PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA ) Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Eko Febrianto NIM. E FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (skripsi) PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) Disusun oleh : EKO FEBRIANTO NIM : E Disetujui untuk Dipertahankan Dosen Pembimbing Harjono, S.H. M.H. NIP

3 PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum ( Skripsi ) PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) Disusun oleh ; EKO FEBRIANTO NIM : E Telah diterima dan di sahkan oleh Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada : Hari : Selasa Tanggal : 04 Maret 2008 TIM PENGUJI 1. Th. Kussunaryatun, S. H. : Ketua 2. Teguh Santoso, S. H. : Sekretaris 3. Harjono, S. H., M. H. : Anggota MENGETAHUI Dekan, Moh. Jamin. S. H., M. Hum. NIP

4 MOTTO Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebh berharga dari pada mendapat perak ( Amsal 16 : 16 ) Kebenaran dalam diri seseorang Bukan pada apa yang ia tampakkan Tapi pada apa yang tidak dapat ia ungkapkan Oleh karena itu, bila engkau ingin mengerti dirinya maka dengarkanlah bukan pada apa yang ia katakan tapi pada apa yang ia tidak ucapkan ( Kahlil Gibran )

5 PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan kepada : 1. Kedua orangtuaku tercinta. 2. Adik Adikku tersayang. 3. Kekasihku tercinta. 4. Almamaterku UNS

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena atas rahmat serta karunia-nya pada akhirnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul Pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag Dalam Penyelesaian Sengketa Perdata ( Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ). Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi salah satu persyaratan untuk menempuh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan Hukum ini membahas tentang pelaksanaan Conservatoir Beslag ( sita jaminan ) dan Eksekutorial Beslag ( sita eksekusi ) di Pengadilan Negeri Surakarta, selain itu dalam penelitian ini akan dibahas tentang hambatan hambatan dalam pelaksanaan Conservatoir Beslag ( sita jaminan ) dan Eksekutorial Beslag ( sita eksekusi ), beserta pemecahan masalah hambatan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag juga tentang penggantian obyek yang disita jaminan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa, tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak tidaklah mungkin skripsi ini dapat tersusun. Sehingga pada kesempatan ini pula perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Harjono, S.H., M.H. selaku pembimbing penulisan skripsi yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini. 3. Bapak Kristyadi, SH. M.H. selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah membimbing penulis selama studi di Fakultas Hukum UNS.

7 4. Bapak Yohanes Sugi Widarto, S.H. selaku Hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang telah bersedia memberikan masukan masukan bagi penulis. 5. Bapak Slamet Haryanto, S.H. selaku Panitera Pengadilan Negeri Surakarta yang telah bersedia memberi masukan-masukan dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Mustika Adi selaku Juru sita Pengadilan Negeri Surakarta yang telah bersedia menjadi nara sumber dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu hukum khususnya kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan semoga dapat penulis amalkan dalam kehidupan masa depan penulis. 8. Ayahanda dan Ibunda serta adik - adikku tercinta ( David, Adit, Vivi ) yang telah memberikan segalanya kepada penulis. 9. Kekasihku tercinta Astri terima kasih untuk semangat, bantuan, dan kesabarannya kepada penulis. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan pikiran maupun tenaga baik berupa dorongan pikiran maupun tenaga, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Surakarta, Februari 2008 Penulis

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR LAMPIRAN... x ABSTRAK... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Metode Penelitian... 6 F. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori Tinjauan Tentang Hukum Acara Perdata a. Pengertian Hukum Acara Perdata b. Permohonan Dan Gugatan Tinjauan Tentang Conservatoir Beslag a. Pengertian Conservatoir Beslag b. Pelaksanaan Conservatoir Beslag c. Kegunaan Beslag Terhadap Barang yang Dibeslag Tinjauan Tentang Eksekutorial Beslag a. Pengertian Eksekutorial Beslag... 29

9 b. Pelaksanaan Eksekutorial Beslag c. Kegunaan Eksekutorial Beslag B. Kerangka Pemikiran BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sengketa Perkara No 30/Pdt.G/1997/PN.Ska Prosedur Conservatoir Beslag ( Sita Jaminan ) Prosedur Eksekutorial Beslag ( Sita Eksekusi ) B. Pembahasan Pelaksanaan Conservatoir Beslag Pelaksanaan Eksekutorial Beslag Hambatan Dalam Pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag serta Pemecahan Masalah Obyek Sengketa yang di Conservatoir Beslag diganti dengan Obyek Lain BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Surat Ijin Penelitian. Lampiran II Surat Keterangan Penelitian. Lampiran III Penetapan Sita Jaminan No. 30/Pdt. G/1997/PN. Ska. Lampiran IV Berita Acara Sita Jaminan No. 30/Pdt. G/1997/PN. Ska. Lampiran V Putusan Pengadilan Negeri No. 30/Pdt. G/1997/PN. Ska. Lampiran VI Penetapan Sita Eksekusi No. 02/Eks/2004/PN. Ska. Lampiran VII Berita Acara Sita Eksekusi No. 02/Eks/2004/PN. Ska jo No. 30/Pdt. G/1997/PN. Ska.

11 ABSTRAK EKO FEBRIANTO, E , PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA ), FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET. SURAKARTA. PENULISAN HUKUM (SKRIPSI) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan Conservatoir Beslag ( sita jaminan ) dan Eksekutorial Beslag ( sita eksekusi ) di Pengadilan Negeri Surakarta, selain itu dalam penelitian ini akan dibahas tentang hambatan hambatan dalam pelaksanaan Conservatoir Beslag ( sita jaminan ) dan Eksekutorial Beslag ( sita eksekusi ), beserta pemecahan masalah hambatan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag juga tentang penggantian obyek yang disita jaminan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat diskriptif. Lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dengan model interaktif. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa dasar hukum pelaksanaan Conservatoir Beslag di Pengadilan Negeri Surakarta berdasarkan ketentuan pasal 197 HIR, 227 HIR dan pasal 261 jo pasal 206 RBG, dan dasar hukum pelaksanaan Eksekutorial Beslag berdasarkan pasal 197, 198 dan pasal 199 HIR atau pasal 208, 209 dan pasal 210 RBG. Pelaksanaan Conservatoir Beslag ( sita jaminan ) berdasarkan penetapan dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri sedangkan pelaksanaan Eksekutorial Beslag ( sita eksekusi ) berdasarkan atas penetapan dari Ketua Pengadilan Negeri. Penunjukan juru sita berdasarkan atas surat perintah dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri (Conservatoir Beslag) dan Ketua Pengadilan (Eksekutorial Beslag) dalam penetapannya. Dalam pelaksanaanya juru sita harus menyertakan dua orang saksi dan aparat Desa maupun Kecamatan setempat. Juru sita setelah melakukan penyitaan diwajibkan untuk membuat berita acara, dimana berita acara ini adalah satu satunya bukti otentik yang harus dipertanggungjawabkan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri (Conservatoir Beslag) dan Ketua Pengadilan (Eksekutorial Beslag). Tanpa adanya berita acara dianggap penyitaan tersebut tidak pernah terjadi. Hambatan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Conservatoir Beslag yaitu belum tentu sertifikat atas nama tergugat, barang yang hendak di sita sudah ditanggungkan dalam hak tanggungan, barang yang hendak di sita merupakan barang milik bersama ( warisan ), sedangkan pemecahan masalahnya harus diteliti dahulu dalil penggugat maupun tergugat, mengajukan kembali permohonan sita jaminan kepada majelis hakim Pengadilan Negeri atas benda atau obyek sengketa yang lain yang masih dimiliki oleh tergugat, diperlukan

