Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi"

Transkripsi

1 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

2 i Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

3 ii Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

4 Di era globalisasi, inovasi di sektor publik merupakan suatu strategi yang harus ditempuh oleh Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa guna mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kemauan berinovasi (willingness to innovate) dan kemampuan berinovasi (ability to innovate) di lingkungan birokrasi dirasakan masih rendah. Inovasi masih merupakan hal yang aneh, tidak disukai, bahkan cenderung dihindari karena pandangan yang keliru bahwa inovasi merupakan sesuatu yang tidak sejalan dengan kebijakan. Kondisi ini tentu tidak dapat dibiarkan berjalan terus namun harus dihentikan dan bahkan perlu dibalik. Kalangan birokrasi pemerintah perlu diyakinkan bahwa berinovasi di sektor publik itu menyenangkan dan mudah dilakukan. Atas dasar itulah kami menyusun pedoman pengelolaan laboratorium inovasi administrasi negara ini. Pedoman ini dimaksudkan untuk memudahkan para champion inovation atau fasilitator laboratorium inovasi administrasi negara dalam membantu setiap instansi pemerintah (pusat dan daerah) untuk berinovasi di sektor publik. Dalam pedoman ini, ditegaskan bahwa pengelolaan laboratorium inovasi administrasi negara ditempuh melalui lima tahap yaitu tahap drum up, diagnose, design, deliver dan display. Setiap tahap memiliki tujuan dan metode tersendiri yang saling bersinergi untuk menghasilkan suatu inovasi di sektor publik. Penguasaan yang baik dari champion innovation terhadap keseluruhan tahap iii Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

5 tersebut diharapkan dapat mengubah mindset atau pola pikir pejabat pada instansi pemerintah untuk menyukai inovasi, mau berinovasi, dan mampu berinovasi. Sebagai sebuah proses awal, pedoman ini tentu masih membutuhkan sentuhansentuhan yang lebih inovatif lagi. Untuk itu, berbagai pemikiran dan kontribusi seluruh pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan percepatan mewujudkan administrasi negara yang inovatif. Salam Inovasi Tiada Henti!! Jakarta, April 2015 iv Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

6 I Kata Pengantar Daftar Isi Iii Satu : Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Metode 3 Dua : Drum Up 5 Pengantar 5 Tujuan 7 Metode 7 Tiga : Diagnose 8 Pengantar 8 Tujuan 10 Metode 10 Empat : Design 11 Pengantar 11 Tujuan 13 Metode 13 Lima : Deliver 15 Pengantar 15 Tujuan 16 Metode 16 v Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

7 Enam : Display 17 Pengantar 17 Tujuan 18 Metode 18 Tujuh : Penutup 19 Lampiran vi Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

8 Latar Belakang INOVASI JALAN UTAMA Inovasi bukan lagi alternatif tetapi menjadi jalan utama yang harus ditempuh untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing nasional, dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Inovasi merupakan kunci untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing nasional, dan meningkatkan kesejahteraan bangsa. Namun, posisi dan keadaan inovasi di Indonesia tidaklah terlalu menggembirakan. Dalam Global Innovation Index (GII) tahun 2014, Indonesia menempati peringkat 87 dengan skor 31,8, turun dari peringkat 85 dengan skor 31,95 pada tahun Peringkat ini berada di bawah negara-negara tetangga lain di kawasan ASEAN seperti Vietnam (peringkat 71), Thailand (peringkat 48), Malaysia (peringkat 33), dan Singapura (peringkat 7). Seiring dengan GII, Laporan Daya Saing Global yang dirilis World Economic Forum (2014) yang mensurvei 148 negara mennjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 38 dengan skor 4,53. Lagi-lagi, peringkat ini berada di bawah negara tetangga seperti Thailand (peringkat 37), Brunei (peringkat 26), Malaysia (peringkat 24), dan Singapura (peringkat 2). Jika Indonesia tidak mengakselerasi diri, maka tantangan dan hambatan Indonesia semakin berat. Hal ini tentunya tidak terlepas dari menghadapi dan mengantisipasi perdagangan bebas yang telah dimulai pada tahun 2015 ini, khususnya Masyarakat Ekonomi 1 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

9 ASEAN, di mana barang, jasa, dan tenaga kerja akan bersirkulasi bebas di antara negara-negara ASEAN. Inovasi menjadi salah satu tool dalam mengakselerasi peningkatan daya saing Indonesia. Setiap elemen negara yang meliputi pemerintah, privat, masyarakat harus melakukan inovasi. Inovasi pada lingkungan instansi pemerintah meliputi antara lain kementerian, lembaga pemerintah non kementerian (LPNK), pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota sangat penting karena mengakselerasi inovasi privat dan masyarakat dalam meningkatkan pelayanan publik. Pemerintah daerah menjadi salah satu ujung tombak pelayanan publik yang wajib melakukan inovasi. Pelayanan publik yang inovatif akan meningkatkan pelayanan, pemberdayaan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, dan daya saing yang semakin tinggi. Kemampuan daya saing daerah juga akan berpengaruh besar pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Kesadaran pentingnya inovasi saat ini ditandai dengan telah diterbitkannya Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan peluang pemerintah daerah untuk melakukan inovasi. Tepatnya pada pasal 386 yang menyatakan bahwa dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi. Inovasi yang dimaksud adalah semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang berpedoman pada prinsip sebagai berikut: peningkatan efisiensi, perbaikan efektivitas, perbaikan kualitas pelayanan, tidak ada konflik kepentingan, berorientasi kepada kepentingan umum, dilakukan secara terbuka, memenuhi nilai-nilai kepatutan, dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri. Inovasi bukan lagi alternatif tetapi menjadi jalan utama yang harus ditempuh meningkatkan daya saing. Dengan pentingnya inovasi tersebut, Pusat Inovasi Tata Pemerintahan (Pusat INTAN)-Deputi Inovasi Adminsitrasi Negara (DIAN)-Lembaga 2 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

