BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status
|
|
- Dewi Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Pengguna rusun adalah karyawan industri pabrik yang berada di sekitar lokasi dengan asumsi bahwa pembiayaan pembangunan rusun ditanggung oleh pemerintah yang bekerja sama dengan pabrik sebagai fasilitas pada karyawan tetapi rumah susun ini juga dapat digunakan oleh masyarakat secara umum non-pabrik yang diatur oleh kebijakan dari pemerintah atau perum perumnas Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status Pengguna rusun ini terdiri dari berbagai kalangan usia tetapi lebih diutamakan kepada para laki-laki, perempuan lajang karyawan pabrik dan keluarga dengan kepala keluarga adalah karyawan pabrik. Sedangkan pengguna rumah susun yang merupakan masyarakat umum memiliki mata pencarian di sektor pedagang informal. Untuk keluarga, satu keluarga diasumsikan beranggotakan 5 orang, suami istri dengan tiga orang anak. Sedangkan untuk pemakai lajang, diasumsikan bahwa dalam satu unit hunian terdapat 2-3 orang perunit. Umumnya para buruh tinggal bersama-sama dengan menyewa sebuah kamar untuk dipakai bersama-sama dua atau tiga orang temannya( untuk lajang). Hal ini tidak menjadi masalah utama karena tuntutan privasi tergolong rendah. Dengan model pekerjaan yang bergiliran (sistem shift) sangat memungkinkan bagi mereka untuk berbagi kamar secara bergantian berdasarkan shift kerjanya. Pemisahan terhadap blok pria lajang, wanita lajang dan keluarga perlu menjadi perhatian karena norma-norma tertentu dan perbedaan kegiatan Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan pendapatan Sasaran kelompok pendapatan adalah mulai dari menengah, menengah bawah sampai bawah.menurut terminologi di Kementrian Perumahan Rakyat, yang dikategrikan berpenghasilan rendah adalah mereka yang berpenghasilan di bawah 4,5 juta perbulan serta dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu : penghasilan di bawah 1 juta, 1 sampai dengan 2,5 juta dan 2,5 sampai dengan 4,5 juta. Sedangkan menurut PerMen 62
2 PU no 05/2007, kategorinya hanya yang berpenghasilan 1-2,5 juta (rendah) dan 2,5-4,5 juta(menengah bawah). Karakteristik umum buruh industri adalah tingkat pendidikan yang rendah, berasal dari bebagai daerah, mobilitas tinggi dan rata-rata berusia muda. Menurut hasil penelitian lab pemukiman UK petra ( seminar perumahan permukiman dalam era industrialisasi, Bandung, November 1993) buruh industri memiliki kondisi sosial sebagai berikut. Kedudukan buruh sebagai buruh harian yang musiman mengakibatkan si buruh tidak memperoleh prioritas tunjangan yang cukup, misalnya seperti kesehatan dsb. Status buruh musiman tidak memberikan jaminan bagi pengembangan masa depan buruh karena sewaktu-waktu buruh dapat keluar/dikeluarkan. Sebagian besar buruh berasal dari desa dengan tingkat pendidikan rendah sehingga buruh tersebut hanya dapat bekerja sebagai buruh kasar dengan gaji rendah. Rendahnya upah buruh mengakibatkan buruh tidak dapat menyewa tempat tinggal yang layak. Maka kondisi tersebut mengakibatkan hal-hal sebagai berikut. Masyarakat buruh berpenghasilan rendah tidak membeli rumah. Tempat tinggal yang seba minim tidak akan merupakan persoalan utama yang menjadi prioritas utama adalah dengan menambah income sebanyak mungkin. Keterbatasan lahan pertanian dan kesempatan kerja di desa membuat sebagian besar buruh akan tetap berjuang di kota dan tidak akan kembali ke desa. Berdasarkan analisis ini maka sistem kepemilikan rusun adalah sewa karena sifat pekerjaan karyawan industri yang umumnya memiliki waktu yang terbatas dan temporer. Setiap karyawan industri rata-rata bekerja selama 5-8 tahun untuk sebuah pabrik dan daya beli karyawan industri yang masih rendah maka rumah susun sewa merupakan sistem kepemilikan yang lebih efektif. 63
