PERGULATAN MANUSIA MENCARI TUHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERGULATAN MANUSIA MENCARI TUHAN"

Transkripsi

1 PERGULATAN MANUSIA MENCARI TUHAN Taslim HM. Yasin Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh, ABSTRAK Sejauh ini telah banyak para ahli memusatkan perhatiannya kepada asal usul kepercayaan manusia. Dari studi itu muncul dua teori besar. Teori pertama, berpandangan bahwa kepercayaan manusia berawal dari percaya kepada Tuhan banyak dan akhirnya kepada Tuhan satu. Teori kedua berpendapat bahwa kepercayaan manusia yg mula-mula adalah percaya kepada Tuhan Satu (Monotheisme) Kata Kunci: Manusia, Tuhan A. Pendahuluan Para ahli Sejarah Agama beranggapan bahwa agamaagama dunia merupakan gerakan-gerakan yang telah berkembang berdasarkan pada komunitas-komunitas historis. Jadi asumsiasumsi terakhir dari setiap agama sudah barang tentu dipengaruhi oleh keputusan dari komunitas manusia dalam situasi historis dan budaya tertentu. Namun demikian, asumsi dari setiap agama itu harus mengikuti analisis-analisis kritis ilmiah yang telah dibangun

2 Taslim HM. Yasin oleh para ahli. Kesulitan yang dihadapi adalah asumsi metodologi yang digunakan masih merupakan produk Barat yang seolah-olah kerangka rujukan satu-satunya dan objektif dalam studinya terhadap agama. Bahkan ada ahli yang memperhatikan agama-agama Timur berangkat dengan menggunakan pertanyaan atau pendekatan Barat. Memang penekanan Timur terletak pada penghayatan yang langsung terhadap totalitas atau esensi dari realitas mutlak sangat dipengaruhi oleh masyarakat Timur yang ada. Kenyataan menunjukkan bahwa para ahli Barat dengan keterkaitan mereka denga konseptualisasi, cenderung untuk menginterpretasikan fenomena agama bukan Barat itu dan berusaha untuk menerapkannya terhadap fenomena-fenomena agama di Timur. Adanya perbedaan antara ahli agama Barat dan ahli agama Timur semakin kelihatan, terutama dalam hal penggunaan metodologi dalam studinya terhadap agama-agama. Ada pandangan bahwa para ahli Barat-lah yang pertama-tama menemukan agama-agama Timur sebagai salah satu kajian akademik. Hal ini ditambah lagi banyak sarjana-sarjana dari Timur yang melanjutkan studi atau dilatih di Universitasuniversitas di Barat. 1 Diperlukan ketelitian didalam menghampiri agamaagama, terutama sekali Islam, dalam hal penggunaan metodologi yang masih merupakan produk Barat, seperti yang dikhawatirkan oleh Noeng Muhadjir bahwa sarjana Barat dalam studinya terhadap Islam berangkat dari pendekatan Antropologi. Oleh karena itu diperlukan ketelitian dan kecermatan didalam menerapkan suatu metode, hal ini diperlukan untuk menghindari kesalah-pahaman tentang suatu agama ataupun kepercayaan yang telah dianut dan berkembang dalam masyarakat. B. Perdebatan tentang Asal Usul Agama Menurut Mukti Ali ada beberapa istilah yang berkembang dalam kajian masalah agama. Di Indonesia, dengan menyebut istilah agama sudah cukup dipahami bahwa yang dimaksud ialah agama di Indonesia, yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Kong Fu Tzu. Istilah religi tidak begitu berkembang di Indonesia, sedang istilah din dan millah 358 SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober 2009

3 Pergulatan Manusia Mencari Tuhan dikenal di kalangan umat Islam. Istilah religi, dilihat dari segi akar dan kata religo, berarti mengikat, menjalin. Jadi religi menekankan segi adanya ikatan dengan Yang Maha Kuasa, sementara agama menekankan segi adanya pengaturan atau ajaran yang datang dari Yang Maha Kuasa. Adapun din, yang berarti keyakinan dan keimanan, kadang-kadang senada dengan dana yang berarti mengikat. Kata millah lebih menunjukan kepada religious community, sekalipun juga mempunyai pengertian religion, creed, faith, confession, denomination. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Johnson yang menyatakan bahwa defining religion is a difficult task because religion is so complex. Selalu agama merupakan masalah yang komplek, tipe agama juga bermacammacam. Oleh karena itu usaha membuat definisi agama yang mencakup seluruhnya selalu akan mengalami kesulitan. Sekalipun demikian, usaha mendapatkan pengertian dan pemahaman tentang agama secara umum tetap selalu diupayakan. 2 Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan oleh banyak sarjana, jelas sekali bahwa apa yang disebut agama, tidak dapat dilepaskan dari adanya kepercayaan terhadap Tuhan, yang oleh para ilmuan disebut dengan kekuatan yang menguasai alam dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, hal yang sangat mendasar dalam membicarakan masalah agama adalah adanya keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Unsur utama agama adalah adanya kepercayaan dari keimanan terhadap Tuhan. Kepercayaan terhadap kehidupan sesudah mati, sekalipun esensial dalam agama, kepercayaan terhadap Malaikat, Nabi dan Rasul, Kitab Suci dan lain sebagainya, adalah tindak lanjut dari kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian dapat dikatakan tidak mungkin ada agama tanpa Tuhan, sekalipun dari sudut keilmuan terbukti bahwa manusi mungkin mencari atau menemukan Tuhan tanpa melalui agama. Dari sudut keilmuan setiap agama pasti memiliki: (1) Sistem kepecayaan terhadap Tuhan; (2) Sistem upacara perilaku keagamaan; (3) Sistem aturan yang mengatur tata cara dan perilaku hubungan antara Tuhan dan manusia, antara manusia dengan manusia. Dari segi yang pertama akan terlihat pola agama yang monoteis, polities, pantheis, dan sebagainya. Dari sini timbul kajian tentang pemahaman terhadap sifat-sifat Tuhan dan SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober

4 Taslim HM. Yasin hubungannya dengan alam dan manusia; kajian tentang buktibukti adanya Tuhan dan usaha pemahaman manusia. Dari aspek kedua, lahir beberapa pemikiran keagamaan, pengalaman perilaku keagamaan, pengalaman dalam rangka ibadah, ketaatan, pengabdian, pengorbanan, zikir dan pikir, dan sebagainya, dan jika dilihat dari aspek yang ketiga akan terdapat kitab suci dan teks-teks keagamaan, fungsi agama, pranata agama, sejarah agama, dan lain sebagainya. Sejak kapan agama muncul dalam kehidupan manusia agaknya masih perlu penegasan. Kajian agama dari aspek Antropologi dengan teori evolusinya, aspek empiriknya, data peninggalan keagamaan, dan muncul berbagai variasi dalam kajian agama yang berusaha menerapkan konsep dan teori ilmiah tertentu terhadap agama, menambah kesulitan kapan agama itu muncul. Berbagai teori Antropologi berpegang pada adanya perkembangan dalam agama, mulai dari agama primitive hingga perkembangan yang terakhir dan sempurna. Ada juga yang merinci bahwa perkembangan dalam agama itu hanya terjadi dalam masalah sistem tata upacara dan sistem aturan saja, sementara sistem kepercayaan tidak mengalami perkembangan sebab sejak semula agama muncul dalam kehidupan manusia dengan pandangan yang monoteis. Pandangan-pandangan lain seperti dinamisme, animisme, henoteisme, katenoteisme dan politeisme, merupakan proses degenerasi dari pandangan monoteisme. Dalam analisis E.B. Tylor bahwa animisme dianggap sebagai asal usul agama. Hal ini dia dasarkan pada hasil penelitiannya bahwa manusia telah percaya kepada jiwa. Mengapa manusia sederhana itu menyadari tentang adanya jiwa atau roh, dikarenakan yang tampak dan dialaminya sebagai berikut: 1. Peristiwa hidup dan mati Bahwa adanya hidup karena adanya gerak dan gerak itu terjadi karena adanya jiwa. Selama jiwa itu ada dalam tubuh maka nampak tubuh itu bergerak, apabila jiwa itu lepas dari tubuh berarti mati dan tubuh tidak bergerak lagi. 360 SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober 2009

5 Pergulatan Manusia Mencari Tuhan 2. Peristiwa mimpi Bahwa ketika manusia itu tidur atau pingsan ia mengalami mimpi dimana tubuh itu diam dan masih ada gerak (nafas), tetapi ia tidak sadar karena sebagian dari jiwanya terlepas dan gentayangan ke tempat lain, sehingga jiwa yang terlepas itu bertemu dengan jiwa yang lain, baik jiwa manusia yang masih hidup atau yang sudah mati, mungkin juga dengan jiwa makhluk yang lain. Kemudian setelah jiwa itu kembali ke dalam tubuh maka ia menjadi sadar, ingat dan bergerak kembali. Demikian menurut Tylor manusia yang masih sederhana telah menyadari tentang adanya jiwa, yang bersemayam dalam tubuh yang menyebabkan manusia itu hidup dan ada jiwa yang sudah lepas dari tubuh sudah mati. Apabila tubuh sudah mati, karena tubuh sudah membusuk, tubuh sudah hancur tidak utuh lagi, tubuh sudah di kubur ke dalam tanah, tubuh sudah dibakar menjadi abu, maka jiwanya sudah tidak ada lagi. Jiwa yang sudah lepas dari tubuh itu gentayangan tanpa wujud di alam sekitar, jiwa-jiwa inilah yang dikatakan roh-roh halus atau spirit yang disebut jin atau hantu dan sebagainya. Roh-roh halus itu terdapat pada kayu-kayu besar, di sungai-sungai, di lautan, dihutan rimba, pada bangunan rumah tua atau rumah kosong atau di kuburan (keramat) dan di tempattempat lain yang dikatakan angker. Sebagaimana kehidupan manusia begitu pula halnya dengan roh-roh halus ada yang baik dan ada yang jahat, ada yang melindungi kehidupan manusia dan ada yang selalu menggoda dan mengganggu kehidupan manusia. Bahkan pada tubuh manusia yang lemah karena menderita sakit, atau pada anak-anak yang berperilaku aneh dapat kemasukan roh-roh halus (kesurupan). Agar roh-roh halus itu tidak mengganggu kehidupan manusia, dan kepadanya dapat dimintakan bantuan, maka karena kemampuan manusia itu terbatas, merasa rendah diri atau takut, manusia merasa wajib menghormatinya, memelihara dan melayaninya, dan meminta perlindungan kepadanya. Dengan demikian terjadilah hubungan antara manusia dan roh-roh halus, yang dilakukannya dengan cara dan upacara keagamaan. Misalnya dengan penyampaian sajian (sajen) pembacaan mantera SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober

6 Taslim HM. Yasin atau do a-do a, dengan perapian membakar kemenyan, dengan membuat api unggun, bernyanyi-nyanyi suci dan melakukan taritarian dan bunyi-bunyian suci, dan sebagainya. Menurut Tylor kepercayaan manusia sederhana terhadap jiwa (latin: anima) di alam sekitarnya itulah yang disebut Animisme yang merupakan asal mula agama, yang kemudian berkembang menjadi Dinamisme, Politheisme dan akhirnya Monotheisme. Dengan demikian Animisme ini adalah paham kepercayaan manusia tentang adanya jiwa, yang meliputi hal-hal berikut: a. Bahwa di dunia itu tidak ada benda yang tidak berjiwa, kesemuanya itu hidup karena ada jiwa; b. Bahwa yang terpenting adalah jiwa dan bukan benda (materi) karena tan pa jiwa maka semuanya akan mati; c. Bahwa mahluk yang tidak berwujud itu ada, yang disebut jin, atau hantu dan lainnya, yang terdapat dimana-mana; d. Bahwa matahari, bulan, bintang-bintang, bergerak dan bercahaya karena mempunyai jiwa. 3 Oleh karena tidak semua manusia mempunyai kemampuan untuk berhubungan, bergaul dan berbicara dengan rohroh halus, maka muncullah manusia yang mampu untuk itu, yang disebut dukun-dukun, orang-orang keramat, orang-orang suci, para ahli sihir dan lainnya. Menurut R.R.Marett apa yang dikemukakan oleh Tylor tentang Animisme itu mendapat kecaman dari sarjana lainnya, terutama mengenai kesadaran manusia tentang jiwa, apakah manusia dalam kehidupan masyarakat yang masih sederhana sudah mampu berpikir tentang adanya jiwa. R.R. Marett seorang sarjana Antropologi Inggris di dalam bukunya The Threshold of Religion (1990), setelah 36 tahun teori Animisme berkembang, berpendapat bahwa bagi masyarakat yang budayanya masih sangat sederhana belum mungkin dapat berpikir dan menyadarinya tentang adanya jiwa. Jadi katanya pokok pangkal dari perilaku keagamaan bukanlah kepercayaan terhadap roh-roh halus, melainkan timbul karena perasaan rendah diri manusia terhadap berbagai gejala dan peristiwa yang dialami manusia dalam hidupnya. Karena manusia itu lemah, tidak mampu mengimbangi atau merasa kagum terhadap gejala atau peristiwa yang luar biasa yang melebihi dari kekuatan dirinya dan atau 362 SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober 2009

7 Pergulatan Manusia Mencari Tuhan kekuatan yang pernah dialaminya, sehingga kekuatan itu bersifat supernatural. Menurut Marett kepercayaan terhadap adanya yang supernatural itu sudah ada sejak sebelum manusia menyadari adanya roh-roh halus (animisme). Oleh karenanya teori Marett ini sering dikatakan pula prae-animisme. Pemikiran J.G. Frazer berbeda dengan pemikiran E.B. Tylor tentang asal usul agama. Dia berpandangan bahwa kepercayaan manusia yang pertama bersifat magic.manusia itu dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupannya dengan menggunakan akal dan sistem pengetahuan. Akal manusia itu terbatas, semakin rendah budaya manusia semakin kecil dan terbatas kemampuan akal pemikiran dan pengatahuannya dikarenakan ketidak mampuannya menggunakan akal dan pikirannya untuk memecahkan permasalahan, maka ia menggunakan magic (Yunani: magela) atau ilmu gaib atau ilmu sihir. Magic itu adalah tanggapan hidup berbagai masyarakat bangsa, sejak zaman purba maupun sekarang masih ada. Orang memperkirakan bahwa para ahli magic itu dengan mantera, jimat dan upacara yang dilakukannya dapat menguasai atau mempengaruhi alam sekitarnya, sehingga dengan cara-cara yang tidak lazim baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa dapat dipengaruhinya. Menurut Frazer pada mulanya manusia itu hanya menggunakan magic untuk mengatasi masalah yang berada di luar batas kemampuan akalnya, kemudian dikarenakan ternyata usahanya dengan magic tidak berhasil maka mulailah ia percaya bahwa alam semesta ini didiami oleh para mahluk halus, roh-roh halus yang lebih berkuasa daripadanya. Seterusnya ia mulai mencari hubungan dengan mahluk-mahluk halus itu, sehingga dengan demikian timbullah agama (religi). Jadi perbedaan antara magic dan agama adalah jika magic merupakan suatu sistem sikap dan perilaku manusia untuk mencapai maksud dan tujuannya dengan menggunakan kekuatan gaib yag ada dalam alam, sedangkan agama (religi) adalah suatu sistem sulap dan perilaku manusia untuk mencapai maksud dan tujuannya dengan bersandar atau menyerah diri pada kemauan dan kekuasaan makhluk halus yang menepati alam. SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober

8 Taslim HM. Yasin Dilihat dari maksud dan tujuannya, maka magic atau magi itu dapat dibedakan antara Magi Putih dan Magi Hitam. Dikatakan magi putih kalau maksud dan tujuannya baik, sebaliknya jika maksud dan tujuannya buruk, maka disebut Magi Hitam. Sampai sekarang magi itu masih ada seperti yang disebut Shamanisme yang terdapat di kalangan penduduk pribumi Eskimo, Oceania, Afrika dan suku Lap dan yang disebut Voodooime (voodoo) pada suku-suku pribumi di Amerika. Dalam mempelajari magic itu dari segi Antropologi perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut: 1. Siapa orang yang melaksanakan atau memimpin pelaksanaan acara dan upacara magic itu; 2. Bagaimana cara dan upacara magic itu dilakukan dan ditempat yang bagaimana; 3. Alat-alat apa saja yang digunakannya melakukan upacara itu, dan bagaimana caranya menggunakannya; 4. Ucapan atau kata-kata apa yang digunakannya dalam membaca mantera, atau do a dan sebagainya; 5. Jika diramu bahan obat, dari bahan apa dan bagaimana cara meramunya, dan untuk pengobatan apa. Kalau E.B. Tylor menyatakan bahwa agama berasal dari animisme, Frazer dari Magic, maka W. Schmidt lebih menekankan bahwa kepercayaan manusia yang pertama adalah bersifat mono-theisme.maksudnya adalah kepercayaan terhadap adanya satu Tuhan, sesungguhnya bukan penemuan baru tetapi juga sudah tua. Pendapatnya ini sebenarnya berasal dari pendapat ahli sastra Inggris A. Lang, yang meramunya dari berbagai kesusastraan rakyat dari berbagai bangsa di dunia dalam bentukbentuk dongeng yang melukiskan adanya tokoh Dewa Tunggal. Bahwa di berbagai suku bangsa bersangkutan sudah ada kepercayaan terhadap adanya satu Dewa yang merupakan dan dianggap Dewa tertinggi yang mencipta alam semesta dan seluruh isinya, serta sebagai penjaga ketertiban alam dan kesusilaan. 4 Menurut A. Lang contoh dari suku bangsa yang percaya terhadap adanya tokoh Dewa tertinggi itu terdapat pada masyarakat yang masih rendah tingkat budayanya di Australia, di kepulauan Andaman dan pada beberapa suku penduduk pribumi di Amerika utara. Jadi dalam berbagai hal terbukti bahwa kepercayaan pada satu Tuhan bukan karena adanya pengaruh 364 SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober 2009

9 Pergulatan Manusia Mencari Tuhan agama Kristen dan Islam. Malahan kata A Lang pada bangsabangsa yang tingkat kebudayaannya terhadap satu Tuhan terdesak oleh pengaruh kepecayaan terhadap makhluk-makhluk halus, dewa-dewa alam, hantu-hantu dan sebagainya. Jadi kata A Lang sebenarnya kepercayaan terhadap Dewa tertinggi itu sudah sangat tua dan mungkin merupakan bentuk agama yang tertua. Apa yang dikemukakan A Lang itu kemudian diolah lebih lanjut oleh W. Schmidt, yang bukan saja merupakan tokoh Antropologi, tetapi juga sebagai pendeta Katolik. Ia pernah menjadi Guru Besar di perguruan tinggi di Australia, kemudian di Swis, dalam rangka mendidik para calon pendeta penyiar agama Katholik dari organisasi Societas Verbi Davini. Hal mana bagi W. Schmidt sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya di mana agama itu berasal dari Titah Tuhan yang diturunkan kepada manusia sudah ada sejak adanya manusia di muka bumi. Jadi sejak masyarakat manusia masih rendah tingkat budayanya memang sudah ada Uroffenbarung atau Titah Tuhan yang murni, sehingga kepercayaan Urmonotheismus yaitu kepercayaan yang asli dan bersih dari berbagai khurafat, memang sudah sejak zaman purba dimana tingkat budaya masyarakat masih sangat sederhana. Hanya karena tangan-tangan manusialah yang menyebabkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu menjadi rusak, dipengaruhi oleh berbagai bentuk pemujaan kepada makhluk-makhluk halus, kepada roh-roh dan dewa-dewa, yang diciptakan oleh akal pikiran manusia sendiri. Durkheim salah seorang filosof dan sosiolog Prancis menyatakan bahwa pada masyarakat yang masih sederhana tingkat budayanya belum mungkin dapat menyadari dan memahami tentang Jiwa yang berada dalam tubuh manusia yang hidup dan jiwa yang sudah lepas dari tubuh menjadi roh-roh halus dari orang yang sudah mati. Menurut Durkheim bahwa dasar-dasar dari adanya agama itu adalah sebagai berikut: a. Bahwa yang menjadi sebab adanya dan berkembangnya kegiatan keagamaan pada manusia sejak ia berada di muka bumi adalah dikarenakan adanya suatu getaran jiwa yang menimbulkan emosi keagamaan. Timbulnya getaran jiwa itu dikarenakan rasa sentimen kemasyarakatan, yaitu suatu keterikatan dalam perasaan kemasyarakatan berupa rasa cinta, rasa bakti, dan lainnya di SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober

10 Taslim HM. Yasin dalam kehidupan masyarakatnya; b. Rasa sentimen kemasyarakatan itulah yang menyebabkan timbulnya emosi keagamaan, sebagai pangkal tolak dari sikap tindak dan perilaku keagamaan. Sikap perilaku keagamaan itu tidak selamanya berkobar dalam hati nurani manusia, oleh karenanya ia harus diperlihara dan dikobarkan agar tidak menjadi lemah dan tanpa semangat. Salah satu cara mengobarkan sentimen kemasyarakatan itu ialah dengan mengadakan pertemuan-pertemuan yang sangat besar; c. Emosi keagamaan yang timbul karena rasa sentiment kemasyarakatan itu membutuhkan adanya maksud dan tujuan. Tujuan yang bagaimanakah sifatnya yang menyebabkan adanya daya tarik dari emosi keagamaan itu, bukanlah sifatnya yang luar biasa, aneh, megah, ajaib, menarik dan sebagainya, tetapi ialah adanya tanggapan umum dari masyarakat pendukungnya. Misalnya karena adanya peristiwa kebutuhan yang dialami dalam sejarah kehidupan masyarakat di masa lampau menarik perhatian banyak orang dalam masyarakat itu. Tujuan yang menjadi objek emosi keagamaan itu juga mempunyai fungsi sebagai pemelihara emosi keagamaan, misalnya dianggap sakral dan bersifat keramat yang berhadapan dan berlawanan dengan objek yang tidak ritual value, yang lain yang tidak bernilai keagamaan; d. Objek yang sacral biasanya merupakan lambang dari masyarkat misalnya pada suku-suku pribumi di Australia yang menjadi objek yang sakral berupa sejenis binatang, tumbuh-tumbuhan atau benda tertentu yang disebut Totem. Adanya totem berupa sejenis binatang atau benda tertentu menggambarkan yang jelas apa yang berada dibelakang sebagai sendi dari totem itu, ialah adanya suatu kelompok masyarakat (klen) yang menjadi pendukungnya. Menurut Durkheim pengertian tentang emosi keagamaan dan sentimen kemasyarakatan sebagaimana dikemukakan di atas adalah pengertian dasar yang merupakan inti dari setiap agama. Sedangkan kegiatan berhimpunnya masyarakat, kesadaran terhadap tujuan atau abjek yang sakral yang bertentangan dengan sifat duniawi (profane) serta totem sebagai perlambang masyarakat, adalah bertujuan untuk mempertahankan kehidupan emosi keagamaan dan sentimen kemasyarakatan. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka dilaksanakan bentuk upacara, kepercayaan dan mythology (ilmu tentang cerita -cerita kuno). 366 SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober 2009

11 Pergulatan Manusia Mencari Tuhan Ketiga unsur ini menentukan bentuk lahir dari suatu agama di dalam masyarakat tertentu, yang menunjukan ciri-ciri perbedaan yang nyata dari berbagai agama di dunia. Tylor, satu abad yang lalu telah mendefinisikan agama sebagai satu kepercaya dalam bentuk spiritual. Sejumlah ahli Antropologi social modern sudah kembali kesuatu perluasan definisi agama dalam pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap manusia biasa atau kekuatannya. Ahli lainnya mengikuti Durkheim, telah berusaha menemukan beberapa nilai khusus tentang kesucian yang mengatasi agama dan kepercayaan duniawi. 5 Pandangan yang paling tegas mengenai asal-usul kepercayaan umat manusia datang dari Muhammad Abduh. Menurutnya kepercayaan manusia yang pertama sekali adalah bersifat tauhid yaitu percaya kepada adanya satu Tuhan dan tidak mengalami evolusi. Yang mengalami evolusi adalah wahyu yang diberikan oleh Allah kepada para nabi-nya, dari satu nabi kepada nabi yang lain. Rasul-rasul yang terdahulu adalah rasulrasul nasional, diberi wahyu sesuai dengan kecerdasan masyarakat dan zaman yang diajarinya. Demikianlah, maka proses wahyu itu berkembang. Ada kalanya seorang nabi itu diutus hanya untuk waktu sesaat, ada pula hanya untuk satu kaum, hingga akhirnya sempurnalah wahyu itu dalam risalah yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad adalah nabi yang paling akbhir, nabi universal untuk seantaro umat manusia dan seluruh zaman. Jadi, harus diingat bahwa Muhammad Abduh dalam pandangannya mengenai Tuhan sama sekali tidak menggunakan teori evolusionisme. Percaya kepada satu Tuhan tidak pernah mengalami perubahan. Artinya sejak semula dari tauhid tetap tauhid. 6 C. Kesimpulan Sejak dari awal sudah dapat diduga bahwa menghampiri asal usul agama dengan menggunakan pendekatan Antropologi akan banyak mendapat kesulitan dan tantangan terutama datang dari para teolog. Hal ini desebabkan, pendekatan Antropologi mengedepankan bahwa segala sesuatu mengalami perkembangan dari keadaan yang sederhana kearah perkembangan yang lebih SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober

12 Taslim HM. Yasin sempurna. Agama, bagi mereka, adalah satu aspek saja dari kebudayaan manusia yang tunduk kepada hukum alam, samadengan lembaga atau pranata sosial lainnya. Kurang tepat kalau pendekatan Antropologi dijadikan satu-satunya dasar dalam studinya tentang asal usul agama, terutama dalam usahanya untuk menyelidiki Yang Maha Agung. Di samping hal ini bersifat ghaib, tetapi juga pendekatan Antropologi tidak akan mampu menyelami hakikat yang sesungguhnya atas kebesaran dan kesucian Yang Maha Agung tersebut. Untuk itulah maka para teolog menolak pendekatan Antropologi dalam kaitan menentukan asal usul kepercayaan umat manusia yaitu dari politheisme menuju monotheisme. Bagi para teolog umat manusia sejak dari awal sudah percaya kepada adanya Tuhan yang satu. Catatan Akhir 1970, hal.7 1 H.A. Mukti Ali, Asal-Usul Agama, Yayasan Nida, Yogyakarta, 2 H.A.Mukti Ali, Agama dan Masyarakat, Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1993, hal Abbas Mahmoud Al-Akkad, Ketuhanan Sepanjang Ajaran Agama dan Pemikiran Manusia, Bulan Bintang, Jakarta, 1981, hal.21 4 H.Hilman, Antropologi Agama, Citra Aditya, Bandung, 1993, hal Syamsuddin Abdullah, Ilmu Agama, Yogyakarta, 1971, hal H.A.Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama, Yayasan Nida, Yogyakarta, 1970, hal SUBSTANTIA, Vol. 11 Nomor 2, Oktober 2009

Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA

Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA Obyek dan Metode Penelitian Psikologi Agama Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa

Lebih terperinci

C. TOPIK :TEORI SOSIAL TENTANG AGAMA

C. TOPIK :TEORI SOSIAL TENTANG AGAMA C. TOPIK :TEORI SOSIAL TENTANG AGAMA 1. Ilmuwan Sosial mencari Asal-usul Agama. Agama banyak dipandang sebagai wahyu yang turun dan langit, secara dogmatika hal ini tidak dapat dibantah. Dunia ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR

MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR : Menganalisis religiositas manusia Mendeskripsikan teori, unsur, pengertian, dan klasifikasi agama INDIKATOR : Mendeskripsikan hubungan manusia dan agama Mendeskripsikan

Lebih terperinci

RELIGI. Oleh : Firdaus

RELIGI. Oleh : Firdaus RELIGI Oleh : Firdaus Pertemuan ini akan Membahas : 1. Konsep Religi 2. Komponen sistem Religi 3. Teori Berorintasi Keyakinan Pertanyaan untuk Diskusi Awal: 1. Apa Konsep Religi 2. Apa Komponen Sistem

Lebih terperinci

AGAMA: FENOMENA UNIVERSAL

AGAMA: FENOMENA UNIVERSAL AGAMA: FENOMENA UNIVERSAL Bukti-buktinya: Banyaknya orang yang beragama atau semua orang (tanpa kecuali) memeluk agama. Robert M. Bellah menyebut adanya agama yang dinamakan Pseudo Religion atau Civil

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi Ota Rabu Malam Musik Ritual Disusun oleh Hanefi MUSIK RITUAL Disusun oleh Hanefi Sistem Kepercayaan Pendekatan Sosiologis Tokoh: Emile Durkheim (1858-19170 Bentuk agama yang paling elementer dapat ditemukan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

Teori Evolusi Kebudayaan

Teori Evolusi Kebudayaan Teori Evolusi Kebudayaan Pengatar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Teori Evolusi Kebudayaan J.J. Bachoven Lewis H. Morgan Teori Evolusi Religi E.B. Taylor J.G. Frazer Evolusi Kebudayaan

Lebih terperinci

D I A N K U R N I A A N G G R E T A, S. S O S, M. S I 1

D I A N K U R N I A A N G G R E T A, S. S O S, M. S I 1 D I A N K U R N I A A N G G R E T A, S. S O S, M. S I 1 Fisik, lingkungan dan metafisik: Pandangan masyarakat primitif tentang manusia hidup serasi dengan lingkungan Filsafat hidup modern di Barat setelah

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Manusia dan Ketuhanan Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perkataan yang selalu diterjemahkan Tuhan, dalam al-qur`an

Lebih terperinci

Konsep Ketuhanan Dalam Islam

Konsep Ketuhanan Dalam Islam 1 Konsep Ketuhanan Dalam Islam Disusun Oleh : Natasya Coniyanti Putri 10510013 Dedana Demisyarep 10510018 Rizki Fitriani 10510024 Nungky Anandhyta 10510030 Deasy Anisa Natalia R 10510044 Sejarah Pemikiran

Lebih terperinci

BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM. Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam

BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM. Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam Sasaran bab : Anda dapat: 1. Menjelaskan falsafah ketuhanan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

DOSEN PENGASUH DRS. AFRIDA, H.HUM NIP

DOSEN PENGASUH DRS. AFRIDA, H.HUM NIP DOSEN PENGASUH DRS. AFRIDA, H.HUM NIP. 132046383 PERTEMUAN I KONTRAK PERKULIAHAN Tujuan Intruksional: -Umum -Khusus Tata cara perkuliahan : Tatap muka, Diskusi kelompok, Tanyajawab. Evaluasi : -Ujian Tertulis

Lebih terperinci

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM DR. Ramlan Yusuf Rangkuti, M.A. Disampaikan Pada Mata Ajar Agama Islam Pogram BHP 2 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara A. Filsafat Ketuhanan dalam Islam Siapakah

Lebih terperinci

dianut oleh sekelompok suku atau sub-suku ataupun gabungan beberapan suku;

dianut oleh sekelompok suku atau sub-suku ataupun gabungan beberapan suku; PENGERTIAN AGAMA Menurut teori Evolusi [yang sampai kini belum ada bukti-bukti utuh dan lengkap tentang kebenarannya], manusia modern atau homo sapiens ada karena suatu proses perkembangan yang panjang

Lebih terperinci

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM A. FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM Tuhan(ilah) sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-nya. Tercakup didalamnya

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

Saifullah, S. Ag., M. Ag NIP

Saifullah, S. Ag., M. Ag NIP Resume Penelitian PERSPEKTIF FREUD TENTANG AGAMA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN Oleh: Saifullah, S. Ag., M. Ag NIP. 197204062001121001 Sumber Dana: DIPA IAIN Ar-Raniry Tahun 2011 LEMBAGA PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN. A. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pohon, Jembatan dan Makam Keramat

BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN. A. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pohon, Jembatan dan Makam Keramat BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN A. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pohon, Jembatan dan Makam Keramat Dalam masyarakat kita, apabila terjadi pada diri seseorang atau sesuatu yang dianggap luar biasa maka

Lebih terperinci

Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya Suku 300 Etnik Bahasa pulau

Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya Suku 300 Etnik Bahasa pulau Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya 1.340 Suku 300 Etnik 1.211 Bahasa 17.504 pulau Berfikir dengan menggunakan disiplin berfikir yang tinggi Berfikir secara sistematis

Lebih terperinci

BAB III TENTANG EVOLUSI AGAMA MENURUT E.B TYLOR. E.B.Tylor termasuk tokoh yang beraliran klasik. Dia mendapatkan

BAB III TENTANG EVOLUSI AGAMA MENURUT E.B TYLOR. E.B.Tylor termasuk tokoh yang beraliran klasik. Dia mendapatkan BAB III TENTANG EVOLUSI AGAMA MENURUT E.B TYLOR A. Biografi E.B. Tylor dan Karya-Karyanya E.B.Tylor termasuk tokoh yang beraliran klasik. Dia mendapatkan pendidikan secara privat dan tidak pernah memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan

BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan fenomena universal yang dapat kita temui disetiap kehidupan manusia. Eksistensi agama telah ada sejak lama, bahkan sejak zaman prasejarah. Pada zaman

Lebih terperinci

BAB II TEORI-TEORI TENTANG AGAMA

BAB II TEORI-TEORI TENTANG AGAMA BAB II TEORI-TEORI TENTANG AGAMA A. Teori Rasionalistik Teori ini diterapkan pada kajian agama mulai abad ke-19, secara umum yang dimaksudkan dengan teori rasionalistik adalah keyakinan ilmuwan bahwa manusia

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit 19 Februari 2008 Jakarta 1 Berkenalan dengan Kitab Wahyu Sedikit tentang Sastra Apokaliptik Kitab terakhir dalam Alkitab bernama: Wahyu. Ini sebetulnya adalah

Lebih terperinci

Keimanan pada Wujud Ilahi

Keimanan pada Wujud Ilahi Keimanan pada Wujud Ilahi Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifah ke empat dari Jemaat Islam Ahmadiyah selalu memberikan kesempatan dari waktu ke waktu kepada semua orang dari segala bangsa, agama dan keyakinan

Lebih terperinci

BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS

BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS 21 BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS A. Profan dan Sakral 1. Pengertian Profan dan Sakral Profan adalah sesuatu yang biasa, yang bersifat umum dan dianggap tidak penting. Sedangakan sakral adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah

Lebih terperinci

BAB II TEORI-TEORI ASAL MULA AGAMA. agama. Agama ada pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kepercayaan

BAB II TEORI-TEORI ASAL MULA AGAMA. agama. Agama ada pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kepercayaan BAB II TEORI-TEORI ASAL MULA AGAMA A. Pengertian Agama Dilihat dari perspektif agama, umur agama setua dengan umur manusia. Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk agama. Agama

Lebih terperinci

Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit.

Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit. Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit. 2:13; bandingkan Ibr. 9:28). Kesaksian Kitab Suci. Kepastian Kedatangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran terdahulu dari nenek-moyang mereka. Ajaran-ajaran ini akan terus diamalkan

Lebih terperinci

TEORI MUNCULNYA RELIGI (Tinjaun Antropologis terhadap Unsur Kepercayaan dalam Masyarakat)

TEORI MUNCULNYA RELIGI (Tinjaun Antropologis terhadap Unsur Kepercayaan dalam Masyarakat) TEORI MUNCULNYA RELIGI (Tinjaun Antropologis terhadap Unsur Kepercayaan dalam Masyarakat) Oleh (Tenaga Pengajar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar) Abstract Religion deals with human

Lebih terperinci

MANUSIA DAN KETUHANAN

MANUSIA DAN KETUHANAN Modul ke: MANUSIA DAN KETUHANAN Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Fakultas TEHNIK MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.ac.id Kata Ilah berasal dari

Lebih terperinci

BAB II AGAMA: PENGERTIAN, SEJARAH, KLASIFIKASI

BAB II AGAMA: PENGERTIAN, SEJARAH, KLASIFIKASI BAB II AGAMA: PENGERTIAN, SEJARAH, KLASIFIKASI A. Pengertian Agama Dilihat dari perspektif agama, umur agama setua dengan umur manusia. Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk

Lebih terperinci

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. MAKNA AGAMA ISLAM Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. NIP: 19580128.198612.1.001 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 23 September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) KAJIAN DALIL (AL-Qur an & Hadits) 30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

RELIGI SEBAGAI SALAH SATU IDENTITAS BUDAYA. (Tinjaun Antropologis terhadap unsur Kepercayaan dalam masyarakat) Makalah

RELIGI SEBAGAI SALAH SATU IDENTITAS BUDAYA. (Tinjaun Antropologis terhadap unsur Kepercayaan dalam masyarakat) Makalah RELIGI SEBAGAI SALAH SATU IDENTITAS BUDAYA (Tinjaun Antropologis terhadap unsur Kepercayaan dalam masyarakat) Makalah Disajikan dalam diskusi Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung Oleh : Drs. Syarif

Lebih terperinci

BAB 2 PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN DEFINISI AGAMA DEFINISI AGAMA. Manusia dan Agama (IDA 102) 1/10/2013. Maruwiah Ahmat 1

BAB 2 PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN DEFINISI AGAMA DEFINISI AGAMA. Manusia dan Agama (IDA 102) 1/10/2013. Maruwiah Ahmat 1 1 2 BAB 2 MANUSIA DAN AGAMA Pendahuluan Definisi agama Keperluan manusia kepada agama Agama samawi dan agama budaya Agama samawi dan kitab-kitab suci Kesimpulan Maruwiah Ahmat IDA 102 MANUSIA DAN AGAMA

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria KEPASTIAN KEDATANGAN KRISTUS Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit. 2:13; bandingkan Ibr. 9:28). KEPASTIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah bertuhan dan menjunjung tinggi prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Prof. Dr. Purbatjaraka

Lebih terperinci

BAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN

BAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN BAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN A. Kemampuan Manusia Mengenal Tuhan. Manusia diakui memiliki kemampuan yang Iebih dibanding makhluk Iainnya untuk mengetahui kebenaran, membedakan yang baik dan yang buruk.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang nilai religius dalam novel Suluk Abdul Jalil Perjalanan Ruhani Syaikh Siti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang nilai religius dalam novel Suluk Abdul Jalil Perjalanan Ruhani Syaikh Siti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya bahwa penelitian tentang nilai religius dalam novel Suluk Abdul Jalil Perjalanan Ruhani Syaikh Siti Jenar

Lebih terperinci

Ahli Sejarah menjelaskan agama dalam hubungan kejadian-kejadian yang dihasilkan kepercayaan dari dulu sampai sekarang.

