BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang dilaksanakan baik itu ditingkat nasional maupun tingkat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang dilaksanakan baik itu ditingkat nasional maupun tingkat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi selalu menjadi salah satu sasaran penting dari pembangunan yang dilaksanakan baik itu ditingkat nasional maupun tingkat regional. Pembangunan ekonomi nasional diarahkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi daerah sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah selalu diarahkan sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah, yang selanjutnya diarahkan menjadi keunggulan kompetitif daerah. Dengan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah yang dilanjutkan menjadi keunggulan kompetitif daerah, pembangunan ekonomi daerah dapat dilaksanakan dan akan menjadi sektor andalan atau basis ekonomi daerah. Sesuai dengan keunggulan yang dimiliki, pengembangan perekonomian Kabupaten Badung ditekankan pada sektor pariwisata. Kabupaten Badung secara geografis memiliki posisi yang sangat strategis, yaitu berada ditengah tengah wilayah regional SARBAGITA (Denpasar Badung Gianyar Tabanan). Kabupaten Badung disamping memiliki pusat-pusat tujuan wisata, dengan aksesnya yang kuat memiliki keunggulan lokasi dalam penyediaan akomodasi dan merupakan pasar bagi produk-produk, utamanya keperluan wisatawan. 1

2 2 Penekanan pembangunan pada sektor pariwisata telah berhasil mengangkat perekonomian Kabupaten Badung. Sektor pariwisata merupakan sektor andalan atau basis pembangunan ekonomi didalam memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung. Sektor pariwisata adalah sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita di Kabupaten Badung. Berdasarkan PDRB Kabupaten Badung, sektor pariwisata yang bergerak di bidang perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terbesar yang kondisinya relatif konstan dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun Dominasi kontribusi sektor pariwisata di Kabupaten Badung dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2. Tabel 1.1 Nilai dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 s.d No Lapangan usaha Rata-rata pertumbuhan 1. Pertanian , , , , ,71 2. Pertambangan dan 6.991, , , , ,39 Penggalian 3. Industri Pengolahan , , , , ,55 4. Listrik, Gas dan Air , , , , ,40 Bersih 5. Bangunan , , , , ,52 6. Perdagangan, Hotel , , , , ,92 & Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi , , , , ,37 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , ,07 9. Jasa-jasa , , , , ,35 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) , , , , ,78 Sumber : Badung Dalam Angka (2008).

3 3 Tabel 1.2 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 s.d No. Lapangan usaha Rata-rata 1. Pertanian 8,71 8,67 9,09 9,47 8,99 2. Pertambangan dan 0,18 0,15 0,12 0,12 0,14 Penggalian 3. Industri Pengolahan 3,07 3,02 2,95 2,90 2,98 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,57 1,57 1,55 1,57 1,57 5. Bangunan 4,66 4,94 4,81 4,72 4,78 6. Perdagangan, Hotel dan 46,30 46,25 46,13 45,40 46,02 Restoran 7. Pengangkutan dan 24,32 23,94 23,79 23,99 24,01 Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & 2,86 2,97 2,97 2,96 2,94 Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 8,34 8,50 8,57 8,86 8,57 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badung Dalam Angka (2008). Keberhasilan sektor pariwisata yang telah mengangkat perekonomian Kabupaten Badung membuat ketidak seimbangan pembangunan antar sektor. Hal ini disebabkan antara lain oleh sebagian besar investasi dan usaha produktif yang menyerap tenaga kerja dan pemberi nilai tambah tinggi pada produk ekonomi terkonsentrasi pada sektor sekunder dan tersier. Pada akhir Tahun 2007 realisasi investasi di Kabupaten Badung sebesar Rp ,00 untuk Penanaman Modal Asing (PMA), sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp ,00 dengan berbagai bidang usaha di sektor sekunder dan tersier. Pada sektor sekunder, investasi yang paling diminati antara lain industri seperti industri pakaian jadi, sedangkan pada sektor tersier yang paling banyak diminati seperti jasa konstruksi, jasa konsultan, akomodasi hotel restoran

4 4 dan biro perjalanan wisata, perdagangan ekspor impor. Sedangkan sektor primer (pertanian dalam arti luas) belum diminati oleh penanam modal/investor (Sumber LKPJ Bupati Badung Tahun 2008). Tidak seimbangnya pembangunan antar sektor juga terlihat dari kredit yang diberikan oleh Bank Umum dan BPR, dimana sektor primer terkalahkan oleh sektor sekunder dan tersier (Tabel 1.3). Tabel 1.3 Posisi Kredit Mikro, Kecil dan Menengah yang Diberikan Bank Umum dan BPR Menurut Sektor Ekonomi di Kabupaten Badung Tahun 2004 s.d (dalam Jutaan Rupiah) No. Sektor ekonomi Rata-rata 1. Pertanian ,25 2. Pertambangan ,25 3. Perindustrian ,25 4. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5 Jasa-jasa ,5 6. Lain-Lain Jumlah ,25 Sumber : Badung Dalam Angka (2008). Ketimpangan atau tidak seimbangnya pembangunan antar sektor di Kabupaten Badung seperti yang terjadi di atas, dimana sektor pertanian yang merupakan sektor primer yang terabaikan, dan pada gilirannya menyebabkan peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian lebih kecil dari luar sektor pertanian. Melihat kondisi di atas yaitu insentif dari sektor pertanian yang rendah, membuat masyarakat khususnya angkatan kerja di Kabupaten Badung kurang berminat dengan bidang pertanian pada umumnya dan pertanian sawah pada

5 5 khususnya. Mereka lebih memilih bidang pekerjaan di luar sektor pertanian, yang lebih menjanjikan atau memilih bidang yang memberikan insentif lebih tinggi. Keengganan untuk bekerja di sektor pertanian dan memilih bekerja diluar sektor pertanian tersebut pada akhirnya mengakibatkan transformasi lahan pertanian meningkat. Berbagai aktivitas ekonomi di luar sektor pertanian yang lebih menguntungkan dibandingkan sektor pertanian menyebabkan lahan-lahan pertanian dengan cepat beralih fungsi untuk kegiatan ekonomi lainnya yang berkaitan dengan pariwisata. Berbagai studi sebelumnya menunjukkan dengan jelas bahwa semakin tinggi kegiatan pariwisata, semakin banyak lahan pertanian yang beralih fungsi untuk kegiatan lain. Penyusutan lahan atau alih fungsi lahanpun tidak terhindarkan, baik itu penyusutan lahan pertanian pada umumnya dan pertanian sawah pada khususnya. Jumlah lahan sawah di Kabupaten Badung pada Tahun 2003 adalah ha, dan jumlah lahan sawah tersebut menyusut menjadi ha pada Tahun Jadi dalam lima Tahun berturut-turut alih fungsi lahan sawah ke lahan bukan sawah seluas 209 ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Badung, 2008). Jumlah alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Badung dapat dilihat pada Tabel 1.4.

6 6 Tabel 1.4 Jumlah Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Badung Dirinci per Kecamatan Tahun 2003 s.d (dalam Hektar) No. Kecamatan Jumlah Rata-rata 1. Kuta Selatan Kuta ,6 3. Kuta Utara ,6 4. Mengwi Abiansemal ,8 6. Petang ,4 Jumlah ,4 Sumber : Badung Dalam Angka (2008). Disisi lain pariwisata Bali dan juga pariwisata Kabupaten Badung berbasis pariwisata budaya, dimana budaya Bali dan juga Kabupaten Badung berbasis pertanian, artinya perkembangan pariwisata yang telah menyedot sumber daya pertanian baik berupa lahan maupun sumber daya manusia pada gilirannya akan mempengaruhi budaya Bali. Akhirnya marginalisasi sektor pertanian atau terpinggirkannya sektor pertanian akan berpengaruh terhadap kemajuan sektor pariwisata. Ancaman terhadap penyusutan lahan sawah ini juga merupakan ancaman terhadap sektor pariwisata. Ancaman terhadap keberlanjutan pertanian lahan sawah juga berarti ancaman terhadap keberlanjutan kebudayaan Bali yang berbasis pertanian. Berdasarkan informasi yang diuraikan di atas tersirat bahwa di Kabupaten Badung terjadi penyusutan lahan pertanian khususnya pertanian lahan sawah akibat kemajuan atau perkembangan pariwisata. Mengacu pada kondisi tersebut

7 7 diperlukan kajian yang tepat bagaimana mempertahankan pertanian sawah dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Badung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah adalah sebagai berikut. 1. Apakah usahatani pertanian sawah di Kabupaten Badung menguntungkan? 2. Faktor-faktor pendukung apa saja yang terkait dalam menentukan keberhasilan mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung? 3. Rumusan alternatif strategi apakah yang tepat dalam mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung? 4. Prioritas strategi apa yang seharusnya dipilih dalam mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui dan menganalisis apakah usahatani pertanian sawah di Kabupaten Badung menguntungkan. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi faktor-faktor pendukung yang dimiliki untuk mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung. 3. Merumuskan alternatif strategi yang tepat untuk mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung. 4. Menentukan prioritas strategi mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung.

8 8 1.4 Maanfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya penerapan ilmu manajemen strategi dalam upaya mempertahankan pertanian sawah 2. Sebagai referensi bagi yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan pembangunan sektor pertanian. 3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Badung dan instansi terkait untuk menjadikan penelitian ini sebagai salah satu pelengkap dalam menetapkan kebijakan pemerintah dalam pembangunan pertanian.

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Strategi Manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2008). Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu Strategos atau Strategus. Menurut Salusu (1996) rumusan yang komprehensif tentang strategi adalah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral dalam menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam pengertian sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya. Selanjutnya konsep strategi dikemukakan oleh Chandler (1962 dalam Rangkuti, 2008) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Menurut Wahyudi (1996) manajemen strategi menawarkan suatu mekanisme tatakerja organisasi secara simultan dengan memadukan seluruh komponen organisasi untuk mencapai misi organisasi. Model ini mengkombinasikan pola pikir strategi dengan proses manajemen. Ada tiga macam proses berfikir, yaitu berfikir secara mekanik, institusi dan strategik. Dari ketiganya dapat disimpulkan bahwa berfikir secara strategik akan menghasilkan 9

10 10 penyelesaian yang lebih kreatif dan berbeda bentuknya daripada hanya berdasarkan berfikir mekanik dan institusi. Semakin kreatif dalam memecahkan masalah, dibuktikan dengan semakin banyaknya bentuk pemecahan/alternatif, maka akan semakin kecil tingkat kesalahan yang timbul dimasa yang akan datang. Hal ini akan menguntungkan si pembuat keputusan. Manajemen strategi adalah seni dalam ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating), keputusan keputusan strategi antara fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa yang akan datang (Wahyudi, 1996). Sedangkan menurut Suwarsono (2004) mengartikan manajemen strategi sebagai usaha manajerial menumbuh kembangkan kekuatan perusahaan untuk mengekploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan. Pengertian ini juga mengandung implikasi bahwa perusahaan berusaha untuk mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh ancaman bisnis. Menyimak pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa manajemen startegik adalah rencana berskala yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efisien dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan, yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang bersangkutan.

