PANDUAN PELAKSANAAN LABORATORIUM INOVASI ADMINISTRASI NEGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PELAKSANAAN LABORATORIUM INOVASI ADMINISTRASI NEGARA"

Transkripsi

1

2 PANDUAN PELAKSANAAN LABORATORIUM INOVASI ADMINISTRASI NEGARA Penerbit : Gedung B. Lt 5 Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat Telp Ext Fax : i

3 ii

4 KATA PENGANTAR Inovasi merupakan kunci untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing nasional, dan meningkatkan kesejahteraan bangsa. Namun, posisi dan keadaan inovasi di Indonesia tidaklah terlalu menggembirakan. Dalam Global Innovation Index, Indonesia menempati peringkat 87 dengan skor 31,8, turun dari peringkat 85 dengan skor 31,95 pada tahun Peringkat ini berada di bawah negara-negara tetangga lain di kawasan ASEAN seperti Vietnam (peringkat 71), Thailand (peringkat 48), Malaysia (peringkat 33), dan Singapura (peringkat 7). Sementara itu, Laporan Daya Saing Global yang dirilis World Economic Forum (2014) yang mensurvei 148 negara mennjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 38 dengan skor 4,53. Lagi-lagi, peringkat ini berada di bawah negara tetangga seperti Thailand (peringkat 37), Brunei (peringkat 26), Malaysia (peringkat 24), dan Singapura (peringkat 2). Jika Indonesia tidak berbenah secara cepat, maka kesulitan yang akan dialami Indonesia akan semakin menghebat mengingat pada tahun 2015 sudah mulai akan diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN, di mana barang, jasa, dan tenaga kerja akan bersirkulasi bebas di antara negara-negara ASEAN. Inovasi yang rendah akan berimplikasi pada daya saing yang rendah dan pada akhirnya Indonesia akan kalah bersaing dengan negara-negara ASEAN. Di antara sektor-sektor yang dituntut untuk melakukan inovasi secara akseleratif, sektor publik merupakan salah satu sektor yang paling diharapkan, khususnya sektor publik di daerah yakni pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota. Ini karena titik berat pembangunan dan pelayanan publik kini berada di daerah seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah. Dengan sektor publik yang inovatif, maka pelayanan publik menjadi semakin baik, masyarakat semakin berdaya, pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. Pada akhirnya, daya saing daerah dan kesejahteraan warga pun semakin meningkat. Hal ini semakin diperkuat dengan iii

5 ketentuan dalam UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintah daerah dapat melakukan inovasi, yang dipahami sebagai semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah (lihat Pasal 386). Sesungguhnya, telah terdapat beberapa pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala daerah inovatif dan menghasilkan kebijakan-kebijakan inovatif, terbukti dengan adanya beberapa best practices inovasi pemerintah daerah yang telah didokumentasikan (lihat misalnya 99 Inovasi Pelayanan Publik terbitan Kemenpan- RB). Namun, jika dibandingkan dengan total instansi di seluruh pemerintah daerah, yakni terdapat 34 propinsi, 390 kabupaten dan 97 kota, jumlahnya masih terbilang minor. Atas dasar itulah, maka dirasakan perlunya peningkatan dan pengembangan inovasi di lingkungan pemerintah daerah. Lembaga (LAN) pada tahun 2015 dan tahun 2016 telah menjalin kerjasama dengan beberapa pemerintah daerah untuk melakukan pendampingan, asistensi, dan fasilitasi inovasi melalui program yang disebut dengan Laboratorium Inovasi. Laboratorium Inovasi merupakan inovasi pada tataran kolektif dan organisasional, tercatat sampai dengan tahun 2016 ini terdapat 12 daerah kabupaten dan Kota yang telah dijadikan Laboratorium inovasi, dari 12 daerah tersebut telah dihasilkan ide inovasi, namun jika dibandingkan dengan jumlah daerah secara keseluruhan (521 daerah) yang meliputi 34 Propinsi, 390 Kabupaten dan 97 Kota, maka jumlah daerah yang menjadi Laboratorium Inovasi tersebut masih tergolong kecil (2 %), oleh sebab itu untuk mengakselerasi perkembangan inovasi di lingkungan pemerintah daerah dipandang perlu menyusun panduan-panduan dalam rangka Pengembangan Manajemen Laboratorium Inovasi Pemerintahan Daerah yang meliputi : a) ; b) Panduan Pelaksanaan Workshop Champion Innovation Pemerintah Daerah; c) Manual Sistem Informasi Laboratorium Inovasi (SINOLA); d) iv

6 Aplikasi Sistem Informasi Laboratorium Inovasi ; dan e) Panduan Penilaian Innovation Readiness Level. Diharapkan Adminstrasi Negara ini dapat dijadikan acuan bagi instansi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan Laboratorium Inovasi di daerahnya. Kami menyadari, panduan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan Panduan Pelaksanaan Laboratorium Inovasi, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para Narasumber yang selama ini telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini. Jakarta, Juli 2016 Deputi Inovasi Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH. MA v

7 vi

8 Kata Pengantar iii Daftar Isi vi Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Tujuan 3 Metode 4 Satu : Drum Up 6 Pengantar 6 Tujuan 8 Metode 8 Dua : Diagnose 9 Pengantar 9 Tujuan 11 Metode 12 Tiga : Design 14 Pengantar 14 Tujuan 16 Metode 17 Empat : Deliver 18 Pengantar 18 Tujuan 20 Metode 20 vii

9 Lima : Display 21 Pengantar 21 Tujuan 22 Metode 22 Enam : Penutup 23 Lampiran Lampiran 1 Persiapan Pra Laboratorium Inovasi 2 Lampiran 2 Drum-Up 39 Lampiran 3 - Instrumen Penilaian Innovation Readiness Level (IRL) 42 Lampiran 4 Diagnose 66 Lampiran 5 Design 75 Lampiran 6 Deliver 85 Lampiran 7 Display 89 viii

10 Latar Belakang INOVASI JALAN UTAMA Inovasi bukan lagi alternatif tetapi menjadi jalan utama yang harus ditempuh untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing nasional, dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Inovasi merupakan kunci untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing nasional, dan meningkatkan kesejahteraan bangsa. Namun, posisi dan keadaan inovasi di Indonesia tidaklah terlalu menggembirakan. Dalam Global Innovation Index (GII) tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 97 dengan skor 29,79, turun dari peringkat 87 dengan skor 31,8 pada tahun Peringkat ini berada di bawah negara-negara tetangga lain di kawasan ASEAN seperti Vietnam (peringkat 52), Thailand (peringkat 55), Malaysia (peringkat 32), dan Singapura (peringkat 7). Seiring dengan GII, Laporan Daya Saing Global yang dirilis World Economic Forum (2015) yang mensurvei 148 negara menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 34 dengan skor 4,52. Lagilagi, peringkat ini berada di bawah negara tetangga seperti Thailand (peringkat 31), Brunei (peringkat 26), Malaysia (peringkat 20), dan Singapura (peringkat 2). Jika Indonesia tidak mengakselerasi diri, maka tantangan dan hambatan Indonesia semakin berat. Hal ini tentunya tidak terlepas dari menghadapi perdagangan bebas yang telah dimulai sejak akhir tahun 2015, khususnya Masyarakat Ekonomi ASEAN, 1

11 di mana barang, jasa, dan tenaga kerja akan bersirkulasi bebas di antara negaranegara ASEAN. Inovasi menjadi salah satu tool dalam mengakselerasi peningkatan daya saing Indonesia. Setiap elemen negara yang meliputi pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil harus melakukan inovasi. Inovasi pada lingkungan instansi pemerintah meliputi antara lain kementerian, lembaga pemerintah non kementerian (LPNK), pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota sangat penting karena dapat mengakselerasi inovasi swasta dan masyarakat dalam meningkatkan pelayanan publik. Pemerintah daerah menjadi salah satu ujung tombak pelayanan publik yang wajib melakukan inovasi. Pelayanan publik yang inovatif akan meningkatkan pelayanan, pemberdayaan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, dan daya saing yang semakin tinggi. Kemampuan daya saing daerah yang tinggi pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inovasi, selain diperlukan untuk meningkatkan daya saing daerah dan meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat, pada dasarnya juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi dicanangkan untuk memperbaiki penyakit-penyakit di sektor publik melalui pembaruan di 8 area sasaran (organisasi, tata laksana, peraturan perundangundangan, SDM aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, dan mindset serta cultural set aparatur). Inovasi menjadi katalisator untuk mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi, di mana banyak program inovasi merupakan pengejawantahan dari upaya perubahan di area-area tersebut. Lebih jauh lagi, inovasi sesungguhnya dapat dimaknai sebagai reformasi birokrasi kontekstual, artinya pelaksanaan reformasi birokrasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan daerah setempat. Kesadaran pentingnya inovasi saat ini ditandai dengan telah diterbitkannya Undang- Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan peluang pemerintah daerah untuk melakukan inovasi. Tepatnya pada pasal 386 yang menyatakan bahwa dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan 2

12 Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi. Inovasi yang dimaksud adalah semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang berpedoman pada prinsip sebagai berikut: peningkatan efisiensi, perbaikan efektivitas, perbaikan kualitas pelayanan, tidak ada konflik kepentingan, berorientasi kepada kepentingan umum, dilakukan secara terbuka, memenuhi nilai-nilai kepatutan, dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri. Tujuan Champion Innovation Inovasi bukan lagi alternatif Mengispirasi, Menggalang tetapi menjadi jalan utama Dukungan, Menggali Ide, Merancang yang harus ditempuh Inovasi, Deliver dan Display Inovasi meningkatkan daya saing. Dengan pentingnya inovasi tersebut, Pusat Inovasi Tata Pemerintahan (Pusat INTAN)-Deputi Inovasi (DIAN)-Lembaga (LAN) menerbitkan buku panduan yang dapat digunakan sebagai referensi oleh para fasilitator laboratorium inovasi (champion innovation) dalam melakukan fasilitasi pelaksanaan laboratorium inovasi di lingkungan pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Tujuan Inovasi di sektor publik pada prinsipnya berisikan dimensi sikap (soft) dan dimensi teknis (hard). Dimensi sikap berurusan dengan bagaimana menggugah pengambil kebijakan untuk berinovasi, sedangkan dimensi teknis berurusan dengan penguasaan pengetahuan teknis (manajerial dan substantif) yang dibutuhkan oleh suatu inovasi. Oleh karena itu, buku panduan ini dimaksudkan untuk membekali setiap fasilitator laboratorium inovasi (champion innovation) untuk mengelola kedua dimensi ini dengan baik, yang ditunjukkan dengan kemampuan dalam: Menginspirasi pengambil kebijakan untuk mau berinovasi dan mau menggalang dukungan untuk berinovasi (drum up support) 3

13 Mengukur Innovation Readiness Level atau tingkat kesiapan instansi pemerintah dalam berinovasi dan menggali ide-ide inovasi baik yang berangkat dari permasalahan yang dihadapinya maupun untuk mewujudkan visi atau impiannya (diagnose) Merancang rencana aksi inovasi yang komprehensif (design) Melaksanakan inovasi secara fokus dan konsisten hingga tuntas (deliver) Menyampaikan progres dan manfaat inovasi kepada stakeholder atau lingkungannya (display) Metode Untuk mewujudkan kedua dimensi (soft dan hard) yang disebutkan di atas, maka model laboratorium inovasi dibagi ke dalam lima tahap yaitu Drum Up, Diagnose, Design, Deliver dan Display atau disingkat 5D. Seperti pada Gambar 1. Pada gambar sebelumnya, dimensi soft (mindset) yang berorientasi sikap lebih terkonsentrasi pada tahap drum up, sedangkan dimensi hard (teknokratis) berada pada diagnose, design, deliver dan display. Meskipun demikian, dalam praktek dimensi soft tersebut perlu terus diikutkan agar keseluruhan proses inovasi terlaksana dengan penuh semangat sehingga tujuan inovasi dapat dicapai dengan baik. 4

14 Drum Up merupakan tahapan pertama untuk menginspirasi dan menggugah semangat berinovasi. Kesadaran dan kemauan untuk berinovasi ini menjadi kondisi prasyarat sebelum inovasi dilakukan. Diagnose merupakan tahapan kedua untuk mengukur tingkat kesiapan instansi pemerintah dalam berinovasi dan mengidentifikasi serta menemukan ide inovasi. Tahap ini bertujuan untuk memetakan tingkat kesiapan beinovasi masing-masing instansi pemerintah serta memampukan untuk mendiagnosa masalah yang ada di organisasi, menentukan prioritas masalah, dan menemukan ide untuk mengatasi masalah tersebut. Design merupakan langkah ketiga untuk merancang desain/prototype inovasi secara lebih detail dan siap untuk diimplementasikan. Pada tahap ini akan diberikan pemahaman mengenai cara mendesain rencana kegiatan pelaksanaan inovasi, identifikasi stakeholders, dan strategi komunikasi. Deliver adalah langkah keempat yakni mengimplementasikan, memonitoring, dan mengevaluasi implementasi inovasi. Pada tahap ini akan dilakukan proses monitoring terhadap inovasi yang sedang dilaksanakan. Display merupakan tahap kelima untuk melakukan festival dan promosi inovasi. Tahap ini bertujuan untuk menyebarluaskan kegiatan inovasi yang telah dilakukan kepada stakeholder terkait termasuk kepada masyarakat luas. 5

15 Pengantar Kata Drum Up dalam bahasa Inggris berarti menabuh genderang. Jika kata ini digabung dengan kata support sehingga menjadi Drum Up Support maka akan berarti menggalang dukungan. Drum Up... membangun kesadaran kolektif untuk berinovasi Dalam pedoman ini, kata ini sengaja dipergunakan untuk menunjukkan bahwa inovasi di sektor publik berawal dari adanya perubahan mindset, adanya kemauan dan kesadaran untuk berinovasi. Tahap drum up ini merupakan tahapan awal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pengelolaan laboratorium inovasi. Tingkat kemauan dan motivasi untuk berinovasi pada setiap orang dan atau organsiasi sangat berbeda. Untuk itu, drum up dibutuhkan untuk membangun kesadaran kolektif untuk berinovasi. Tanpa kesadaran kolektif, gagasan inovasi yang secara teknis bagus dan memiliki manfaat yang luas tidak akan berarti. Gagasan tersebut pada akhirnya hanya tertuang dalam rencana tanpa pernah dilaksanakan dengan baik, karena kesadaran kolektif belum muncul untuk menerapkannya secara sungguh-sungguh. 6

16 Untuk membangun kesadaran kolektif tersebut, maka peranan pimpinan puncak (Bupati, Walikota, Gubernur, Pejabat Pimpinan Tinggi) adalah sangat strategis karena kewenangan formal yang dimilikinya. Dengan kewenangan tersebut, pimpinan puncak dapat menggerakkan bawahannya secara kolektif untuk mendukung pelaksanaan inovasi selanjutnya. Oleh karena itu, dalam rangka membangun kesadaran kolektif untuk berinovasi ini, maka seorang champion innovation perlu memastikan bahwa kesadaran, kemauan, dan motivasi untuk berinovasi harus lahir dari pimpinan puncak terlebih dahulu. Jika belum, maka sudah menjadi tugas seorang champion innovation untuk terus menyusun strategi untuk mengubah sikap atau mindset mereka. Dalam tahap drum up, champion innovation pada dasarnya bekerja dalam ranah afektif atau sikap perilaku. Bahan-bahan yang dipergunakan lebih banyak diarahkan untuk menginspirasi atau menggugah kesadaran untuk berinovasi. Contoh-contoh best practice atau success story seseorang menjadi bahan yang sangat penting untuk digunakan. Apalagi jika bahan tersebut mengandung efek dramatis yang dapat menggugah perasaan. Untuk meningkatkan penerimaan audience dalam suatu acara drum-up, seorang champion innovation perlu mengontekstualkan bahan-bahan yang dimiliki. Misalnya, jika akan melakukan drum up di kabupaten X, maka diupayakan menggali informasi-informasi kontekstual dari Kabupaten X. Bahan-bahan drum up yang mengandung prinsip-prinsip yang diuraikan di atas, dapat dilihat pada Lampiran 2. Untuk dapat menginspirasi, kepada para practicioner innovation (calon inovator) dalam suatu forum drum up, dapat diberikan beberapa pertanyaan yang mampu mengungkit semangat inovasi seperti: Bagaimana perasaan Anda/instansi jika menjadi model RB Nasional? Menjadi daerah termaju dan pusat pertumbuhan ekonomi indonesia? Menjadi benchmark dan barometer pembangunan daerah? Dan menjadi daerah yang menghasilkan inovasi terbanyak dan terbaik di indonesia? Dan, selanjutnya diteruskan dengan pertanyaan inginkah, mungkinkah, mampukah, maukah? 7

