LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH (PUSFATJA) Revisi: Januari 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH (PUSFATJA) Revisi: Januari 2013"

Transkripsi

1 _ LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH (PUSFATJA) Revisi: Januari 2013

2 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur alhamdulilah, revisi rencana strategis (Renstra) Pusat Pemanfaatan Penginderan Jauh telah selesai dilakukan. Revisi Renstra Pusat Pemanfaatan Penginderan Jauh dilakukan semata-mata untuk menyesuaikan dengan terjadinya perubahan lingkungan strategis akhir-akhir ini. Sebagai dokumen perencanaan, maka dokumen renstra perlu senantiasa direview dan disesuaikan dengan terjadinya perubahan-perubahan baik internal maupun eksternal. Revisi kali ini dilakukan terutama menyesuaikan tugas Pusfatja sesuai peraturan Kepala LAPAN no 2 Tahun 2011 dan amanat Rencana Undang Undang Keantariksaan. Dengan telah selesainya revisi ini, diharapkan pelaksanaan kegiatan di Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh lebih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam rangka menjawab berbagai permasalahan terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam, pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana. Dengan demikian keberadaan Pusat Pemanfatan Penginderaan Jauh akan memberikan kontribusi nyata dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional demi tercapai kesejahteraan rakyat. Jakarta, Januari 2013 Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Ir. Agus Hidayat, M.Sc NIP ii

3 DAFTAR ISI Hal. BAB I. PENDAHULUAN Kondisi Umum Dasar Kebijakan Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi Aspirasi Stakeholder terhadap PUSFATJA Potensi dan Permasalahan Potensi Permasalahan Analisis Lingkungan Strategis 9 BAB II. VISI, MISI, DAN TUJUAN Visi Misi Tujuan Sasaran Strategis Kaitan Tujuan, Sasaran Strategis, dan Indikator Kinerja Utama 12 BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Arah Kebijakan dan Strategi LAPAN Arah Kebijakan LAPAN Strategi LAPAN Arah Kebijakan dan Strategi PUSFATJA Arah Kebijakan PUSFATJA Strategi PUSFATJA Sasaran Tahunan PUSFATJA 25 BAB IV. PENUTUP 28 LAMPIRAN 29 Matriks Kinerja 30 iii

4 1.1. Kondisi Umum BAB I. PENDAHULUAN Kewenangan dalam bidang penginderaan jauh untuk pembangunan nasional telah diamanatkan kepada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) seperti yang tertuang dalam pasal 48 Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 103 tahun Kewenangan tersebut kemudian diuraikan dalam Peraturan Kepala LAPAN Nomor 02 tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN, dimana Kepala LAPAN dibantu oleh Deputi Bidang Penginderaan Jauh berwenang dalam merumuskan dan melaksananakan kebijakan di bidang penginderaan jauh. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kedua ( ) maka kewenangan di bidang penginderaan jauh tersebut diharapkan mengarah kepada pengembangan kemampuan iptek penginderaan jauh serta meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang penginderaan jauh. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA) sebagai salah satu unit kerja teknis eselon II di LAPAN mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan pemanfaatan data penginderaan jauh. Sebagai acuan dalam pelaksaan tugas/fungsi diperlukan adanya dokumen yang merumuskan perencanaan periode 5 (lima) tahun ke depan. Dokumen tersebut dinamakan Rencana Strategis (Renstra). Renstra disusun sebagai dokumen perencanaan strategis yang menetapkan dan menerjemahkan visi dan misi menjadi tujuan dan sasaran strategis sebagai target yang terukur dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Renstra disusun berdasarkan kebutuhan dan kondisi lingkungan strategis internal-eksternal dan disesuaikan dengan potensi kekuatan dan kemampuan institusi dalam merealisasikan target dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga capaian kinerja dapat diukur dengan baik. Renstra sudah selesai disusun pada akhir tahun Namun pada perjalanannya terjadi perubahan struktur organisasi (reorganisasi) LAPAN pada bulan Maret 2011 dan adanya revisi Renstra LAPAN pada Bulan Oktober Reorganisasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan tugas dan fungsi unit kerja di lingkungan LAPAN. Di lingkungan Deputi Bidang Penginderaan Penginderaan Jauh terjadi perubahan-perubahan tugas dan fungsi, mulai dari unit kerja eselon II 1

5 sampai eselon IV. Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh (PUSBANGJA) yang merupakan salah satu unit kerja eselon II pada struktur organisasi LAPAN yang lama, pada struktur organisasi LAPAN yang baru berubah menjadi Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA). Perubahan tersebut diikuti dengan perubahan tugas dan fungsinya serta struktur organisasi unit kerja di bawahnya. PUSFATJA memiliki satu kegiatan, yaitu Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan adanya revisi Renstra PUSBANGJA menjadi Ranstra PUSFATJA yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi PUSFATJA. Revisi tersebut sudah dilakukan pada tahun Pada tahun 2012 dilakukan revisi yang kedua sehubungan dengan adanya perubahan Renstra LAPAN Perubahan tersebut meliputi visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis LAPAN. Penyempurnaan Renstra PUSFATJA dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal, seperti: a). Kondisi terakhir yang telah dicapai dari pelaksanaan Renstra PUSBANGJA ; b). Reorganisasi LAPAN; c). Revisi Renstra LAPAN; dan d). Dinamika internal dan eksternal yang terjadi pada periode tahun Renstra PUSFATJA menggambarkan semangat untuk mengintegrasikan fungsi Deputi Bidang Penginderaan Jauh dengan upaya mensinergikan semua potensi unit kerja terkait sehingga peran PUSFATJA akan semakin nyata dalam mendukung pembangunan nasional berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Pada akhirnya diharapkan PUSFATJA akan menjadi pusat unggulan pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya alam (SDA), lingkungan, dan mitigasi bencana dalam rangka pembangunan nasional berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Beberapa catatan penting dari hasil evaluasi kinerja yang telah dicapai dalam periode sebelumnya antara lain adalah: Dalam periode telah dilakukan berbagai upaya pengembangan penginderaan jauh, baik dalam hal pengembangan dan penguasaan teknologi maupun dalam hal pemanfaatannya. Pengembangan teknologi penginderaan jauh ditujukan untuk meningkatkan penguasaan teknologi penginderaan jauh, antara lain adalah: penguasaan teknologi sensor; akuisisi dan sistem stasiun bumi; pengembangan peranti lunak open sources untuk pengolah data; ekstraksi informasi dari data satelit sensor multispektral dan sensor Sinthetyc Aperture 2

6 Radar (SAR) dan data hyperspectral; dan pengolahan Digital Elevation Model (DEM). Selama kurun waktu , telah banyak disampaikan hasil kegiatan penelitian, pengembangan model, dan pengembangan pemanfaatan data satelit penginderaan jauh kepada pengguna dan masyarakat luas untuk keperluan berbagai sektor pembangunan nasional. Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh untuk kepentingan berbagai pengguna meliputi antara lain: a). inventarisasi dan pemantauan perubahan penutup lahan; b). inventarisasi sumber daya lahan hutan, perkebunan, pertanian dan pesisir; c) tata ruang (pengembangan wilayah, pelabuhan dan evaluasi patok Hak Guna Usaha perkebunan, basis data pokok distrik), d). lingkungan (pemantauan perubahan Daerah Aliran Sungai (DAS)), e). informasi spasial untuk evakuasi bencana meliputi 21 wilayah pesisir rawan tsunami), dan f). pemetaan (updating) peta lokasi strategis Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan g) pemantauan cuaca dan mitigasi bencana (seperti: kebakaran hutan, banjir, kekeringan, dan kenaikan muka air laut). Pada periode tahun telah banyak memberikan pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) pemanfaatan data satelit penginderaan jauh kepada pengguna di berbagai sektor, baik di tingkat instansi pusat maupun di daerah. Bimtek yang telah dilakukan antara lain adalah bimtek pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan (Pemerintah Daerah dan Badan Pemeriksa Keuangan), untuk sensus penduduk dan ekonomi (Biro Pusat Statistik), dan untuk pemantauan kondisi hutan dan inventarisasi potensi hutan (Kementerian Kehutanan). Hasil capaian kinerja PUSBANGJA dalam periode tahun meliputi tiga aspek kegiatan, yaitu: a). Litbang Teknologi Penginderaan Jauh, b) Litbang Pemanfatan Data Penginderaan Jauh, dan c). Produksi dan Diseminasi Data dan Informasi berbasis penginderaan Jauh. Masing-masing aspek kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 3

7 1. Capaian Litbang Teknologi Penginderaan Jauh Penguasaan teknologi sistem akuisisi data satelit penginderaan jauh (ruas bumi): rancang-bangun integrasi sistem stasiun bumi untuk akuisisi data satelit lingkungan (satelit Terra-Aqua dan MTSAT) dan persiapan awal sistem akuisisi data satelit lingkungan yang akan diorbitkan berikutnya (NASA's NPOESS Preparatory Project - NPP). Penguasaan teknologi sistem sensor penginderaan jauh (ruas angkasa): penyusunan dokumen teknis format data, ekstraksi data handling, dan penyusunan dokumen disain dan rekomendasi teknis pengembangan sistem sensor penginderaan jauh untuk satelit LAPAN generasi berikutnya. Penguasaan teknologi pengolahan data satelit penginderaan jauh: perekayasaan peranti lunak (software) pengolah data dan citra satelit penginderaan jauh opensource berbahasa Indonesia. Penguasaan teknologi untuk pengembangan sarana pendukung operasional: rancang-bangun otomatisasi sistem pengolahan data MODIS (satelit Terra dan Aqua) untuk meningkatkan performansi operasional delivery near real time data/informasi. 2. Capaian Litbang Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Pengembangan model aplikasi penginderaan jauh untuk ketahanan pangan, seperti pemantauan tanaman padi dan operasional pembuatan informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI). Pengembangan model aplikasi penginderaan jauh untuk lingkungan dan mitigasi bencana alam sehingga menghasilkan informasi lebih akurat dengan proses pengolahan yang lebih cepat. 3. Capaian Produksi dan Diseminasi Data/Informasi Data Penginderaan Jauh Data satelit: Kontinuitas akuisisi dan produksi data satelit lingkungan (NOAA, MTSAT, Fengyun-1, dan MODIS) Tata ruang: Kontinyuitas produksi dan diseminasi informasi spasial tutupan lahan (skala 1: dan 1: ), seperti di wilayah provinsi/kabupatan, 4

8 daerah perbatasan, Daerah Aliran Sungai (DAS), pulau-pulau kecil terluar, dan informasi spasial tutupan lahan untuk pengguna strategis. Ketahanan pangan: Kontinyuitas produksi dan diseminasi informasi ZPPI, Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV), dan informasi hasil prediksi rawan kering/banjir di lahan sawah di Pulau Jawa dan Bali yang dikirimkan kepada pengguna/instansi terkait. Mitigasi bencana: Kontinuitas produksi dan desiminasi informasi harian hasil pemantauan liputan awan, informasi curah hujan dan siklon tropis bulanan, informasi prediksi curah hujan dan anomali curah hujan bulanan, informasi daerah potensi banjir, dan informasi hasil quick response terhadap bencana banjir, longsor, dan gempa bumi di berbagai tempat di wilayah Indonesia; dan informasi hotspot dan Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK). Kerjasama: PUSBANGJA telah membangun network dan kerjasama internasional dengan Remote Sensing Agency dan institusi lain yang terkait dengan pengembangan pemanfaatan dan teknologi penginderaan jauh Dasar Kebijakan Penyusunan dokumen Renstra PUSFATJA ini berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 dan perubahannya sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 9 tahun 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 tahun 2005; dan Peraturan Kepala LAPAN No. 02 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Struktur Organisasi, Tugas, dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Kepala LAPAN No. 02 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, PUSFATJA membawahi Bidang Sumber Daya Wilayah Darat; Bidang Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut; Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana; Bidang 5

9 Produksi Informasi; Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok Jabatan Fungsional. PUSFATJA mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan pemanfaatan data penginderaan jauh. Dalam melaksanakan tugas tersebut PUSFATJA menyelenggarakan fungsi: a. penelitian dan pengembangan model pemanfaatan untuk sumber daya wilayah darat; b. penelitian dan pengembangan model pemanfaatan untuk sumber daya wilayah pesisir dan laut; c. penelitian dan pengembangan model pemanfaatan untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana alam; d. penelitian dan pengembangan nilai tambah data dan standar produksi informasi; dan e. pelaksanaan kerjasama teknis di bidang pemanfaatan penginderaan jauh. PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH Subbagian Tata Usaha Bidang Sumber Daya Wilayah Darat Bidang Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana Bidang Produksi Informasi Kelompok Jabatan Fungsional Gambar 1.1. Struktur Organisasi PUSFATJA Masing-masing unit kerja di lingkungan PUSFATJA mempunyai tugas sebagai berikut: Bidang Sumber Daya Wilayah Darat mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan model pemanfaatan untuk sumberdaya wilayah darat, serta penyiapan bahan pelaksanaan kerjasama teknis di bidangnya. 6

10 Bidang Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan model pemanfaatan untuk sumberdaya wilayah pesisir dan laut, serta penyiapan bahan pelaksanaan kerjasama teknis di bidangnya. Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan model pemanfaatan untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana alam, serta penyiapan bahan pelaksanaan kerjasama teknis di bidangnya. Bidang Produksi Informasi mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan nilai tambah data dan standar produksi informasi, serta penyiapan bahan pelaksanaan kerjasama teknis di bidangnya. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan keuangan, kepegawaian, tata usaha, perlengkapan dan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugasnya, Subbagian Tata Usaha secara teknis fungsional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan secara administratif dikoordinasikan oleh Kepala Bidang Produksi Informasi Aspirasi Pemangku Kepentingan (Stakeholder) terhadap PUSFATJA Dari pengalaman pelaksanaan Renstra PUSBANGJA dan interaksi dengan berbagai pihak melalui seminar, kerjasama litbang, MOU, atau Tim Kerja Nasional dalam periode tahun , secara garis besar dapat diidentifikasi beberapa harapan berbagai pemangku kepentingan terhadap PUSFATJA, yaitu antara lain adalah: a. Ketersediaan informasi spasial berbasis data satelit penginderaan jauh yang merupakan kebutuhan pengguna di berbagai sektor; b. Ketersediaan model pemanfaatan penginderaan jauh untuk kebutuhan pengguna di berbagai sektor; c. Pengembangan dan standarisasi model pemanfaatan data penginderaan jauh 7

11 d. Pengembangan format diseminasi informasi spasial berbasis data satelit penginderaan jauh; e. Peningkatan akurasi informasi spasial berbasis data satelit penginderaan jauh; f. Peningkatan kerjasama teknis pemanfaatan data penginderaan jauh, baik lembaga dalam negeri maupun lembaga luar negeri; g. Peningkatan pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan penginderaan jauh Potensi dan Permasalahan Potensi PUSFATJA saat ini memiliki 104 orang pegawai yang tersebar di 4 (empat) Bidang Teknis (esselon III) dan 1 (satu) unit kerja esselon IV Tata Usaha. Dalam melaksanakan program dan kegiatannya, PUSFATJA memanfaatkan sumber daya manusia yang tersedia dengan tingkat pendidikan pegawai adalah 7 orang S-3, 28 orang S-2, 36 orang S-1, 33 orang D3 dan lainnya. Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan keahliannya, 40 orang meniti karir dalam jabatan fungsional peneliti dan 9 orang perekayasa. Di antara para peneliti tersebut tercatat 1 orang dengan kualifikasi Ahli Peneliti Utama dan 3 orang Peneliti Utama. Dalam konteks pemanfaatan data penginderaan jauh terdapat 4 (empat) bidang kompetensi yang dikembangkan dan dimantapkan di PUSFATJA, yang juga merupakan fungsi PUSFATJA, yaitu: a) Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumberdaya wilayah darat b) Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumberdaya wilayah pesisir dan laut c) Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana alam d) Pengembangan nilai tambah dan standar produksi informasi berbasis penginderaan jauh Sebagai satuan kerja penelitian dan pengembangan, PUSFATJA juga mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, lembaga pemerintah, swasta, dan lembaga-lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri, diantaranya: UI, IPB, ITB, UGM, ITS, Pemda, Bakosurtanal, BPPT, KKP, Bakorkamla, BNPB, KLH, Kemenhut, UNOOSA, JAXA, RESTEC, DLR, 8

12 ITC, AIT. Tujuan jaringan kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kompetensi PUSFATJA serta mendistribusikan produk litbang PUSFATJA. Salah satu upaya untuk mewujudkan visi sebagai pusat unggulan dalam pemanfaatan data penginderaan jauh, maka PUSFATJA membangun fasilitas Pusat Pemantauan Bumi yang telah mulai dilaksanakan pada tahun 2011 dan diharapkan akan beroperasi pada tahun Pusat Pemantauan Bumi tersebut berupa sistem terpadu yang terdiri dari sistem informasi mitigasi bencana alam (SIMBA) dan sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan (SISDAL) Permasalahan Keterbatasan fasilitas dan teknologi terutama dalam pelaksanaan survei lapangan dimana peralatan dan instrumentasi yang digunakan tidak tersedia. Pada akhirnya survei lapangan lebih ditekankan pada tujuan validasi hasil klasifikasi menggunakan GPS, kamera, dan citra daripada analisis pengukuran menggunakan instrumentasi yang sesuai. Kondisi ini mengakibatkan ketergantungan para peneliti kepada lembaga yang memiliki instrumen yang terkait, dan tidak semua jenis penelitian dapat dilaksanakan. Sampai saat ini di PUSFATJA belum ada standarisasi, baik metode pemanfaatan data satelit penginderaan jauh maupun produk informasi berbasis data penginderaan jauh. Kebutuhan adanya standarisasi tidak hanya untuk kepentingan internal, tetapi juga dibutuhkan oleh para pengguna yang mengharapkan adanya produk-produk informasi yang standar, baik dari aspek substansi maupun aspek pengemasannya (seperti: lay out dan visualisasi informasi spasial). Sejalan dengan upaya mewujudkan visi sebagai pusat unggulan dalam pemanfaatan data penginderaan jauh, maka standarisasi perlu mendapat perhatian yang serius. Rekruitmen SDM yang terjadi pada kurun waktu 10 tahun ini kurang optimal karena adanya kebijakan zero growth yang dapat mengakibatkan kesenjangan kapasitas dan kualitas kompetensi. Perlu peningkatan pembinaan SDM yang berjenjang untuk mengatasi permasalahan tersebut Analisis Lingkungan Strategis a. Kekuatan 9

13 Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi di bidang pemanfaatan penginderaan jauh. Dikuasainya metodologi pemanfaatan data penginderaan jauh Terbinanya kerjasama teknis dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri untuk pengembangan kemampuan pemanfaatan penginderaan jauh. Rencana Undang Undang (RUU) Keantariksaan yang akan segera disahkan b. Kelemahan Kurang sempurnanya sistem manajemen (archive, update, retrieve) informasi spasial yang berbasis data penginderaan jauh. Belum standarnya pengolahan data/informasi. Kurangnya sosialisasi hasil litbang pemanfaatan penginderaan jauh. Fasilitas dan kapasitas peralatan penelitian masih terbatas. c. Peluang Tingginya kebutuhan pengguna di berbagai sektor pembangunan yang terkait dengan pemanfaatan informasi berbasis data penginderaan jauh. Pesatnya perkembangan teknologi yang mendukung pemanfaatan data penginderaan jauh. Tersedianya data penginderaan jauh multimisi secara berkelanjutan. Kerjasama internasional memungkinkan untuk alih teknologi sehingga memberi peluang peningkatan kemampuan dalam pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh. d. Tantangan Pengembangan dan penguasaan teknologi dirgantara belum dijadikan prioritas nasional sehingga program pengembangan dan penguasaan teknologi dirgantara masih tertinggal dengan kemajuan yang dicapai negara tetangga; Adanya kompetitor dengan produk informasi yang sama; 10

14 Gencarnya inisiatif negara maju dengan tawaran paket teknologi penginderaan jauh (yang tidak mendukung program kemandirian teknologi penginderaan jauh dan pemanfaatannya). 11

15 2.1. Visi BAB II. VISI, MISI, DAN TUJUAN Menjadi pusat unggulan pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya alam, lingkungan, dan mitigasi bencana Misi Guna mengaktualisasikan visi tersebut, Pusfatja mengemban beberapa misi yaitu: Menyelenggarakan kajian kebijakan di Bidang Penginderaan Jauh untuk mendukung RUU Keantariksaan Melakukan penelitian dan pengembangan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh, yang terdiri dari Mengembangkan kemampuan litbang pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya darat, pesisir, dan laut. Mengembangkan kemampuan litbang pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana. Mengembangkan kemampuan produksi informasi berbasis penginderaan jauh. Mengembangkan kerjasama dan pelayanan teknis di bidang pemanfaatan penginderaan jauh 2.3. Tujuan Strategis Menyelenggarakan kajian kebijakan di Bidang Penginderaan Jauh untuk mendukung RUU Keantariksaan Melakukan penelitian dan pengembangan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh, yang terdiri dari Mengembangkan kemampuan litbang pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya wilayah darat Mengembangkan kemampuan litbang pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya wilayah pesisir, dan laut. Mengembangkan kemampuan litbang pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana. 12

16 Mengembangkan kemampuan produksi informasi berbasis penginderaan jauh. Meningkatkan kerjasama dan pelayanan teknis di bidang pemanfaatan penginderaan jauh 2.4. Sasaran Strategis Adapun sasaran strategis yang ingin di capai adalah sebagai berikut. Penyiapan bahan kajian kebijakan pengembangan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh. Penguatan penelitian dan pengembangan di bidang pemanfaatan penginderaan jauh, yang terdiri dari Penguatan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah pesisir dan laut. Penguatan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk lingkungan dan mitigasi bencana. Penguatan model standar nilai tambah data dan standar produksi informasi berbasis data penginderaan jauh. Penguatan pengembangan sistem pemantauan bumi Meningkatnya kerjasama teknis dan pendayagunaan hasil litbang pemanfaatan penginderaan jauh. Penguatan pembimbingan, pembinaan dan pelayanan teknis di bidang pemanfaatan penginderaan jauh Penguatan kerjasama teknis di bidang pemanfaatan penginderaan jauh 2.5. Kaitan Tujuan, Sasaran Strategis, dan Indikator Kinerja Utama Antara tujuan, sasaran strategis, dan indikator kinerja utama harus ada kaitan yang jelas dan terarah. Kaitan ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Kaitan Tujuan, Sasaran Strategis, dan Indikator Kinerja Utama 13

17 Tujuan Strategis Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Mengembangkan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah darat. Mengembangkan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah laut dan pesisir. Mengembangkan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk lingkungan dan mitigasi bencana. Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah darat. Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah pesisir dan laut. Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk lingkungan dan mitigasi bencana. Jumlah dokumen teknis penelitian dan pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah darat Jumlah dokumen teknis penelitian dan pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah pesisir dan laut Jumlah dokumen teknis penelitian dan pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana Mengembangkan model standar nilai tambah data, standar produksi informasi berbasis data penginderaan jauh dan sistem diseminasi informasi. Tersedianya model standar nilai tambah data dan standar produksi informasi berbasis data penginderaan jauh. Tersedianya sistem diseminasi informasi. Jumlah dokumen teknis perekayasaan dan pengembangan nilai tambah data dan standar produksi informasi berbasis penginderaan jauh Jumlah sistem diseminasi informasi Meningkatkan kerjasama teknis dan pendayagunaan hasil litbang pemanfaatan penginderaan jauh Meningkatnya kerjasama teknis dan pendayagunaan hasil litbang pemanfaatan penginderaan jauh Jumlah kerjasama teknis pemanfaatan penginderaan jauh (nasional dan internasional) 14

18 BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi LAPAN Arah Kebijakan LAPAN Arah kebijakan pengembangan kedirgantaraan LAPAN pada hakekatnya adalah untuk penguasaan, pengembangan, dan penerapan iptek kedirgantaraan menuju kemandirian dan peningkatan daya saing nasional di bidang kedirgantaraan. Pembangunan kedirgantaraan LAPAN tidak terlepas dari pengembangan kelembagaan iptek, sumber daya iptek, jaringan iptek, kreativitas dan produktivitas litbang, dan pendayagunaan iptek. periode diarahkan pada: Pengembangan kedirgantaraan LAPAN pada 1. Penguatan kemampuan penguasaan iptek, khususnya iptek dirgantara bagi peningkatan kemandirian dan daya saing nasional sehingga iptek dirgantara dapat dijadikan sebagai penggerak untuk kemajuan pembangunan nasional; 2. Menuju kemandirian dalam memberikan dukungan bagi peningkatan kemampuan alutsista nasional dan industri strategis pertahanan nasional untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. Pengembangan kemampuan rancang bangun sistem satelit untuk mendukung kemandirian dalam pemantauan (surveillance) wilayah Indonesia dan penginderaan jauh; 4. Peningkatan kapasitas mitigasi melalui pengembangan dan penguatan sistem informasi peringatan dini (SIMBA -Sistem Informasi dan Mitigasi Bencana- dan SISDAL -Sistem Informasi Inventarisasi Sumber Daya Alam-), sistem informasi gangguan ionosfir bagi komunikasi, posisi lokasi dan navigasi serta orbit satelit; 5. Kesinambungan (kontinuitas) dan peningkatan kontribusi LAPAN dalam penyediaan informasi spasial bagi pengelolaan sumber daya alam; 6. Peningkatan spin off teknologi dirgantara untuk mitigasi bencana, pemantauan cuaca, pasang surut, alat pengukur radiasi ultra violet pengukur konsentrasi gas rumah kaca seperti: karbon, SKEA, dan sebagainya; 7. Penguatan kebijakan pembangunan nasional di bidang kedirgantaraam untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam pengembangan, penguasaan dan penerapan teknologi dirgantara sehingga dapat melindungi kepentingan nasional dalam hubungan internasional terkait dengan teknologi dirgantara. 15

19 Strategi LAPAN Strategi LAPAN dalam rangka mengemban misi dan mewujudkan sasaran strategisnya mencakup beberapa hal, yaitu: a. Penataan Aparatur Menghadapi perubahan tuntutan aspirasi masyarakat terhadap LAPAN yang semakin besar terutama dalam memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional khususnya tuntutan penguasaan teknologi roket dan satelit untuk pertahanan dan keamanan serta menjaga keutuhan NKRI, tuntutan perubahan sikap dan perilaku birokrasi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga pemerintah mendorong sesegera mungkin pelaksanaan reformasi birokrasi bagi lembaga pemerintah dalam periode sudah tuntas, tuntutan pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana litbang, anggaran yang sangat terbatas) secara efektif dan efisien merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya khususnya anggaran yang semakin terbatas. b. Kelembagaan dan Struktur Organisasi LAPAN berdasarkan Keppres Kep. Pres 103/2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Kemeterian sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden No.64 Tahun 2005 mempunyai tugas: melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut LAPAN menyelenggarakan fungsi: 1) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya; 2) koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN; 3) pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatannya; 4) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga. 16

20 Struktur organisasi LAPAN saat ini adalah struktur organisasi yang dibangun sebelum tahun 2001 berdasarkan Keppress tahun 2001 yaitu Kep.Pres 103/2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden No.64 Tahun 2005 dan Kep. Pres 110/2001. Selama kurun 9 tahun, struktur tersebut telah mengalami 2 (dua) kali perubahan yaitu terjadi penambahan Sub. Bagian Tata Usaha pada Biro-biro di lingkungan Sekretariat Utama dan penambahan unit kerja baru setingkat eselon II yang merupakan unit kerja yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan prinsip Pola Pengelolaan Keuangan secara Badan layanan Umum (BLU) yang disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Aparatur Negara terkait dengan Unit Kerja Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat terkait dengan pemanfaatan teknologi dirgantara dan Keputusan Menteri Keuangan pada tahun 2008 terkait dengan status Pusfatekgan dalam Pengelolaan Keuangan dari hasil pelayanan kepada masyarakat dengan status Badan Layanan Umum Penuh. Saat ini LAPAN sedang melaksanakan persiapan reorganisasi untuk menyesuaikan diri dengan tantangan yang ada saat ini dan tantangan 5-10 tahun mendatang sehingga LAPAN tetap dapat memberikan kontribusinya bagi berbagai kepentingan pembangunan nasional. Berdasarkan hasil evaluasi organisasi terdapat beberapa hal, yang perlu mendapatkan perhatian LAPAN dalam memfokuskan pelaksanaan tugas dan fungsi dan memisahkan dengan pelaksanaan tugas utama teknis dan tugas pendukung. Persiapan reorganisasi telah dikomunikasikan dengan Kementerian terkait (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara) yang diharapkan awal tahun 2010, reorganisasi setingkat eselon II, baik secara struktur maupun tugas dan fungsi terkait yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dapat terlaksana. c. Ketatalaksanaan Dalam rangka mempersiapkan diri menjadi institusi yang dapat mendorong tercapainya kemandirian dalam penguasaan sains dan teknologi kedirgantaraan 17

21 dan pemanfaatannya dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan, pada periode tahun , tidaklah cukup semata-mata hanya memikirkan hal-hal terkait dengan sain dan teknologi kedirgantaraan saja tapi juga diperlukan perhatian secara menyeluruh baik yang bersifat penguasaan teknologi maupun yang bersifat dukungan administrasi dan manajemen serta pembinaan sumberdaya. Terkait dengan hal tersebut pada periode tahun anggaran , telah dilakukan upaya peningkatan ketatalaksanaan antara lain pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diharapkan tahun 2010 semua SOP yang diperlukan harus sudah dapat ditetapkan dan dioperasionalisasikan sehingga dapat memberikan arahan dan fokus dalam pelaksanaan tugas baik oleh para pelaksanan tugas atau pemangku jabatan fungsional maupun oleh para pejabat structural selaku Pembina/Pengarah, Penanggung jawab dan Penyelia program dan kegiatan. Selain SOP, yang dirasakan sangat diperlukan pada periode tahun anggaran adalah Pemantapan Analisis Jabatan, Analisis Beban Kerja semua pemangku jabatan serta Pengembangan Sistem Karir yang memberikan kepastian arah dari pembinaan SDM aparatur sehingga memenuhi standar kompetensi yang diperlukan untuk memangku suatu jabatan. Pada tahun 2010, perlu dibangun pedoman atau tatacara Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan oleh unit-unit kerja di lingkungan LAPAN serta mekanisme untuk Rewards dan Punishment secara terbuka yang dapat diterima dan dipahami oleh semua unit kerja bahwa unit kerja yang dapat mencapai kinerja dan target yang telah ditetapkan akan mendapatkan rewards dan sebaliknya bagi unit kerja yang tidak mencapai kinerja dan target akan mendapatkan punishment. d. Pembinaan Teknis SDM Tantangan yang signifikan dalam mencapai target sasaran strategis LAPAN pada periode dan tahun-tahun berikutnya adalah menyiapkan SDM aparatur secara terpadu dan berkelanjutan. Pengolaan SDM secara bertanggung jawab dilakukan sejak rekruitmen sampai dengan pensiun. Karena itu, diperlukan Buku Biru Pengelolaan SDM aparatur LAPAN yang memberikan arah kebijakan pembinaan, pengembangan dan pengelolaan SDM sehingga pelaksanaan Rekruitmen dilakukan sesuai dengan kebutuhan prioritas fokus program/ 18

22 kegiatan LAPAN dan didukung dengan analisis jabatan serta analisis beban kerja. Demikian pula halnya dengan pengembangan kemampuan SDM yang dilakukan melalui berbagai media seperti pendidikan dan pelatihan (diklat) dan seminarseminar yang pelaksanaannya didasarkan suatu evaluasi kebutuhan berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja yang memberikan kriteria syarat jabatan dan kompetensi minimal yang diperlukan dalam memangku jabatan tersebut. Diklat dimaksud tidak melulu hanya terkait dengan hal-hal yang bersifat teknis seperti diklat teknis, profesional, ataupun pendidikan bergelar tapi juga mencakup diklat perilaku/kepribadian dan diklat kecakapan teknis personal seperti komunikasi sehingga pegawai tidak hanya memadai dalam kecakapan teknis tapi juga memadai dalam kecakapan pengendalian diri, menjaga motivasi dan komunikasi. Selain itu juga telah dilakukan analisis jabatan dan analisis beban kerja untuk jabatan struktural dan akan ditindaklanjuti dengan analisis jabatan dan perhitungan beban kerja bagi semua jabatan dan dilakukan pemetaan jabatan sehingga dapat diperoleh gambaran utuh tentang SDM LAPAN dan juga diperoleh peta kompetensi individu. Diharapkan pada tahun , dicapai cetak biru pembangunan SDM aparatur di LAPAN, kode etik SDM, model assessmen center dan sebagainya sehingga pengembangaan SDM aparatur dilakukan berdasarkan kebutuhan. e. Pembinaan Sistem Nilai Kelembagaan Sistem nilai kelembagaan merupakan kumpulan nilai yang disepakati untuk digunakan dalam proses pencapaian sasaran lembaga yang mencakup kemandirian, pemanfaatan, dan pelayanan prima. Sistem nilai kelembagaan yang perlu dibangun antara lain: Profesional, akuntabel, dan disiplin; Visioner, percaya diri, kerja keras, dan bertanggung jawab; Berkemauan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan; Mampu berkomunikasi, mengendalikan diri, dan memberikan pelayanan prima; Ekselensi dalam memberikan kepuasan kepada pengguna. 19

23 f. Pengelolaan Anggaran Dalam pelaksanaan penggunaan anggaran, LAPAN telah membangun pedoman pengelolaan anggaran yang menjadi landasan satuan kerja dalam melaksanakan penggunaan anggaran negara secara bertanggung jawab dan akuntabel. Penyusunan anggaran di lingkungan LAPAN pada periode senantiasa didasarkan kepada prioritas capaian yang selaras dengan Renstra LAPAN ; disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan yang berpengaruh terhadap LAPAN pada periode tersebut; dan senantiasa diputuskan berdasarkan Rapat Pimpinan (RAPIM) Eselon I. g. Badan Layanan Umum LAPAN telah mempunyai pengalaman cukup panjang dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terkait dengan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh. Pada periode , pelayanan terhadap pengguna yang bersifat mandatory maupun komersial dirasakan LAPAN perlu untuk terus ditingkatkan. Pelayanan yang bersifat komersial yang baru dilakukan antara lain adalah operasional pelayanan data satelit penginderaan jauh dan informasi spasial berbasiskan data satelit penginderaan bagi kebutuhan perencanaan dan pengembangan wilayah, penataan kawasan perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan tambak. Dengan perkembangan tuntutan kebutuhan dari masyarakat diharapkan pada periode dapat dilakukan produksi motor roket dalam jumlah yang cukup banyak dengan ukuran diameter roket kurang dari 150 mm, roket-roket kecil untuk berbagai aplikasi seperti modifikasi cuaca, pengujian alat penangkal petir dan sebagainya. Selain itu, dapat pula dilakukan pelayanan untuk spin off teknologi dirgantara seperti Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) kapasitas kurang dari 10 kwatt, tide gauge (pengukur pasang surut muka air), Light street hybrid (lampu jalan hybrid), stasiun pengamat cuaca otomatis (Automatic weather station), alat pengukur polusi udara (Carbon, dll), dan alat pengukur radiasi UV. 20

24 3.2. Arah Kebijakan dan Strategi PUSFATJA Arah Kebijakan PUSFATJA Arah kebijakan PUSFATJA untuk pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh adalah: 1. Memantapkan kemandirian pemanfaatan penginderaan jauh dalam rangka mendukung peningkatan operasional dan distribusi informasi berbasis penginderaan jauh. 2. Meningkatkan infrastruktur penginderaan jauh dalam rangka menjaga kontinuitas operasional penyediaan informasi berbasis penginderaan jauh khususnya dalam kondisi tanggap darurat. 3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas produk dan jasa litbang pemanfaatan penginderaan jauh 4. Mempertahankan kontinuitas produksi informasi berbasis penginderaan jauh untuk mendukung prioritas pembangunan nasional. 5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam rangka menuju kemandirian penelitian, dan pengembangan kapasitas. 6. Meningkatkan kerjasama teknis pemanfaatan penginderaan jauh Strategi PUSFATJA Untuk melaksanakan Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh, PUSFATJA akan melaksanakan langkah-langkah: 1. Menentukan prioritas Penelitian, Pengembangan Kapasitas, dan Kerjasama Teknis Pemanfaatan Penginderaan Jauh sesuai dengan arah dan kebijakan LAPAN/Deputi Bidang Penginderan Jauh. 2. Mengembangkan kemampuan SDM. 3. Mensinergiskan semua sumber daya untuk mencapai target kinerja yang telah ditentukan. 4. Penguatan monitoring, evaluasi, dan ketatalaksanaan; 5. Memanfaatkan networking komunitas penginderaan jauh yang telah dibangun baik nasional maupun internasional sebagai sarana sumber informasi dan solusi untuk kepentingan nasional. 6. Membangun networking dalam rangka memperluas distribusi informasi berbasis penginderaan jauh dan mendapatkan umpan balik dari pengguna. 21

25 Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh merupakan sarana untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis yang telah ditetapkan, untuk itu disusun beberapa subkegiatan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel

26 Tabel 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Kegiatan PUSFATJA Tujuan Strategis Sasaran Outcome Kegiatan Sub-Kegiatan Output Mengembangkan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah darat. Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah darat. Terwujudnya proses pengolahan data penginderaan jauh yang standar untuk menghasilkan informasi spasial SDA wilayah darat. Termanfaatkannya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk SDA wilayah darat. Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh Pengembangan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sektor kehutanan Pengembangan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sektor pertanian Pengembangan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pengelolaan DAS dan sumber daya air Pengembangan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pengelolaan sumber daya energi dan mineral Pengembangan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk isu strategis lainnya Model Aplikasi SOP Makalah Ilmiah Mengembangkan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah pesisir dan laut. Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya wilayah pesisir dan laut. Terwujudnya proses pengolahan data penginderaan jauh yang standar untuk menghasilkan informasi spasial SDA wilayah pesisir dan laut. Termanfaatkannya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk SDA wilayah pesisir dan laut. Penelitian dan pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh untuk sumber daya pesisir (mangrove, terumbu karang, dll). Pengembangan model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk sumber daya laut (perikanan tangkap, dll). Penelitian dan pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh untuk parameter oseanografi (SPL, klorofil, bathimetri, dll). Pengembangan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk isu strategis Model Aplikasi SOP Makalah Ilmiah 23

27 Tujuan Strategis Sasaran Outcome Kegiatan Sub-Kegiatan Output lainnya. Mengembangkan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana. Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana. Terwujudnya proses pengolahan data penginderaan jauh yang standar untuk menghasilkan informasi spasial untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana. Termanfaatkannya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana. Pengembangan model pemanfaatan penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan Pengembangan model pemanfaatan penginderaan jauh untuk analisis resiko bencana Pengembangan model pemanfaatan penginderaan jauh untuk deteksi dan pemetaan cepat bencana Pengembangan model pemanfaatan penginderaan jauh untuk penanganan pasca bencana (recovery and reconstruction) Pengembangan model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk isu strategis lainnya Model Aplikasi SOP Makalah Ilmiah Mengembangkan model standar nilai tambah data, standar produksi informasi berbasis data penginderaan jauh dan sistem diseminasi informasi Tersedianya model standar nilai tambah data dan standar produksi informasi berbasis data penginderaan jauh Tersedianya sistem diseminasi informasi Memudahkan pengguna data dalam memproses data untuk ekstraksi informasi. Terwujudnya format standar informasi spasial SDA, lingkungan dan kebencanaan. Memudahkan pengguna dalam mengakses informasi spasial SDA, lingkungan dan kebencanaan. Pengembangan model standar nilai tambah data penginderaan jauh Pengembangan standar produksi informasi berbasis data penginderaan jauh Pengembangan sistem diseminasi informasi. Model nilai tambah data Produk informasi standar SOP Sistem diseminasi 24

28 Tujuan Strategis Sasaran Outcome Kegiatan Sub-Kegiatan Output informasi Makalah Ilmiah Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana. Terlaksananya Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi Sumber Daya dan Tata Usaha; Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik Kapasitas SDM meningkat Bimtek Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi Program Pelatihan dan tugas belajar SDM yang terlatih SDM yang meningkat jenjang pendidikan nya Mengembangkan kerjasama teknis pendayagunaan hasil litbang pemanfaatan penginderaan jauh Meningkatnya kerjasama teknis pendayagunaan hasil litbang pemanfaatan penginderaan jauh Networking dengan instansi lain meingkat Kapasitas SDM meningkat Pelaksanaan kerjasama teknis untuk sumber daya wilayah darat Pelaksanaan kerjasama teknis untuk sumber daya wilayah pesisir dan laut Pelaksanaan kerjasama teknis untuk pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana Model Aplikasi Makalah Ilmiah 25

29 3.3. Sasaran Tahunan PUSFATJA Dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan strategis PUSFATJA , sebagaimana diuraikan pada Bab II, sasaran tahunan dalam bentuk beberapa Subkegiatan pada Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dapat dilihat pada Tabel

30 Tabel 3.2. Sasaran Tahunan PUSFATJA Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Penginderaan Jauh Tersedianya hasil kajian untuk pengembangan muatan sensor penginderaan jauh, sistem antena penerima data, dan perangkat lunak pengolahan data penginderaan jauh. Tersedianya sarana pendukung operasional dan pelayanan data penginderaan jauh. Disiapkannya SOP penurunan informasi dasar berbasis data penginderaan jauh untuk berbagai sektor Tersedianya klasifikasi tutupan lahan (sistem klasifikasi dan metode klasifikasi) Tersedianya hasil pemantauan objek di sektor pertanian (otomatisasi dan pemetaan) Tersedianya informasi berbasis data penginderaan jauh tentang topografi (penurunan DEM stereo), bathimetri (model bathimetri), banjir (model genangan di das), kenaikan muka air laut /slr (analisis Tersedianya SOP penurunan informasi dasar berbasi data penginderaan jauh dan SOP otomatisasi pemantauan pertanian Teredianya dokumen hasil kajian penguasaan teknologi rancang bangun sistem akusisi data radar, payload imager, dan infrastruktur / sarana pendukung penginderaan jauh Tersedianya klasifikasi tutupan lahan (klasifikasi berbagai resolusi data),pemantauan pertanian (perbaikan metode pemantauan), topografi (pengujian akurasi dan presisi), Tersedianya hasil pengembangan metode ekstraksi informasi bathimetri (verifikasi dan validasi), terumbu karang (verifikasi dan validasi), ZPPI (analisis parameter ZPPI). Tersedianya model pemanfaatan data Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk klasifikasi hutan Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemetaan lahan sawah Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk analisis debit dan erosi untuk penilaian kualitas DAS Tersedianya hasil pengolahan data untuk mendukung perhitungan karbon/redd+ Tersedianya model ekstraksi suhu permukaan laut dan klorofil-a Tersedianya model ekstraksi batimetri, terumbu karang, garis pantai Tersedianya model ekstraksi SSH dan SLR Tersedianya informasi spasial ZPPI Tersedianya model pemanfaatan penginderaan jauh untuk penentuan zona bahaya dan analisa resiko banjir/longsor Tersedianya model ekstraksi parameter Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk klasifikasi hutan Tersedianya hasil pengolahan data untuk mendukung perhitungan karbon/redd+ Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemetaan lahan sawah Tersedianya informasi pemantauan fase pertumbuhan tanaman padi Tersedianya informasi sumber daya air (danau) berbasis data penginderaan jauh Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk identifikasi potensi sumber daya energi dan mineral. Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk peningkatan akurasi informasi ZPPI Tersedianya metode pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pembaruan informasi terumbu karang dan mangrove Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk penentuan lokasi budidaya rumput laut Tersedianya informasi spasial ZPPI Tersedianya model pemanfaatan data Tersedianya model standar pemanfaatan data penginderaan jauh untuk klasifikasi hutan Tersedianya model pengolahan data untuk mendukung program MIH Tersedianya informasi lahan sawah berbasis data penginderaan jauh Tersedianya informasi sumber daya air (danau) berbasis data penginderaan jauh Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk identifikasi potensi sumber daya energi dan mineral. Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk peningkatan akurasi informasi ZPPI Tersedianya metode pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pembaruan informasi terumbu karang dan mangrove yang tervalidasi Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk penentuan lokasi budidaya rumput laut yang tervalidasi Tersedianya informasi spasial ZPPI Tersedianya model pemanfaatan data 27

31 parameter sensitif), gunung berapi (monitoring gunung api) Tersedianya produk data satelit observasi bumi untuk mendukung akurasi informasi sumber daya alam dan lingkungan yang standar Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk SDAL, perikanan, kelautan, dan mitigasi bencana Tersedianya hasil updating informasi liputan lahan di wilayah pesisir dan wilayah strategis. penginderaan jauh untuk banjir (verifikasi dan validasi), kenaikan muka air laut (model kerentanan slr), gunung berapi (zonasi resiko gunung api) Tersedianya hasil kajian pemanfaatan data NPP untuk penurunan parameter kelautan (SPL, klorofil, TSM) Tersedianya hasil updating informasi liputan lahan di wilayah pesisir dan wilayah strategis. fisis untuk deteksi dan pemantauan bencana Tersedianya informasi banjir/kekeringan di lahan sawah dan mitigasi bencana Tersedianya model untuk pemantauan degradasi hutan Tersedianya sistem reaksi cepat untuk kebencanaan. Tersedianya informasi spasial berbasis data penginderaan jauh yang memiliki nilai tambah. Tersedianya system basis data informasi spasial sumber daya alam berbasis web service Tersedianya infrastruktur data untuk produksi informasi geospasial penginderaan jauh penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan (limbah B3) Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh pemetaan cepat bencana Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk analisis resiko bencana Tersedianya informasi pemanfaatan data penginderaan jauh untuk mitigasi bencana Tersedianya data satelit penginderaan jauh yang memiliki nilai tambah. Tersedianya metode produksi informasi standar berbasis data penginderaan jauh yang sesuai kaidah kartografi dan ISO/OGC. Tersedianya sistem diseminasi data dan informasi berbasis web service dalam penguatan pemantauan bumi nasional Tersedianya produk informasi sumber daya alam, lingkungan dan kebencanaan berbasis data satelit penginderaan jauh. Tersedianya hasil kajian kebijakan di bidang penginderaan jauh untuk mendukung RUU Keantarikasaan Terselenggaranya pembimbingan, pembinaan, dan layanan teknis Terselenggaranya kerjasama teknis tingkat nasional maupun internasional penginderaan jauh untuk pemantauan lingkungan (limbah B3) Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh pemetaan cepat bencana Tersedianya model pemanfaatan data penginderaan jauh untuk analisis resiko bencana Tersedianya informasi pemanfaatan data penginderaan jauh untuk mitigasi bencana Tersedianya data satelit penginderaan jauh yang memiliki nilai tambah. Tersedianya metode produksi informasi standar berbasis data penginderaan jauh yang sesuai kaidah kartografi dan ISO/OGC. Tersedianya sistem basis data informasi spasial sumber daya alam berbasis web service penguatan pemantauan bumi nasional Tersedianya produk informasi sumber daya alam, lingkungan dan kebencanaan berbasis data satelit penginderaan jauh. Tersedianya hasil kajian kebijakan di bidang penginderaan jauh untuk mendukung RUU Keantarikasaan Terselenggaranya pembimbingan, pembinaan, dan layanan teknis Terselenggaranya kerjasama teknis tingkat nasional maupun internasional 28

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2013 PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH Jalan Kalisari Raya No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 0 EXECUTIVE SUMMARY Sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP 03 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP 03 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP 03 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI,

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Misi BAKOSURTANAL 6. Kebijakan 7. Program

Misi BAKOSURTANAL 6. Kebijakan 7. Program PROGRAM BAKOSURTANAL TAHUN 2003 DALAM PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN KAWASAN TERTINGGAL LAINNYA A. PENDAHULUAN Badan Koordinasi Survei

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi)

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi) RENCANA STRATEGIS PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH LAPAN TAHUN 2015 2019 (revisi) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH Renstra PUSDATA Tahun 2015-2019 i

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Balai Pengamatan Antariksa Dan Atmsofer Pasuruan Jl. Raya Watukosek Gempol, Pasuruan, Jawa Timur 67155 Telp. 0343-851887,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jl. Raya Jakarta-BogorKM. 46. Cibinong 69 Telepon. (0) 875 06-06. Faksimile. (0) 875 064 PO. Box. 46 CBI Website: http://www.big.go.id BADAN INFORMASI GEOSPASIAL KEPUTUSAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Kondisi Umum...1 1.1.1 Profil Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang...1 1.1.2. Capaian Balai Pengamatan Antariksa Dan

Lebih terperinci

TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN

TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN... 2 FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN... 2 8 AREA PERUBAHAN REFORMASI BIROKRASI... 2 VISI DAN MISI LAPAN... 2 SASARAN STRATEGIS LAPAN... 2 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAS TERPADU

PENGELOLAAN DAS TERPADU PENGELOLAAN DAS TERPADU PENGELOLAAN DAS 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Monitoring dan Evaluasi 4. Pembinaan dan Pengawasan 5. Pelaporan PERENCANAAN a. Inventarisasi DAS 1) Proses penetapan batas DAS

Lebih terperinci

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya Kepala LAPAN Manfaat data satelit penginderaan jauh Perolehan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

Proof of Concept Platform SPBP Sebagai Layanan Penyajian Data Penginderaan Jauh yang Cepat dan Mudah Untuk Seluruh Pemerintahan Provinsi

Proof of Concept Platform SPBP Sebagai Layanan Penyajian Data Penginderaan Jauh yang Cepat dan Mudah Untuk Seluruh Pemerintahan Provinsi Proof of Concept 2016 Platform SPBP Sebagai Layanan Penyajian Data Penginderaan Jauh yang Cepat dan Mudah Untuk Seluruh Pemerintahan Provinsi I. Pengantar Kapustekdata Kegiatan ini merupakan penjabaran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-82.1-/216 DS8916-4341-221-882 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR... ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Kondisi Umum... 2 1.1.1 Profil Biro Perencanaan dan Keuangan/Biro Perencanaan dan Organisasi... 2 1.1.2 Capaian Biro Perencanaan

Lebih terperinci

Rencana Strategis BMKG Tahun

Rencana Strategis BMKG Tahun 2012, No.167 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BMKG NOMOR : KEP.06 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 Desember 2011 Rencana Strategis BMKG Tahun 2010-2014 5 2012, No.167 BMKG TUGAS POKOK dan FUNGSINYA Dasar Hukum Fungsi

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS BINA MARGA, PENGAIRAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Bersama Menata Indonesia yang Lebih Baik Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS Priyadi Kardono Kepala Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Kepala Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Ir. Christianus R. Dewanto, M. Eng.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Kepala Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum. Ir. Christianus R. Dewanto, M. Eng. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Rencana strategis (Renstra) Biro Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Umum (KSHU) Periode tahun 2015-2019 telah selesai diperbaharui. Renstra ditetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN

RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN RANCANGAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16

ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16 ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16 Any Zubaidah 1, Suwarsono 1, dan Rina Purwaningsih 1 1 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

Sarno 1.

Sarno 1. Pengembangan Situs Web Pusfatja - Lapan: E-Government Penyelenggaraan Layanan Informasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Sarno 1 1 Perekayasa Madya, Pusat Pemanfaatan

Lebih terperinci

Peneliti: Bambang Trisakti, Nana Suwargana, I Made Parsa, Tatik Kartika, Sri Harini

Peneliti: Bambang Trisakti, Nana Suwargana, I Made Parsa, Tatik Kartika, Sri Harini [ H 23] PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DI DANAU TEMPE DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI B (BPPT) A D A N P PERATURAN E N KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN G TEKNOLOGI K NOMOR 009 TAHUN 2015 A TENTANG J I ORGANISASI DAN TATA KERJAA N BADAN PENGKAJIAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA 2015-2019 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA Jl. Cisadane No. 25 Cikini, Jakarta Pusat www.puskkpa.lapan.go.id DAFTAR ISI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-82.1-/215 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

RENSTRA TAHUN

RENSTRA TAHUN Revisi-1 RENSTRA TAHUN 2015-2019 PENERBANGAN DAN ( L A P A N Jl. Angkasa Trikora, Desa Sumberker, Biak Papua Telp. 0981 21078, Fax. 0981 RENSTRA BALAI LAPAN BIAK 2015-2019 Page 1 RENCANA STRATEGIS TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i KATA PENGANTAR Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng disingkat Diskominfo adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terbentuk

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kecamatan merupakan salah satu ujung tombak dari Pemerintahan Daerah yang langsung berhadapan (face to

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA 2016

PERJANJIAN KINERJA 2016 PERJANJIAN KINERJA 2016 Perjanjian Kinerja 2016 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENGERTIAN Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Balai Pemantauan Gunung Api. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Balai Pemantauan Gunung Api. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1023, 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Balai Pemantauan Gunung Api. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

[ PTLWB - BPP Teknologi ] 2012

[ PTLWB - BPP Teknologi ] 2012 [ F 2.44 ] Pengembangan Sistem Informasi Hujan dan Genangan "Sijampang" Sebagai Aplikasi Cerdas Untuk Memprediksi Potensi Bahaya Banjir Secara Cepat [ Udrekh ] [ PTLWB - BPP Teknologi ] 2012 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ATRIBUT DATA SPASIAL KAWASAN RAWAN BENCANA SIGDa LOMBOK BARAT

IDENTIFIKASI ATRIBUT DATA SPASIAL KAWASAN RAWAN BENCANA SIGDa LOMBOK BARAT Prosiding SENTIA 2017 Politeknik Negeri Malang Volume 9 ISSN: 2085-2347 IDENTIFIKASI ATRIBUT DATA SPASIAL KAWASAN RAWAN BENCANA SIGDa LOMBOK BARAT Agus Pribadi1 1, Heroe Santoso 2 1,2 Jurusan Teknik Informatika

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( LAPAN ) Jl. Pemuda Persil No.1 Jakarta 13220, P.O.Box 1020 / JAT

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( LAPAN ) Jl. Pemuda Persil No.1 Jakarta 13220, P.O.Box 1020 / JAT LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( LAPAN ) Jl. Pemuda Persil No.1 Jakarta 13220, P.O.Box 1020 / JAT Telp. (021) 4892802, 4895040, Fax. (021) 4894815, 4892884, Website : www.lapan.go.id KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan telah selesainya penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Periode 2015-2019. Dalam rangka

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas, terdiri dari wilayah perairan teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km 2 dan zona ekonomi ekslusif (ZEE)

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012

EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012 EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (IPKPP) TAHUN ANGGARAN 2012 JUDUL PENELITI UTAMA ANGGOTA LOKUS KEGIATAN BIDANG FOKUS JENIS INSENTIF PRODUK TARGET INSTANSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5292 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI I. UMUM Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA TIM NASIONAL REHABILITASI DAN REVITALISASI KAWASAN PLG DI KALIMANTAN TENGAH NOMOR : KEP-42/M.EKON/08/2007 TENTANG TIM PENDUKUNG DAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL TAHUN 2011 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( LAPAN ) Jl. Pemuda Persil No.1 Jakarta 13220, Telp.

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6188/Kpts-II/2002. Tentang

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6188/Kpts-II/2002. Tentang MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6188/Kpts-II/2002 Tentang ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, BADAN PUSAT STATISTIK PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM S ebagai upaya untuk merespons terhadap berbagai perubahan, baik yang terkait perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang berkembang dalam masyarakat dan adanya tuntutan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci