GAMBARAN NYERI RHEUMATOID ARTRITIS DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA LANSIA
|
|
- Indra Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN NYERI RHEUMATOID ARTRITIS DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA LANSIA Deskriptif Observasional di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Tahun 2015 Sofyan, Anwar Sarman, Rochfika Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar ABSTRAK Lansia merupakan kelompok berisiko tinggi yang mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeratif seperti Rheumatoid Arhritis. Rheumatoid Arhtritis telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 %, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nyeri rheumatoid artritis dan tingkat kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 67 responden menggunakan teknik Accidental sampling. Data dikumpulkan sejak tanggal 30 Maret s/d 11 April melalui pengisian kuesioner dan wawancara terstuktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 67 responden, sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 51 orang (76,1%), sedangkan tingkat kemandirian lansia dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar responden mandiri yaitu sebanyak 48 orang (71,6%) dalam melakukan ADL (Activity Daily Living). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa responden yang mengalami nyeri berat akan selalu tergantung pada anggota keluarganya sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya, sedangkan responden yang hanya mengalami nyeri ringan akan lebih mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya. Diharapkan kepada pihak pelayanan kesehatan dapat memberikan dukungan kepada keluarga usia lanjut agar senantiasa mengikuti program posyandu lansia, serta dapat memberikan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan lanjut usia. Kata Kunci : Lansia, Nyeri Rheumatoid Artritis, Tingkat Kemandirian dalam Kehidupan Sehari-Hari. LATAR BELAKANG Seiring dengan keberhasilan yang telah terwujudkan oleh pemerintah dalam pembangunan nasional di berbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis dan ilmu kedokteran telah meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta 1
2 meningkatkan umur harapan hidup manusia (Wahyudi, Nugroho, 2008). Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. (Maryam, R. Sitti, dkk, 2008). WHO dan UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Yeniar, Indriana, 2012). Di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan orang/hari dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia (Padila, 2013). Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan usia harapan hidup (UHH). Pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%), pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%), sedangkan pada tahun sedangkan pada tahun 2013 usia harapan hidup masyarakat Indonesia rata-rata mencapai 72 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Hasil rekapitulasi data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (2014), menunjukkan jumlah lansia perempuan lebih banyak dari lansia laki-laki. Pertumbuhan penduduk lansia yang demikian cepat disertai kondisi jaminan sosial yang masih terbatas tingkat pendidikan dan kesejahteraan yang relatif rendah juga telah meningkatkan rasio ketergantungan yang cukup tinggi. Presentase lansia yang berumur > 60 tahun sebesar 4,54 % (Pemerintah Provinsi Sulsel, 2014). Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut maka muncul berbagai penyakit kronis pada lansia. Salah satu diantaranya adalah rheumatoid artritis. Pada tahun 2012, Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun. Prevalensi penyakit muskuloskeletal pada lansia dengan Rheumatoid Artritis mengalami peningkatan mencapai 335 juta jiwa di dunia. Rheumatoid Arhtritis telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 % diantaranya adalah wanita dan kemungkinan dapat mengurangi harapan hidup mereka hampir 10 tahun. Di Amerika Serikat pada pertengahan 2013, Penyakit ini menempati urutan pertama dimana penduduk AS dengan Rheumatoid Arhtritis 12.1 % yang berusia tahun memiliki kecacatan pada lutut, panggul, dan tangan, sedangkan di 2
3 Inggris sekitar 25 % populasi yang berusia 55 tahun ke atas menderita Rheumatoid Arhtritis pada lutut (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Di Indonesia, data epidemiologi tentang penyakit Rheumatoid Arhtritis masih sangat terbatas. Berdasarkan hasil penelitian Zeng QY et al 2012, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes 2013, dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta selama tahun 2013, dari responden laki-laki dan perempuan yang diteliti, peneliti menjelaskan sebanyak 66,9 % di antaranya pernah mengalami nyeri sendi. Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2013, penduduk dengan keluhan nyeri sendi sebanyak 72,4 %. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Rematik atau rheumatoid artritis mengakibatkan peradangan pada lapisan dalam pembungkus sendi. Penyakit ini berlangsung tahunan, menyerang berbagai sendi biasanya simetris, jika radang ini menahun terjadi kerusakan pada tulang rawan sendi dan tulang otot ligamen dalam sendi. Rheumatoid artritis menyerang persendian seperti jari-jari tangan/kaki, pergelangan tangan, pergelangan kaki. 90 % keluhan utama rheumatoid artritis adalah nyeri sendi dan kaku sendi (Sjahmien, Moehyi, 2012). Mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari adalah kebiasaan untuk bertindak, tidak tergantung pada pihak lain untuk dalam merawat diri maupun dalam beraktivitas sehari-hari. Untuk mengetahui ketergantungan pada keluarga maka perlu dilakukan pengkajian terhadap status fungsionalnya yaitu pemeriksaan terhadap kemampuan melakukan ADL (Activity of Daily Living). Kemampuan dalam melakukan ADL (Activity of Daily Living) diukur dengan tingkat kemandirian dan ketergantungan lansia, baik pada lansia laki-laki maupun perempuan, dengan menggunakan Indeks Barthel untuk aktivitas kehidupan sehari-hari (Maryam, R. Sitti, dkk, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2006), menunjukkan bahwa lansia yang menderita nyeri musculoskeletal sebanyak 80%. Rata-rata kualitas nyeri secara subyektif (VAS) besarnya 2,7 ± 1,9 dan lokasi nyeri terbanyak didapatkan pada lutut sebesar 41%. Kemampuan fungsional fisik didapatkan nilai ratarata sebesar 6,9 ± 0,4 yang termasuk kategori mandiri terbatas. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Cicy Chintyawati (2014), menunjukkan bahwa 20 responden (51,3%) mengalami nyeri rendah disertai tingkat kemandirian yang tinggi, dan 19 responden (48,7%) mengalami nyeri tinggi disertai tingkat kemandirian rendah. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara nyeri Reumatoid Artritis dengan tingkat kemandirian 3
4 dalam melakukan aktivitas seharihari pada lansia (p value=0,000). Survey awal yang dilakukan di Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar, diperoleh data jumlah lansia pada tahun 2012 dan 2013 berjumlah sama yaitu sebanyak orang, pada tahun 2014 jumlah lansia meningkat dengan jumlah orang, dan pada tahun 2015 periode januari-februari jumlah lansia sebanyak 575, dan 81 orang diantaranya menderita rheumatoid arthritis (Rekam Medik Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar, 2015). Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gambaran nyeri rheumatoid artritis dan tingkat kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian, Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif, untuk memperoleh gambaran nyeri rheumatoid artritis dan tingkat kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar, sejak tanggal 30 Maret s/d 11 April Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar. Sampel yang diteliti sebanyak 67 responden menggunakan teknik Accidental sampling. Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat ukur pengumpulan data. Dalam penelitian ini informasi didapatkan dari dua jenis sumber data yaitu data primer dan sekunder. Pengolahan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang di sediakan. Variabel independen ialah Skala likert, dengan nilai tertinggi yaitu 3, dan nilai terendah 1, Sedangkan tingkat kemandirian dalam ADL digunakan skala ordinal, dengan nilai tertinggi yaitu 2, dan nilai terendah 0. Langkah langkah pengolahan data terdiri dari Selecting, Editing, Koding dan Tabulasi Data Analisa Data Analisa dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian presentasi dari tiap variabel yang diteliti dengan menggunakan komputerisasi program SPSS. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Respon Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Tahun 2015 Umur n (%) Responden Thn 54 80,6 >74 Thn 13 19,4 Pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur tahun dengan jumlah sebanyak 54 responden (80,6%), sedangkan kelompok umur > 74 tahun berjumlah 13 responden (19,4%). 4
5 Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Tahun 2015 Jenis Kelamin n (%) Laki-laki 27 40,3 Perempuan 40 59,7 Pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah sebanyak 40 orang (59,7%), sedangkan responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 27 orang (40,3%). Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Tahun 2015 Pendidikan n % Tidak Sekolah 15 22,4 SD 21 31,3 SMP 18 26,9 SMA 9 13,4 Perguruan Tinggi 4 6,0 Pada tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang tidak bersekolah sebanyak 15 orang (22,4%), SD berjumlah 21 orang (31,3%), SMP berjumlah 18 orang (26,9%), SMA berjumlah 9 orang (13,4%), dan Perguruan Tinggi berjumlah 4 orang (6,0%). Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Tahun 2015 Pekerjaan Responden n % Tidak Bekerja 33 49,3 PNS/Pensiunan 4 6,0 Pegawai Swasta 3 4,5 Wiraswasta 27 40,3 Pada tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja berjumlah 33 orang (49,3%), PNS/ Pensiunan berjumlah 4 orang (6,0%), pegawai swasta berjumlah 3 orang (4,5%), dan yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 27 orang (40,3%). Tabel 5 : Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Tahun 2015 Status Perkawinan n % Kawin 52 77,6 Janda/Duda 15 22,4 Pada tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus kawin dengan jumlah sebanyak 52 orang (77,6%), sedangkan responden yang berstatus sebagai janda/duda berjumlah 15 orang (22,4%). 5
6 2. Analisa Univariat Tabel 6 : Distribusi Responden Berdasarkan Nyeri Rhaeumatoid Arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Tahun 2015 Nyeri Rhaeumatoid Arthritis n % Nyeri Berat 4 6,0 Nyeri Sedang 12 1,9 Nyeri Ringan 51 76,1 Pada tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang mengalami nyeri berat berjumlah 4 orang (6,0%), nyeri sedang berjumlah 12 orang (17,9%), dan nyeri ringan berjumlah 51 orang (76,1%). Tabel 7 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa MakassarTahun 2015 Tingkat Kemandirian n % Ketergantungan 4 6,0 Berat Ketergatungan 15 22,4 Ringan Mandiri 48 71,6 Pada tabel 7 menunjukkan bahwa responden dengan ketergantungan berat yaitu 4 orang (6,0%), ketergantungan ringan sebanyak 15 orang (22,4%), dan mandiri berjumlah 48 orang (71,6%). PEMBAHASAN Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur tahun dengan jumlah sebanyak 54 responden (80,6%). Hal ini dikarenakana usia harapan hidup manusia khususnya Indonesia yang rata-rata hanya mencapai usia 74 tahun sehingga pada saat penelitian dilakukan sebagian besar responden yang dijumpai berkisar pada umur tahun saja, meskipun masih ada beberapa yang berusia >74 tahun. Semakin tinggi usia seseorang akan lebih berisiko mengalami masalah kesehatan karena adanya faktor-faktor penuaan lansia akan mengalami perubahan, baik dari segi fisik, ekonomi, psikososial, kognitif dan spiritual. Berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah sebanyak 40 orang (59,7%). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan masalah kesehatan untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan karena adanya perbedaan anatomi dan fisiologi, adanya perbedaan kebiasaan hidup dan terdapatnya perbedaan tingkat kesadaran berobat serta perbedaan aktivitas antara lakilaki dan perempuan dari perbedaan tersebut tentu pula akan membawa perbedaan distribusi dan frekuensi. Darmojo & Wartono (2004), mengatakan bahwa prevalensi lebih tinggi wanita dibandingkan dengan laki laki, lebih dari 75% penderita RA adalah wanita. Berdasarkan tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan SD dengan 6
7 jumlah sebanyak 21 orang (31,3%). Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan, perilaku serta pencegahan penyakit, sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang maka perilaku dalam mencegah penyakit akan semakin baik. Sedagkan berdasarkan pekerjaan, menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja dengan jumlah sebanyak 33 orang (49,3%). Hal ini dapat sisebabkan oleh beberapa faktor, misalnya; usia lansia yang sudah tidak produktif, adanya penyakit yang tidak memungkinkan lansia untuk dapat bekerja serta kebutuhan lansia yang sebagian besar di tanggung oleh anak-anak mereka. a. Gambaran Nyeri Rheumatoid Artritis Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Pada hasil penelitian tingkat nyeri rheumatoid artritis yang dialami responden, menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 51 orang (76,1%), nyeri sedang berjumlah 12 orang (17,9%), dan nyeri berat berjumlah 4 orang (6,0%). Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan penelitian sebagian besar responden mengatakan mengalami nyeri pada pagi hari, sendi terasa nyeri ketika digerakkan dan sendi terasa panas. Hal ini secara teoritik dijelaskan bahwa gejala rheumatoid artritis yaitu kaku pada pagi hari berlangsung selama 30 menit, teraba hangat dan nyeri ketika digerakkan. Adanya nyeri sendi pada rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya seringkali takut untuk bergerak sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya dan dapat menurunkan produktivitasnya. Ada 2 faktor yang berperan dalam beratnya rasa nyeri pada penderita penyakit rheumatoid arthritis, yaitu; beratnya peyakit dan ambang nyeri dari si penderita. Makin bertambah berat penyakit makin bertambah pula rasa nyeri dan bila perjalanan penyakit dapat dihentikan seperti pada rheumatoid arthritis, maka rasa nyeri akan berkurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Cicy Chintyawati (2014), yang menunjukkan bahwa dari 39 responden yang mengalami artritis reumatoid, 29 orang (74,36%) mengalami nyeri ringan, dan 10 orang (25,64) mengalami nyeri tinggi. Pada rheumatoid artritis nyeri dan inflamasi disebabkan oleh terjadinya proses imunologik pada sinovia yang mengakibatkan terjadinya sinovitis dan pembentukan pannus yang akhirnya menyebabkan kerusakan sendi. Pada arthritis gout adanya deposit kristal asam urat pada sinovia/rongga sendi akan mengakibatkan terjadinya inflamasi (Potter, Patricia A. 2005). Menurut Hardywinoto (2005), bahwa adanya nyeri sendi pada rheumatoid artritis seringkali membuat penderitanya takut untuk bergerak sehingga mengganggu aktivitas sehariharinya dan dapat menurunkan 7
8 roduktivitasnya. Penurunan kemampuan muskuloskeletal karena nyeri sendi dapat juga menurunkan aktivitas fisik dan latihan, sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dikarenakan responden yang mengalami nyeri berat akan selalu tergantung pada anggota keluarganya sehingga mengganggu aktivitas sehariharinya, sedangkan responden yang hanya mengalami nyeri ringan akan lebih mandiri dan dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya tanpa dibantu oleh orang lain. b. Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari- Hari Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Makassar Pada hasil penelitian tingkat kemandirian lansia dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan bahwa sebagian besar responden mandiri yaitu sebanyak 48 orang (71,6%) dalam melakukan ADL (Activity Daily Living), yang mengalami ketergantungan ringan sebanyak 15 orang (22,4%), dan yang mengalami ketergantungan berat sebanyak 4 orang (6,0%). Hal ini dapat dijelaskan bahwa kemandirian pada usia lanjut tergantung pada kemampuan status fungsionalnya dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian lansia meliputi kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti; mandi, berpakaian rapih, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat mengelola BAK/BAB, serta dapat makan sendiri. Aktivitas berhubungan erat dengan kemandirian seseorang seperti lansia yang mandiri dan jarang terkena sakit sendi cenderung lebih senang berolahraga seperti senam dan jalan santai sesuai yang dikemukakan oleh Barbara, Kozier, dkk. (2010), bahwa aktivitas dapat bermanfaat untuk mempertahankan fungsi sendi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Rinajumita (2011), yang dilakukan pada 90 responden di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat melakukan aktivitasnya sendiri atau mandiri yaitu (87,78%). Tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas seharihari sangatlah dipengaruhi oleh status kesehatan yang dialami, dimana jika lansia mengalami kondisi kesehatan yang tidak baik maka lansia cenderung membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun jika lansia memiliki, kondisi kesehatan yang baik maka lansia akan mampu mandiri dalam memenuhi kabutuhannya sehari-hari. Pada saat dilakukan penelitian sebagian besar lansia yang menderita rheumatoid artritis mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus dengan bantuan orang lain, hal ini dikarenakan pada sebagian besar responden hanya mengalami nyeri ringan sehingga lansia masih mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari tanpa bantuan orang lain. 8
9 Menurut pendapat Hurlock (2002), bahwa orang lanjut usia dengan kondisi kesehatan baik dapat melakukan aktivitas apa saja, sedangkan yang memiliki kondisi kesehatan sedang cenderung memilih aktivitas yang memerlukan sedikit kagiatan fisik. Hal ini sejalan dengan pendapat Darmojo (2004), yang mengatakan bahwa kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan sehingga dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Tingkat kemandirian tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi kesehatan, namun kemandirian dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan kondisi sosial. Faktor kondisi ekonomi misalnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka tidak bekerja, tetapi mendapat bantuan dari anak-anak atau keluarga, sedangkan faktor kondisi sosial merupakan kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman. SIMPULAN 1. Berdasarkan tingkat nyeri rheumatoid artritis yang dialami responden, sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 51 orang (76,1%). 2. Berdasarkan tingkat kemandirian lansia dalam kehidupan seharihari, sebagian besar responden mandiri yaitu sebanyak 48 orang (71,6%) dalam melakukan ADL (Activity Daily Living). SARAN 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan bagi institusi pendidikan serta dapat digunakan sebagai referensi yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang gambaran nyeri rheumatoid artritis dan tingkat kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia. 2. Bagi Puskesmas Diharapkan dapat memberikan dukungan kepada keluarga usia lanjut agar senantiasa mengikuti program posyandu lansia, serta dapat memberikan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan lanjut usia seperti nyeri rheumatoid artritis untuk lanjut usia. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan agar dapat melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kemandirian lansia, misalnya; faktor ekonomi dan kondisi sosial. DAFTAR PUSTAKA Asmadi Teknik Prosedural dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. Azizah, Lilik Ma rifatul Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Barbara, Kozier. dkk Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 7. Jakarta : EGC. 9
10 Cicy Chintyawati. 2014, Hubungan antara Nyeri Reumatoid Artritis dengan Kemandirian dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari pada Lansia di Posbindu Karang Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan. (online) /CICY-CHINTYAWATIfkik#scribd. diakses tanggal 18 Maret Darmojo & Wartono Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : FKUI. Hardywinoto & Toni Setiabudhi Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia; Panduan Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Hidayat A.Aziz Alimul Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika. Hurlock, Elizabeth Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga. Junaidi, N Reumatik dan Asam Urat. Jakarta : BIP. Kementerian Kesehatan RI Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. (online). ad.php?file=download/pusdatin/ buletin/buletin-lansia.pdf. di akses tanggal 20 Februari Maryam, R. Sitti. dkk Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. Muttaqin, Arif Buku Ajar Keperawatan Klien dengn Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika. Padila Keperawatan Gerontik. Cetakan Petama. Yogyakarta : Nuha Medika. Pemerintah Provinsi Sulsel Profil Kesehatan Lansia. (online). o.id/berita-musda-pertamalansia-sayang-bunda.html. di akses tanggal 20 Februari Potter, Patricia A Buku ajar Fundamental : Konsep, proses dan praktek. Edisi 4. Jakarta : EGC. Puji Esse, dkk Pedoman Penulisan Skripsi. Edisi 11. Makassar : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar. Rachmawati Nyeri Musculoskeletal dan Hubungannya dengan Kemampuan Fungsional Fisik pada Lanjut Usia. Jurnal (online). g/wpcontent/uploads/2011/02/ati k.pdf. diakses tanggal 18 Maret Rinajumita Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. 10
11 Fakultas Kedokteran Jurusan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang. (online). scribd.com/doc/ /rinaj umita-fk-kesmas#. diakses tanggal 02 Mei Yeniar, Indriana Gerontologi dan Progeria. Cetakan I. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sigit N. Pasetyo Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sjahmien, Moehyi Diet Pencegah & Penyembuh 10 Penyakit Berbahaya Mitos dan Fakta. Cetakan I. Depok Timur : Papar Sinar Sinati. Smeltzer, Suzanne C Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Edisi 8, Vol 2. Jakarta : EGC. Tamher S, Noorkasiani Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Tamsuri Anas Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC. Wahyudi, Nugroho Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC. Wijaya, S.A, Putri M.Y Keperawatan Medikal Bedah; Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika. 11
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, peraikan lingkungan hidup,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran, dimana penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur-angsur turun, dilain pihak penyakit menahun yang disebabkan oleh
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015
ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 Fatma Abd Manaf 1, Andi ayumar 1, Suradi Efendi 1 1 School od Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
Lebih terperinciGLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN
GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 17 ISSN 250350 TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI POSYANDU DI KEL. NGAGEL REJO KEC. WONOKROMO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses
Lebih terperinciPERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO
PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO Oleh SRI OKTAVIANTI ISMAIL NIM. 841 411 028 Telah diperiksa dan disetujui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah yaitu proses menua dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah menunjukkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
Lebih terperinci2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri sendi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh siapapun karena setiap orang di dalam tubuhnya memiliki persendian (Soeroso, 2006). Sendi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa tua merupakan masa yang paling bahagia. Yaitu masa dimana kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa tua merupakan masa yang paling bahagia. Yaitu masa dimana kita akan ditemani oleh pasangan, anak, saudara bahkan cucu-cucu yang akan menambah kebahagiaan dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA NYERI GOUT ARTHRITIS DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DI PUSKESMAS TOWUNTU TIMUR KECAMATAN PASAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
HUBUNGAN ANTARA NYERI GOUT ARTHRITIS DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DI PUSKESMAS TOWUNTU TIMUR KECAMATAN PASAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Ribka Seran Hendro Bidjuni Franly Onibala Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia terdapat 230 sendi yang menghubungkan 206 tulang, perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
Lebih terperinciSTUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA
STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA Suryono Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Proses menua yang dialami lansia mengakibatkan berbagai perubahan fisik, mental, dan emosional seiring dengan bertambahnya usia.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND ELDERLY DAILY LIVING ACTIVITIES INDEPENDENCES Endang Mei Yunalia,
Lebih terperinciAdelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU LANSIA TERHADAP PENCEGAHAN PENINGKATAN ASAM URAT DI POSKESDES DESA PARULOHAN KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2016 Adelima C R Simamora Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Usia lanjut dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya umur harapan hidup (life
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI
ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya
Lebih terperinciJurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Jurnal yang berjudul
Jurnal yang berjudul Jurnal yang berjudul ABSTRAK Irmawati Nur.. Pengaruh Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Activities Daily Living sterhadap Kualitas Hidup Lansia di Desa Raharja Kecamatan Wonosari Kabupaten
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR Bunga Anton 1, Nursalim 2, Sri Purnama Rauf 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia memiliki perubahan struktur otak yang menyebabkan kemunduran kualitas hidup yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008).
Lebih terperinciKata kunci: lansia, senam lansia, kemampuan fungsional.
ABSTRAK Tansauban G. Rusman. 2015. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kemampuan Fungsional Lansia di Puskesmas Berlian Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa dan salah satu keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Dimana pada tahap ini lansia mengalami kemunduran fungsi fisiologi organ tubuhnya (Suhartini, 2010). Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
Lebih terperinciEFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION ( TENS ) PULSE BURST DAN ARUS TRABERT DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK DI LUTUT PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun Oleh: WIWIK WIDIYASARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Antara 2015 dan 2050, proporsi dari lansia diperkirakan dua kali lipat dari 12% sampai 22%. Hal ini merupakan peningkatan yang tidak dapat di duga dari 900 juta menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belatang kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga tingkat yang diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang akan selalu digunakan
Lebih terperinciWa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RUMBIA KABUPATEN BOMBANA Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 Tahun 1998). Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh manusia. Semakin meningkatnya usia seseorang, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi pada semua umur
Lebih terperinciUPAYA MENURUNKAN KELUHAN NYERI SENDI LUTUT PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEJAHTERA
UPAYA MENURUNKAN KELUHAN NYERI SENDI LUTUT PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEJAHTERA EFFORTS TO REDUCE THE KNEE JOINT PAIN COMPLAINTS IN ELDERLY ELDERLY POSYANDU PROSPER Sri Handono Selvia David Richard
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA KETUA: TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom Ns. Emira Apriyeni, S.kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lansia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia. Dikatakan sebagai perkembangan terakhir, karena ada sebagian anggapan bahwa perkembangan manusia
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI
PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI Sry Oktaviana Br Sitepu*, Iwan Rusdi** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa
Lebih terperinciJurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013
PENGARUH TERAPI RANGE OF MOTION (ROM) DALAM MENURUNKAN SKALA NYERI PENYAKIT ARTRITIS RHEUMATOID PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2012 Oleh : Sasono Mardiono Dosen Program
Lebih terperinci2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN
JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN YENY PERWITOSARI 201001039 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI Iwan Permana, Anita Nurhayati Iwantatat73@gmail.com
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:
Lebih terperinciDesy Lini Wagiarti*) Zumrotul Choiriyyah, S. Kep.,Ns.,M.Kes**), Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep, Sp.KMB **)
HUBUNGAN NYERI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA YANG MENGALAMI REUMATOID ATRITISDI DESA LEREP KECAMATA UNGARAN BARAT Desy Lini Wagiarti*) Zumrotul Choiriyyah, S. Kep.,Ns.,M.Kes**),
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia suatu saat pasti akan mengalami proses penuaan. Salah satu perubahan kondisi fisik karena menua adalah pada sistem muskuloskeletal yaitu gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang
Lebih terperinciHUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN Wirdasari Hasibuan*, Ismayadi** ABSTRAK Program pelayanan posyandu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan suatu lapangan khusus di bidang kesehatan,
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI
GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA 20 30 TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI Susilowati Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Kanker payudara adalah kanker yang terjadi pada payudara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 74 tahun, lanjut
Lebih terperinciEFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT
EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,43% (Maryam, 2008). Semakin seseorang bertambah usia maka
Lebih terperinciDESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG 1 Lisa Agustina ABSTRAK Jatuh merupakan masalah fisik yang sering
Lebih terperinciNora Haryani, Gambaran Pengetahua
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA PENDERITA ARTRITIS REUMATOID TERHADAP PERAWATAN NYERI SENDI DI DESA PAYA KULBI KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG Nora Hayani 1 1 Dosen Prodi D-III
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua
Lebih terperinciSKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUA TENTANG PENYAKIT REUMATIK DENGAN SIKAP LANSIA DALAM MENGATASI KEKAMBUHAN PENYAKIT REUMATIK DI POSYANDU LANSIA KALURAHAN KARANGASEM KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA SKRIPSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut
Lebih terperinciHubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri
Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Endah Tri Wijayanti Prodi DIII Keperawatan, Universitas Nusantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan mental:
Lebih terperinciHubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan Ika Pratiwiningrum, Siti Muawanah Aida Rusmariana, Rita Dwi Hartanti Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Proses alami ditandai
Lebih terperinciPOLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN Efitri Novalina Siboro*, Iwan Rusdi ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya
BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL (Activity Dialy Living) PADA LANSIA DI DESA BAKALANPULE KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN Nur Khoirun Nisa*, Arifal Aris**
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Populasi lanjut usia (lansia) adalah kemajuan bagi keberhasilan umat manusia dalam meningkatkan kesehatan dan keberhasilan masyarakat untuk perilaku hidup sehat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA MENGENAI PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBONGPARI KOTA TASIKMALAYA
PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA MENGENAI PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBONGPARI KOTA TASIKMALAYA Teti Agustin, S.Kp., M.Kep Program Studi D-III Keperawatan STIKes Bakti
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 1.1.1 Sejarah Desa Tualango Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Desa Tualango terbentuk sejak tahun 1908. Asal mula nama Desa Tualango
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia, menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak
Lebih terperinciOleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP LANSIA MENGENAI POSBINDU DI RW 07 DESA KERTAWANGI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2011 Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan bahwa
Lebih terperinciMata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis)
SAP Rematik Ditulis pada Kamis, 24 Maret 2016 02:51 WIB oleh damian dalam katergori SAP tag SAP, gout, rematik, endokrin http://fales.co/blog/sap-rematik.html SATUAN ACARA PENYULUHAN Mata Ajar : Keperawatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG 5 ABSTRAK Anak merupakan generasi unggul penerus suatu bangsa yang pada dasarnya tidak akan tumbuh
Lebih terperinci