OPTIMALITAS CELLAR DALAM COALESCED HASHING UNTUK MENDUKUNG PROSES SEARCHING PADA BASIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALITAS CELLAR DALAM COALESCED HASHING UNTUK MENDUKUNG PROSES SEARCHING PADA BASIS DATA"

Transkripsi

1 OPTIMALITAS CELLAR DALAM COALESCED HASHING UNTUK MENDUKUNG PROSES SEARCHING PADA BASIS DATA Irene Astuti Lazarusli" ABSTRACT There are many ways for data management and processing. Coalesced hashing method is one of them. This method can be done either with cellar or without cellar. To find the most optimal size of cellar compared with a given number of data, a number of tests were conducted. This application, which is built in Borland Delphi 3.0 for Windows, is playing the role as supplementary program for conducting those tests. The application will generate a number of integers randomly, and then implements the hashing function to the data. The output of this application is the average number of data probing. Based on the test result we gained, it can be concluded that the using of cellar will be effective when the number of data is greater than 50% of storage size. The most optimal size of cellar, which gained the least number of data probing, ranges between 0% to 0% of storage size, which means the 80% - 90% of storage has to be allocated for main storage area and the 0%- 0% is allocated for cellar (overflow area).. Pendahuluan Satu hal yang dipikirkan oleh masyarakat luas sejak dahulu adalah kebutuhan akan informasi dan ketidaksabaran dalam hal memperolehnya. Dalam hal memperoleh informasi, seringkali terjadi kontradiksi karena manusia menginginkan kemampuan akses yang cepat untuk data yang berukuran besar, tetapi komputer tidak dapat memenuhi keinginan manusia tersebut 3. Dalam hal ini penyimpanan data menjadi sangat penting, Oleh karena itu berbagai teknik penyimpanan dan pencarian data telah diciptakan. Data dapat disimpan secara internal memori maupun secara eksternal dengan menggunakan file. Data yang disimpan secara eksternal memerlukan pengelolaan yang baik untuk mempermudah penyimpanan maupun pengaksesan kembali. Ada beberapa cara pengelolaan data yang telah dikenal, antara lain dengan sequential/ pile file, direct file, indexed file, index sequential file. Untuk mempermudah dan mempercepat pencarian data dalam suatu berkas, dapat digunakan berbagai metoda pemetaan yang disesuaikan dengan kondisi data yang disimpan. Pemetaan adalah menghubungkan antara nilai kunci dari data yang disimpan dengan alamatnya pada media penyimpan. Salah satu teknik yang dikenal dalam pengelolaan berkas secara langsung (direct file organization) untuk mensimulasikan hubungan antara media penyimpan data dengan proses pencarian data adalah metode coalesced hashing. Coalesced hashing adalah suatu metode pengaturan penyimpanan data yang bertujuan untuk mempercepat pengambilan. Meskipun teknik hashing ini telah digunakan beberapa lama, namun teknik ini senantiasa dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi saat ini 3. Masalah yang sering muncul dalam coalesced hashing adalah terjadinya ' Asisten Dosen Jurusan Teknik Informatika, FIK-UPH Optimalitas Cellar... (Irene Astuti L.) 53

2 tabrakan (collision), karena lokasi yang akan ditempati oleh data tertentu ternyata telah ditempati oleh data terdahulu. Apabila terjadi tabrakan semacam itu, maka data yang terakhir ini diletakkan pada sel kosong yang paling bawah. Hal ini menimbulkan masalah lain yaitu data asli seringkali mengumpul di bagian bawah, sehingga untuk mencari tempat kosong perlu dilakukan scan dari bawah ke atas. Hal ini mengakibatkan proses penyimpanan dan pencarian data menjadi lambat. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dialokasikan sebagian tempat paling bawah pada media penyimpan yang disebut gudang (cellar). Cellar ini berfungsi untuk meletakkan nilai kunci yang akan diletakkan pada suatu lokasi tertentu, jika lokasi tersebut ternyata telah ditempati oleh kunci lain. Ukuran cellar yang optimal besarnya tergantung pada ukuran kepadatan data yang akan disimpan. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk menemukan persentase perbandingan ukuran cellar terhadap ukuran tabel yang paling optimal untuk kepadatan data tertentu, serta menerapkan optimalitas tersebut untuk mendukung proses searching dalam suatu kasus dengan basis data tertentu. Untuk mencari persentase perbandingan ukuran cellar yang optimal untuk ukuran data tertentu diberikan batasan sebagai berikut, data yang digunakan untuk penelitian berupa bilangan bulat dan penyimpanan data diatur dengan menggunakan dengan metode coalesced hashing. Sedangkan untuk menerapkan persentase paling optimal yang diperoleh untuk mendukung proses searching pada basis data diberikan batasan sebagai berikut, basis data yang digunakan berupa sebuah file bertipe record yang disesuaikan dengan struktur data yang didukung oleh bahasa pemrograman Borland Delphi, dan Record yang disimpan dalam tabel yang digunakan mempunyai field kunci yang berupa bilangan bulat.. Konsep Dasar Metode Coalesced hashing Konsep dasar metode coalesced hashing yang akan dibahas pada bagian ini meliputi metode coalesced hashing tanpa cellar, metode coalesced hashing dengan cellar, pencarian optimalitas, dan metode pengorganisasian kunci.. Metode Coalesced hashing Tanpa Cellar Hashing merupakan suatu metode pengaturan penyimpanan data yang bertujuan untuk mempercepat pengambilan. Fungsi hashing adalah suatu fungsi yang memetakan sebuah jangkauan nilai kunci yang lebih luas ke dalam jangkauan yang lebih sempit 3. Fungsi hashing akan menghasilkan sebuah alamat berdasarkan nilai kunci yang diterimanya \ Metode ini cocok untuk menyimpan data yang sifatnya relatif statis, dalam arti jumlahnya jarang ditambah/dikurangi. Metode coalesced hashing menyimpan data berdasarkan elemen kunci. Data disimpan dalam tabel yang memuat informasi tentang link data. Ada beberapa kemungkinan fungsi hashing yang dapat digunakan. Fungsi hashing yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Hash(key) = key mod n; di mana n = ukuran table, dan n harus berupa bilangan prima 3 Contoh: Misalkan ada 7 data dengan elemen kunci 7, 8, 9, 8, 39, 3, 6 akan disimpan dalam array X[0..0] yang berukuran. Berarti tabel yang digunakan untuk menyimpan akan berukuran dengan alamat 0 sampai dengan 0. Fungsi hashing yang dipakai : key mod n dengan n=. Mula-mula data disimpan dalam 54 Jurnal llmiah llmu Komputer, Vol. No. Mei 003: 53-67

3 lokasi yang bersesuaian dengan hasil perhitungan fungsi hash tersebut. Jika lokasi yang akan ditempati masih kosong, maka data dapat langsung diletakkan di tempat itu. Tetapi jika lokasi yang akan ditempati sudah ditempati oleh data yang lebih dahulu; berarti data tersebut mempunyai sisa bagi atau modulo yang sama, maka data diletakkan pada sel kosong paling bawah. Kemudian field link pada lokasi tersebut diisi dengan alamat sel kosong yang dituju tadi. Maka proses penyisipan data yang terjadi adalah sebagai berikut: 7 mod =5 -> Data 7 disimpan di X[5] 8 mod =7 -> Data 8 disimpan di X[7] 9 mod =7 -> Karena X[7] telah ditempati, maka data 9 disimpan di X[0] dan field link pada X[7] diatur ke alamat 0 8 mod =6 -> Data 8 disimpan di X[6] 39 mod =5 -> Karena X[6] telah ditempati, maka data 39 disimpan di X[9] dan field link pada X[6] diatur ke alamat 9 3 mod = -> Data 3 disimpan di X[] 6 mod =5 -> Karena X[5] telah ditempati, maka data 6 disimpan di X[8] dan field link pada X[5] diatur ke alamat 8 Contoh di atas dapat dijelaskan dengan ilustrasi pada Garmbar. Alamat Record Link (nil) (nil) (nil) (nil) Gambar. Ilustrasi Coalesced Hashing tanpa cellar Maka untuk mencari data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:. Menerapkan fungsi hashing terhadap elemen kunci dari data tersebut.. Mencari data tersebut pada alamat yang diperoleh dari langkah nomor. 3. Jika data yang ditemukan tidak sesuai dengan yang dicari, maka lihat alamat yang terdapat pada field link, kemudian cari data di alamat yang ada pada field link tersebut. Sebagai contoh: Elemen kunci dari data yang akan dicari = 39, maka:. Fungsi hash: 39 mod =6. X[6] = 8 3. Karena 8<>39 maka baca link = 9 sehingga X[9] = 39, data ditemukan. Optimalitas Cellar... (Irene Astuti L.)