3 3.1.3 Analisis jumlah pemakai rumah susun. Bandung Kulon merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah industri yang cukup banyak. Berdasarkan pendataan oleh KLUI tahun 2005, total jumlah industri di kecamatan ini adalah 69 industri sedang dan besar. Jenis industri ini meliputi industri makanan, pengolahan tekstil, barang jadi tekstil, alas kaki, barang dari plastik, gelas, semen, furnitur, dan lain-lain. Sedangkan jumlah karyawan industri yang diserap oleh industri tersebut adalah orang. (Sumber: BPS kota Bandung) Jumlah penduduk yang terdapat pada kecamatan Bandung Kulon adalah jiwa yang terbagi dalam 8 kelurahan. Gambar 3.1 Grafik jumlah penduduk di kecamatan Bandung Kulon Sumber: http//bandung.go.id Lokasi yang diambil untuk rumah susun ini yaitu kelurahan Gempol Sari dengan jumlah penduduk jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 118 ha, maka kepadatan penduduk di wilayah ini ± 119/ha. Untuk penghuni rumah susun diperkirakan berjumlah 300 orang dengan luas lahan 1,5 ha agar kepadatan penduduk tinggi dan lahan yang digunakan efisien. Akan tetapi lahan rencana pembangunan rumah susun yang berada di perbatasan Cimahi dan Bandung, menyebabkan jumlah karyawan 64
4 industri ini tidak hanya dari kota Bandung. Oleh karena itu hal ini dipertimbangkan sebagai alasan untuk menambah kepadatan penduduk di rumah susun ini menjadi 600 orang /ha. 3.2 Analisis kegiatan Kegiatan dikelompokkan berdasarkan pemakai rumah susun karena kegiatan kelompok tertntu berbeda dengan kelompok lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi kebutuhan dan luasan ruang demikian juga dengan pembagian fungsi-fungsi ruang Unit hunian Jenis kegiatan dalam unit hunian dilakukan oleh satu keluarga atau sekelompok lajang. Kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan yang rutin dilakukan oleh penghuni rusun dalam hari kerja dan sistem kerja pada karyawan industri adalah sistem shift 24 jam. Tabel 3.1 Jenis kegiatan dalam hunian Jenis kegiatan Intensitas kegiatan Frekuensi kegiatan Waktu kegiatan Tidur Selalu 1x sehari v Makan Selalu 3x sehari v v v Menerima tamu Jarang fleksibel v v v v Mandi Selalu 2x sehari v v v Bercengkrama Sering fleksibel v v Bersantai/dudukduduk Sering fleksibel v v v Memasak Sering 2x sehari v v v Mencuci Sering 1x sehari v Menjemur pakaian Sering 1x sehari v Menyeterika Sering 1x sehari v Blok hunian Jenis kegiatan pada blok hunian dilakukan oleh pengguna satu unit hunian rusun terhadap tetangganya, baik selantai maupun berbeda lantai tetapi masih dalam satu blok. 65
5 Jenis kegiatan Intensitas kegiatan Tabel 3.2 Jenis kegiatan dalam blok hunian Frekuensi kegiatan Waktu kegiatan Mengobrol Sering fleksibel v v v Bermain Sering fleksibel v v v Membuang sampah Sering 1x sehari v Kegiatan jual-beli Sering fleksibel v v Lingkungan hunian Jenis kegiatan pada lingkungan hunian merupakan gabungan kegiatan antara setiap blok hunian maupun kegiatan yang berhubungan terhadap kegiatan di luar lingkungan rusun. Jenis kegiatan pada lingkungan hunian merupakan puncak interaksi antara pengguna rusun yang satu dengan lainnya. Tabel 3.3 Jenis kegiatan dalam lingkungan hunian Jenis kegiatan Intensitas kegiatan Frekuensi kegiatan Waktu kegiatan Pergi bekerja Sering Tiap hari v v v v v v v Pergi belajar/ Sering Tiap hari v v v v sekolah Beribadah Sering Tiap hari v v v v v Arisan, hajatan Jarang 1-4 kali v v v sebulan Olahraga Sering 2-3 kali v v seminggu Bermain Sering Tiap hari v v Administrasi Jarang fleksibel v v v Menjaga keamanan Selalu Tiap hari Pelayanan kesehatan Sering fleksibel v v v v v v v Kegiatan komersil/ Sering Tiap hari v v v v v berbelanja 66
6 Kelompok pengguna rumah susun dibedakan berdasarkan statusnya berkeluarga atau tidak. Hal ini mengingat perbedaan kegiatan antara kelompok berkeluarga atau tidak dengan kebutuhan ruangnya dalam hunian. Tabel 3.4 Jenis kegiatan berdasarkan penghuni lajang Pria lajang Wanita lajang Tidur Tidur Makan Makan bekerja bekerja Santai Santai memasak makan makan santai Membersihkan unit santai Tabel 3.5 kegiatan berdasarkan anggota keluarga Anggota keluarga Ayah Ibu (tidak bekerja) Anak (balita) Anak (bukan balita<remaja) Tidur Tidur Tidur Tidur Makan Makan Makan bekerja Membersihkan Sekolah (di luar hunian Makan unit) Bermain memasak makan makan tidur tidur Makan Santai, Bermain Tidur Santai mengobrol Bermain memasak makan Makan Makan santai Membersihkan Santai Belajar unit santai Tidur 3.3 Analisis kebutuhan ruang Berdasarkan analisis pengguna dan jenis kegiatan, maka kebutuhan ruang diklasifikasikan sebagai berikut. 67
7 Tabel 3.6 Kebutuhan ruang unit hunian tipe 18 Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar ruang Kapasitas (orang) Jumlah ruang Luas total Persyaratan teknis Architectural performance Sumber Kamar tidur/ serba guna Tidur, menerima tamu, istirahat Tempat tidur queen size, lemari pakaian, meja rias 9 m² m² Sirkulasi dan pencahayaan baik ( lux) Ruang serba guna, praktis Dapur Memasak Kompor, rak simpan 3 m² m² kompak dan hemat dalam utilitas, sirkulasi udara dan pencahayaan baik (250 lux) Nyaman, Kamar mandi Mandi, buang air, mencuci Bak mandi, kloset 2 m² m² Memiliki pencahayaan (250 lux) dan penghawaan yang baik, kompak dan hemat dalam utilitas. Jumlah 18 m² Luas total unit hunian T18 = 18 m² x 150 unit = 2700 m² 40
8 Tabel 3.7 Kebutuhan ruang unit hunian tipe 27 Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar ruang Kapasitas (orang) Jumlah ruang Luas total Persyaratan Architectural performance Kamar tidur Tidur, beristirahat Tempat tidur queen size, lemari pakaian, meja rias 9 m² m² Tidak berdekatan dengan servis, sirkulasi udara serta pencahayaan yang baik( lux), tidak telalu dekat dengan jalur sirkulasi Sumber Kamar tidur Tidur, beristirahat Tempat tidur single, lemari pakaian, meja rias 6.5 m² m² Tidak berdekatan dengan servis, sirkulasi udara serta pencahayaan yang baik ( lux), tidak telalu dekat dengan jalur sirkulasi Ruang tamu Menerima tamu, berkumpul dengan keluarga Kursi tamu, meja rendah, lemari simpan 6 m² m² Serbaguna, pusat aktivitas sosial keluarga,mudah diakses, sirkulasi udara dan pencahayaan baik ( lux) Kamar mandi Mandi, buang air, mencuci Bak mandi, kloset 2.25 m² m² Memiliki pencahayaan(250 lux) dan penghawaan yang baik, kompak dan hemat dalam utilitas. Dapur Memasak, mencuci piring Tempat penyimpanan, kompor, tempat membersihkan sayuran, bak cuci piring, rak pengering. 4 m² m² kompak dan hemat dalam utilitas, sirkulasi udara dan pencahayaan baik (250 lux) Ruang jemur Menjemur pakaian Rak jemur 1.5 m² m² Memiliki akses sendiri dan mudah diawasi SB Jumlah 27 m² Luas total unit hunian T27 = 27 m² x 35 unit = 2025 m² 41
9 Tabel 3.8 Kebutuhan ruang unit hunian tipe 36 Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar ruang Kapasitas (orang) Jumlah ruang Luas total Persyaratan Architectural performance Sumber Kamar tidur Tidur, beristirahat Tempat tidur queen size, lemari pakaian, meja rias 9 m² m² Tidak berdekatan dengan servis, sirkulasi udara serta pencahayaan yang baik( lux), tidak telalu dekat dengan jalur sirkulasi Nyaman, Ruang tamu Menerima tamu, berkumpul dengan keluarga Kursi tamu, meja rendah, lemari simpan 9 m² m² Serbaguna, pusat aktivitas sosial keluarga,mudah diakses, sirkulasi udara dan pencahayaan baik ( lux) Kamar mandi Mandi, buang air, mencuci Bak mandi, kloset, wastafel 3 m² m² Memiliki pencahayaan (250 lux) dan penghawaan yang baik, kompak dan hemat dalam utilitas. Dapur Memasak, mencuci piring kompor, bak cuci piring, rak pengering 4 m² m² kompak dan hemat dalam utilitas, sirkulasi udara dan pencahayaan baik (250 lux) Ruang jemur Menjemur pakaian Rak jemur 2 m² m² Memiliki akses sendiri dan mudah diawasi SB Jumlah 36 m² Luas total unit hunian T36 = 36 m² x 70 unit = 2520 m² 42
10 Tabel 3.9 Fasilitas pendukung Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar Kapasitas (orang) RSG Hajatan, pertemuan Meja dan kursi 1 m²/orang 750 gudang - 2% RSG 2 toilet ²/orang 1 Masjid tempat wudhu toilet Beribadah m²/orang 1.2 m²/orang 1.5 m²/orang Jumlah ruang Luas total Persyaratan Architectural performance Sumber m² 15 m² 12 m 320 m² 24 m² 3 m² Luas memadai dan sirkulasi yang baik Dapat digunakan warga di luar penghuni rusun Kantin dapur dan display makanan Memasak kompor, tempat membersihkan sayuran, bak cuci piring, rak pengering. 0.4 m²/jumlah tamu m² kompak dan hemat dalam utilitas, sirkulasi udara baik, dapat digunakan warga di luar rusun ruang makan Makan Jual beli makanan 1.6 m²/orang m² Kios Jual beli Lemari penyimpanan 18m²/kios m² dapat digunakan warga di luar rusun Jumlah 1576 m² Tabel 3.10 Fasilitas Administrasi Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar Kapasitas Jumlah ruang Luas total Persyaratan Architectural Performance Sumber (orang) R. kepala pengelola Pengelolaan rumah susun Meja, kursi, rak m² penyimpan R. kesekretariatan Administratif rumah susun Meja, kursi, rak 4 m²/orang m² penyimpan R. bag. keuangan Pembayaran uang sewa Meja, kursi, rak 4 m²/orang m² rumah susun penyimpan R. tamu Menerima tamu Kursi tamu, meja rendah, rak penyimpan 12 m² m² Terletak langsung dari pintu masuk menuju kantor Pos jaga Menjaga keamanan lingkungan rusun Kursi, meja, televis 9 m² Terletak langsung dari gerbang lingkungan rusun toilet 1.5 m²/orang m² Jumlah 72 m² 43
11 Tabel 3.11 Fasilitas Utilitas Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar Kapasitas Jumlah ruang Luas total Persyaratan Sumber Ruang sekring Sekring per unit sekering 1 9 m² SB Ruang pompa Pompa air bersih dan 50 m² 1 25 m² Terpisah dengan bangunan hunian SB hidran Reservoir air bawah - 50 lt/org/hari 37,50m³ 2m x m² Tidak berdekatan dengan septic tank SNI Roof tank - 25 lt/org/0.5hari 18,750m³ 2m x 9.5m² Shaft sampah m² 1 setiap blok 15 m² Berada di setiap lantai SNI Tempat sampah Tempat sampah 3lt/org/4 hari 9 m³ 1,5 m x 6m² Terpisah dengan bangunan hunian SNI Septic tank - 20 m² lt 1 setiap blok 80 m² Tidak berdekatan dengan reservoir air, dapat diakses mobil penyedot SNI Jumlah 189 m² Fasilitas Jumlah Luas unit hunian T unit 2700 m² unit hunian T36 75 unit 2520 m² unit hunian T27 75 unit 2025 m² Fasilitas pendukung 1576 m² Fasilitas administrasi 72 m² Fasilitas utilitas 189 m² Luas netto 9082 m² Sirkulasi 20 % 1816 m² Luas Brutto m² Tabel 3.12 Fasilitas ruang luar Kebutuhan ruang Perabotan minimal Standar Kapasitas (orang) Luas Persyaratan Ruang terbuka (plaza) bangku taman 1.3 m²/orang m² Ruang positif antar blok hunian dan menjadi voyer bagi seluruh blok lapangan olahraga voli Jaring/ net 18x9 m lebar sisi sekeliling 2-3 m. 286 m² Jumlah 1261 m² 44
12 Tabel 3.13 Fasilitas parkir Kebutuhan ruang Standar Kapasitas Luas total Persyaratan Parkir mobil 12.5 m² 20 mobil 250 m² Ada peneduh, ada jarak untuk pedestrian. Parkir motor 2 m² 225 motor 450 m² Ada peneduh, dekat dengan hunian Hunian seluruh hunian 3 lantai = 7245 m2 Jumlah netto 700 m² Sirkulasi 30 % 210 m² Jumlah brutto 910 m² Luas tapak untuk hunian 6795 : 3 = 2415 m2 Fasilitas pendukung 1576 m2 Fasilitas administrasi 72 m2 Fasilitas Utilitas 189 m2 Sirkulasi 20% 1816 m2 + Luas tapak bangunan 6068 m2 KDB 60% 6068 m2 : 60% = Ruang luar m m2 Parkir 910 m2 + Luas lahan minimal yang dibutuhkan m2 1.3 Ha 45
13 3.4 Analisis hubungan fungsional ruang Lingkungan hunian Pada lingkungan hunian, ruang terbuka merupakan ruang tempat berkumpulnya seluruh penghuni rusun. Ruang terbuka menjadi view utama dari jalan utama. Tetapi ruang untuk fasilitas usaha dan fasilitas umum dan sosial dapat diakses langsung dari jalan utama. Blok-blok hunian hanya bisa diakses dari ruang terbuka dan bukan dari jalan utama. Hal ini untuk mempermudah pengawasan terhadap keamanan sekitar blok hunian. Fasilitas umum dan sosial Blok hunian Lapangan bersama/ lap. terbuka Blok hunian Fasilitas usaha Jalan utama Gambar 3.2 Hubungan antara blok hunian dengan fungsi lain dalam lingkungan rusun. Blok hunian Lapangan terbuka atau ruang utama menjadi titik berkumpulnya blok-blok hunian. Setiap unit hunian dihubungkan dengan selasar yang kemudian menuju pada sebuah ruang terbuka. Unit hunian tidak terletak pada lantai satu melainkan dimulai dari lantai dua sehingga dibentuk ruang-ruang transisi berupa pilotis yang dapat digunakan untuk berbagai fungsi. 74
14 Unit hunian Unit hunian Unit hunian selasar tangga Lapangan terbuka/ruang bersama Gambar 3.3 Hubungan antara sesama blok hunian. Unit hunian Yang menjadi ruang utama dalam setiap unit hunian adalah ruang tamu (kecuali tipe 18). Ruang tamu berbatasan langsung dengan selasar, sedangkan balkon yang sekaligus dijadikan sebagai tempat jemur berada di sisi luar hunian. Kamar mandi yang digunakan adalah satu setiap satu unit hunian. selasar KM r. tidur r.tamu dapur r. jemur Gambar 3.4 Hubungan fungsi dalam satu unit hunian. 3.5 Pemintakatan fungsi Berdasarkan teritorialitas penghuni rumah susun, pembagian pemintakatan fungsi antara setiap fungsi lingkungan rumah susun adalah sebagai berikut. Zona publik 75
15 Zona ini merupakan teritori warga seluruh pengguna rusun tetapi terbatas untuk warga di luar rusun. Taman terbuka, GSG, lapangan parkir, lapangan olahraga merupakan zona publik. Zona publik merupakan pusat interaksi antara sesama pengguna rusun sehingga ruang-ruang publik ini menjadi simpul-simpul pertemuan pengguna rusun. Tingkat privasi zona ini juga sangat rendah. Zona semi publik Zona ini merupakan teritori warga pengguna rusun tetapi hanya untuk sekelompok pengguna tertentu saja. Zona ini juga berfungsi sebagai zona transisi antara zona publik dan privat. Fungsi yang termasuk dalam zona ini adalah selasar dan tangga rumah susun. Zona privat Zona ini merupakan teritori pengguna setiap unit hunian rumah susun. Unit hunian merupakan zona privat dengan privasi paling tinggi. Hal ini menyebabkan unit hunian tidak berbatasan langsung dengan zona publik. Gambar 3.5 Hubungan antara ruang privat, semi publik dan publik Pemintakatan fungsi tersebut juga berlaku dalam pembagian fungsi secara vertikal. 3.6 Analisis tapak Tapak terletak di Jalan Gempol Sari, Kelurahan Gempol Sari, Kecamatan Bandung Kulon, Bandung. Batas- batas fisik tapak sebagai berikut : batas utara : permukiman penduduk dan pabrik 76
16 batas selatan batas barat batas timur : permukiman penduduk : permukiman penduduk dan sungai : permukiman penduduk dan pabrik Análisis potensi lahan terhadap tapak Lahan terletak di depan jalan utama pada kelurahan Gempol Sari yaitu jalan Gempol Sari dan berada di antara pabrik dengan permukiman penduduk yang tidak merata karena penumpukan permukiman pada satu titik tetapi kosong pada titik lainnya. Lahan ini berpotensi sebagai sebuah oase diantara sesaknya permukiman dan industri. Letak lahan juga berbatasan dengan pabrik-pabrik yang memiliki karyawan industri yang cukup banyak. Dengan sasaran pengguna rumah susun yang merupakan masyarakat menengah ke bawah dan berprofesi sebagai karyawan industri maka penggunaan transportasi dapat diminimalisasi dengan berjalan kaki. Pada saat-saat tertentu, sisi jalan dari jalan ini menjadi pasar kaget yang cukup padat yang mengindikasikan bahwa lahan ini berpotensi sebagai titik tempat berkumpulnya massa untuk berbagai kegiatan setelah bekerja dari industri di sekitarnya. Gambar 3.6 Potensi lahan terhadap tapak Análisis pencapaian Akses utama pada lahan adalah jalan Gempol Sari yang berada pada sebelah utara lahan. Jalan ini merupakan terusan jalan Cijerah (dari arah timur) menuju perumahan Bumi Asri. Pencapaian menuju lokasi dapat diakses langsung dengan kendaraan umum. Dengan lebar jalan ±8 m dan dua arah kendaraan, jalan ini menyebabkan kemacetan pada jam-jam tertentu karena jumlah kendaraan yang meningkat dan jumlah karyawan yang cukup banyak. Sedangkan di sebelah timur lahan adalah jalan Batu Rengeut dengan lebar ±6 m. Jalan ini 77
17 tidak dilalui oleh transportasi umum dan merupakan jalan alternatif dari jalan Cijerah. Jalan ini berpotensi sebagai jalur utama kendaraan lingkungan rumah susun untuk menghindari kemacetan jika terjadi keluar masuk kendaraan dari lingkungan rumah susun. Gambar 3.7 Lingkungan di sekitar lahan Sumber: Dokumentasi pribadi Analisis aliran air Air mengalir menuju ke arah lahan sehingga dan daerah ini rawan banjir. Lingkungan sekitar rumah susun memiliki sistem pengolahan sampah yang buruk. Selain itu di daerah sekitar lahan banyak terdapat sungai-sungai kecil yang dipenuhi oleh sampah sehingga pada musim hujan sering terjadi banjir yang menggenangi jalan. Perlu dipertimbangkan adanya sumur resapan dikawasan rusun untuk menghindari banjir dan mengurangi volume air yang melalui selokan kota. 78
18 Gambar 3.8 Aliran air pada lahan Analisis pergerakan matahari Bentuk lahan yang cenderung kotak dan massa rumah susun yang umumnya memanjang menyebabkan massa bangunan akan sejajar dengan jalan utama untuk memaksimalkan keperluan pencahayaan setiap bangunan. Berdasarkkan studi yang dilakukan dilapangan, intensitas cahaya matahari di daerah ini cukup banyak sehingga dapat dilakukan kerapatan tertentu untuk bangunan yang berjejer yaitu sekitar 8-12 m antar bangunan. 79
BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar
BAB IV KONSEP 4.1 Ide awal perancangan Ide awal perancangan rumah susun ini adalah rumah susun sebagai miniatur kota dengan fungsi-fungsi yang sederhana dan mandiri. Kota sebagai produk peradaban modern
Lebih terperinciBAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan
Lebih terperinciDinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL
1. Peraturan Teknis a. Jarak bebas Bangunan Gedung / Industri KDB KLB 3 3 Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL GSB GSJ GSJ Intensitas bangunan (KDB/KLB), dimaksudkan agar menjaga
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis
185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian
Lebih terperinciRENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak
BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni
Lebih terperinciBAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK
BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL Kampung kota merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, di samping memiliki karakteristik kampung, namun memiliki karakteristik perkotaan. Kampung memiliki sifat rasa kekeluargaan
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciKegiatan ini dilakukan penghuni apartemen
BAB 4 ANALISIS DATA 4.1 Analisis Aspek Manusia Analisa yang dilakukan pada aspek ini membahas kegiatan penghuni apartemen, staf pengelola dan karyawan apartemen, serta tamu yang datang di apartemen. Analisa
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO Analisis konsep perencanaan merupakan proses dalam menentukan apa saja yang akan dirumuskan sebagai konsep
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANCANGAN. ini dilakukan sebagai pendekatan dalam desain Rumah Susun yang
BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa bagi pekerja ini terdiri dari analisis tapak, analisis fungsi, analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis ruang, analisis utilitas
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian
BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN
BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.
BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai
BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista
BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Fisik Analisa Fisik merupakan analisa terhadap penempatan bangunan untuk mendapatkan data yang dapat dijadikan pedoman dalam perancangan sehingga bangunan menjadi tepat sasaran
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB III ANALISA Analisa Tapak
BAB III ANALISA 3. 1 Analisa Tapak 3. 1. 1 Tinjauan Umum Kawasan Kampung Pangumbahan berada di Jl. Cihampelas, kecamatan Bandung Wetan, kelurahan Tamansari. Merupakan daerah permukiman kumuh dengan tingkat
Lebih terperinciBAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan
BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah
Lebih terperinciBAB III : DATA DAN ANALISA
BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran
Lebih terperinciPROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari
PROGRAM RUANG A. Jenis 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari Toilet Pengrajin tempe dan tahu Buang air kecil dan besar Produksi
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.
Lebih terperinciPROGRAM RUANG BANGUNAN APARTEMEN. Double bed Side table Lemari pakaian Meja rias. Penghuni apartemen (suami-istri)
PROGRAM RUANG BANGUNAN APARTEMEN Funfsi Hunian No. Identitas Ruang Aktivitas Perabot Pemakai Ruang Standard Ruang Luas 1. R. Tidur (dengan double bed) Tidur Merias diri Berganti pakaian Double bed Side
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang
Lebih terperinciBAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.
BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet
Lebih terperinciBAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE
BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS. RINI SUGIARTI, S.Ars Gambar 10. Denah Dan Ukuran Bangunan Eksisting (Sumber : Data Penulis, 2017)
BAB III ANALISIS BAB III ANALISIS 3.1 ANALISIS BATAS DAN BENTUK TAPAK 3.1.1 Desain Eksisting Lahan dengan luas netto 445,5 m² seluruhnya di gunakan sebagai perancangan bangunan Rumah Kost tanpa Lahan Parkir.
Lebih terperinciBab IV. Konsep Perancangan
Bab IV. Konsep Perancangan 4. 1 Kosep Dasar Konsep dasar perancangan perpustakaan ini adalah bangunan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya serta mencerminkan fungsinya baik sebagai bangunan perpustakaan
Lebih terperinciBAB V HASIL RANCANGAN
BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan
Lebih terperinciBAB VI KONSEP RANCANGAN
BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar
BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar tradisional di Kabupaten Jember menggunakan konsep extending tradisional. Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan
Lebih terperinciBAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI
BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI 5.1. Konsep Pengolahan Lahan Rusuna Bertingkat Tinggi 5.1.1. Skenario Pengolahan Lahan Gambar 5.1. Skenario pengolahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari.
BAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Manusia Berdasarkan referensi dari studi banding: IV.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan Kompleks Rumah Susun dan Pasar ini akan digunakan oleh: a. Penghuni o Pedagang Pasar Yaitu
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERANCANGAN
BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY
81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental
Lebih terperinciSTUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR I DESTI RAHMIATI, ST, MT
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR I DESTI RAHMIATI, ST, MT HUBUNGAN ANTARA PENDEKATAN & PROGRAM BAB III PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1. PENDEKATAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANCANGAN
BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Perancangan Rumah Susun Pekerja ini terdiri dari analisis tapak, analisis fungsi, analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis ruang, analisis utilitas dan analisis struktur.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan dari penghuni dan masyarakat sekitar bangunan khususnya bangunan rumah tinggal, mengenai
Lebih terperinciJumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²)
2.4 Kebutuhan Ruang 2.4.1 Kuantitatif Besarnya ruang dan jumlah ruang diperngaruhi oleh kapasitas dalam ruangan dan jumlah penggunan dalam suatu ruangan. Perhitungan standar besaran ruang diperoleh dari
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TAPAK
BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Transformasi atau perubahan ruang komunal pada rumah susun berdasarkan kelebihan dan kekurangan pada rumah susun lain, sehingga didapat pola ruang komunal pada rumah
Lebih terperinciBAB III ANALISA. Lokasi masjid
BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Tabel 6.1 Program Redesain Terminal Terboyo KELOMPOK RUANG LUASAN Zona Parkir Bus AKDP-AKAP
Lebih terperinciRUMAH SUSUN SEWA DI KAWASAN INDUSTRI BANDUNG BARAT
RUMAH SUSUN SEWA DI KAWASAN INDUSTRI BANDUNG BARAT LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO PERANCANGAN TUGAS AKHIR SEMESTER II TAHUN 2007/2008 Sebagai sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana arsitektur
Lebih terperinciTabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan. Hasil ini berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan dan
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP PERANCANGAN
BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal Ide awal rancangan bangunan perpustakaan ini adalah bangunan sebagai fitur taman. Masyarakat yang menggunakan ruang terbuka kota/taman Maluku ini dapat sekaligus menggunakan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.
Lebih terperinciBAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin
BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel
Lebih terperinciBAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG
BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG 3.1 Analisa Pendekatan Arsitektur 3.1.1 Studi Aktivitas a. Pengelompokan Aktivitas Terdapat beberapa aktivitas yang terdapat
Lebih terperinciBAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1.PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Tapak Tapak yang digunakan adalah tapak existing Asrama Universitas Diponegoro, dengan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan fisik Kabupaten Sidoarjo sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciJenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 3 DESKRIPSI PROYEK
BAB 3 DESKRIPSI PROYEK 3.1. Umum Judul Proyek : Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) Lebak Siliwangi Sifat Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Pemerintah Kota Bandung Sumber Dana : Pemerintah Daerah Lokasi
Lebih terperinciBAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 5.1. Program Dasar Kebutuhan Ruang Program dasar kebutuhan ruang pada rumah susun sederhana milik di RW 01 Johar Baru dapat diuraikan sebagai
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang
BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN V. 1. Konsep Perancangan Makro Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang luar, konsep pencapaian dan sirkulasi pada tapak, perletakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak
Lebih terperinciBAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. PENDEKATAN ASPEK FUNGSIONAL 4.1.1. Studi Pelaku Kegiatan Galeri Batik berskala Kawasan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kota Pekalongan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana Kebutuhan sarana dan ruang dari lahan sempit memberikan ide konsep optimalisasi ruang melalui penggunaan
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan
BAB V KONSEP V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan yang terjadi di sekitar tapak, khusunya jalur pejalan kaki dan kegiatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu:
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Fungsional 4.1.1. Analisis Organisasi Ruang Pengorganisasian ruang-ruang pada proyek ini dikelompokkan berdasarkan fungsi ruangnya. Ruang-ruang dengan fungsi yang sama sedapat
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DAN BAHASAN
27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa
Lebih terperinciLapas Kelas I A Kedungpane
BAB V PROGRAM PERANCANGAN DAN PERENCANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA 5.1. Tapak Terpilih Lokasi tapak dipilih berdasarkan rencana pembangunan lapas wanita oleh Kemenkumham Kanwil Jawa Tengah, yaitu
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk
BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu :
BAB IV ANALISA IV.1. Aspek Non Fisik IV.1.1 Analisa Kegiatan Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu : a) Kelompok
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG 5.. Program Dasar Perencanaan Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada
Lebih terperincib. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Dasar Rusunawa Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciBAB II: TINJAUAN PUSTAKA
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Asrama Mahasiswa Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah bangunan tempat tinggal bagi orang orang yang bersifat homogen. Misalnya, asrama mahasiswa, asrama
Lebih terperinciDENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1
0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum
Lebih terperinciBAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,
BAB II PEMROGRAMAN Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya kota Medan. Hal ini terkait dengan berbagai bidang yang juga mengalami perkembangan cukup pesat seperti bidang
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan. Hasil ini berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik
BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur
Lebih terperinciBAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA
BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),
Lebih terperinciBAB VI DATA DAN ANALISIS
BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai
Lebih terperinci