17 Jawaban dari pertanyaan di atas sangat mungkin terbentur oleh adanya blockset (hambatan/sumbatan) di antara para practicioner innovation dengan mitos inovasi yakni bahwa inovasi itu mahal, inovasi itu sulit, tidak memiliki ide, dan tidak tahu caranya berinovasi. Dalam menghancurkan blockset tersebut perlu ditunjukan dengan menyajikan antonim mitos dengan menyajikan berbagai evidence bahwa inovasi itu mudah, inovasi itu murah, banyak ide berinovasi, dan caranya sangat sederhana untuk berinovasi seperti kreatif, berpikir berbeda, berbuat berbeda, dan melakukan pembaharuan. Tujuan Tahapan drum up ini bertujuan untuk menginspirasi dan mengembangkan semangat inovasi para practicioner innovation baik secara individu mapun kolektif. Dengan demikian, willingness to innovate atau kemauan berinovasi terbentuk dan merupakan modal awal untuk melanjutkan ke tahap-tahap pengelolaan laboratorium inovasi berikutnya. Metode Mengingat fungsinya sebagai instrumen untuk menggugah semangat berinovasi, maka drum up dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti sosialisasi, kuliah umum, visitasi ke instansi yang telah berhasil berinovasi, dan lain sebagainya. Selain berbagai metode tersebut, practicioner innovation dapat menggunakan aplikasi SINOLA guna meningkatkan semangat berinovasinya secara swadaya. Metode atau kombinasi metode apapun yang dipilih, pada gilirannya kompetensi champion innovation memainkan peranan yang sangat signifikan. 8

18 Pengantar Esensi inovasi administrasi negara adalah adanya kebaruan dalam pelaksanaan suatu tugas di sektor publik. Kebaruan sering dimaknai sebagai sesuai yang bersifat out of the box atau di luar kotak yang berarti sesuatu yang selama ini tidak pernah dipraktekkan. Tentu saja kebaruan-kebaruan tersebut muncul dari ide-ide kreatif dan proses berpikir kreatif, sehingga mampu meng-create, yaitu menciptakan sesuatu yang baru. Kemampuan suatu instansi Diagnose... memunculkan ide / gagasan inovasi untuk menciptakan suatu gagasan baru ditentukan oleh tingkat kesiapan instansi ini dalam berinovasi. Hubungan antara tingkat kesiapan organisasi berinovasi dengan kualitas gagasan inovasi yang dihasilkan sangat erat. Instansi pemerintah yang kurang siap berinovasi dapat diprediksi bahwa kualitas gagasan inovasinya akan rendah. Mengacu pada keterkaitan kedua hal di atas, maka penting bagi champion innovation untuk terlebih dahulu mengetahui tingkat kesiapan suatu instansi pemerintah dalam berinovasi. Untuk mengetahui tingkat kesiapan berinovasi ini, terdapat 4 aspek yang perlu diukur secara akurat yaitu; (a) kepemimpinan, organisasi, sumberdaya manusia, dan implementasi kegiatan. Indikator masingmasing aspek ini dan tata cara mengukurnya dapat dilihat pada lampiran 3. 9

19 Oleh karena itu, tahap diagnose perlu dimaknai sebagai proses memfasilitasi caloncalon inovator (innovation practicioner) dari instansi pemerintah yang siap untuk berinovasi, untuk memunculkan ide-ide inovasi mereka. Pada tahap diagnose ini, terdapat dua cara yang dapat ditempuh untuk membantu champion innovation memunculkan potensi mereka dalam melahirkan ide-ide inovasi, yaitu berbasis masalah dan berbasis non-masalah. Pada cara yang berbasis masalah, seorang practicioner innovation menemukan ide inovasi dengan berangkat dari adanya permasalahan yang ditemukan dalam organisasinya. Cara ini dapat dianalogkan dengan seorang dokter yang melakukan diagnose terhadap seorang pasien. Tentu dia terlebih dahulu harus menentukan jenis penyakit dan kemudian menentukan tindakan yang harus dilakukan. Kesalahan dalam mendiagnosa organisasi dapat mengakibatkan kesalahan dalam menentukan penyakit organisasi yang berujung pada tindakan yang diambil juga keliru sehingga membahayakan organisasi. Cara mendiagnosa organisasi berbasis masalah ini dilakukan dengan tiga tahapan kegiatan yang berurut, yaitu inovator terlebih dahulu harus mengendalikan dirinya, atau menata niatnya bahwa ide inovasi yang akan dimunculkan sesungguhnya untuk kepentingan publik dan bukan kepentingan dirinya atau kelompok tertentu, kemudian menentukan tingkat kinerja organisasi, dan terakhir menentukan intervensi atau tindakan yang akan diambil. Intervensi atau tindakan inilah yang harus mengandung ide-ide kreatif yang memiliki unsur kebaruan. Dalam menentukan tingkat kinerja organisasi diagnosa ini, practicioner innovation perlu menentukan kesenjangan dengan mendeskripsikan kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan-kesenjangan tersebut bisa ditemukan pada unsur-unsur organisasi seperti output, proses, dan input organisasi. Berangkat dari kesenjangan tersebutlah, dapat dimunculkan ide-ide kreatif untuk menutup kesenjangan tersebut. Selain itu terdapat tools lain dalam mendiagnosa permasalahan organisasi seperti; (a) Pohon Masalah, (b) SWOT and TOWS Analysis, (c) Fishbone Diagram, (d) 5 Whys Analysis dan Force Field Analysis. Bahan-bahan 10

20 tentang cara mendiagnosa organisasi berbasis masalah ini dapat dilihat pada Lampiran 4 bagian Substansi Paparan Diagnose. Kedua adalah cara mendiagnosa organisasi yang berbasis non-masalah. Ide inovasi dengan cara ini dimunculkan dengan menggunakan teknik atau template berpikir kreatif. Dengan teknik ini, seorang practicioner innovation dapat menemukan ide kreatif secara langsung. Oleh karena itu, seorang practicioner innovation perlu menguasai teknik atau template tersebut. Beberapa template yang dapat dipergunakan adalah innovation shopping, analisis morfologi, berpikir terbalik, dan lain-lain. Pada Lampiran 4 bagian Substansi Paparan Diagnose, memperlihatkan berbagai teknik dan template berpikir kreatif. Ide-ide inovasi yang dihasilkan baik melalui teknik mendiagnosa organisasi maupun melalui teknik template berpikir kreatif perlu dikomunikasikan dengan kepala daerah atau pimpinan puncak tempat laboratorium inovasi dilaksanakan. Persetujuan mereka terhadap ide-ide inovasi dibutuhkan untuk melanjutkan proses inovasi ke tahap berikutnya yaitu tahap design. Seorang practicioner innovation wajib menjadikan persetujuan pimpinan puncak sebagai persyaratan ke tahap design. Tujuan Tahap diagnose ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesiapan instansi berinovasi dan memfasilitasi practicioner innovation untuk menemukan ide inovasi, yaitu gagasan-gagasan yang mengandung unsur kebaruan. Oleh practicioner innovation, ide inovasi ini diyakini dapat meningkatkan kinerja organisasinya. 11

21 Metode Untuk mencapai tujuan tahap diagnose, maka metode yang dipergunakan adalah workshop. Dengan metode ini, practicioner innovation akan bekerja, menggali potensi yang dimilikinya, dan mengerahkan segala kompetensinya untuk menemukan ide-ide inovasi. Dalam workshop ini berbagai tool diperkenalkan untuk dipergunakan. Pertama adalah beberapa tools dalam mendiagnosa permasalahan dan yakni : Pohon Masalah SWOT and TOWS Analysis Fishbone Diagram 5 Whys Analysis dan Force Field Analysis Selain itu terdapat beberapa teknik atau template berfikir kreatif yaitu: Organizational diagnosis Morphology analysis Template/Fast idea generation Innovation shopping Setelah dilakukan workshop Diagnose oleh seorang champion innovation kepada innovation practicioner, maka akan dilanjutkan dengan proses validasi ide inovasi. Terdapat 2 pilihan metode validasi ide inovasi yakni; 1. Metode pertama adalah berupa kegiatan presentasi dan review ide inovasi yang telah dibuat oleh practicioner innovation di hadapan champion innovation, master innovation dan pejabat daerah terkait. Pada metode pertama ini, seorang champion dapat menilai dan memberikan saran atas ide inovasi yang dihasilkan oleh practicioner. 2. Metode kedua adalah berupa proses konsultasi (desk consultation) antara practicioner innovation kepada para champion innovation dan master innovation. Pada metode kedua ini, seorang practicioner innovation dapat 12

22 menerima masukan dari champion dan master secara tatap muka dan lebih mendalam atas ide inovasi yang dihasilkannya. Pada pelaksanaannya, seorang champion harus memilih salah satu metode tersebut guna menilai dan memperbaiki kualitas ide-ide inovasi yang digagas oleh practicioner innovation. Selain workshop, terdapat metode lain yang dapat digunakan practicioner innovation untuk meningkatkan kompetensinya dalam menciptakan ide inovasi. Metode tersebut adalah dengan menggunakan aplikasi SINOLA. Melalui aplikasi SINOLA, practicioner dapat mempelajari teknik mendiagnosa secara mandiri melalui bahan-bahan yang disediakan. Selain itu, practicioner innovation dapat menginput data ide inovasi sekaligus berkonsultasi dengan master dan champion innovation terkait pembuatan ide inovasi. 13

23 Pengantar Seperti halnya tahap diagnose, tahap design ini juga bersifat teknis, yaitu bagaimana menuangkan ide inovasi ke dalam suatu rancangan rencana aksi yang detail. Oleh karena itu, desain DESAIN inovasi sangat penting karena akan mendetailkan langkahlangkah mewujudkan ide inovasi yang sudah diperoleh.... MENYUSUN RENCANA AKSI INOVASI Penyusunan sebuah rencana aksi diperlukan dalam merencanakan inovasi yang yang ingin diimplementasikan. Rencana aksi inovasi mengandung beberapa unsur yang kami rangkum dalam akronim ASKABB (Apa, Siapa, Kapan, Apa, Bagaimana, dan Berapa sebagai berikut: a) Apa saja langkah/kegiatan yang harus dilakukan untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan; b) Siapa dan/atau dengan siapa langkah/kegiatan tersebut dilaksanakan; c) Kapan langkah/kegiatan tersebut dilaksanakan; d) Apa produk atau output pada setiap langkah/kegiatan tersebut; e) Bagaimana cara atau metode yang digunakan untuk menghasilkan output suatu kegiatan; f) Berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan/langkah tersebut dan dari manakah sumbernya Tabel 1 di bawah ini dapat dipergunakan sebagai instrumen untuk menyusun rencana aksi inovasi. 14

24 Tabel 1 Rencana Aksi Inovasi NO TAHAP KEGIATAN PELAKSANA WAKTU OUTPUT METODE BIAYA 1 Perancangan 2 Pembuatan 3 Ujicoba 4 Implementasi 5 Monev Terdapat 5 tahap dalam pengelompokkan kegiatan/ aktivitas dalam pelaksanaan ide inovasi yakni (a) Perancangan Inovasi, (b) Pembuatan Inovasi, (c) Ujicoba Inovasi, (d) Implementasi Inovasi hingga (e) Monitoring dan Evaluasi Inovasi. Kegiatan yang masuk pada tahap Perancangan berisi berbagai kegiatan/ aktivitas administratif dan perencanaan awal sebelum inovasi tersebut dibuat. Selanjutnya, kegiatan yang masuk tahap Pembuatan Inovasi berisikan kegiatan/ aktivitas guna membentuk produk, sistem atau mekanisme kerja inovasi. Kemudian pada tahap Ujicoba dipaparkan segala kegiatan/aktivitas terkait pengujicobaan inovasi terbatas pada beberapa lokus atau daerah terpilih. Tahap Implementasi berisikan kegiatan/aktivitas dalam mengimplementasikan produk inovasi pada seluruh area atau masyarakat penerima layanan. Sedangkan pada tahap monitoring dan evaluasi berisikan kegiatan/aktivitas yang berfungsi memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan inovasi. Contoh rencana aksi yang telah berisi kegiatan/ aktivitasnya dapat dilihat pada Lampiran 5 bagian Output Design. Perlu diketahui oleh setiap champion innovation bahwa rencana aksi inovasi sarat dengan pengetahuan teknis baik yang bersifat administratif atau manajerial maupun yang bersifat substantif. Oleh karena itu, untuk memastikan keakuratan dari rencana aksi ini, seorang practicioner innovation perlu didampingi oleh pihak atau lembaga yang memiliki keahlian (expertise) di bidang substantif tersebut. Misalnya, seorang practicioner innovation yang akan berinovasi di sektor pertanian 15

25 maka rencana aksinya perlu divalidasi oleh pihak atau lembaga yang memiliki keahlian di bidang pertanian. Di samping rencana aksi inovasi, seorang practicioner innovation perlu memetakan stakeholder dan menyusun strategi komunikasi untuk stakeholder. Hal ini tidak berlaku umum, namun hanya pada inovasi tertentu terutama yang memiliki stakeholder eksternal atau yang di luar jangkauan kewenangan practicioner innovation. Tujuan utama pemetaan stakeholder ini adalah sebagai alat bantu bagi practicioner innovation dalam menyusun strategi komunikasi terutama kepada stakeholder yang tidak diuntungkan oleh suatu inovasi. Stakeholder seperti ini memiliki kecenderungan resistensi yang tinggi terhadap inovasi dan karena itu kemungkinan besar akan menolak inovasi tersebut. Oleh karena itu, seorang champion innovation perlu menguasai teknik membangun koalisi yaitu kemampuan menyusun strategi komunikasi yang tepat untuk menggiring (framing) stakeholder tertentu yang menolak inovasi menjadi menerima inovasi. Metode pemetaan stakeholder dapat dilihat pada Lampiran 5. Rencana aksi inovasi dan pemetaan stakeholder (jika dibutuhkan) juga perlu terus dikomunikasikan dengan pimpinan puncak (Bupati, Walikota, Gubernur, Jabatan Pimpinan Tinggi) untuk mendapat persetujuan. Jika sudah disetujui, maka proses inovasi dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap deliver atau pelaksanaan inovasi. Tujuan Tahap design inovasi bertujuan untuk menghasilkan rencana aksi inovasi, termasuk pemetaan stakeholder berikut strategi komunikasinya jika diperlukan. 16

26 Metode Untuk menghasilkan rencana aksi dan/atau pemetaan stakeholder, maka tahap design inovasi ini menggunakan metode workshop. Dengan metode ini, practicioner innovation lah yang akan bekerja membuat rencana aksi tersebut. Champion innovation bertugas memfasilitasi mereka dengan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menghasilkan rencana aksi dan/atau pemetaan stakeholder. Setelah dilakukan workshop Design oleh seorang champion innovation kepada practicioner innovation, maka akan dilanjutkan dengan proses validasi rencana aksi inovasi. Terdapat 2 pilihan metode validasi rencana aksi inovasi yakni; 1. Metode pertama adalah berupa kegiatan presentasi dan review ide inovasi yang telah dibuat oleh practicioner innovation di hadapan champion innovation dan pejabat daerah terkait. Pada metode pertama ini, seorang champion dapat menilai dan memberikan saran atas ide inovasi yang dihasilkan oleh practicioner innovation. 2. Metode kedua adalah berupa proses konsultasi (desk consultation) antara practicioner innovation kepada para champion innovation. Pada metode kedua ini, seorang practicioner innovation dapat menerima masukan dari champion secra tatap muka dan lebih mendalam atas ide inovasi yang dihasilkannya. Pada pelaksanaannya, seorang champion harus memilih salah satu metode tersebut guna menilai dan memperbaiki kualitas rencana aksi inovasi yang dirancang oleh practicioner innovation. Selain workshop, terdapat metode lain yang dapat digunakan practicioner innovation untuk meningkatkan kompetensinya dalam menciptakan rencana aksi inovasi. Metode tersebut adalah dengan menggunakan aplikasi SINOLA. Melalui aplikasi SINOLA, practicioner dapat mempelajari teknik membuat rencana aksi secara mandiri melalui bahan-bahan yang disediakan. Selain itu, practicioner innovation dapat menginput data rencana aksi inovasi sekaligus berkonsultasi dengan master dan champion innovation terkait pembuatan rencana aksi tersebut. 17

27 Pengantar Tahap deliver atau tahap pelaksanaan inovasi merupakan tahap yang memiliki waktu yang cukup panjang. Jumlah kegiatan/langkah dan lamanya waktu pelaksanaan setiap kegiatan/langkah berkontribusi terhadap jangka waktu pelaksanaan suatu inovasi. Mungkin ada inovasi yang membutuhkan waktu beberapa bulan, satu tahun, bahkan beberapa tahun. Seorang champion innovation perlu memahami bahwa waktu pelaksanaan suatu inovasi tidak menjadi masalah. Practicioner innovation perlu diberi kebebasan untuk menentukan waktu DELIVER penyelesaian pelaksanaan rencana aksi sesuai kebutuhan waktu yang diperlukan.... menginformasikan kepada berbagai pihak bahwa inovasi sudah mulai dilaksanakan Tahap deliver ini diawali dengan pelaksanaan launching atau peluncuran pelaksanaan inovasi. Bentuk kegiatannya bisa bersifat formal seremonial namun bisa juga bersifat informal. Jika berbentuk formal seremonial, seorang champion innovation perlu memastikan penanda apa yang dipergunakan untuk menyatakan bahwa inovasi sudah mulai diluncurkan. Penandanya bisa bervariasi mulai dari pemukulan gong, penandatanganan rencana aksi, pengetukan palu, dan lain-lain. Intinya adalah 18

