SEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin
|
|
- Hartanti Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SEKITAR PENYITAAN Oleh A. Agus Bahauddin A. Pengertian Penyitaan : Menurut terminologi Belanda : beslag, dalam istilah Indonesia disebut beslah, dan istilah bakunya sita dan penyitaan. Dari istilah-istilah tersebut mengandung makna sebagai berikut : 1. Tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa berada dalam penjagaan ; 2. Tindakan paksa penjagaan dilakukan secara resmi berdasarkan perintah pengadilan atau Hakim ; 3. Barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut berupa barang yang disengketakan, boleh juga barang yang akan dijadikan sebagai alat pembayaran atas pelunasan utang debitur atau tergugat dengan jalan menjual lelang barangyang disita tersebut ; 4. Penetapan dan penjagaan barang yang disita berlangsung selama proses pemeriksaan sampai ada putusan pengadilan yang BHT yang menyatakan sah atau tidak tindakan penyitaan itu ; B. Beberapa esensi fundamental sebagai landasan penerapan penyitaan : 1. Sita tindakan eksepsional ; Pasal 227 jo Pasal 197 HIR/720 Rv ; Penyitaan termasuk salah satu acara mengadili yang bersifat istimewa/eksepsional : a. Penyitaan memaksakan kebenaran gugatan ; Penggugat dapat meminta agar diletakkan sita terhadap harta kekayaan tergugat. Atas permintaan itu hakim diberi wewenang mengabulkan pada tahap awal sebelum dimulai proses pemeriksaan pokok perkara ; b. Penyitaan membenarkan putusan yang belum dijatuhkan ; 1
2 Hakim dapat menghukum tergugat berupa tindakan menempatkan harta kekayaannya di bawah penjagaan, meskipun putusan tentang kesalahannya belum dijatuhkan ; bsebelum putusan diambil dan dijatuhkan, tergugat telah dijatuhi hukuman berupa penyitaan harta sengketa atauharta kekayaan tergugat ; 2. Sitamerupakan tindakan perampasan : Ditinjau dari segi HAM, penyitaan tidak berbeda dengan perampasan harta kekayaan tergugat. Padahal salah satu hak asasi yang paling dasar adalah hak milik. Pasal 36 ayat (2) UU Nomor 39 Tahun 1999 menegaskan, pada prinsipnya seseorang tidak boleh dirampas hak miliknya dengan sewenang-wenang dan melawan hukum. Namun berdasarkan landasan eksepsional yang diberikan undang-undang kepada Hakim, tindakan perampasan itu dijustifikasi hukum acara, sehingga tindakan itu sah menurut hukum, walaupun tergugat sebagai pemilik belum dinyatakan salah dan bertanggung jawab atas perkara yang disengketakan berdasarkan putusan pengadilan yang BHT ; 3. Penyitaan berdampak psikologis : a. Pelaksanaannya secara fisik, dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat sekitarnya ; b. Secara resmi disaksikan oleh dua orang saksi, kepala desa, namun dapat dan boleh pula disaksikan oleh masyarakat luas ; c. Secara administratif yustisial, penyitaan barang tertentu harus diumumkan dengan jalan mendaftarkan dalam buku register kantor yang bersangkutan, agar diketahui umum sesuai dengan asas publisitas ; 4. Tujuan penyitaan : a. Agar gugatan tidak illusoir : Tujuan utama penyitaan agar harta kekayaan tergugat tidak dipindahkan kepada orang lain melalui jual beli atau penghibahan dan lain-lain ; Tidak dibebani dengan sewa menyewa atau diagunkan kepada pihak ketiga ; 2
3 b. Ditinjau dari segi teknis peradilan, penyitaan : Upaya hukum bagi penggugat untuk menjamin dan melindungi kepentingannya atas keutuhan dan harta kekayaan tergugat sampai putusan memperoleh kekuatan hukum tetap ; Bermaksud untuk menghindari tindakan itikad buruk (bad fith) tergugat dengan berusaha melepaskan diri memenuhi tanggung jawab perdata yang harus dipikulnya atas wanprestasi yang dilakukannya ; Secara hukum harta kekayaan tergugat berada dan ditempatkan dibawah penjagaan dan pengawasan pengadilan sampai ada perintah pengangkatan atau pencabutan sita ; C. Tugas Jurusita dan Jurusita Pengganti : 1. Setelah berlakunya UU Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2006 dan telah diubah pula dengan UU Nomor 50 Tahun 2009, bagi Peradilan Agama adalah melakukan penyitaan. Pasal 103 ayat (1) hurf c menyatakan, jurusita bertugas melakukan penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan ; 2. Penyitaan ini merupakan tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan perdata. Barang-barang yang disita dibekukan untuk kepentingan kreditur (penggugat), di sini barang-barang tersebut disimpan (diconservee) untuk jaminan, tidak boleh dipindah tangankan sesuai Pasal 197 ayat 9, 199 HIR/212, 214 R.Bg. Penyitaan seperti ini disebut sita jaminan atau conservatoir beslag (CB) ; a. Sita jaminan terhadap barang miliknya sendiri (kreditur/penggugat) yang dikuasai orang lain ; b. Sita jaminan untuk menjamin suatu hak kebendaan dari pemohon/kreditur, bukan untuk menjamin suatu tagihan berupa uang ; c. Sita jaminan berakhir dengan penyerahan barang yang disita, dalam hal ini ada dua macam : Sita revindicatoir (Pasal 226 HIR/260 R.Bg : Perkataan revindicatoir berasal dari perkataan revindiceer, yang artinya mendapatkan. Perkataan revindicatoir beslag mengandung 3
4 pengertian,penyitaan untuk mendapatkan hak kembali. Maksudnya adalah agar barang yang digugat tidak sampai dihilangkan selama proses berlangsung ; Dari ketentuan Pasal 226 HIR dapat diketahui bahwa sita revindicatoir : Harus berupa barang bergerak ; Barang bergerak tersebut adalah barang milik penggugat yang berada di tangan tergugat ; Permohonan harus diajukan kepada Ketua Pengadilan Agama ; Permohonan tersebut dapat diajukan secara lisan atau tertulis ; Barang tersebut harus diterangkan dengan jelas dan terperinci ; Maka yang menyangkut barang tidak bergerak dan barang-barang bergerak yang tidak dapat disebut secara jelas dan rinci harus dimohonkan sita conservatoir, bukan sita revindicatoir ; Persamaan sita jaminan dan sita revindikatoir : Untuk menjamin gugatan apabila ternyata dikabulkan Dapat dinyatakan sah dan berharga apabila dilakukan menurut cara undang-undang dan dalam hal gugatan dikabulkan ; Dalam hal gugatan ditolak atau dinyatakan tidak dapat diterima, baik sita conservatoir maupun sita revindicatoir akan diperintahkan untuk diangkat ; Sita marital : Sita marital dikenal dalam hukum acara perdata barat,dan diatur dalam Pasal 823 a R.V. Sita marital dimohonkan oleh pihak isteri terhadap barang suami, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, sebagai jaminan untuk memperoleh bagiannya sehubungan dengan gugatan perceraian agar selama proses 4
5 berlangsung barang-barang tersebut tidak dihilangkan oleh suami ; 3. Sita Eksekusi : a. Pengertian Sita Eksekusi : Pasal 197 ayat (1) HIR jo Pasal 200 ayat (1) HIR atau Pasal 208 ayat (1) R.Bg : Sita eksekusi adalah penyitaan harta kekayaan tergugat (pihak yang kalah) setelah dilampaui tenggang masa peringatan ; Sita eksekusi sebagai penjamin jumlah uang yang harus dibayarkan kepada pihak penggugat ; Cara melunasi jumlah uang tersebut dengan jalan menjual lelang harta kekayaan tergugat yang telah disita ; Sita Jaminan (CB) dengan sendirinya berkekuatan executorial beslag ; b. Barang yang dapat disita eksekusi ; Dahulukan penyitaan barang yang bergerak (movable property) : Apabila diperhitungkan jumlah harta bergerak cukup nilainya memenuhi jumlah pembayaran yang dihukumkan, sita eksekusi tidak diperbolehkan diletakkan atas barang yang tidak bergerak (unmovable property) ; Apabila diperhitungkan nilai harta bergerak belum cukup melunasi pembayaran jumlah yang harus dipenuhi tergugat, kekurangan itu dapat diambil dari harta yang tidak bergerak ; c. Sita eksekusi atas barang yang tidak bergerak ; Sita eksekusi dapatdiletakkan langsung atas barang yang tidak bergerak apabila barang yang bergerak tidak ada atau barang yang tidak bergerak tertentu sejak semula telah dijadikan sebagai agunan utang ; d. Jenis barang-barang bergerak yang dapat disita eksekusi : Pasal 197 ayat (8) HIR atau pasal 211 R.Bg : Uang tunai ; Surat-surat berharga ; 5
6 Barang yang berada di tangan pihak ketiga ; Pada pokoknya segala barang yang berwujud atau tidak berwujud. Demikian pula barang yang bergerak miilik tergugat yang berada di tangan pihak ketigadapat diletakkan sita eksekusi yang disebut sita atas pihak ketiga ; e. Yang dilarang disita eksekusi : Pasal 197 ayat (8) HIR/211 R.Bg : Hewan ; Perkakas ; alat (sarana) menjalankan mata pencaharian ; f. Patokan jumlah biaya sita eksekusi : Pasal 197 ayat (1) HIR/Pasal 208 R.Bg : Sampai dianggap cukup sebagai pengganti jumlah yang harus dibayar ; Ditambah dengan jumlah biaya menjalankan eksekusi ; g. Tata Cara Sita Eksekusi : Pasal HIR/Pasal R.Bg : Berdasarkan surat perintah Ketua Pengadilan Agama ; Tergugat tidak mau menghadiri panggilan peringatan tanpa alasan yang sah ; Tergugat tidak memenuhi putusan selama masa peringatan ; h. Sita eksekusi dilaksanakan oleh Panitera atau Jurusita ; Pasal 195 ayat (1) HIR/Pasal 206 R.Bg dan Pasal 197 ayat (1) HIR/208 R.Bg. Isi pokok surat perintah sita eksekusi : Penunjukan nama pejabat yang diperintahkan ; Rincian jumlah barang yang hendak disita eksekusi ; i. Pelaksanaan dibantu dua orang saksi : Pasal 197 ayat (6) HIR/210 ayat (1) R.Bg ; Keharusan adanya dua orang saksi merupakan syarat pelaksanaan sita eksekusi ; Fungsi kedua orang saksi berkedudukan sekaligus sebagai pembantu dan saksi pelaksanaan eksekusi ; Mencantumkan nama, pekerjaan dan tempat tinggal kedua saksi dalam berita acara sita eksekusi ; 6
7 Kedua orang saksi ikut menanda tangani asli dan salinan berita acara sita ksekusi ; Syarat penunjukan saksi : Pasal 197 ayat (7) HIR/210 ayat (1) R.Bg ; Telah mencapai usia 21 tahun ; Berstatus penduduk Indonesia ; Memiliki sifat jujur atau dapat dipercaya ; Untuk mengatasi kesulitan mendapatkan dua orang saksi sebagai pembantu yang dianggap memahami seluk beluk hukum, pengambilan kedua orang saksi selalu dari kalangan pegawai Pengadilan Agama yang bersangkutan ; j. Sita eksekusi dilakukan di tempat ; Pasal 197 ayat (5) dan ayat (9) HIR. Cara untuk mendapatkan kepastian status pemilikan dicari melalui pendekatan : Mendatangi kepala desa dan kantor pertanahan untuk meneliti surat-surat-surat yang berkenaan dengan barang yang hendak disita ; Menanyakan orang yang bersebelahan dengan letak barang ; k. Pembuatan berita acara sita eksekusi : Pasal 197 ayat (5) dan (6) HIR/209 ayat (4) dan Pasal 210 ayat (1) R.Bg memuat : Nama, pekerjaan, dan tempat tinggal kedua orang saksi ; Merinci secara lengkap semua tindakan yang dilakukan ; Barang apa saja yang disita ; Letak barang yang disita ; Hadir atau tidaknya pihak tergugat (pihak tersita) ; Penegasan penjagaan barang yang disita ; Penjelasan non-bevinding suatu barang yang bersangkutan tidak diketemukan ; Penjelasan sita tidak terlaksana apabila sita eksekusi tidak dapat dijalankan ; Tanggal, bulan, dan tahun pelaksanaan sita ; 7
8 Berita acara ditanda tangani pejabat pelaksana dan kedua orang saksi ; Tidak diharuskan hukum pihak tersita atau kepala desa ikut menanda tangani berita acara ; Pemberitahuan isi berita acara kepada pihak tersita ; Segera disampaikan kepada pihak tersita ; Jika pihak tersita hadir, isi berita aahcara diberitahukan pada saat itu ; Jika pihak tersita tidak hadir, pada saat dan di tempat pelaksanaan sita eksekusi, isi berita acara isi berita acara segera diberitahukan dengan jalan menyampaikan di tempat tinggalnya ; l. Penjagaan yuridis barang yang disita ; Penjagaan dan penguasaan barang sita eksekusi tetap berada di tangan tersita ; Pihak tersita tetap bebas memakai dan menikmatinya sampai dilaksanakan penjualan lelang ; Penempatan barang sita eksekusi tetap diletakkan di tempat mana barang itu disita, tanpa mengurangi kemungkinan memindahkannya ke tempat lain ; Penguasaan penjagaan disebut dalam berita acara sita ; Sepanjang barang yang habis dalam pemakaian, tidak boleh dipergunakan dan dinikmati tersita ; m. Ketidak hadiran tersita tidak menghalangi sita eksekusi ; Sita eksekusi dapat dihadiri, malah sebaiknya dihadiri pihak tereksekusi ; Sita eksekusi dapat dijalankan pelaksanaannya diluar hadirnya pihak tersita (tergugat). Undang-undang memperkenankansita eksekusi diluar hadirnya pihak tersita dengan acuan pendekatan penerapan sebagai berikut : Tanggal dan hari pelaksanaan sita eksekusi diberitahukan kepada pihak tersita ; 8
9 Pada hari yang ditentukan, pihak tersita tidak hadir ; Ketidak hadiran tersita berdasarkan alasan yang sah dan patut ; Sita eksekusi dapat ditunda dengan jalan mengundurkannya pada hari dan tanggal yang ditentukan, serta menyampaikan pemberitahuan sekali lagi kepada pihak tersita ; Ketidak hadiran tanpa alasan yang sah, sita eksekusi dapat dilaksanakan diluar hadirnya pihak tersita ; n. Saat sita eksekusi berkekuatan mengikat ; Sita eksekusi dianggap sah dan mengikat, apabila penyitaan dijalankan dengan tatacara sesuai syarat-syarat yang ditentukan Pasal 196 dan 197 HIR/207- Pasal 212 R.Bg sebagaimana dikemukakan di atas ; o. Cara pengumuman sita eksekusi : Terhadap barang yang bergerak tidak diperlukan syarat pengumuman ; Terhadap barang yang tidak bergerak terdiri dari dua instansi : Instansi pertama, mendaftarkan berita acara sita di kantor yang berwenang untuk itu dengan cara menyalin berita acara sita dalam daftar yang ditentukan : Di kantor pendaftaran tanah apabila tanah yang disita bersertifikat ; Di kantor kepala desa dalam buku letter C apabila tanah yang disita belum memiliki sertifikat ; Mencatat jam, hari, bulan, dan tahun pengumuman penyitaan ; Instansi kedua, pejabat pelaksana sita eksekusi, memerintahkan kepala desa mengumumkan penyitaan barang yang telah disita dengan cara : Pengumuman menurut kebiasaan setempat ; Dengan maksud agar penyitaan diketahui secara luas oleh mumasyarakat sekitarnya ; p. Tujuan pengumuman sita eksekusi : 9
10 Secara resmi diberitahukan kepada masyarakat ; Secara resmi terbuka untuk umum ; Setiap orang dapat membaca dan memeriksanya pada buku register yang khusus di kantor yang berwenang untuk itu ; q. Saat dan akibat sita eksekusi berkekuatan mengikat : Sah secara formil ; Sekaligus mempunyai kekuatan hukum mengikat ; Kekuatan hukum mengikatnya berlaku kepada semua pihak ; Dilarang menjual barang yang disita kepada siapapun ; Dilarang membebani (menjaminkan) ; Dilarang memindahkannya kepada siapapun : Pihak tersita dilarang menjual, menghibahkan, menukarkan, mewakafkan, baik untuk sebagian maupun keseluruhannya ; Sejak tanggal pengumuman sita, pihak tersita dilarang menggadaikan, menghipotekkan, membebaninya dengan hak tanggungan atau menjadikannya sebagai jaminan utang dalam bentuk yang bagaimanapun ; Pihak tersita dilarang menyewakan barang yang disita terhitung sejak tanggal pengumuman, baik untuk sebagian maupun seluruhnya dalam bentuk sewa menyewa yang bagaimanapun ; r. Daya mengikat sita, mengesampingkan sita dan eksekusi lain : Daya mengikat sita tidak tergoyahkan ; Daya mengikatnya tidak dapat tergoyahkan oleh sita eksekusi yang datang kemudian dan dapat menyingkirkan sita jaminan maupun sita eksekusi ; Permohonan sita ditolak ; Menempatkan pemohon dalam kedudukan vergelijkende beslag ; s. Vergelijkende Beslag (Sita Persamaan) : Mencatat permohonan ; Catatan tersebut berupa keterangan yang berisi penjelasan, barang yang dimohonkan untuk disita masih berada dalam keadaan tersita ; 10
11 Sita eksekusi yang berdaya mengikat berkekuatan eksekutorial ; t. Kekuatan eksekutorial terhenti dengan pernyataan pailit ; Putusan pernyataan pailit menghentikan dan menghapuskan kekuatan mengikat sita eksekusi maupun eksekusi yang akan atau sedang berjalan ; Penghentian dan penghapusan daya mengikat sita eksekusi maupun kekuatan eksekutorial terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit dijatuhkan Hakim ; Sejak itu harta yang disita eksekusi maupun yang akan dieksekusi jatuh menjadi boedel pailit ; Akibat hukum (rechtsgevolg) yang terkandung pada setiap putusan pernyataan pailit antara lain : Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit, harta kekayaan orang yang pailit berada dalam keadaan penyitaan umum dalam status conservatoir beslag (CB) ; Terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit, hilang hak orang yang pailit untuk mengurus dan menguasai harta kekayaannya ; u. Pendelegasian sita eksekusi : Pendelegasian meliputi sebagian atau seluruh sita eksekusi ; Keharusan pendelegasian meliputi semua jenis barang ; Yang menerima delegasi tidak berwenang menilai isi penetapan Larangan menilai isi surat penetapan dalam lembaga pendelegasian sita eksekusi merupakan salah satu prinsip, meskipun karakter pendelegasian sita eksekusi itu adalah : Mengalihkan fungsi dan tanggung jawab pelaksanaan kepada Ketua Pengadilan Agama yang dimintakan bantuan ; Sedangkan Ketua Pengadilan Agama yang mendeleagasikan cukup mendapat laporan tentang jalannya pelaksanaan sita eksekusi dari Ketua Pengadilan Agama yang dimintakan bantuan dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam ; 11
12 v. Batas-batas acuan kewenangan Ketua Pengadilan Agama yang dimintakan bantuannya antara lain : Melaksanakan sepenuhnya dengan segera isi penetapan, sepanjang : Surat penetapan sudah cukup jelas ; Objek barang yang akan disita eksekusi tidak terlibat dalam suatu sengketa hukum dengan pihak ketiga ; Meminta penjelasan : Sekiranya surat penetapan tidak jelas maksudnya, Ketua Pengadilan Agama yang menerima delegasi : Dapat mengajukan permintaan penjelasan ; Dapat mengusulkan perbaikan ; w. Mengeluarkan penetapan noneksekutabel : Salah satu cacat yang diberikan hak kepada Ketua Pengadilan Agama yang menerima delegasi tidak menjalankan isi surat penetapan, apabila secara faktual surat penetapan tersebut tidak mungkin dilaksanakan ; x. Penyampaian laporan pelaksanaan pendelegasian ; Laporan atau pemberitahuan pelaksanaan disampaikan dalam tempo 24 (dua puluh empat) jam ; y. Isi laporan atau pemberitahuan ; Mengenai segala daya upaya yang dijalankan dan mengenai keadaan pelaksanaan sita eksekusi ; z. Perlawanan dikaitkan dengan pendelegasian ; Pengadilan Agama yang berwenang memeriksa dan mengadili perlawanan yang diajukan terhadap sita eksekusi dalam pendelegasian adalah Pengadilan Agama di tempat mana sita eksekusi diajukan pelaksanaannya. Pedoman menentukan kewenangan relatifnya bukan bersandar pada faktor pengeluaran surat penetapan, tetapi didasarkan pada faktor tempat pelaksanaan sita eksekusi dijalankan ; Mataram, 16 Maret
13 DAFTAR KEPUSTAKAAN MAHKAMAH AGUNG RI, DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (BUKU II), Jakarta, 2014 ; MAHKAMAH AGUNG RI, Disusun Oleh Drs. H. Wildan Suyuthi Musthofa, S.H,Praktek Kejurusitaan Pengadilan, 2002 ; YAHYA HARAHAP, M, S.H,Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika Offset, Cetakan Ke 8, Oktober 2008 ; YAHYA HARAHAP, M, S.H, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua, Sinar Grafika Offset, Jakarta, Cetakan kelima, Maret 2010 ; RETNOWULANSUTANTIO, S.H, dan ISKANDAR OERIPKARTAWINATA, S.H, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, CV Mandarmaju, Cetakan ke VI, 1989 ; SOESILO, R, Herzien Inslandch Reglement (H.I.R), Reglemen Indonesia Yang Diperbaharui (R.I.B) dengan Penjelasan, Politea, Bogor ; SUBEKTI, Hukum Acara Perdata, BPHN, Jakarta, 1977 ; SUDIKNO, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1988 ; 13
KEJURUSITAAN PENGADILAN
KEJURUSITAAN PENGADILAN PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN JURUSITA Kata Jurusita berasal dari bahasa Belanda yaitu deuurwaader Jurusita/Jurusita Pengganti adalah Pegawai Negeri yang diangkat oleh pemerintah untuk
Lebih terperinciSEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)
SEKITAR PENYITAAN (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Penyitaan Sita (Beslag) adalah suatu tindakan hukum pengadilan atas benda bergerak ataupun benda tidak bergerak
Lebih terperinciDERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )
DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 ) BAB I PENDAHULUAN Sebelum diundangkannya Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Proses Pemeriksaan Perkara Perdata Hukum acara perdata disebut juga hukum perdata formil, yaitu kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur
Lebih terperinciSEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)
SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SITA DALAM HUKUM PERDATA. Penyitaan berasal dari terminology beslag (Belanda), 17 dan istilah Indonesia
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SITA DALAM HUKUM PERDATA A. Pengertian Sita dalam Hukum Perdata Penyitaan berasal dari terminology beslag (Belanda), 17 dan istilah Indonesia beslah tetapi istilah bakunya
Lebih terperinciA. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :
BAB III PELAKSANAAN SITA JAMINAN SERTA EKSEKUSI DAN PELAKSAAN SITA JAMINAN SERTA EKSEKUSI TERHADAP BENDA MILIK DEBITUR YANG TIDAK DIDAFTARKAN OLEH JURU SITA PENGADILAN NEGERI BANDUNG A. Pelaksaan Sita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derden verzet merupakan salah satu upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan perlawanan pihak ketiga
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET
PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET (Oleh H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim PTA NTB) I. Pendahuluan Dalam praktek beracara di muka Pengadilan sering kita dapati perkara gugatan derden
Lebih terperinci1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak
UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN, bahwa pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciJENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :
Definisi Sita Sita adl tindakan penjagaan paksa berdasarkan perintah pengadilan/hakim untuk menempatkan harta kekayaan milik penggugat dan/atau tergugat kedalam penjagaan untuk menjamin dipenuhinya tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap
Lebih terperinciSEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram )
SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram ) A. Pendahuluan : 1. Pengertian Pemeriksaan Setempat Pemeriksaan Setempat atau descente ialah
Lebih terperinciBAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang
1 BAB I PENDAHULUAN Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah dalam suatu perkara untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan pengadilan oleh karena
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT
BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT A. Dasar Hukum Hakim dalam Penerapan Pencabutan Cerai Gugat Pengadilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara
BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara kekuasaan kehakiman, asas-asas penyelengaraan kekuasaan kehakiman,
Lebih terperincihal 0 dari 11 halaman
hal 0 dari 11 halaman I. PENGERTIAN PENGGUNAAN LEMBAGA PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) OLEH Ketua Muda Perdata Mahkamah Agung RI (H. SUWARDI, SH, MH) Subekti menyebut, putusan pelaksanaan
Lebih terperinciPENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 1 Tahun - Jangka Waktu Hibah - Kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitor dianggap mengetahui atau patut mengetahui bahwa hibah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Banyak permasalahan yang berlatar belakang pada sengketa perdata yang disebabkan oleh karena salah satu pihak merasa dirugikan akibat hak-haknya dilanggar oleh
Lebih terperinciK E J U R U S I T A A N Oleh: Drs. H. MASRUM M NOOR, M.H (Hakim Tinggi PTA Banten)
K E J U R U S I T A A N Oleh: Drs. H. MASRUM M NOOR, M.H (Hakim Tinggi PTA Banten) A. DASAR HUKUM EKSISTENSI JURUSITA 1. Pasal 38 UU no 7/1989: Pada setiap pengadilan ditetapkan adanya Juru Sita dan Juru
Lebih terperinciEKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA
EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA Oleh : M. Luqmanul Hakim Bastary* PENGERTIAN Untuk kesamaan penggunaan istilah, maka kata Executie yang berasal dari bahasa asing, sering diterjemahkan ke dalam Bahasa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek penelitian 1. profil pengadilan agama malang Pengadilan Agama Malang terletak di jalan Raden Panji Suroso No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang,
Lebih terperinciFORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA
2 2011 DRAFT FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA DIREKTORAT PEMBINAN ADMINISTRASI PA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA MA RI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara permohonan dan perkara gugatan. Dalam perkara gugatan sekurangkurangnya ada dua pihak yang
Lebih terperinciPERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH
SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Magetan ) Disusun dan Diajukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Namun dalam membina hubungan bermasyarakat tersebut, sering
Lebih terperinciSEKITAR EKSEKUSI DAN LELANG 1
SEKITAR EKSEKUSI DAN LELANG 1 (Oleh : Nasikhin A. Manan) A. SEKITAR EKSEKUSI I. PENGERTIAN EKSEKUSI. Eksekusi adalah hal menjalankan putusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (BHT).
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH
56 BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH A. Analisis Prosedur Pelaksanaan Putusan Pengadilan Agama Tentang Mut ah dan Nafkah Iddah. Tujuan pihak-pihak
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2000 TENTANG TEMPAT DAN TATA CARA PENYANDERAAN, REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem dan mekanisme
Lebih terperincimengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian pinjam meminjam yang dimana pinjaman berupa uang dari pihak kreditur, sebagaimana diungkapkan oleh para
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG AKIBAT HUKUM TERHADAP BENDA MILIK DEBITUR ATAS TIDAK DIDAFTARKANNYA SITA JAMINAN OLEH JURU SITA PENGADILAN NEGERI BANDUNG A. Pengertian Debitur Secara Umum 1. Pengertian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PENYITAAN. Penyitaan berasal dari terminologi Beslag (Belanda), dan didalam istilah bahasa indonesia
BAB II TINJAUAN UMUM PENYITAAN A. Pengertian Penyitaan Penyitaan berasal dari terminologi Beslag (Belanda), dan didalam istilah bahasa indonesia beslag namun istilah bakunya ialah kata sita atau penyitaan.
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D 101 10 514 ABSTRAK Dalam perkawinan timbul hak dan kewajiban antara suami dan isteri,
Lebih terperinciHUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN
HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN 1. Istilah dan pengertian - Hukum perdata materiil : hukum yang mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak dalam hubungan perdata - Hukum perdata formil : hukum acara
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciPerlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)
1 Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo) Bambang Kusumo T. E.0001083 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB
Lebih terperinciUU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004)
Copyright (C) 2000 BPHN UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004) TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN
Lebih terperinciBAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan
BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan 1. Prosedur eksekusi Dalam melaksanakan eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan, ada beberapa prosedur
Lebih terperinciMASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)
MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciPENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS
PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS DASAR HUKUM tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang
Lebih terperinciBAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF
21 BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Putusan Verstek Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang menggerakkan roda perekonomian, dikatakan telah melakukan usahanya dengan baik apabila dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada
Lebih terperinciRUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA
RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA OLEH DRS.H.SUHADAK,SH,MH MAKALAH DISAMPAIKAN PADA PELAKSANAAN BIMTEK CALON PANITERA PENGGANTI PENGADILAN TINGGI AGAMA MATARAM TANGGAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu proses dimuka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA UMUM Pajak sebagai sumber utama
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciABSTRAK Latar belakang
ABSTRAK Perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekutorial diajukan kepada Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut. Adakalanya permohonan eksekusi datang langsung dari pihak tereksekusi sendiri.
Lebih terperinciPERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara
BAB III Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara oleh Pejabat Tata Usaha Negara A. Upaya Hukum Ada kalanya dengan keluarnya suatu putusan akhir pengadilan sengketa antara Penggugat
Lebih terperinciKEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA. Oleh : Revy S.M.Korah 1
KEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA Oleh : Revy S.M.Korah 1 A. PENDAHULUAN Lelang di Indonesia sebenarnya bukanlah merupakan suatu masalah yang baru, karena
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM
57 BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan N0.251/Pdt.G/2013 PA.Sda Dalam memutuskan setiap Perkara di dalam persidangan hakim tidak serta merta memutuskan perkara
Lebih terperinciE K S E K U S I Bagian II Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya
1 E K S E K U S I Bagian II Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya A. Arti Eksekusi -Executie- Bhs asing -Pelaksanaan Bhs Indonesia B. Pengertian Eksekusi - Melaksanakan secara
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 137/2000, TEMPAT DAN TATA CARA PENYANDERAAN, REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA *38345 PERATURAN
Lebih terperinciCARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET
CARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET Oleh: H.Sarwohadi, S.H.,M.H.,(Hakim PTA Mataram). I. Pendahuluan : Judul tulisan ini bukan hal yang baru, sudah banyak ditulis oleh para pakar hukum
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA
BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA A. Putusan PTUN Tujuan diadakannya suatu proses di pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim. 62 Putusan hakim
Lebih terperinciBAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang
BAB IV ANALISIS YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KEDIRI NOMOR : 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. OLEH PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA NOMOR : 375/Pdt. G/2011/PTA. Sby. TENTANG GUGATAN WARIS A. Analisis
Lebih terperinciPresiden Republik Indonesia,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2000 Tentang Tempat Dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi, Nama Baik Penanggung Pajak, Dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan
Lebih terperinciE K S E K U S I Bagian I Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya
1 E K S E K U S I Bagian I Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya A. PENGERTIAN EKSEKUSI Secara etimologis eksekusi berasal dari bahasa Belanda yang berarati menjalankan putusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama Bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan nasional kearah peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 2 EKSEKUSI. cet.2, ed. revisi, (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 276
10 BAB 2 EKSEKUSI 2.1 Dasar Hukum Eksekusi Esensi terpenting dan aktual yang merupakan puncak dari perkara perdata adalah putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul
Lebih terperinciE K S E K U S I (P E R D A T A)
E K S E K U S I (P E R D A T A) A. Apa yang dimaksud dengan Eksekusi Eksekusi adalah melaksanakan secara paksa (upaya hukum paksa) putusan Pengadilan dengan bantuan kekuatan umum. B. AZAS-AZAS EKSEKUSI
Lebih terperincioleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN
oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN Eksekusi menurut Subketi(1) dan Retno Wulan(2) disebutkan dengan istilah "pelaksanaan" putusan. Putusan pengadilan
Lebih terperinciTEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG
TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG Oleh : DRS. H.MUHTADIN,S.H 1 ASAS-ASAS HUKUM ACARA PERDATA BERACARA HARUS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciLex Privatum Vol. V/No. 7/Sep/2017
KAJIAN YURIDIS TERHADAP PENANGGUHAN PENAHANAN DENGAN JAMINAN ORANG BERDASARKAN PASAL 31 KUHAP 1 Oleh : Nurul Auliani 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui siapa pejabat yang
Lebih terperinciBAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah
Latar Belakang Masalah BAB VIII KEPAILITAN Dalam undang-undang kepailitan tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan kepailitan tetapi hanya menyebutkan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN BANDING, PUTUSAN GUGATAN, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI A Umum DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinciUPAYA HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA
UPAYA HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA 1. Upaya Hukum Banding Upaya banding didaerah jawa dan madura semula diatur dalam pasal 188-194 HIR, sedangkan bagi daerah luar jawa dan madura diatur dalam pasal-pasal
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN PA PURWODADI TENTANG KUMULASI GUGATAN. A. Analisis terhadap Putusan PA Purwodadi tentang Kumulasi Gugatan
40 BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA PURWODADI TENTANG KUMULASI GUGATAN A. Analisis terhadap Putusan PA Purwodadi tentang Kumulasi Gugatan Cerai Dengan Harta Bersama. Berdasarkan hasil permusyawaratan yang dilakukan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2000 TENTANG TEMPAT DAN TATA CARA PENYANDERAAN, REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN
Lebih terperinciSURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG)
SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) MAHKAMAH AGUNG Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1 JAKARTA Jakarta, 1 Desember 1975 No Lampiran : 2 (dua) : MA./Pemb./1021/1/75 Hakim
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa berdasarkan Pasal 36 Undang-undang
Lebih terperinciBAB II KEBERADAAN LEMBAGA PAKSA BADAN (GIJZELING/ IMPRISONMENT FOR CIVIL DEBTS) DI INDONESIA
BAB II KEBERADAAN LEMBAGA PAKSA BADAN (GIJZELING/ IMPRISONMENT FOR CIVIL DEBTS) DI INDONESIA A. Pengertian dan Dasar Yuridis Keberadaan Lembaga Paksa Badan Secara konsepsional inti dari penegakan hukum
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. putusan yang saling bertentangan. Kata kunci: eksekusi, noneksekutabel
KAJIAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN (NONEKSEKUTABEL) PASCA PUTUSAN PENGADILAN 1 Oleh : Zakaria Tindi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciUPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)
UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciLEGAL ACTIONS VERZET AGAINTS EXECUTION CONFISCATION IN CIVIL CASE AT DISTRICT COURT SEMARANG (CASE STUDY COURT DECISION NO. 152/Pdt.Plw/2006/PN.
LEGAL ACTIONS VERZET AGAINTS EXECUTION CONFISCATION IN CIVIL CASE AT DISTRICT COURT SEMARANG (CASE STUDY COURT DECISION NO. 152/Pdt.Plw/2006/PN.SMG) Ahmad Nurhuda, R. Benny Riyanto*), Marjo ABSTRACT Plaintiff
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 3 TAHUN 1998 (3/1998) TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai
Lebih terperinciMakalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN
Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia yang berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciPELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciPELETAKAN SITA JAMINAN ATAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
PELETAKAN SITA JAMINAN ATAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Ambrosius Adjie email: ambrosiusadjie2@gmail.com Abstract This study aims to determine the placement of sequestration of intellectual property rights.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang: PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, a. bahwa Pajak
Lebih terperinciBERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo*
BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo* Abstrak Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan dimuka Pengadilan dan cara bagaimana
Lebih terperinciGUGURNYA KEKUATAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. Oleh: Drs. H.Abdul Mujib AY,M.H. (Wakil Ketua Pengadilan Agama Tanah Grogot) BAB I PENDAHULUAN
GUGURNYA KEKUATAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA Oleh: Drs. H.Abdul Mujib AY,M.H. (Wakil Ketua Pengadilan Agama Tanah Grogot) BAB I PENDAHULUAN Menurut ketentuan pasal 70 ayat (1), (2), dan (3) bentuk keputusan
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PASAL 1131 KUHPERDATA ATAS JAMINAN BENDA-BENDA TAK BERGERAK YANG TIDAK DIPERJANJIKAN
BAB III PELAKSANAAN PASAL 1131 KUHPERDATA ATAS JAMINAN BENDA-BENDA TAK BERGERAK YANG TIDAK DIPERJANJIKAN Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang sempurna diantara makhluk lainnya, yakni manusia
Lebih terperinciHAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram )
HAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram ) A. Pendahuluan Pembuktian merupakan bagian dari tahapan pemeriksaan perkara dalam persidangan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciPROSES SIDANG PERDATA DI PENGADILAN NEGERI PUTUSSIBAU
PROSES SIDANG PERDATA DI PENGADILAN NEGERI PUTUSSIBAU 1. Pemeriksaan Perkara a. Pengajuan gugatan b. Penetapan hari sidang dan pemanggilan c. Persidangan pertama : gugatan gugur verstek perdamaian d. Pembacaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
No.1112, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Blokir dan Sita. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahwa berdasarkan Pasal 36 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan
Lebih terperinci