Ahli Sejarah menjelaskan agama dalam hubungan kejadian-kejadian yang dihasilkan kepercayaan dari dulu sampai sekarang. PERBANDINGAN AGAMA I. STUDI TENTANG AGAMA-AGAMA Apakah Agama itu? Berbagai jawaban dan definisi bisa diberikan oleh orang tergantung dari sudut mana mereka melihat agama itu. Secara sederhana ada yang

Lebih terperinci

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: Hubungan Agama dan Negara Fakultas FBM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pokok bahasan materi ini : 1. Pengertian agama 2. Definisi menurut ahli 3. Diskursus

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat.

Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat. Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat. 1.Kedamain 2.kesejahteraan 3.keselamatan 4.ketaatan dan 5.kepatuhan Kedamaian itu adalah ketenangan

Lebih terperinci

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan)

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) INTRODUCTION Nama : Ismuyadi, S.E., M.Pd.I TTL : Kananga Sila Bima, 01 Februari

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk berkreasi dan berkarya. Manusia berkarya melalui cara dan media yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

SOSIOLOGI AGAMA INTERELASI AGAMA DENGAN BUDAYA. Disusun oleh : Arif Setiawan

SOSIOLOGI AGAMA INTERELASI AGAMA DENGAN BUDAYA. Disusun oleh : Arif Setiawan SOSIOLOGI AGAMA INTERELASI AGAMA DENGAN BUDAYA Disusun oleh : Arif Setiawan 07413241019 I. PENGERTIAN AGAMA Berdasarkan sudut pandang kebahasaan-bahasa Indonesia pada umumnya- agama dianggap sebagai kata

Lebih terperinci

Modul 7 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA DEWASA

Modul 7 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA DEWASA Perkembangan Jiwa Agama Pada Usia Dewasa Modul 7 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA USIA DEWASA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa memahami

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria KEKEKALAN DAN KEMATIAN Kekekalan artinya keadaan atau kualitas yang tidak dapat mati. Para penerjemah Alkitab menggunakan kata kekekalan untuk menerjemahkan istilah Yunani athanasia, ketidakmatian, dan

Lebih terperinci

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA 1. Pendekatan Sosiologi Terhadap Agama. Beberapa cara melihat agama; menurut Soedjito (1977) ada empat cara, yaitu: memahami atau melihat sejarah perkembangan

Lebih terperinci

KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM

KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM PERADABAN ISLAM I: TELAAH ATAS PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Dalam kajian modern, agama Islam disebut sebagai agama yang sangat ikonoklastik,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 14Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM REFLEKSI IMAN KRISTIANI Untuk apa kita diciptakan?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN AGAMA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara adalah aktivitas yang dilakukan diwaktu-waktu tertentu dan dapat dilakukan untuk memperingati sebuah kejaian ataupun penyambutan. Musik dalam Ibadah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Allah Ingin Berbicara kepada Saudara Allah Berfirman dalam Berbagai-bagai Cara Bagaimana Kitab Allah Ditulis Petunjuk-petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan A. Latar Belakang Al-Ikhlash adalah surah ke-22 yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad di Mekkah. Tetapi, sebagian ulama berpendapat bahwa surah ini merupakan

Lebih terperinci

KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA

KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA c Demokrasi Lewat Bacaan d KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA Oleh Nurcholish Madjid Kemarin, 28 Maret 1999, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha 1419 H, yang merupakan perayaan pengingatan kembali (sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan adanya kekuatan ghaib, luar biasa atau supernatural yang berpengaruh terhadap kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Agama Agama dapat diartikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tata peribadatan, dan tata kaidah yang bertalian

Lebih terperinci

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS Achmad Jainuri, PhD IAIN Sunan Ampel, Surabaya Abstraksi Harold Coward menulis sebuah buku menarik, Pluralism Challenge to World Religions. Gagasan pluralisme dewasa

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 INFORMED CONSENT Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Subjek Saya yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah Seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah 124 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu Antara Lain: Agama Islam Tuhan adalah Allah, Esa, Ahad, Ia merupakan dirin-nya sendiri tunggal dalam sifatnya

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah,menyelidiki atau mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198).

Lebih terperinci

RESUME. MATA KULIAH STUDI ISLAM BAB I s.d. BAB VI. oleh: Muhammad Zidny Naf an ( / TI 1C)

RESUME. MATA KULIAH STUDI ISLAM BAB I s.d. BAB VI. oleh: Muhammad Zidny Naf an ( / TI 1C) RESUME MATA KULIAH STUDI ISLAM BAB I s.d. BAB VI oleh: Muhammad Zidny Naf an (107091002928 / TI 1C) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Lebih terperinci

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS Dalam bagian ini akan mengemukakan pengaruh perubahan penggunaan cawan menjadi sloki dalam Perjamuan Kudus dalam kehidupan jemaat masa modern dengan melihat

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP A. Persamaan Pandangan Pelestarian Lingkungan Hidup Pada Islam dan Kristen Al Qur an adalah kitab yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

KEMERDEKAAN VANG BARU

KEMERDEKAAN VANG BARU KEMERDEKAAN VANG BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Kemerdekaan dari Dosa Kemerdekaan dari Ketakutan Kemerdekaan dari Kesalahan Kemerdekaan dari Taurat Musa Kemerdekaan dari Kekuatiran Kemerdekaan

Lebih terperinci

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM KELOMPOK 1 1 Anggota. Harish Ghani (10510023) Anita Yuwita (10510003) Karina Dewi (10510014) Ratih Fauziah (10510039) Yusran abdillah M (10510055) 2 Tuhan itu ada???? Lalu

Lebih terperinci