10 Administrasi Negara (LAN) menerbitkan buku pedoman yang dapat digunakan sebagai referensi oleh para champion innovation dalam melakukan fasilitasi pelaksanaan laboratorium inovasi di lingkungan pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Tujuan Tujuan Champion Innovation Mengispirasi, Menggalang Dukungan, Menggali Ide, Merancang Inovasi, Deliver dan Display Inovasi Inovasi di sektor publik pada prinsipnya berisikan dimensi sikap (soft) dan dimensi teknis (hard). Dimensi sikap berurusan dengan bagaimana menggugah pengambil kebijakan untuk berinovasi, sedangkan dimensi teknis berurusan dengan penguasaan pengetahuan teknis (manajerial dan substantif) yang dibutuhkan oleh suatu inovasi. Oleh karena itu, buku pedoman ini dimaksudkan untuk membekali setiap champion innovation untuk mengelola kedua dimensi ini dengan baik, yang ditunjukkan dengan kemampuan dalam: Menginspirasi pengambil kebijakan untuk mau berinovasi dan mau menggalang dukungan untuk berinovasi (drum up support) Menggali ide-ide inovasi baik yang berangkat dari permasalahan yang dihadapinya maupun untuk mewujudkan visi atau impiannya (diagnose) Merancangan rencana aksi inovasi yang komprehensif (design) Melaksanakan inovasi secara fokus dan konsisten (deliver) Menyampaikan progres dan manfaat inovasi kepada stakeholder atau lingkungannya (display) 3 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

11 Metode Untuk mewujudkan kedua dimensi (soft dan hard) yang disebutkan di atas, maka model laboratorium inovasi dibagi ke dalam lima tahap yaitu Drum Up, Diagnose, Design, Deliver dan Display atau disingkat 5D. Seperti pada Gambar 1. Pada gambar di atas, dimensi soft (mindset) yang berorientasi sikap lebih terkonsentrasi pada tahap drum up, sedangkan dimensi hard (teknokratis) berada pada diagnose, design, deliver dan display. Meskipun demikian, dalam praktek dimensi soft tersebut perlu terus diikutkan agar keseluruhan proses inovasi terlaksana dengan penuh semangat sehingga tujuan inovasi dapat dicapai dengan baik. Drum Up merupakan tahapan pertama untuk menginspirasi dan menggugah semangat berinovasi. Diagnose merupakan tahapan kedua untuk mengidentifikasi dan menemukan ide inovasi. Design merupakan langkah ketiga untuk merancang desain/prototype inovasi secara lebih detail dan siap untuk diimplementasikan. Deliver adalah langkah keempat yakni mengimplementasikan, memonitoring, dan mengevaluasi implementasi inovasi. Display merupakan tahap kelima untuk melakukan festival dan promosi inovasi. 4 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

12 Pengantar Kata Drum Up dalam bahasa Inggris berarti menabuh genderang. Jika kata ini digabung dengan kata support sehingga menjadi Drum Up Support maka akan berarti menggalang Drum Up... membangun kesadaran kolektif untuk berinovasi dukungan. Dalam pedoman ini, kata ini sengaja dipergunakan untuk menunjukkan bahwa inovasi di sektor publik berawal dari adanya perubahan mindset, adanya kemauan dan kesadaran untuk berinovasi. Tahap drum up ini merupakan tahapan awal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pengelolaan laboratorium inovasi. Tingkat kemauan dan motivasi untuk berinovasi pada setiap orang dan atau organsiasi sangat berbeda. Untuk itu, drum up dibutuhkan untuk membangun kesadaran kolektif untuk berinovasi. Tanpa kesadaran kolektif, gagasan inovasi yang secara teknis bagus dan memiliki manfaat yang luas tidak akan berarti. Gagasan tersebut pada akhirnya 5 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

13 hanya tertuang dalam rencana tanpa pernah dilaksanakan dengan baik, karena kesadaran kolektif belum muncul untuk menerapkannya secara sungguh-sungguh. Untuk membangun kesadaran kolektif tersebut, maka peranan pimpinan puncak (Bupati, Walikota, Gubernur, Pejabat Pimpinan Tinggi) adalah sangat strategis karena kewenangan formal yang dimilikinya. Dengan kewenangan tersebut, pimpinan puncak dapat menggerakkan bawahannya secara kolektif untuk mendukung pelaksanaan inovasi selanjutnya. Oleh karena itu, dalam rangka membangun kesadaran kolektif untuk berinovasi ini, maka seorang champion innovation perlu memastikan bahwa kesadaran, kemauan, dan motivasi untuk berinovasi harus lahir dari pimpinan puncak terlebih dahulu. Jika belum, maka sudah menjadi tugas seorang champion innovation untuk terus menyusun strategi untuk mengubah sikap atau mindset mereka. Dalam tahap drum up, champion innovation pada dasarnya bekerja dalam ranah afektif atau sikap perilaku. Bahan-bahan yang dipergunakan lebih banyak diarahkan untuk menginspirasi atau menggugah kesadaran untuk berinovasi. Contoh-contoh best practice atau success story seseorang menjadi bahan yang sangat penting untuk digunakan. Apalagi jika bahan tersebut mengandung efek drama yang dapat menggugah perasaan. Untuk meningkatkan penerimaan audience dalam suatu acara drum up, seorang champion innovation perlu mengontekstualkan bahan-bahan yang dimiliki. Misalnya, jika akan melakukan drum up di kabupaten X, maka diupayakan menggali informasi-informasi kontekstual dari Kabupaten X. Lampiran 1 Pedoman ini memuat bahan-bahan drum up yang mengandung prinsip-prinsip yang diuraikan di atas. Untuk dapat menginspirasi, kepada para calon inovator dalam suatu forum drum up, dapat diberikan beberapa pertanyaan yang mampu mengungkit semangat inovasi seperti: Bagaimana perasaan Anda/instansi jika menjadi model RB Nasional? Menjadi daerah termaju dan pusat pertumbuhan ekonomi indonesia? Menjadi benchmark dan barometer pembangunan daerah? Dan menjadi daerah 6 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

