PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM STEARAT TERHADAP BERAT RENDEMEN, WAKTU EVAPORASI SERTA KADAR MAGNESIUM DAN KALSIUM DALAM KRISTALISASI GARAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM STEARAT TERHADAP BERAT RENDEMEN, WAKTU EVAPORASI SERTA KADAR MAGNESIUM DAN KALSIUM DALAM KRISTALISASI GARAM"

Transkripsi

1 PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM STEARAT TERHADAP BERAT RENDEMEN, WAKTU EVAPORASI SERTA KADAR MAGNESIUM DAN KALSIUM DALAM KRISTALISASI GARAM Skripsi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat pendidikan Strata Satu (S-1) Sebagai Sarjana Sains pada Jurusan Fisika Disusun Oleh : SIGIT HARI PRATAMA J2D JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Desember, 2012

2 PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM STEARAT TERHADAP BERAT RENDEMEN, WAKTU EVAPORASI SERTA KADAR MAGNESIUM DAN KALSIUM DALAM KRISTALISASI GARAM Skripsi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat pendidikan Strata Satu (S-1) Sebagai Sarjana Sains pada Jurusan Fisika Disusun Oleh : SIGIT HARI PRATAMA J2D JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Desember, 2012

3 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Jangan pernah hiraukan yang hilang, gunakan apa yang masih tersisa Tiada kata lagi yang bisa tuk menguntai rasa trimakasihku kepada Allah dan kepada manusia yang paling sempurna Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Salam. Kupersembahkan hasil penelitiaan ini untuk : Ibunda Sumarmi dan Bapak Suparno orangtua saya beserta keluarga yang lain. Doa-doanya bisa saya rasakan di hati sangat menyejukan Para dosen dan guru yang selalu membimbing, hingga saya menjadi seperti sekarang ini. Sahabat-sahabatku forum formal : sulistyo, ardoni, ibnu, chandra, abdilah, rio, ian dan sakti yang selalu menyemangatiku meski aku terkadang menyebalkan Juga tak lupa sahabat-sahabat lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu disini.

4 KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, Pencipta dan Pengatur semesta alam. Hanya karena limpahan rahmat dan karunia-nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan kepada para pengemban dakwahnya yang selalu mengikuti langkahnya hingga akhir zaman. Dengan mengambil judul Pengaruh Penambahan Natrium Stearat Terhadap Berat Rendemen, laju kristalisasi serta kadar magnesium dan kalsium dalam kristalisasi garam, penulis berusaha menyajikan gambaran tentang kristalisasi garam dengan penambahan Na-stearat menggunakan metode evaporasi yang dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah rendamen, mempercepat waktu evaporasi dan mengurangi kadar kalsium dan magnesium. Sebagai skripsi yang dalam proses dan penyusunannya melibatkan berbagai pihak, maka perkenankan penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada : 1. Ibu dan Bapak tersayang, atas jasa dan pengorbanan beliau yang tidak mungkin mampu penulis balas sampai kapanpun. 2. Dr. Priyono dan Dr. Heri Sutanto, selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan serta dukungan secara penuh dalam proses penelitian ini. 3. Dr. Iis Nurhasanah selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan. 4. Adik-adikku Dwi Hari Adi dan Hari Sulistiono yang telah mencurahkan bantuannya dan memberikan motivasi secara penuh kepada penulis. 5. Rekan-rekan Material (sakti, isrina, agus, ayus, windu, bayu, iqbal, mbak yoyo dst), rekan rekan angkatan 2007 (sulistyo, ibnu, chandra, abdillah, rio, nursidi, ian, ninik, ria, wardono, trimul, wahyu dyl) yang telah banyak membantu selama penelitian ini. 6. Sdri. Wahyu NA yang telah menjadi sumber motivasi penulis dalam mengerjakan penelitian ini. 7. Keluarga Bude Maryam di Klaten, Ibu Indri Hastuti di Boyolali, Lek Marijo di Palembang, Lek Marsono di Tangerang, Lek Teguh di Tangerang, Lek Lanjar di Klaten.

5 8. Seluruh staf pengajar maupun staf administrasi Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Diponegoro atas kerja kerasnya dalam mengajar dan melayani penulis sebagai mahasiswa. 9. Bapak Hufron dan Bapak Nuryadi beserta para officer Laboratorium Fisika Dasar yang telah membantu penulis selama menjadi assisten di Laboratorium Fisika Dasar. Semoga amal baik bapak, ibu dan rekan-rekan mendapat balasan kebaikan disisi Allah, amin. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun demikian penulis adalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan, sehingga sangat penulis sadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penuh dengan kekurangan baik dalam materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu kritik, saran dan koreksi amat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberikan banyak manfaat bagi kita semua, amien Ya Rabb. Semarang, 28 Desember 2012 Penulis, Sigit Hari Pratama

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii MOTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 BAB II DASAR TEORI Komposisi Air Laut Natrium klorida Stuktur Kristal Natrium Klorida Mekanisme Kristalisasi Nukleasi (nukleation) Pertumbuhan Kristal (crystal growth) Pengotor (impurities) Pemisahan Campuran Filtrasi Kristalisasi Sedimentasi Spektrometri Serapan Atom (SSA) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Alat Penelitian Bahan Penelitian Prosedur Penelitian Pembuatan Natrium Stearat Penentuan Nilai Rendemen... 23

7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Evaporasi Konvensional Hasil Perubahan Nilai Rendamen Pada Sampel Konvensional Hasil Uji komposisi Ca dan Mg Pada Sampel Konvensional Metode Evaporasi Menggunakan Hotplate Hasil Perubahan Nilai Rendamen dan Laju Penguapan Pada Pengamatan Menggunakan Hotplate Hasil Uji komposisi Ca dan Mg Pada Pengamatan Menggunakan Hotplate Variasi Penambahan Natrium Stearat Hasil Perubahan Nilai Rendamen dan Laju Penguapan Pada Variasi Penambahan Na-stearat 2% - 6% V/V air laut Hasil Uji komposisi Ca dan Mg Pada Variasi Penambahan Nastearat 2% - 6% V/V air laut BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 41

8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Stuktur NaCl 9 Gambar 2.2 Skema klasifikasi nukleasi 11 Gambar 2.3 Contoh grafik hubungan konsentrasi terhadap absorbansi 16 Gambar 3.1 Diagram skematik alur penelitian 22 Gambar 4.1 Tampilan Fisik (a) CH 3 (CH 2 ) 16 COOH, (b) NaOH, (c) 24 (CH 3 (CH 2 ) 16 COONa Gambar 4.2 Hasil foto mikroskop digital (a) sampel I (sebelum ditambah Nastearat) 26 dengan perbasaran 1000 kali, (b) sampel II (setelah ditambah Na-stearat) dengan perbasaran 1000 kali Gambar 4.3 Grafik hubungan waktu pemanasan terhadap penurunan air laut 28 Gambar 4.4 Hasil foto mikroskop digital (a) sampel III perbasaran 250 kali, 30 (b) sampel III perbasaran 1000 kali, (c) sampel IV perbasaran 250 kali, (d) sampel IV perbasaran 1000 kali Gambar 4.5 Grafik hubungan waktu pemanasan terhadap penurunan air laut 32 pada evaporasi dengan variasi Na-stearat 2%-6% V/V air laut Gambar 4.6 Grafik hubungan kadar Mg dan Ca antara sampel III (tanpa penambahan Na-stearat) dengan sampel yang ditambahi Na- Stearat 2% - 6% V/V air Laut 34

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Komposisi air laut pada salinitas 35% 5 Tabel 2.2 Karakterisistik natrium klorida (NaCl) 8 Tabel 4.1 Hasil pengamatan metode evaporasi dengan cahaya matahari 25 Tabel 4.2 Hasil uji komposisi Ca dan Mg untuk metode evaporasi 26 konvensional Tabel 4.3 Hasil pengamatan metode evaporasi menggunakan hotplate 28 Tabel 4.4 Hasil uji komposisi Ca dan Mg untuk metode evaporasi dengan 29 hotplate Tabel 4.5 Hasil pengamatan metode evaporasi dengan variasi penambahan 31 Na-stearat 2% - 6% V/V air laut Tabel 4.6 Hasil uji komposisi Ca dan Mg untuk metode evaporasi dengan 34 variasi penambahan Na-stearat 2% - 6% V/V air laut Tabel 4.7 Kadar Ca dan Mg untuk metode evaporasi dengan variasi penambahan Na-stearat 2% - 6% V/V air laut 35

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Keterangan Halaman 1 Perhitungan Na-stearat Perbandingan Mol (1:1) 41 2 Perhitungan Na-Stearat Dengan Perbandingan Mol 1:1 42 Pada Variasi 2%-6% V/V airlaut 3 Data Pengamatan Dengan Metode Konvensional 44 4 Data Pengamatan Dengan Evaporasi Menggunakan 46 Hotplate 5 Data Pengamatan Dengan Evaporasi Menggunakan 48 Hotplate dengan variasi penambahan Na-stearat 6 Gambar Penelitian 53 7 Hasil Uji BPIK untuk kadar Ca dan Mg dari garam 55 8 Pengurangan kadar Ca dan Mg 56 9 Kadar Ca dan Mg ph pada sampel 60

11 INTISARI Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Produksi garam merupakan salah satu isu nasional yang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan Nastearat terhadap peningkatan jumlah rendamen garam, kecepatan laju evaporasi serta pengurangan kadar Ca dan Mg pada garam hasil kristalisasi. Penelitian ini menggunakan metode evaporasi dengan variabel tetap suhu 82 C dan volume sampel 1000 ml. Penambahan Na-stearat yang dihasilkan dari reaksi natrium hidroksida dan asam stearat dengan perbandingan mol 1:1. Pelarut natrium stearat dicampurkan untuk membentuk endapan Ca-stearat dan Mg-stearat. Larutan sampel dipisahkan dari endapan tersebut, kemudian dievaporasi sampai terbentuk kristal garam. Variasi penambahan Na-stearat dilakukan pada prosen volume 2%, 3%, 4%, 5% dan 6% V/V air laut. Hasil uji laju volume terhadap waktu evaporasi menunjukan bahwa penambahan Na-stearat mempercepat laju kristalisasi. Berat rendamen terbesar diperoleh dari penambahan Na-stearat 2% V/V air laut. Sedangkan untuk kadar Ca dan Mg terkecil dihasilkan dari sampel dengan penambahan Na-stearat 3% V/V air laut. Kata-kata kunci: Na-stearat, Evaporasi, Kristalisasi, Garam, Logam Berat

12 ABSTRACT Salt is one of the requirements is a complement of the need for food and a source of electrolytes for the human body. The production of salt is one of the national issues that concerns the government at this time. The study was conducted to determine the effect of additional Na-stearate to the increasing number of rendamen salt, high evaporation rate and a reduction in the levels of Ca and Mg in the salt crystallization results. This study uses evaporation to keep the variable temperature 82 C and a the volume of 1000 ml sample. The addition of Na-stearate produced from the reaction of sodium hydroxide and stearic acid with a mole ratio of 1:1. The solvent sodium stearate are mixed to form a precipitate Ca- stearate and Mgstearate. The solution was separated from the sediment samples, and then evaporated to form salt crystals. Variations of additional Na-stearate performed on percent volume 2%, 3%, 4%, 5% and 6% V / V sea water. The test results of evaporation rate of the volume of against time showed that the addition of Na-stearate accelerate the rate of crystallization. Rendamen greatest weight is obtained from additional Na-stearate 2% V/V sea water. Whereas for the smallest levels of Ca and Mg of samples produced by the addition of Nastearate 3% V/V sea water. Key words: Na-stearate, Evaporation, Crystalization, Salt, Heavy metal.

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Produksi garam merupakan salah satu isu nasional yang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan dengan panjang pesisir pantainya yang mencapai km merupakan potensi yang tinggi untuk menghasilkan produksi garam dalam jumlah besar. Beberapa pulau yang terkenal dengan produksi garamnya antara lain Madura dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun kenyataannya untuk mencukupi kebutuhan garam nasional, Indonesia masih harus melakukan impor garam, salah satunya dari Australia. Jika ditinjau dari panjang pantai, Australia hanya memiliki garis pantai sekitar km, jauh lebih kecil daripada garis pantai Indonesia. Data dari kementrian perindustrian menyebutkan bahwa pada tahun 2009, produksi garam nasional mencapai ton, masih jauh lebih rendah dari kebutuhan garam nasional yang mencapai sebesar ton per tahun (Deperindag, 2008). Tahun 2010 dan 2011 produksi garam nasional diperkirakan hanya sebesar dua persen dari total kebutuhan garam nasional. Rendahnya produksi ini disebabkan oleh faktor curah hujan yang tinggi sehingga sangat mempengaruhi proses produksi garam yang sebagian besar masih menggunakan teknologi sederhana, yaitu pengeringan yang hanya bergantung pada sinar matahari (Deperindag, 2008). Permasalahan produksi garam nasional lainnya adalah rendahnya kualitas garam yang dihasilkan dari produksi dalam negeri dibandingkan dengan garam impor. SK Menteri Perindustrian Nomor 29/M/SK/2/1995 tentang pengesahan serta penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), kadar NaCl untuk garam industri haruslah 98,5 %.

14 Penelitian tentang pembuatan garam industri yang sesuai dengan SNI telah dilakukan, diantaranya rekayasa alat purifikasi garam rakyat menjadi garam industri dengan metode pencucian oleh Marihati, dkk (2001). Secara keseluruhan diperoleh hasil yaitu perbaikan kualitas garam dari garam krosok /rakyat menjadi garam murni. Konsentrasi NaCl mengalami peningkatan rata-rata 5,3%. Penelitian untuk mengurangi impuritas dalam garam, juga dapat dilakukan dengan kombinasi pencucian dan pelarutan cepat, seperti yang telah dilakukan oleh Bahruddin, dkk (2003). Pembuatan garam dari air laut juga telah dilakukan seperti oleh Widayat, dkk. Pembuatan garam dilakukan dengan menggunakan metode pengendapan dan evaporasi dengan pelarut NaOH dan gas CO 2. Pelarut NaOH dan gas CO 2 berfungsi untuk mengendapkan ion Mg 2+ dan Ca 2+. Hasil garam yang diperoleh belum sesuai SNI dikarenakan Ca 2+ yang terendapkan menjadi CaCO 3 kurang maksimal (Widayat, 2005). Bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan industri di Indonesia berdampak semakin meningkatnya kebutuhan akan garam nasional. Namun hal tersebut tidak dikuti oleh meningkatnya produksi garam lokal. Secara kualitas produksi garam rakyat juga masih belum memenuhi SNI. Harapannya dengan diadakan penelitian ini supaya bisa meningkatkan produksi garam dan mempercepat proses produksi. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu mengurangi kadar Ca dan Mg supaya memenuhi SNI. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mencari hubungan waktu evaporasi terhadap pengurangan volume air laut dalam pembuatan garam. 2. Menentukan berat rendamen serta komposisi Mg dan Ca dalam garam yang dihasilkan. 3. Mengetahui hubungan penambahan natrium strearat terhadap waktu evaporasi, berat rendamen serta kandungan Mg dan Ca.

15 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui cara untuk mengoptimalkan produksi garam dengan penambahan natrium stearat. 2. Menemukan solusi bagaimana meningkatkan produksi garam yang berkualitas dengan rekayasa alat maupun rekayasa proses.

16 BAB II DASAR TEORI Industri garam sama tuanya dengan sejarah manusia. Sejak dulu garam sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Garam pernah menjadi barang pujaan dan pernah pula digunakan sebagai alat pembayaran, sebagai pengganti mata uang di Tibet dan Mongolia. Penyaluran garam digunakan sebagai senjata politik oleh pemerintah-pemerintah zaman dahulu. Garam merupakan bahan pokok yang amat vital bagi kehidupan manusia, sumber berbagai pembuatan bahan kimia dan dewasa ini menjadi soko guru peradaban dan industri dunia yang kompleks ini. Bahkan istilah Salary (gaji) dalam bahasa ingris sesungguhnya berasal dari kata Salt (garam). Garam sangat diperlukan tubuh, selain itu garam juga digunakan untuk mengawetkan makanan dan sebagai bumbu. Untuk mencegah penyakit gondok, garam dapur juga sering ditambahi dengan Iodium ( Mulyono, 2009). 2.1 Komposisi Air Laut Air laut merupakan air yang berasal dari laut, memiliki rasa asin, dan memiliki kadar garam (salinitas) yang tinggi. Rata-rata air laut di lautan dunia memiliki salinitas sebesar 3,5%, hal ini berarti untuk setiap satu liter air laut terdapat 35 gram garam yang terlarut di dalamnya. Kandungan garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut antara lain klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%), dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium, dan florida. Keberadaan garam-garaman ini mempengaruhi sifat fisis air laut seperti densitas, kompresibilitas, dan titik beku (Riley, 1975). Air dengan salinitas tersebut tentunya tidak dapat dikonsumsi. 4

17 Tabel 2.1 Komposisi air laut pada salinitas 3,5% No Ion Gram per kilogram airlaut 1 Cl - 19,354 2 Na + 10,77 3 SO4 2-2,712 4 Mg 2+ 1,29 5 Ca 2+ 0, K 0,399 7 Br 0, F 0, B 0, Sr 2+ 0, I 6,0 x 10-5 Sumber : Chemical Oceanoggraphy, edited by J.P.Riley and G.Skrrow, 1975 Data-data di atas menunjukkan bahwa ada senyawa yang tidak terlalu diinginkan tetapi jumlahnya cukup besar, yaitu Ion kalsium, magnesium, kalium, dan sulfat. Air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya, yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi. Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam.

18 2.2 Natrium Klorida Secara umum gabungan dua atom natrium dengan molekul klorin diatomik akan membentuk dua unit ion natrium klorida. Persamaan kimia untuk mewakili reaksi tersebut adalah sebagai berikut: 2Na (s) + Cl 2(g) 2NaCl (s) (2.1) dengan: s : solid (padat), g : gas Natrium klorida (NaCl) yang secara umum dikenal sebagai garam dapur biasanya diperoleh dengan penguapan air laut, penambangan batuan garam dan dari sumur air garam. Kemurnian garam yang dibuat dengan penguapan air garam biasanya lebih dari 99%. Garam tambang berbeda-beda dalam komposisinya, bergantung pada lokasi. Namun biasanya mengandung lebih dari 95%. Larutan yang didapat dari sumur biasanya mepunyai kemurnian 98% dan lebih banyak bergantung pada kemurnian air yang diinjeksikan ke dalam sumur untuk melarutkan garam dari lapisan batuan. Penguapan matahari dengan sinar matahari banyak digunakan di Indonesia, suhu penguapan bergantung pada kelembaban udara, kecepatan angin dan jumlah energi surya yang diserap. Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, calsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801 C (Bahruddin, 2003). Garam banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam industri dan diestimasikan sekitar produk menggunakan garam sebagai bahan tambahan ( The Salt Manufactures Association, United Kingdom ). Tanpa garam tidak mungkin hidup, karena garam bertindak sebagai pengatur aliran makanan dalam tubuh, konstruksi hati dan jaringan-jaringan dalam tubuh. Banyak eksperimen telah dilakukan untuk menentukan kebutuhan minimum garam pada manusia dan hewan, menunjukkan bahwa jumlah minimum natrium yang hilang melalui kencing selama 24 jam sekitar 4 hingga 6 gram NaCl, ini mesti diganti.

19 Karena itu, seseorang memerlukan sekitar 5 sampai 10 gram tiap hari atau 2 hingga 3 kg pertahun untuk mempertahankan hidup. (Stewart, 1998 ) Natrium dan klorida biasanya berhubungan sangat erat baik sebagai bahan makanan maupun fungsinya dalam tubuh. Sebagian besar natrium terdapat dalam plasma darah dan dalam cairan diluar sel (ekstraseluler), beberapa diantaranya terdapat ditulang. Jumlah natrium dalam badan manusia diperkirakan sekitar g. Dalam badan seperti halnya dalam makanan, sebagian natrium bergabung dengan klorida membentuk garam dapur, yaitu natrium klorida. Konsumsi garam per orang per hari diperkirakan sekitar 6 18 gr NaCl. Klorida juga banyak terdapat pada plasma darah, serta banyak ditemukan dalam kelenjar pencernaan lambung sebagai asam klorida. Ion-ion klorida mengaktifkan enzim amilase dalam mulut untuk memecahkan pati yang dikonsumsi. Sebagai bagian terbesar dari cairan ekstraseluler, natrium dan klorida juga membantu mempertahankan tekanan osmotik, disamping juga membantu menjaga keseimbangan asam dan basa. Garam termasuk dalam kelas mineral halide atau dikenal dengan nama halite, dengan komposisi kimia sebagai natrium klorida (NaCl), yang terdiri atas 39,3% Na dan 60,7% CI. Umumnya garam berada bersama gypsum dan braks, sehingga akan terendahkan setelah gypsum terendapkan pada proses penguapan air laut. Nama halite dari Greek hals meeting salt (Magruder,1994) Sifat garam atau natrium klorida yaitu dapat berbentuk kristal atau bubuk putih dengan sistem isomerik berbentuk kubus, larut dalam air (35,6 gr/100 gr pada 0 C dan 39,2 gr/100 gr pada 100 C). Sifat-sifat garam yang lain adalah larut dalam alkohol, mencair pada suhu 801 C, dan menguap pada suhu diatas titik didihnya 1413 C, tidak berbau, tidak mudah terbakar dan toksitasnya rendah, serta mempunyai sifat higroskopis sehingga mampu menyerap air dari atmosfir pada kelembapan 785%.

20 2.3 Struktur Kristal Natrium Klorida Natrium klorida merupakan senyawa berbentuk kristal dengan struktur FCC (Face Center Cubic) dengan dasar atom dua. Atom pertama terletak pada setiap titik kisi, dan atom kedua terletak setengah jalan antara titik kisi di sepanjang tepi sel satuan FCC. Secara konvensional terbentuknya sistem kristal dalam padatan homogen NaCl dibatasi oleh berbagai bidang muka yang terbentuk secara alamiah. Dalam natrium klorida padat, setiap ion dikelilingi oleh enam ion dari muatan yang saling melawan untuk mengimbangi gaya elektrostatik. Ion-ion klorida yang lebih besar diatur dalam array kubik sedangkan ion-ion natrium yang lebih kecil mengisi semua celah kubik diantara mereka. Tabel 2.2. Karakteristik natrium klorida (NaCl) Gambar Nama IUPAC : Natrium Klorida Nama lain : Garam dapur, halit Molecular formula : NaCl Massa molar : 58,443 g / mol Penampilan : Tak berwarna / putih kristal padat Kepadatan : 2,165 g / cm 3 Titik lebur : 801 C, 1074 K, 1474 F Kelarutan dalam air : 356 g / L (0 C) 359 g / L (25 C) 391 g / L (100 C) Struktur Kristal : Kubik berpusat muka, cf8 Sumber :

21 Struktur garam dapur natrium khlorida (NaCl) merupakan senyawa khas yang dalam strukturnya anion Cl - disusun dalam ccp dan kation Na+ menempati lubang oktahedral (Oh) ( Gambar 2.1). Setiap kation Na + dikelilingi oleh enam anion Cl -. Struktur yang sama akan dihasilkan bila posisi anion dan kation dipertukarkan. Dalam hal ditukar posisinya, setiap anion Cl - dikelilingi oleh enam kation Na +. Jadi, setiap ion berkoordinasi 6 dan akan memudahkan bila strukturnya dideskripsikan sebagai struktur (6,6). Jumlah ion dalam sel satuan dihitung dengan menjumlahkan ion seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.1. Ion di dalam kubus dihitung satu, ion di muka kubus dibagi dua kubus, di sisi digunakan bersama empat kubus dan di pojok digunakan bersama oleh 8 kubus. Sehingga untuk struktur NaCl ada 4 ion Cl dalam sel satuan NaCl yang didapatkan dengan mengalikan jumlah ion dalam sel dengan satu, di muka dengan 1/2, dan di sisi dengan 1/4 dan di sudut dengan 1/8. Jumlah ion Na dalam sel satuan juga 4 dan rasio jumlah Cl dan Na cocok dengan rumus NaCl. Gambar 2.1 Struktur NaCl. 2.4 Mekanisme kristalisasi Kristalisasi merupakan istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur kristal. Empat tahap pada proses kristalisasi meliputi pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin, nukleasi atau pembentukan kristal inti kristal, pertumbuhan kristal, dan rekristalisasi atau pengaturan kembali struktur kristalin sampai mencapai energi terendah.

22 Kristalisasi menunjukkan sejumlah fenomena yang berkaitan dengan pembentukan struktur matriks kristal. Prinsip pembentukan kristal adalah sebagai berikut: 1. Kondisi lewat jenuh untuk suatu larutan seperti larutan gula atau garam. 2. Kondisi lewat dingin untuk suatu cairan atau lelehan (melt) seperti air dan lemak. Untuk membentuk kristal, fase cairan (liquid) harus melewati kondisi lewat dingin (untuk lelehan). Kondisi tersebut dapat tercapai melalui pendinginan di bawah titik leleh suatu komponen (misalnya air) atau melalui penambahan, sehingga dicapai kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula) pada kondisi tidak seimbang ini, molekul-molekul pada cairan yang mengatur diri dan membentuk struktur matriks kristal. Kondisi lewat jenuh atau lewat dingin pada produk pangan diatur melalui proses formulasi atau kondisi lapangan ( Purbani, 2000). Kristalisasi dari larutan terdiri dari dua fenomena yang berbeda : pembentukan inti kristal/nukleasi dan pertumbuhan Kristal. Baik nukleasi maupun pertumbuhan kristal memerlukan kondisi supersaturasi dari larutannya. Supersaturasi didefinisikan sebagai perbedaan antara konsentrasi aktual dalam larutan dan konsentrasi dimana fasa cair secara termodinamik berkesetimbangan dengan fasa padat (Setyopratomo, 2003). Keadaan supersaturasi dapat diperoleh dengan beberapa cara yaitu : dengan perubahan suhu (pendinginan untuk sistem yang gradient kurva kelarutannya positif atau pemanasan untuk sistem yang gradient kurva kelarutannya negatif), dengan pemisahan pelarut (biasanya dengan penguapan) atau dengan penambahan bahan tertentu (drowning-out agent). Pada diagram konsentrasi terhadap suhu, kelarutan suatu bahan digambarkan sebagai kurva kelarutan (solubility). Kelarutan suatu bahan ada yang naik terhadap kenaikan suhu (gradien positif), tetapi ada juga yang turun terhadap kenaikan suhu (gradien negatif). Ada bahan yang gradien kurva kelarutannya sangan besar, tetapi juga ada yang gradient kurva kelarutannya kecil. Semua sifatsifat tadi ikut menentukan pemilihan metode kristalisasi yang akan digunakan.

23 Daerah di bawah kurva solubility adalah daerah undersaturated, sehingga daerah ini dikatagorikan daerah stabil karena pada daerah ini tidak akan terjadi peristiwa pembentukan inti kristal (nukleasi). Kurva supersolubility adalah batas dimana nukleasi spontan mulai terjadi. Daerah antara kurva solubility dan supersolubility disebut metastable zone. Kedudukan kurva supersolubility dapat bergeser tergantung beberapa variabel proses, sehingga lebar daerah metastabil (metastable zone width) juga bisa berubah-ubah. Pada daerah metastabil ini bisa terjadi nukleasi sekunder. Daerah diatas kurva supersolubility disebut daerah labil karena pada daerah ini nukleasi spontan pasti terjadi yang mengakibatkan konsentrasi turun dan membawa kondisi keluar dari daerah ini Nukleasi (nucleation) Nukleasi adalah terbentuknya inti kristal yang muncul dari larutan. Teori nukleasi menyatakan bahwa ketika kelarutan dari larutan telah dilewati (supersaturated), molekul-molekul mulai mengumpul dan membentuk cluster. Cluster tersebut akhirnya akan mencapai ukuran tertentu yang disebut critical cluster. Penambahan molekul lebih lanjut ke critical cluster akan melahirkan inti kristal (nucleus). Untuk menjadi inti kristal yang stabil maka cluster harus mempunyai ketahanan terhadap kecenderungan untuk melarut kembali dan terorientasi pada lattice tertentu. Klasifikasi nukleasi digambarkan dengan skema sebagai berikut : Nukleasi Primer Sekunder (dipengaruhi oleh kristal) Homogen (spontan) Heterogen (dipengaruhi partikel asing) Gambar 2.2 Skema klasifikasi nukleasi

24 Nukleasi primer adalah nukleasi pada sistem yang tidak mengandung kristal. Nukleasi spontan adalah nukleasi dalam larutan lewat jenuh yang terbebas dari padatan kristal ataupun padatan lainnya. Sedangkan nukleasi heterogen adalah nukleasi dalam larutan lewat jenuh di mana terdapat substansi padatan asing dalam larutan (Setyopratomo, 2003). Kinetika nukleasi secara umum dapat digambarkan oleh persamaan empirik berikut : (2.2) dengan : B : laju nukleasi K N ΔC : konstanta laju nukleasi : supersaturasi (ΔC = C C* ; C* : kelarutan) b : konstanta empiris (umumnya : 2 5) Pertumbuhan Kristal (crystal growth) Tahap berikutnya dalam proses kristalisasi adalah inti bertumbuh menjadi lebih besar dengan penambahan molekul solut dari larutan lewat jenuh. Phenomena ini disebut pertumbuhan kristal (crystal growth). Berthoud (1912) dan Valeton (1924) menggambarkan model pertumbuhan kristal dengan model pertumbuhan dua tahap, yaitu proses difusi, molekul solut berpindah dari bulk fase liquid ke permukaan solid, diikuti tahap reaksi orde satu, molekul solut menyusun dirinya dalam geometri kristal (crystal lattice). Daya dorong terjadinya kedua tahap ini adalah perbedaan konsentrasi, yang dapat ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut : dan dengan : m C dm dt =K d.a.(c-c i ) (2.3) dm dt =K d.a.(c-c*) (2.4) : masa padatan yang terdeposit selama waktu t : konsentrasi solut dalam larutan

25 C i : konsentrasi solut pada bidang antarfasa kristal-larutan C* : konsentrasi jenuh kesetimbangan K d : koefisien perpindahan massa difusi Persamaan (2.3) dan (2.4) sulit untuk diterapkan dalam prakteknya karena mengandung konsentrasi antarfasa (interfacial) yang sulit diukur. Biasanya lebih disukai bentuk yang mengeliminasi Ci dengan menetapkan driving force overall, C - C*, yang lebih mudah diukur. Persamaan umum untuk laju pertumbuhan kristal berdasarkan driving force overall tersebut adalah : dm dt =Kg.A.(C-C*) (2.5) Dengan Kg adalah koefisien laju pertumbuhan kristal keseluruhan, yang juga dapat dituliskan dalam bentuk : dengan : Kr Kg = Kd.Kr Kd+Kr : konstanta laju reaksi permukaan (2.6) Nukleasi dan pertumbuhan kristal berlangsung secara simultan, dan keduanya seolah berkompetisi dalam mengontrol distribusi ukuran kristal yang diperoleh. Karena pada nukleasi supersaturasi berorde lebih tinggi dari laju pertumbuhan kristal, maka kristalisasi pada tingkat supersaturasi yang tinggi akan cenderung menghasilkan kristal dengan distribusi ukuran yang akan didominasi oleh ukuran yang kecil (Setyopratomo, 2003) Pengotor (Impurities) Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua katagori, yaitu pengotor yang ada pada permukaan kristal dan pengotor yang ada di dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaan kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses pemisahan padatan dari larutan induknya (retention liquid). Pengotor pada permukaan kristal ini dapat dipisahkan hanya dengan pencucian.cairan yang digunakan untuk mencuci harus mempunyai sifat

26 dapat melarutkan pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal. Salah satu cairan yang memenuhi sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang akan dicuci,namun dapat juga dipakai pelarut pada umumnya yang memenuhi kriteria tersebut. Adapun pengotor yang berada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian. Salah satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah dengan jalan rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut kemudian mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain adalah bahwa pengotor hanya bisa terbawa dalam kristal jika terorientasi secara bagus dalam kisi kristal (Setyopratomo, 2003). 2.5 Pemisahan Campuran Filtrasi Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut. Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang tertinggal di penyaring disebut residu (ampas). Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada pada gula. Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring dan penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap Kristalisasi

27 Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan. Contoh proses kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan garam dapur dari air laut. Mulamula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali) Sedimentasi Pengendapan, suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yang lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentsi tau sentrifugsi. Namun jika dalam campuran mengandung lebih dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode filtrasi. 2.6 Atomic Absorption Spectrometer (AAS) Atomic Absorption Spectrometer (AAS) atau biasa disebut dalam bahasa Indonesia Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis logam-logam dalam suatu bahan berdasarkan penyerapan energi oleh atom-atom normal. Metoda analisis ini banyak dipakai untuk menentukan kadar unsur logam dalam suatu bahan. Penggunaan spektrofotometri serapan atom untuk analisis unsur logam mempunyai keuntungan berupa sensitivitas yang cukup tinggi yaitu kisaran dalam ppm waktu analisa relatif singkat, ketelitian dan ketepatan dapat dipercaya, serta analisis

28 dapat dilakukan tanpa memisahkan unsur-unsur pengganggu lainnya. Bila suatu senyawa tertentu diaspirasikan ke dalam nyala maka senyawa ini akan menguap lalu terurai menjadi uap-uap atom bebas (proses atomisasi). Uap-uap atom bebas tersebut menyerap energi radiasi yang berasal dari lampu katoda cekung (Hollow Catoda Lamp) pada panjang gelombang tertentu yang khas dan karakteristik untuk setiap unsur. Akibat dari proses penyerapan radiasi tersebut elektron dari atom-atom bebas tereksitasi, dan kembali ke keadaan semula sambil memancarkan energi radiasi (Hendro, 1997). Pada spektrometri serapan atom yang diukur adalah banyaknya intensitas sinar yang diserap oleh atom-atom netral yang berada pada tingkat tenaga dasar atau atom-atom yang tidak tereksitasi oleh nyala dari unsur yang dianalisa (Hendro, 1997). Hubungan serapan dengan konsentrasi atom dirumuskan dalam hukum Lambert Beer yaitu : dengan : I o I t A a m b c Log I o /I t = A (2.7) A = a m.b.c (2.8) : Intensitas mula-mula : Intensitas sinar yang diteruskan : absorbansi : koefisien serapan radiasi : panjang burner (medium yang dilewati radiasi resonansi : kepekatan atom-atom yang mengabsorbsi Karena a m dan b merupakan suatu yang tetap, maka serapan contoh dapat langsung dibandingkan dengan serapan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya dengan membuat suatu grafik antara konsentrasi dan absorbansi seperti grafik dibawah ini :

29 Absorbansi Grafik hubungan konsentrasi terhadap absorbansi 0 y = x R² = Konsentrasi Gambar 2.3 Contoh grafik hubungan konsentrasi terhadap absorbansi Dengan membuat kurva hubungan absorbansi terhadap konsentrasi unsur logam yang ada dalam larutan standar maka akan diperoleh garis lurus dengan persamaan : Y = ax + b (2.9) Dengan menginterpolasikan absorbansi yang diperoleh dari pengukuran unsur logam dalam cuplikan dapat diketahui. Kadar dari masing-masing unsur pengotor dalam cuplikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar Unsur = A.V B (2.10) Dengan : A V B : konsentrasi (hasil interpolasi dari kurva kalibrasi) : Volume labu untuk pengenceran contoh (ml) : Berat cuplikan (g)

30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan November 2012 di Laboratorium Material Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro. Analisis kualitas garam dilakukan di Laboratorium BPIK Jawa Tengah. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Alat yang digunakan selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Hot plate Merk : Daihan Model : LMS 1003 Jangkauan kelajuan : rpm Jangkauan suhu : suhu ruang +5 o C sampai 380 o C Hotplate digunakan untuk memanaskan air laut dalam proses kristalisasi garam. Temperatur hotplate ditahan pada temperatur 82 C selama selang waktu sampai terbentuk kristal garam. 2. Neraca Digital Virtual measurement and controls Model : VB Kapasitas maksimal : 300 g Ketelitian : 0,001 g Neraca digital digunakan untuk mengukur massa bahan yang akan digunakan dalam penelitian. 3. Pengaduk Magnetik Pengaduk magnetik digunakan untuk mengaduk larutan pada proses pembentukan natrium stearat. 18

31 4. ph Meter ph Meter juga digunakan untuk mengukur tingkat keasaman (PH) larutan hingga didapatkan PH yang diinginkan. 5. Gelas Beaker Gelas beker digunakan untuk sebagai tempat untuk mereaksikan bahan dalam pembuatan kristal 6. Gelas Ukur Gelas ukur digunakan untuk mengukur bahan sesuai dengan takaran yang diinginkan 7. Pipet Pipet digunakan untuk mengambil bahan berbentuk cair yang akan akan direaksikan. 8. Pengaduk Pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan sehingga didapatkan larutan yang tercampur secara merata. 9. Pengukur Waktu Pengukur waktu digunakan untuk mengukur waktu. 10. Sarung Tangan Karet Sarung tangan karet digunakan untuk melindungi tangan saat mereaksikan larutan 11. Masker Masker digunakan untuk menutupi hidung dan mulut agar tidak terkena asap saat mereaksikan larutan dengan reaksi asam-basa 12. Thermometer Thermometer digunakan untuk mengukur suhu pada saat proses kristalisasi garam berlangsung. Suhu yang diberikan pada saat proses kristalisasi garam 82 o C. 13. Drigen Drigen digunakan untuk menampung air laut.

32 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Air Laut Bahan diambil pada kedalaman 2 meter dan berjarak 10 meter dari bibir pantai. 2. Asam Stearat Asam stearat digunakan sebagai pelarut. 3. Natrium Hidroksida Natrium hidroksida digunakan sebagai pelarut. 3.3 Prosedur Penelitian Bahan baku yang digunakan berupa air laut diperoleh dari daerah garam di lasem kabupaten rembang dan juwono kabupaten pati jawa tengah. Bahan pembantu dalam penelitian ini adalah asam stearat dan natrium hidroksida yang dapat diperoleh ditoko daerah semarang. Metode yang akan digunakan adalah penambahan flokulan, sedimentasi, filtrasi dan evaporasi. Peralatan untuk menjalankan sistem tersebut sudah tersedia di laboratorium fisika. Flokulan yang akan digunakan adalah natrium stearat yang diperoleh dari hasil reaksi natrium hodroksida dan asam stearat, dimana reaksinya sebagai berikut: CH 3 (CH 2 ) 16 COOH + NaOH CH 3 (CH 2 ) 16 COONa + CaCl 2 CH 3 (CH 2 ) 16 COONa + MgCl 2 CH 3 (CH 2 ) 16 COONa + H 2 O (CH 3 (CH 2 ) 16 COO) 2 Ca + NaCl (CH 3 (CH 2 ) 16 COO) 2 Mg + NaCl Penyaring berupa penyaring kertas mikrofiltrasi akan digunakan untuk menyaring bahan setelah melewati proses sedimentasi. Setelah itu proses selanjutnya yaitu evaporasi bahan menggunakan hot plate. Penelitian dilakukan dengan perbandingan bahan yaitu dengan penambahan natrium stearat dan tanpa penambahan natrium stearat. variabel tetap adalah volume air laut 1 liter, temperatur 82 C dan untuk bahan dengan penambahan natrium stearat perbandingan mol asam stearat dan natrium hidroksida yaitu 1:1. Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah waktu

33 evaporasi, volume larutan, temperatur, kandungan logam dan ion seperti Mg 2+, Ca 2+, K +, SO4 -, HCO 3-, Br dan KIO3. Langkah penelitian yang dilakukan melingkupi tahap pembuatan larutan natrium stearat, proses reaksi, proses sedimentasi, proses penyaringan dan proses pembentukan kristal garam. Sedangkan untuk bahan yang tidak dilakukan penambahan natrium stearat tahapan yang dilakukan lebih sederhana yaitu penyiapan bahan baku, proses sedimentasi proses penyaringan dan proses pembentukan kristal garam. Penelitian ini dimulai dengan penyiapan bahan baku kemudian pembuatan larutan natrium stearat yang dibuat dengan cara mereaksikan asam stearat dengan natrium hidroksida. Larutan asam stearat dan natrium hidrosida dicampur dengan perbandingan mol 1:1 sehingga terbantuk larutan natrium stearat. Bahan baku air laut terlebih dahulu disaring. Air laut selanjutnya direaksikan dengan larutan natrium stearat pada variable operasi yang telah ditentukan. Reaksi dilakukan dengan menggunakan pengaduk magnet. Kemudian setelah tercampurnya larutan tersebut langkah berikutnya adalah mendiamkannya agar terbentuk sedimentasi. Larutan disaring sedangkan hasil sedimentasi bisa dilakukan uji komposisi untuk mengetahui nilai Mg dan Ca yang tersedimentasi. Larutan yang sudah disaring terus dimasukan kedalam gelas beker dan ditaruh pada hot plate dalam suhu 82 C. Kristal garam yang terbentuk, kemudian dilakukan uji komposisi kimia. Analisis komposisi kimia menggunakan metode uji AAS. Metode uji metode AAS digunakan untuk melakukan uji komposisi Mg 2+ dan Ca 2+.

34 berikut : Metodelogi penelitian dapat digambarkan dengan diagram alir sebagai Mulai Penyiapan Alat dan Bahan Penyiapan Bahan Baku Tanpa penambahan flokulan Proses Sedimentasi Proses Penyaringan Penambahan Larutan Natrium Stearat (CH 3 (CH 2 ) 16 COOH + NaOH) perbandingan mol 1:1 Proses Sedimentasi Proses Penyaringan Variasi Penambahan Larutan Na-Stearat (perbandingan mol) 2% - 6% V/V air laut Proses Sedimentasi Proses Penyaringan Pembentukan Kristal Garam Pada Variabel Suhu 82 C Dan Secara Konvensional Uji Komposisi AAS (Mg 2+ dan Ca 2+ ) Analisis dan Pembahasan Penulisan Laporan Hasil Penelitian Selesai Gambar 3.1 Diagram skematik alur penelitian

35 3.3.1 Pembuatan Natrium Stearat Pembuatan natrium stearat dilakukan dengan cara mencampur asam stearat dan natrium hidroksida dengan perbandingan mol. Adapun metode kerja pembuatan natrium stearat adalah sebagai berikut: a. Natrium stearat perbandingan mol (1:1) 1) Menentukan prosen volume natrium stearat terhadap air laut (V/V airlaut ) terlebih dahulu. 2) Mencari perbandingan massa natrium hidroksida dan asam stearat menggunakan stokiometri, perhitungan mol dapat dilihat pada lampiran 2. 3) Melakukan pencampuran natrium hidroksida dan asam stearat yang sudah ditimbang memakai neraca digital. 4) Pencampuran dilakukan dalam gelas beker yang dipanaskan menggunakan hotpalte dengan suhu 40 C selama 30 menit dan diaduk dengan kecepatan 2 mot Penentuan Nilai Rendemen Penentuan nilai rendemen dilakukan dengan perhitungan manual, perhitungan nilai rendemen dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan: Rendamen = M k M 0 x 100% (3.1) dengan : M k M 0 : massa kristal garam yang terbentuk setelah di evaporasi : massa air laut sebelum di evaporasi Untuk hasil perhitungan rendamen dengan metode konvensional dapat dilihat pada lampiran 3, sedangkan untuk perhitungan rendamen dengan metode evaporasi menggunakan hotplate dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5.

36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penambahan Na-stearat mampu mempercepat laju kristalisasi 2 jam lebih cepat dari pada sampel yang tidak dilakukan penambahan Nastearat dengan pengamatan pada suhu 82 C. 2. Peningkatkan berat rendemen pada penambahan Na-stearat 2% V/V air laut mampu meningkatkan jumlah rendemen sebesar 56,46 %. 3. Pengurangan kadar Ca pada penambahan Na-stearat 3% V/V air laut mampu menurunkan kadar Ca sebesar 95,71%, sedangkan penurunan kadar Mg pada penambahan Na-stearat 6% V/V air laut mampu menurunkan kadar Mg sebesar 72,56%. 4. Garam dengan penambahan Na-stearat 3% - 6% V/V air laut memiliki kadar Ca dan Mg yang memenuhi Standart Nasional Indonesia, sedangkan pada penambahan 2% V/V air laut kadar Mg tidak memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI). 5.2 Saran Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh pada penelitian ini, dapat direkomendasikan beberapa saran yang bermanfaat untuk penelitian lebih lanjut mengenai rekayasa pembuatan garam dengan penambahan Na-stearat: 1. Penambahan Na-stearat V/V air laut dari perbandingan mol dilakukan variasi pada range yang antara 3.0 % 4.0 % dengan memperkecil jarak variasinya. 2. Proses sedimentasi dilakukan 37 lebih lama lagi agar impuritas pada sampel dapat benar-benar memisah. 3. Pemanfaatan Na-stearat dalam skala produksi yang lebih besar lagi.

37 DAFTAR PUSTAKA Abu Khader, M.M., 2004, Viable Engineering Options To Enhance The NaCl Quality From The Dead Sea In Jordan, Journal of Cleaner Production Afadil, 2001, Studi Kenetika Pengendapan Kalsium dan Magnesium pada Pembuatan Garam Evaporasi, Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Anonim, 2002, SNI dan SII Garam Untuk Industri Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Bahruddin Zulfansyah, Aman, Iiyas Arin, Nurfatihayati, 2003, Penentuan Rasio Ca/Mg Optimum pada Proses Pemurnian Garam Dapur, Jurusan Teknik Kimia, FT, Universitas Riau, Pekanbaru. Clark, V.L., 2009, Food Inggridient, diakses tanggal 25 Mei 2012 Day, R. A. Jr. & Underwood, A. L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif : Alih Bahasa Hadyana P. Jakarta: Erlangga. Fatimah, 1984, Pen atau Mutu Garam Rakyat Di Sulawesi Selatan. Departemen Perindustrian Badan Penelitian Dan Pengembangan Industri, Makassar. Hendro dan Gunanjar, 1997, Spektroskopi Serapan Atom, Diktat Keahlian Analisis Kimia BahanBakar Nuklir Secara Spektrometri, Batan diakses 2 mei 2012 jam :proses-peningkatan-mutu-produksi-garam-beryodium&catid=3:new sflash diakses 2 mei 2012 jam diambil 2 mei 2012 jam Lee,J.D., 1981, Concise Inorganic Chemistry, Mc Graw Hill Company. New York. Ltd.R W. Baker, 2000, Membrane Technology 39 and Applications, Mc Graw Hill, California

38 Manual operasi varian, model AA1475 series, Atomic Absorption Spectrometer Marihati, A., M. Soengkawati, S. Kartasanjaya, T. Sayekti, 2001, Rekayasa Alat Purifikasi Garam Rakyat Pada Industri Kecil dan Menengah Untuk Konsumsi Garam Industri Pangan Magredur, Kerry, Guidelines For Rock Collection. Mullin, J.W Crystallization, 3rd edition. Butterworth-Heinemann Mulyono, 2009, Penelitian Teknik Pembuatan Garam System Tangga Didesa Arungkeke Baling Kabupaten Jeneponto, Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Indonesia. Ujung Pandang. Perry, RH, 1984, Chemical Engineering Handbook,6 th edition, Mc Graw Hill Book co, Singapore Purbani, D Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu dicetak oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati Riley and skirrow, 1975, Chemical Oceanography. Academic Press London. Sedivy, V.M., Purification of Salt for Chemical and Human Consumption. Krebs Swiss. Zurich. Swittzerland. Setyopratomo, 2003, Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl Dengan Cara Rekristalisasi, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Surabaya. Stewart Christopher, Noel Solemons, ( 1998 ), Salt Lodine Variation Within On Extended Guatemalan Community. Upe ambo., 2000, Pemetaan Lahan Kritis Kawasan Pesisir Untuk Garam Evaporasi, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar. Upe ambo., 2000, Penerapan Manajemen Teknologi Tepat Guna Untuk Pengembangan Produk Garam, disajikan Pada Forum Peluang Pasar Garam 31 Oktober 2000 di Jakarta, Pusat Penelitian Lingkungn Hidup Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar. Upe ambo, 2002, Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu, Badan Riset Kelautan Dan Perikanan Wilayah Laut Dan Sumberdaya Nonhayati.

39 Vogel, 1979, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta Widayat, D.S. Retnowati, F Himawan dan M. Widiyanti, 2005, Pembuatan Garam Industri dari Air Laut Kota Rembang de-ngan Metode Pengendapan dan Evaporasi, Prosiding Makalah Seminar Nasional Kejuangan Teknik Kimia 2005, Jurusan Teknik Kimia, FTI UPN veteran Yogyakarta, Januari 2005 ISBN : Wiendy, 2010, diakses tanggal 20 Mei 2012

STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI

STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI Puguh Setyopratomo, Wahyudi Siswanto dan Heru Sugiyanto Ilham Jurusan

Lebih terperinci

Widayat *) , with maximum conversion is. 94,46% at temperature 82,42

Widayat *) , with maximum conversion is. 94,46% at temperature 82,42 PRODUCTION OF INDUSTRY SALT WITH SEDIMENTATION MICROFILTRATION PROCESS: OPTIMAZATION OF TEMPERATURE AND CONCENTRATION BY USING SURFACE RESPONSE METHODOLOGY Widayat *) Abstract The salt of sodium chloride

Lebih terperinci

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3 PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3 Triastuti Sulistyaningsih, Warlan Sugiyo, Sri Mantini Rahayu Sedyawati

Lebih terperinci

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian produk garam lokal, sehingga memenuhi standar sebagai garam untuk konsumsi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) OLEH : NAMA : HANIFA NUR HIKMAH STAMBUK : A1C4 09001 KELOMPOK ASISTEN : II (DUA) : WD. ZULFIDA NASHRIATI LABORATORIUM

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan

Lebih terperinci

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN

RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN Oleh: RANGKUMAN STUDI PENINGKATAN MUTU GARAM DENGAN PENCUCIAN. Vita Ageng Mayasari (347). Riansyah Lukman (348) I.. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 8. km merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121 Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis.

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam teknik kimia kristalisasi dilakukan dalam alat pengkristal. Kristalisasi adalah suatu unit operasi teknik kimia dimana senyawa kimia dilarutkan dalam suatu pelarut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dan termasuk negara ke 2 dengan garis pantai terpanjang di dunia. Indonesia selama ini juga dikenal sebagai negara penghasil garam

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 21 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073) YASA ESA YASINTA (1112016200062) WIDYA

Lebih terperinci

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala) Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala) Nama : Ivan Parulian NIM : 10514018 Kelompok : 10 Tanggal Praktikum : 06 Oktober 2016 Tanggal Pengumpulan : 13

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENURUNAN TEKANAN UAP Penurunan Tekanan Uap adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan. P = P - P P = Penurunan Tekanan Uap P = Tekanan

Lebih terperinci

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 )

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 ) PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 ) Senadi Budiman ABSTRAK Natrium sulfat anhidrat (Na 2 SO 4 ) merupakan senyawa anorganik yang banyak dibutuhkan dalam berbagai industri, diantaranya digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN F:S PADA PROSES PEMURNIAN GARAM DENGAN METODE HIDROEKSTRAKSI BATCH

PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN F:S PADA PROSES PEMURNIAN GARAM DENGAN METODE HIDROEKSTRAKSI BATCH Perjanjian No: III/LPPM/2015-02/3-P PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN F:S PADA PROSES PEMURNIAN GARAM DENGAN METODE HIDROEKSTRAKSI BATCH Disusun Oleh: Angela Martina, S.T., M.T. Dr. Ir. Judy R.B. Witono,

Lebih terperinci

Revisi BAB I PENDAHULUAN

Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penyaringan B. Tujuan Percobaan 1. Melatih kemampuan agar dapat menggunakan kertas saring untuk menyaring endapan hasil reaksi kimia. 2. Mengenal metode pemisahan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran

Lebih terperinci

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Asminar ABSTRAK ANALISIS KANDUNGAN PENGOTOR DALAM PELET U02 SINTER. Telah dilakukan analisis pengotor

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN. Nama : Shinta Wijaya NRP : Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN. Nama : Shinta Wijaya NRP : Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN Nama : Shinta Wijaya NRP : 143020129 Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr Asminar, Rahmiati, Siamet Pribadi ABSTRAK ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

So 4, K 3, HCO 3-, Br -, dan

So 4, K 3, HCO 3-, Br -, dan PEMETAAN PRODUKSI DAN KOMPOSISI GARAM Agus Rusgiyono 1, Sugito 1, Indras Mahaendrajaya 2, Silvana Tana 3, Didik Setiyo W 4 1 Staf Pengajar Jurusan Statistika Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP ILMU KIMIA ANALIT Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP 2011 Lanjutan.. METODE ANALISIS KUANTITATIF SECARA GRAVIMETRI Cara-cara Analisis Gravimetri Presipitasi (pengendapan) Senyawa/ ion yang akan dianalisis

Lebih terperinci

PEMBUATAN GARAM MENGGUNAKAN KOLAM KEDAP AIR BERUKURAN SAMA

PEMBUATAN GARAM MENGGUNAKAN KOLAM KEDAP AIR BERUKURAN SAMA PEMBUATAN GARAM MENGGUNAKAN KOLAM KEDAP AIR BERUKURAN SAMA Imam Santosa Program Studi Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Dr. Soepomo, Janturan Yogyakarta Imamsuad@yahoo.com ABSTRAK Di Indonesia

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA 2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR

PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA 2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA 2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR Warlan Sugiyo, Jumaeri, Cepi Kurniawan FMIPA UNNES ABSTRAK Kualitas garam produksi petani

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 I. Pustaka 1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52 2. Ralph J. Fessenden, Joan S Fessenden. Kimia Organic, Edisi 3.p.42 II.

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KANDUNGAN NATRIUM CHLORIDA (NaCl) DAN MAGNESIUM (Mg) DARI GARAM RAKYAT DI PULAU MADURA

HUBUNGAN KANDUNGAN NATRIUM CHLORIDA (NaCl) DAN MAGNESIUM (Mg) DARI GARAM RAKYAT DI PULAU MADURA HUBUNGAN KANDUNGAN NATRIUM CHLORIDA (NaCl) DAN MAGNESIUM (Mg) DARI GARAM RAKYAT DI PULAU MADURA Muhammad Zainuri 1, Khoirul Anam 2, Aliffia Putri Susanti 2 1 Dosen Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang, memiliki banyak industri pembuatan garam dari penguapan air laut. Setiap tahun Indonesia memproduksi

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu sintesis dan karakterisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O. Pada sintesis garam rangkap tersebut dilakukan variasi perbandingan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc STOIKIOMETRI LARUTAN Andian Ari Anggraeni, M.Sc A.1. MASSA ATOM RELATIF (A r ) DAN MASSA MOLEKUL RELATIF (M r ) Dari percobaan diketahui bahwa perbandingan massa hidrogen dan oksigen dalam air adalah 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 i ANALISIS KADAR LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) DENGAN EKSTRAKSI PELARUT ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) MENGGUNAKAN ATOMIC ABSORPTION SPECTROFOTOMETRY (AAS) DI SUNGAI DONAN (CILACAP) PADA JARAK 2 KM SESUDAH PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR ISSN 1979-2409 Analisis Unsur Pb, Ni Dan Cu Dalam Larutan Uranium Hasil Stripping Efluen Uranium Bidang Bahan Bakar Nuklir (Torowati, Asminar, Rahmiati) ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM Asminar, Rahmiati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 20 Serpong Tangerang

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Nanang Kasim Pakaya,

Lebih terperinci

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas Disusun Oleh : PANDHU BAHARI 2304 100 122 FARID RAHMAWAN 2304 100 115 Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir. Achmad Roesyadi, DEA Laboratorium Teknik Reaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Percobaan Percobaan. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Dalam

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun KATA PENGANTAR Assalamualikum Wr.Wb Puji syukur senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kimia ini dengan baik dan

Lebih terperinci

LEACHING (EKSTRAKSI PADAT CAIR )

LEACHING (EKSTRAKSI PADAT CAIR ) PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 6 LEACHING (EKSTRAKSI PADAT CAIR ) LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA

Lebih terperinci

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD)

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD) Kristalisasi Shinta Rosalia Dewi (SRD) Pendahuluan Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang

Lebih terperinci

Perubahan zat. Perubahan zat

Perubahan zat. Perubahan zat Perubahan zat Perubahan zat A Sifat Zat 1. Sifat fisika Zat memiliki ciri khas masing-masing. Kawat tembaga dapat kamu bengkokkan dengan mudah, sedangkan sebatang besi sulit dibengkokkan. Ciri khas suatu

Lebih terperinci

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT Analisa AAS Pada Bayam Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT AAS itu apa cih??? AAS / Spektrofotometer Serapan Atom adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk

Lebih terperinci

Larutan dan Konsentrasi

Larutan dan Konsentrasi Larutan dan Konsentrasi Tujuan Pembelajaran Mahasiswa memahami konsep larutan Mahasiswa memahami konsep perhitungan konsentrasi Pentingnya perhitungan konsentrasi Pentingnya memahami sifat larutan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Siklus Hidrologi Hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, gas, padat) pada, dalam, dan di atas permukaan tanah, termasuk di dalamnya penyebaran

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP. 031-8415492 FAX 031-8430673 KODE POS 60299 ULANGAN AKHIR SEMESTER 2 (DUA) TAHUN PELAJARAN 2011 2012 Hari/Tanggal :

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

Lebih terperinci

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar Laporan khusus Laboratorium Kimia Fisika TITIK DIDIH LARUTAN Disusun Oleh Kelompok B-4 Zulmijar 1404103010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2015 pes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci