PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN"

Transkripsi

1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: Hubungan Agama dan Negara Fakultas FBM Program Studi Manajemen Pokok bahasan materi ini : 1. Pengertian agama 2. Definisi menurut ahli 3. Diskursus praktik keagamaan Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si

2 Hubungan Agama dan Negara

3 PENGERTIAN AGAMA Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar agama di dunia. 2

4 Definisi Agama 3 Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Max Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hatihati tentang hal-hal ilahi, kesalehan Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

5 4 Agama di Indonesia Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam agama yang diakui resmi oleh negara, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budhisme, dankhonghuchu. Sedangkansemua sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut religi. Secara khusus, agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat.

6 Praktik Keagamaan 5 Beberapa akademisi mempelajari subjek telah membagi agama menjadi tiga kategori : Agama-agama dunia, sebuah istilah yang mengacu pada yang transkultural, agama internasional; Agama pribumi, yang mengacu pada yang lebih kecil, budaya-tertentu atau kelompok agamanegara tertentu, dan Gerakan-gerakan keagamaan baru, yang mengacu pada agama baru ini dikembangkan.

7 Kelompok agama di Dunia Kelima kelompok agama terbesar menurut jumlah penduduk dunia, diperkirakan mencapai 5 miliar orang, yaitu Kristen, Islam, Budha, Hindu (dengan angka relatif untuk Buddha dan Hindu tergantung pada sejauh mana sinkretisme) dan agama tradisional rakyat Cina.

8 Cara Beragama Dalam praktiknya, cara beragama dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek moyang, leluhur, atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pemeluk cara agama tradisional pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan, dan tidak berminat bertukar agama. 2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini bisaanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.

9 3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun. 4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

10 Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Hubungan Islam dan Negara modern secara teoritis dapat diklasifikasikan kedalam tiga pandangan: Integralistik, Simbiotik, dan sekularistik.

11 1. Paradigma Integralistik: Paradigma Integralistik hampir sama persis dengan pandangan Negara teokrasi Islam/ Paradigma ini mengandung paham/konsep agama dan Negara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan dua lembaga yang menyatu (integrated). Pada paham ini juga memberikan penegasan bahwa Negara merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama. Konsep ini menegaskan kembali bahwa Islam tidak mengenal pemisahan antara agama (din) dan politik atau negara (dawlah). 2. Paradigma Simbiotik: Menurut pandangan simbiotik, hubungan agama dan Negara berada posisi saling membutuhkan dan bersifat timbale balik (simbiosis mutualita).dalam pandangan ini, agama membutuhkan Negara sebagai instrument dalam melestarikan dan mengembangkan agama.begitu juga sebaliknya, Negara juga memerlukan agama sebagai sumber moral, etika, dan spiritualitas warga negaranya.

12 3. Paradigma Sekularistik: Paradigma sekularistik beranggapan bahwa ada pemisahan yang jelas antara agama dan Negara. Agama dan Negara merupakan dua bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki garapan masing-masing, sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan intervensi. Negara adalah urusan publik, sementara agama merupakan wilayah pribadi masing-masing warga Negara

13 Hubungan Islam dan Negara di Indoneia. Menurut Imam Azis, dalam A.Ubaedillah & Abdul Rozak (2004:138), pola hubungan antara keduanya secara umum dapat digolongkan ke dalam dua pola: antagonistis dan akomodatif. Hubungan antagonistis merupakan sifat hubungan yang mencirika adanya ketegangan antara Islam dan Negara Orde Baru; sedangkan akomodatif menunjukan saling membutuhkan antara kelompok Islam dengan Negara Orde Baru.

14 1. Bodenhamer David, J Federalism and Democracy. Working Paper. Washington D.C. : US Department of State. 2. Fokus Media Undang-undang Otonomi Oaerah. Bandung : Fokus Media. 3. Iskatrinah Pelaksanaan Fungsi Hukum Administrasi Negara dalam Mewujudkan Pemerintah yang Baik. Makalah. 4. Kansil dan Kansii Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi..Jakarta : Pradnya Paramita. 5. Kusnardi, M. dan Bintan Saragih Ilmu Negara. Jakarta : Gaya Media Pratama. 6. Manan Bagir DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru. Yogyakarta : Ull Press. 7. MH, Amin Jaiz Pokok-pokok Ajaran Islam. Jakarta : Korpri Unit PT. Asuransi Jasa Indonesia. 8. Sinar Grafika: UUD 1945 Hasil Amandemen. Jakarta.: Sinar Grafika. 9. Syarbaini, Syahrial (Editor) Materi Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).Jakarta : Sus- cadoswar, Dikti. 10.

15 Terima Kasih Wahyudi Pramono. S.Ag.M.Si

HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN Modul ke: HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. AKUNTANSI http://www.mercubuana.ac.id HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA PENGERTIAN

Lebih terperinci

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Modul ke: 02Fakultas Rizky Psikologi KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Dwi Pradana, M.Si Program Studi Psikologi Daftar Pustaka 1. Bohenhamer David, J. 2001. Federalism and Democracy. Working

Lebih terperinci

OTONOMI DAERAH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

OTONOMI DAERAH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen OTONOMI DAERAH Modul ke: 11 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Otonomi Daerah B. Latar Belakang Otonomi Daerah C. Tujuan & Prinsip Otonomi Daerah D. Perkembangan UU Otonomi Daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KONSTITUSI DAN RULE OF LAW

KONSTITUSI DAN RULE OF LAW KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Modul ke: 07 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Manajemen A. Pengertian dan Definisi Konstitusi B. Hakikat dan fungsi Konstitusi (UUD) C. Dinamika Pelaksanaan

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Modul ke: 06 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara B. Asas Kewarganegaraan. C. Masalah Status Kewarganegaraan. D. Syarat dan Tata Cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

BAB I PENDAHULUAN. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti tradisi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III mengatakan Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan ( kepercayaan ) dan peribadatan kepada Tuhan yang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya. BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin 150 BAB V PENUTUP Pada tahun 1950an merupakan momen kebangkitan penghayat kepercayaan. Mereka mulai menunjukkan eksistensinya dengan membentuk organisasi berskala nasional. Wongsonegoro sebagai representasi

Lebih terperinci

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN KONSEP AGAMA KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN TERMINOLOGIS UNSUR AGAMA SECARA UMUM PENGERTIAN ISLAM SECARA ETIMOLOGIS DAN TERMINOLOGIS PENGERTIAN AGAMA ISLAM KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN TERMINOLOGIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah suasana kehidupan sekarang ini, manusia mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah suasana kehidupan sekarang ini, manusia mengalami kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah suasana kehidupan sekarang ini, manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa macam suku, adat istiadat, dan juga agama. Kemajemukan bangsa Indonesia ini secara positif dapat

Lebih terperinci

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH BAB IV KOMPARASI KONSEP HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA DALAM STUDI RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH A. Persamaan Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang

Lebih terperinci

A. Pengertian Geopolitik B. Latar Belakang Wawasan Nusantara C. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan

A. Pengertian Geopolitik B. Latar Belakang Wawasan Nusantara C. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan GEOPOLITIK Modul ke: 9 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Geopolitik B. Latar Belakang Wawasan Nusantara C. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan D. Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara E. Bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata Agama berasal dari bahasa sansekerta agama yang berarti tradisi. Istilah lain yang memiliki makna identik dengan agama adalah religi yang berasal dari bahasa latin

Lebih terperinci

MAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H.

MAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H. TRAINING OF TRAINER (TOT) PENGEMBANGAN PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA BAGI GADIK SATUAN PENDIDIKAN POLRI Hotel Jogjakarta Plaza, 21 24 Maret 2016 MAKALAH HAM dan Kebebasan Beragama Oleh: M. syafi ie, S.H.,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: 15 Pendidikan Agama Islam Evaluasi Perkuliahan dan Persiapan UAS Fakultas Teknik Alimudin, S.Pdi, M.Si Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id PENGANTAR Setelah menerima mata kuliah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama berfungsi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik manusia pribadi, maupun manusia sebagai penduduk suatu Negara. Secara konstitutif, jaminan kebebasan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN AGAMA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi Pancasila

Lebih terperinci

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 1 TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 DISUSUN OLEH: NAMA NIM PRODI : IIN SATYA NASTITI : E1M013017 : PENDIDIKAN KIMIA (III-A) S-1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki dua sisi dalam kehidupannya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 01Fakultas EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pendahuluan Gunawan Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Pendahuluan Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam

Lebih terperinci

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Modul ke: Pancasila Pancasila sebagai pengembangan kepribadian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Sub Pokok Bahasan LANDASAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Manusia dan Ketuhanan Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perkataan yang selalu diterjemahkan Tuhan, dalam al-qur`an

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 9

BAHAN TAYANG MODUL 9 Modul ke: Fakultas TEKNIK MAKNA DAN AKTUALISASI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HANKAM SERTA HUKUM DAN HAM ) SEMESTER GASAL TAHUN

Lebih terperinci

MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR

MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR : Menganalisis religiositas manusia Mendeskripsikan teori, unsur, pengertian, dan klasifikasi agama INDIKATOR : Mendeskripsikan hubungan manusia dan agama Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. POLITIK DAN STRATEGI (Sistem Politik dan Kenegaraan Indonesia) Modul 6. Oleh :

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. POLITIK DAN STRATEGI (Sistem Politik dan Kenegaraan Indonesia) Modul 6. Oleh : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah POLITIK DAN STRATEGI (Sistem Politik dan Kenegaraan Indonesia) Modul 6 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/08124446335 47 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah

Lebih terperinci

GERAKAN REFORMASI. (Kuliah ke 10) 1

GERAKAN REFORMASI. (Kuliah ke 10) 1 GERAKAN REFORMASI (Kuliah ke 10) suranto@uny.ac.id 1 Pengertian Reformasi ialah suatu gerakan untuk memformat ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format sesuai dengan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Materi Ini Memuat : Fakultas Fikom Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si Program Studi Humas PENDIDIKAN PANCASILA (PENDAHULUAN) 2010 2 Visi dan Misi MPK Visi kelompok MPK di perguruan

Lebih terperinci

PANCASILA. Sebagai Ideologi Negara. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik

PANCASILA. Sebagai Ideologi Negara. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik Modul ke: PANCASILA Sebagai Ideologi Negara Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK Fakultas Teknik H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

SUMBER AJARAN ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

SUMBER AJARAN ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER Modul ke: SUMBER AJARAN ISLAM Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas ILMU KOMPUTER H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Umat Islam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok

Lebih terperinci

HUBUNGAN AGAMA & NEGARA

HUBUNGAN AGAMA & NEGARA KEWARGANEGARAAN Modul ke: HUBUNGAN AGAMA & NEGARA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA POKOK BAHASAN: 1. PENGERTIAN AGAMA 2. HAKEKAT AGAMA

Lebih terperinci

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA A. SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER Sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada

Lebih terperinci

KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM MEMBANGUN KEBERSAMAAN

KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM MEMBANGUN KEBERSAMAAN KLIPING AGAMA KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM MEMBANGUN KEBERSAMAAN KELOMPOK 2 : o PUTRO DEN ARDANTO / 07 o RICKY JITRO SIMATUPANG / 08 o STANISLAUS KRIS BANGKIT TRI PUTRA / 09 o DAME DISNA SITUMORANG

Lebih terperinci

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Bernegara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mayoritas dengan penganut minoritas. Penganut atau golongan agama saling

I. PENDAHULUAN. mayoritas dengan penganut minoritas. Penganut atau golongan agama saling 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebebasan beragama di Indonesia adalah kebebasan yang berprinsip kekeluargaan. Hal ini bermakna tidak ada perbedaan antara penganut yang mayoritas dengan penganut

Lebih terperinci

A. Pengertian Hak Asasi Manusia B. Tujuan Hak Asasi Manusia C. Perkembangan Pemikiran HAM

A. Pengertian Hak Asasi Manusia B. Tujuan Hak Asasi Manusia C. Perkembangan Pemikiran HAM HAK ASASI MANUSIA Modul ke: 08 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Hak Asasi Manusia B. Tujuan Hak Asasi Manusia C. Perkembangan Pemikiran HAM D. HAM pada Tatanan Global dan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep kesetaraan dan keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan

Lebih terperinci

Modul ke: PANCASILA 1FEB PENGANTAR PANCASILA. Fakultas. Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Program Studi MANAJEMEN

Modul ke: PANCASILA 1FEB PENGANTAR PANCASILA. Fakultas. Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: PANCASILA PENGANTAR PANCASILA Fakultas 1FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN Visi dan Misi MPK Visi kelompok MPK di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan adanya pengakuan terhadap hak-hak asasi

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH: PENDIDIKAN PANCASILA

RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH: PENDIDIKAN PANCASILA RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH: PENDIDIKAN PANCASILA Nama Dosen : Dwi Wulan Titik Andari Mujiati Institusi : STPN Fakultas : Program Studi: DIPLOMA IV MANAJEMEN 2015 1 LEMBAR PENGESAHAN Judul

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

2015, No Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sta

2015, No Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1698, 2015 KEMENDIKBUD. Buku. Diknas. Dikmen. Teks Pelajaran. Panduan Guru. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 3 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yasng berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

AGAMA: FENOMENA UNIVERSAL

AGAMA: FENOMENA UNIVERSAL AGAMA: FENOMENA UNIVERSAL Bukti-buktinya: Banyaknya orang yang beragama atau semua orang (tanpa kecuali) memeluk agama. Robert M. Bellah menyebut adanya agama yang dinamakan Pseudo Religion atau Civil

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: Pokok bahasan materi ini : 1. Asal usul kemunculan negara dan bentuk negara 2. Fungsi negara Fakultas Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si Program Studi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

SEMESTER SEMESTER SEMESTER SEMESTER SEMESTER. Hukum Kewarisan Pengantar Ilmu Hukum Perusahaan (E)

SEMESTER SEMESTER SEMESTER SEMESTER SEMESTER. Hukum Kewarisan Pengantar Ilmu Hukum Perusahaan (E) JADWAL PERAN SEMESTER GASAL PROGRAM REGULER FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TANJUNGPURA TAHUN AKADEMIK 20/206 SENIN SEMESTER 0.0-09.0 SEMESTER 09.0-.0 SEMESTER 09.0-2.00 SEMESTER.0-.0 SEMESTER.0-.0 IV Hukum

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: Pokok bahasan materi ini : 1. Terminologi demokrasi 2. Parameter demokrasi 3. Tujuan dan implementasi demokrasi Fakultas Fikom Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau godsdienst (Belanda) atau religion yang berarti agama. Dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. atau godsdienst (Belanda) atau religion yang berarti agama. Dalam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Agama seringkali disamakan artinya dengan istilah asing religie atau godsdienst (Belanda) atau religion yang berarti agama. Dalam bahasa Latin juga terdapat

Lebih terperinci

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika (2) Modul ke: 09Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika (2) Modul ke: 09Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1 Modul ke: 09Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Sistem Etika (2) Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Etika Politik Pancasila Etika politik adalah legitimasi etis kekuasaan

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism) Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi

Lebih terperinci

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat.

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat. Sumber Ajaran Islam DR. Rais Hidayat Informatika www.mercubuana.ac.id Kompetensi Menjelaskan sumber-sumber ajaran Islam. Menguraikan Al-Qur an, As-Sunnah dan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam. Memahami

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang beraneka ragam, mulai dari tanah Sumatra hingga Papua sehingga tercipta kebudayaan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA A. Pancasila Paradigma Pembangunan 1. Pengertian Paradigma Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu (1) daftar

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam ISLAM DAN GLOBALISASI

Pendidikan Agama Islam ISLAM DAN GLOBALISASI Modul ke: 14 Pendidikan Agama Islam ISLAM DAN GLOBALISASI Fakultas Teknik Alimudin, S.Pdi, M.Si Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id PENGANTAR Islam adalah ajaran yang tak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

PANCASILA PENDAHULUAN. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PENDAHULUAN. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PENDAHULUAN Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pancasila PENDAHULUAN Kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran, Deskripsi Perkuliahan,

Lebih terperinci

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Dasar Negara Indikator: Untuk dapat menguji pengetahuan tersebut, mahasiswa akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) serta

Lebih terperinci

BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS

BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS Modul ke: BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS 14 Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi A. PENDAHULUAN INDONESIA GEREJA DI ANTARA PLURALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dalam hal suku, adat istiadat, bahasa, budaya, bahkan agama. Berdasarkan penjelasan atas Penetapan Presiden

Lebih terperinci

Cita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945.

Cita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945. Disampaikan dalam acara Sosialisasi Peningkatan Pemahaman Hak Konstitusional Warga Negara Bagi Pengurus dan Kader Penggerak Masyarakat Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) yang diselenggarakan oleh Mahkamah

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN 1945 1 Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum PENDAHULUAN Sebagai negara hukum Indonesia memiliki konstitusi yang disebut Undang- Undang Dasar (UUD

Lebih terperinci

MAKALAH PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG PROFESI MANUSIA

MAKALAH PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG PROFESI MANUSIA MAKALAH PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG PROFESI MANUSIA Disusun: Nama : Aries Paraditha NPM : 11.11.4900 Kelompok : D Program Studi : S1 TI Dosen: Tahajudin Sudibyo,Drs. MEMENUHI SALAH SATU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. Bahwa setiap manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau Badan) oleh negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau Badan) oleh negara atau institusi yang fungsinya setara dengan negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan salah satu sumber utama pendapatan negara, pajak adalah kewajiban finansial atau retribusi yang dikenakan terhadap wajib pajak (orang pribadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni: 363 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga kesimpulan, yakni: 1. Pasca amandemen konstitusi kekuasaan presiden terdiri dari tiga pola sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kepercayaan ini menimbulkan perilaku tertentu seperti berdo a,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kepercayaan ini menimbulkan perilaku tertentu seperti berdo a, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kehidupan beragama merupakan keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat.kepercayaan

Lebih terperinci

Otonomi Daerah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MODUL PERKULIAHAN 10. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Otonomi Daerah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MODUL PERKULIAHAN 10. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN 10 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Otonomi Daerah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat 11 Abstract Pembahasan Otonomi Daerah melingkupi:

Lebih terperinci

Politik. Lolytasari, M.Hum

Politik. Lolytasari, M.Hum Politik Lolytasari, M.Hum Politik Kata politicus diambil dari bahasa latin politicus dan bahasa Yunani politicos yang menadung arti berhubungan dengan warga masyarakat Pakar mengartikan sebagai segala

Lebih terperinci

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing : Pancasila dan Budaya STMIK Amikom Yogyakarta oleh : Rossidah 11. 02. 8043 ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika pembimbing : Drs. M. Kalis Purwanto, MM 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI i ii BAB

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DAN PERUBAHANNYA

UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DAN PERUBAHANNYA UNDANG-UNDANG DASAR 1945 DAN PERUBAHANNYA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. PENGERTIAN, KEDUDUKAN, FUNGSI DAN

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

SILABI MATA KULIAH. 1. Sejaran PKn 2. Visi, misi, fungsi PKn paradigma baru

SILABI MATA KULIAH. 1. Sejaran PKn 2. Visi, misi, fungsi PKn paradigma baru SIL/PSD 326/ Revisi : 02 8 Maret 2011 Hal 1 dari 4 SILABI MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Konsep Dasar PKn Kode Mata Kuliah : PSD 326 SKS : 3 Teori 0 Praktek Dosen : 1. 2. Wuri Wuryandani,M.Pd Program Studi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam

Lebih terperinci

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. MAKNA AGAMA ISLAM Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. NIP: 19580128.198612.1.001 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 23 September

Lebih terperinci

BAB 5. SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN. Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out

BAB 5. SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN. Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out 59 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN 5.1 Simpulan Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out secara signifikan dari pada subjek dengan penerimaan diri rendah. Ha pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Ideologi Negara

Pancasila sebagai Ideologi Negara PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 06 Pancasila sebagai Ideologi Negara Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pendahuluan Prof. W. Howard Wriggins: Ideologi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: Pokok bahasan materi ini : 1. Asal usul kemunculan negara dan bentuk negara 2. Fungsi negara Fakultas Fikom Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si Program Studi Periklanan dan

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Etika Bernegara

Pancasila sebagai Etika Bernegara Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila sebagai Etika Bernegara Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi www.mercubuana.ac.id Fungsi etika politik Alat-alat teoritis untuk mempertanyakan

Lebih terperinci

Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Sebagai Salah Satu Lembaga Legislatif Dalam Membuat Suatu Peraturan Perundang-Undangan

Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Sebagai Salah Satu Lembaga Legislatif Dalam Membuat Suatu Peraturan Perundang-Undangan Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Sebagai Salah Satu Lembaga Legislatif Dalam Membuat Suatu Peraturan Perundang-Undangan Mochammad Tanzil Multazam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo A. Pendahuluan Seiring

Lebih terperinci