14 yang menghasilkan inovasi terbanyak dan terbaik di indonesia? Dan, selanjutnya diteruskan dengan pertanyaan inginkah, mungkinkah, mampukah, maukah? Jawaban dari pertanyaan di atas sangat mungkin terbentur oleh adanya blockset (hambatan/sumbatan) di antara para calon inovator dengan mitos inovasi yakni bahwa inovasi itu mahal, inovasi itu sulit, tidak memiliki ide, dan tidak tahu caranya berinovasi. Dalam menghancurkan blockset tersebut perlu ditunjukan dengan menyajikan antonim mitos dengan menyajikan berbagai evidence bahwa inovasi itu mudah, inovasi itu murah, banyak ide berinovasi, dan caranya sangat sederhana untuk berinovasi seperti kreatif, berpikir berbeda, berbuat berbeda, dan melakukan pembaharuan. Tujuan Tahapan drum up ini bertujuan untuk menginspirasi dan mengembangkan semangat inovasi para calon inovator baik secara individu mapun kolektif. Dengan demikian, willingness to innovate atau kemauan berinovasi terbentuk dan merupakan modal awal untuk melanjutkan ke tahap-tahap pengelolaan laboratorium inovasi berikutnya. Metode Mengingat fungsinya sebagai instrumen untuk menggugah semangat berinovasi, maka drum up dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti sosialisasi, kuliah umum, visitasi ke instansi yang telah berhasil berinovasi, dan lain sebagainya. Metode atau kombinasi metode apapun yang dipilih, pada gilirannya kompetensi champion innovation memainkan peranan yang sangat signifikan. 7 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

15 Pengantar Esensi inovasi administrasi negara adalah adanya kebaruan dalam pelaksanaan suatu tugas di sektor publik. Kebaruan sering dimaknai sebagai sesuai yang bersifat out of the box atau di luar kotak yang berarti sesuatu yang selama ini tidak pernah dipraktekkan. Tentu saja kebaruan-kebaruan tersebut muncul dari ide-ide kreatif dan proses berpikir kreatif, sehingga mampu meng-create, yaitu menciptakan sesuatu yang baru. Diagnose... memunculkan ide / gagasan inovasi Oleh karena itu, tahap diagnose perlu dimaknai sebagai proses memfasilitasi calon-calon inovator untuk memunculkan ide-ide inovasi mereka. Pada tahap diagnose ini, terdapat dua cara yang dapat ditempuh untuk membantu champion innovation memunculkan potensi mereka dalam melahirkan ide-ide inovasi, yaitu berbasis masalah dan berbasis non-masalah. Pada cara yang berbasis masalah, seorang inovator menemukan ide inovasi dengan berangkat dari adanya permasalahan yang ditemukan dalam organisasinya. Cara ini dapat dianalogkan dengan seorang dokter yang melakukan diagnose terhadap seorang pasien. Tentu dia terlebih dahulu harus menentukan jenis penyakit dan kemudian menentukan tindakan yang harus dilakukan. Kesalahan dalam mendiagnosa organisasi dapat mengakibatkan kesalahan dalam menentukan 8 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

16 penyakit organisasi yang berujung pada tindakan yang diambil juga keliru sehingga membahayakan organisasi. Cara mendiagnosa organisasi berbasis masalah ini dilakukan dengan tiga tahapan kegiatan yang berurut, yaitu inovator terlebih dahulu harus mengendalikan dirinya, atau menata niatnya bahwa ide inovasi yang akan dimunculkan sesungguhnya untuk kepentingan publik dan bukan kepentingan dirinya atau kelompok tertentu, kemudian menentukan tingkat kinerja organisasi, dan terakhir menentukan intervensi atau tindakan yang akan diambil. Intervensi atau tindakan inilah yang harus mengandung ide-ide kreatif yang memiliki unsur kebaruan. Dalam menentukan tingkat kinerja organisasi diagnosa ini, calon inovator perlu menentukan kesenjangan dengan mendeskripsikan kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan-kesenjangan tersebut bisa ditemukan pada unsurunsur organisasi seperti output, proses, dan input organisasi. Berangkat dari kesenjangan tersebutlah, dapat dimunculkan ide-ide kreatif untuk menutup kesenjangan tersebut. Bahan-bahan tentang cara mendiagnosa organisasi berbasis masalah ini dapat dilihat pada Lampiran 2 pedoman ini. Kedua adalah cara mendiagnosa organisasi yang berbasis non-masalah. Ide inovasi dengan cara ini dimunculkan dengan menggunakan teknik atau template berpikir kreatif. Dengan teknik ini, seorang calon inovator dapat menemukan ide kreatif secara langsung. Oleh karena itu, seorang calon inovator perlu menguasai teknik atau template tersebut. Beberapa template yang dapat dipergunakan adalah innovation shopping, analisis morfologi, berpikir terbalik, dan lain-lain. Lampiran 2 Pedoman ini memperlihatkan berbagai teknik dan template berpikir kreatif. Ide-ide inovasi yang dihasilkan baik melalui teknik mendiagnosa organisasi maupun melalui teknik template berpikir kreatif perlu dikomunikasikan dengan kepala daerah atau pimpinan puncak tempat laboratorium inovasi dilaksanakan. Persetujuan mereka terhadap ide-ide inovasi dibutuhkan untuk melanjutkan proses 9 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

17 inovasi ke tahap berikutnya yaitu tahap design. Seorang champion innovation wajib menjadikan persetujuan pimpinan puncak sebagai persyaratan ke tahap design. Tujuan Tahap diagnose ini bertujuan untuk memfasilitasi champion innovation untuk menemukan ide inovasi, yaitu gagasan-gagasan yang mengandung unsur kebaruan. Oleh calon inovator, ide inovasi ini diyakini dapat meningkatkan kinerja organisasinya. Metode Untuk mencapai tujuan tahap diagnose, maka metode yang dipergunakan adalah workshop. Dengan metode ini, calon inovator akan bekerja, menggali potensi yang dimilikinya, dan mengerahkan segala kompetensinya untuk menemukan ide-ide inovasi. Dalam workshop ini berbagai tool diperkenalkan untuk dipergunakan, yaitu: Organizational diagnosis Innovation shopping Morphology analysis Template/Fast idea generation 10 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

18 Pengantar Seperti halnya tahap diagnose, tahap design ini juga bersifat teknis, yaitu bagaimana menuangkan ide inovasi ke dalam suatu rancangan rencana aksi yang detail. Oleh karena itu, desain inovasi sangat penting karena akan mendetailkan DESAIN... MENYUSUN RENCANA AKSI INOVASI langkah-langkah mewujudkan ide inovasi yang sudah diperoleh. Dalam merencanakan inovasi yang dibutuhkan adalah menyusun rencana aksi inovasi. Tidak ada format baku untuk demikian, rencana aksi inovasi minimal mengandung: penulisan rencana aksi. Namun Sejumlah langkah/kegiatan yang harus dilakukan untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan; Siapa dan/atau dengan siapa langkah/kegiatan tersebut dilaksanakan; Apa produk atau output setiap langkah/kegiatan tersebut; Metode apa yang digunakan untuk menghasilkan output suatu kegiatan; Kapan langkah/kegiatan tersebut dilaksanakan; Di mana langkah/kegiatan tersebut dilaksanakan; 11 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

19 Berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan/langkah tersebut. Tabel 1 berikut ini dapat dipergunakan sebagai instrumen untuk menyusun rencana aksi inovasi. Tabel 1 Rencana Aksi Inovasi NO KEGIATAN PELAKSANA WAKTU OUTPUT METODE Perlu diketahui oleh setiap champion innovation bahwa rencana aksi inovasi sarat dengan pengetahuan teknis baik yang bersifat administratif atau manajerial maupun yang bersifat substantif. Oleh karena itu, untuk memastikan keakuratan dari rencana aksi ini, seorang calon inovator perlu didampingi oleh pihak atau lembaga yang memiliki keahlian (expertise) di bidang substantif tersebut. Misalnya, seorang calon inovator yang akan berinovasi di sektor pertanian maka rencana aksinya perlu divalidasi oleh pihak atau lembaga yang memiliki keahlian di bidang pertanian. Di samping rencana aksi inovasi, seorang calon inovator perlu memetakan stakeholder dan menyusun strategi komunikasi untuk stakeholder. Hal ini tidak berlaku umum, namun hanya pada inovasi tertentu terutama yang memiliki stakeholder eksternal atau yang di luar jangkauan kewenangan calon inovator. Tujuan utama pemetaan stakeholder ini adalah sebagai alat bantu bagi calon inovator dalam menyusun strategi komunikasi terutama kepada stakeholder yang tidak diuntungkan oleh suatu inovasi. Stakeholder seperti ini memiliki kecenderungan resistensi yang tinggi terhadap inovasi dan karena itu kemungkinan besar akan menolak inovasi tersebut. 12 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

20 Oleh karena itu, seorang champion innovation perlu menguasai teknik membangun koalisi yaitu kemampuan menyusun strategi komunikasi yang tepat untuk menggiring (framing) stakeholder tertentu yang menolak inovasi menjadi menerima inovasi. Bahan pemetaan stakeholder pada Lampiran 3 dalam pedoman dapat dipergunakan untuk memetakan stakeholder. Rencana aksi inovasi dan pemetaan stakeholder (jika dibutuhkan) juga perlu terus dikomunikasikan dengan pimpinan puncak (Bupati, Walikota, Gubernur, Pimpinan Tinggi) untuk mendapat persetujuan. Jika sudah disetujui, maka proses inovasi dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap deliver atau pelaksanaan inovasi. Tujuan Tahap design inovasi bertujuan untuk menghasilkan rencana aksi inovasi, termasuk pemetaan stakeholder berikut strategi komunikasinya jika diperlukan. Metode Untuk menghasilkan rencana aksi dan/atau pemetaan stakeholder, maka tahap design inovasi ini menggunakan metode workshop. Dengan metode ini, calon inovatorlah yang akan bekerja membuat rencana aksi tersebut. Champion innovation bertugas memfasilitasi mereka dengan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menghasilkan rencana aksi dan/atau pemetaan stakeholder. 13 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

21 Pengantar Tahap deliver atau tahap pelaksanaan inovasi merupakan tahap yang memiliki waktu yang cukup panjang. Jumlah kegiatan/langkah dan lamanya waktu pelaksanaan setiap kegiatan/langkah berkontribusi terhadap jangka waktu pelaksanaan suatu inovasi. Mungkin ada inovasi yang membutuhkan waktu beberapa bulan, satu tahun, bahkan beberapa tahun. DELIVER... menginformasikan kepada berbagai pihak bahwa inovasi sudah mulai dilaksanakan Seorang champion innovation perlu memahami bahwa waktu pelaksanaan suatu inovasi tidak menjadi masalah. Calon inovator perlu diberi kebebasan untuk menentukan waktu penyelesaian pelaksanaan rencana aksi sesuai kebutuhan waktu yang diperlukan. Tahap deliver ini diawali dengan pelaksanaan launching atau peluncuran pelaksanaan inovasi. Bentuk kegiatannya bisa bersifat formal seremonial namun bisa juga bersifat informal. Jika berbentuk formal seremonial, seorang champion innovation perlu memastikan penanda apa yang dipergunakan untuk menyatakan bahwa inovasi sudah mulai diluncurkan. Penandanya bisa bervariasi mulai dari pemukulan gong, penandatanganan rencana aksi, pengetukan palu, dan lain-lain. 14 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

22 Intinya adalah acara tersebut menginformasikan kepada berbagai pihak bahwa inovasi sudah mulai dilaksanakan. Untuk beberapa instansi tertentu, bisa saja peluncuran inovasi ini dikaitkan dengan kinerja calon inovator sehingga dapat menjadi kontrak kinerja antara pimpinan puncak dengan calon inovator. Dengan demikian, acara peluncuran inovasi dapat berupa acara penandatangan kontrak kinerja. Format kontrak kinerja yang dipergunakan hendaknya diserahkan kepada pihak yang melaksanakan inovasi. Selain peluncuran inovasi, dalam masa deliver ini, seorang champion innovation juga perlu melakukan monitoring terhadap pelaksanaan setiap langkah/kegiatan. Dengan menggunakan rencana aksi, seorang champion innovation perlu memantau progres pelaksanaan dari masing-masing langkah/kegiatan. Tujuan utama kegiatan monitoring ini adalah untuk memastikan inovator tetap disiplin melaksanakan langkah-langkah yang sudah direncanakan. Instrumen monitoring menggunakan instrumen rencana aksi yang sudah terisi lengkap sebagaimana terlihat pada Tabel 1 sehingga champion innovation cukup melakukan check dan recheck terhadap implementasi rencana aksi tersebut. Setiap permasalahan yang menyebabkan perlambatan atau bahkan kemandekan pelaksanaan inovasi perlu diatasi oleh champion innovation. Champion inovation perlu menyadari bahwa pada umumnya permasalahan dapat bersumber dari dimensi soft inovasi, yaitu willingness to innovate mengendor, sehingga semangat untuk mengerjakan inovasi menjadi menurun. Di samping itu, permasalahan juga bersumber dari ability to innovate yaitu inovator tidak memiliki pengetahuan (manajerial atau substantif) yang cukup untuk melaksanakan inovasi. Melalui kegiatan monitoring, champion innovation seyogianya dapat memahami sumber permasalahan dan memberikan solusi yang tepat. Kegiatan monitoring dapat dilakukan melalui pemantauan jarak jauh dengan menggunakan teknologi informasi melalui situs inovasi Lembaga Administrasi 15 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

23 Negara. Jika diperlukan, pemantauan juga dapat dilakukan dengan memonitor pelaksanaan inovasi secara langsung di lapangan. Tujuan Tahapan deliver bertujuan untuk melaksanankan inovasi sesuai dengan rencana aksi yang telah didesain. Pelaksanaan inovasi diawali dengan peluncuran inovasi dan dilanjutkan dengan monitoring untuk mengetahui berbagai kendala dan hambatan dalam implementasi inovasi serta memastikan pelaksanaan inovasi tetap berjalan hingga inovasi selesai. Metode Selama deliver terdapat dua kegiatan utama yaitu peluncuran pelaksanaan inovasi dan monitoring inovasi. Peluncuran pelaksanaan inovasi dilakukan dengan acara seremonial yang dapat bersifat formal maupun informal. Sedangkan monitoring dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dilakukan antara lain dengan observasi dan survei lapangan. Sedangkan monitoring secara tidak langsung dilihat dengan berbagai media online. 16 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

24 Pengantar Untuk mengumumkan kepada DISPLAY ajang show off, blow your own trumpet, pengumuman... stakeholder termasuk kepada masyarakat, seorang inovator perlu melaporkan kegiatan inovasi yang telah dilakukan. Kegiatan ini disebut display dan merupakan salah satu bentuk akuntabilitas inovator kepada publik. Di samping itu, kegiatan display dimaksudkan sebagai ajang show off, blow your own trumpet, pengumuman kepada dunia luar bahwa Anda sebagai inovator sudah berbuat sesuatu untuk kepentingan publik. Dalam kegiatan ini, inovator memamerkan proses inovasi yang dilakukan. Jika memungkinkan, kegiatan ini juga memamerkan hasil inovasi apabila inovasi telah selesai dilaksanakan. Kegiatan display dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pameran, festival, maupun seminar. Lalu apa saja yang dipamerkan atau ditampilkan dan bagaimana cara melakukannya? Seorang champion innovation perlu memastikan bahwa inovator melakukan pendokumentasian yang lengkap terutama dalam bentuk gambar atau foto. Inovator perlu memamerkan bagaimana kondisi awal sebelum iovasi dilakukan, kondisi setelah inovasi dilakukan atau kondisi akhir setelah inovasi, dan milestones atau langkah yang ditempuh untuk mewujudkan inovasi. 17 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

25 Untuk membuat kegiatan display lebih semarak, champion innovation dapat menambahkan kegiatan penilaian hasil inovasi dengan menghadirkan juri yang akan menentukan inovator mana yang menjadi pemenang. Dalam penjurian ini, dua kriteria perlu dipertimbangkan yaitu kebaruan yang terkandung dalam suatu inovasi dan keluasaan manfaat yang ditimbulkannya. Efektivitas kegiatan display tentu ditentukan oleh banyak jumlah pengunjung dan luasnya kegiatan tersebut diekspose di media. Oleh karena itu, inovator perlu mengundang sebanyak mungkin stakeholder untuk mengunjungi kegiatan display ini, dan menghadirkan sebanyak mungkin media untuk meliputnya. Tujuan Tujuan dari festival inovasi adalah untuk memperkenalkan, menyosialisasikan, dan mendapatkan masukan stakeholders mengenai inovasi yang telah dilakukan sehingga ke depannya, inovasi dapat dilanjutkan dan dikembangkan menjadi lebih baik. Metode Kegiatan display dilakukan antara lain melalui pameran inovasi, festival inovasi, seminar inovasi, atau gabungan dua atau ketiga hal ini. 18 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

26 Model berinovasi 5D yang berisi lima langkah dalam melaksanakan laboratorium inovasi administrasi yaitu drum up, diagnose, design, deliver, dan display merupakan model yang diperkenalkan oleh Lembaga Administrasi Negara dalam berinovasi di sektor publik. Seorang champion innovation perlu menguasai model ini terlebih dahulu sebelum turun ke lapangan melakukan fasilitasi atau pendampingan ke instansi pemerintah (pusat dan daerah) untuk melaksanakan kegiatan laboratorium inovasi. Model berinovasi 5D ini adalah jawaban konkret untuk memecahkan dua tantangan utama dalam berinovasi di sektor publik yaitu willingnes to inovate dan ability to innovate. Model berinovasi 5D diyakini dapat membuat pejabat instansi pemerintah dari tidak menyukai inovasi menjadi menyukai inovasi, melakukan inovasi, dan memiliki inovasi di instansi yang dipimpinnya. Untuk menjangkau pelaksanaan laboratorium inovasi ke seluruh instansi pemerintah mulai dari kementerian, lembaga, provinsi, kota dan kabupaten, kecamatan, bahkan kelurahan dan desa, Lembaga Administrasi Negara saat ini sedang membangun sistem pengelolaan laboratorium inovasi dengan menjadikan model berinovasi 5D sebagai inti yang akan menggerakkan sistem tersebut. Dimulai dari Lembaga Administrasi Negara di mana para innovation master bekerja akan membentuk tim champion inovation di setiap Pemerintah Provinsi, Kementerian, dan Lembaga. Para champion innovation inilah yang akan menggunakan model 19 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

27 berinovasi 5D untuk membimbing para innovation practitioner melakukan inovasi di kabupaten/kota dan unit organisasinya masing-masing. Dengan demikian, arus inovasi diharapkan akan lebih masif menjangkau seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah di Indonesia. Tentu saja model berinovasi 5D beserta sistem pengelolaan laboratorium inovasi tersebut perlu diperlakukan sebagai model berinovasi yang dinamis. Pandangan kritis perlu terus diberikan agar kinerja model berinovasi ini dapat lebih di tingkatkan lagi dimasa-masa mendatang. Oleh karena itu, segala jenis kritikan konstruktif yang disampaikan akan kami apresiasi setinggi-tingginya. 20 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

28 21 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

29 22 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

30 23 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

31 24 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

32 25 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

33 26 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

34 27 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

35 28 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

36 29 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

37 30 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

38 31 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

39 32 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

40 33 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

41 34 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

42 35 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

43 36 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

44 37 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

45 38 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

46 39 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

47 40 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

48 41 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

49 42 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

50 43 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

51 44 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

52 45 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

53 46 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

54 47 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

55 48 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

56 49 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

57 50 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

58 51 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

59 52 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

60 53 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

61 54 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

62 55 Pedoman Pengelolaan Laboratorium Inovasi

PANDUAN PELAKSANAAN LABORATORIUM INOVASI ADMINISTRASI NEGARA

PANDUAN PELAKSANAAN LABORATORIUM INOVASI ADMINISTRASI NEGARA PANDUAN PELAKSANAAN LABORATORIUM INOVASI ADMINISTRASI NEGARA Penerbit : Gedung B. Lt 5 Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat 10110 Telp. 021-3455021 25 Ext. 147 151 Fax : 0213668207 i ii KATA PENGANTAR Inovasi

Lebih terperinci

PENGANTAR. Desember 2015 Kepala Pusat Inovasi Tata Pemerintahan. Basseng

PENGANTAR. Desember 2015 Kepala Pusat Inovasi Tata Pemerintahan. Basseng PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas perkenannya, dokumen Katalog Layanan Pusat Inovasi Tata Pemerintahan (Pusat INTAN) dapat kami rampungkan sebagaimana adanya

Lebih terperinci

Strategi Inovasi Pengembangan SDM ASN

Strategi Inovasi Pengembangan SDM ASN Tri Widodo W. Utomo Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN Strategi Inovasi Pengembangan SDM ASN Disampaikan pada Rapat Koordinasi Program Diklat bagi Kepala Badan Diklat Provinsi Seluruh Indonesia Badan

Lebih terperinci

PEDOMAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NO P.2/Setjen/Ropeg/OTL.0/3/2017 TENTANG PEDOMAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

PEMBEKALAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN

PEMBEKALAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN PEMBEKALAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan VI Kelas B Tahun 2017 A. Pendahuluan Provinsi Jawa Tengah oleh Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si Widyaiswara Ahli Utama

Lebih terperinci

PERAN MENTOR & COACH PADA PROYEK PERUBAHAN DIKLATPIM IV

PERAN MENTOR & COACH PADA PROYEK PERUBAHAN DIKLATPIM IV PERAN MENTOR & COACH PADA PROYEK PERUBAHAN DIKLATPIM IV PENJELASAN PEMBELAJARAN PEMBAHARUAN PROYEK PERUBAHAN PEMBELAJARAN PEMBAHARUAN SISTEM DIKLAT INPUT PROSES PRODUK OUTPUT OUT COME SISTEM DIKLAT POLA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2013 PERATURAN KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

LAPORAN WORKSHOP LABORATORIUM INOVASI KABUPATEN KUPANG TAHAP DRUM-UP DAN DIAGNOSE Kupang, 1 4 Maret 2016

LAPORAN WORKSHOP LABORATORIUM INOVASI KABUPATEN KUPANG TAHAP DRUM-UP DAN DIAGNOSE Kupang, 1 4 Maret 2016 LAPORAN WORKSHOP LABORATORIUM INOVASI KABUPATEN KUPANG TAHAP DRUM-UP DAN DIAGNOSE Kupang, 1 4 Maret 2016 Berdasarkan Surat Pnugasan No 061/D.3/KDI.05 Tanggal 29 Februari 2016 dan Surat Perintah Perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1189 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki semua prakondisi untuk mewujudkan visi negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI RI AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016

MENTERI DALAM NEGERI RI AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016 1 MENTERI DALAM NEGERI RI AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016 TANGGAL 25 APRIL 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Yth. Saudara-saudara sebangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu prosedur yang berbelit-belit, dari meja satu ke meja lainnya, yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu prosedur yang berbelit-belit, dari meja satu ke meja lainnya, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi mungkin bagi sebagian orang di Indonesia merupakan suatu prosedur yang berbelit-belit, dari meja satu ke meja lainnya, yang ujung-ujungnya adalah biaya

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah se kabupaten Kulon Progo menghadapi. budaya sebagai dampak masyarakat ekonomi ASEAN yakni program

BAB V PENUTUP. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah se kabupaten Kulon Progo menghadapi. budaya sebagai dampak masyarakat ekonomi ASEAN yakni program 207 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari paparan di atas maka hasil penelitian thesis ini disimpulkan sebagai berikut: Inovasi manajemen kurikulum yang dilakukan kepala Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

GUBERNUR SULAWESI BARAT, GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

Tata Saji. 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll

Tata Saji. 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll 1 Tata Saji 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll 3 Tujuan Mengembangkan kompetensi kepemimpinan taktikal pada pejabat struktural

Lebih terperinci

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI (Perahu Angkat dan Angkutan Sampah Kita) Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Jum at, 01 Mei 2015 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016 TANGGAL 25 APRIL 2016

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016 TANGGAL 25 APRIL 2016 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016 TANGGAL 25 APRIL 2016 YTH. SAUDARA-SAUDARA SEBANGSA DAN SETANAH AIR; YTH. PARA PESERTA

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II AGENDA PROYEK PERUBAHAN PANDUAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN Simon Paulus Mesah LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 62 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA KOTA BEKASI NOMOR 62 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN DAN PENGELOLA APLIKASI PERENCANAAN ONLINE E-PLANNING DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu, keselamatan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

BORNEO INNOVATION NETWORK (BIN-NET)

BORNEO INNOVATION NETWORK (BIN-NET) GAGASAN PROYEK PERUBAHAN BORNEO INNOVATION NETWORK (BIN-NET) PKP2A III LAN 1. Deskripsi Singkat BORNEO Innovation Network atau disingkat Bin-Net adalah rerangka jejaring kerja inovasi yang terintegrasi,

Lebih terperinci

DIREKTORI INOVASI ADMINISTRASI NEGARA

DIREKTORI INOVASI ADMINISTRASI NEGARA DIREKTORI INOVASI ADMINISTRASI NEGARA DR. BASSENG, M.ED KEPALA PUSAT INOVASI TATA PEMERINTAHAN DEPUTI INOVASI ADMINISTRASI NEGARA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERMINTAAN APEKSI INOVASI

Lebih terperinci

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol SINOPSIS Kinerja organisasi mengisyaratkan bahwa penilaian kinerja sesungguhnya sangat penting untuk melihat sampai sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai. Sejalan dengan sistem pemerintahan saat

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 2012, No.750 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGAWALAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016 PETUNJUK PELAKSANAAN Dan TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Jl. Setiabudi Nomor 201 A S E M A R A N G BAB I

Lebih terperinci

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K No.31, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Geospasial. Informasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5502) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB IV PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN SOP

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB IV PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN SOP BAB IV PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN SOP A. Prinsip-prinsip Penyusunan SOP Penyusunan SOP harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Kemudahan dan kejelasan artinya prosedur yang distandarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MELAHIRKAN PEMIMPIN PERUBAHAN MELALUI DIKLAT KEPEMIMPINAN

MELAHIRKAN PEMIMPIN PERUBAHAN MELALUI DIKLAT KEPEMIMPINAN MELAHIRKAN PEMIMPIN PERUBAHAN MELALUI DIKLAT KEPEMIMPINAN Oleh : DRS. NISPIANSYAH, M.Pd Kewenangan menyelenggarakan birokrasi kepemerintahan yang dipegang oleh aparatur negara saat ini mendapat tantangan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa kerjasama

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KOTA BANDUNG

STRATEGI PEMBANGUNAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KOTA BANDUNG STRATEGI PEMBANGUNAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KOTA BANDUNG Disampaikan pada Rapat Forum Komunikasi Pendayagunaan Aparatur Daerah, Yogyakarta 15 Oktober 2015 Oleh: YOSSI IRIANTO SEKRETARIS DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai PROPOSAL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Wednesday, 01 February 2017 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung kepada masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 65 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 65 TAHUN 2015 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN APLIKASI MONITORING DAN EVALUASI E-MONEV DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 PERATURAN MENTERI NOMOR 38 TAHUN 212 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan aparatur negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK serta derasnya arus globalisasi telah membawa perubahan dan menciptakan paradigma baru di tempat kerja maupun didunia pendidikan. Persaingan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN HASIL LITBANG DAN LAYANAN JASA TEKNIS INDUSTRI TAHUN 2016 JAKARTA, 10 MEI 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN HASIL LITBANG DAN LAYANAN JASA TEKNIS INDUSTRI TAHUN 2016 JAKARTA, 10 MEI 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN HASIL LITBANG DAN LAYANAN JASA TEKNIS INDUSTRI TAHUN 2016 JAKARTA, 10 MEI 2016 Yth. Ketua KADIN atau yang mewakili Yth. Para Ketua Asosiasi atau

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Oleh: RIRIS KATHARINA HANDRINI

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN Pendahuluan Dalam sistem manajemen kepegawaian, pejabat structural eselon II memainkan peranan sangat menetukan dalam menetapkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Bab ini akan menjabarkan visi dan misi pembangunan di Kabupaten Malang selama 5 tahun mendatang (2016-2021). Hal ini sejalan dengan amanat di dalam pasal 263

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan

Lebih terperinci

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.764, 2017 BNPP. Pelimpahan sebagian Urusan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG BUPATI SOPPENG,

BUPATI SOPPENG BUPATI SOPPENG, BUPATI SOPPENG PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 35 TAHUN 2017 TAHUN TENTANG PEDOMAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang berperadaban

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU. Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd.

KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU. Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd. KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd Abstrak Sebagai aparatur yang memberikan pelayanan publik, Pegawai Negeri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Dishubkombudpar 55 BAB II PERENCANAANKINERJA A. RENCANA STRATEGIS SKPD Penetapan Visi,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM LAMPIRAN I KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHANUMUM PEDOMAN EVALUASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban pemerintah terhadap perbaikan pelayanan publik termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban pemerintah terhadap perbaikan pelayanan publik termasuk dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelayanan pemerintah terhadap masyarakat merupakan ujung tombak pemerintah terhadap kemauan masyarakat, hal inilah yang juga menjadi kewajiban pemerintah terhadap

Lebih terperinci

MENJELAJAHI SIPIKA USER ONLY PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI PENELITIAN INOVASI KONSULTASI DAN ADVOKASI PKP2A III LAN

MENJELAJAHI SIPIKA USER ONLY PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI PENELITIAN INOVASI KONSULTASI DAN ADVOKASI PKP2A III LAN USER ONLY MENJELAJAHI SIPIKA PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI PENELITIAN INOVASI KONSULTASI DAN ADVOKASI Integritas Profesional Inovatif Peduli Team Work PKP2A III LAN Jl. HM. Ardan (Ring Road III)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan yang ketat antar Negara. Dalam persaingan global yang semakin terbuka saat ini memiliki banyak tantangan

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN REFORM LEADER ACADEMY

- 1 - SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN REFORM LEADER ACADEMY - 1 - LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN REFORM LEADER ACADEMY DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

PETUNJUK PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010 Lampiran II Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor : 04/PERMEN/M/2010 Tanggal : 15 Februari 2010 PETUNJUK PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010 I. UMUM A. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi di era globalisasi seperti ini, memberi tuntutan yang besar di dalam dunia pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

INOVASI PELAYANAN PUBLIK. Lamongan, 7 Juni 2017 BIRO ORGANISASI SETDA PROV. JAWA TIMUR

INOVASI PELAYANAN PUBLIK. Lamongan, 7 Juni 2017 BIRO ORGANISASI SETDA PROV. JAWA TIMUR INOVASI PELAYANAN PUBLIK Lamongan, 7 Juni 2017 BIRO ORGANISASI SETDA PROV. JAWA TIMUR HAKEKAT PEMERINTAH ADALAH PELAYAN MASYARAKAT o TIDAK MELAYANI DIRI SENDIRI, TETAPI MELAYANI MASYARAKAT o MENCIPTAKAN

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Proses pengembangan SDM Aparatur di dinas Provinsi Jawa Barat belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa kebutuhan

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone No.421, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Sengketa Lingkungan Hidup. Penyelesaian. Pedoman. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB V PELAKSANAAN, MONITORING, DAN EVALUASI SOP

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB V PELAKSANAAN, MONITORING, DAN EVALUASI SOP BAB V PELAKSANAAN, MONITORING, DAN EVALUASI SOP A. Pelaksanaan SOP Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan SOP adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan Pelaksanaan SOP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan kemandirian dan daya saing sebuah negara di dunia internasional. Hal ini dimaksudkan agar

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK READING DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

DIAGNOSTIK READING DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV 1 DIAGNOSTIK READING DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV A. PENDAHULUAN Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 13 Tahun 2013 bahwa Diklat Kepemimpinan Tingkat IV

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan upaya perubahan yang lebih baik

Lebih terperinci

No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman.

No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman. No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.16 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBINAAN KEARSIPAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBINAAN KEARSIPAN DAERAH A. Pendahuluan. KEBIJAKAN PEMBINAAN KEARSIPAN DAERAH Dra. Sumartini. Setiap undang-undang dapat dikategorikan sebagai salah satu elemen yang menentukan atau penyebab terjadinya suatu perubahan. Hal ini

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (AKIP) 1

EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (AKIP) 1 EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (AKIP) 1 Penyusun: Agoes IN Evaluasi AKIP merupakan alat dalam rangka peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, evaluasi

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM KOPERASI, UMKM, INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DAERAH SE-PROVINSI SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

Menyongsong Kurikulum Diklat Aparatur Pola Baru

Menyongsong Kurikulum Diklat Aparatur Pola Baru Menyongsong Kurikulum Diklat Aparatur Pola Baru Oleh: Tarman Budianto, M.Pd *) Secara bertahap gegap gempita menyambut ASEAN Comunity 2015 perlu diiringi akselerasi persiapan dan perbaikan yang sistemik

Lebih terperinci

Tujuan pembelajaran:

Tujuan pembelajaran: Tujuan pembelajaran: 1. Mengidentifikasi konsep-konsep teori manajemen dan memahami bagaimana konsep-konsep dapat membantu pemimpin dan manajer menjadi lebih baik 2. Mengelola olahraga, mendefinisikan

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci