindanatasyaa@yahoo.com Abstrak - Guru mengalami berbagai masalah dalam menjalankan profesinya.
Lebih terperinci2015 SUBJECTIVE WELL-BEING PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap pengemudi angkutan kota (angkot) karena peneliti sadar bahwa peranan pengemudi angkot dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 18.118.699 jiwa (BPS, 2010). Badan Pusat Statistik memprediksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dilindungi dan diperhatikan sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari
Lebih terperinciStudi Deskriptif Student Engagement pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Pasundan 1 Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Student Engagement pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Pasundan 1 Bandung 1 Rida Ayu Mustika, 2 Sulisworo Kusdiyati 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu
Lebih terperinciSUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG
SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG Nimas Ayu Nawangsih & Ika Febrian Kristiana* M2A 009 090 nimasayunawang@gmail.com, zuna210212@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Subjective well-being / Children well-being. ada teori yang secara khusus mengkaji well-being pada anak.
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Subjective well-being / Children well-being Children well-being merupakan konsep teori baru, sehingga belum ada teori yang secara khusus mengkaji well-being pada anak. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, pastinya setiap individu akan mengalami sebuah fase kehidupan. Fase kehidupan tersebut berawal sejak dari kandungan, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. acuan dalam penelitian ini karena teori Subjective Well-being sesuai dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alasan Pemilihan Teori Teori Subjective Well-being dari Diener (2003) digunakan sebagai teori acuan dalam penelitian ini karena teori Subjective Well-being sesuai dengan fenomena
Lebih terperinciPERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perguruan tinggi tahun pertama harus bersiap menghadapi dunia baru yaitu dunia perkuliahan yang tentu saja berbeda jauh dengan kultur dan sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat
Lebih terperinciProsiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati
Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 GAYA PENGASUHAN CONSTRAINING DENGAN KOMITMEN DALAM BIDANG PENDIDIKAN (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia ingin hidup bahagia dunia dan akhirat. Manusia harus melakukan suatu usaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Usaha yang dilakukan antara individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang pembangunan dan tata kota yang menjunjung estetika seni tinggi yang sedang banyak digalakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinci2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik
Lebih terperinciSubjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu
Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu Citra Bunga Negeri Fakultas Psikologi Universitas Surabaya e-mail:citraascamon@yahoo.com INTISARI Abstrak: Penelitian ini dilakukan kepada ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia bertanya-tanya tentang bagaimana cara memperoleh kualitas hidup yang baik. Peneliti-peneliti yang mempelajari kepuasan hidup mengasumsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinciKesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,
Lebih terperinciTUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini kota besar masih memiliki daya tarik bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan perekonomian dan pendidikan yang menyebabkan banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial membuat manusia bertemu dan berhubungan dengan berbagai macam orang.
Lebih terperinciProsiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN
Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 HUBUNGAN ANTARA COPING STRATEGY DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA BANDUNG 1 Silvie Andartyastuti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005, pemerintah melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia melakukan pengesahan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA Ayu Redhyta Permata Sari 18511127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Latar belakang masalah -Keterbatasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah
BAB 1 PENDAHULUAN A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah satunya untuk perubahan lingkungan maupun untuk dirinya sendiri yang bertujuan meningkatkan dan merubah kualitas
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia dalam kehidupan. Manusia menjadi tua melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun sesudahnya menyebabkan timbulnya berbagai masalah. Banyak industri yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak awal Juli 1997 hingga beberapa tahun sesudahnya menyebabkan timbulnya berbagai masalah. Banyak industri yang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas.uji asumsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup
59 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup 2. Variabel Tergantung : Kesejahteraan subjektif B.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Subjective Well Being dari Russell (2008) adalah persepsi manusia tentang keberadaan atau pandangan subjektif mereka tentang pengalaman hidupnya, menurut beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang sedang mengalami proses transisi dari masa kanak-kanak menuju kepada masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut muncul
Lebih terperinciHubungan Antara Coping Stress dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Luar Jawa
Hubungan Antara Coping Stress dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Luar Jawa HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA MAHASISWA LUAR JAWA Widya Candraning Tyas Jurusan Psikologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan
Lebih terperinciStudi Mengenai Domain Children Well-Being pada Anak Usia 8 Tahun yang Tinggal di Daerah Dataran Banjir Babakan Leuwi Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Domain Children Well-Being pada Anak Usia 8 Tahun yang Tinggal di Daerah Dataran Banjir Babakan Leuwi Bandung 1 Anglia Rizkita, 2 Farida Coralia 1,2 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam hidupnya. Kesejahteraan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi ketika seluruh kebutuhan manusia terpenuhi. Terpenuhinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Banyak ahli mengakui bahwa kepercayaan diri merupakan
Lebih terperinciSubjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra
Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Chintia Permata Sari & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com ABSTRAK. Penilaian negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya masyarakat, tanggung jawab penjagaan, perawatan, dan pengasuhan anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki peran yang penting dalam membangunkan kesejahteraan, pengasuhan, dan pendidikan dasar bagi setiap anggotanya (Fahrudin, 2005). Pada semua budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah dan amanah yang Allah berikan kepada sepasang suami istri dalam membangun sebuah keluarga. Orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masa remaja dinyatakan sebagai masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Remaja masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subjective well-being merupakan sejauh mana individu mengevaluasi kehidupan yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu
Lebih terperinciMENINGKATKAN PENGEMBANGAN ASPEK EMOSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK
MENINGKATKAN PENGEMBANGAN ASPEK EMOSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK Makalah Disusun Dalam Acara Seminar Nasional Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP UNY Pada hari Sabtu Tanggal 03 Maret 2007 di Aula Registrasi
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Dinamisme (the
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buruh gendong merupakan orang yang bekerja untuk orang lain dengan cara menggendong barang dibelakang punggung untuk mendapatkan upah dari usahanya tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia terutama para peneliti. Hal ini dikarenakan semuanya menginginkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menjadi tua dalam kehidupan selalu menjadi pergumulan bagi manusia terutama para peneliti. Hal ini dikarenakan semuanya menginginkan adanya keabadiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat
Lebih terperinci