11 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistimatis untuk merumuskan strategi organisasi bisnis. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats), Rangkuti (2008). Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Suwarsono (2004) untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, manajemen perlu memperhatikan dua faktor pokok, yakni faktor eksternal yang tidak terkontrol oleh organisasi dan faktor internal yang sepenuhnya berada dalam kendali organisasi. Faktor eksternal merupakan lingkungan bisnis yang melingkupi operasi organisasi yang dari padanya muncul peluang (opportunities) dan ancaman (threats) bisnis. Faktor ini mencakup lingkungan industri, bisnis, ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya. Faktor internal meliputi semua macam manajemen fungsional; pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen dan budaya perusahaan (corporate culture). Dari penguasaan faktor internal organisasi dapat mengidentifikasikan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki. Dari pendapat tersebut, untuk mencapai tujuan organisasi dan SWOT sebagai alat formulasi strategis ketika kekuatan organisasi melebihi kelemahan yang dimiliki. Kemudian organisasi harus mampu mengeksploitasi peluang bisnis yang ada dan mengeliminir ancaman bisnis yang mengitarinya.

12 12 Salusu (1996) selanjutnya mengatakan bahwa lingkungan eksternal terdiri dari atas dua faktor yaitu peluang dan ancaman. Peluang merupakan suatu kondisi dari faktor-faktor eksternal yang membantu organisasi mencapai atau bahkan melampaui pencapaian sasarannya. Sedangkan ancaman adalah faktor-faktor eksternal yang menyebabkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya dan bahkan bersifat negatif. Beberapa faktor yang terdapat dalam lingkungan eksternal adalah kekuatan hukum dan politik, kekuatan ekonomi, kekuatan sosial-kultural dan kekuatan teknologi (Hunger dan Thomas, 2003). Kekuatan hukum dan politik meliputi kekuasaan dan pelaksanaan serta perlindungan hukum dan aturan-aturan. Sedangkan, kekuatan ekonomi yang dimaksudkan adalah menyangkut pertukaran material, uang, energi, dan informasi. Pengaturan nilai-nilai, adat istiadat dan kebiasaan lingkungan merupakan bagian dari kekuatan sosial-kultural. Selanjutnya, kemampuan untuk menghasilkan penemuan-penemuan pemecahan masalah adalah bagian dari kekuatan teknologi. Untuk merumuskan strategi, digunakan alat bantu berupa matriks SWOT yang menggambarkan peluang dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi, yang selanjutnya disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat set kemungkinan strategi sebagai berikut 1 Strategi SO (Strengths-Opportunities), menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. 2 Strategi ST (Strengths-Threats), menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman.

13 13 3 Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan internal. 4 Strategi WT (Weaknesses-Threats), berupaya meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. 2.3 Pembangunan Pertanian Langkah pertama untuk menuju pembangunan pertanian adalah memahami dengan jelas dan lengkap apakah yang dimaksud dengan pertanian. Pertanian adalah sejenis proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Para petani mengatur dan menggiatkan pertumbuhan tanaman dan hewan itu dalam usahataninya. Namun pembangunan pertanian tidak dapat hanya dilaksanakan oleh petani sendiri. Menurut Mosher (1977) ada lima syarat pokok (essential) yang harus dipenuhi atau tersedia bagi para petani jika pertanian hendak dimajukan. Tanpa salah satu syarat ini tidak akan ada pembangunan pertanian. Lima syarat pokok itu adalah Pasaran untuk hasil usahatani, Teknologi yang selalu berubah, Tersedianya sarana produksi dan peralatan secara lokal, Perangsang produksi bagi petani, dan Pengangkutan. Di samping lima syarat pokok ada lima faktor pelancar yang dapat mempercepat pembangunan pertanian. Lima faktor pelancar itu adalah Pendidikan pembangunan, Kredit produksi, Kegiatan bersama oleh petani, Perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan Perencanaan nasional pembangunan pertanian. Untuk faktor pelancar dimana tiap-tiap faktor berguna, tetapi tidak

14 14 bersifat mutlak. Pembangunan pertanian dapat terjadi, biarpun salah satu atau lebih dari faktor-faktor itu tidak ada. Pertanian selama beberapa dekade terakhir ini, strategi pembangunan nasional lebih terfokus pada sektor industri berspektrum luas tanpa memperhatikan keterkaitannya dengan sektor pertanian. Sektor pertanian lebih diarahkan sebagai sektor penunjang dan pendukung pembangunan, dan bukan sektor andalan atau basis pembangunan ekonomi nasional. Keunggulan komparatif sektor pertanian belum diarahkan menjadi keunggulan kompetitif nasional. Akibatnya walaupun cenderung terus membaik, tetapi kinerja sektor pertanian belum optimal. Meskipun persentase terbesar tenaga kerja Indonesia memiliki mata pencaharian di sektor pertanian, sektor industri lebih diharapkan menjadi sektor andalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini membuat struktur ekonomi menjadi rapuh (Departemen Pertanian, 2007). Krisis ekonomi Tahun 1997 sampai dengan 1998 memperlihatkan bahwa sektor industri tidak mampu bertahan pada saat krisis. Ketika ekonomi nasional mengalami kontraksi (negatif) sebesar 13,68 persen pada saat krisis Tahun 1997 sampai dengan 1998, sektor pertanian tetap tumbuh positif sebesar 0,22% (BPS, 1999). Krisis ekonomi Tahun 1997 sampai dengan 1998 menunjukkan bahwa sektor pertanian tidak hanya terbukti tangguh menghadapi gejolak ekonomi, tetapi juga dapat berfungsi sebagai basis landasan perekonomian nasional, antara lain melalui perannya dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa.