28 acara tersebut menginformasikan kepada berbagai pihak bahwa inovasi sudah mulai dilaksanakan. Peluncuran inovasi ini dikaitkan dengan kinerja practicioner innovation sehingga menjadi kontrak kinerja antara pimpinan puncak dengan practicioner innovation. Dengan demikian, acara peluncuran inovasi berupa acara penandatangan kontrak kinerja. Format kontrak kinerja yang dipergunakan hendaknya diserahkan kepada pihak yang melaksanakan inovasi. Namun, apabila ingin mengetahui contoh format kontrak kinerja dapat dilihat Lampiran 6. Selain peluncuran inovasi, dalam masa deliver ini, seorang champion innovation juga perlu melakukan monitoring terhadap pelaksanaan setiap langkah/kegiatan. Dengan menggunakan rencana aksi, seorang champion innovation perlu memantau progres pelaksanaan dari masing-masing langkah/kegiatan. Tujuan utama kegiatan monitoring ini adalah untuk memastikan inovator tetap disiplin melaksanakan langkah-langkah yang sudah direncanakan. Instrumen monitoring menggunakan instrumen rencana aksi yang sudah terisi lengkap sebagaimana terlihat pada Tabel 1 sehingga champion innovation cukup melakukan check dan recheck terhadap implementasi rencana aksi tersebut. Cara kedua dalam melakukan monitoring adalah dengan menggunakan form monitoring laboratorium inovasi. Seorang champion dapat mengecek progress dari pelaksanaan masing-masing langkah/kegiatan menggunakan form tersebut. Cara ketiga dalam melakukan monitoring secara virtual melalui Sistem Informasi Laboratorium Inovasi (SINOLA). Pada portal SINOLA ini, seorang champion dapat mengecek progress dari pelaksanaan masing-masing langkah/kegiatan inovasi melalui akun champion innovation yang mereka miliki. Segera setelah champion masuk menggunakan akun mereka, mereka dapat melihat bukti-bukti rencana aksi yang telah dikirim pada dalam panel history delivery 1. Pada panel delivery tersebut akan nampak berapa kegiatan yang telah diunggah evidence pelaksanaannya oleh 1 Penjelasan terkait penggunaan SINOLA dapat diihat pada Manual Penggunaan SINOLA 19

29 practicioner innovation. Evidence tersebut bisa berupa dokumen, foto kegiatan dan foto produk output inovasi. Setiap permasalahan yang menyebabkan perlambatan atau bahkan kemandekan pelaksanaan inovasi perlu diatasi oleh champion innovation. Champion inovation perlu menyadari bahwa pada umumnya permasalahan dapat bersumber dari dimensi soft inovasi, yaitu willingness to innovate mengendor, sehingga semangat untuk mengerjakan inovasi menjadi menurun. Di samping itu, permasalahan juga bersumber dari ability to innovate yaitu inovator tidak memiliki pengetahuan (manajerial atau substantif) yang cukup untuk melaksanakan inovasi. Melalui kegiatan monitoring, champion innovation seyogianya dapat memahami sumber permasalahan dan memberikan solusi yang tepat. Kegiatan monitoring dapat dilakukan melalui pemantauan jarak jauh dengan menggunakan teknologi informasi melalui situs inovasi Lembaga Administrasi Negara. Jika diperlukan, pemantauan juga dapat dilakukan dengan memonitor pelaksanaan inovasi secara langsung di lapangan. Tujuan Tahapan deliver bertujuan untuk melaksanankan inovasi sesuai dengan rencana aksi yang telah didesain. Pelaksanaan inovasi diawali dengan peluncuran inovasi dan dilanjutkan dengan monitoring untuk mengetahui berbagai kendala dan hambatan dalam implementasi inovasi serta memastikan pelaksanaan inovasi tetap berjalan hingga inovasi selesai. Metode Selama deliver terdapat dua kegiatan utama yaitu peluncuran pelaksanaan inovasi dan monitoring inovasi. Peluncuran pelaksanaan inovasi dilakukan dengan acara seremonial yang dapat bersifat formal maupun informal. Sedangkan monitoring dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dilakukan antara lain dengan observasi dan survei lapangan. Sedangkan monitoring secara tidak langsung dengan menggunakan SINOLA atau berbagai media komunikasi online lainnya. 20

30 DISPLAY ajang show off, blow your own trumpet, pengumuman... Pengantar Untuk mengumumkan kepada stakeholder termasuk kepada masyarakat, seorang inovator perlu melaporkan kegiatan inovasi yang telah dilakukan. Kegiatan ini disebut display dan merupakan salah satu bentuk akuntabilitas inovator kepada publik. Di samping itu, kegiatan display dimaksudkan sebagai ajang show off, blow your own trumpet, pengumuman kepada dunia luar bahwa Anda sebagai practicioner innovation sudah berbuat sesuatu untuk kepentingan publik. Dalam kegiatan ini, inovator memamerkan proses inovasi yang dilakukan. Jika memungkinkan, kegiatan ini juga memamerkan hasil inovasi apabila inovasi telah selesai dilaksanakan. Kegiatan display dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pameran, talkshow, maupun seminar. Lalu apa saja yang dipamerkan atau ditampilkan dan bagaimana cara melakukannya? Seorang champion innovation perlu memastikan bahwa practicioner innovation melakukan pendokumentasian yang lengkap terutama dalam bentuk gambar atau foto. Inovator perlu memamerkan bagaimana kondisi awal sebelum inovasi dilakukan, kondisi setelah inovasi dilakukan atau kondisi 21

31 akhir setelah inovasi, dan milestones atau langkah yang ditempuh untuk mewujudkan inovasi. Semua informasi tersebut dapat ditampilkan oleh practicioner innovation dengan berbagai macam bentuk display yang informatif dan komunikatif, misalnya; (a) brosur, (b) pamflet, (c) banner atau x-banner, (d) penayangan video tentang inovasi, dan (e) bentuk media display lainnya. Tata-cara dan bentuk pendokumentasian inovasi untuk kebutuhan display dapat dilihat pada Lampiran 7. Untuk membuat kegiatan display lebih semarak, champion innovation dapat menambahkan kegiatan penilaian hasil inovasi dengan menghadirkan juri yang akan menentukan practicioner innovation mana yang menjadi pemenang. Dalam penjurian ini, dua kriteria perlu dipertimbangkan yaitu kebaruan yang terkandung dalam suatu inovasi dan keluasaan manfaat yang ditimbulkannya. Efektivitas kegiatan display tentu ditentukan oleh banyak jumlah pengunjung dan luasnya kegiatan tersebut diekspose di media. Oleh karena itu, inovator perlu mengundang sebanyak mungkin stakeholder untuk mengunjungi kegiatan Display ini, dan menghadirkan sebanyak mungkin media untuk meliputnya. Tujuan Tujuan dari display inovasi adalah untuk memperkenalkan, menyosialisasikan, dan mendapatkan masukan stakeholders mengenai inovasi yang telah dilakukan sehingga ke depannya, inovasi dapat dilanjutkan dan dikembangkan menjadi lebih baik. Metode Kegiatan Display dilakukan dalam beragam bentuk misalnya melalui (a) pameran inovasi, (b) talkshow inovasi, (c) seminar inovasi, atau gabungan dua atau ketiga hal ini. 22

32 Model berinovasi 5D yang berisi lima langkah dalam melaksanakan laboratorium inovasi administrasi yaitu drum up, diagnose, design, deliver, dan display merupakan model yang diperkenalkan oleh Lembaga dalam berinovasi di sektor publik. Seorang champion innovation perlu menguasai model ini terlebih dahulu sebelum turun ke lapangan melakukan fasilitasi atau pendampingan ke instansi pemerintah (pusat dan daerah) untuk melaksanakan kegiatan laboratorium inovasi. Model berinovasi 5D ini adalah jawaban konkret untuk memecahkan dua tantangan utama dalam berinovasi di sektor publik yaitu willingnes to inovate dan ability to innovate. Model berinovasi 5D diyakini dapat membuat pejabat instansi pemerintah dari tidak menyukai inovasi menjadi menyukai inovasi, melakukan inovasi, dan memiliki inovasi di instansi yang dipimpinnya. Untuk menjangkau pelaksanaan laboratorium inovasi ke seluruh instansi pemerintah mulai dari kementerian, lembaga, provinsi, kota dan kabupaten, kecamatan, bahkan kelurahan dan desa, Lembaga saat ini sedang membangun sistem pengelolaan laboratorium inovasi dengan menjadikan model berinovasi 5D sebagai inti yang akan menggerakkan sistem tersebut. Dimulai dari Lembaga di mana para innovation master bekerja akan membentuk tim champion inovation di setiap Pemerintah Provinsi, Kementerian, dan Lembaga. Para champion innovation inilah yang akan menggunakan model berinovasi 5D untuk membimbing para inovator (innovation practitioner) melakukan inovasi di kabupaten/kota dan unit organisasinya masing-masing. Selain itu, 23

33 Lembaga tengah mengembangkan sebuah Laboratorium Inovasi Virtual atau yang disebut dengan Sistem Informasi Laboratorium Inovasi (SINOLA). Melalui penggunaan SINOLA, penyelenggaraan laboratorium inovasi mampu diakselerasi ke lebih banyak daerah secara online. Dengan demikian, arus inovasi diharapkan akan lebih masif menjangkau seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah di Indonesia. Tentu saja model berinovasi 5D beserta sistem pengelolaan laboratorium inovasi tersebut perlu diperlakukan sebagai model berinovasi yang dinamis. Pandangan kritis perlu terus diberikan agar kinerja model berinovasi ini dapat lebih di tingkatkan lagi dimasa-masa mendatang. Oleh karena itu, segala jenis kritikan konstruktif yang disampaikan akan kami apresiasi setinggi-tingginya. 24

34 Lampiran 1 PERSIAPAN PRA-LABORATORIUM INOVASI Sebagaimana lazimnya penyelenggaraan suatu acara, laboratorium inovasi juga membutuhkan beberapa langkah persiapan sebelum dimulai pelaksanaannya. Persiapan ini cukup penting guna memastikan keberhasilan dalam pelaksanaan acara pada tiap tahap Laboratorium Inovasi. Persiapan laboratorium inovasi terdiri atas 2 aspek yakni legal dan teknis. Persiapan dari sisi legalitas ini berupa penyiapan dokumen yang bersifat legal-administratif sebagai basis kerjasama antara lembaga pembina Laboratorium Inovasi dengan pemerintah daerah sebagai penyelenggara Laboratorium Inovasi. Sedangkan persiapan secara teknis, berupa pembentukan struktur tim pelaksana pada pemerintah daerah yang menjadi mitra dalam penyelenggaraan Laboratorium Inovasi. Persiapan Legalitas Pada persiapan legalitas, perlu dibuat dokumen legal-administratif yang berfungsi sebagai landasan hukum kerjasama penyelenggaraan laboratorium inovasi oleh pemerintah daerah dengan Lembaga (LAN). Dokumen yang dimaksud adalah Memorandum of Understanding (MoU) dan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara Pemerintah Daerah dengan LAN. Dokumen MoU menjadi dasar yang legitimate bagi dua institusi, dalam hal ini LAN dan Pemerintah Daerah, untuk melakukan kerjasama dalam berbagai core business yang ditangani LAN, di antaranya diklat aparatur, kajian kebijakan, inovasi administrasi negara, dan penyelenggaraan pendidikan tinggi ilmu administrasi. Namun, pembuatan MoU ini tidak diperlukan apabila pemerintah daerah telah membuat MoU dengan LAN sebelumnya dan masih berlaku hingga tercapai kesepakatan pelaksanaan laboratorium inovasi. 25

35 Contoh MoU Kabupaten Kutai Kartanegara 26

36 27

37 28

38 Dokumen kedua yang diperlukan sebagai landasan hukum pelaksanaan laboratorium inovasi adalah Surat Perjanjian Kerjasama (SPK). SPK merupakan turunan dari MoU yang mengatur mengenai hal-ihwal mekanisme dan aturan main kerjasama di antara dua institusi untuk suatu bidang atau program tertentu, yang dalam hal ini laboratorium inovasi. Pembuatan SPK harus menyesuaikan dengan rancang bangun kemitraan laboratorium inovasi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan LAN. Rancang bangun kemitraan tersebut sangat dipengaruhi oleh mekanisme penganggaran dan pembagian tugas pada masingmasing pihak dalam penyelenggaraan laboratorium inovasi. Sehingga dalam pembuatan SPK perlu komunikasi intensif antara kedua belah pihak terkait kontennya. Komunikasi ini dapat dibangun secara efektif sepanjang penyelenggaraan laboratorium inovasi apabila telah dibangun sebuah tim pelaksana laboratorium inovasi di daerah yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. 29

39 Contoh Format Surat Perjanjian Kerjasama Lab Inovasi 30

40 31

41 32

42 33

43 34

44 35

45 Persiapan Teknis Aspek kedua yang perlu dipersiapkan dalam penyelenggaraan laboratorium inovasi adalah pembuatan tim pelaksana laboratorium inovasi di daerah yang disebut dengan Tim Daerah. Tim ini berperan sebagai sekretariat atau koordinator dalam pelaksanaan laboratorium inovasi pemerintah daerah. Beberapa tugas yang dilaksanakan oleh Tim Daerah antara lain; 1. Panitia penyelenggara acara setiap kali tim fasilitator LAN melakukan Workshop laboratorium inovasi pada tahap Drum-Up, Diagnose, dan Design, termasuk mengkoordinasikan peserta SKPD yang menjadi peserta laboratorium inovasi 2. Tim Daerah juga bertugas mempersiapkan segala sesuatunya ketika tim fasilitator LAN berkunjung ke lapangan dalam rangka Monitoring, atau Display Inovasi, termasuk mengkoordinasikan peserta SKPD yang menjadi peserta laboratorium inovasi; 3. Mengkoordinasikan pengumpulan semua dokumen yang diperlukan sepanjang proses pelaksanaan laboratorium inovasi (termasuk MoU dan SPK) ; 4. Sebagai Admin Daerah dalam portal Laboratorium Inovasi Virtual (SINOLA) 2 ; 5. Sebagai pihak penghubung yang menjembatani SKPD peserta laboratorium inovasi dengan LAN untuk segala urusan terkait penyelenggaraan laboratorium inovasi Tim Daerah sebaiknya dipilih berdasarkan unit atau SKPD pemerintah daerah yang memiliki posisi cukup strategis dalam mengkoordinasikan pelaksanaan laboratorium inovasi. Bagian Organisasi Sekertariat Daerah merupakan salah satu contoh unit pemerintah daerah yang cukup strategis dalam mengontrol pelaksanaan laboratorium inovasi, terutama fungsi koordinasi peserta. Hal ini dapat 2 Penjelasan terkait peran Tim Teknis Daerah sebagai Admin Daerah SINOLA dapat dilihat pada manual penggunaan SINOLA 36

46 dilihat pada laboratorium inovasi Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2015, di mana pihak yang berperan sebagai Tim Daerah adalah Bagian Organisasi, Setda Kota Yogyakarta. Begitu pula dengan contoh pelaksanaan laboratorium inovasi di kabupaten Majalengka tahun 2015 di mana bagian organisasi juga berperan sebagai Tim Daerah. Tim Daerah juga sebaiknya unit atau SKPD pemerintah daerah yang berisikan individu-individu yang memiliki komitmen kuat dalam melaksanakan inovasi. Hal ini terlihat pada laboratorium inovasi Kabupaten Muara Enim tahun 2015, di mana BAPPEDA yang bertindak sebagai Tim Daerah. BAPPEDA merupakan unit yang cukup bersemangat dalam berinovasi sehingga mereka yang berperan sebagai leading sector dalam pelaksanan laboratorium inovasi Muara Enim. Selain itu, disarankan bahwa individu dalam Tim Daerah mengikuti Workshop Champion Innovation atau pelatihan fasilitator laboratorium inovasi yang diadakan LAN, sehingga dapat mendukung pelaksanaan laboratorium inovasi di daerahnya dengan lebih optimal. Unit atau SKPD yang menjadi Tim Daerah juga ikut serta sebagai peserta laboratorium inovasi. Pada semua daerah laboratorium inovasi di tahun 2015 dan 2016, Tim Daerah mereka juga ikut sebagai peserta laboratorium inovasi daerah. Posisi sebagai koordinator tidak lantas menghilangkan kesempatan unit atau SKPD tersebut sebagai peserta laboratorium inovasi. Tim Daerah juga sebaiknya mengandung cross-sector team berisikan individuindividu lintas SKPD/ unit di pemerintah daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat pada penyelenggaraan Laboratorium Inovasi Kebumen, Kupang, dan Tarakan di tahun 2016 di mana Tim Daerah berisikan individu lintas instansi. Penggunaan individu lintas SKPD/ unit ini bertujuan untuk mempermudah koordinasi Tim Daerah dalam (a) mengundang SKPD/ unit peserta, (b) mengumpulkan dokumen, (c) membantu fasilitator (champion) laboratorium inovasi dalam memvalidasi ide atau rencana 37

47 aksi inovasi, (d) membantu fasilitator memonitoring implementasi inovasi, serta (e) kegiatan-kegiatan lainnya yang mungkin dbutuhkan. Persiapan teknis lainnya yang dibutuhkan dalam persiapan laboratorium inovasi adalah pertemuan awal antara pemerintah daerah yang ingin melaksanakan laboratorium inovasi dengan LAN sebagai champion innovation (fasilitator). Pertemuan ini dilakukan sebelum pelaksanaan laboratorium inovasi. Pertemuan awal ini diperlukan guna membahas kerangka kerja pelaksanaan antara lain; (a) pemahaman terkait penyelenggaraan laboratorium inovasi (b) skema anggaran, (c) pembagian tugas antara fasilitator Laboratorium Inovasi dengan Tim Daerah, (d) milestone jadwal pelaksanaan pada tiap tahap, (e) perancangan draft MoU dan SPK, dan (f) persiapan teknis lainnya yang dibutuhkan. 38

48 Lampiran 2 DRUM-UP Persiapan Teknis Penyelenggaraan Tahap Drum-Up merupakan tahapan yang cukup penting dalam laboratorium inovasi. Pada tahap ini diharapkan dapat memacu semangat berinovasi dari SKPD peserta Laboratorium Inovasi. Pada tahap Drum-Up inilah biasanya dilaksanakan penandatanganan MoU antara Kepala LAN 3 dengan Kepala Daerah penyelenggara Laboratorium Inovasi. Kehadiran Kepala Daerah sangat penting dalam tahapan ini guna mendapatkan suntikan semangat berinovasi sekaligus mampu mengikat komitmen jajaran SKPD di bawahnya sebagai calon inovator. Selain itu, pada tahap ini juga dapat dilakukan penandatanganan komitmen berinovasi oleh Kepala Daerah dan SKPD Peserta Laboratorium Inovasi. Terdapat beberapa metode dalam Drum-Up antara lain sosialisasi, kuliah umum, visitasi ke instansi yang telah berhasil berinovasi, dan lain sebagainya. Pemilihan metode Drum-Up dapat didiskusikan terlebih dahulu antara Tim Daerah dengan fasilitator LAN. Tim Daerah harus mempersiapkan segala sesuatunya terkait dengan metode Drum-Up yang dipilih. Misalnya, apabila memilih metode visitasi ke perusahaan swasta maka Tim Daerah harus mempersiapkan segala sesuatu terkait visitasi baik biaya perjalanan peserta, surat-menyurat, dsb. Penyelenggaraan tahap Drum-Up biasanya digabung dengan tahap Diagnose dengan waktu pelaksanaan minimal 3 hari 4. Pada rentang waktu tersebut, hari pertama digunakan untuk workshop Drum-Up dan Diagnose, sedangkan hari berikutnya digunakan untuk penyajian atau konsultasi ide inovasi yang telah dibuat oleh peserta kepada fasilitator LAN. 3 Atau yang dapat menggantikannya seperti salah satu Deputi LAN 4 Waktu penyelenggaraan tersebut dengan catatan belum memperhitungkan waktu perjalanan fasilitator LAN ke daerah 39

49 Substansi Paparan Drum-Up Apabila menggunakan metode kuliah umum, maka pada Fase Drum-Up Champion Innovation (fasilitator LAN) perlu mengontekstualkan bahan-bahan yang dimiliki. Misalnya, jika akan melakukan drum up di kabupaten X, maka diupayakan menggali informasi-informasi kontekstual terkait prestasi dan potensi berinovasi dari Kabupaten X. Berikut ini adalah beberapa slide contoh pemaparan informasi kontekstual lokus laboratorium inovasi. 40

Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi i Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi ii Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi Di era globalisasi, inovasi di sektor publik merupakan suatu strategi yang

Lebih terperinci

PENGANTAR. Desember 2015 Kepala Pusat Inovasi Tata Pemerintahan. Basseng

PENGANTAR. Desember 2015 Kepala Pusat Inovasi Tata Pemerintahan. Basseng PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas perkenannya, dokumen Katalog Layanan Pusat Inovasi Tata Pemerintahan (Pusat INTAN) dapat kami rampungkan sebagaimana adanya

Lebih terperinci

PEMBEKALAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

PEMBEKALAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN PEMBEKALAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan VI Kelas B Tahun 2017 A. Pendahuluan Provinsi Jawa Tengah oleh Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si Widyaiswara Ahli Utama

Lebih terperinci

Strategi Inovasi Pengembangan SDM ASN

Strategi Inovasi Pengembangan SDM ASN Tri Widodo W. Utomo Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN Strategi Inovasi Pengembangan SDM ASN Disampaikan pada Rapat Koordinasi Program Diklat bagi Kepala Badan Diklat Provinsi Seluruh Indonesia Badan

Lebih terperinci

Berdasarkan Peraturan Menpan dan RB No. 30/2014 Tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik, serta Kebutuhan Inovasi LAN

Berdasarkan Peraturan Menpan dan RB No. 30/2014 Tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik, serta Kebutuhan Inovasi LAN Tri Widodo W Utomo Deputi Inovasi Adm. Negara LAN Berdasarkan Peraturan Menpan dan RB No. 30/2014 Tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik, serta Kebutuhan Inovasi LAN Disampaikan pada Sosialisasi Pelayanan

Lebih terperinci

PEDOMAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NO P.2/Setjen/Ropeg/OTL.0/3/2017 TENTANG PEDOMAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PROFESIONAL INOVATIF INTEGRITAS PEDULI

PROFESIONAL INOVATIF INTEGRITAS PEDULI INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI Tahap yang akan dilakukan TAHAPAN LAB INOVASI Proses menuangkan ide inovasi yang telah dihasilkan pada tahap diagnose ke dalam sebuah rancangan Rencana Aksi yang

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KOTA BANDUNG

STRATEGI PEMBANGUNAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KOTA BANDUNG STRATEGI PEMBANGUNAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KOTA BANDUNG Disampaikan pada Rapat Forum Komunikasi Pendayagunaan Aparatur Daerah, Yogyakarta 15 Oktober 2015 Oleh: YOSSI IRIANTO SEKRETARIS DAERAH

Lebih terperinci

Oleh: Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si

Oleh: Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si DIKLATPIM TINGKAT II ANGK Vi TH 2017 Oleh: Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 1. PENJELASAN PROYEK PERUBAHAN 2. COACHING (TAKING OWNERSHIP / BT

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi selain menuntut adanya perubahan kelembagaan dan ketatalaksanaan, juga mengharuskan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi selain menuntut adanya perubahan kelembagaan dan ketatalaksanaan, juga mengharuskan terwujudnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU. Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd.

KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU. Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd. KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd Abstrak Sebagai aparatur yang memberikan pelayanan publik, Pegawai Negeri

Lebih terperinci

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI e-locker Pelayanan Publik (Bagian Organisasi Sekretariat Daerah)

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI e-locker Pelayanan Publik (Bagian Organisasi Sekretariat Daerah) LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI elocker Pelayanan Publik (Bagian Organisasi Sekretariat Daerah) 1 Lab. Inovasi : KOTA PONTIANAK 2 Nama Instansi/SKPD : Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kota

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN WORKSHOP LABORATORIUM INOVASI KABUPATEN KUPANG TAHAP DRUM-UP DAN DIAGNOSE Kupang, 1 4 Maret 2016

LAPORAN WORKSHOP LABORATORIUM INOVASI KABUPATEN KUPANG TAHAP DRUM-UP DAN DIAGNOSE Kupang, 1 4 Maret 2016 LAPORAN WORKSHOP LABORATORIUM INOVASI KABUPATEN KUPANG TAHAP DRUM-UP DAN DIAGNOSE Kupang, 1 4 Maret 2016 Berdasarkan Surat Pnugasan No 061/D.3/KDI.05 Tanggal 29 Februari 2016 dan Surat Perintah Perjalanan

Lebih terperinci

DIREKTORI INOVASI ADMINISTRASI NEGARA

DIREKTORI INOVASI ADMINISTRASI NEGARA DIREKTORI INOVASI ADMINISTRASI NEGARA DR. BASSENG, M.ED KEPALA PUSAT INOVASI TATA PEMERINTAHAN DEPUTI INOVASI ADMINISTRASI NEGARA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERMINTAAN APEKSI INOVASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG Jalan Panji No. 70 Kelurahan Panji Telp. (0541) 661322. 664977 T E N G G A R O N G 75514 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : 600.107/ BAP-I/IV/2011 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN

BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN BUKU 1 PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIAPAN K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAFTAR

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

Tata Saji. 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll

Tata Saji. 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll 1 Tata Saji 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll 3 Tujuan Mengembangkan kompetensi kepemimpinan taktikal pada pejabat struktural

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2013 PERATURAN KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.37, 2018 KEMENPAN-RB. Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018

Lebih terperinci

PERAN MENTOR & COACH PADA PROYEK PERUBAHAN DIKLATPIM IV

PERAN MENTOR & COACH PADA PROYEK PERUBAHAN DIKLATPIM IV PERAN MENTOR & COACH PADA PROYEK PERUBAHAN DIKLATPIM IV PENJELASAN PEMBELAJARAN PEMBAHARUAN PROYEK PERUBAHAN PEMBELAJARAN PEMBAHARUAN SISTEM DIKLAT INPUT PROSES PRODUK OUTPUT OUT COME SISTEM DIKLAT POLA

Lebih terperinci

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol SINOPSIS Kinerja organisasi mengisyaratkan bahwa penilaian kinerja sesungguhnya sangat penting untuk melihat sampai sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai. Sejalan dengan sistem pemerintahan saat

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN Pendahuluan Dalam sistem manajemen kepegawaian, pejabat structural eselon II memainkan peranan sangat menetukan dalam menetapkan kebijakan

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan

Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan Nama Inovasi Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan Produk Inovasi Inovasi e-government Untuk Peningkatan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT I MERANCANG PROYEK PERUBAHAN

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT I MERANCANG PROYEK PERUBAHAN BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT I MERANCANG PROYEK PERUBAHAN Pendahuluan Dalam manajemen kepegawaian,pejabat struktural eselon I memainkan peranan yang menentukan dalam menangani isu-isu strategis

Lebih terperinci

Inovasi Jogjaplan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Inovasi Jogjaplan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Inovasi Jogjaplan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Penggagas/Inovator Nama Editor : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DIY : A.A. Sri Astiti Permasalahan dalam Penyusunan Dokumen

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II AGENDA PROYEK PERUBAHAN PANDUAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN Simon Paulus Mesah LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan

Lebih terperinci

MENJELAJAHI SIPIKA USER ONLY PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI PENELITIAN INOVASI KONSULTASI DAN ADVOKASI PKP2A III LAN

MENJELAJAHI SIPIKA USER ONLY PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI PENELITIAN INOVASI KONSULTASI DAN ADVOKASI PKP2A III LAN USER ONLY MENJELAJAHI SIPIKA PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI PENELITIAN INOVASI KONSULTASI DAN ADVOKASI Integritas Profesional Inovatif Peduli Team Work PKP2A III LAN Jl. HM. Ardan (Ring Road III)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) PROVINSI JAWA TENGAH DAN SEKRETARIAT KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Penyelarasan Arsitektur Informasi Kinerja dan Pengintegrasian Data Pelaporan

Penyelarasan Arsitektur Informasi Kinerja dan Pengintegrasian Data Pelaporan Penyelarasan Arsitektur Informasi Kinerja dan Pengintegrasian Data Pelaporan Nama Inovasi Penyelarasan Arsitektur Informasi Kinerja dan Pengintegrasian Data Pelaporan Produk Inovasi Penyelarasan Arsitektur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA, PEMERINTAH DAERAH,

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi BAB I PENDAHULUAN Bab I di dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, konteks penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Proses pengembangan SDM Aparatur di dinas Provinsi Jawa Barat belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa kebutuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2015

Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2015 Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2015 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188 AKTUALISASI NILAI-NILAI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB IV PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN SOP

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB IV PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN SOP BAB IV PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN SOP A. Prinsip-prinsip Penyusunan SOP Penyusunan SOP harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Kemudahan dan kejelasan artinya prosedur yang distandarkan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN CALON PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN INOVASI 2016

BUKU PANDUAN CALON PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN INOVASI 2016 BUKU PANDUAN CALON PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN INOVASI 2016 INNOVATION IS THE ONLY WAY TO WIN KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1189 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki semua prakondisi untuk mewujudkan visi negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGAWALAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BORNEO INNOVATION NETWORK (BIN-NET)

BORNEO INNOVATION NETWORK (BIN-NET) GAGASAN PROYEK PERUBAHAN BORNEO INNOVATION NETWORK (BIN-NET) PKP2A III LAN 1. Deskripsi Singkat BORNEO Innovation Network atau disingkat Bin-Net adalah rerangka jejaring kerja inovasi yang terintegrasi,

Lebih terperinci

1/10 PELAYANAN RAMAH ANAK DALAM MENDUKUNG PELAYANAN PATEN DI KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG

1/10 PELAYANAN RAMAH ANAK DALAM MENDUKUNG PELAYANAN PATEN DI KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG 1/10 PELAYANAN RAMAH ANAK DALAM MENDUKUNG PELAYANAN PATEN DI KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG Nama Diklat : Dikpim III Angk XXX Tahun : 2017 Ruang lingkup inovasi : Kecamatan Cluster inovasi : Pelayanan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 65 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 65 TAHUN 2015 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN APLIKASI MONITORING DAN EVALUASI E-MONEV DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1609, 2016 KEMENPAN-RB. Pelayanan Publik. Inovasi. Kompetisi. Tahun 2017. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN

Lebih terperinci

laboratorium kepemimpinan dan ; 5) tahap evaluasi. Masingmasing tahap tersebut memiliki tujuan khusus dalam membekali peserta.

laboratorium kepemimpinan dan ; 5) tahap evaluasi. Masingmasing tahap tersebut memiliki tujuan khusus dalam membekali peserta. BAB I PENGANTAR Selamat datang di Pusdiklat Pegawai. Panduan ini merupakan bagian dari produk akademis yang disiapkan bagi peserta, coach dan mentor dalam penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan (Diklatpim)

Lebih terperinci

Sistem Kerja, Kompetensi dan Budaya Kerja Berorientasi Kualitas

Sistem Kerja, Kompetensi dan Budaya Kerja Berorientasi Kualitas Sistem Kerja, Kompetensi dan Budaya Kerja Berorientasi Kualitas Nama Inovasi Sistem Kerja, Kompetensi dan Budaya Kerja Berorientasi Kualitas Produk Inovasi Pengembangan Budaya Kerja Berorientasi Kualitas

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016 PETUNJUK PELAKSANAAN Dan TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Jl. Setiabudi Nomor 201 A S E M A R A N G BAB I

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 62 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA KOTA BEKASI NOMOR 62 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN DAN PENGELOLA APLIKASI PERENCANAAN ONLINE E-PLANNING DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa kerjasama

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 54

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 54 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 54 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA APARATUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR

Lebih terperinci

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K No.31, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Geospasial. Informasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5502) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif 12/28/2016 MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif Direktorat Aparatur Negara, Kementerian PPN/Bappenas MEMBANGUN

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa anak merupakan masa depan Bangsa. Anak adalah generasi penerus cita-cita kemerdekaan dan kelangsungan hajat hidup Bangsa dan Negara.

Lebih terperinci

MELAHIRKAN PEMIMPIN PERUBAHAN MELALUI DIKLAT KEPEMIMPINAN

MELAHIRKAN PEMIMPIN PERUBAHAN MELALUI DIKLAT KEPEMIMPINAN MELAHIRKAN PEMIMPIN PERUBAHAN MELALUI DIKLAT KEPEMIMPINAN Oleh : DRS. NISPIANSYAH, M.Pd Kewenangan menyelenggarakan birokrasi kepemerintahan yang dipegang oleh aparatur negara saat ini mendapat tantangan

Lebih terperinci

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR SIPIL NEGARA POLA SATU PINTU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Lebih terperinci

1/6 SISTEM PELAYANAN INFORMASI BELANJA LANGSUNG SECARA ONLINE DI KOTA TEGAL

1/6 SISTEM PELAYANAN INFORMASI BELANJA LANGSUNG SECARA ONLINE DI KOTA TEGAL 1/6 SISTEM PELAYANAN INFORMASI BELANJA LANGSUNG SECARA ONLINE DI KOTA TEGAL Nama Diklat : Diklatpim Tingkat IV Angkatan C Tahun : 2017 Ruang lingkup inovasi : Kabupaten/Kota Cluster inovasi : Keuangan,

Lebih terperinci

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi BAB 4 P E N U T U P Kata Pengantar Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Bab 4 Berisi : Gorontalo di susun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi Kesimpulan dari hasil penyusunan Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian, dan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 43

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 43 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 43 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi

Lebih terperinci

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat pada awal Tahun 2012 telah melaksanakan pertemuan internal membahas rencana strategis (Renstra) 2011-2015 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 2012, No.750 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci