BAB I PENDAHULUAN. prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan
|
|
- Dewi Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan fenomena universal yang dapat kita temui disetiap kehidupan manusia. Eksistensi agama telah ada sejak lama, bahkan sejak zaman prasejarah. Pada zaman yunani kuno misalnya, sudah mulai mempertanyakan penyebab terjadinya sesuatu. Taylor (1872) berpendapat bahwa, agama manusia berkembang dari mulai animisme, totemisme, dan fetishisme. Animisme adalah suatu kepercayaan bahwa roh ataupun jiwa memiliki eksistensi secara independent. Totemisme merupakan kepercayaan yang menganggap binatang dan tumbuhan mempunyai jiwa. Sedangkan fetishisme kepercayaan bahwa manusia dapat mempengaruhi kekuatan supranatural sehingga berpihak untuk kepentingannya. Furseth dan Repstad pada tahun 2006 mendefinisikan secara substantif mengenai agama, yaitu cenderung mengkhususkan objek kepercayaan masyarakat meskipun objek tersebut dideskripsikan dengan berbagai bentuk. Kepercayaan terhadap keberadaan Tuhan merupakan suatu kemungkinan. Definisi ini memiliki kesamaan terhadap ide umum yang dimiliki masyarakat mengenai agama. Agama tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan Tuhan atau objek yang disembah. Hal ini juga diungkapkan oleh seorang penganut agama Islam berikut ini: 1
2 Saya merupakan seorang muslim yang taat. Adanya pencipta alam semesta ini tidak bisa dikesampingkan. Allah-lah yang menciptakannya. Saya dan kamu sekarang ada karena Dia Yang Maha Pencipta. (komunikasi personal dengan penganut agama Islam, November 2015). Pernyataan di atas menitikberatkan pada suatu konsep yang kuat, yaitu agama tidak bisa terlepas dari konsep ketuhanan atau bisa dikatakan dalam sebuah agama tidak terlepas dari adanya suatu objek yang disembah. Namun tidak semua manusia mempercayai konsep ketuhanan ini. Banyak pula orang yang beranggapan bahwa Tuhan hanyalah sebuah ide yang diciptakan manusia itu sendiri untuk menjadi pembenaran atas setiap perbuatannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan seseorang penganut paham ateis yang dikutip dari website globalmuslim.web.id berikut ini: Tuhan biasanya menjadi sandaran pamungkas ketika seseorang sedang galau. Aku nyaman dengan keadaan seperti ini. Sampai sekarang tidak ada bukti yang buat aku percaya adanya Tuhan. Tuhan sering kali menjadi kambing hitam ketika seseorang dalam keadaan terpuruk, tapi Tuhan juga justru menjadi tempat berlindung, padahal Tuhan tidak pernah jelas keberadaannya. Bagi sebagian orang Tuhan hanyalah sebuah objek rekayasa yang terbentuk atas dasar pemikiran manusia yang dangkal. Hal ini juga diungkapkan oleh seorang penganut paham ateisme berikut ini: bagiku Tuhan itu placebo, obat yang bisa menenangkan pengikutnya, suatu pegangan yang dibutuhkan sebagai jawaban dari semua yang ada didunia ini. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari konsep ketuhanan yang cukup kuat, hal ini dapat terlihat dari sila pertama dalam pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Tercatat ada enam agama yang diakui di 2
3 Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Namun hal ini bukan berarti tidak ada orang Indonesia yang tidak percaya Tuhan, atau menganut paham ateism. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah survey yang dilakukan Lynn (2009) bahwa 1,5 persen warga Indonesia tidak percaya Tuhan. Tidak sedikit orang yang berpendapat Tuhan itu tidak ada. Banyak pula komunitas ateis di dunia maya yang mulai eksis dan menunjukkan diri seperti komunitas facebook yang bernama ABAM (Anda Bertanya Ateis Menjawab), ada pun komunitas ateis yang tenar di media sosial twiter yang bernama Agamajinasi. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan penganut paham ateis berikut ini: aku gabung untuk mencari teman yang satu pikiran denganku, mencari tau lebih lanjut tentang ateis, atau sarana edukasi tentang ateis (komunikasi personal dengan penganut paham ateis, Juni 2016) Komunitas dunia maya ini menunjukkan tidak sedikit penganut paham ateis di Indonesia. Bagi sebagian orang ini merasa Tuhan itu tidak bisa dibuktikan kehadiran-nya. Banyak perdebatan terjadi diantara orang yang percaya dengan yang tidak percaya. Bagi orang-orang yang percaya, mereka beranggapan bahwa seharusnya orang-orang yang tidak percaya Tuhan membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada, tetapi justru orang-orang yang tidak percaya beranggapan bahwa justru orang yang percayalah yang membuktikan bahwa Tuhan itu memang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut: kenapa aku yang mencari? Harusnya orang beragama yang membuktikan keberadaan-nya biar gak ada lagi istilah mencari, tinggal menemukan saja, harusnya sih gitu, tapi yang ada malah orang yang gak percaya Tuhan pula yang disuruh cari dan buktikan Tuhan itu ada. 3
4 Konsep ketidakpercayaan kepada Tuhan disebut dengan ateis. Baggini dan Mackie mengatakan bahwa ateis dikarakteristikkan dengan penolakkan atas kehadiran Tuhan (dalam Streib dan Klein, 2013). Tidak sedikit orang memutuskan untuk menjadi seorang ateis. Ateis merupakan sebuah jalan atau jawaban dari pertanyaan mengenai kehadiran Tuhan. Tuhan hanyalah pandangan semu yang tidak bisa dibuktikan hanya dengan nalar dan akal sehat. Hal ini juga dinyatakan seorang penganut paham ateis: aku seorang ateis, aku memilih menjadi ateis. Tidak ada cukup bukti untuk mengatakan Tuhan itu ada. Jika mengacu pada pernyataan di atas, akan timbul pertanyaan dari benak setiap orang, bagaimana seseorang bisa menjadi tidak beragama dan tidak percaya Tuhan? Apa yang menyebabkan seseorang menjadi tidak beragama dan tidak percaya Tuhan? Bagaimana dia bertahan di lingkungan yang mayoritasnya memeluk berbagai macam agama? Seseorang yang memutuskan menjadi seorang ateis bukan tanpa alasan. Seorang ateis menilai terlebih dahulu mengenai ajaran agama yang dia anut sebelumnya, ketika ia merasa hal yang diajarkan agama tidak sesuai dengan apa yang seharusnya, dia mulai mempertanyakan eksistensi agama dan Tuhan. Keraguan akan timbul di dalam dirinya, dan akan membuat ia mulai memutuskan untuk meninggalkan ajaran agama dan Tuhan tersebut. Ateis bukanlah pemahaman yang ada dan muncul secara tiba-tiba dari seseorang. Berawal dari mempertanyakan sebuah konsep ketuhanan, memberi penilaian, mencari bukti dari pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh agama, dan sebagainya, 4
5 merupakan subuah proses seseorang sebelum dia menyatakan diri sebagai seorang ateis. Hal ini diungkapkan pula oleh seorang penganut paham ateisme berikut: aku sering membaca literatur mengenai agamaku dulu, bahkan aku juga membaca berbagai macam literatur banyak agama. Memang menurutku agama mengajarkan kebaikan pada intinya. Tetapi tidak semua sesuai dengan apa yang seharusnya. Banyak hal yang bisa dipertanyakan dari konsep ketuhanan. Tidak perlu terlalu dalam, kita lihat saja ajaran dasarnya terpaku pada kitab suci. Harusnya kitab suci itu rajin direvisi, beda tahun, beda abad, kebudayaan dan masyarakat akan berbeda. Kitab suci tidak mampu lagi membimbing. Sudah ketinggalan zaman. Kebanyakan seorang ateis berasal dari kaum beragama, baik itu Islam, Kristen, serta agama lainnya. Dia dibesarkan dilingkungan yang menganut agama. Akan tetapi dalam perjalanan hidupnya, seorang ateis mengalami konflik dalam dirinya mengenai ajaran agama yang dianut sebelumnya. Dia merasa tidak sependapat dengan ajaran yang didapat dari agama. Bagi kebanyakan ateis, agama, terutama Tuhan tidak jelas kebenarannya karena tidak bisa dibuktikan. Pada mulanya dia mempelajari dan berusaha memahami agama, akan tetapi, agama tidak memberikan jawaban dan bukti yang empiris mengenai keberadaan Tuhan dan mulai menimbulkan keraguan. Pada akhirnya dia memutuskan untuk tidak percaya apapun yang diajarkan agama. Dia tidak percaya adanya keberadaan Tuhan, dan akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang ateis. Hal ini sejalan dengan pernyataan penganut paham ateis berikut ini: aku ragu dengan apa yang diajarkan di agamaku dulu, aku merasa tidak ada cukup bukti kuat yang mendukung agama dan keberadaan Tuhan. Lama kelamaan aku jadi tidak percaya lagi sama agamaku yang dulu. Menjadi seorang ateis bukan berarti menjadi seorang yang tidak tertata kehidupannya. Seorang ateis bukan berarti seorang yang tidak memiliki pandangan positif tentang kehidupan dunia. Zuckerman (2009) melakukan sebuah 5
6 studi yang memiliki hasil bahwa ateisme secara positif berhubungan dengan kesejahteraan sosial. Ateisme berkorelasi positif dengan pendidikan tinggi dan kemampuan verbal yang baik, rendahnya prasangka (prejudice), etnosentrisme, rasisme, homofobia, tingginya dukungan terhadap kesetaraan gender, dan pengasuhan anak yang mempromosikan pemikiran yang bebas bukan melalui hukuman fisik. Studi ini menunjukkan bahwa seorang ateis bukanlah seorang yang bodoh dan tidak bermoral. Tetapi hal ini tidak bisa diterima secara baik oleh masyarakat pada umumnya, apalagi masyarakat dengan mayoritas beragama. Seringkali muncul pandangan buruk, prasangka, bahkan diskriminasi terhadap penganut paham ateisme. Prasangka buruk terhadap penganut paham ateisme ini seringkali muncul dari kelompok beragama. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari seorang yang menganut paham ateisme berikut ini: Aku tidak percaya tuhan, jadi kalau tidak punya Tuhan aku ini makan orang? Bunuh orang? Merampok? Tidak bermoral? Kan tidak seperti itu. Orang-orang yang sepaham dengan saya belum tentu orang jahat, bisa saja kami lebih baik dari orang-orang yang percaya Tuhan. Banyak juga orang yang mengaku punya Tuhan tapi perilakunya biadab (komunikasi personal dengan penganut paham ateis, September 2015). Seseorang yang memilih untuk menjadi seorang yang menganut paham ateisme akan mengalami konflik baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Akan sangat sulit bagi seorang ateis mempertahankan pahamnya di lingkungan yang mayoritnya beragama khususnya di Indonesia. Tidak hanya untuk cakupan yang cukup luas, bahkan di lingkungan keluarga saja belum tentu seorang ateis dapat diterima dan diakui. Banyak seorang ateis memilih paham tersebut, tetapi tidak berani mengakui hal tersebut. Dia lebih memilih untuk tidak 6
7 diketahui oleh masyarakat, khususnya keluarga. Karena jika dia menyatakan pahamnya secara terang-terangan, bukan tidak mungkin dia akan menerima tindakan diskriminasi. Hal ini disampaikan oleh penganut paham ateisme berikut: Aku dibesarkan oleh keluarga yang cukup kuat soal agama. Keluargaku menganut agama Islam. Pada mulanya aku juga. Tapi aku menjadi ragu dan tidak percaya dengan agama itu. Tentu saja keluargaku tidak tau apa yang aku anut sekarang. Aku seorang ateis. Jangan sampai mereka tahu, karena itu akan membebani mereka. Kalau sampai ketahuan, aku akan mengikuti dan menerima konsekuensi yang diberikan keluargaku. Karena itu memang sudah seharusnya terjadi. Dan aku akan tetap menjadi seorang ateis. Agama dan kepercayaan bukan untuk dipaksakan. Menjadi seorang ateis di negara yang kuat agamanya seperti Indonesia memang tidak mudah. Akan tetapi tetap saja paham ateis semakin populer dan semakin berkembang. Bahkan tidak sedikit pula seorang ateis mulai berani terbuka meskipun tidak secara langsung. Tidak setiap penganut paham ateisme memiliki hambatan dalam menjalani hidupnya. Salah seorang ateis yang memiliki background agama Budha menjelaskan bahwasannya dia sama sekali tidak mengalami kesulitan dan hambatan apapun mengenai pahamnya. aku tidak merasa ada yang susah jadi ateis. Ya mungkin karena background aku Budha kali ya. Beda kayak Islam atau Kristen yang harus selalu sholat dan berdoa, agama Budha buatku tidak seperti itu. Aku memilih ateis karena memang ateis dan ajaran Budha itu hampir sama dan sejalan. Didalam ajaran Sidharta Gautama tidak ada menjelaskan ada sosok yang disembah. Sidharta juga tidak mengatakan kepada pengikutnya harus menyembah dirinya. Itu ajaran Budha yang sesungguhnya. Kalau yang sekarang ajaran Budha sudah mulai melenceng. (komunikasi personal dengan penganut paham ateis april 2016) Dia memilih paham ateisme karena ateis memberikan pandanganpandangan cara hidup yang duniawi, Budhapun demikian. Tetapi bukan berarti setiap penganut agama Budha merupakan seorang ateis, hanya pandangan mengenai hidup dengan cara duniawi ini lah yang sejalan. Berbuat baik pada 7
8 sesama manusia, menjalankan hidup dengan cara baik tanpa merugikan orang lain, seperti itulah pandangan ateis dan Budha yang sejalan. Lain halnya dengan seorang penganut paham ateisme dengan background agama Kristen Protestan berikut ini. Menurutnya, dia sama sekali tidak kesulitan dalam menganut paham ateisme. Bahkan dia sudah mulai terbuka dengan keluarga meskipun belum terbuka kepada orang tuanya. abang kakak, saudaraku sudah banyak yang tahu kalau aku ateis. Dan mereka tidak mempermasalahkan soal itu. Orang tua belum tahu, tapi kemungkinan besar akan aku kasih tahu. (kemounikasi personal dengan penganut paham ateis, mei 2016) Walaupun demikian, tetapi dia tetap belum terbuka ketika berada di lingkungan masyarakat pada umumnya. Menurutnya tidak semua orang memiliki pemikiran yang terbuka dan mau menerima paham ateisme. Indonesia merupakan mayoritas beragama, bagaiamana mungkin ateisme secara mudah diterima di negara ini. Hal ini sesuai dengan ungkapannya berikut kalau di kampus aku pura-pura jadi Kristen. Tidak mungkinlah aku bilang aku ini ateis. Tapi kawan-kawan dekat sudah banyak yang tahu soal aku. Mereka tidak masalah kok. Toh kami percaya dengan apa yang masingmasing kami yakini. Tapi kalau orang-orang umum tidak tahu aku. Aku juga tidak pernah ke gereja lagi, kecuali keadaan memaksa harus ke gereja hahaha. (kemounikasi personal dengan penganut paham ateis, mei 2016) Lain halnya dengan kedua penganut paham ateisme sebelumnya, seorang penganut paham ateisme yang memiliki background agama Islam berikut ini merasa bahwa dia memiliki hambatan dan kesulitan dalam menjalankan hidupnya. Dia mengaku seringkali merasa canggung dan tidak nyaman ketika berada di lingkungan umum. Apalagi ketika memasuki waktu ibadah untuk agama Islam, dia sering kali merasa tidak nyaman. Hal ini diungkapkannya dalam wawancara pada bulan juni tahun
9 kadang suka canggung saja kalau misalnya ditanya kenapa tidak solat, kenapa tidak puasa, sebisa mungkin menghidar, kalau tidak bisa menghindar, bilang saja sudah, atau jawab-jawab sambil bercanda saja lah Meskipun kerapkali merasa tidak nyaman, akan tetapi dia tetap teguh pada pendiriannya sebagai seorang ateis. Padahal untuk menjadi seorang ateis di negara mayoritas beragama sangatlah sulit. Dari penjelasan diatas, peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai gambaran proses, faktor penyebab serta tantangan yang dihadapi penganut paham ateisme. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui penelitian ini. Dalam hal ini pertanyaan utama dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran proses seseorang menjadi penganut paham ateisme 2. Faktor apa saja yang menyebabkan seseorang menganut paham ateisme 3. Apa saja yang menjadi tantangan untuk menjadi penganut paham ateisme 9
10 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti menetapkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat melihat gambaran proses dan, faktor-faktor penyebab serta tantangan menjadi seorang ateis. D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1. Memberikan sumbangan teoritis bagi disiplin ilmu Psikologi, terutama Psikologi sosial mengenai proses, faktor penyebab serta tantangan yang dihadapi penganut paham ateisme. 2. Memberikan informasi mengenai konsep ketuhanan, agama, dan paham ateis dalam kehidupan sosial. b. Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada penganut paham ateis serta teis mengenai proses, faktor penyebab serta tantangan yang dihadapi penganut paham ateisme. 2. Memberikan sebuah sudut pandang berbeda mengenai ateis, dalam hal ini dapat memberikan pemahaman kepada keluarga dan masyarakat mengenai apa saja yang menjadi penyebab seseorang menganut paham ateis. 10
11 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan berisikan inti sari dari : Bab I : Pendahuluan Berisi uraian singkat tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teoritis Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan permasalahan penelitian, terdiri dari teori-teori mengenai proses menuju paham ateis, faktor-faktor penyebab serta tantangan yang dihadapi penganut paham ateisme Bab III : Metode Penelitian Berisi mengenai pendekatan penelitian yang digunakan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat pengumpulan data, dan prosedur penelitian. Bab IV: Deskripsi Data dan Pembahasan Berisi mengenai deskripsi data subjek dan pembahasan menggunakan teori yang berkaitan Bab V: Kesimpulan dan Saran Berisi kesimpulan dari hasil penelitian, saran praktis serta metodologis dari penelitian yang telah dilakukan. 11
Rekonstruksi 1 data 1. Analisa Tematik
Rekonstruksi data No Analisa Tematik Makna ateis Deteachment Jumlah Analisa/Koding kemunculan Ateis bentuk ketidakpercayaan terhadap Tuhan, bukan bentuk kepercayaan baru W.A.P.0306.J Pengertian ateis bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Karen Amstrong dalam bukunya yang berjudul Sejarah Tuhan (2001), menjelaskan bahwa pada mulanya manusia memunculkan satu Tuhan yang merupakan penyebab pertama bagi segala sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan identitas diri, maupun tata laku individu yang telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Agama merupakan identitas diri, maupun tata laku individu yang telah melekat di dalam diri individu. Individu yang lahir di dunia hingga meninggalkan dunia ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan melakukan berbagai kekacauan (Sinulingga, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Agama tidak hanya sebagai alat untuk membentuk watak dan moral, tapi juga menentukan falsafah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah penghubung antara manusia dengan Tuhan. Setiap manusia berhak menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengakui adanya lima agama dan satu aliran kepercayaan, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Kong hu cu. Keenam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.
1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi di Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di Sumatera Utara memegang
Lebih terperinciRATIOLEGIS HUKUM RIDDAH
BAB IV KOMPARASI KONSEP HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA DALAM STUDI RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH A. Persamaan Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang membahas mengenai proses pengambilan keputusan yang individu hadapi mengenai pengambilan keputusan untuk hidup membiara, disertai dengan
Lebih terperinciEllen White & Tes Kesempurnaan yang Salah
Ellen White & Tes Kesempurnaan yang Salah Orang-orang yang percaya pada pelayanan Ellen G. White sebagai seorang nabi sejati, seringkali menjadi yang paling sulit untuk menerima Sabat lunar. Alasannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia terdapat 6 agama yang diakui negara yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu (Penetapan Presiden RI Nomor 1 tahun 1965). Setiap agama
Lebih terperinciNOVIYANTI NINGSIH F
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERAGAMA PADA ANAK DARI PASANGAN BEDA AGAMA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NOVIYANTI NINGSIH F 100 040 285 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. Ragam budaya Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinci(Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)
TUGAS AKHIR KE 33 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) SEMARANG TIMUR (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciPertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?
Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan
BAB IV KESIMPULAN Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan terhadap pandangan moral masyarakat pada abad ke-20. Selain itu, dipaparkan pula alasan mengapa pengarang mengangkat
Lebih terperinciANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA
ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan dalam memeluk agama. Agama berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam Encyclopedia of Philosophy,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneitian Pendidikan merupakan sebuah warisan dalam bentuk bimbingan yang biasanya diberikan pertama kali oleh orangtua kepada anak untuk persiapan di masa yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harus diakui, memang sulit mencapai keselarasan dalam. iklan yang berhasil memadukan dampak komersial dan sosial budaya, akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periklanan adalah fenomena bisnis modern. Tidak ada perusahaan yang ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan. Setiap kegiatan bisnis pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri. Berpikir kritis berarti melihat secara skeptikal terhadap apa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep berpikir kritis menjadi sebuah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu agar mampu beradaptasi dengan lingkungan secara baik serta mampu mengembangkan diri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan Aktualisasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Akuntansii www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memiliki penduduk lebih dari 237 juta jiwa, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berketuhanan yang mengakui enam agama resmi. Yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Namun dari sekian banyak penduduk
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN AGAMA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi Pancasila
Lebih terperinciMISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA
ADAADNAN ABDULLA ADNAN ABDULLAH MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com DAFTAR ISI Daftar Isi 3 Pendahuluan.. 5 1. Terminologi Tuhan. 10 2. Agama-agama di Dunia..
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan
Lebih terperinciPertanyaan Alkitab (24-26)
Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut kepercayaannya. Glock & Stark, (1965) mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di tengah suasana kehidupan sekarang ini, manusia mengalami kemajuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah suasana kehidupan sekarang ini, manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk melebihi 200 juta penduduk, bangsa Indonesia terdiri dari multi ras, etnis, kultur, dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Multikulturalisme dan pluralisme adalah esensi Bhineka Tunggal Ika yaitu keragaman dalam kesatuan yang mana memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa. Selain itu,
Lebih terperinciPEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)
PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai derajat Sarjana Hukum Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering disebut multikultural, negara Indonesia dibangun dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin
150 BAB V PENUTUP Pada tahun 1950an merupakan momen kebangkitan penghayat kepercayaan. Mereka mulai menunjukkan eksistensinya dengan membentuk organisasi berskala nasional. Wongsonegoro sebagai representasi
Lebih terperinciTUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA
TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada usia remaja, dengan berlangsungnya dan memuncaknya proses perubahan fisik, kognisi, afeksi, sosial, moral, dan mulai matangnya pribadi dalam memasuki dewasa awal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mendiami berbagai pulau yang ada.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mendiami berbagai pulau yang ada. Mereka tersebar di
Lebih terperinciC. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender
C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender Semua manusia pada dasarnya sama. Membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama manusia karena warna kulit atau bentuk fisik lainnya
Lebih terperincihidup yang sebenarnya tidak hidup. Namun, selalu terlihat sangat nyata. Kadang aku bertanya, apa mungkin yang ku lihat di langit itu adalah apa yang
I Pengantar Kau tahu seluas apa itu langit? Langit itu sangat luas, selama apapun kita memandang ke atas, langit selalu terlihat lapang. Sangat luas. Bahkan jika awan-awan menutupi warna kebiruan langit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kematangan beragama berarti kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai itu
Lebih terperinciDifa Kusumadewi: Rasionalisme Sains Mendorong Kebebasan dan Anti-Diskriminasi
Difa Kusumadewi: Rasionalisme Sains Mendorong Kebebasan dan Anti-Diskriminasi Sains moderen masih sangat jarang dibincangkan oleh masyarakat Indonesia. Terutama ketika terkait dengan fakta-fakta ilmiah
Lebih terperinciPerayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia. Musdah Mulia
1 Perayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia Musdah Mulia Hari ini umat Baha i di seluruh dunia berada dalam suka cita merayakan dwiabad atau genap 200 tahun kelahiran Baha ullah. Untuk
Lebih terperinciPERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.
PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus
Lebih terperinci11MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara. .Drs. Sugeng Baskoro, M.M.
Modul ke: Fakultas 11MKCU Program Studi Manajemen PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara.drs. Sugeng Baskoro, M.M. Pengertian sila Ketuhanan Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu masuk islam karena pilihan, tentunya mengalami pergulatan batin yang luar biasa dan pertimbangan yang matang. Seseorang harus menundukkan hatinya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap
Lebih terperinciBAB IV NILAI-NILAI SPIRITUALITAS AJARAN KEROHANIAN SAPTA DARMA DI DUKUH SEPAT KELURAHAN LIDAH KULON
BAB IV NILAI-NILAI SPIRITUALITAS AJARAN KEROHANIAN SAPTA DARMA DI DUKUH SEPAT KELURAHAN LIDAH KULON A. Spiritualitas Ajaran Kerohanian Sapta Darma di Dukuh Sepat Kelurahan Lidah Kulon 1. Analisis Nilai-Nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Itulah petikan pasal 28B ayat 1 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
Lebih terperinciFILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan)
FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) INTRODUCTION Nama : Ismuyadi, S.E., M.Pd.I TTL : Kananga Sila Bima, 01 Februari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan diimani oleh semua manusia, yaitu: Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an. Masingmasing kitab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang OMK (Orang Muda Katolik) merupakan sebuah wadah yang dapat menghimpun para pemuda Katolik untuk terus melayani Tuhan dan sesama, sebagai sebuah komunitas keagamaan.
Lebih terperinciPancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara
Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara FILSAFAT PANCASILA Filsafat Harafiah; mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan. Filsafat Pancasila; refleksi kritis dan rasional
Lebih terperinciGagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.
TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA. religiusitas homoseksual Muslim dan Kristen meliputi :
82 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA Bab ini membahas religiusitas homoseksual dan perbedaan makna religiusitas homoseksual Muslim dan Kristen meliputi : A. Religiositas Homoseksual di Surabaya Religiusitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang sering dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selama hidup, manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu lahir dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang utama agar dapat tumbuh utuh secara mental, emosional dan sosial. Pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang dapat diartikan berbeda-beda. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis primata dari golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara plural yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir di seluruh
Lebih terperinciBUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA HINDU SEMESTER I. Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep., Ns
BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA HINDU SEMESTER I Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep., Ns SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2014/2015 KONTRAK PERKULIAHAN Program Studi
Lebih terperinciBUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA ISLAM. SEMESTER I (extension) Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep PRODI D-III KEPERAWATAN
BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH AGAMA ISLAM SEMESTER I (extension) Penanggung Jawab :, M.Kep PRODI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2014/2015 KONTRAK
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan UKDW
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang
Lebih terperinci2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan
Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,
Lebih terperinciBAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN
BAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN A. Kemampuan Manusia Mengenal Tuhan. Manusia diakui memiliki kemampuan yang Iebih dibanding makhluk Iainnya untuk mengetahui kebenaran, membedakan yang baik dan yang buruk.
Lebih terperinciPANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM
PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oni Yuwantoro N I M : 11.02.7952 Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM
Lebih terperinciPANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Bernegara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciPENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014
PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN Setelah penulis mengumpulkan data penelitian di lapangan tentang toleransi antar umat beragama di kalanga siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara adalah aktivitas yang dilakukan diwaktu-waktu tertentu dan dapat dilakukan untuk memperingati sebuah kejaian ataupun penyambutan. Musik dalam Ibadah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang memiliki beragam kebutuhan, dan setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memiliki beragam kebutuhan, dan setiap kebutuhan yang dimiliki manusia tersebut menurut J. P. Guilford, (Jalaluddin,2002) dapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI BUKU CATATAN HARIAN PEMBIASAAN SALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI 15 PEKALONGAN
67 BAB IV ANALISIS TENTANG INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI BUKU CATATAN HARIAN PEMBIASAAN SALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI 15 PEKALONGAN A. Analisis Proses Penanaman Nilai Kejujuran Melalui Buku
Lebih terperinciBAB III ASAL USUL MUALLAF DAN MOTIVASINYA MASUK ISLAM
BAB III ASAL USUL MUALLAF DAN MOTIVASINYA MASUK ISLAM A. Data Muallaf Berdasarkan Asal Agama. Berdasarkan data laporan Majelis Muhtadin pada tahun 2009 (lihat lampiran 4) dapat penulis analisa dan simpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. peneliti dengan informan yang telah dikumpulkan dan diolah oleh peneliti secara
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah diadakan penelitian terhadap beberapa orang informan yang tinggal di Kecamatan Telukbetung Selatan, berikut ini akan digambarkan hasil wawancara
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 9
Modul ke: Fakultas TEKNIK MAKNA DAN AKTUALISASI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HANKAM SERTA HUKUM DAN HAM ) SEMESTER GASAL TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Republik Indonesia mengakui ada 6 (enam) agama di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Keenam agama tersebut juga merupakan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM. 3.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat
BAB III TINJAUAN UMUM 3.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat heterogenitas yang cukup kompleks, baik dari
Lebih terperinci