4 . Metode Coalesced hashing Dengan Cellar Masalah yang sering muncul dalam coalesced hashing adalah tabrakan {collision). Masalah ini dapat dikurangi dengan memodifikasi organisasi tabel yaitu dengan mengalokasikan seluruh tempat dalam tabel untuk overflow record dan home address record, dengan cara membagi tabel menjadi dua bagian yaitu sebuah area primer dan sebuah area overflow yang selanjutnya disebut cellar. Masalah yang dihadapi pada penggunaan metode coalesced hashing tanpa cellar adalah data awal (bukan data hasil link) kadang-kadang mengumpul di bawah sehingga untuk mencari tempat kosong yang baru harus dilakukan scan ke sel yang di atasnya. Cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengalokasikan sebagian tabel paling bawah menjadi gudang (cellar) untuk menyimpan data link. Misalnya digunakan ukuran gudang 4, maka fungsi hash menjadi key mod 7 Dengan data yang sama dengan contoh sebelumnya maka didapat: 7 mod 7 = 6 -> Data 7 disimpan di X[6] 8 mod 7 = 4 -> Data 8 disimpan di X[4] 9 mod 7 = -» Data 9 disimpan di X[] 8 mod 7 = 0 -> Data 8 disimpan di X[0] 39 mod 7 = 4 -> Karena X[4] telah ditempati, data 39 disimpan di cellar 3 mod 7 = 6-* Karena X[6] telah ditempati, data 3 disimpan di cellar 6 mod 7 = -* Data 6 disimpan di X[] Contoh tersebut dapat dijelaskan dengan ilustrasi pada gambar. Alamat Record Link A A 3 A 39 Gambar. Ilustrasi Coalesced Hashing dengan cellar.3 Pencarian Optimalitas Efisiensi pencarian data dihitung berdasarkan rata-rata pengambilan dengan rumus: Rata-rata pengambilan = iumlah langkah pengambilan tiap data (masing-masinq satu kali) total data Berdasarkan contoh di atas, maka jumlah pengambilan masing-masing data dalam coalesced hashing tanpa gudang dapat digambarkan seperti pada tabel. A A Jumal llmiah llmu Komputer, Vol. No. Mei 003: 53-67

5 Tabel. Tabel jumlah pengambilan masing-masing data pada coalesced hashing tanpa cellar Data ke Nilai data Jumlah pengambilan Jadi dalam coalesced tanpa gudang, rata-rata pengambilan = =0 7 7 Sedangkan jumlah pengambilan masing-masing data dalam coalesced hashing dengan gudang, dapat digambarkan pada tabel. Tabel. Tabel jumlah pengambilan masing-masing data pada coalesced hashing dengan cellar Data ke Nilai data Jumlah pengambilan Jadi dalam coalesced dengan gudang, rata-rata pengambilan = = Jadi parameter yang digunakan untuk mengukur optimalitas dalam hal ini adalah efisiensi pencarian data. Ukuran cellar yang paling optimal diperoleh dari ukuran cellar yang menghasilkan efiensi paling kecil..4 Metode Pengorganisasian Kunci Untuk kasus penyimpanan data ke dalam tabel yang sesungguhnya, nilai kunci tidak selalu berupa bilangan bulat. Karena itu ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengorganisasian nilai kunci. Pada penelitian ini digunakan metode Hashing by Folding. Pada metode ini, nilai kunci dibagi menjadi beberapa bagian, setiap bagian (kecuali yang terakhir) hams mempunyai jumlah digit yang sama untuk menentukan alamat relatif yang akan digunakan dalam fungsi hash. Partisi ini kemudian dilipat satu sama lain lalu dijumlahkan. Hasilnya, order tertinggi dibuang dan nilai yang diperoleh itulah nilai alamat relatif. Contoh: Nilai kunci " " dipartisi menjadi 3 bagian yaitu: 000, 345, dan untuk memperoleh alamat relatif, partisi "000" dilipat ke kiri, partisi "345" dilipat ke kanan, dan partisi "6789" dilipat ke kiri, kemudian ketiga partisi tersebut dijumlahkan. Optimalitas Cellar... (Irene Astuti L.) 57

6 Maka > digit paling depan dipotong, sehingga alamat relatif=3 3. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI Program yang dibuat dalam penelitian ini berfungsi sebagai alat bantu untuk pemecahan masalah. Inti sesungguhnya dari penelitian ini adalah mencari sejumlah data dan mencoba berbagai ukuran cellar untuk memperoleh persentase perbadingan atau rumus optimalitas ukuran cellar untuk kepadatan data tertentu. Input dari program ini adalah suatu nilai tertentu yang merupakan jumlah data yang akan disimpan. Input tersebut dapat disesuaikan dengan keperluan yaitu untuk keperluan pengguna atau untuk keperluan pencarian ukuran cellar yang optimal. Untuk keperluan yang kedua, program yang dibuat dapat menghasilkan sejumlah data yang nilainya random/acak dengan kepadatan tertentu. Sedangkan proses dari program ini adalah melakukan penempatan data ke dalam ruang penyimpanan dengan berbagai ukuran cellar dan melakukan proses pencarian data. Kemudian program akan menghitung efisiensi dari masing-masing ukuran cellar yang digunakan. Dari proses ini akan diperoleh output yang berupa cellar dengan ukuran tertentu yang memberikan rata-rata proses yang paling kecil atau dapat pula berupa tabel optimalitas untuk berbagai kepadatan data. 3. Perancangan Perancangan yang dilakukan peliputi disain masukan dan disain keluaran. 3.. Disain Masukan Program Data masukan untuk program pencarian optimalitas adalah sebagai berikut: a. Untuk implementasi Coalesced Hashing tanpa cellar. Jumlah Data diisi oleh pengguna, masukan berupa bilangan bulat Ukuran Tabel diisi oleh pengguna, masukan berupa bilangan bulat, tidak boleh lebih kecil daripada jumlah data b. Untuk implementasi Coalesced Hashing dengan cellar: Jumlah Data diisi oleh pengguna, masukan berupa bilangan bulat Ukuran Tabel diisi oleh pengguna, masukan berupa bilangan bulat, tidak boleh lebih kecil daripada jumlah data Ukuran cellar diisi oleh pengguna, masukan berupa persentase dari ukuran tabel 3.. Disain Keluaran Program Berdasarkan masukan di atas, maka program ini akan menghasilkan keluaran sebagai berikut: Sejumlah data acak sebanyak jumlah data yang diinginkan oleh pengguna, berupa bilangan bulat yang digenerate oleh program. Ukuran main area dan overflow area pada coalesced hashing dengan cellar Data hasil penerapan metode hashing tanpa cellar Data hasil penerapan metode hashing dengan cellar Jumlah pengambilan (probe) rata-rata dari semua data tersebut pada hashing tanpa cellar 58 Jurnal llmiah llmu Komputer, Vol. No. Mei 003: 53-67

7 Jumlah pengambilan (probe) rata-rata dari semua data tersebut pada hashing tanpa cellar Tabel Optimalitas ukuran cellar untuk berbagai kepadatan data. 3. Implementasi Perancangan yang telah dibuat, dirumuskan dalam algoritma kemudian diimplementasikan dalam program. 3.. Algoritma Program Program yang dirancang mempunyai algoritma sebagai berikut: a. Untuk Coalesced Hashing tanpa cellar.. Inputkan jumlah data dan ukuran tabel.. Lakukan perulangan untuk data pertama sampai data terakhir: (i) Tempatkan data pada lokasi masing-masing dengan perhitungan: (ii) lokasi = key mod ukuran tabel Jika lokasi tersebut masih kosong, simpan data pada alamat lokasi tersebut, kemudian lanjutkan ke langkah (3). Jika lokasi tersebut telah ditempati data sebelumnya, maka lanjutkan ke langkah (iii) (iii) Cari lokasi tabel paling bawah yang kosong. (iv) Lakukan proses (iii) sampai ditemukan lokasi yang kosong untuk menempatkan data tersebut. Simpan data pada lokasi kosong yang telah ditemukan. Simpan alamat lokasi kosong tersebut pada field link untuk data yang bersangkutan. 3. Selesai b. Untuk Coalesced Hashing dengan cellar.. Inputkan jumlah data, ukuran tabel dan persentase cellar. Lakukan perulangan untuk data pertama sampai data terakhir: (i) Tempatkan data pada lokasi masing-masing dengan perhitungan: (ii) lokasi = key mod (ukurantabel - ukuran cellar) Jika lokasi tesebut masih kosong, simpan data pada alamat lokasi tersebut, kemudian lanjutkan ke langkah (3). Jika lokasi tersebut telah ditempati data sebelumnya, maka lanjutkan ke langkah (iii) (iii) Cari lokasi tabel paling bawah yang kosong. (iv) Lakukan proses ini sampai ditemukan lokasi yang kosong untuk menempatkan data tersebut. Simpan data pada lokasi kosong yang telah ditemukan. Simpan alamat lokasi kosong tersebut pada field link untuk data yang bersangkutan. 3. Selesai. c. Untuk Pencarian Data Ulang dan Penghitungan Jumlah Probe:. Lakukan perulangan untuk data pertama sampai data terakhir: (i) Hitung lokasi data yang dicari dengan perhitungan: lokasi = nilai data mod ukurantabel (ii) Jika data yang ditemukan pada lokasi tersebut sesuai dengan data yang dicari, maka lanjutkan langkah () untuk data berikutnya dan jumlahprobe=jumlahprobe +. Jika data yang ditemukan tidak sesuai dengan yang dicari, lakukan pencarian ke lokasi yang ditunjuk pada field link. Lakukan proses (ii) in ; sampai data yang ditemukan sesuai. Optimalitas Cellar... (Irene Astuti L.) 59

8 . Hitung rata-rata jumlah pengambilan seluruh data dengan perhitungan : Rata_rata_probe=jumlahprobe / jumlahdata 3.. Program Pada program pembangkitan data acak yang dilakukan adalah: (i) Mengosongkan array dari data yang telah ada sebelumnya (ii) Jika ukuran tabel yang diinputkan lebih kecil dari jumlah data yang diinputkan, maka proses pengacakan tidak dilakukan, tetapi meminta inputan baru. Jika ukuran tabel lebih besar atau sama dengan jumlah data maka proses pengacakan dilakukan. (iii) Pengacakan dibatasi supaya data yang diacak tidak sama dengan data acak yang pernah dihasilkan sebelumnya. Jadi setiap kali mengacak data dilakukan pembandingan dengan semua data yang sudah dihasilkan sebelumnya. Jika ada yang sama maka pengacakan diulang untuk data tersebut. (iv) Data hasil pengacakan disimpan dalam array, untuk selanjutnya dilakukan proses hashing. Sedangkan yang dilakukan pada program coalesced hashing tanpa cellar adalah: (i) Data yang telah dihasilkan secara acak oleh program dikenai fungsi hash yaitu f(data) = nilai_data mod ukuran_tabel, sehingga menghasilkan nilai tertentu yang akan menentukan lokasi data tersebut akan disimpan. (ii) Jika pada lokasi tersebut tidak ada data yang lain, maka data tadi langsung ditempatkan di lokasi tersebut. Jika ternyata pada lokasi tersebut telah ada data dan alamat link pada lokasi tersebut tidak menunjuk ke lokasi manapun, maka data disimpan pada lokasi paling akhir dari tabel yang masih kosong. Kemudian alamat link dari data tersebut diisi dengan alamat lokasi kosong tersebut. Kemudian penunjuk lokasi paling akhir dinaikkan ke lokasi kosong yang ada di atasnya. (iii) Jika ternyata pada lokasi tersebut telah ada data dan alamat link pada lokasi tersebut juga sudah menunjuk ke lokasi yang lain, maka dilakukan pengecekan seperti langkah (ii) di lokasi yang ditunjukkan oleh alamat link tadi. Proses ini diulang terus sampai ditemukan tempat yang kosong. Proses yang dilakukan pada program coalesced hashing dengan cellar hampir sama dengan proses coalesced hashing tanpa cellar, hanya saja fungsi hash yang digunakan berbeda, yaitu f(data) = nilai_data mod (ukuran_tabel - ukuran_ce//ar) sehingga proses ini tergantung pada persentase cellar yang diinputkan. Nilai pembagi ini sebenarnya merupakan ukuran daerah penyimpan utama, sehingga lokasi akhir dari tabel yang dialokasikan sebagai cellar tidak akan terisi oleh data hasil pengalamatan asli, tetapi hanya berisi data hasil proses link. Demikian pula untuk menghitung jumlah probe sama dengan cara menghitung jumlah probe pada metode coalesced hashing tanpa ce//ar. 4. PERCOBAAN DAN ANALISA Program yang telah dibuat kemudian digunakan untuk melakukan percobaan coalesced hashing. Hasil yang diperoleh kemudian direpresentasikan dalam bentuk tabel dan grafik. 60 Jurnal llmiah llmu Komputer, Vol. No. Mei 003: 53-67

9 4. Menu Hashing Menu Hashing ini digunakan untuk mengimplementasikan metode coalesced hashing yang terdiri dari coalesced hashing tanpa cellar dan coalesced hashing dengan cellar. Informasi yang harus dinputkan adalah jumlah data, ukuran tabel dan persentase cellar. Sedangkan ukuran main area dan ukuran overflow area akan ditampilkan secara otomatis oleh program sesuai dengan persentase cellar yang diinputkan. Dengan menekan tombol Acak Data, maka sejumlah data akan dibangkitkan secara acak oleh program sebanyak jumlah data yang diinputkan tadi, kemudian diatur penempatannya dengan metode coalesced hashing. Metode coalesced hashing tanpa ce//ar dapat dilakukan terhadap sejumlah data tersebut dengan menekan tombol Coalesced hashing Tanpa Cellar. Sedangkan metode coalesced hashing dengan cellar dapat dilakukan dengan menekan tombol Coalesced hashing Dengan Cellar. Kedua proses tersebut akan menempatkan data sesuai dengan fungsi hash masing-masing, sekaligus menghitung jumlah pengambilan (probe) untuk masing-masing data serta menampilkan rata-rata jumlah pengambilan data tersebut. Optimalitas Cellai dalam Coalesced Hashing Dim oleh pengguna Jumlah data 0 Ukuran Tabel HI Protentace Cellai MO % Ukuran Main Aiea Overflow Area I 6 4 Acak data Hashing Tanpa Cellar i H ashing Dengan Ceiiar Address DataAsli G Tanpa Cellar I Link Probe )enqan Cellar j Link 40 3 J ; >6 G 8! i 5 to 35 4 :) i 47 - i i < : 3 Probe 3 4 Rata-rata Probe A Rata-rata Probe [T &eluar Gambar 3. Hasil keluaran dari Menu Hashing Untuk keperluan penelitian, proses pembangkitan data acak dapat dilakukan berulang kali. Untuk setiap kali pembangkitan data acak dapat dilakukan satu kali proses coalesced hashing tanpa cellar dan beberapa kali proses coalesced hashing dengan cellar dengan persentase cellar yang bervariasi sesuai yang diinputkan oleh Optimalitas Cellar... (Irene Astuti L.) 6

10 pengguna. Pada dasarnya informasi yang diharapkan dari program ini untuk keperluan penelitian hanyalah nilai rata-rata jumlah pengambilan (probe) untuk masing-masing data saja. Namun untuk keperluan pemahaman pengguna lebih lanjut mengenai metode coalesced hashing ini maka program ini juga dirancang untuk menghasilkan keluaran yang bersifat visual berupa tabel hash beserta alamat link untuk masing-masing data. Keluaran tersebut ditampilkan dalam bentuk grid untuk mempermudah pengguna melihatnya, seperti yang ditampilkan pada gambar3. 4. Analisa Mula-mula dilakukan penelitian untuk ukuran tabel = 000 dan jumlah data bervariasi mulai 00, 00, 300, dan seterusnya sampai 000 data. Untuk masingmasing jumlah data, dilakukan pembangkitan data acak 0 kali. Untuk setiap kali mengacak data, diterapkan satu kali proses coalesced hashing tanpa cellar dan beberapa kali proses coalesced hashing dengan cellar dengan persentase cellar mulai 0%, 0%, 30%, dan seterusnya sampai dengan 90%. 4.. Tabel Dan Grafik Hasil Percobaan Dari hasil percobaan yang dilakukan, dihitung rata-rata dari nilai rata-rata jumlah probe untuk 0 kali pengacakan data, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa nilai rata-rata jumlah probe yang paling kecil terjadi pada saat proses coalesced hashing dilakukan tanpa cellar dan dengan persentase cellar tertentu. Selanjutnya akan dilakukan langkah-langkah percobaan yang sama dengan di atas, untuk persentase cellar dengan jangkauan yang lebih kecil, yang nilainya berkisar pada nilai optimal tersebut. Hasil percobaan untuk persentase cellar antara 0% sampai 90% tercantum pada tabel 3. Jumlah Data Tabel 3 Tabel rata-rata probe untuk ukuran tabel=000 dengan berbagai jumlah data dan persentase cellar yang bervariasi antara 0 % - 90% Dengan Persentase Cellar (%) Tanpa Cellar Jurnal llmiah llmu Komputer, Vol. No. Mei 003: 53-67

11 Untuk lebih mempemudah pembacaan data dan analisa, maka data pada tabel 3 direpresentasikan dalam bentuk grafik pada gambar 4. Grafik Hubungan antara Prosentase Cellar dengan Jumlah Probe rata-rata untuk Kepadatan Data 00 sampai Ob 0 :' Prosentase Cellar (%) Jumlah Data Gambar 4. Grafik Hubungan antara Persentase Cellar dengan Probe rata-rata untuk data 00 sampai 000 Pada proses coalesced hashing dengan cellar, terlihat bahwa nilai probe rata-rata yang paling rendah terjadi pada saat persentase cellar antara 0% sampai 0%. Maka untuk mencari nilai yang lebih optimal lagi, dilakukan percobaan yang sama, tetapi dengan jangkauan yang lebih kecil, yaitu untuk persentase cellar antara 0% sampai 0%. Hasil percobaan tersebut ditampilkan pada tabel 4. Tabel 4. Tabel rata-rata probe untuk ukuran tabel=000, dengan berbagai jumlah data dan persentase cellar yang bervariasi antara 0 % - 0 % Tanpa Denqan Persentase Cellar (%) Cellar , Optimalitas Cellar... (Irene Astuti L.)

12 Untuk lebih mempemudah pembacaan data dan anatisa, maka data pada tabel 4 dicantumkan dalam bentuk grafik pada gambar 5. Gambar 5. Grafik Hubungart antara Persentase cellar dengan Probe Rata-rata untuk data 00 sampai 000 dengan persentase cellar 0% sampai 0% 4.3. Perbandingan Coalesced Hashing Tanpa Cellar dan Coalesced Hashing Dengan Cellar Pada saat jumlah data=000, terlihat bahwa proses coalesced hashing baik tanpa cellar maupun dengan cellar yang berukuran 0% sampai dengan 50% menghasilkan nilai probe rata-rata =. Hal ini menunjukkan bahwa untuk jumlah data yang sangat kecil dibandingkan ukuran tempat penyimpanan yang disediakan, sebenarnya belum diperlukan adanya cellar Perbandingan Jumlah Probe Rata-rata untuk Kepadatan Data yang Berbeda Dari tabel 3 terlihat bahwa pada saat jumlah data = 00 sampai 00, proses coalesced hashing tanpa cellar menghasilkan nilai probe rata-rata =. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu tidak terjadi tabrakan sehingga masing-masing data langsung dapat ditempatkan pada alamatnya masingmasing sesuai dengan fungsi hash. Hal ini disebabkan karena jumlah data yang disimpan jauh lebih kecil dibandingkan ukuran tempat penyimpan yang disediakan. Dari tabel 3 dan gambar 6 terlihat bahwa jika jumlah data makin besar, maka nilai probe rata-rata juga makin besar. Hal ini disebabkan karena data yang harus disimpan dengan fungsi hash semakin banyak, sehingga menyebabkan kemungkinan fungsi hash tertentu menghasilkan nilai yang sama semakin besar. Sebagaimana telah dijelaskan dalam landasan teori bahwa jika fungsi hash 64 Jurnal llmiah llmu Komputer, Vol. No. Mei 003: 53-67

13 menghasilkan nilai yang sama maka akan terjadi tabrakan antara data yang d\-hash dengan data sebelumnya yang menghasilkan nilai yang sama. Jika terjadi tabrakan maka perlu dilakukan link ke alamat lain. Apabila terjadinya tabrakan semakin sering, maka semakin banyak pula link yang terjadi. Hal ini akan menyebabkan proses pengambilan suatu data perlu dilakukan beberapa kali sebelum akhirnya data yang dimaksud ditemukan Perbandingan Persentase Cellar yang berbeda Jika nilai probe rata-rata pada proses coalesced hashing tanpa cellar dan proses coalesced hashing dengan persentase cellar 0% dibandingkan, terlihat bahwa pada saat jumlah data = 00 sampai dengan 400, nilai probe rata-rata untuk proses tanpa cellar lebih kecil daripada untuk proses dengan cellar 0%. Sedangkan pada saat jumlah data = 500 sampai dengan 000, nilai probe rata-rata pada proses tanpa cellar lebih besar daripada untuk proses dengan cellar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa pada kepadatan data kurang lebih 0% - 40% dari ukuran tempat penyimpanan yang disediakan, penggunaan cellar belum terlalu diperlukan. Penggunaan cellar baru dirasakan efektif pada kepadatan data lebih dari 50% karena pada saat itu mulai banyak terjadi tabrakan. Dari tabel 3 juga terlihat bahwa semakin besar persentase cellar, maka nilai probe rata-rata akan makin besar. Hal ini disebabkan karena fungsi hash yang digunakan untuk coalesced hashing tanpa cellar adalah sebagai berikut: Fungsi hash = key mod (ukuran area primer) = key mod (ukuran tabel-ukuran cellar) sehingga semakin besar ukuran cellar berarti akan menyebabkan nilai pembagi pada fungsi hash ; yang juga merupakan ukuran area primer akan semakin kecil. Jika nilai pembagi pada fungsi hash tersebut semakin kecil maka kemungkinan nilai sisa pembagian yang terjadi pada fungsi hash tersebut juga sedikit. Misalnya jika nilai pembagi adalah 0 maka kemungkinan sisa pembagian yang terjadi adalah 0,,,3,4,5,6,7,8,dan 9, sedangkan jika pembagi adalah 6 maka kemungkinan sisa pembagian yang terjadi hanyalah 0,,,3,4, dan.5. Padahal sebagaimana telah dijelaskan dalam landasan teori bahwa sisa pembagian yang diperoleh dari fungsi hash akan menentukan alamat penyimpanan data yang bersangkutan. Jika kemungkinan nilai sisa pembagian yang terjadi semakin kecil, berarti kemungkinan terjadinya tabrakan akan semakin besar. Hal ini akan memperlambat proses pencarian data karena data disimpan bukan pada alamat sesungguhnya tetapi pada alamat link-nya Pencarian Opiimalitas pada Jangkauan Persentase Cellar yang Lebih Kecil Percobaan ini dilakukan pada jangkauan persentase cellar yang lebih kecil yaitu antara 0% sampai 0 %, dengan kenaikan setiap %. Seperti halnya pada percobaan sebelumnya yang menggunakan jangkauan persentase cellar yang lebih besar, pada percobaan ini juga terlihat bahwa jika jumlah data makin banyak, maka nilai probe rata-rata juga makin besar. Tetapi pada percobaan ini tidak dapat dipastikan bahwa semakin besar persentase cellar, maka nilai probe rata-rata akan makin besar seperti pada percobaan sebelumnya. Untuk jumlah data yang sama dan ukuran cellar yang berbeda, nilai probe rata-rata yang terjadi hampir sama. Dengan demikian ukuran cellar yang paling optimal dalam hal ini terdapat di antara 0% sampai dengan 0%. Hal ini berlaku untuk setiap kepadatan data. Optimalitas Cellar... (Irene Astuti L.) 65

14 5. PENUTUP Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan dan saran yang terhubungan dengan optimalitas cellar dalam coalesced hashing dan penerapannya pada basis data sederhana. 5.. Kesimpulan. Jika jumlah data yang akan disimpan jauh lebih kecil dibandingkan ukuran tempat penyimpanan yang disediakan, penggunaan cellar kurang diperlukan, bahkan justru dapat mempersulit dan memperbanyak proses penyimpanan dan pencarian. Penggunaan cellar baru terasa dibutuhkan secara efektif pada kepadatan data lebih besar dari 50% dari ukuran tempat penyimpanan.. Ukuran cellar yang paling optimal dijurripai pada persentase 0%- 0% dari ukuran tempat penyimpanan yang disediakan. Hal ini berarti tempat penyimpanan yang dialokasikan untuk penyimpanan utama sebesar 80%-90%, sedangkan untuk daerah overflow sebesar 0%-0%. 3. Semakin besar persentase cellar, maka kemungkinan terjadinya tabrakan akan semakin besar karena nilai pembagi untuk fungsi hash semakin kecil, sehingga nilai sisa pembagian; yang akan berfungsi sebagai alamat data; yang mungkin terjadi semakin sedikit. Semakin besar persentase ce//ar akan menyebabkan rata-rata jumlah probe semakin besar. 4. Jika jumlah data semakin besar maka semakin banyak kemungkinan terjadi tabrakan, sehingga rata-rata jumlah probe juga semakin besar. Jika jumlah data jauh lebih kecil dibandingkan ukuran tempat penyimpanan yang disediakan, maka kemungkinan terjadinya tabrakan kecil, sehingga data dapat langsung ditempatkan pada alamatnya masing-masing tanpa perlu melakukan proses link ke alamat lain. 5.. Saran. Analisis yang tepat dan ketelitian data yang tinggi serta makin banyak jumlah percobaan yang dilakukan akan mendukung diperolehnya hasil penelitian yang lebih akurat. Oleh sebab itu masukan yang diberikan oleh pengguna harus bermacam-macam dengan mempertimbangkan kemungkinan data yang terjadi.. Penelitian ini masih dapat dikembangkan untuk berbagai jenis kondisi data, tidak hanya untuk data acak saja, tetapi juga kondisi data yang lain. DAFTAR PUSTAKA. Folk, Michael J., File Structures, Addison Wesley, 998. Frerking, Gary, Borland Delphi how-to, Emeryville: The Waite Group, Loomis, Mary E.S, Data Management and File Processing, New Jersey: Prentice Hall, Matcho, Jon dan David R. Faulkner. Edisi Khusus Panduan Penggunaan Delphi, Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta, Edisi Pertama, Tharp, Alan L., F/Ve Organization and Processing, New York: John Wiley & Sons, Inc., Vitter, J.S., "Implementations for Coalesced Hashing", Communications of the ACM, 5, December Vitter.J.S., "Analysis of the Search Performance of Coalesced Hashing", Journal of the ACM, April Wiederhold, Gio, File Organization for Data Base Design, New York: McGraw Hill Book Company, Jurnal llmiah llmu Komputer, Vol. No. Mei 003: 53-67

15 Biodata Penulis Nama Lengkap Gelar yang diperoleh Institusi Bidang Afiliasi Mata kuliah yang diajar Research Interest Irene Astuti Lazarusli S (Sarjana Komputer) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta Teknik Informatika FIK - Teknik Informatika UPH Praktikum Statistika Deskriptif, Praktikum Sistem Informasi Manajemen, Praktikum Pemrograman Modular, Praktikum Analisis Algoritma, Praktikum Pemrograman Berorientasi Objek, Praktikum Sistem Basis Data, Pengantar Komputer Untuk Komunikasi (di Jurusan Komunikasi FISIP UPH) Data Base and Information System, Information Retrieval, Artificial Intelligence & Neural Network Optimalitas Cellar... (Irene Astuti L.) 67

BEBERAPA METODE PENYELESAIAN COLLISION PADA ORGANISASI BERKAS SECARA HASHING

BEBERAPA METODE PENYELESAIAN COLLISION PADA ORGANISASI BERKAS SECARA HASHING BEBERAPA METODE PENYELESAIAN COLLISION PADA ORGANISASI BERKAS SECARA HASHING Edhy Sutanta Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak

Lebih terperinci

Fungsi Hash dan Metode Collision Resolution

Fungsi Hash dan Metode Collision Resolution Fungsi Hash dan Metode Collision Resolution Riffa Rufaida ( 13507007) 1) 1) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung 40132, email: if17007@students.if.itb.ac.id Abstract Setiap record data memiliki kunci

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK DENGAN PENERAPAN PENCARIAN RELATIF (HASH SEARCH)

IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK DENGAN PENERAPAN PENCARIAN RELATIF (HASH SEARCH) Techno.COM, Vol. 10, No. 1, Februari 2011: 7-14 IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK DENGAN PENERAPAN PENCARIAN RELATIF (HASH SEARCH) Sri Winarno, Sumardi Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH FIFO P-ISSN / E-ISSN

JURNAL ILMIAH FIFO P-ISSN / E-ISSN RANCANG BANGUN MEDIA PEMBELAJARAN TEKNIK HASHING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA TERHADAP PEMROSESAN DAN PENCARIAN FILE SECARA ACAK DALAM MATAKULIAH SISTEM BERKAS Dewi Arianti Wulandari

Lebih terperinci

FILE BERKAS LANGSUNG. Rudi Susanto

FILE BERKAS LANGSUNG. Rudi Susanto FILE BERKAS LANGSUNG Rudi Susanto rudist87@gmail.com Pendahuluan Untuk menemukan suatu rekaman tidak melalui proses pencarian, namun bisa langsung menuju alamat yang ditempti rekaman. Solusi awal menyimpan

Lebih terperinci

ORGANISASI BERKAS RELATIF

ORGANISASI BERKAS RELATIF ORGANISASI BERKAS RELATIF Suatu berkas yang mengidentifikasikan record dengan key yang diperlukan. Record tidak perlu tersortir secara fisik menurut nilai key. Organisasi berkas relatif paling sering digunakan

Lebih terperinci

Collision Resolution

Collision Resolution Collision Collision merupakan kondisi dimana terdapat lebih dari satu key yang menempati slot address yang sama Collision dapat diminimalisir dengan cara : - Mengganti fungsi hash - Mengurangi packing

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH SISTEM BERKAS KODE / SKS : KK /3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH SISTEM BERKAS KODE / SKS : KK /3 SKS 1 SISTEM FILE 1. Berkas File 2. Klasifikasi File Master File Transaksi File Report File Work File Program File Text File Dump File Library File History File 3. Model Akses File Input File Output File Input/Output

Lebih terperinci

Silabus. 3. Media Penyimpanan Berkas. 6. Organisasi File. 7. Collision. 2. Manajemen Data dan Konsep Database

Silabus. 3. Media Penyimpanan Berkas. 6. Organisasi File. 7. Collision. 2. Manajemen Data dan Konsep Database Silabus 1. Pendahuluan 2. Manajemen Data dan Konsep Database 3. Media Penyimpanan Berkas 4. Parameter Media Penyimpanan Sekunder dan 5. Metode Blocking 6. Organisasi File 7. Collision * File Pile * File

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH SISTEM BERKAS * KODE: KK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH SISTEM BERKAS * KODE: KK SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH SISTEM * KODE: KK-045319 Minggu ke Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan Tujuan Instruksional Khusus Referensi 1 SISTEM 1. Konsep Dasar Sistem Berkas 2. Klasifikasi

Lebih terperinci

P14 Hash Function TIF42/SIF42

P14 Hash Function TIF42/SIF42 P14 Hash Function TIF42/SIF42 A. Sidiq P. Prodi teknik Informatika & Prodi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta 1 Pembahasan Pengenalan Tabel Hash Memilih Fungsi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013 JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 0 VOL. NO. Maret 0 PERBANDINGAN METODE BUBBLE SORT DAN INSERTION SORT TERHADAP EFISIENSI MEMORI Des Suryani ABSTRACT Sorting of data is one of the important

Lebih terperinci

SEARCHING (PENCARIAN)

SEARCHING (PENCARIAN) SEARCHING (PENCARIAN) PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas beberapa metoda pencarian data (searching) untuk menemukan suatu informasi dari sejumlah data yang ada. Pada dasarnya cara mengorganisir data

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH BERKAS DAN AKSES (MI) KODE / SKS : KK / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH BERKAS DAN AKSES (MI) KODE / SKS : KK / 2 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH BERKAS DAN AKSES (MI) KODE / SKS : KK-013210/ 2 SKS Minggu 1 Sistem file mahasiswa memahami organisasi berkas serta memanipulasinya, dapat menjelaskan organisasi berkas

Lebih terperinci

:Mahasiswa dapat mempraktekkan penggunaan array

:Mahasiswa dapat mempraktekkan penggunaan array Praktikum : Pemrograman II Modul Praktikum ke : 06 Judul Materi : Array Tujuan / Sasaran :Mahasiswa dapat mempraktekkan penggunaan array Waktu (lama) : 3 Jam Aplikasi yang digunakan : Visual Basic I. Array/Matrik

Lebih terperinci

BAB 4 ORGANISASI BERKAS RELATIF

BAB 4 ORGANISASI BERKAS RELATIF BAB 4 ORGANISASI BERKAS RELATIF PENGERTIAN BERKAS RELATIF Suatu cara yang efektif dalam mengorganisasi sekumpulan record yang membutuhkan akses sebuah record dengan cepat adalah Organisasi Berkas Relatif

Lebih terperinci

TUGAS BASIS DATA FILE ORGANIZATION IF2250 SEMESTER GENAP 2013/2014

TUGAS BASIS DATA FILE ORGANIZATION IF2250 SEMESTER GENAP 2013/2014 TUGAS BASIS DATA FILE ORGANIZATION IF2250 SEMESTER GENAP 2013/2014 K01 : Darwin Prasetio (13512001) Jan Wira Gotama Putra (13512015) Melvin Fonda (13512085) TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN

Lebih terperinci

ORGANISASI BERKAS RELATIF

ORGANISASI BERKAS RELATIF ORGANISASI BERKAS RELATIF PENGERTIAN BERKAS RELATIF Suatu cara yang efektif dalam mengorganisasi sekumpulan record yang membutuhkan akses sebuah record dengan cepat adalah Organisasi Berkas Relatif. Dalam

Lebih terperinci

Pemotongan Poligon Menggunakan Algoritma Weiler Atherton

Pemotongan Poligon Menggunakan Algoritma Weiler Atherton Pemotongan Poligon Menggunakan Algoritma Weiler Atherton [Djoni Haryadi Setiabudi, et al.] Pemotongan Poligon Menggunakan Algoritma Weiler Atherton Djoni Haryadi Setiabudi Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : STRUKTUR DATA FAKULTAS : TEKNOLOGI INDUSTRI, ILMU KOMPUTER JURUSAN / JENJANG : INFORMAA, TEKNIK KOMPUTER / S1 KODE : KD-045326 Minggu Ke Pokok

Lebih terperinci

Penerapan Fungsi Hash dalam Penempatan Parkir Mobil

Penerapan Fungsi Hash dalam Penempatan Parkir Mobil Penerapan Fungsi Hash dalam Penempatan Parkir Mobil Irfan Ariq - 13515112 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Bilangan Bertanda (Sign Number)

Bilangan Bertanda (Sign Number) Bilangan Bertanda (Sign Number) Disusun oleh: Tim dosen SLD Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom Agustus 2015 Signed Integer: Sign/magnitude

Lebih terperinci

ORGANISASI FILE BASIS DATA I - DIAN DHARMAYANTI

ORGANISASI FILE BASIS DATA I - DIAN DHARMAYANTI ORGANISASI FILE BASIS DATA I - DIAN DHARMAYANTI OUTLINE 1 2 3 4 5 Pendahuluan Sasaran Manajemen File Fungsi Manajemen File Performansi File Struktur File 1. PENDAHULUAN File biasanya diorganisasikan secara

Lebih terperinci

ORGANISASI FILE. Alif Finandhita, S.Kom

ORGANISASI FILE. Alif Finandhita, S.Kom ORGANISASI FILE Penyimpanan ataupun penulisan character demi character yang ada di dalam external memory, harus diatur sedemikian rupa sehingga komputer bisa dengan mudah menemukan kembali data-data yang

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama Matakuliah : Sistem Berkas Kode/SKS : MAI 4107A / 3 SKS Disusun oleh: Drs. Marji, MT Program Studi Ilmu Komputer Jurusan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA SEQUENTIAL SEARCHING UNTUK PENCARIAN NOMOR SURAT PADA SISTEM ARSIP ELEKTRONIK

IMPLEMENTASI ALGORITMA SEQUENTIAL SEARCHING UNTUK PENCARIAN NOMOR SURAT PADA SISTEM ARSIP ELEKTRONIK IMPLEMENTASI ALGORITMA SEQUENTIAL SEARCHING UNTUK PENCARIAN NOMOR SURAT PADA SISTEM ARSIP ELEKTRONIK Anisya Sonita 1, Mayang Sari 2 1,2 Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Text Mining

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Text Mining 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Text Mining Text Mining dapat juga diartikan sebagai penambangan data berupa teks yang bersumber dari dokumen untuk mencari karta-kata yang merupakan perwakilan isi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Struktur Organisasi Data : IT012239 / 2 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Jenis-jenis data Menjelaskan mendefinisikan jenis-jenis.

Lebih terperinci

Database System 8 Hash-Based Indexing

Database System 8 Hash-Based Indexing Database System 8 Hash-Based Indexing Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom Powered by www.redoffice.com Pustaka Sistem Manajemen Database Edisi ketiga, Raghu Ramakrishnan & Johannes Gehrke, McGrawHill 3 Hash-Based

Lebih terperinci

Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : STRUKTUR DATA KODE ; TI11. C227 / 4 SKS JURUSAN SISTEM INFORMASI / S1 FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI Minggu Ke (1) Pokok Bahasan TIU (2) Sub Pokok

Lebih terperinci

Algoritma dan Pemrograman Lanjut. Pertemuan Ke-6 Pencarian (Searching) 1

Algoritma dan Pemrograman Lanjut. Pertemuan Ke-6 Pencarian (Searching) 1 Algoritma dan Pemrograman Lanjut Pertemuan Ke-6 Pencarian (Searching) 1 Disusun Oleh : Wilis Kaswidjanti, S.Si.,M.Kom. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

Organisasi Sequential. Rudi Susanto

Organisasi Sequential. Rudi Susanto Organisasi Sequential Rudi Susanto Organisasi Berkas Organisasi Berkas Sekuensial Rekaman disimpan di dalam file secara beruntun berdasarkan waktu pemasukannya (rekaman yang masuk lebih dulu memiliki indeks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan Buatan ( Artificial Intelligence ) merupakan salah satu cabang dari ilmu computer yang membuat agar mesin atau komputer dapat melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI CUCI CETAK FOTO PADA LEMBAYUNG CAKRAWALA PHOTOGRAPHY YOGYAKARTA. Naskah Publikasi

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI CUCI CETAK FOTO PADA LEMBAYUNG CAKRAWALA PHOTOGRAPHY YOGYAKARTA. Naskah Publikasi ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI CUCI CETAK FOTO PADA LEMBAYUNG CAKRAWALA PHOTOGRAPHY YOGYAKARTA Naskah Publikasi Disusun oleh: Bora Erna Sunara 06.12.2023 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

Model Design database. Mustamin Tewa

Model Design database. Mustamin Tewa Model Design database Mustamin Tewa Model Design database Kebutuhan konseptual aplikasi 1 Model Eksternal Aplikasi 1 Model Eksternal Aplikasi 2 Model Eksternal Aplikasi 1 Kebutuhan konseptual aplikasi

Lebih terperinci

Algoritma dan Struktur Data. Searching dan Sorting

Algoritma dan Struktur Data. Searching dan Sorting Algoritma dan Struktur Data Searching dan Sorting Searching Pada suatu data seringkali dibutuhkan pembacaan kembali informasi (retrieval information) dengan cara searching. Searching adalah pencarian data

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE BACKTRACKING UNTUK MEMBANTU MENCARI PENYELESAIAN PERMAINAN PEG SOLITAIRE

MODIFIKASI METODE BACKTRACKING UNTUK MEMBANTU MENCARI PENYELESAIAN PERMAINAN PEG SOLITAIRE MODIFIKASI METODE BACKTRACKING UNTUK MEMBANTU MENCARI PENYELESAIAN PERMAINAN PEG SOLITAIRE Susana Limanto dan Monica Widiasri Universitas Surabaya, Surabaya susana @ubaya.ad.id dan monica@ubaya.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

SIMULASI PENCARIAN JALAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKTRACKING. Abstract

SIMULASI PENCARIAN JALAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKTRACKING. Abstract SIMULASI PENCARIAN JALAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKTRACKING Samuel Lukas 1, Toni Anwar 2, Sony Panji Wicaksono 3 Abstract Path Finding is a problem that appears in the development of hardware or software,

Lebih terperinci

Ahmad Kamsyakawuni, S.Si, M.Kom. Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember

Ahmad Kamsyakawuni, S.Si, M.Kom. Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember Algoritma Searching Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember - 2016 Definisi Array Array : a finite ordered set of homogenous elements Elemen-elemen array tersusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan komputer tidak hanya sebagai sarana penghitung biasa saja tetapi sudah meliputi berbagai sarana seperti sarana informasi, hiburan, atau

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY DAN TEKNIK CONNECTED COMPONENT LABELING Oleh I Komang Deny Supanji, NIM 0815051052 Jurusan

Lebih terperinci

Operating System. File System. Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan. Dosen : Caca E. Supriana, S.Si

Operating System. File System. Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan. Dosen : Caca E. Supriana, S.Si Operating System File System Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan Dosen : Caca E. Supriana, S.Si caca_emile@yahoo.co.id Konsep dan Atribut File System Konsep File Atribut File Operasi

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI PERTITIONING TABEL PADA RELATIONAL DATABASE MANAGEMENT SYSTEM

ANALISA PERFORMANSI PERTITIONING TABEL PADA RELATIONAL DATABASE MANAGEMENT SYSTEM ANALISA PERFORMANSI PERTITIONING TABEL PADA RELATIONAL DATABASE MANAGEMENT SYSTEM Eko Purwanto¹, Kiki Maulana², Kusuma Ayu Laksitowening³ ¹Teknik Informatika,, Universitas Telkom Abstrak Besarnya data

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. kurang ( + ) 1 (satu) bulan adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Kegiatan Kerja Praktek. No. Jenis Kegiatan Alokasi Waktu

BAB III PEMBAHASAN. kurang ( + ) 1 (satu) bulan adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Kegiatan Kerja Praktek. No. Jenis Kegiatan Alokasi Waktu BAB III PEMBAHASAN 3.1. Kegiatan kerja praktek 3.1.1. Jadwal Kerja Praktek Kegiatan yang dilakukan selama Kerja Praktek dalam jangka waktu lebih kurang ( + ) 1 (satu) bulan adalah sebagai berikut : Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1-1. Howard. W. Sams & Co.1987, hal 1. 1 Frenzel, L.W. Crash Course In Artifical Intelligence And Expert Systems. 1st Edition.

BAB I PENDAHULUAN 1-1. Howard. W. Sams & Co.1987, hal 1. 1 Frenzel, L.W. Crash Course In Artifical Intelligence And Expert Systems. 1st Edition. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang makin pesat menyebabkan kebutuhan akan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam komputerpun meningkat. Kecerdasan buatan

Lebih terperinci

Macam-Macam Fungsi Hash

Macam-Macam Fungsi Hash Macam-Macam Fungsi Hash Abas Ali Pangera, Dony Ariyus, Jurusan Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Yogyakarta, Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta - Indonesia Fungsi hash terdapat empat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perkembangan dalam dunia komputer terutama dalam bidang software telah maju dengan pesat dan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan manusia,

Lebih terperinci

Praktikum Algoritma dan Struktur Data 2010

Praktikum Algoritma dan Struktur Data 2010 BAB XI HASHING A. TUJUAN 1) Mahasiswa mampu membuat dan memdeklarasikan struktur algoritma tabel hash 2) Mahasiswa mampu menerapkan dan mengimplementasikan struktur algoritma tabel hash B. DASAR TEORI

Lebih terperinci

Aplikasi Pembelajaran Kriptografi Klasik dengan Visual Basic.NET

Aplikasi Pembelajaran Kriptografi Klasik dengan Visual Basic.NET Aplikasi Pembelajaran Kriptografi Klasik dengan Visual Basic.NET Erianto Ongko 1), Justian 2) STMIK IBBI Jl. Sei Deli No. 18 Medan, Telp 061-4567111 Fax: 061-4527548 e-mail: erianto_ongko@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

3. Apa kekurangan paging sederhana dibandingkan dengan paging pada virtual memory?

3. Apa kekurangan paging sederhana dibandingkan dengan paging pada virtual memory? Sistem Operasi (CSG3E3) IF-35-Gabungan & IF-35-07 Dosen: NGS Petunjuk umum: 1. Dikerjakan berkelompok 2. Tutup buku dan dilarang menggunakan laptop/alat komunikasi 3. Tulis jawaban di lembar soal pada

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktivitas Pembelajaran

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktivitas Pembelajaran SILABUS MATAKULIAH Revisi : 2 Tanggal Berlaku : September 2014 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : A11. 54306 / 2. Program Studi : Teknik Informatika-S1 3. Fakultas : Ilmu Komputer 4. Bobot sks : 4 SKS 5.

Lebih terperinci

MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG

MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG MENGUKUR KINERJA ALGORITMA GENETIK PADA PEMAMPATAN MATRIKS JARANG Nico Saputro dan Joice Aritonang Email : nico@home.unpar.ac.id, jo_aritonang@yahoo.com A matrix that has lots of zero elements is called

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE TREND LINEAR LEAST SQUARE PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERAMALAN MAHASISWA BARU

IMPLEMENTASI METODE TREND LINEAR LEAST SQUARE PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERAMALAN MAHASISWA BARU IMPLEMENTASI METODE TREND LINEAR LEAST SQUARE PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERAMALAN MAHASISWA BARU Kurnia Yahya Program Studi Sistem Informasi, STMIK Profesional kurnia.yahya@mail.ugm.ac.id Abstrack

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1-1 Proses.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1-1 Proses. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini kita mengetahui banyak bidang-bidang dua dimensi yang beraturan seperti bidang segitiga, segi empat, poligon, dan lain-lain. Begitu pula dengan rumus-rumus

Lebih terperinci

ALGORITMA PEMROGRAMAN 1A** (PP :S1-KA) Pertemuan 7. Ahmad Hidayat

ALGORITMA PEMROGRAMAN 1A** (PP :S1-KA) Pertemuan 7. Ahmad Hidayat ALGORITMA PEMROGRAMAN 1A** (PP-011302:S1-KA) Pertemuan 7 Ahmad Hidayat PENERAPAN KONSEP TABEL Argumen dan Fungsi Penggunaan Storage untuk Penyimpanan Tabel Proses Pencarian (Searching) Pengurutan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 SEARCHING A. TUJUAN

BAB 3 SEARCHING A. TUJUAN BAB 3 SEARCHING A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat melakukan perancangan aplikasi menggunakan struktur Searching (Pencarian) 2. Mahasiswa mampu melakukan analisis pada algoritma Searching yang dibuat 3. Mahasiswa

Lebih terperinci

SEARCHING. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 1

SEARCHING. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 1 SEARCHING Pencarian data (searching) yang sering juga disebut dengan table look-up atau storage and retrieval information, adalah suatu proses untuk mengumpulkan sejumlah informasi di dalam pengingat komputer

Lebih terperinci

Algoritma dan Pemrograman. Pertemuan Ke-4 Konsep Tipe Data, Operator Dan Identifier

Algoritma dan Pemrograman. Pertemuan Ke-4 Konsep Tipe Data, Operator Dan Identifier Algoritma dan Pemrograman Pertemuan Ke-4 Konsep Tipe Data, Operator Dan Identifier Disusun Oleh : Wilis Kaswidjanti, S.Si.,M.Kom. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan

Lebih terperinci

BAB X Hashing. typedef char *NomorBuku[100]; Buku = NomorBuku;

BAB X Hashing. typedef char *NomorBuku[100]; Buku = NomorBuku; BAB X Hashing Tujuan 1. Menunjukkan beberapa fungsi metode Hash 2. Dapat memilah permasalahan yang dapat diselesaikan dengan metode Hashing, sekaligus dapat menyelesaikannya Pada metode-metode pencarian

Lebih terperinci

ORGANISASI BERKAS RELATIF STRUKTUR & ORGANISASI DATA 1

ORGANISASI BERKAS RELATIF STRUKTUR & ORGANISASI DATA 1 ORGANISASI BERKAS RELATIF STRUKTUR & ORGANISASI DATA 1 PENGERTIAN BERKAS RELATIF Suatu cara yang efektif dalam mengorganisasi sekumpulan record yang membutuhkan akses sebuah record dengan cepat adalah

Lebih terperinci

GIS berbasis Web untuk Pemetaan Lahan menggunakan Classifier Model

GIS berbasis Web untuk Pemetaan Lahan menggunakan Classifier Model Jurnal Komputer Terapan Vol. 2, No. 1, Mei 2016, 1-6 1 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id GIS berbasis Web untuk Pemetaan Lahan menggunakan Classifier Model Abstrak Warnia Nengsih Politeknik

Lebih terperinci

Topic Complexity of Hashing Search & Binary Search Tree Algorithm

Topic Complexity of Hashing Search & Binary Search Tree Algorithm Topic Complexity of Hashing Search & Binary Search Tree Algorithm Febriansyah Kurniawan M. Nasir Suyanto Searching a list of values is a common task. An application program might retrieve a student record,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE ALGORITMA QUICK SORT DAN MERGE SORT DALAM PENGURUTAN DATA TERHADAP JUMLAH LANGKAH DAN WAKTU

ANALISIS PERBANDINGAN METODE ALGORITMA QUICK SORT DAN MERGE SORT DALAM PENGURUTAN DATA TERHADAP JUMLAH LANGKAH DAN WAKTU ANALISIS PERBANDINGAN METODE ALGORITMA QUICK SORT DAN MERGE SORT DALAM PENGURUTAN DATA TERHADAP JUMLAH LANGKAH DAN WAKTU Yolanda Y.P Rumapea Prodi Sistem Informasi, Universitas Methodist Indonesia Jl.

Lebih terperinci

ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA SEARCHING ARRAY

ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA SEARCHING ARRAY ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA SEARCHING ARRAY DEFINISI ARRAY ARRAY : A FINITE ORDERED SET OF HOMOGENOUS ELEMENTS ELEMEN-ELEMEN ARRAY TERSUSUN SECARA BERDERET DAN DAPAT DIAKSES SECARA RANDOM DI DALAM MEMORI.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengantar Komputer merupakan suatu perangkat elektronika yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi, menjalankan program yang tersimpan dalam memori, serta dapat bekerja

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : SISTEM BERKAS DAN AKSES Kode Mata : MI 15206 Jurusan / Jenjang : D3 MANAJEMEN INFORMAA Tujuan Instruksional Umum

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Struktur Data Kd-Tree Pada Metode K-Nearest Neighbors

Analisis Kinerja Struktur Data Kd-Tree Pada Metode K-Nearest Neighbors Riau Journal of Computer Science Vol.2 No.2 Tahun 2016 : 1-6 1 Analisis Kinerja Struktur Data Kd-Tree Pada Metode K-Nearest Neighbors Yuan Lukito Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media penyimpanan data yang memiliki ukuran hingga ratusan gigabyte bahkan

BAB I PENDAHULUAN. media penyimpanan data yang memiliki ukuran hingga ratusan gigabyte bahkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer dewasa ini memungkinkan disimpannya data dalam bentuk file dalam jumlah yang besar karena adanya media penyimpanan data yang memiliki

Lebih terperinci

Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan

Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Algoritma MAC Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan Paramita 1) 1) Program Studi Teknik Informatika STEI ITB, Bandung, email: if14040@studentsifitbacid Abstract MAC adalah fungsi hash satu arah yang menggunakan

Lebih terperinci

: Mahasiswa dapat membuat mempraktekkan perintah Array/ Matriks

: Mahasiswa dapat membuat mempraktekkan perintah Array/ Matriks Praktikum : Pemrograman I Modul Praktikum ke : 04 Judul Materi : Array Tujuan / Sasaran : Mahasiswa dapat membuat mempraktekkan perintah Array/ Matriks Waktu (lama) : 3 Jam Aplikasi yang digunakan : Blue-J,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah ILKOM Volume 8 Nomor 3 (Desember 2016)

Jurnal Ilmiah ILKOM Volume 8 Nomor 3 (Desember 2016) ANALISIS EMPIRIS PERBANDINGAN KINERJA METODE HASHING PROGRESSIVE OVERFLOW DAN LINEAR QUOTIENT DALAM STUDI PEMBUATAN APLIKASI DEKSTOP ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN Eko Prianto 1, Anton Yudhana 2, Abdul Fadlil

Lebih terperinci

Lab. Teknik Informatika Struktur Data 1

Lab. Teknik Informatika Struktur Data 1 2. POINTER dan SINGLE LINK LIST TUJUAN PRAKTIKUM 1. Praktikan mengetahui tipe struktur data baru yaitu tipe data Pointer. 2. Praktikan menggunakan pointer didalam pembuatan program dan dapat menerapkannya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM BERKAS HASH FILE DAN MULTIRING FILE

TUGAS AKHIR SISTEM BERKAS HASH FILE DAN MULTIRING FILE TUGAS AKHIR SISTEM BERKAS HASH FILE DAN MULTIRING FILE tarji_anto@yahoo.com TUGAS AKHIR SISTEM BERKAS HASH FILE DAN MULTIRING FILE Dosen Pembimbing : Anis Yusrotun Nadhiroh, S.Kom Oleh : Ahmad Tarjianto

Lebih terperinci

Praktikum 2 Pembuatan Program PLC

Praktikum 2 Pembuatan Program PLC Praktikum 2 Pembuatan Program PLC A. Tujuan : 1. Mahasiswa mampu memahami prosedur baku dalam pembuatan program PLC 2. Mahasiswa mengerti mengenai pemilihan modul input output dan alokasinya dalam program

Lebih terperinci

Modul Praktikum Algoritma dan Struktur Data

Modul Praktikum Algoritma dan Struktur Data BAB 4 SEARCHING A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat melakukan perancangan aplikasi menggunakan struktur Searching (Pencarian) 2. Mahasiswa mampu melakukan analisis pada algoritma Searching yang dibuat 3. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Hipotesis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Hipotesis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap matakuliah memiliki silabus perkuliahan yang berisi materi-materi mengenai matakuliah tersebut. Silabus disusun berdasarkan buku-buku referensi utama

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE MARKET BASKET ANALYSIS (MBA) PADA APLIKASI E-COMMERCE STUDI KASUS ANANDA SHOP

IMPLEMENTASI METODE MARKET BASKET ANALYSIS (MBA) PADA APLIKASI E-COMMERCE STUDI KASUS ANANDA SHOP IMPLEMENTASI METODE MARKET BASKET ANALYSIS (MBA) PADA APLIKASI E-COMMERCE STUDI KASUS ANANDA SHOP 1 RitaSaraswati, 2 Astria Hijriani, M.Kom, 3 Febi Eka Febriansyah,M.T 1 Jurusan Ilmu Komputer FMIPA Unila

Lebih terperinci

APLIKASI SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS PADA PT.PLN (PERSERO) UPK RING SMT REGIONAL IV PALEMBANG

APLIKASI SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS PADA PT.PLN (PERSERO) UPK RING SMT REGIONAL IV PALEMBANG APLIKASI SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS PADA PT.PLN (PERSERO) UPK RING SMT REGIONAL IV PALEMBANG vriansyah Utama Putra Mahasiswa Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani.12 Palembang Pos-el :

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENJUALAN DAN PERBAIKAN KOMPUTER (Studi Kasus: CV Computer Plus Palembang)

SISTEM INFORMASI PENJUALAN DAN PERBAIKAN KOMPUTER (Studi Kasus: CV Computer Plus Palembang) SISTEM INFORMASI PENJUALAN DAN PERBAIKAN KOMPUTER (Studi Kasus: CV Computer Plus Palembang) Oleh: Syaprina, Leon Andretti Abdillah, & Nyimas Sopiah Mahasiswa & Dosen Universitas Bina Darma, Palembang Abstracts:

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI SISTEM TRANSAKSI PENJUALAN BARANG DENGAN SMS GATEWAY SEBAGAI PENDUKUNG PROGRAM PELAYANAN PRIMA

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI SISTEM TRANSAKSI PENJUALAN BARANG DENGAN SMS GATEWAY SEBAGAI PENDUKUNG PROGRAM PELAYANAN PRIMA 99 ANALISIS DAN IMPLEMENTASI SISTEM TRANSAKSI PENJUALAN BARANG DENGAN SMS GATEWAY SEBAGAI PENDUKUNG PROGRAM PELAYANAN PRIMA Auliya Rahman 1) 1 Fakultas Teknologi informasi, Universitas Islam Kalimantan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UKUR SUMBER AC/DC SECARA OTOMATIS

PERANCANGAN ALAT UKUR SUMBER AC/DC SECARA OTOMATIS PERANCANGAN ALAT UKUR SUMBER AC/DC SECARA OTOMATIS Edi Putra Harahap 1 *, Ir. Arnita, M.T. 1, Mirza Zoni, S.T, M.T. 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta E-mail:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi dan Pengujian Penggunaan dan Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi dan Pengujian Penggunaan dan Pemeliharaan list($this->jumlah,$this>nilai_grafik,$this- >persentase, $this->std)=$this->getgrafikvalue_emeg(); }else{ list($this->jumlah, $this->nilai_grafik, $this- >persentase,$this->std)=$this- >GetGrafikValue_Fakdep();

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK PENENTUAN JURUSAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYESIAN NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK PENENTUAN JURUSAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYESIAN NETWORK PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK PENENTUAN JURUSAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYESIAN NETWORK EDWIEN SYAHRIAL MUCHTAR Jakarta, 082123474755, edwiensyahrial@ymail.com ANDRE GIOVAN Jakarta, 081310396049,

Lebih terperinci

Munifah, Retno Wulan Damayanti, Haryono Setiadi Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret

Munifah, Retno Wulan Damayanti, Haryono Setiadi Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET DENGAN METODE PROTOTYPING SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI INTERNAL Munifah, Retno Wulan Damayanti, Haryono Setiadi

Lebih terperinci

KAJIAN RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN SIDANG SARJANA JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA

KAJIAN RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN SIDANG SARJANA JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA KAJIAN RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN SIDANG SARJANA JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA Arimbi Kurniasari 1, DR. Ing Djati Kerami 2 Universitas gunadarma Jl. Margonda Raya 100,

Lebih terperinci

Bab 1. KONSEP DASAR SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI

Bab 1. KONSEP DASAR SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI Bab 1. KONSEP DASAR SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI Tipe Sistem Informasi Sistem Temu Kembali Informasi (Information Retrieval System - IRS) merupakan salah satu tipe sistem informasi. Selain Sistem Temu

Lebih terperinci

Tabel Informasi. Hal di atas dapat dilakukan dengan menambah dan mengambil atribut identifier yang digunakan pada program, melalui tabel informasi.

Tabel Informasi. Hal di atas dapat dilakukan dengan menambah dan mengambil atribut identifier yang digunakan pada program, melalui tabel informasi. Tabel Informasi Tabel informasi atau tabel simbol berguna untuk mempermudah pada saat pembuatan dan implementasi dari analisa semantik (semantic analyzer). Pada proses translasi, tabel informasi dapat

Lebih terperinci

ALGORITMA PENGURUTAN & PENCARIAN

ALGORITMA PENGURUTAN & PENCARIAN Materi kuliah ALGORITMA PENGURUTAN & PENCARIAN Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2011 1 Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar sejak dia dilahirkan, baik diajarkan maupun belajar sendiri, hal ini dikarenakan manusia mempunyai jaringan saraf.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

BAB IV HASIL DAN UJICOBA 48 BAB IV HASIL DAN UJICOBA IV.1. Hasil Berdasarkan dari rancangan di Bab III, maka dihasilkan program berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari sistem mencocokkan gambar metode Linear Congruent

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Informasi Penjadwalan Kegiatan Perkualiahan Dengan Framework Code Ignetier

Perancangan Sistem Informasi Penjadwalan Kegiatan Perkualiahan Dengan Framework Code Ignetier Perancangan Sistem Informasi Penjadwalan Kegiatan Perkualiahan Dengan Framework Code Ignetier Dan Algoritma Genetika Pada Universitas Bina Darma Palembang Najjemy Pratama 1, Muhammad Izman Herdiansyah

Lebih terperinci

ALGORITMA PEMOGRAMAN SEMESTER GENAP 2017/2018

ALGORITMA PEMOGRAMAN SEMESTER GENAP 2017/2018 ALGORITMA PEMOGRAMAN SEMESTER GENAP 2017/2018 INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2018 MODUL 3 Petunjuk Praktikum Modul ini dilaksanakan dalam 2 (dua) sesi praktikum. Tiap sesi praktikum dilaksanakan dalam 3 tahap

Lebih terperinci

Sistem Berkas & Basis Data (CS2323)

Sistem Berkas & Basis Data (CS2323) Sistem Berkas & Basis Data (CS2323) Pertemuan 1 : - Pendahuluan - Konsep Sistem Berkas 1 Silabus 1. Definisi dan Konsep Sistem Berkas 2. Media Penyimpan Sekunder & Parameter Pengukurannya 3. Metode Blocking

Lebih terperinci

ESTIMASI PRODUKTIVITAS PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

ESTIMASI PRODUKTIVITAS PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK ESTIMASI PRODUKTIVITAS PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK Lila Ayu Ratna Winanda Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Pekerjaan konstruksi yang tengah menggeliat bangkit tidak

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan kebutuhan akan kecerdasan buatan (artificial intelligence) semakin pesat. Permainan komputer merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Adapun hasil dan pembahasan system informasi sumber daya manusia pada PT. Sarana Agro Nusantara adalah sebagai berikut : IV.1.1. Tampilan Input 1. Form

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dijelaskan dan ditampilkan bagaimana hasil dari rancangan program beserta pembahasan tentang program. Dimana di dalam program ini terdapat tampilan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Algoritma Modular Exponentiation mempunyai kompleksitas sebesar O((lg n) 3 ) (Menezes et al. 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Algoritma Modular Exponentiation mempunyai kompleksitas sebesar O((lg n) 3 ) (Menezes et al. 1996). pengukuran running time dari setiap perlakuan. Ulangan setiap perlakuan dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing-masing RSA dan RSA-. Lingkungan Penelitian Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (AMIK) LEMBAH DEMPO

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (AMIK) LEMBAH DEMPO SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (AMIK) LEMBAH DEMPO 1. Program Studi : Manajemen Informatika (MI) 2. Nama Mata Kuliah : Pemrograman Pascal 2 3. Kode Mata Kuliah

Lebih terperinci