12 terlebih dahulu pendekatan pendekatan kepada ahli ahli warisnya agar obyek sengketa tersebut dapat disita. Hambatan dalam Eksekutorial Beslag yaitu biaya pelaksanaan, tereksekusi tidak mau menandatangani berita acara sita eksekusi, adanya permohonan penangguhan eksekusi, pengerahan massa, verset, peninjauan kembali. Sedangkan pemecahan masalahnya sebagai berikut pihak yang menang mencari penyandang dana dan diberi berapa persen atas obyek sengketa, dengan bantuan dari aparat kepolisian agar pihak tereksekusi mau menandatangani berita acara eksekusi, permohonan penangguhan eksekusi dikabulkan oleh Ketua Pengadilan Negeri maka eksekusi dapat ditunda dengan suatu alasan alasan tertentu, dengan bantuan pihak kepolisian, harus mempunyai alasan-alasan yang kuat agar dapat diterima oleh Ketua Pengadilan Negeri, adanya bukti baru novum yang dapat memperkuat pihak tergugat eksekusi dapat ditunda. Penggantian barang atau obyek sengketa yang disita jaminan dapat dilakukan dengan ketentuan Majelis Hakim Pengadilan Negeri mengijinkan untuk diganti dengan dibuatkan penetapan kembali oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri, nilai obyek yang diganti harus seimbang atau mendekat nilai yang sama, adanya kesepakatan antara pemohon sita dengan tersita.

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara didunia yang menjunjung tinggi hukum, dalam tindakannya harus selalu didasarkan pada hukum atau peraturan peraturan yang memang diciptakan untuk mengatur suatu tatanan di dalam pemerintahan, termasuk juga warga negaranya dalam tindakan harus selalu didasarkan pada hukum atau peraturan peraturan yang memang diciptakan untuk itu. Segala tingkah laku yang diperbuat warga masyarakat dan aparat pemerintah Indonesia haruslah berpedoman pada hukum dan ketentuan yang berlaku, untuk itu didalam memperlakukan seluruh warganya pemerintah akan selalu berbuat adil, adil dalam hal ini adalah semua warganya memperoleh hak haknya seimbang dengan kewajiban yang telah dilaksanakan. Tidak diperkenankan seseorang mengurangi dan menguasai hak hak orang lain tanpa terlebih dahulu melakukan kewajiban tertentu. Sengketa terjadi apabila seseorang menguasai atau mengurangi hak orang lain yang berkaitan dengan mempertahankan hak yang bersangkutan. Dalam hal itu adakalanya para pihak didalam menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan ( perdamaian ) akan tetapi tidak jarang dari para pihak yang bersangkutan tersebut menyertakan perkaranya ke Pengadilan Negeri untuk diselesaikan. Pihak Pengadilan ini dengan segala pertimbangan yang ada berusaha menjatuhkan putusan yang seadil adilnya atau paling tidak mendekati rasa keadilan itu sendiri. Pada umumnya suatu penyelesaian perkara diawali dengan penggunaan Pengadilan Negeri sebagai salah satu lembaga yang mengupayakan keadilan bagi masyarakat pada tingkat pertama.

14 Membuat putusan yang adil dan memuaskan para pihak tidaklah mudah, hakim harus mempertimbangkan serta memperhatikan segala sesuatu secara matang. Dalam suatu perkara perdata yang diawali dengan suatu gugatan ( ada juga yang diawali dengan permohonan ) selalu berkaitan dengan barang pada umumnya, dalam mempertimbangkan proses yang dipergunakan hakim cukup lama. Adakalanya selama proses pemeriksaan perkara yang bersangkutan berlangsung, salah satu pihak ( pada umumnya penggugat ) mengajukan permohonan Conservatoir Beslag ( sita jaminan ) dengan pertimbangan pertimbangan tertentu, antara lain bahwa barang barang yang menjadi obyek sengketa yang pada saat itu masih dikuasai oleh tergugat agar tidak dipindah tangankan kepada orang lain atau pihak lain. Permohonan Conservatoir Beslag selalu dikabulkan, hal ini sesuai dengan pendapat Adi Andojo Soetjipto bahwa " Hakim selalu mengabulkan Conservatoir Beslag "( Adi Andojo Soetjipto, 1974 : 4 ). Kemungkinan tersebut memang logis karena hakim ingin mengetahui kebenaran materiil secara tegas akan menunjuk siapa yang berhak atas barang sengketa dan berapa bagian yang harus diberikan.conservatoir Beslag dapat dikenakan kepada barang bergerak milik debitur, barang tetap milik debitur dan barang bergerak milik debitur yang ada ditangan orang lain. Penggugat akan merasa sangat dirugikan apabila obyek sengketa telah dijual, disamping penggugat akan dirugikan dengan hal hal yang memungkinkan dilakukan tergugat atas barang barang obyek sengketa. Perbuatan tergugat tersebut juga dapat menjadi penyebab terhambatnya perwujudan keadilan yang diupayakan oleh Hakim Pengadilan Negeri. Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo dalam bukunya Hukum Acara Perdata Indonesia, yang berkaitan dengan Conservatoir Beslag dinyatakan sebagai berikut, penyitaan ini merupakan tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata. Barang barang yang disita untuk kepentingan kreditur ( penggugat ) dibekukan, ini berarti bahwa barang

15 barang itu disimpan ( diconserveer ) untuk jaminan dan tidak boleh dialihkan atau dijual ( pasal 197 ayat 9, 199 H.I.R., 214 Rbg ) ( Sudikno Mertokusumo, 2002 : 83 ) Peletakan Consevatoir Beslag bertujuan agar selama proses pemeriksaan perkara perdata dilakukan barang yang menjadi obyek sengketa dan selama ini dikuasai oleh pihak tergugat tetap utuh, sampai adanya putusan dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, terutama yang berkaitan dengan penyitaan barang, yang bersangkutan akan tetap dapat melaksanakan sebagai mana mestinya. Proses pengabulan permohonan suatu beslag, termasuk Conservatoir Beslag ini juga memerlukan waktu. Pada masa waktu pertimbangan permohonan beslaag inilah dapat terjadi peralihan barang barang yang menjadi obyek sengketa kepada pihak lain oleh tergugat, dan kemungkinan ini akan selalu ada. Perjuangan dari penggugat tidak berhenti sampai disitu saja, setelah putusan dari Ketua Pengadilan Negeri sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap maka proses selanjutnya adalah sita eksekusi ( sita Eksekutorial ) terhadap barang barang tergugat guna memenuhi tuntutan dari penggugat. Pelaksanaan putusan ( eksekusi ) memerlukan bantuan dari pihak yang dikalahkan, artinya pihak yang bersangkutan harus dengan sukarela melaksanakan putusan itu. Melaksanakan putusan berarti bersedia memenuhi kewajiban untuk berprestasi yang dibebankan oleh Hakim lewat putusannya. Pihak yang kalah tidak mau atau lalai melaksanakan putusan hakim, pihak yang menang dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara itu baik secara lisan maupun tertulis, supaya putusan dilaksanakan.untuk itu Ketua menyuruh memanggil pihak

16 yang kalah serta memperingatkan supaya ia melaksanakan putusan itu selambat lambatnya dalam tempo delapan hari ( pasal 196 H.I.R 207 Rbg ). Pihak yang kalah dalam tempo delapan hari sejak putusan hakim ditetapkan tidak segera melaksanakan putusan dan setelah dipanggil dengan patut tidak segera menghadap, maka Ketua Pengadilan Negeri karena jabatannya memerintahkan secara tertulis supaya melakukan penyitaan atas barang barang bergerak milik pihak yang kalah, sejumlah harga yang harus dibayarkan ditambah ongkos pelaksanaan putusan. Apabila barang bergerak tidak ada atau tidak mencukupi, maka dilaksanakan penyitaan barang barang yang tidak bergerak ( pasal 197 ayat 1 H.I.R 208 Rbg ). Penyitaan ini disebut juga dengan sita eksekutorial ( Eksekutorial Beslag ). ( Abdulkadir Muhammad, 1990 : 215 ). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengangkat dalam suatu penulisan hukum ( skripsi ) dengan judul " PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA " ( Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta ). B. Perumusan Masalah. Berdasarkan pada pemikiran latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pelaksanaan Conservatoir Beslag agar barang atau obyek sengketa tidak dipindah tangankan atau dijual? 2. Bagaimana proses pelaksanaan Eksekutorial Beslag sebagai bentuk pelaksanaan putusan Pengadilan Negeri yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap? 3. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag, serta bagaimana pemecahan masalah hambatan tersebut?

17 4. Dapatkah barang atau obyek sengketa yang di Conservator Beslag diganti dengan barang atau obyek lain? C. Tujuan Penelitian. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif : a. Untuk mengetahui pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag. b. Untuk mengetahui hambatan serta pemecahan masalah dalam pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag. c. Untuk mengetahui obyek sengketa yang di Conservatoir Beslag dapatkah diganti dengan barang atau obyek lain. 2. Tujuan Subyektif : a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis. c. Untuk memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum. D. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat Teoritis : a. Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan berguna untuk memberikan masukan terhadap pengembangan ilmu hukum, khususnya yang berhubungan dengan hukum acara perdata mengenai

18 suatu proses pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag. b. Penelitian ini diharapkan untuk menambah perbendaharaan literatur dibidang Hukum Acara Perdata. c. Penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas wawasan peneliti serta pengalaman nyata dibidang ilmu hukum. 2. Manfaat Praktis : Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi masukan yang berharga bagi para praktisi penegak hukum khususnya di Pengadilan Negeri Surakarta dalam hal pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag. agar dapat berjalan lebih baik. Selain itu hasil dari penelitian ini dapat juga dijadikan bahan ilmiah dalam penelitian lebih lanjut dimasa mendatang. E. Metode Penelitian. Metode penelitian adalah suatu tulisan atau karangan mengenai penelitian disebut ilmiah dan dipercaya kebenarannya apabila pokok-pokok pikiran yang dikemukakan disimpulkan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian yang meyakinkan, oleh karena itu dilakukan dengan cara yang obyektif dan telah melalui berbagai tes dan pengujian (Winarno Surakhmad, 1990 : 26). Peranan metode penelitian dalam sebuah penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan secara lebih baik dan lengkap. 2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian inter-disipliner. 3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal-hal yang belum diketahui.

19 4. Memberikan pedoman mengorganisasikan serta mengintegrasikan pengetahuan mengenai masyarakat ( Winarno Surakhmad, 1990 : 27). Beberapa hal yang menjadi bagian dari metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian empiris atau dapat disebut pula dengan penelitian lapangan karena bertitik tolak pada data primer yaitu data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan ( Bambang Waluyo, 1991 : 16 ) dan penelitian ini juga didukung dengan data sekunder agar hasil yang diharapkan baik. Penulis melakukan penelitian dengan mencari perkara-perkara perdata khususnya tentang sita jaminan maupun kelanjutannya sita eksekusi, kemudian melakukan analisis terhadap perkara No. 30/Pdt.G/1997/PN.Ska dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta literatur-literatur. 2. Sifat Penelitian Penelitian yang penulis susun adalah termasuk penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah tertutama mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teoriteori lama, atau di dalam kerangka penyusun teori baru ( Soerjono Soekanto, 1986 : 10). Penelitian ini disajikan data seteliti mungkin tentang pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag, hambatan dalam pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag beserta

20 pemecahan masahnya dan penggantian obyek sengketa yang telah disita jaminan ( dalam hal ini di Pengadilan Negeri Surakarta ). Dalam pelaksanaan penelitian deskriptif ini tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi analisa dan interprestasi data yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan- kesimpulan yang dapat didasarkan penelitian data itu. 3. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data-data yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh ( Soerjono Soekamto, 1986 : 250). Pendekatan kualitatif ini penulis gunakan karena beberapa pertimbangan, antara lain : a. Metode ini mampu menyesuaikan secara lebih mudah untuk berhadapan dengan kenyataan. b. Metode ini lebih peka dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan banyak penajaman terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 4. Lokasi Penelitian. Lokasi penelitian dalam penulisan hukum ini adalah di Pengadilan Negeri Surakarta yang beralamat di Jalan Brigadir Jenderal Slamet Riyadi Nomor 290 Surakarta., dengan pertimbangan bahwa sengketa sita jaminan sampai pada sita eksekusi di Surakarta cukup banyak. 5. Jenis Data. Jenis data yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini adalah : a. Data Primer. Data primer adalah data yang diperoleh dilapangan ketika mengadakan penelitian. Dalam hal ini data diperoleh dari hasil

21 wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta yaitu Bapak Yohanes Sugi Widarto, Panitera Pengadialn Negeri Surakarta yaitu Slamet Haryanto, dan Juru sita Pengadilan Negeri Surakarta yaitu Mustika Adi. b. Data Sekunder. Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data primer, data ini diperoleh dari Pengadilan Negeri Surakarta yang meliputi Berita Acara Sita Jaminan Nomer : 30/Pdt.G/1997/PN.Ska, Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomer : 30/Pdt.G/1997/PN.Ska, Berita Acara Sita Eksekusi Nomer : 02/Eks/2004/PN.Ska Jo No :30/Pdt.G/1997/PN.Ska. 6. Sumber Data. a. Sumber data primer. Sumber data primer yaitu Bapak Yohanes Sugi Widarto, Panitera Pengadialn Negeri Surakarta yaitu Slamet Haryanto, dan Juru sita Pengadilan Negeri Surakarta yaitu Mustika Adi. b. Sumber data sekunder. Sejumlah data-data keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara langsung dan tidak langsung melalui studi pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data sekunder dalam penulisan hukum (skripsi) ini berupa Berita Acara Sita Jaminan Nomer : 30/Pdt.G/1997/PN.Ska, Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomer : 30/Pdt.G/1997/PN.Ska, Berita Acara Sita Eksekusi Nomer : 02/Eks/2004/PN.Ska Jo No :30/Pdt.G/1997/PN.Ska.

22 7. Tehnik Pengumpulan Data. a. Wawancara. Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu (Burhan Ashshofa, 2001: 95). Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan tujuan memperoleh keterangan-keterangan yang jelas tentang pelaksanaan sita jaminan dan sita eksekusi. Dalam suatu wawancara terdapat dua pihak yang mempunyai kedudukan yang berbeda, yaitu pencari informasi yang biasa disebut dengan pewawancara atau interviewer, dalam hal ini adalah penulis dan pihak lain adalah informan atau responden, dalam hal ini adalah Hakim, Panitera dan Juru sita Pengadilan Negeri Surakarta. Teknik pelaksanaan wawancara adalah dengan wawancara tidak berencana ( tidak berpatokan ), yakni penulis dalam mengajukan pertanyaan tidak terikat pada aturan-aturan yang ketat. Penulis terlebih dahulu membuat pokok pokok pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada nara sumber (Hakim, Panitera dan Juru sita Pengadilan Negeri Surakarta. ). b. Studi Kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dengan jalan membaca, mempelajari, memahami dan membuat catatan catatan yang diperlukan dari buku buku literatur, dokumen, serta peraturan perundangan yang ada hubungannya dengan obyek yang diteliti yaitu Berita Acara Sita Jaminan Nomer : 30/Pdt.G/1997/PN.Ska, Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomer : 30/Pdt.G/1997/PN.Ska, Berita Acara Sita Eksekusi Nomer : 02/Eks/2004/PN.Ska Jo No :30/Pdt.G/1997/PN.Ska.

23 8. Analisis data Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong, 2002:103). Penulis menggunakan model analisis interaktif (interaktif model of analisis), yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui tiga tahap, yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Dalam model ini dilakukan suatu proses siklus antar tahap-tahap, sehingga data yang terkumpul akan berhubungan dengan satu sama lain dan benar-benar data yang mendukung penyusunan laporan penelitian (HB. Sutopo, 2002 :35). Tiga tahap tersebut adalah : a. Reduksi Data Kegiatan ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian yang bertujuan untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan pengumpulan data. Proses ini berlangsung terus - menerus sampai laporan akhir penelitian selesai. b. Penyajian Data Sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilaksanakan. c. Menarik Kesimpulan Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, akhirnya peneliti menarik kesimpulan (HB. Sutopo, 2002:37). Berikut ini penulis memberikan ilustrasi bagan dari tahap analisis data, model analissa interaktif ( interactive model of analisis ) menurut H.B Sutopo :2002 ) seperti berikut :

24 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema di bawah ini : Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data Penarikan Kesimpulan Gambar 1 : Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif (H.B. Sutopo, 2002: 96). Dengan model analisis ini maka peneliti harus bergerak diantara empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bolak balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan selama sisa waktu penelitian. Aktivitas yang dilakukan dengan proses itu komponen-komponen tersebut akan didapat yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan jalan apa adanya sesuai dengan masalah yang diteliti dan data yang diperoleh. Setelah semua data dikumpulkan, kemudian penulis mengambil kesimpulan dan langkah tersebut tidak harus urut tetapi berhubungan terus menerus sehingga membuat siklus (HB.Sutopo, 2002:13).

25 F. Sistematika Penulisan. Guna memudahkan pembahasan dan pemahaman terhadap isi penulisan ini maka sistematika penulisannya disusun sebagai berikut : BAB BAB BAB I : PENDAHULUAN Pada awal bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal tentang penelitian yang meliputi latar belakang masalah tujuan dan manfaat penelitian metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dan sistematika penulisan hukum untuk memberikan pemahaman terhadap isi penelitian ini secara garis besar. II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan tentang kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori meliputi tinjauan tentang hukum acara perdata yang terdiri dari pengertian hukum acara perdata serta permohonan dan gugatan, tinjauan tentang Conservatoir Beslag yang terdiri dari pengertian Conservatoir Beslag, pelaksanaan dan proses Conservatoir Beslag, kegunaan beslag terhadap barang yang dibeslag. Disini juga akan dikemukakan tinjauan tentang Eksekutorial Beslag yang terdiri dari pengertian Eksekutorial Beslag, pelaksanaan dan proses Eksekutorial Beslag, kegunaan Eksekutorial Beslag. III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini penulis akan menyajikan pembahasan berdasarkan rumusan masalah, yaitu pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag, hambatan dalam pelaksanaan Conservatoir Beslag dan Eksekutorial Beslag serta pemecahan masalahnya, dan barang atau obyek sengketa yang di Conservatoir Beslag tersebut diganti dengan barang atau obyek lainnya.

26 BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang berisikan kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tersebut. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori. 1. Tinjauan Tentang Hukum Acara Perdata. a. Pengertian Hukum Acara Perdata. Menurut Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata yang dimaksud dengan hukum acara perdata atau hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak hak dan kewajiban kewajiban perdata sebagaimana yang diatur dengan hukum perdata materiil (Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2005 : 1 ). Sudikno Mertokusumo berpendapat, bahwa hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimananya cara menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantara hakim (Sudikno Mertokusumo, 2002 : 2 ). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum acara perdata yaitu Suatu peraturan hukum yang mengatur cara penyelesaian sengketa tentang hak dan kewajiban perdata setiap orang maupun badan hukum sebagaimana yang diatur dalam hukum perdata materiil dengan perantara hakim. b. Permohonan dan Gugatan. Hukum acara perdata mengenal dua macam dalam mengajukan tuntutan hak yaitu melalui permohonan dan gugatan. Dalam perkara permohonan tidak ada sengketa, dimana pihak yang berkepentingan yang disebut dengan pemohon mengajukan permohonan kepada hakim, hakim

28 tersebut mengeluarkan suatu penetapan atau disebut dengan puusan declaratoir, yaitu putusan yang bersifat menetapkan, menerangkan saja. Sedangkan dalam perkara gugatan ada suatu sengketa atau konflik yang harus diselesaikan dan diputus oleh pengadilan. Suatu gugatan ada seorang atau lebih yang merasa bahwa haknya atau hak mereka telah dilanggar, akan tetapi orang yang dirasa melanggar haknya atau hak mereka itu tidak mau secara sukarela melakukan sesuatu yang diminta itu, untuk menentukan siapa yang benar dan berhak diperlukan adanya putusan hakim. 2. Tinjauan Tentang Conservatoir Beslag. a. Pengertian Conservatoir Beslag. Seseorang mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri, bukan saja ia mengharapkan agar memperoleh putusan yang menguntungkan baginya, namun disamping itu pula bahwa putusan tersebut pada akhirnya dapat dilaksanakan, sebab dengan pelaksanaan putusan pengadilan inilah hak perdata penggugat yang telah dirugikan oleh tergugat dipulihkan secara nyata. Putusan pengadilan yang telah mengabulkan tuntutan penggugat, meskipun sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap bisa saja tidak dapat dilaksanakan, misalnya karena barang atau obyek yang dipersengketakan sudah tidak ada lagi ditangan pihak yang dikalahkan, atau dalam hal pembayaran sejumlah uang, pihak yang kalah ( tergugat ) sudah tidak mempunyai harta kekayaan. Oleh karena itu dalam hukum acara perdata terkhusus dalam undang undangnya menyediakan upaya hukum bagi penggugat agar terjamin haknya apabila gugatannya dikabulkan. Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh penggugat adalah Conservatoir Beslag ( sita jaminan ).

29 Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo Conservatoir Beslag adalah suatu tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata. Barang barang yang disita untuk kepentingan kreditur ( penggugat ) dibekukan, ini berarti bahwa barang barang itu disimpan ( diconserveer ) untuk jaminan dan tidak boleh dialihkan atau dijual ( pasal 197 ayat 9, 199 H.I.R., 214 Rbg ). ( Sudikno Mertokusumo, 2002 : 83 ). Berdasarkan pernyataan Sudikno Mertokusumo tentang pengertian Conservatoir Beslag, bahwa salah satu dari tujuan Beslag khususnya Conservatoir Beslag adalah tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata. Barang barang yang dibeslaag untuk kepentingan kreditur atau penggugat dibekukan, ini berarti bahwa barang barang obyek sengketa yang bersangkutan disimpan ( diconserveer ) untuk jaminan dan tidak boleh dialihkan atau dijual. Sita jaminan hendaknya selalu dimohon agar diletakkan terutama dalam perkara perkara besar. Kalau penyitaan tidak pernah dimohonkan oleh penggugat, maka berdasarkan pasal 178 ayat ( 3 ) HIR / 189 ayat ( 3 ) RBg, hakim dilarang akan menjatuhkan putusan atas perkara yang tiada dituntut ( Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 1997 : 99 ). Sita jaminan itu sendiri diatur dalam pasal 227 HIR, yaitu : (1). Jika ada sangka yang beralasan, bahwa seorang yang berhutang, selagi belum dijatuhkan putusan hakim yang mengalahkan belum boleh dijalankan, mencari akal akan menggelapkan atau melarikan barangnya, baik yang tetap, baik yang tidak tetap dengan maksud akan menjauhkan barang itu dari penagih hutang, maka atas surat perintah dari orang yang berkepentingan bolehlah Ketua Pengadilan Negeri memberi perintah, supaya disita barang itu akan menjaga hak orang yang akan memasukkan permintaan itu, dan harus diberitahukan kepada sipeminta akan menghadap persidangan pengadilan negeri yang akan datang untuk menerangkan dan menguatkan gugatannya.

30 (2). Maka orang yang berhutang harus dipanggil atas permintaan ketua, akan menghadap persidangan itu juga. (3). Tentang orang yang harus menjalankan penyitaan itu dan tentang peraturan yang dalam hal itu yang harus diturut, serta akibat yang berhubung dengan itu, berlaku juga pasal 197, 198, 199. (4). Pada hari yang ditentukan untuk perkara itu, maka perkara dijalankan seperti biasa. Jika gugatan itu diterima, maka penyitaan itu disahkan, jika itu ditolak, maka diperintahkan supaya dicabut penyitaan itu. (5). Perilah mencabut sita itu selamnya boleh diminta jika diadakan jaminan atau tanggungan lain yang cukup. ( R.Tresna, 2001 : 192 ) Berdasarkan ketentuan yang termuat dalam pasal 227 ( 1 ) H.I.R., perihal sita Conservatoir dapat dimohonkan oleh penggugat sebelum dijatuhkan putusan atau sudah ada putusan, akan tetapi putusan tersebut belum dapat dijalankan. ( Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 1997 : 100 ). Permohonan sita jaminan ini apabila dikabulkan, maka dapat dinyatakan sah dan berharga ( Van Waarde Verklaard ) dalam putusan. Sita jaminan ini tidak meliputi seluruh harta kekayaan daripada debitur atau tergugat, tetapi hanya beberapa barang tertentu saja yang dilakukan oleh seorang kreditur. ( Sudikno Mertokusumo, 2002 : 84 ). Penyitaan ( Beslag ) sendiri terdiri atas beberapa macam, sehingga untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan keseluruhan tentang Beslag yang ada, serta yang pernah dilakukan dalam prakteknya. 1). Revindicatoir Beslag Perkataan revindikatoir berasal dari kata revindiceer yang berarti mendapatkan, jadi revindicatoir beslag berarti penyitaan untuk mendapatkan kembali ( Riduan Syahrani, 2000 : 55 ).

31 Revindikatoir Beslag menurut Sudikno Mertokusumo adalah Pemilik barang bergerak yang barangnya ada ditangan orang lain dapat minta, baik secara lisan maupun tertulis kepada Ketua Pengadilan Negeri ditempat orang yang memegang barang tersebut tinggal agar barang tersebut disita. ( Sudikno Mertokusumo, 2002 : 84 ). Revindicatoir Beslag diatur dalam pasal 226 HIR, sebagai berikut : (1). Orang yang empunya barang yang tidak tetap, boleh minta dengan surat dan dengan lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berkuasa ditempat diam atau tinggal orang yang memegang barang itu, supaya barang itu disita. (2). Barang yang hendak disita itu harus diterangkan dengan seksama dalam permintaan itu. (3). Jika permintaan itu diluluskan, maka hal menyita itu dilakukan menurut surat perintah ketua. Tentang orang yang harus menjalankan penyitaan itu dan tentang aturan yang dituntut, berlaku juga pasal 97. (4). Panitera pengadilan dengan segera memberitahukan penyitaan itu kepada orang yang memasukkan permintaan, sambil menerangkan kepadanya, bahwa ia harus menghadap persidangan pengadilan negeri yang pertama sesudah itu, untuk menerangkan dan meneguhkan gugatannya. (5). Orang yang memegang barang yang disita itu harus dipanggil atas perintah ketua akan menghadap persidangan itu. (6). Pada hari yang ditentukan untuk perkara itu, maka perkara dijalankan seperti biasa dan diputuskan. (7). Jika dakwa itu diterima, maka penyitaan itu disahkan dan diperintahkan supaya barang yang disita itu diserahkan kepada sipenggugat, sedang kalau gugatan itu ditolak harus

32 diperintahkan supaya dicabut penyitaan itu. ( R. Tresna, 2001 : 189 ) Ketentuan pasal 226 HIR dengan tegas dinyatakan, bahwa pemilik barang yang tidak tetap atau bergerak dapat saja mengajukan permohonan kepada hakim baik tertulis maupun lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana pemegang barang yang dimintakan untuk disita tersebut tinggal, sepanjang nama barang yang akan disita itu dicantumkan secara cermat dalam permohonan yang bersangkutan. Pengadilan Negeri menerima permohonan yang dimaksud, maka panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan harus memberitahukan kepada pemohon sita, agar ia mau datang ke Pengadilan Negeri untuk menguatkan permintaan itu. Selain itu orang yang memegang barang yang dibeslag juga dipanggil ke Pengadilan Negeri. Setiap orang yang mempunyai hak reklame, yaitu hak daripada penjual barang bergerak untuk minta kembali barangnya apabila harga tidak dibayar, dapat mengajukan sita revindicatoir ( pasal 1145 KUHPerdata ). Tuntutan revindikatoir ini dapat dilakukan langsung terhadap orang yang menguasai barang sengketa tanpa minta pembatalan dahulu tentang jual beli dari barang yang dilakukan, oleh orang tersebut dengan pihak lain. Revindicatoir Beslag dapat dimintakan terhadap barang bergerak milik pemohon ( Penggugat atau Kreditur ), sedangkan untuk tetap tidak dapat disita secara Revindicatoir, oleh karena kemungkinan dialihkannya atau diasingkannya barang tetap pada umumnya tidak ada atau kecil, disebabkan karena pada umumnya peralihan atau pengasingan barang tetap itu tidak semudah peralihan barang bergerak ( Sudikno Mertokusumo, 2002 : 85 ).

33 Akibat hukum dari sita revindicatoir adalah pemohon atau penyita barang tidak dapat menguasai barang yang telah disita, sebaliknya yang terkena sita dilarang untuk mengasingkannya. 2). Conservatoir Beslag Merupakan suatu tindakan persiapan dari pihak penggugat dalam bentuk permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri, untuk menjamin dilaksanakannya putusan perdata dengan menguangkan atau menjual barang tergugat yang disita guna memenuhi tuntutan penggugat. Penyitaan ini hanya dapat terjadi berdasarkan perintah Majelis Hakim Pengadilan Negeri atas permintaan kreditur atau penggugat ( pasal 227 ayat 1 H.I.R, 261 ayat 1 Rbg ). Pengajuan sita jaminan ini haruslah ada dugaan yang beralasan, bahwa seorang yang berhutang selama belum dijatuhkan putusan oleh Hakim atau selama putusan belum dijalankan mencari akal untuk menggelapkan atau melarikan barangnya. Sita jaminan ini fungsinya tidak semata mata untuk menyimpan barang yang disita, tetapi untuk kemudian dijual, maka sita jaminan apabila dikabulkan perlu memperoleh titel Eksekutorial, sehingga perlu dinyatakan sah dan berharga didalam putusan. Permohonan sita jaminan dapat diajukan dengan dua cara yaitu bersama sama dengan gugatan dan terpisah dengan gugatan. Lazimnya permohonan sita jaminan itu diajukan sebelum dijatuhkan putusan dan bersama sama dengan gugatan, apabila hal ini dilakukan maka pernyataan sah dan berharga itu dicantumkan dalam dictum putusan Pengadilan Negeri.

34 Conservatoir Beslag ini dibagi menjadi beberapa macam, seperti yang diuraikan sebagai berikut : a). Conservatoir Beslag Atas Barang Bergerak Milik Debitur. Barang bergerak yang disita ini biasanya masih berada ditangan tergugat. Dan selama penyitaan berlangsung, pada umumnya barang yang disita diharuskan tetap berada ditangan tergugat atau tersita untuk disimpan atau dijaga serta dilarang untuk dijual atau dialihkan ( pasal 197 ayat 9 H.I.R, 212 Rbg ). Jadi dengan adanya sita Conservatoir itu tersita atau tergugat sebagai pemilik barang yang disita kehilangan wewenangnya atas barang miliknya. Sita rangkap terhadap barang yang sama tidak berlaku pada sita jaminan ini, misalnya ada dua kreditur mengajukan permohonan sita jaminan atas barang bergerak terhadap seorang debitur, maka kreditur yang kedua tidak diperkenankan untuk menyita barang yang telah disita oleh kreditur pertama, kreditur kedua dapat menyita barang debitur yang belum disita oleh kreditur pertama. Para kreditur lainnya dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk ikut serta dalam penentuan pembagian hasil penjualan barang debitur yang telah disita ( pasal 204 ayat 1 H.I.R., 222 ayat 1 Rbg ). Asas larangan sita rangkap ini yang disebut dengan saisie sur saisie ne vaut lebih tegas dimuat dalam pasal 463 Rv, disini juru sita dilarang menyita barang yang telah disita lebih dulu, yang dapat dilakukannya ialah menyita barang barang debitur yang belum disita dan membuat berita acaranya ( proses verbaal van vergelijking ) ( Sudikno Mertokusumo, 2002 : 90 ).

35 b). Conservatoir Beslag Atas Barang Tetap Milik Debitur. Barang tetap atau tak bergerak sebenarnya sangat sulit untuk dialihkan, selain prosedurnya tidak mudah juga pengalihan barang tak bergerak ini harus dilakukan dengan bukti bukti otentik atau dibawah tangan yang disaksikan oleh pejabat dengan dasar kehendak para pihak. Para pihak harus memberikan keterangan dari mana barang tak bergerak ini diperoleh. Pengalihan barang tak bergerak yang masih dalam sengketa akan sulit untuk dialihkan, karena didalam prosesnya akan dapat diketahui, apakah barang tersebut berada dalam sengketa atau tidak. Penyitaan barang tetap harus diumumkan dengan memberi perintah kepada Kepala Desa supaya penyitaan barang tetap itu diketahui oleh orang banyak, dengan diumumkan pada suatu tempat terbuka, kecuali itu salinan berita acara penyitaan didaftarkan pada kantor pendaftaran tanah. Pasal 198 HIR menentukan antara lain jika barang yang disita barang tetap, maka proses verbal penyitaannya itu sudah dibukukan menurut ordonansi tentang pemindahan barang tetap dan membukukan hipotek atas barang itu di Hindia-Belanda ( R. Tresna, 2001 : 177 ). Penyitaan barang tetap harus dilakukan oleh juru sita ditempat barang barang itu terletak dengan mencocokkan batas batasnya dan disaksikan oleh pamong desa. Penyitaan barang tetap itu meliputi juga tanaman diatasnya serta hasil panen pada saat dilakukan penyitaan, kalau barang tetap tersebut disewakan oleh pemiliknya, maka panen itu menjadi milik penyewa. Sedangkan sewa yang belum dibayarkan kepada pemilik barang tetap yang disita, termasuk sita ( pasal 509 Rv ). H.I.R tidak mengatur penyitaan barang tetap untuk disita rangkap, akan tetapi didalam Rv lain ketentuannya tentang hal ini.

36 Asas saisie sur saisie ne vaut yang berlaku terhadap barang bergerak ( pasal 463 Rv ) tidak berlaku terhadap barang tetap, jadi barang tetap dapat disita rangkap ( pasal 515 Rv ) ( Sudikno Mertokusumo, 2002 : 91 ). c). Conservatoir Beslag Atas Barang Bergerak Milik Debitur yang Ada Di Tangan Pihak Ke Tiga. Seorang debitur mempunyai hutang kepada pihak ketiga, maka kreditur untuk menjamin haknya dapat melakukan permohonan Conservatoir Beslag pada barang bergerak milik debitur yang ada dipihak ketiga, Conservatoir Beslag ini disebut Derden Beslag, diatur dalam pasal 728 Rv. Kreditur dapat menyita, akan tetapi dengan suatu akte otentik atau akte dibawah tangan, uang dan barang yang merupakan piutang debitur yang ada ditangan pihak ketiga. Dalam hal ini diperbolehkan sita rangkap ( pasal 747 Rv ). HIR tidak menganggap suatu Derden Beslag sebagai Conservatoir Beslag, tetapi dianggap sebagai Eksekutorial Beslag. Pasal 197 ayat 8 H.I.R. ( pasal 211 Rbg ) menentukan, bahwa penyitaan barang bergerak milik debitur, termasuk uang dan surat surat berharga, meliputi juga barang bergerak yang bertubuh yang ada ditangan pihak ketiga. Akan tetapi sita Conservatoir ini tidak boleh dilakukan atas hewan dan alat alat yang digunakan untuk mencari mata pencaharian.( Sudikno Mertokusumo, 2002 : 92 ). d) Pandbeslag ( Sita Gadai ). Pandbeslaag ini dianggap sebagai Conservatoir Beslag, apabila didasarkan pada tuntutan seperti yang ada pada pasal 1139 sub 2 KHUPer dan dijalankan atas barang barang yang disebut dalam pasal 1140 KHUPer.

37 Pasal 1139 sub 2 KUHPer menentukan Uang sewa dari benda benda tak bergerak, biaya perbaikan yang menjadi kewajiban si penyewa, beserta segala apa yang mengenai kewajiban memenuhi persetujuan sewa. Pendbleslag adalah semacam sita jaminan, yang dimohonkan oleh orang yang menyewakan rumah atau tanah, agar supaya diletakkan suatu sitaan terhadap perabot rumah tangga pihak penyewa / tergugat guna menjamin pembayaran uang sewa yang harus dibayar ( pasal 751 Rv ). ( Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 1997 : 107 ). Pasal 1140 KUHPer, menentukan sebagai berikut : Orang yang menyewakan dapat melaksanakan hak istimewanya atas buah buahan yang dengan cabang cabangnya yang masih melekat pada tanah atau akar akar masih melekat pada tanah, selanjutnya pada buah buahan yang sudah maupun yang belum dipetik yang masih berada diatas tanah untuk, lagi pula pada segala apa yang berada diatas dipakai menghiasi rumah atau perkebunan yang disewa, atau untuk mengolah atau mengerjakan tanahnya, seperti ternak, perkakas pertanian, dan lain sebagainya, tak peduli apakah benda tersebut diatas ini kepunyaan sipenyewa atau pun tidak. Jika si penyewa secara sah telah menyewakan lagi sebagian dari barang sewaannya kepada orang lain, maka tak dapatlah pihak yang menyewakan melaksanakan hak istimewanya atas benda benda yang berada didalam atau diatas bagian tersebut lebih jauh dari pada menurut imbangan bagian yang dioper oleh si penyewa kedua tersebut, dan sekedar orang yang disebut terakhir ini tidak dapat menunjukkan bahwa ia telah membayar uang sewanya menurut persetujuhan ( Subekti dan Tjitrosudibio, 2003 : 293 ).

38 Obyek sita gadai yang dimaksud adalah buah buahan, ternak pengolahan tanah pertanian atau alat alat pertanian lainnya. Siapa saja yang menyewakan rumah atau kebun dapat saja menggunakan hak istimewanya terhadap buah buahan atau lainnya itu, kecuali apabila orang yang menyewakan kebun tersebut secara sah telah menyewakan lagi pada pihak atau orang lain. 3). Eksekutorial Beslag Pihak yang kalah apabila tidak mematuhi perintah, maka Ketua Pengadilan Negeri memberi perintah dengan surat, supaya disita sekian barang, jikalau barang demikian tidak ada atau ternyata tidak mencukupi akan disita barang tidak bergerak kepunyaan orang yang kalah itu, sehingga mencukupi untuk penggantian sejumlah uang yang tersebut didalam putusan hakim itu dan semua ongkos ongkos untuk menjalankan putusan tersebut. Penyitaan ini disebut Eksekutorial Beslag ( Abdulkadir Muhammad, 1990 : 215 ). b. Pelaksanaan Conservatoir Beslag. Pelaksanaannya Conservatoir Beslag diawali dengan Penetapan hakim Pengadilan Negeri tentang sita jaminan dimana dalam penetapan tersebut disertakan surat perintah pelaksanaan sita yang dilakukan oleh panitera atau juru sita. Panitera atau juru sita akan menunjukkan surat perintah penyitaan tersebut kepada pejabat setempat, dengan surat perintah Ketua Pengadilan Negeri itu pula petugas penyitaan ( panitera atau juru sita ) dapat sebagai pejabat umum yang menurut peraturan hukum diwajibkan menjalankan suatu jabatan umum. Pelaksanaan putusan itu dilakukan dengan penyitaan harta benda milik pihak yang kalah. Penyitaan ini juga dilakukan oleh panitera atau panitera pengganti dengan dibantu oleh dua orang saksi yang telah

39 memenuhi syarat dalam undang undang. Panitera atau panitera pengganti membuat berita acara ( openbare ambtenaar, public officer ) yang ditanda tangani olehnya dan kedua saksi itu. Kepada orang yang dibeslaag barangnya juga diberitahukan maksud dari penyitaan itu, apabila ia hadir ( Abdulkadir Muhammad, 1990 : 216 ). Penyitaan barang bergerak ini tidak hanya dapat dilakukan terhadap barang yang dikuasai orang yang kalah, yang kebetulan berada ditangan orang lain, tetapi penyitaan ini tidak dapat dilakukan terhadap hewan dan barang yang dipakai untuk menjalankan usahanya. Panitera atau penggantinya ini juga dapat memutuskan apakah barang barang yang disita tersebut tetap harus diletakkan ditangan pihak yang kalah atau ditempatkan pada suatu tempat lain yang dianggap layak olehnya. Barang barang sitaan tersebut dirasakan masih dapat disimpan oleh orang yang kalah atau orang yang menguasainya, maka hal ini harus diberitahukan kepada pejabat setempat, baik kepala kampung atau pihak kepolisian, untuk turut menjaganya. Khusus untuk penyitaan barang tak bergerak, berita acara penyitaan yang dibuat juga diberitahukan kepada umum ( khalayak ramai ). Demikian juga barang tak bergerak yang disita itu didaftarkan pada kantor pendaftaran tanah ( seandainya adalah tanah ), maka salinan berita acara penyitaan juga dibuat kepada pihak kantor pendaftaran tanah yang bersangkutan. Terhitung sejak penyitaan barang barang dimaksud diumumkan, maka pihak yang disita barangnya itu tidak boleh lagi memindah tangankan, membebani ataupun juga menyewakan barang barang tersebut kepada pihak lain.

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Magetan ) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Lebih terperinci

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo) 1 Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo) Bambang Kusumo T. E.0001083 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Segala tingkah laku yang diperbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang 1 BAB I PENDAHULUAN Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah dalam suatu perkara untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan pengadilan oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Banyak permasalahan yang berlatar belakang pada sengketa perdata yang disebabkan oleh karena salah satu pihak merasa dirugikan akibat hak-haknya dilanggar oleh

Lebih terperinci

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap

Lebih terperinci

JAMINAN. Oleh : C

JAMINAN. Oleh : C NASKAH PUBLIKASII SKRIPSI PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA (Study Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 27 ayat (1) undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan

Lebih terperinci

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan surat edaran mahkamah agung nomor 3 tahun 2000 tentang putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan provisionil dalam eksekusi putusan serta merta di Pengadilan Negeri Pati Oleh Ariwisdha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu tim hakim yang berbentuk majelis. Majelis hakim tersebut paling sedikit terdiri dari tiga orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Proses Pemeriksaan Perkara Perdata Hukum acara perdata disebut juga hukum perdata formil, yaitu kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara permohonan dan perkara gugatan. Dalam perkara gugatan sekurangkurangnya ada dua pihak yang

Lebih terperinci

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi : BAB III PELAKSANAAN SITA JAMINAN SERTA EKSEKUSI DAN PELAKSAAN SITA JAMINAN SERTA EKSEKUSI TERHADAP BENDA MILIK DEBITUR YANG TIDAK DIDAFTARKAN OLEH JURU SITA PENGADILAN NEGERI BANDUNG A. Pelaksaan Sita

Lebih terperinci

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti TINJAUAN TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( SENGKETA TANAH ) DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Febrina Indrasari,SH.,MH Politeknik Negeri Madiun Email: febrinaindrasari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum bukanlah semata-mata sekedar sebagai pedoman untuk dibaca, dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum harus dilaksanakan

Lebih terperinci

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C. PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN 1. Istilah dan pengertian - Hukum perdata materiil : hukum yang mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak dalam hubungan perdata - Hukum perdata formil : hukum acara

Lebih terperinci

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TINJAUAN TENTANG PENYIMPANAN (CONSERVEER) BARANG BERGERAK DAN BARANG TIDAK BERGERAK MILIK PIHAK TERGUGAT SEBAGAI BARANG SITAAN OLEH PENGADILAN NEGERI SEBAGAI UPAYA MENJAMIN TUNTUTAN PENGGUGAT (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Namun dalam membina hubungan bermasyarakat tersebut, sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E Pelaksanaan peradilan tindak pidana penyalahgunaan senjata api yang dilakukan oleh anggota TNI ( studi kasus di pengadilan militer II 11 Yogyakarta ) Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E.0004107 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan tujuan untuk mencapai suatu masyarakat

Lebih terperinci

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR PENYITAAN (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Penyitaan Sita (Beslag) adalah suatu tindakan hukum pengadilan atas benda bergerak ataupun benda tidak bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup dengan cara bermasyarakat. Namun dalam kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekangesekan diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama Bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan nasional kearah peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

SEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin

SEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin SEKITAR PENYITAAN Oleh A. Agus Bahauddin A. Pengertian Penyitaan : Menurut terminologi Belanda : beslag, dalam istilah Indonesia disebut beslah, dan istilah bakunya sita dan penyitaan. Dari istilah-istilah

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PENGUASAAN TANAH TANPA HAK (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Klaten) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara kekuasaan kehakiman, asas-asas penyelengaraan kekuasaan kehakiman,

Lebih terperinci

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2 Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2 Hukum acara perdata (hukum perdata formil), yaitu hukum yang mengatur mengenai bagaimana cara menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. (Prof.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu diharapkan segala tindakan dan perbuatan harus berdasarkan atas hukum.

Lebih terperinci

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. Judul : KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. 13/Pdt.G/2009/PN. Skh Disusun oleh : Rani Permata Sari NPM : 13101115 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu proses dimuka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat

Lebih terperinci

KEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA. Oleh : Revy S.M.Korah 1

KEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA. Oleh : Revy S.M.Korah 1 KEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA Oleh : Revy S.M.Korah 1 A. PENDAHULUAN Lelang di Indonesia sebenarnya bukanlah merupakan suatu masalah yang baru, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali terjadi

Lebih terperinci

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 ) DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 ) BAB I PENDAHULUAN Sebelum diundangkannya Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,

Lebih terperinci

NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM)

NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM) NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG)

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) MAHKAMAH AGUNG Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1 JAKARTA Jakarta, 1 Desember 1975 No Lampiran : 2 (dua) : MA./Pemb./1021/1/75 Hakim

Lebih terperinci

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ) FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA EKSEKUSI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA EKSEKUSI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA EKSEKUSI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 juga telah ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka salah satu prinsip penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia, karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET (Oleh H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim PTA NTB) I. Pendahuluan Dalam praktek beracara di muka Pengadilan sering kita dapati perkara gugatan derden

Lebih terperinci

Sekitar Kejurusitaan

Sekitar Kejurusitaan Sekitar Kejurusitaan (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Juru Sita Juru sita adalah salah satu pejabat yang bertugas di pengadilan agama, selain hakim, panitera dan

Lebih terperinci

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) : Studi Kasus di Kantor Notaris dan PPAT Eko Budi Prasetyo, SH di Kecamatan Baki Sukoharjo Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA JAMINAN DALAM SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara No. 127/Pdt.Plw/08/PN.

STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA JAMINAN DALAM SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara No. 127/Pdt.Plw/08/PN. STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA JAMINAN DALAM SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara No. 127/Pdt.Plw/08/PN.Ska) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menjamin ditaatinya hukum perdata materiil melalui prosedur hukum, diperlukan adanya suatu peraturan hukum yang mengatur tentang cara- cara bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang ilmu hukum adalah hukum perdata yaitu serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN

III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN A. Pendahuluan Pokok bahasan III ini mengandung sub-sub pokok bahasan tentang putusan, upaya hukum terhadap putusan dan pelaksanaan putusan. Penguasaan materi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua

Lebih terperinci

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF 21 BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Putusan Verstek Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH MENARA Ilmu Vol. X Jilid 1 No.70 September 2016 KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH ABSTRAK Pembuktian merupakan tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0081/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0081/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0081/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Hal ini berarti bahwa Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Benturan di masyarakat seringkali terjadi dalam proses interaksi sosial sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan sengketa perdata.

Lebih terperinci

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 1717/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 1717/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 1717/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan ini telah jelas terlihat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Konsekuensi ini

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada

Lebih terperinci

TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG

TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG Oleh : DRS. H.MUHTADIN,S.H 1 ASAS-ASAS HUKUM ACARA PERDATA BERACARA HARUS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D. TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D. 10109 633 ABSTRAK Hakim dalam memeriksa serta memutuskan suatu perkara perdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,

Lebih terperinci

hal 0 dari 11 halaman

hal 0 dari 11 halaman hal 0 dari 11 halaman I. PENGERTIAN PENGGUNAAN LEMBAGA PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) OLEH Ketua Muda Perdata Mahkamah Agung RI (H. SUWARDI, SH, MH) Subekti menyebut, putusan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan usaha pencegahan maupun

Lebih terperinci

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat : Definisi Sita Sita adl tindakan penjagaan paksa berdasarkan perintah pengadilan/hakim untuk menempatkan harta kekayaan milik penggugat dan/atau tergugat kedalam penjagaan untuk menjamin dipenuhinya tuntutan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. putusan yang saling bertentangan. Kata kunci: eksekusi, noneksekutabel

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. putusan yang saling bertentangan. Kata kunci: eksekusi, noneksekutabel KAJIAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN (NONEKSEKUTABEL) PASCA PUTUSAN PENGADILAN 1 Oleh : Zakaria Tindi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : 05 Tahun 1975

SURAT EDARAN Nomor : 05 Tahun 1975 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 1 Desember 1975 Nomor : M.A./Pemb./102175 Lampiran : 2(dua) Perihal : Sita jaminan Kepada Yth : (consevatoir beslag) I. Semua Ketua Pengadilan Tinggi dan Hakim

Lebih terperinci

PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG TERHADAP OBJEK SENGKETA WARIS PADA PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG TERHADAP OBJEK SENGKETA WARIS PADA PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG TERHADAP OBJEK SENGKETA WARIS PADA PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus Putusan Nomor 1365/Pdt.G/2010/PA.Smg) SKRIPSI Untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

Penulisan Hukum ( Skripsi )

Penulisan Hukum ( Skripsi ) PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN HAK (Studi Kasus Putusan No.188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska) Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG.

PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG. PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

KEJURUSITAAN PENGADILAN

KEJURUSITAAN PENGADILAN KEJURUSITAAN PENGADILAN PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN JURUSITA Kata Jurusita berasal dari bahasa Belanda yaitu deuurwaader Jurusita/Jurusita Pengganti adalah Pegawai Negeri yang diangkat oleh pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM 57 BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan N0.251/Pdt.G/2013 PA.Sda Dalam memutuskan setiap Perkara di dalam persidangan hakim tidak serta merta memutuskan perkara

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D

TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D 10109 633 ABSTRAK Hakim dalam memeriksa serta memutuskan suatu perkara perdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa.prg.

P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa.prg. 1 P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa.prg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pinrang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu (gugatan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D 101 09 643 ABSTRAK Pemeriksaan suatu perkara perdata dimulai pada tingkat Pengadilan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0018/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0018/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor 0018/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 91/Pdt.G/2009/PN.Ska) Oleh : Dyah Kristiani (12100038)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap

Lebih terperinci

BAB III. Anotasi Dan Analisis Problematika Hukum Terhadap Eksekusi Putusan. Hakim Peradilan Tata Usaha Negara

BAB III. Anotasi Dan Analisis Problematika Hukum Terhadap Eksekusi Putusan. Hakim Peradilan Tata Usaha Negara BAB III Anotasi Dan Analisis Problematika Hukum Terhadap Eksekusi Putusan Hakim Peradilan Tata Usaha Negara A. Hasil Penelitian 1. Anotasi Problematika Hukum Dalam Eksekusi Putusan Pengadilan Tata Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini ditegaskan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945. 1 Negara yang berdasarkan atas hukum berarti segala

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdas arkan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdas arkan hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdas arkan hukum. Hal ini dapat kita ketahui karena negara Indonesia bersendikan atas dasar Pancasila dan UUD

Lebih terperinci

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 1 Tahun - Jangka Waktu Hibah - Kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitor dianggap mengetahui atau patut mengetahui bahwa hibah

Lebih terperinci