BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Landasan Pemikiran Sintaks Pemuaian Zat. Dalam arti luas sering dikatakan bahwa mengajar adalah mengorganisasikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Landasan Pemikiran Sintaks Pemuaian Zat. Dalam arti luas sering dikatakan bahwa mengajar adalah mengorganisasikan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Landasan Pemikiran Sintaks Pemuaian Zat Dalam arti luas sering dikatakan bahwa mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa untuk belajar. Peranan guru di kelas bukanlah semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memfasilitasi siswa agar proses belajar dapat lebih memadai. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang akan diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Materi sub-pokok bahasan pemuaian zat adalah salah satu materi Fisika yang memiliki karakteristik observable dan measurable. Banyak contoh-contoh terapan dan fenomena autentik di sekitar siswa yang terkait dengan materi ini. Oleh sebab itu, desain sintaks pembelajaran meteri pemuaian zat akan lebih bagus apabila didasarkan pada teori belajar penemuan yang dikemukakan oleh J. Bruner. Dalam teori belajar penemuan, proses pembelajaran diarahkan supaya siswa dapat menemukan konsep/prinsip materi yang dipelajari melalui proses kegiatan penyelidikan baik itu berupa observasi maupun eksperimen. Berdasarkan kajian teori mengaenai belajar penemuan, pengembangan pola pikir ilmiah, dan pemguasaan konsep, maka sintaks pembelajaran untuk pemuaian zat disusun sebagai berikut. 67

2 a. Fase Pertama (Observasi dan mengidentifikasi fenomena terkait pemuian zat) Hasil proses belajar pada intinya merupakan kombinasi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. menurut pandangan Ausebel dalam Dahar (989:2) menyatakan bahwa agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. sehingga dalam hal ini pengaturan awal yang mengarahkan siswa ke dalam materi yang akan dipelajari sangatlah penting untuk menolong siswa mengingat kembali informasi yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan informasi baru. (Dahar, 989:7) Berdasarkan hal tersebut, maka sintaks pembelajaran pemuaian zat ini diawali dengan kegiatan pendahuluan yang terdiri dari kegiatan apersepsi, motivasi dan konsepsi awal. Fase pertama ini merupakan tahapan awal/pendahuluan dari tahapan-tahapan pembelajaran yang didesain. Pada kegiatan apersepsi, peneliti memberikan beberapa pertanyaan arahan apersepsi. Pertanyaan apersepsi yang diberikan bertujuan agar siswa dapat sadar akan adanya keterkaitan materi yang akan dipelajari dengan materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah kegiatan apersepsi kegiatan fase pertama dilanjutkan dengan kegiatan konsepsi awal, dalam kegitan tersebut peneliti menampilkan sebuah fenomena fisis terkait dengan pemuaian zat. Pengetahuan pemuaian zat secara umum adalah konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sudah tidak asing lagi bagi siswa SMA kelas X. Apabila kita bertanya tentang contoh penerapan konsep pemuaian pada kehidupan sehari- 68

3 sehari, pasti kebanyakan siswa akan menjawab adanya celah pada pemasangan rel kereta, atau celah pada bingkai kaca jendela atau kabel telepon yang mengendur pada saat siang hari. Namun, Apabila ditanya lebih mendalam apakah benar siswa pernah memperhatikan fenomena tersebut secara nyata pasti sebagian besar siswa akan menjawab belum, sebagian besar siswa mengetahui contoh tersebut hanya terbatas dari buku atau narasumber yang memberitahu mereka pada saat mereka mempelajari konsep suhu dan kalor di SMP atau SD. Para siswa pada umumnya sudah hapal jika sebuah benda dipanaskan pasti akan bertambah ukurannya baik itu panjang atau pun volumenya. Namun, peneliti yakin hal tersebut hanyalah sebatas dihapal tanpa pernah siswa sadari atau perhatikan sebelumnya. Sebagai contoh, ketika peneliti membawa alat peraga pemuaian cincin dan bola ke kelaskelas tempat peneliti melaksanakan kegiatan PLP, hampir dari setengahnya siswa bertanya pak itu untuk apa? Hari ini kita akan belajar apa? Alat apa itu pak? Dll. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa ada yang belum pernah melihat fenomena pemuaian zat secara real dan langsung mereka amati. Oleh karena itu untuk menyadarkan kembali siswa terhadap konsep pemuaian zat, maka peneliti awali desain sintaks pembelajaran dengan menampilkan fenomena pemuaian. Kemudian dari fenomena tersebut, diharapkan siswa dapat menyadari bahwa ketika sebuah benda mengalami perubahan suhu maka benda tersebut juga akan mengalami perubahan ukuran panjang/volume. Jika dipanaskan ukurannya akan bertambah besar atau 69

4 memuai dan jika benda tersebut didinginkan maka ukurannya akan berkurang atau kontraksi. Setelah kegiatan apersepsi dan kegiatan konsepsi awal, kegiatan fase pertama dilanjutkan dengan memberikan motivasi pada siswa melalui pemberian informasi tentang teknologi yang menerapkan konsep pemuaian zat dan juga kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa setelah mempelajari materi pemuaian zat. Aspek ranah kognitif yang dilatihkan pada fase pertama ini adalah aspek pengetahuan dan pemahaman (C dan C 2 ). C dilatihkan pada kegiatan apersepsi dan C 2 dilatihkan pada kegiatan konsepsi awal. Sementara itu untuk kemampuan pola pikir ilmiah, pada fase ini kemampuan yang dilatihkannya adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah atau tema. b. Fase Kedua (Menentukan variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian panjang zat) Setelah siswa sadar terhadap adanya pemuaian zat ketika sebuah benda dipanaskan, maka selanjutnya pada fase kedua siswa diarahkan untuk dapat memahami variabel apa sajakah yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat. Siswa diberikan pemahaman mana yang menjadi variabel bebas, variabel control, dan variabel terikat. Untuk mencapai tujuan ini, pertama-tama siswa diarahkan untuk mengkaji hasil pengamatannya di fase pertama. selanjutnya siswa diberikan pertanyaan arahan yang mengarahkan agar siswa memahami bahwa salah satu variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat adalah kenaikan suhunya. Setelah siswa memahami suhu sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi pemuaian, kemudian guru memberikan informasi bahwa selain besarnya 70

5 kenaikkan suhu, besarnya pemuaian zat juga dipengaruhi oleh variabel panjang/volume awal zat. Semakin besar panjang/volume awal zat, maka akan semakin besar pula pemuaian zat tersebut. Selanjutnya selain dari kenaikan suhu dan ukuran awal zat, melalui demonstrasi fenomena pemuaian pada dua jenis zat yang berbeda ditunjukan bahwa besarnya pemuaian zat dipengaruhi juga oleh jenis zat tersebut. Setelah memahami besaran-besaran fisis apa saja yang ada dalam konsep pemuaian, selanjutnya siswa diarahkan untuk menemukan bagaimana persamaan matematis yang menghubungkan antara variabel-variabel di atas. c. Fase Ketiga (siswa melakukan pengambilan data menganalisis data untuk menemukan konsep hubungan perubahan panjang/volume terhadap perubahan suhu) Pada fase ini pertama-tama siswa diarahkan untuk memahami mana yang menjadi variabel bebas, varibel terikat, dan variabel kontrol dalam eksperimen pemuaian zat yang akan mereka pelajari. Setelah siswa memahami hal tersebut, kemudian siswa diarahkan untuk merumuskan masalah bagaimana hubungan antara variabel perubahan suhu logam terhadap perubahan ukuran panjang/volumenya. Setelah merumuskan masalah, selanjutnya siswa melakukan kegiatan eksperimen dan analisis data hasil eksperimen untuk menemukan jawaban persamaan(formula) konsep hubugan pemuaian zat terhadap perubahan suhunya. Untuk kegiatan analisis data, pertama-tama secara berkelompok siswa diarahkan untuk membuat grafik hubungan suhu zat padat terhadap panjang logam berdasarkan data yang telah diperoleh. Setelah siswa membuat grafik besar 7

6 pemuaian terhadap suhu, Selanjutnya melalui kegiatan grafik induksi fungsi y terhadap x guru mengarahkan siswa menyimpulkan makna dari data grafik yang telah dibuat. Misalnya, apa makna dari kemiringan grafik yang telah dibuat, kemudian bagaimana persamaan grafiknya, dan bagaimana interpretasi dari persamaan grafik tersebut. Ranah kognitif yang dilatihkan pada fase ketiga ini diantaranya adalah aspek pemahaman, penerapan konsep dan analisis konsep. Sedangkan untuk kamampuan pengembangan pola pikir ilmiah yang dilatihkan pada fase ini diantaranya adalah menentukan teknik pengolahan data, menginterpretasi hasil analisa data. d. Fase keempat :menyimpulkan konsep pemuaian zat (mendefinisikan pemuaian dan koefisen muai linear) serta membedakan pemuaian panjang, luas dan volume Fase keempat merupakan fase yang didisain agar siswa dapat menyimpulkan konsep-konsep apa saja yang telah dipelajari dari setiap rangkaian sintaks pembelajaran pemuaian zat, pada fase ini guru juga memberikan penguatan kepada siswa. Sehingga diharapkan melalui fase ini siswa dapat mengendapkan pemahaman konsep pemuaian zat dengan benar. aspek kognitif yang dilatihkan adalah aspek pemahaman, penerapan, dan analisis. Sedangkan untuk kemampuan pola pikir ilmiah yang dilatihkan pada fase ini adalah menarik kesimpulan. B. Hasil dan Pembahasan Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Pemuaian Zat 72

7 Materi pelajaran pemuaian zat dalam kurikulum KTSP merupakan bagian atau sub-bab materi suhu dan kalor. Berdasarkan standar kelulusan, Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran Bab ini adalah Menganalisis Pengaruh Kalor terhadap Suatu zat (Depdiknas 2006). Kompetensi dasar tersebut mengandung pengertian bahwa kemampuan minimal yang harus dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran suhu dan kalor adalah siswa mampu menganalisa konsep pengaruh kalor terhadap zat. Berdasarkan kompetensi dasar di atas, maka disusunlah indikator-indikator pembelajaran yang diantaranya sebagai berikut:. Menjelaskan konsep pemuaian zat padat berdasarkan fenomena atau informasi yang diamati. 2. Mengemukakan variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat. 3. melakukan eksperimen untuk mencari hubungan pemuaian zat sebagai fungsi perubahan suhu. 4. Menganalisis data hasil eksperimen pemuaian zat cair dan gas sebagai fungsi perubahan suhu. 5. Menyimpulkan pemuian zat sebagai fungsi perubahan suhu. 6. Menerapkan konsep pemuaian menyelesasaikan persoalan fisika serta kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Pada Pertemuan Pertama 73

8 Pembelajaran pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 20, dari jam 06:30-08:00. Pada pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah materi tentang pemuian zat padat. Pada penelitian ini, keterlaksanaan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran konsep pemuaian zat padat dilihat dan dinilai melalui format lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Metode penilaian dilakukan secara triangulasi oleh tiga orang observer. dimana masing-masing observer mengamati ketercapaian kegiatan guru dan kegiatan siswa pada setiap fase kegiatan pembelajaran. Untuk setiap kegiatan yang terlaksana, Observer memberi nilai (satu). Sebaliknya, jika tidak terlaksana, observer memberi nila 0 (nol). Berikut ini adalah adalah gambaran hasil keterlaksanaan sintaks untuk setiap fasenya a. Keterlaksanaan Pembelajaran Fase Pertama Tabel 4. Keterlaksanaan Fase I Pembelajaran Pertemuan Pertama Fase pertama: Observasi dan identifikasi fenomena pemuian zat. No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa a. Guru mengkorelasikan materi pemuaian zat dengan materi sebelumnya melalui a. Siswa merespon pertanyaan arahan guru: pertanyaan apersepsi berikut:. Kecepatan molekul. Jika ketiga benda ini diberi kalor. Secara mikroskopik perkirakan apa yang terjadi dengan molekul-molekul zat tersebut (sambil menunjukkan benda padat, cair dan gas). tersebut akan bertambah/energi kinetik partikel benda tersebut akan bertambah besar. b. Guru mendemonstrasikan pemuaian pemuaian pada bola besi c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan belajar yang akan dilaksanaka b. siswa mengamati demonstrasi yang ditampilkan. Siswa mencatat hasil pengamatan. c. Siswa menyimak informasi yang disampaikan. 74

9 Dari data tabel 4. di atas maka dapat dilihat bahwa semua kegiatan guru dan siswa yang didesain dan direncanakan pada fase pertama hampir semuanya terlaksana. Namun untuk keterlaksanaan kegiatan siswa, nilai ketercapaian di atas bukan keseluruhan siswa. pada fase pertama ini hanya sebagian besar siswa yang merespon dan serius mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan sebagian lainnya ada yang mengobrol dan tidak memperhatikan. Pada fase ini kondisi kelas dan sebagian besar siswa relative dapat dikelola dengan baik. Namun untuk kedisiplinan waktu, peneliti menilai siswa masih kurang disiplin kerana semua siswa datang ke lab telat 20 menit. Berdasarkan tafsiran pangabean mengenai keterlaksanaan model, maka fase pertama ini dikategorikan sangat baik. b. Keterlaksanaan Pembelajaran Fase Kedua Tabel 4.2 Keterlaksanaan Fase II Pembelajaran Pertemuan Pertama Fase kedua: memprediksikan variable-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil a. Guru menampilkan demonstrasi pemuaian cincin dan pemuaian panjang logam (alumunium dan kuningan). Kemudian siswa diberikan pertanyaan arahan sebagai berikut:. Jika kedua batang ini dipanaskan, batang manakah yang lebih cepat memuai? b. Guru menjelaskan cara kerja linear expansion apparatus. c. Guru mendemonstrasikan logam alumunium dan kuningan. a. Siswa merespon pertanyaan arahan guru:. Jawaban diharapkan bervariasi. b. Siswa menyimak informasi yang disampaikan. Siswa mengamati demonstrasi yang ditampilkan. dan mencatat hasil pengamatan. c. 75

10 Tabel 4.2 (Lanjutan) Keterlaksanaan Fase II Pembelajaran Pertemuan Pertama Fase kedua: memprediksikan variable-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil d. Guru mengarahkan siswa e. Siswa merespon untuk memahami variable arahan dan yang mempengaruhi menyimak pemuaian panjang. informasi yang (mengarahkan mana yang disampaikan menjadi variaber bebas, varibel terikat, dan control Keterlaksanaan: 90% Pada fase kedua kegiatan guru dan siswa hampir seluruhnya terlaksana, namun pada fase ini banyak hal yang harus disempurnakan, terutama pada pertanyaan arahan dan alokasi waktu dalam menampilkan fenomena. Pertanyaan arahan yang diberikan pada siswa selain harus tajam mengarahkan pada konsep yang diharapkan, juga diperlukan beberapa pertanyaan alternatif yang mengarahkan pada jawaban yang diharapkan. Pada fase ini tetap seperti pada fase pertama, keterlaksanaan kegiatan siswa hanya untuk sebagian besar siswa saja, tidak untuk seluruh siswa. Untuk alokasi waktu, pada fase ini harus lebih diefektifkan lagi karena banyak tersita oleh pertanyaan arahan, dan demonstrasi. 76

11 c. Keterlaksanaan Pembelajaran Fase Ketiga Tabel 4.3 Keterlaksanaan Fase III Pembelajaran Pertemuan Pertama Fase ketiga : siswa melakukan pengambilan data menganalisis data untuk menemukan konsep hubungan perubahan panjang/volume terhadap perubahan suhu No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil a. Guru mengarahkan siswa untuk membuat tabel pengamatan Siswa membuat tabel pengamatan b. Guru menampilkan Siswa menyimak video eksperimen video eksperimen pemuaian zat padat. pemuaian zat, c. Guru membimbing siswa dalam kemudian mencatat pengambilan data hasil pengamatannya pengamatan.. Guru mengarahkan Secara berkelompok siswa untuk siswa membuat grafik menganalisis data fungsi ( = eksperimen. 2. Siswa diarahkan secara berkelompok Siswa menyimak 0 untuk membuat grafik infomasi/pelajaran yang fungsi ( = disampaikan 3. Guru memberikan induksi pelajaran Siswa merespon dan 0 matematika tentang memperhatikan grafik linear dan penjelasan guru persamaan grafik 77

12 Lanjutan Tabel 4.3 (Lanjutan) Keterlaksanaan Fase III Pembelajaran Pertemuan Pertama Fase ketiga : siswa melakukan pengambilan data menganalisis data untuk menemukan konsep hubungan perubahan panjang /volume terhadap perubahan suhu No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil. Guru mengarahkan siswa untuk menginterpretasikan kemiringan grafik. 2. Guru mengarahkan siswa untuk membuat persamaan grafik 3. Guru mengarahkan siswa untuk mengartikan persamaan grafik yang telah dibuat 0 0 Siswa merespon dan memperhatikan penjelasan guru Siswa merespon dan memperhatikan penjelasan guru 0 0 Keterlaksanaan Fase III : 55% Fase ketiga merupakan pembelajaran yang berisi inti konsep pemuaian zat padat yang harus dimiliki oleh siswa, dan inti untuk melatihkan kompetensi dan ranah kognitif siswa. Namun, sangat disayangkan fase III ini tidak terlaksana secara utuh seperti pada fase pertama dan kedua. Setelah siswa malaksanakan kegiatan pengamatan video eksperimen. kelas mulai gaduh dan sulit untuk dikondisikan kembali. Pada fase ini siswa terlalu lama terfokus pada pembuatan grafik hubungan perubahan suhu terhadap pertambahan panjang. Pada fase ini walaupun siswa melakukan kerja kelompok dalam membuat grafik. Namun hampir semua kelompok dan anggota kelompok mengalami kesulitan saat harus merubah data hasil pengamatan menjadi bentuk fungsi grafik =. sehingga Kondisi ini mengindikasikan bahwa siswa kelas penelitian belum atau tidak terbiasa dalam membuat data grafik. Akibatnya, siswa membutuhkan alokasi yang lebih lama 78

13 umtuk melaksanakan kegiatan ini. Selain dari kondisi siswa yang telah dipaparkan di atas, kurang optimalnya keterlaksanaan fase ketiga ini juga disebabkan oleh keterbatasan kemampuan peneliti dalam hal pengelolaan dan penguasaan kelas. Pada fase ini peneliti mengalami kesulitan memfokuskan kembali perhatian siswa untuk melanjutkan aktivitas pembelajaran selanjutnya. d. Keterlaksanaan Pembelajaran Fase Keempat Tabel 4.4 Keterlaksanaan Fase IV Pembelajaran Pertemuan Pertama Fase keempat :menyimpulkan konsep pemuaian zat (mendefinisikan pemuaian dan koefisen muai linear) serta membedakan pemuaian panjang, luas dan volume. No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil a. Guru mengarahkan siswa untuk mendefnisikan pemuaian zat, 0 siswa mendefinisikan pengertian pemuaian dan koefisen muai panjang zat 0 b. Guru menjelaskan pengertian koefise muai linear zat. c. Guru menampilkan video penerapan konsep pemuaian zat pada keping bimetal. 0 0 Siswa menyimak video penerapan pemuaian zat pada keping bimetal. 0 Keterlaksanaan fase : 0% Fase keempat keterlaksanaan 0%, hal ini terjadi karena waktu sudah habis dan siswa meminta ingin cepat selesai karena mereka akan menghadapi ulangan harian. Banyak hal yang harus dievaluasi pada pertemuan pertaman ini, terutama masalah kemampuan pengelolaan dan penguasaan kelas. Sebaik apapun desain dan rencana pembelajaran yang dibuat tidak akan memberikan pengaruh apabila kondisi kelas belum dapat dikondisikan dengan baik. 79

14 2. Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran pada Pertemuan Kedua Pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 20, dari jam 06:30-08:00. Pada pertemuan kedua materi pelajaran yang disampaikan adalah materi tentang pemuian zat cair yang merupakan lanjutan dari materi sebelumnya. Seperti pada pertemuan pertama, keterlaksanaan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran konsep pemuaian zat cair dilihat dan dinilai melalui format lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Pada pertemuan kedua ini, peneliti dibantu oleh tiga orang observe. Adapun teknik dan Metode penilaian lembar observasi dilakukan sama seperti pada pertemuan pertama. a. Keterlaksanaan Pembelajaran Fase Pertama Dalam kegiatan pembelajaran pertemuan kedua ini, pembelajaran diawali dengan review pembelajaran konsep pemuaian zat padat yang belum tersampaikan pada pertemuan pertama, terutama materi-materi yang ada di fase III dan IV di pertemuan pertama. Hal ini perlu dilakukan karena materi-materi tersebut merupakan materi prasyarat untuk pertemuan kedua. Tabel 4.5 Keterlaksanaan Fase I Pembelajaran Pertemuan Kedua Fase pertama: Fase pertama: Observasi dan identifikasi fenomena pemuian volume pada zat. No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil a. Guru meriview pelajaran sebelumnya dengan memberikan pertanyaan arahan sebagai berikut:. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemuaian zat padat? Siswa merespon pertanyaan arahan guru:. Dipengaruhi oleh panjang awal, dan pertambahan suhu zat? 80

15 Tabel 4.5 (Lanjutan) Keterlaksanaan Fase I Pembelajaran Pertemuan Kedua Fase pertama: Fase pertama: Observasi dan identifikasi fenomena pemuian volume pada zat. No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil 2. Jika dilihat dari bentuk grafik kemarin maka apa yang dapat kita simpulkan tentang hubungan besarnya perubahan suhu terhadap pemuaian zat padat? 3. Apa arti kemiringan grafik tersebut? 4. Apakah yang dimaksud dengan koefisiem muai linear panjang? 5. Artinya semakin miring grafik maka nilai koefisien muai linear akan semakin? 6. Bagaimanakah mencari nilai koefisien muai linearnya? 7. Bagaimanakah persamaan pemuaian panjang terhadap suhu? 8. Jadi selain faktor panjang awal, perubahan suhu, maka apa yang mempengaruhi pemuaian zat? 2. Pemuaian logam secara linear sebanding dengan kenaikan suhunya. 3. Koefisien muai panjang logam. 4. Koefisien muai panjang itu mengandung arti besarnya pertambahan panjang logam untuk setiap kenaikan suhu 0 C 5. Semakin besar 6. Dengan mencari kemiringan grafik pemuain panjang terhadap kenaikan suhunya yaitu : = 7. Dengan mencari persamaan grafiknya 8. Panjang awal

16 Tabel 4.5 (Lanjutan) Keterlaksanaan Fase I Pembelajaran Pertemuan Kedua Fase pertama: Fase pertama: Observasi dan identifikasi fenomena pemuian volume pada zat. No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil a. Guru menampilkan fenomena femuaian pada zat cair (zat cair ) yang disertai dengan pertanyaan arahan sebagai berikut:. Coba kalian perhatikan, berapa milikah caiaran yang naik masuk kedalam pipa? 2. Jika bapak pegang bohlam ini, maka coba perhatikan apa yang terjadi dengan cairan tersebut, mengapa demikian? 4. Menturutmu faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya pemuaian volume zat ini? Tergantung situasi keadaan zat Akan naik Volume awal, pertambahan suhu, dan koefisien muia linear volume alkohol. Keterlaksanaan : 90% Pada fase ini review materi dilakukan dengan mengunakan metode ekspositori. Setelah melaksanakan review materi, kemudian kegiatan dilanjutkan pada materi selanjutnya, yaitu materi pemuaian zat cair. Seperti pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran diawali dengan menampilkan fenomena pemuaian zat cair. Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran fase I pada pertemuan kedua ini dikategorika terlaksana dengan baik. 82

17 b. Keterlaksanaan Pembelajaran Fase Kedua Tabel 4.6 Keterlaksanaan Fase II Pertemuan Kedua Fase kedua: Menentukan variable-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian volume zat. No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini, Guru mengarahkan siswa untuk membuat hipotesis Guru mengarahkan siswa dalam pengambilan data Siswa menyimak informasi yang disampaikan Siswa menyimak informasi yang disampaikan kemudian, kemudian mengisi LKS Keterlaksanaan : 90% Fase kedua berjalan cukup baik, sebagian besar kegiatan guru dan siswa terlaksana dengan baik. kondisi kelas dan siswa cukup dapat dikontrol dengan baik, hampir sebagian besar siswa aktif terlibat menyimak arahan yang disampaikan. Sehingga pada fase kedua ini proses kegiatan berjalan lebih lancar dan efisien dibandingkan dengan pertemuan pertama. pada pertemuan ke dua ini siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan laboratorium sehingga siswa sudah mulai dapat mengkondisikan diri secara lebih mandiri lagi. 83

18 c. Keterlaksanaan Pembelajaran Fase Ketiga Tabel 4.7 Keterlaksanaan Fase III Pembelajaran Pertemuan Kedua Fase ketiga : siswa melakukan pengambilan data menganalisis data untuk menemukan konsep hubungan pemuaian zat terhadap perubahan suhu No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil Guru membimbing siswa melakukan kegiatan eksperimen (pengambilan data). Guru meminta siswa untuk mengolah data dan menganalisis data. Siswa melakukan eksperimen, mengambil data dan menuliskannya pada tabel pengamatan. Siswa mengolah data dan menganalisis data Keterlaksanaan: 90% kelompok membuat grafik Siswa menghitung nilai koefisien muai alkohol Pembelajaran fase ketiga hampir seluruhnya terlaksana dengan baik. Namun, pada fase ini sempat sedikit ada kendala yaitu daya listrik sekolah tidak cukup untuk menyalakan 5 buah heater. Sehingga setiap kelompok harus bergantian menyalakan heater-nya masing-masing. Hal ini menyebabkan waktu kegiatan eksperimen menjadi lebih lama daripada alokasi waktu yang direncanakan. Pada pertemuan kedua ini siswa sudah mulai agak terbiasa dalam membuat grafik fungsi pemuaian terhadap kenaikkan suhu. Namun, untuk pengolahan dan analisis data, pada fase ini terlihat memang siswa belum dapat melakukannya secara mandiri, siswa masih tetap membutuhkan arahan dan penguatan dari guru. 84

19 d. Keterlaksanaan Pembelajaran Fase Keempat Setelah siswa melakukan analisis data dan menyimpulkan data hasil eksperimen, kemudian siswa diarahkan untuk melakukan diskusi kelas, ini dimaksudkan agar siswa dapat mengkomunikasikan hasil eksperimennya. Kemudian Setelah itu guru memberikan penguatan terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan materi yang telah disampaikan. Tabel 4.8 Keterlaksanaan Fase IV Pembelajaran Pertemuan Kedua Fase keempat: menyimpulkan konsep pemuaian zat (mendefinisikan pemuaian dan koefisen muai linear) serta membedakan pemuaian panjang, luas dan volume. No Kegiatan Guru Hasil Kegiatan Siswa Hasil Guru meminta salah satu perwakilan siswa untuk menyampaikan hasil eksperimennya. Salah satu perwakilan siswa menampilkan hasil pengamatannya. Guru menyampaikan cara mencari persamaan hubungan pemuaian zat sebagai fungsi perubahan suhu Siswa menyimak informasi yang disampaikan 0 Keterlaksanaan : 75% Berdasarkan data tabel di atas, terlihat bahwa secara keseluruhan keterlaksanaan fase pembelajaran pada pertemuan kedua ini jauh lebih baik dari keterlaksanaan pembelajaran pertama. Kemudian untuk pengelolaan dan penguasaan kelas, pada pertemuaan kedua ini kemampuan peneliti dalam mengelola dan menguasai kelas lebih baik daripada pembelajaran sebelumnya. Peneliti tidak terlalu gugup dan kaku seperti pertemuan pertama. 85

20 C. Hasil dan Pembahasan Ketercapaian Siswa terhadap Kemampuankemampuan yang Dilatihkan pada Setiap Fase Pembelajaran. Pada setiap fasenya, sintaks pembelajaran pemuaian zat dirancang untuk melatihkan beberapa kemampuan tertentu yang berkaitan dengan kemapuan pola pikir ilmiah dan penguasan konsep siswa. Dalam penelitian ini, hasil ketercapaian siswa terhadap kemampuan yang dilatihkan pada setiap fasenya dilihat dan dinilai berdasarkan hasil nilai rata-rata skor jawaban siswa pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Secara lebih jelas instrumen LKS yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran bagian B Secara lebih jelas berikut ini adalah gambaran hasil ketercapaian siswa terhadap kemampuan yang dilatihkan pada pertemuan pertama, dan kedua.. Hasil Ketercapaian Siswa terhadap Kemampuan-kemampuan yang Dilatihkan pada Pertemuan Pertama. Pada pertemuan pertama, indikator pembelajaran yang diharapkan dicapai oleh siswa adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan konsep pemuaian zat padat berdasarkan fenomena atau informasi yang diamati. b. Mengemukakan variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat padat. c. Melakukan eksperimen untuk mencari hubungan pemuaian panjang zat sebagai fungsi perubahan suhu. d. Menganalisis data hasil eksperimen pemuaian panjang logam sebagai fungsi perubahan suhu. 86

21 e. Menyimpulkan pemuian panjang zat sebagai fungsi perubahan suhu. f. Menerapkan konsep pemuaian zat untuk menyelesasaikan persoalan fisika serta kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan indikator-indikator pembelajaran tersebut, maka kemampuan yang dilatihkan pada setiap fase pembelajarannya dapat digambarkan secara jelas pada tabel 4.9 di bawah. 87

22 Tabel 4.9 Gambaran Kemampuan yang Dilatihkan pada Setiap Fase untuk Pembelajaran Pertemuan Pertama Indikator Fase Pembelajaran Gambaran Kemampuan yang dilatihkan. Menjelaskan konsep pemuaian zat padat berdasarkan fenomena atau informasi yang diamati. Fase pertama: Observasi dan identifikasi fenomena pemuian zat.. Mengamati dan menjelaskan fenomena yang diamati (K) Instrumen penilaian Pertanyaan LKS no, 2, 3, 4 Aspek kognitif yang dilatihkan C dan C 2 2. Mengemukakan variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat. 3. Melakukan eksperimen untuk mencari hubungan pemuaian zat sebagai fungsi perubahan suhu. 4. Menganalisis data hasil eksperimen pemuaian zat cair dan gas sebagai fungsi perubahan suhu. Fase kedua: memprediksikan variablevariabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat Fase ketiga : siswa melakukan pengambilan data menganalisis data untuk menemukan konsep perubahan panjang/volume terhadap perubahan suhu. Mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemuaian panjang (K2) 2. Menentukan variabel bebas dan variabel terikat (K3) 3. Membuat tabel pengamatan (K4) 4. Melakukan pengamatan dengan benar 5. Membuat Gambar pemuaian panjang sebagai fungsi kenaikan suhu (K5) 6. Mendeskripsikan kemiringan Gambar sebagai koefisien muai panjang(k6) 7. Memformulasikan konsep persamaan pemuaian panjang zat dari analisis Gambar fungsi pemuaian panjang terhadap perubahan suhu (K7) Pertanyaan LKS no 5, 6, Pertanyaan LKS no 7 Pertanyaan LKS no 8 Pertanyaan LKS no 9 Pertanyaan LKS no 0 Pertanyaan LKS no C dan C 2 C 3 dan C 4 Catatan: lambang dan indek K, K2, K3, K4, K5, K6, K7, K8, K9, dan K0 disusun berdasarkan urutan pertanyaan yang ada di LKS 69

23 Tabel 4.9 (Lanjutan) Gambaran Kemampuan yang Dilatihkan pada Setiap Fase untuk Pembelajaran Pertemuan Pertama Indikator Pembelajaran Fase Pembelajaran Gambaran Kemampuan yang dilatihkan 5. Menyimpulkan pemuian zat sebagai fungsi perubahan suhu. 6. Menerapkan konsep pemuaian menyelesasaikan persoalan fisika serta kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Fase keempat : menyimpulkan konsep pemuaian zat (mendefinisikan pemuaian dan koefisen muai linear) serta membedakan pemuaian panjang, luas dan volume. Menyimpulkan pemuaian panjang sebagai fungsi kenaikan suhu dan K(8) Menjelaskan perbedaan pemuaian panjang, luas dan volume kemudian menuliskan masingmasing formulanya. (K9) Siswa dapat menjelaskan terapan konsep pemuaian panjang dalam kehidupan sehari-hari (K0) Instrumen penilaian Pertanyaan LKS no 2, 3, 4, 5 Pertanyaan LKS no 6, dan 7 Aspek Kognitif yang dilatihkan C dan C 2 Catatan: lambang dan indek K, K2, K3, K4, K5, K6, K7, K8, K9, dan K0 disusun berdasarkan urutan pertanyaan yang ada di LKS 70

24 Berikut ini adalah gambaran hasil ketercapaian siswa terhadap kemampuan yang dilatihkan pada pertemuan pertama. Ketercapaiam (%) , , ,66 36,66 37,7 26,66 0 K K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K0 Kemampuan yang dilatihkan pada setiap fase Gambar 4. Persentasi ketercapaian siswa terhadap kemampuan yang dilatihkan setiap fase pembelajaran Keterangan: K : Mengamati dan menjelaskan fenomena K2 : Mengemukakan variabel yang mempengaruhi pemuaian zat K3 : Menentukan variabel bebas dan terikat K4 : Membuat tabel pengamatan K5 : Membuat Gambar K6 : Mendeskripsikan kemiringan sebagai koefisien muai panjang K7 : Memformulasikan konsep pemuaian panjang berdasarkan analis Gambar K8 : Menyimpulkan pemuaian panjang sebagai fungsi kenaikan suhu. K9 : Menjelaskan perbedaan pemuaian panjang, luas dan volume kemudian menuliskan masing-masing formulanya. K0 : Menjelaskan terapan konsep Berdasarkan data Gambar di atas dapat dilihat bahwa ketercapai kemampuan siswa terhadap kemampuan K, K2, K3, K4 dan K5 dikategorikan baik. 7

25 Selanjutnya untuk kemampuan K0 dikategorikan cukup baik, sedangkan untuk kemampuan K6, K7, K8, dan K9 ketercapaiannya dikategorikan kurang sekali. Apabila kita hubungkan hasil ketercapain kemampuan yang dilatihkan dengan hasil keterlaksan, maka akan terlihat bahwa rendahnya ketercapaian siswa terhadap kemampuan K6, K7, dan K8 disebabkan karena keterlakasanaan kegiatan pembelajaran pada fase III tidak terlaksana dengan baik. Selain itu, dapat kita lihat juga bahwa walaupun fase III tidak dengan baik dan fase IV tidak terlaksana sama sekali, tetapi ada sebagian kecil siswa yang mampu mengerjakan seluruh pertanyaan yang dilatihkan pada fase III dan IV. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian kecil siswa di kelas tersebut sudah mampu menyelasaikan tugas belajar secara mandiri walaupun tanpa diberikan arahan oleh guru. Sedangkan sebagian besar siswa lainnya harus diberikan arahan agar dapat menganalisis dan menyimpulkan data dengan benar. Kemudian dari data tersebut juga dapat dilihat bahwa sebagian besar aspek kognitif yang terlatihkan pada pertemuan pertama ini adalah aspek pengetahuan (C ), dan aspek pemahaman (C 2 ). 72

26 2. Hasil Ketercapaian Siswa terhadap Kemampuan-kemampuan yang Dilatihkan pada Pertemuan Kedua. Indikator pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai siswa pada pertemuan kedua ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Menjelaskan konsep pemuaian zat cair berdasarkan fenomena atau informasi yang diamati. b. Mengemukakan variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat cair. c. Melakukan eksperimen untuk mencari nilai koefisien muai volume zat cair (alkohol). d. Menganalisis data hasil eksperimen untuk memformulasikan konsep pemuaian volume zat cair sebagai fungsi perubahan suhu. e. Menyimpulkan pemuian volume sebagai fungsi perubahan suhu. f. Menerapkan konsep pemuaian zat untuk menyelesasaikan persoalan fisika serta kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan indikator-indikator pembelajaran tersebut, maka kemampuan yang dilatihkan pada setiap fase pembelajarannya dapat digambarkan pada tabel 4.0 di bawah 73

27 Tabel 4.0 Gambaran Kemampuan yang Dilatihkan pada Setiap Fase untuk Pembelajaran Pertemuan Kedua Indikator Fase Pembelajaran Gambaran Kemampuan yang dilatihkan 7. Menjelaskan konsep pemuaian zat padat berdasarkan fenomena atau informasi yang diamati. Fase pertama: Observasi dan identifikasi fenomena pemuian zat.. Mengamati dan menjelaskan fenomena yang diamati (K) Instrumen penilaian Pertanyaan LKS no.2 Aspek kognitif yang dilatihkan C dan C 2 2. Mengemukakan variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat. 3. Melakukan eksperimen untuk mencari hubungan pemuaian zat sebagai fungsi perubahan suhu. 4. Menganalisis data hasil eksperimen pemuaian zat cair dan gas sebagai fungsi perubahan suhu. Fase kedua: memprediksikan variable-variabel yang mempengaruhi besarnya pemuaian zat Fase ketiga : siswa melakukan pengambilan data menganalisis data untuk menemukan konsep perubahan panjang/volume zat terhadap perubahan suhu. Mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemuaian volume(k2) 2. Merancang prosedur percobaan dan menentukan variabel bebas dan variabel terikat pada konsep pemuaian volume zat cair(k3). Membuat tabel pengamatan (K4) 2. Melakukan pengamatan dengan benar 3. Membuat Gambar pemuaian volume sebagai fungsi kenaikan suhu (K5) 4. Mendeskripsikan kemiringan Gambar dan menentukan besar koefisien muai volume alkohol(k6) 6. Memformulasikan konsep persamaan pemuaian panjang zat dari analisis Gambar fungsi pemuaian panjang terhadap perubahan suhu (K7) Pertanyaan LKS no 3, Pertanyaan LKS no 4, 5, 6, dan 7 Pertanyaan LKS no 8 Pertanyaan LKS no 9 Pertanyaan LKS no 0, Pertanyaan LKS no 2 C dan C 2 C 3 dan C 4 74

28 Tabel 4.0 (Lanjutan) Gambaran Kemampuan yang Dilatihkan pada Setiap Fase untuk Pembelajaran Pertemuan Kedua Indikator Pembelajaran Fase Pembelajaran Gambaran Kemampuan yang dilatihkan 8. Menyimpulkan pemuian zat sebagai fungsi perubahan suhu. 9. Menerapkan konsep pemuaian menyelesasaikan persoalan fisika serta kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Fase keempat : menyimpulkan konsep pemuaian zat (mendefinisikan pemuaian dan koefisen muai linear) serta membedakan pemuaian panjang, luas dan volume. Menyimpulkan pemuaian volume sebagai fungsi kenaikan suhu dan K(8) Menjelaskan pengertian pemuaian volume dan menuliskan formulanya. (K9) Siswa dapat menjelaskan terapan konsep pemuaian panjang dalam kehidupan sehari-hari (K0) Instrumen penilaian Pertanyaan LKS no3 a Pertanyaan LKS no 3 b Pertanyaan LKS no 4, dan 5 Aspek Kognitif yang dilatihkan C dan C 2 Catatan: lambang dan indek K, K2, K3, K4, K5, K6, K7, K8, K9, dan K0 disusun berdasarkan urutan pertanyaan yang ada di LKS 75

29 20 Ketercapaian(%) ,03 88,33 96,77 96,77 87,09 80,05 68,66 72,3 70,3 66, K K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K0 Kemampuan yang Dilatihkan. Gambar 4.2 Persentasi ketercapaian siswa terhadap kemampuan yang dilatihkan setiap fase pembelajaran Ket: K K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K0 : Mengamati dan menjelaskan fenomena yang diamati. : Mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemuaian volume. : Merancang prosedur percobaan dan menentukan variabel bebas dan variabel terikat pada konsep pemuaian volume zat cair. : Membuat tabel pengamatan. : Membuat Gambar pemuaian volume sebagai fungsi kenaikan suhu. : Mendeskripsikan kemiringan Gambar dan menentukan besar koefisien muai volume alkohol. : Memformulasikan konsep persamaan pemuaian panjang zat dari analisis Gambar fungsi pemuaian panjang terhadap perubahan suhu. : Menyimpulkan pemuaian volume sebagai fungsi kenaikan suhu : Menjelaskan pengertian pemuaian volume dan menuliskan formulanya. : Siswa dapat menjelaskan terapan konsep pemuaian panjang dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data Gambar di atas terlihat bahwa secara umum persentase ketercapaian siswa terhadap beberapa kemampuan pola pikir ilmiah yang diltihkan pada pertemuan kedua ini meningkat daripada pertemuan pertama. 76

30 Apabila hasil ini kita hubungkan dengan hasil keterlaksanaan sintaks pembelajaran pada pertemuan kedua, maka dapat dilihat bahwa hasil meningkatnya keterlaksanaan sintaks pembelajaran linear dengan hasil ketercapaian siswa terhadap kemampuan pola pikir ilmiah yang dilatihkan pada setiap sintaksnya. Misalnya pada kemampuan K6 dan K7 yang meningkat sebanding dengan meningkatnya hasil keterlaksanaan fase III dan fase IV. Berdasarkan hasil pertemuan kedua ini, didapatkan bahwa Gambar induksi penting sekali untuk disampaikan terlebih dahulu kepada siswa, hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa atau belum mampu menerapkan konsep matematika persamaan linear secara mandiri, sehingga dalam hal ini siswa perlu diarahkan terlebih dahulu melalui contoh Gambar induksi fungsi y terhadap x pangkat satu ( = ). Melalui contoh tersebut kemudian siswa diarahkan untuk mengolah dan menganalisis data Gambar fungsi = ) untuk menemukan persamaan (rumus) konsep pemuaian volume sebagai fungsi suhu. Berdasarkan data Gambar di atas, terlihat juga bahwa meningkatnya kemampuan K6 dan K7 diikuti juga dengan peningkatan K8, K9 dan K0. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa akan dapat menyimpulkan konsep pemuaian zat dengan benar apabila siswa telah mampu mengolah dan menginterpretasikan dengan benar data hasil eksperimennya. 77

31 D. Profil Hasil Tes Penguasaan Konsep Untuk melihat tingkat penguasaan konsep siswa setelah diberikannya treatment sintak model pembelajaran pemuaian zat, maka sasaran penelitian diberikan tes kognitif penguasaan konsep. Hasil tes kemudian diolah dan dianalis untuk mendapatkan interpretasi penguasaan konsep siswa setelah diberikannya treatment sintaks pembelajaran pemuaian zat. Dalam penelitian ini, penguasan konsep siswa dibatasi hanya pada domain kognitif yang dimulai dari C sampai C 4. Berikut ini pada tabel 4. diungkapkan hasil analisis pengolahan data tes kognitif penguasaan konsep. Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Rata-rata tes Penguasaan Konsep Pemuaian Zat Standar Kategori Tes X Ideal X min X max Median Modus X Deviasi (s) Penguasan Kurang 00 34,37 78, ,47,28 konsep Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Arikunto mengenai tafsiran persentase nilai rata-rata, maka berdasarkan data tabel 4. di atas terlihat bahwa setelah diberikannya treatment sintaks model pembelajaran, hasil nilai rata-rata siswa untuk keseluruham tes kognitif dikategorikan masih kurang. Kemudian jika lihat dari nilai ukuran gejala pusat (nilai rata-rata, median dan modus) yang tidak begitu jauh berbeda, maka mayoritas sebaran data nilai tes siswa mendekati nilai rata-ratanya, sehingga ini dapat mengindikasikan bahwa tafsiran nilai rata-rata di atas mewakili untuk keseluruhan populasi. Dari nilai tersebut terlihat bahwa treatment yang diberikan ternyata masih belum dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa kelas 48

32 sasaran penelitian. hal ini menunjukkan banyak sekali hal yang harus dievaluasi dan diperbaiki, terutama dalam hal proses pembelajaran. Sementara itu, apabila kita lihat dari nilai tes untuk masing-masing aspek kognitif (C, C 2, C 3, dan C 4 ), Maka secara rinci hasil penguasaan konsep siswa untuk masing-masing aspek kognitifnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Rekapitulasi Penguasaan Konsep untuk Setiap Aspek Kognitif Standar Kategori Aspek X Ideal X min X max Median Modus X Deviasi Kognitif (s) C 00 4,29 85,7 7,43 7,43 7, Baik C , ,33 58,33 54,34 4,8 Cukup C ,29 85,7 42,86 42,86 48, Kurang C ,67 83,33 4,67 33,33 45,00 20,60 Gagal Dari data tabel 4.2 di atas terlihat bahwa kemampuan aspek kognitif siswa setelah diberikannya treatment cenderung menumpuk pada aspek pengetahuan (C ). Kategori nilai rata-rata pada aspek ini termasuk pada kategori baik. Sedangkan untuk aspek yang lainnya seperti C 2, C 3, dan C 4, terlihat bahwa penguasaan siswa untuk aspek-aspek tersebut masih belum memuaskan. Dimana kategori nilai rata-ratanya secara berurutan masuk dalam kategori cukup, rendah, dan rendah sekali. Apabila kita kaitkan dengan hasil keterlaksanaan pembelajaran dan ketercapaian siswa terhadap kemampuan yang dilatihkan, maka akan dapat dilihat bahwa rendahnya aspek penerapan(c 3 ), dan (C 4 ) disebabkan oleh rendahnya keterlaksanaan pembelajaran yang melatihkan aspek (C 3 ), dan (C 4 ). Ditambah lagi apabila merujuk pada kebiasaan pembelajaran dan tipe soal yang sering diberikan dalam pembelajaran, rata-rata soal C, C 2, C 3 yang sering dilatihkan dan deberikan 49

33 kepada siswa adalah tipe soal-soal hitungan. Siswa jarang sekali diberikan soal C, C 2, C 3, C 4 yang bertipe menanyakan konsep, analisis gambar, diagram, tabel, dan Gambar. Oleh karena itu, dalam hal ini perlu adanya suatu sesi tambahan untuk melatihkan siswa dalam memecahkan soal-soal yang berkaitan dengan pertanyaan konsep, analisis gambar, diagrama, tabel, dan Gambar. Selanjutnya untuk soal C 4 dalam hal ini siswa memang harus benar-benar ditihkan terlebih dahulu karena soal C 4 sendiri jarang sekali diberikan di sekolah, kebanyakan soal-soal yang diberikan terbatas hanya sampai C 3 saja. Selanjutnya ada hal yang menarik apabila dilihat gambaran nilai rata-rata tes kognitif kelompok tinggi, sedang, dan rendah kelas sasaran. Pembelajaran yang digunakan Pembelajaran Konvensional (Ekpositori/ceramah) Pembelajaran melalui Sintaks Model Pembelajaran pemuaian zat Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata Kelompok Tinggi, Sedang, Bawah Nilai rata Kelompok Atas Nilai rata-rata Kelompok Sedang Nilai Ratarata Kelompok Bawah Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata kelompok sedang dan kelompok rendah pada saat pembelajaran pemuaian zat nilainya lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata pada saat pembelajaran sebelumnya. Namun berbeda halnya dengan kelompok tinggi, nilai rata-rata kelompok tinggi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan nilai rata-rata sebelumnya. Apabila dilihat dari jawaban siswa kelompok tinggi terhadap setiap butir soal, ternyata telihat bahwa siswa kelompok tinggi sendiri belum terbiasa dalam 50

34 memecahkan soal yang berkaitan dengan pertanyaan konsep, siswa kelompok tinggi cenderung menghapal materi. Sehingga hal ini menyebabkan siswa kelompok tinggi banyak yang terjebak dengan option yang diberikan. Misal: Pertanyaan no Perhatikan gambar skema termostat di bawah ini : bahan α bahan (..X0-6 / 0 C) Alumunium 25 Kuningan 9 Timah hitam 2 Besi/baja 29 Dari data tabel di atas, susunan bagian logam bimetal yang tepat agar batang bimetal tersebut putus kontak ketika panasnya berlebih adalah... a. A= logam kuningan, B= logam Almunium b. A= logam besi, B= logam Kuningan c. A= Logam Alumunium, B = logam Kuningan d. B = Logam Kuningan B = logam timah e. A dan B= logam besi Jawaban yang benar dari pertanyaan tersebut adalah C. Untuk pertanyaan ini banyak siswa yang terjebak memmilih option B, hal ini karena di buku-buku keping bimetal kebanyakan dicontohkan dengan logam kuningan dan besi. Siswa tidak menganalisis tabel pengamatan bahwa keping bimetel akan melengkung ke arah logam yang memiliki nilai koefisien muai panjang lebih besar ketika bimetal tersebut dipanaskan. Pertanyaan no 3 5

35 Profesor Messer menuangkan air panas pada sebuah gelas tebal yang baru saja ia cuci. tiba-tiba gelas tersebut pecah. Peristiwa ini terjadi disebabkan karena... a. Bagian dalam gelas memuai lebih cepat daripada bagian luarnya b. Koefisen muai linear bagian dalam gelas lebih besar daripada bagian luar gelas c. Adanya perbedaan suhu bagian dalam dengan bagian luar d. Perbedaan konduktivitas bagian dalam gelas dengan bagian luar e. Gelas tersebut kemungkinan pernah jatuh sehingga mudah rusak Jawaban yang benar untuk soal tersebut adalah A, siswa banyak yang terjebak dengan jawaban B. bagian dalam dan luar gelas memiliki nilai koefisien muai linear yang sama besar karena gelas sendiri terbuat dari bahan yang sama. Bagian dingding dalam gelas panas lebih cepat jika dibandingkan dengan dingding bagian luar, sehingga bagian dalam lebih cepat memuai daripada bagian luar, dan hal inilah yang menyebabkan gelas tersebut pecah. Hal di atas mengindikasikan bahwa siswa masih perlu dilatihkan untuk menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pertanyaan konsep. Hal ini dikarenakan siswa terbiasa dengan menyelesaikan soal-soal hitungan. 52

36 Sementara itu, siswa kelompok rendah dan kelompok sedang mereka cenderung lebih suka menyelesaikan soal-soal yang tidak banyak menggunakan hitungan matematik, siswa kelompok rendah lebih mampu menyelesaikan soalsoal C dan C 2 yang tidak banyak menggunakan hitungan, E. Temuan dan Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan selama dua kali pertemuan di salah satu kelas X SMA Negeri di Kota Bandung, maka ada beberapa hal yang peneliti temukan terkait dengan proses pembelajaran dan hasil penelitian. Secara ringkas temuan tersebut dirincikan sebagai berikut:. Pada pembelajaran pertemuan pertama, walaupun fase pembelajaran tidak terlaksana seluruhnya, tapi ada sebagian kecil siswa yang sudah mampu mengolah data, menganalisis data dan menarik kesimpulan dengan benar. 2. Kegiatan induksi matematik (Gambar induksi) harus diberikan kepada siswa sebelumnya. Hal ini penting karena walaupun siswa sudah belajar persamaan garis dan persamaan Gambar di mata pelajaran matematika. Namun hal tersebut sebatas hanya dikuasai sebagai hapalan saja, siswa belum paham bagaimana menerapkan pengetahuan matematika ke dalam konsep fisika/pengolahan data. 3. Siswa tidak terbiasa membuat Gambar data hasil percobaan, hal ini terlihat dari kesulitan siswa dalam membuat Gambar. Siswa awalnya sulit menentukan mana data yang disimpan di sumbu y dan sumbu x 4. Siswa mengalami kesulitan untuk menerapkan pengetahuan matematika ke dalam konsep fisika. Menurut peneliti hal ini terjadi dikarenakan siswa 53

37 terlalu banyak di drill memecahkan soal-soal hitungan saja, sehingga hal ini menyebabkan siswa terbatas hanya jago memahami dan memecahkan tipe-tipe soal hitungan yang dilatihkan saja. 5. Sebagian besar siswa memiliki mental yang lemah untuk belajar materi fisika secara mendalam. Hal ini terlihat dari sikap dan motivasi belajar siswa yang kurang selama mengikuti proses pembelajaran, padahal pembelajaran dilaksanakan pada pagi hari. 6. Bagi guru muda/pemula rancangan pertanyaan arahan yang konstruktivis sangatlah penting untuk dirancang sebelumnya. Hal ini dikarenakan banyak sekali pertanyaan arahan yang tidak dapat dijawab oleh siswa secara langsung, sehingga diperlukan adanya pertanyaan alternative. 7. Dalam melakukan demonstrasi, alokasi waktu sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena kadangkala alokasi waktu banyak tersita oleh dimonstrasi. 8. Siswa dan guru masih belum terbiasa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang dirancang, sehingga dalam hal ini hasil pembelajaran masih belum optimal. 9. Siswa belum terbiasa mengerjakan soal pertanyaan konsep fisika. F. Rencana Pengembangan Selanjutnya Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian alur penelitian R&D di bab III, tahapan selanjutnya adalah tahap revesi dan ujicoba terbatas tahap II. Pada ujicoba tahap kedua ini peneliti menggunakan sintaks yang sama. Revisi lebih ditekankan pada strategi yang digunakan pada setiap fasenya, terutama di fase III 54

38 dan IV. Untuk penelitian selanjutnya, dalam hal pembuatan Gambar dan analisis Gambar siswa tidak akan lagi diarahkan secara berkelompok tapi secara individu. 55

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal ,00078 cm. 65,0078 cm. 65,078 cm. 65,78 cm

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal ,00078 cm. 65,0078 cm. 65,078 cm. 65,78 cm SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal 8.2 1. Koefisien muai panjang besi sebesar 0,000012/ Pada saat suhu besi 25C, panjangnya 65 cm. Kemudian besi dipanaskan sampai 125C, panjang akhir

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG Dosen : Lia Angraini, S.Si., M.Pd. Disusun oleh : Wahyu Saputra (321300017) Kelas : B Sore FAKULTAS MIPA & TEKNOLOGI INSTITUT KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BUKU SISWA (BS-01) SUHU DAN PEMUAIAN Pengertian Suhu. Pemuaian

BUKU SISWA (BS-01) SUHU DAN PEMUAIAN Pengertian Suhu. Pemuaian BUKU SISWA (BS-01) SUHU DAN PEMUAIAN Pengertian Suhu Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau benda. Oven yang panas dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

ΔL = ΔT. α. L 1. ΔA = ΔT. β. A 1 PEMUAIAN

ΔL = ΔT. α. L 1. ΔA = ΔT. β. A 1 PEMUAIAN PEMUAIAN Pengertian Pemuaian Pada pembicaraan tentang suhu pernah dibicarakan bahwa suhu mempengaruhi gerak partikel suatu benda. Benda yang bersuhu tinggi gerak partikelnya lebih cepat dari pada benda

Lebih terperinci

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor.

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. 1. C. PRINSIP TEORI Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi peningkatan hasil belajar aspek kognitif, profil afektif, profil

Lebih terperinci

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan.

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian Zat Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian zat padat, zat cair, dan gas menunjukkan karakteristik yang

Lebih terperinci

FORMAT OBSERVASI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE PLUS READING. : Pemuaian Zat Padat. Keterlaksanaan

FORMAT OBSERVASI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE PLUS READING. : Pemuaian Zat Padat. Keterlaksanaan FORMAT OBSERVASI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE PLUS READING Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Konsep Alokasi Waktu : SMPN 12 Bandung : VII/1 : Fisika : Pemuaian

Lebih terperinci

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda?

SUHU DAN PERUBAHAN. A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda? SUHU DAN PERUBAHAN A. Bagaimana Mengetahui Suhu Suatu Benda? Kalian tentunya pernah mandi menggunakan air hangat, bukan? Untuk mendapatkan air hangat tersebut kita mencampur air dingin dengan air panas.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rekapitulasi peningkatan penguasaan konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rekapitulasi peningkatan penguasaan konsep 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Peningkatan Penguasaan Konsep Hasil peningkatan penguasaan konsep ditentukan melalui nilai rata-rata gain yang ternormalisasi, yang didapatkan dari pengolahan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : menit Pertemuan : Pertama

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : menit Pertemuan : Pertama RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 12 45 menit Pertemuan : Pertama A. Kompetensi Dasar 3.8. Menganalisis pengaruh kalor dan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. BAB 5 PEMUAIAN Kompetensi Dasar: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. minyak air Standar Kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahannya. Peta Konsep: Pemuaian

Lebih terperinci

KOEFISIEN MUAI PANJANG

KOEFISIEN MUAI PANJANG KOEFISIEN MUAI PANJANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat banyak sekali hal-hal yang terjadi berkaitan dengan pemuaian dan pengerutan suatu benda. Misalnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment) yaitu berupa implementasi model pembelajaran TANDUR sebanyak tiga

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 6. SUHU & PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 6

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 6. SUHU & PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 6 SMP kelas 7 - FISIKA BAB 6. SUHU & PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 6 1. Sebuah kamar bersuhu 30 Suhu kamar tersebut jika dinyatakan dalam skala derajat Fahrenheit adalah... 54F 86F 99,5F 303F http://latex.codecogs.com/gif.latex?^{0}f=\leftspace;(space;\frac{9}{5}.30space;\rightspace;)+32=54+32=86^{0}f

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian yang digunakan, analisis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan dapat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan secara umum bahwa penerapan pendekatan inkuiri terbimbing adalah baik untuk materi pokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah-istilah yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Efektivitas Efektivitas yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2. Modul Fisika- Suhu dan Kalor 29

Kegiatan Belajar 2. Modul Fisika- Suhu dan Kalor 29 Kegiatan Belajar 2 1. Kegiatan Belajar a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran setelah mempelajari kegiatan belajar ini, diharapkan siswa dapat: Mendeskripkan fenomena yang berkaitan dengan pemuaian zat Menyebutkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persentase Skor (%) 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasannya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Untuk mengetahui ketercapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala alam melalui penelitian, percobaan, dan pengukuran yang disajikan secara matematis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pembelajaran pada beberapa pokok bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten Bandung Barat diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, prosedur

Lebih terperinci

ANGKET MINAT SISWA PADA PELAJARAN FISIKA

ANGKET MINAT SISWA PADA PELAJARAN FISIKA 67 Lampiran Ia ANGKET MINAT SISWA PADA PELAJARAN FISIKA Berikan tanda centang ( ) pada kolom yang anda pilih. No. PERNYATAAN PILIHAN SS S TS STS 1 Saya tertarik pada pelajaran Fisika 2 3 4 5 6 7 Saya antusias/semangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar

BAB III METODE PENELITIAN. Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar merupakan salah satu bagian dari payung penelitian rancangan pengembangan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kemampuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 3 45 menit Pertemuan : Dua A. Kompetensi Dasar 3.8. Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Arikunto (2006 : 160), metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Lebih lanjut Surachman dalam Nugraha (2007

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang cara-cara yang dapat digunakan untuk merancang rencana pembelajaran yang melatihkan literasi

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran Fisika seyogyanya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih besar untuk memahami suatu fenomena dan mengkaji fenomena tersebut dengan kajian

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 8. Berdasarkan gambar di atas skala termometer Fahrenheit akan menunjukkan angka...

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 8. Berdasarkan gambar di atas skala termometer Fahrenheit akan menunjukkan angka... 1. Perhatikan skala termometer berikut ini! http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/fis9-8.1.png SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 8 Berdasarkan gambar di atas skala

Lebih terperinci

BIDANG STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

BIDANG STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI BIDANG STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI KETERAMPILAN PROSES SAINS (IPA) Anggapan: IPA terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah, yang juga harus dikembangkan pada peserta didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran

Lebih terperinci

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan. Sekolah : SMP... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : IPA Fisika Silabus Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan 1.1 Mendeskripsikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 3 45 menit

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 3 45 menit RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 3 45 menit A. Kompetensi Dasar 3.8. Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery- BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery- Inquiry untuk meningkatkan prestasi belajar pada ranah kognitif dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kegiatan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 11 Palembang dimulai dari tanggal 10 Agustus 2015 s/d 1 Oktober 2015. Kegiatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : X / Satu Peminatan : MIA Materi Pokok : Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor Alokasi waktu : 4 x 3 JP A. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh adalah berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dan pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

SILABUS. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

SILABUS. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan. Sekolah : SMP... Kelas : VII (Tujuh) Semester : 1 (Satu) Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam SILABUS Standar Kompetensi : 1. Memahami ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES.

PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES. PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES readonee@yahoo.com IPA terbentuk & berkembang melalui suatu proses ilmiah, yang juga harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman bermakna yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tests of Normality

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tests of Normality BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Peningkatan Literasi Sains Peserta Didik Untuk mendapatkan data peningkatan literasi sains digunakan nilai hasil pretest dan posttest dari

Lebih terperinci

BAB 5 PEMUAIAN. Peta Konsep. Zat dan Wujudnya. Menunjukkan Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair. Pemuaian pada Zat Padat, Zat Cair, dan Zat Gas

BAB 5 PEMUAIAN. Peta Konsep. Zat dan Wujudnya. Menunjukkan Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair. Pemuaian pada Zat Padat, Zat Cair, dan Zat Gas BAB 5 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan dapat: 1. mendeskripsikan pengertian pemuaian dan jenis-jenisnya; 2. melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian; 3. mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti menyajikan materi unit suhu dan kalor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti menyajikan materi unit suhu dan kalor BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti menyajikan materi unit suhu dan kalor dengan menggunakan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Hal ini disebabkan tujuan penelitian adalah melihat hubungan sebab akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang diartikan sebagai usaha membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. Menurut Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab I Pasal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2010: 173) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian penelitian adalah seluruh siswa

Lebih terperinci

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test 24 A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara, alat, atau teknik tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk suatu kepentingan penelitian.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest and Posttest Design.

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest and Posttest Design. 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Model yang digunakan penelitian adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bahasan optika geometris. Metode penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-experimental. Alasan penggunaan metode ini dikarenakan keadaan yang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) Lampiran 2a 200 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) Satuan pendidikan : SMPK Santa Familia Sikumana Kupang Mata pelajaran : IPA Fisika Kelas/semester : VII/I Tahun Ajaran : 2017/2018 Topik : Suhu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Proses pengambilan data pada pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan PAKEM pada siklus I peneliti menggunakan lembar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu kajian, refleksi diri, serta tindakan terhadap proses pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Penguasaan Konsep Fluida statis Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 15 soal.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMK 1 Lau Maros Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : X / Satu Peminatan : MIA Materi Pokok : Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor Alokasi waktu :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Dwiwarna Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X / Dua Peminatan : MIA Materi Pokok : Suhu dan Kalor Alokasi : 4 x 3 JP A. Kompetensi Inti (KI)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lemah (weak experimental atau pre experimental). Penelitian ini tidak menggunakan kelompok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN Tambakboyo 02 pada tanggal 5-16 Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi yang perubahannya begitu cepat dan dramatis, hal ini merupakan fakta dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Quasi Experimental merupakan metode penelitian yang masih terdapat variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperiment (eksperimen semu). Metode ini digunakan karena pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. observasi terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru di kelas V.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. observasi terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru di kelas V. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Awal Penelitian Sebelum melakukan tindakan pembelajaran, penulis melakukan observasi terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru di kelas V. Hasil

Lebih terperinci

Pemuaian Zat Padat, Cair, dan Gas

Pemuaian Zat Padat, Cair, dan Gas Pemuaian Zat Padat, Cair, dan Gas 2 Pemuaian Zat Padat, Cair, dan Gas Pemuaian Zat Padat, Cair, dan Gas- Pemuaian zat adalah peristiwa perubahan geometri dari suatu benda karena pengaruh panas (kalor).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experimen. Metode ini dipilih karena ada beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan pendidikan fisika di salah satu SMA Negeri di Bandung, menunjukkan bahwa pembelajaran aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya adalah dalam hal melengkapi bahan ajar, meningkatkan kualitas pengajar, maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cihaurgeulis 2 Bandung. Subjek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cihaurgeulis 2 Bandung. Subjek 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cihaurgeulis 2 Bandung. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 70 orang siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam standar isi dinyatakan pendidikan IPA khususnya fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. a.

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN KIT IPA FISIKA DI SMP SE-KECAMATAN SOJOL KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN KIT IPA FISIKA DI SMP SE-KECAMATAN SOJOL KABUPATEN DONGGALA ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN KIT IPA FISIKA DI SMP SE-KECAMATAN SOJOL KABUPATEN DONGGALA Jamaluddin, Amiruddin Kade dan Nurjannah e-mail: jamal_uddin2608@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melihat kondisi awal keaktifan belajar dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, AND INTELLECTUALY (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Syarinah Intan Harahap 1), Menza

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen), yaitu penelitian yanag dilaksanakan pada

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KALOR DALAM MENGUBAH SUHU DAN WUJUD BENDA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KALOR DALAM MENGUBAH SUHU DAN WUJUD BENDA Lampiran A.2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KALOR DALAM MENGUBAH SUHU DAN WUJUD BENDA Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMA : Fisika : X/2 (Dua) : 2 x 45 menit I. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI Fitrianty Munaka 1, Zulkardi 2, Purwoko 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini mendeskripsikan tentang: (A) deskripsi subjek penelitian; (B) deskripsi hasil penelitian yang meliputi: (a) pra tindakan; (b) tindakan pada: (1) siklus I; (2) siklus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (eksperimen semu) dan deskriptif. Metode eksperimen digunakan untuk

Lebih terperinci

MENGKAJI STANDAR KOMPETENSI (SK) DAN KOMPETENSI DASAR (KD) ALUR PENGEMBANGAN PENYUSUNAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA ) SMP

MENGKAJI STANDAR KOMPETENSI (SK) DAN KOMPETENSI DASAR (KD) ALUR PENGEMBANGAN PENYUSUNAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA ) SMP Silabus dan RPP SMP\Silabus & RPP IPA SMP\01 SILABUS & RPP FISIKA SMP KL 1 Vijaya 13-15 Juni 2006.doc 1 MENGKAJI STANDAR KOMPETENSI (SK) DAN KOMPETENSI DASAR (KD) ALUR PENGEMBANGAN PENYUSUNAN SILABUS DAN

Lebih terperinci

Wardaya College. Latihan Soal Olimpiade SAINS SD. Spring Camp Persiapan OSN Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Latihan Soal Olimpiade SAINS SD. Spring Camp Persiapan OSN Departemen Fisika - Wardaya College Latihan Soal Olimpiade SAINS SD Spring Camp Persiapan OSN 2018-1. Hukum Kircho I menyatakan bahwa: Arus total yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan arus total

Lebih terperinci

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T. Vol., No., Mei PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN MEDAN T.P 3/ Fitriani dan Alkhafi Maas Siregar Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : XI/2 Materi Pokok : OPTIK GEOMETRI Alokasi Waktu : 1 x 3 Jam Pelajaran A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang telah dilaksanakan pada siklus I sampai dengan siklus II. Setelah penyajian hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Pelaksanaan Pra Siklus Pada pra siklus, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan pembelajaran

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN Ika Widya Elnada, Mastuang, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Metode 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian secara umum dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/1 Materi Pokok : Hakikat Fisika dan Pengukuran Alokasi Waktu : 3 x 3 jam pelajaran A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN TULIS TAHUN PELAJARAN 2015

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN TULIS TAHUN PELAJARAN 2015 KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN TULIS TAHUN PELAJARAN 2015 KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN TULIS TAHUN PELAJARAN 2015 Jenjang Pendidikan Mata Pelajaran Kurikulum Jumlah Soal Waktu No 1 2 3 4 5 Kompetensi

Lebih terperinci