15 15 Belajar dari pengalaman masa lalu tersebut, strategi pembangunan dimasa kini dan mendatang haruslah menjadikan sektor pertanian sebagai sektor andalan perekonomian nasional. Apabila pembangunan ekonomi daerah dan nasional didasarkan atas keunggulan komparatif sektor pertanian, maka perekonomian yang terbangun akan memiliki kemampuan bersaing dan berdayaguna bagi seluruh rakyat Indonesia (Departemen Pertanian, 2007). Pembangunan pertanian pada dasarnya merupakan upaya sadar yang sengaja direncanakan untuk melakukan perubahan-perubahan yang dikehendaki, dengan menggunakan inovasi dan teknologi tertentu sesuai dengan agroekosistem setempat, untuk meningkatkan efisiensi, pendapatan serta kesejahteraan hidup petani (Suparta, 2005). Lebih lanjut dikatakan, pembangunan pertanian identik dengan modernisasi pertanian, karena kedua konsep ini menghendaki perubahan tetapi berebeda penekanannnya. Modernisasi lebih menekankan pada digunakannya alat dan teknologi baru (rekayasa teknologi) agar lebih efisien dan menguntungkan petani, sedangkan pembangunan lebih menekankan pada digunakannya ide baru untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Paradigma baru dalam pembangunan pertanian yang sedang dikembangkan adalah sistem agribisnis dan peningkatan ketahanan pangan. Kedua kebijakan ini bermuara untuk mencapai tujuan akhir program yaitu peningkatan pendapatan petani, pemantapan ketahanan pangan ditingkat nasional maupun regional, peningkatan penerimaan devisa negara dan peningkatan kesempatan kerja (Pitana, 2003).

16 Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Paradigma baru pembangunan pertanian masa depan adalah sistem agribisnis yang maju dan sistem pembangunan pertanian berkelanjutan yang mampu menjamin sistem ketahanan pangan yang dinamis serta mampu mensejahterakan seluruh warga masyarakat Agribisnis Secara sederhana Antara (2005) mendefinisikan agribisnis (agribusiness) sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi pada keuntungan, dan agribisnis secara lengkap didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukankeluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Lebih lanjut dikatakan apabila mata rantai kegiatan agribisnis dipandang dalam suatu konsep sistem, maka mata rantai kegiatan tersebut dapat dapat dibagi-bagi lagi menjadi lima subsistem yaitu (1) Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribussiness), (2) Subsistem usahatani atau produksi, (3) Subsistem pengolahan atau agroindustri (down-stream agribusiness), (4) Subsistem pemasaran, dan (5) Subsistem lembaga dan jasa penunjang. Kelima subsistem ini mempunyai kaitan yang erat, sehingga gangguan pada pada salah satu subsistem atau kegiatan akan berpengaruh terhadap subsistem atau kelancaran kegiatan dalam bisnis.

17 17 Jadi bidang agribisnis merupakan kegiatan lebih dari sekedar pertanian, karena didalamnya mencakup kegiatan-kegiatan lain yang mewakili sektor luar pertanian. Oleh karenanya penting disadari bahwa disetiap usaha untuk melakukan analisis sektoral bagi subsistem baru akan memiliki makna dan memberikan peranan yang bermanfaat apabila dikaitkan satu sama lain dan berorientasi pada konsep sistem (Antara, 2005). Memahami timbulnya kaitan antara tiap subsistem, siapa pelaku dalam subsistem, dan bagaimana teknologi yang digunakan merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi agribisnis dan mencari alternatif pemecahannya Pembangunan pertanian berkelanjutan Pada hakekatnya pertanian berkelanjutan adalah back to nature, yakni sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan, atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidahkaidah alamiah. Pertanian berkelanjutan menurut Nasution (1995), adalah kegiatan pertanian yang berupaya memaksimalkan manfaat sosial dari pengelolaan sumber daya biologis dengan syarat memelihara produktivitas dan efisiensi produksi komoditas pertanian, memelihara kualitas lingkungan hidup, dan produktivitas sumber daya sepanjang masa. Pembangunan pertanian berkelanjutan diartikan oleh Saptana 1995 (dalam Suparta, 2005) sebagai upaya pengelolaan dan konservasi sumber daya pertanian (lahan, air, dan sumber daya genetik) melalui orientasi perubahan teknologi dan

18 18 kelembagaan sedemikian rupa sehingga menjamin tercapainya kebutuhan yang diperlukan secara berkesinambungan dari waktu ke waktu. Lebih lanjut dikatakan pertanian berkelanjutan yang memperhatikan aspek konservasi sumber daya lahan, air dan sumber daya genetik tumbuhan harus berwawasan lingkungan, artinya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan hidup yakni secara teknis tepat guna, secara ekonomi layak diusahakan, secara sosial dapat diterima dan secara ekologis tetap menjamin ekosistem lainnya. Soekartawi, 1995 (dalam Salikin, 2003) menyebutkan tiga alasan mengapa pembangunan pertanian di Indonesia harus berkelanjutan. Pertama, sebagai negara agraris peranan sektor pertanian Indonesia dalam sistem perekonomian nasional masih dominan. Kedua, sebagai negara agraris, pertanian memiliki peranan yang sangat vital dalam mendukung pembangunan sektor lainnya. Ketiga, sebagai negara agraris pembangunan pertanian berkelanjutan menjadi keharusan agar sumber daya alam yang ada sekarang ini dapat terus dimanfaatkan untuk kurun waktu yang relatif lama.

19 BAB III KERANGKA KONSEP Salah satu tugas pemerintah yang dituangkan dalam visi dan misi pembangunan daerah adalah melaksanakan pembangunan yang selaras dan seimbang sesuai dengan fungsi wilayahnya, dalam rangka pemerataan pembangunan antar wilayah dan pemberdayaan masyarakat. Upaya pemerataan pembangunan mungkin akan menghadapi berbagai kendala, karena setiap wilayah memiliki karaktristik yang berbeda-beda, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi. Pembangunan ekonomi yang seimbang sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya kesenjangan pembangunan. Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005 s.d Kabupaten Badung dengan visi Badung yang damai dan sejahtera berlandaskan falsafah Tri Hita Karana memiliki Misi yaitu (1) Mewujudkan masyarakat Badung yang berbudaya dan berbudi luhur, (2) Mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi masyarakat marginal, (3) Mewujudkan sumber daya manusia berkualitas yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) Mewujudkan masyarakat Badung yang aman, tertib dan sadar hukum, (5) Mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa dan demokratis, (6) Mewujudkan sarana prasarana wilayah dan infrastruktur yang merata dan berkualitas, (7) Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mantap dan mampu bersaing di pasar bebas, dan (8) Mewujudkan lingkungan yang asri dan lestari. 19

20 20 Adapun tujuan RPJPD tersebut adalah (1) merencanakan pembangunan daerah yang berwawasan jauh ke depan bagi pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam menentukan arah dan prioritas kebijakan dan program serta kegiatan pembangunan Kabupaten Badung berdasarkan pada potensi, kondisi riil dan proyeksi kedepan, (2) Sebagai dasar dalam memahami dan mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan kebijakan dan program serta kegiatan di Kabupaten Badung, dan (3) Tercapainya penggunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia di Kabupaten Badung secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Badung. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Badung memiliki visi Melangkah Bersama Membangun Badung Berlandaskan Tri Hita Karana Menuju Masyarakat Adil Sejahtera dan Ajeg. Dan untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi sebagai berikut (1) Meningkatkan srada dan bhakti masyarakat terhadap ajaran agama, serta eksistensi adat budaya dalam rangka mengajegkan Bali di era kekinian, (2) Meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia di kabupaten Badung, (3) Menata Sistem kependudukan dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, (4) Meningkatkan perekonomian yang berbasis kerakyatan, (5) Mewujudkan kepastian hukum, serta menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat, (6) Menciptakan kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, (7) Memantapkan pelaksanaan otonomi daerah, (8) Mewujudkan pembangunan yang selaras dan seimbang, sesuai dengan fungsi wilayahnya, dan (9) Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

21 21 Tujuan dari RPJPD Kabupaten Badung adalah (1) Meyediakan satu acuan resmi dalam menentukan prioritas program dan kegiatan Tahunan, (2) Meyediakan satu tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja, (3) menggambarkan tentang kondisi umum daerah, sekaligus memahami arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah, (4) Memudahkan menyusun program dan kegiatan secara terarah dan terukur, dan (5) Menilai arah kebijakan dan program serta kegiatan dalam rentang lima Tahunan. Menyimak RPJPD dan RPJMD Kabupaten Badung prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Badung adalah sektor pariwisata, pertanian serta industri kecil dan kerajinan. Strategi pembangunan ekonomi Kabupaten Badung yang memprioritaskan pembangunan sektor pertanian, pariwisata, serta sektor industri kecil dan kerajinan pada dasarnya sudah tepat secara normatif. Namun dalam implementasinya selama ini ternyata cenderung seluruh perhatian ditumpahkan pada sektor pariwisata, sehingga pembangunan sektor pariwisata cenderung bersifat eksploitatif justru menghempas sektor pertanian dan terjadi ketimpangan antara pembangunan sektor periwisata, pertanian dan industri kecil. Konsekwensi dari pesatnya kemajuan pariwisata adalah munculnya tuntutan penyediaan akomodasi pariwisata seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan, jalan dan sarana lainnya. Akibatnya terjadi persaingan yang ketat dalam penggunaan lahan antara sektor pariwisata dan sektor pertanian. Hal ini tercermin adanya alih fungsi lahan sawah yang berlangsung terus dengan proporsi yang semakin besar.

22 22 Penyusutan lahan sawah disebabkan juga karena masyarakat atau sumber daya manusia di Kabupaten Badung cenderung mencari usaha yang memberikan keuntungan yang lebih besar, dimana lebih berminat ke sektor non pertanian dalam hal ini sektor pariwisata daripada sektor pertanian. Melihat keadaan yang diuraikan tersebut diatas, dimana akibat pembangunan sektor pariwisata yang cenderung eksploitatif mengakibatkan pembangunan sektor pertanian terlihat tidak memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Padahal pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan kepada pembangunan ekonomi serta mejamin pembangunan yang menyeluruh. Ada lima macam syarat pokok atau faktor esensial yang harus dipenuhi suatu daerah jika pertaniannya hendak dimajukan atau membangun pertanian dalam hal ini mempertahankan pertanian lahan sawah. Tanpa salah satunya tidak akan ada pembangunan pertanian. Kelima faktor tersebut adalah pasaran untuk hasil usahatani, teknologi yang yang selalu berubah, tersedianya sarana produksi dan peralatan secara lokal, perangsang produksi bagi petani, dan pengangkutan. Pembangunan pertanian juga memerlukan faktor pelancar dimana faktor itu adalah pendidikan pembangunan pertanian, kredit produksi, kegiatan bersama oleh petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan perencanaan nasional pembangunan pertanian. Berbeda halnya dengan faktor esensial, tiap-tiap faktor pelancar ini berguna tetapi tidak bersifat mutlak. Pembangunan pertanian dapat terjadi, walaupun salah satu atau lebih faktor pelancar tersebut tidak ada.

23 23 Pertanian sawah memiliki fungsi strategis yaitu sebagai penyedia bahan pangan. Aktivitas pertanian sawah juga menjamin konservasi atau pelestarian sumber daya alam dan budaya. Mempertahankan lahan sawah juga berperan dalam keberlanjutan pembangunan sektor pariwisata yaitu pariwisata budaya, dimana budaya tersebut adalah budaya pertanian. Peran tersebut sudah pasti tidak bisa digantikan oleh sektor lainnya. Karenanya pembangunan pertanian lahan sawah dalam upaya melestarikan atau mempertahankan pertanian lahan sawah memerlukan strategi yang tepat. Pelaksanaan strategi mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung erat kaitannya dengan keadaan faktor internal dan faktor eksternal. Keadaan Faktor-faktor ini perlu diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan akhir. Pilihan alternatif strategi yang tepat berdasarkan prioritas dalam mempertahankan pertanian lahan sawah akan menjadi kunci keberhasilan pembangunan pertanian. Kerangka konsep penelitian ini akan menjadi lebih jelas dilihat pada Gambar 3.1

24 24 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Badung Prioritas Pembangunan Kabupaten Badung Sektor Pariwisata Sektor Pertanian Sektor Industri Kecil Ketimpangan Keberlanjutan Pariwisata Budaya Mempertahankan Pertanian Sawah Internal Kekuatan dan Kelemahan Eksternal Peluang dan Ancaman IFAS EFAS Faktor I - E SWOT Alternatif Strategi Mempertahankan Pertanian Sawah QSPM Rekomendasi Strategi Gambar 3.1 Kerangka Konsep Strategi Mempertahankan Pertanian Sawah di Kabupaten Badung Tahun 2011

25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung. Pemilihan Lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan sebagai berikut. 1. Kabupaten Badung memiliki pertanian sawah yang tiap Tahunnya mengalami penyusutan lahan karena adanya alih fungsi lahan akibat perkembangan pembangunan sektor pariwisata. 2. Pertanian sawah di Kabupaten Badung memiliki peran strategis yaitu penyedia bahan pangan, dan aktifitas pertanian sawah menjamin konservasi atau pelestarian sumber daya alam maupun budaya. Waktu pengumpulan data selama dua bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai dengan November Sumber dan Jenis Data Sumber data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari sumber pertama berdasarkan hasil wawancara dan diskusi langsung dengan para responden, yaitu para pengambil keputusan (Pemerintah Kabupaten Badung), para praktisi di bidang pertanian, pariwisata dan industri kecil, sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari dinas/instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 25

26 Jenis data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka-angka tetapi berupa penjelasan/keterangan yang berhubungan dengan objek penelitian, seperti perkembangan pertanian sawah, keberadaan subak, pola tanam, persepsi petani, dan tata niaga komoditas padi, sedangkan data kuantitatif adalah data yang diukur dengan suatu alat ukur tertentu dan berbentuk angka-angka seperti luas areal pertanian sawah, input produksi, biaya-biaya produksi, produksi, produktivitas, harga gabah, jumlah petani, konsumsi dan pendapatan. 4.3 Metode Pengumpulan Data Pengambilan data menggunakan beberapa metode berikut ini. 1. Wawancara (Interview), dengan kuesioner terstruktur terhadap responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data-data dari responden sesuai dengan kuesioner yang telah ditentukan. 2. Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan tertentu. Wawancara mendalam ini dilakukan terhadap informan kunci seperti : Bappeda, Dinas Pertanian, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Penyuluh Pertanian, Petugas Pengamat Pengairan dan Kelian Subak, dengan memakai pedoman wawancara. Untuk melengkapi dan menyempurnakan data-data yang telah diperoleh dari wawancara dengan kuesioner terstruktur. 3. Observasi yaitu peninjauan langsung ke lapangan pada wilayah penelitian dengan menggunakan instrumen panduan pengamatan. Metode ini melengkapi

27 27 metode wawancara atau dengan kata lain memvalidasi metode wawancara. Dengan demikian data dan informasi yang diperoleh menjadi valid dan akurat. 4. Metode dokumentasi, adalah metode pengumpulan data dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang ada pada balai subak, instansi terkait dan catatan usahatani yang dimiliki oleh petani padi. 4.4 Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan responden dilakukan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk tujuan mengidentifikasi dan menganalisis kondisi faktor-faktor internal dan eksternal serta rumusan strategi yang akan dikembangkan untuk mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung dipilih responden sebanyak 20 orang ahli (expert) terdiri atas sebagaimana berikut. 1. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Badung 2. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Badung 3. Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung 4. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Kabupaten Badung 5. Kepala Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Badung 6. Kepala Bidang Pengelolaan Lahan dan Air pada Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung 7. Kepala Bidang SDM dan Penyuluhan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung

28 28 8. Kepala BPP sebanyak empat orang 9. Penyuluh Pertanian Lapangan sebanyak tiga orang 10. Pekaseh sebanyak lima orang 11. Pengamat Pertanian Untuk mengetahui apakah usahatani pertanian sawah menguntungkan, maka respondennya adalah pekaseh yang dipilih secara proporsional random sampling sebanyak 36 responden atau 30% dari total pekaseh yang tersebar di seluruh subak di Kabupaten Badung. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung, bahwa Kabupaten Badung memiliki 119 Subak/Kelompok Tani yang tersebar di 6 (enam) Kecamatan, seperti terlihat pada Tabel 4.1. No Tabel 4.1 Jumlah BPP, Subak dan Responden di Kabupaten Badung Kecamatan BPP (unit) Subak (unit) Jumlah Responden (orang) 1 Kuta Selatan Kuta 3-3 Kuta Utara Mengwi Abiansemal Petang Jumlah Sumber data : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Badung (2008).

29 Metode Analisis Data Data usahatani pertanian sawah, dalam hal ini komoditas padi sawah yang telah terkumpul selanjutnya ditabulasi dan dianalisis dengan pendekatan analisis usahatani. Sedangkan, untuk menganalisis tujuan kedua dan ketiga maka informasi data yang dihimpun dilakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung dengan menggunakan teknik perbandingan berpasangan (paired comparison) untuk setiap kegiatan bila ditinjau dari lingkungan internal dan eksternal, kemudian faktor tersebut dianalisis dan dievaluasi. Selanjutnya hasil analisis lingkungan internal dan eksternal ini dilanjutkan dengan tahapan analisis SWOT (strengths,weaknesses, opportunities, threats) dan QSPM (quantitative strategic planning matrix) Analisis usahatani Analisis ini dilakukan untuk menentukan semua unsur-unsur biaya dan penerimaan tunai dan non tunai pada usahatani yang tepat. Biaya usahatani dapat diturunkan dari: 1. Variabel cost: biaya langsung produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. 2. Fixed cost: biaya tidak langsung atau overhead cost seperti pajak, asuransi, suku bunga, suku cadang mesin, pemeliharaan umum tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja tetap. Gross output. Gross output = (total produksi ) x ( harga tingkat petani )

30 30 Total produksi termasuk yang di konsumsi dan yang digunakan sebagai benih. Bila memproduksi lebih dari satu Tahun perlu dibedakan antara gross output dalam satu musim dengan gross output dalam setahun. Bila ada stok yang diteruskan dari satu periode produksi ke periode produksi berikutnya maka gross output dihitung dengan formula sebagai berikut Gross output = (closing valuation + penjualan )-(opening valuation + pembelian) Gross output per satuan sumber akumulasi lebih informatif dalam membandingkan efisiensi daripada tanpa sumber akumulasi. Gross margin. Gross margin = (gross output) - (variabel cost). Bila : GM >FC : Menguntungkan GM = FC : break event GM < FC : rugi Keterangan GM = Gross margin FC = Fixed cost Gross margin dapat digunakan untuk memperkirakan analisis kemampuan untuk mendapatkan profit. Bila gross margin seluruh cabang usaha tani dinyatakan dengan are maka gross margin dapat digunakan untuk melihat profitabilitas cabang usahatani perluas lahan untuk menguji efesiensi cabang usaha tani (alat untuk menyeleksi secara rasional) Gross profit Gross profit = gross output total biaya Total biaya dapat dibagi menurut komponen berikut.

31 31 1. biaya bahan meliputi variabel cost, 2. biaya lain seperti pajak, penyusutan alat, sewa, 3. biaya pengoperasian tenaga kerja Biaya penyusutan dihitung dengan prosentase, biaya penyusutan berdasarkan penggunaan bangunan dan alat atas prosentase lahan yang dicurahkan pada usaha tani. Biaya lahan dibagi menurut dasar penggunaannya. Biaya lahan ditaksir pada tingkat sewa lahan yang berlaku kemudian dimasukkan kedalam biaya baik lahan yang disewa maupun tidak. Kontingensi ditaksir antara 5 s.d. 10%. Pendekatan dalam menghitung tingkat bunga 1. bunga dibayarkan kepada kreditur dilihat sebagai biaya (untuk menghitung net income) 2. Untuk membandingkan prosentase cabang usaha tani maka bunga dikeluarkan dari seluruh perhitungan (bunga tidak dilihat sebagai biaya ) 3. Dalam mengestimasi biaya produksi dalam menghitung gross profit, bunga ditaksir dengan suku bunga yang berlaku terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan. Biaya tenaga kerja ditentukan dengan menghitung tenaga kerja yang dipakai berasal dari luar dan dalam keluarga dikalikan dengan tingkat upah yang berlaku (Soekartawi, 2002).

32 Analisis lingkungan internal dan eksternal Analisis dengan menggunakan matriks IFAS (internal strategic factors analysis summary) dan EFAS (external strategic factors analysis summary) yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal yang dianalisis dalam mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung Analisis internal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh agent pembangunan dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Badung. Faktor tersebut dievaluasi dengan menggunakan matriks IFAS (internal strategic factors analysis summary) dengan langkahlangkah sebagai berikut. 1. Menyusun dalam kolom 1 kekuatan dan kelemahan mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung. 2. Memberi bobot pada semua faktor kekuatan dan kelemahan dengan range 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting) dan total bobot nilai sama dengan 1 (kolom 2). 3. Menghitung rating (kolom 3), masing-masing faktor dengan skala 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (sangat kurang), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung yang bersangkutan. Pemberian rating untuk faktor yang bersifat positif (kekuatan) diberi nilai + 1 (sangat kurang) sampai dengan + 4 (sangat baik). Faktor yang bersifat negatif (kelemahan), kebalikannya.

33 33 4. Penghitungan skor pada kolom 4 yaitu dengan mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi kegiatan mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung adalah lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 yang menunjukkan posisi internal yang cukup kuat. Matrik IFAS seperti disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Matriks IFAS (internal strategic factor analysis summary) Faktor-faktor Internal (1) Kekuatan Bobot (2) Rating (3) Skor (4) 1. 2 dst Kelemahan 1. 2 dst. Total Sumber : Rangkuti, (2000). Analisis eksternal dilakukan dengan maksud untuk mengetahui dan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang ada. Faktor eksternal yang dievaluasi tentunya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung. Dalam hal ini digunakan

34 34 Matriks EFAS (external strategic factors analysis summary) yang tahapannya sebagai berikut. 1. Menyusun dalam kolom 1 semua macam peluang dan ancaman. 2. Memberikan bobot dengan range 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting), sehingga total nilai sama dengan 1 (kolom 2). 3. Menghitung rating pada kolom 3, untuk masing-masing faktor dengan skala 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (sangat kurang), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung. Pemberian rating untuk faktor yang bersifat positif (peluang) diberi nilai + 1 (sangat kurang) sampai dengan nilai + 4 (sangat baik). Faktor yang bersifat negatif (kelemahan) kebalikannya. 4. Mengalikan nilai bobot pada kolom 2 dengan nilai rating pada kolom 3 untuk mendapatkan skor pada kolom Skor yang diperoleh dijumlahkan sehingga diperoleh total skor mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung. Total skor berkisar antara 1,0 sampai dengan 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

35 35 Matrik EFAS seperti pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Matriks EFAS (external strategic factor analysis summary) Faktor-faktor Eksternal (1) Peluang Bobot (2) Rating (3) Skor (4) 1. 2 dst Ancaman 1. 2 dst. Total Sumber : Rangkuti, (2000) Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) Analisis SWOT merupakan alat bantu berupa matrik yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi yang didasarkan pada situasi lingkungan internal dan eksternal. Analisis SWOT adalah kelanjutan dari analisis situasi internal-eksternal, dimana faktor-faktor internal berupa faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dikombinasikan dengan faktor-faktor eksternal berupa faktor-faktor peluang dan ancaman, dimana kombinasi ini akan menghasilkan beberapa strategi umum mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung. Menurut Rangkuti (2000) tahapan dalam merumuskan strategi mempertahankan pertanian sawah di Kabupaten Badung melalui matrik SWOT sebagai berikut. 1. Meletakkan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada kolom 2 dan kolom 3, faktor-faktor peluang dan ancaman masing-masing pada baris 2 dan baris 3 pada matriks SWOT (Tabel 4.4).

36 36 2. Merumuskan strategi SO yang merupakan kombinasi faktor-faktor kekuatanpeluang yang diletakkan dalam sel strategi SO. 3. Merumuskan strategi WO yang merupakan kombinasi faktor-faktor kelemahan-peluang yang diletakkan dalam sel strategi WO. 4. Merumuskan strategi ST yang merupakan kombinasi faktor-faktor kekuatanancaman yang diletakkan dalam sel strategi ST. 5. Merumuskan strategi WT yang merupakan kombinasi faktor-faktor kelemahan-ancaman yang diletakkan dalam sel strategi WT. Tabel 4.4 Matriks SWOT Situasi Internal Situasi Eksternal OPPORTUNITY (O) identifikasi faktor-faktor peluang THREAT (T) identifikasi faktor-faktor ancaman STRENGTH (S) Identifikasi faktor-faktor kekuatan STRATEGI SO Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman WEAKNESS (W) Identifikasi faktorfaktor kelemahan STRATEGI WO Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Strategi Matrik SWOT sebagai berikut. 1. Strategi SO (strength-opportunity) Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada.

37 37 2. Strategi ST (strength-threat) Menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman. 3. Strategi WO (weakness-opportunity) Menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan. 4. Strategi WT (weakness-threat) Berupaya meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Analisis QSPM (quantitative strategic planning matrix) QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternative secara objektif, berdasarkan key success factor internal-external yang telah diidentifikasi sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih dan untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Cara membuat tabel QSPM sebagai berikut. 1. Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan di sebelah kiri QSPM, informasi ini diambil dari matriks EFAS dan IFAS. 2. Memberi weight pada masing-masing eksternal dan internal. Weight ini sama dengan yang ada di matriks EFAS dan IFAS. 3. Meneliti matriks-matriks pada stage I dan identifikasikan alternative strategi yang dapat direkomendasikan dari hasil matriks SWOT, grand strategy, matriks profil kompetitif, dan matriks BCG.

38 38 4. Menetapkan attractiveness score (AS), yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan relatife untuk masing-masing strategi yang dipilih. AS ditetapkan dengan cara meneliti faktor internal dan eksternal, dan bagaimana peran dari tiap faktor dalam proses pemilihan strategi yang sedang dibuat. Batasan nilai attractive score adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik. 5. Menghitung total attractiveness score yang dapat dari perkalian weight dengan attractives score pada masing-masing baris. total attractiveness score menunjukkan relative attractiveness dari masing-masing alternatif strategi. 6. Menjumlahkan semua score attractiveness score pada masing-masing kolom QSPM. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternative strategi yang tertinggilah menunjukkan bahwa alternatif. 7. Strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menujukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.

39 BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Geografi dan Agroklimat Kabupaten Badung, memiliki luas wilayah 418,52 km 2 yang terdiri atas enam kecamatan, yaitu Kecamatan Kuta Selatan (101,13 km 2 ), Kecamatan Kuta (17,52 km 2 ), Kecamatan Kuta Utara (33,86 km 2 ), Kecamatan Mengwi (82,00 km 2 ), Kecamatan Abiansemal (69,01 km 2 ) dan Kecamatan Petang (115,00 km 2 ). Batas administrasi Kabupaten Badung adalah: a. Di sebelah utara : Kabupaten Buleleng b. Di sebelah timur : Kabupaten Bangli, Gianyar, dan Kota Denpasar c. Di sebelah selatan : Samudra Indonesia d. Di sebelah barat : Kabupaten Tabanan Secara geografis Kabupaten Badung terletak antara s.d Lintang Selatan dan s.d Bujur Timur. Ketinggian wilayah Kabupaten Badung berkisar antara 0 s.d m di atas permukaan laut (dpl) dan dengan kemiringan tanah 0 s.d. 40%. Jenis tanah adalah latosol dengan tekstur tanah didominasi oleh tekstur tanah sedang ha (69,75%), tekstur tanah halus ha (24,75%) dan tekstur tanah kasar ha (5,46%). Berdasarkan penggunaan lahan, dari luas wilayah yang ada sekitar 24,46% ( ha) merupakan lahan sawah, 41,49% ( ha) merupakan lahan pertanian bukan sawah seperti tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, hutan rakyat dan pekarangan yang ditanami tanaman pertanian. Sedangkan selebihnya 34,05% atau 39

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata CHAPTER-09 Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata SWOT Filosofi SWOT Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan dan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2006) penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Strategi Pengembangan Usaha Maharani Farm Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Potong Ayam Maharani Farm yang beralamat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung oleh wawancara terhadap para responden dan informasi-informasi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan, diperkirakan dan dipastikan dimasa yang akan datang. Perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian. 29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Jenis Kajian Ditinjau dari aspek tujuan penelitian, kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode deskriptif

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) III. METODE PEELITIA. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai Januari 2009 sampai dengan Maret 2009. Jenis dan Sumber Data.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pia Apple Pie yang berada di Jalan Pangrango 10 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran. 37 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata di Pulau Pasaran dan juga untuk mengetahu apa saja

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif, jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor faktor internal

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang meneliti suatu objek pada masa sekarang (Nazir,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Racangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode deskriptif

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT Godongijo Asri yang beralamat di Desa Serua, Kecamatan Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 8 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus pada Sondi Farm yang terletak di Kampung Jawa, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi dalam studi ini akan dijabarkan sebagai berikut: Kekuatan aspek internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci