2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tuna Klasifikasi ikan tuna

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tuna Klasifikasi ikan tuna"

Transkripsi

1 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tuna Ikan tuna termasuk dalam keluarga Scombroidae, tubuhnya seperti cerutu, mempunyai dua sirip, sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang. Ikan tuna jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran gelap (Departemen Kelautan dan Perikanan 2005 vide Widiastuti 2008) Klasifikasi ikan tuna Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut: Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Thunnus Kelas : Teleostei Subkelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Subordo : Scombroidae Genus : Thunnus Spesies : Thunnus alalunga (Albacore) Thunnus albacores (Yellow Fin Tuna) Thunnus macoyii (Southern Blue Fin Tuna) Thunnus obesus (Big Eye Tuna) Thunnus tongkol (Longtail Tuna) Sumberdaya tuna merupakan satu dari beberapa sumberdaya potensial yang sudah terbukti besar sumbangannya bagi perekonomian perikanan nasional. Potensi ikan tuna di perairan Indonesia adalah ton per tahun, pada tahun 2003 menurun mencapai ton per tahun (Dahuri 2001).

2 6 Gambar 1 Ikan tuna sirip biru (Thunnus macoyii) Daerah penangkapan (fishing ground) ikan tuna Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan tujuan untuk menangkap ikan. Tujuan tangkap usaha perikanan longline adalah sumberdaya tuna. Keberadaan tuna di laut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu, salinitas, massa air, front, upwelling, termoklin, dan kondisi arus perairan. Tuna juga terbiasa untuk melakukan migrasi jarak jauh. Menurut Nakamura (1969) dalam Nurani dan Wisudo (2007), ikan tuna biasa dalam schooling saat mencari makan, jumlah schooling biasa terdiri dari beberapa ekor maupun dalam jumlah banyak. Daerah penyebaran ikan tuna merupakan perairan yang subur di lautan bebas, yaitu tempat terjadinya upwelling. Hidup secara pelagis dan mengadakan ruaya di laut bebas, berenang di lapisan ai yang dalamnya 150 m di bawah permukaan laut (dpl). Karena habitatnyadi perairan dalam, maka penangkapan tuna juga disebut sebagai perikanan laut dalam (high sea fisheries) (Soemarto 1985 vide Nurani dan Wisudo 2007). Penyebaran ikan tuna di wilayah perairan Indonesia dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: 1) perairan yang tergolong ke dalam Samudera Pasifik dan 2) Samudera Hindia. Ikan tuna sirip biru atau blue fin (Thunnus maccoyii) ditemui di selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut Banda, Laut Flores, Selat Makassar, Laut Maluku, dan Teluk Tomini (LIPI, 1997). Ikan tuna sirip kuning/madidihang atau yellowfin (Thunnus albacores) termasuk tuna berukuran besar, umumnya bisa mencapai ukuran lebih dari 2 m. Para ahli perikanan menduga bahwa stok dari Samudera Hindia dan stok dari Samudera Pasifik bertemu di Indonesia, mungkin di sekitar Laut Flores dan Laut Banda, tetapi bagaimana cara dan berapa lamanya ikan-ikan itu berbaur belum diketahui dengan pasti (Nontji, 2005).

3 7 Ikan tuna mata besar atau bigeye (Thunuss obesus) umumnya bisa mencapai panjang 2,3 m dan berat 150 kg. Sebaran ikan ini berkesinambungan dari Samudera Pasifik melalui perairan di antara pulau-pulau Indonesia ke Samudera Hindia. Di Indonesia ikan ini banyak tertangkap di perairan selatan Jawa, barat daya Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara, dan di Laut Banda serta laut Maluku (Nontji, 2005). 2.2 Alat Tangkap Perikanan Tuna Longline Perikanan longline sering diartikan sebagai perikanan tuna longline karena tujuan utama penangkapan dengan alat ini adalah ikan dari jenis tuna walaupun dalam kenyataannya tertangkap juga ikan-ikan yang lain. Hasil tangkapan selain jenis tuna adalah setuhuk (Makaira sp.), pedang (Xiphias gladius), layaran (Istiophorus sp.), cucut (Carcarinidae), dan ikan-ikan lainnya (Ayodhyoa, 1981). Menurut Sainsbury (1986), longline merupakan alat tangkap yang dapat digunakan untuk menangkap ikan demersal maupun pelagis Menurut Sainsbury (1986), ada variasi alat tangkap longline dalam dimensi, penalian, dan pengoperasioan berdasarkan wilayah penangkapan, spesies tangkapan, dan tradisi lokal. Ada dua jenis alat tangkap longline, yaitu: 1) Longline tetap permukaan Tali digantungkan dalam jarak tertentu di bawah pelampung biasa yang telah diberi jarak. 2) Longline dasar Tali dasar dipasang sepanjang dasar perairan dan posisinya diatur dengan jangkar-jangkar yang diberi pelampung dan ditandai untuk menujukkan lokasi dan luasnya set (Sainsbury, 1986).

4 8 Gambar 2 Alat tangkap tuna longline Bagian-bagian pada alat tangkap tuna longline Alat tangkap perikanan tuna longline umumnya terdiri atas beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut: 1) Pelampung (float) Pelampung yang digunakan pada alat tangkap tuna longline ini terdiri dari beberapa jenis yaitu pelampung bola, pelampung bendera, pelampung radio, dan pelampung lampu. Warna pelampung harus berbeda atau kontras dengan warna air laut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mengenalnya dari jarak jauh setelah setting. 2) Tali pelampung Tali pelampung berfungsi untuk mengatur kedalaman dari alat tangkap sesuai dengan yang dikehendaki. Tali pelampung ini umumnya terbuat dari bahan kuralon. 3) Tali utama (main line) Tali utama atau main line adalah bagian dari potongan-potongan tali yang disambung-sambung antara satu dengan yang lain sehingga memebentuk rangkaian tali yang sangat panjang. Tali utama ini harus cukup kuat karena menanggung beban dari tali cabang dan tarikan yang terikat pada mata pancing. Kedua ujung dari tiap main line dibuat simpul mata.

5 9 Main line biasanya terbuat dari bahan kuralon yang diameternya 0,25 inch atau lebih. Panjang main line tergantung dari panjang dan jumlah branch line karena setiap pertemuan kedua ujung main line merupakan tempat pemasangan branch line. 4) Tali cabang (branch line) Satu set tali cabang ini tediri dari tali pangkal, tali cabang utama, wire leader yang berfungsi agar dapat menahan gesekan pada saat ikan terkait pancing dan pancing yang terbuat dari bahan baja, biasanya menggunakan tali no. 7. Bahan dari tali cabang biasanya sama dengan tali utama, perbedaannya hanya pada ukurannya saja, dimana ukuran tali cabang lebih kecil dari tali utama. 5) Alat bantu Alat bantu yang dimaksud adalah alat-alat yang dipergunakan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan operasi penangkapan di kapal seperti radar, RDF, line hauler, marlin spike, catut potong, ganco, sikat baja, jarum pembunuh, pisau, dan lain-lain (Mallawa dan Sudirman, 2004). (Gambar rancang bangun alat penangkap ikan tuna longline dapat dilihat pada Lampiran 1) Pengoperasian alat tangkap tuna longline Kapal akan berlayar menuju fishing ground setelah semua persiapan operasi penangkapan selesai dilakukan. Selama perjalanan menuju fishing ground, para ABK bekerja mempersiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Kegiatan operasi penangkapan ikan dengan longline meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu: 1) Setting Setting adalah kegiatan penurunan longline. Sebelum setting dilakukan, terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan yang meliputi penyiapan umpan, branch line, radio bouy, pelampung dan light bouy serta penyambungan main line pada line thrower. Setting umumnya dilakukan pada pagi hari sampai siang hari. Setting dilakukan pada bagian buritan kapal.

6 10 Pembagian kerja dan sinkronisasi kerja perlu dilakukan diantara para ABK yang bertugas. Setting dimulai setelah fishing master memberi perintah agar setting segera dilaksanakan. Radio bouy dibuang disusul dengan dua pelampung, line thrower dihidupkan, pancing dilempar dan snap branch line dipasang pada main line setiap bel berbunyi. Setelah bel ke-14 atau bel ke-7 (sesuai dengan konstruksi longline), dipasang snap tali pelampung dan pelampungnya. Begitu seterusnya sampai pembuangan radio bouy terakhir. Bola ke-15 diberi lempengan seng ber-scotlight dan setiap 30 pelampung dipasang satu light bouy (atau disesuaikan dengan konstruksi longline yang digunakan). Scotlight dan light bouy digunakan agar longline dapat terlihat pada malam hari. 2) Drifting Drifting adalah penghanyutan longline di dalam air selama beberapa jam. Drifting berlangsung sekitar lima jam, saat drifting longline dibiarkan hanyut dan kemungkinan terbawa arus sampau jauh dari kapal. Pada saat drifting, mesin kapal dimatikan untuk menghemat BBM dan ABK dapat beristirahat. Sekitar siang atau sore hari, kapal mulai mendeteksi radio bouy yang ada pada longline. Lokasi radio bouy dapat dideteksi dari kapal dengan radio detection finder (RDF). Setelah ditemukan, kapal menuju tempat radio bouy terdeteksi. Persiapan hauling dilakukan, para ABK mulai mempersiapkan diri dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan hauling. 3) Hauling Hauling merupakan penarikan longline dari dalam air dan hasil tangkapan. Hauling umumnya dilakukan pada sore hari. Lama hauling begantung pada jumlah hasil tangkapan yang ada dan banyaknya pancing. Penarikan longline saat hauling dibantu dengan line hauler. Pada saat hauling sebagian besar ABK bekerja. Saat hauling mulai dilakukan, kapal bergerak mendekati radio bouy dan selanjutnya menaikkan radio bouy ke kapal. Main line dilewatkan line hauler melalui side roller, diteruskan ke belt conveyer, ditarik line arranger dan diatur ke dalam boks. Snap branch line dilepas, digulung dengan bran leel sampai kanayama, disusun 12 atau 13 branch line (atau sesuai konstruksi

7 11 longlne dan satu tali pelampung diikat dibawa ke gudang buritan. Juka ada ikan yang tertangkap, snap segera dilepaskan, ikan ditaraik dan dibawa ke pintu pagad lalu diganco ke geladak untuk segera dilakukan penanganan (Nurani dan Wisudo, 2007). 2.3 Kapal Perikanan Tuna Longline Kapal longline memiliki beberapa karakteristik tertentu. Biasanya mereka memasang alat tangkap di bagian buritan dan menarik hasil tangkapan pada bagian haluan atau sisi bagian depan. Dek harus terbuka lebar untuk menyimpan alat tangkap dengan tepat, bagian sisi dek memiliki bentuk yang datar dari buritan sampai haluan sehingga alat tangkap dapat melewati sisi setelah proses penarikan. Bagian kanan depan terdapat line hauler dan jembatan bertangga untuk memudahkan pengangkatan ikan ke atas. Setelah penarikan, gulungan tali ditempatkan pada dek bagian muka bersama pelampung, Meja ikan hasil tangkapan diletakkan pada bagian buritan dimana tali dipasang. Tuna yang tertangkap dipotong dan dibersihkan, kemudian dimasukkan pada tangki pendingin bergaram sebelum disimpan dalam ruang penyimpanan ikan berefrigeasi (Fyson, 1985). Kapal longline menurut Ayodhyoa (1981) umumnya berbentuk panjang dan ramping dengan tujuan agar kapal dapat lincah atau mudah bergerak. Umumnya bentuk dasar kapal berbentuk V bottom, dengan demikian kapal akan mempunyai kemampuan yang besar untuk membelah gelombang dan daya perlawanan air terhadap kapal lebih kecil. Kelincahan kapal longline sangat ditentukan oleh ukuran-ukuran utamanya, yaitu panjang (L), lebar (B), dalam (D) dan nilai perbandingan L/B, L/D, dan B/D. 2.4 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Operasi Penangkapan Ikan Tuna Longline Menurut Nurani dan Wisudo (2007), keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor teknis. Hal ini sangat penting karena dapat mempengaruhi produksi hasil tangkapan. Perusahaan-perusahaan perikanan, khususnya perikanan tuna perlu untuk memperhatikan faktor-faktor teknis tersebut agar tujuan optimalisasi hasil

8 12 tangkapan dapat terpenuhi. Faktor-faktor teknis tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Ukuran kapal dan mesin kapal Ukuran kapal merupakan fungsi dari volume suatu kapal yang meliputi panjang (L), lebar (B), dalam (D). Hal ini sangat mempengaruhi cara kerja ABK, posisi dan tata letak perbekalan serta peralatan penangkapan ikan, keleluasan operasi penangkapan ikan, pelayaran, dan kapasitas muat hasil tangkapan. Ukuran mesin berkaitan dengan kemampuan daya jelajah kapal, jarak dan luas fishing ground yang dapat dijangkau serta lama operasi penangkapan ikan. Ukuran yang terlalu kecil kemungkinan tidak dapat menggerakkan kapal, begitu juga jika terlalu besar kemungkinan dapat menyebabkan pemborosan. Ukuran mesin juga berkaitan dengan konsumsi bahan bakar, semakin besar ukuran mesin kapal semakin banyak konsumsi bahan bakar. 2) Palka dan fasilitas penanganan ikan di atas kapal Ukuran palka berkaitan dengan kapasitas hasil tangkapan yang dapat dimuat. Jumlah produksi dari suatu kapal dibatasi oleh kapasitas muat palkanya. Semakin besar kapasitas muat suatu palka, akan semakin besar pula kapasitas muat hasil tangkapan. Fasilitas penanganan di atas kapal berkaitan dengan kualitas hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan tuna sangat diperhatikan agar kualitas mutu tuna hasil tangkapan tetap terjaga agar dapat memenuhi kriteria ekspor. 3) Jumlah mata pancing dan ketersediaan umpan Jumlah mata pancing yang digunakan pada saat setting operasi penangkapan ikan dilakukan sangat berkaitan dengan peluang tertangkapnya ikan. Diharapkan dengan semakin banyak mata pancing yang digunakan, akan semakin besar pula peluang tertangkapnya ikan. Umpan merupakan faktor penting dalam perikanan longline. Umpan sebagai pemikat ikan untuk dapat tertangkap pada mata pancing. Keterbatasan umpan dapat dijadikan faktor pembatas terhadap operasi penangkapan ikan yang dilakukan. Jumlah umpan yang digunakan berkaitan dengan jumlah setting yang dilakukan dan jumlah mata pancing yang digunakan.

9 13 4) Jumlah trip penangkapan ikan Lama waktu (trip) suatu operasi penangkapan ikan dihitung dari sejak kapal meninggalkan fishing base menuju ke fishing ground sampai kapal kembali lagi ke fishing base. Jumlah trip operasi penangkapan ikan diharapkan dapat dilakukan secara optimal sepanjang tahun. Jika kapal tidak dapat melakukan trip operasi penangkapan ikan yang optimal sepanjang tahun, maka akan berdampak pada kerugian usaha. Trip operasi penangkapan ikan berkaitan dengan ketersediaan biaya. Mengingat bahwa biaya operasi pada perikanan tuna longline cukup tinggi, banyak usaha perikanan tuna longline yang tidak dapat mengoptimalkan jumlah trip yang seharusnya dapat dilakukan. Kurangnya trip operasi akan berdampak pada kurangnya pendapatan atau keuntungan usaha, sedangkan biaya tetap (fixed cost) harus tetap dikeluarkan. 5) Bahan bakar Jumlah bahan bakar yang dibawa sebagai perbekalan operasi disesuaikan dengan kapasitas tangki bahan bakar yang dimiliki kapal. Persediaan bahan bakar akan mempengaruhi terhadap luasan fishing ground yang dapat dijelajah oleh kapal dan lama trip operasi penangkapan ikan yang dapat dilakukan. Hal ini akan memperbesar peluang produksi hasil tangkapan. Biaya bahan bakar saat ini hampir menyerap 50% dari keseluruhan biaya operasi penangkapan ikan. Sehingga saat ini banyak kapal longline yang tidak dapat melakukan operasi penangkapan ikan dengan baik karen permasalahan tingginya harga bahan bakar. 6) Tenaga kerja (ABK) Tenaga kerja (ABK) memiliki peran yang sangat penting bagi keberhasilan operasi penangkapan tuna longline. ABK menangani secara penuh kegiatan produksi di laut. Selain faktor-faktor teknis di atas, faktor lingkungan merupakan faktor penting terhadap keberhasilan produksi operasi penangkapan tuna longline. Keadaan oseanografis seperti arus, gelombang, pasang, suhu, salinitas, produktivitas primer, dan keadaan meteorologist seperti angin, hujan, cuaca suatu perairan dapat berubah setiap saat. Faktor-faktor tersebut dapat merubah rencana

10 14 operasi penangkapan ikan yang telah dilakukan sebelumnya. Faktor alam yang berkaitan dengan keberhasilan operasi penangkapan ikan antara lain daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan musim ikan (Nurani dan Wisudo, 2007). 2.5 Manajemen Operasi Produksi Pengertian manajemen operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan yang dilakukan dengan mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan bertolak pada pengertian tersebut, Fogerty (1989) dalam Herjanto (2008) mendefinisikan manajemen operasi sebagai suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Unsur-unsur pokok definisi ini dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Kontinyu Manajemen operasi bukan suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Keputusan manajemen tidak merupakan suatu tindakan sesaat melainkan tindakan yang berkelanjutan atau suatu proses yang kontinyu. 2) Efektif Segala pekerjaan harus dapat dilakukan secara tepat dan sebaik-baiknya serta mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan manajemen operasi memerlukan pengetahuan yang luas karena mencakup berbagai fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian. Dalam pelaksaannya, berbagai sumber daya seperti manusia, material, modal, mesin, manajemen atau metode, energi, dan informasi diintegrasiakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Integrasi merupakan penggabungan dua atau lebih sumber daya dalam berbagai kombinasi yang terbaik. Manajer operasi dituntut untuk mempunyai kemampuan bekerja secara efisien agar dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan memperkecil limbah.

11 15 3) Tujuan Manajemen operasi harus mempunyai tujuan, yaitu menghasilkan suatu produk sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan operasi terdapat di berbagai organisasi. Bagi suatu perusahaan manufaktur, kegiatan operasi yang menghasilkan produk dapat jelas terlihat. Kegiatan seperti ini sering kali digunakan istilah manajemen produksi. Berkembangnya teknik dan metode manajemen produksi, maka penerapannya tidak hanya berlaku bagi kegiatan pembuatan barang-barang yang berwujud saja, melainkan juga bisa digunakan untuk mengoperasikan fungsi manajemen perusahaan dalam menghasilkan barang-barang tak berwujud atau jasa. Pada awalnya, manajemen produksi di lingkungan jasa disebut dengan istilah manajemen operasi. Istilah operasi sesungguhnya juga dipakai dalam perusahaan manufaktur, yaitu dalam pengertian kegiatan mengoperasikan sumber daya produksi untuk menghasilkan barang. Istilah manajemen operasi mengandung pengertian yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam perkembangannya kemudian digunakan istilah manajemen operasi saja yang mencakup kedua jenis kegiatan baik untuk menghasilkan barang maupun jasa. Kegiatan operasi merupakan bagian dari kegiatan organisasi yang melakukan proses transformasi dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan berupa semua sumber daya yang diperlukan (misalnya material, modal, peralatan), sedangkan keluaran berupa barang jadi, barang setengah jadi atau jasa. Proses ini biasanya dilengkapi dengan kegiatan umpan balik untuk memastikan bahwa keluaran yang diperoleh sesuai dengan yang dikehendaki. Kegiatan umpan balik dilakukan dengan melakukan pengecekan pada beberapa titik kunci dan membandingaknnya dengan standar atau acuan yang telah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara hasil atau keluaran (output) dengan standar, maka dilakukan tindakan koresi yang dapat berupa perbaikan dalam komponen masukan atau penyempurnaan dalam proses produksi sehingga keluarannya dapat sesuai dengan yang diharapkan (Herjanto, 2008). Pengambilan keputusan manajerial hakikatnya adalah pemilihan dan penentuan suatu alternatif tindakan untuk memecahkan masalah manajemen yang dihadapi. Berbagai masalah bidang fungsional dalam organisasi merupakan

12 16 masalah manajemen. Generalisasi masalah dan pengambilan keputusannya dapat dilakukan dengan pendekatan sistem. Jika pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai suatu sistem maka komponen pengambilan keputusan dari suatu masalah meliputi input, proses, dan output. Pengambilan keputusan dengan mempergunakan metode kuantitatif, informasi merupakan salah satu komponen input yang penting. Jika informasi yang diperlukan cukup tersedia, proses pengambilan keputusan dapat segera dimulai. Akan tetapi, dalam prakteknya tampak tidak mungkin untuk mengumpulkan seluruh informasi karena terbatasnya sumber daya dan waktu. Bahkan, jika waktu yang tersedia cukup, dalam beberapa masalah tertentu informasi yang relevan sukar untuk ditentukan. Masalah ketidakpastian muncul dalam proses pengambilan keputusan. Komponen kedua dalam sistem pengambilan keputusan adalah prosesnya sendiri. Proses pengambilan keputusan dipandang sebagai black box karena banyak pengambilan keputusan yang prosesnya tidak diketahui. Proses ini dapat terjadi di dalam pemikiran manajer atau pengambil keputusan. Sering kali proses ini digantikan dengan suatu peralatan tertentu atau suatu model keputusan. Komponen ketiga dalam sistem pengambilan keputusan masalah adalah output-nya. Output disini adalah keputusannya sendiri. Keputusan itu tidak lain adalah hasil proses atau analisi suatu masalah maka pengetahuan dan kecakapan analitis mutlak diperlukan. Dengan pengetahuan dan kecapakan analitis ini, masalah-masalah bisni dapat dipecahkan dan dianalisis (Muslich, 2009). 2.6 Pemrograman Linear (Linear Programming) Pengertian Pemrograman linear (linear programming) adalah teknik pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah pengalokasian sumberdaya yang terbatas diantara berbagai kepentingan seoptimal mungkin. Teknik ini dikembangkan oleh LV Kantorovich, seorang ahli matematika dari Rusia pada tahun Pemrograman linear ini merupakan salah satu metode dalam riset operasi yang memungkinkan para pengambil keputusan mengambil keputusan dengan menggunakan pendekatan analisis kuantitatif (Herjanto, 2008).

13 17 Menurut Aminudin (2002), pemrograman linear merupakan model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linear digunakan untuk menunjukan fungsi-fungsi matematika yang digunakan dalam bentuk linear dalam arti hubungan langsung dan persis proporsional. Program menyatakan penggunaan teknik matematik tertentu. Pengertian pemrograman linear adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisisnya menggunakan model matematis, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan optimum terhadap persoalan Model pemrograman linear Model adalah suatu tiruan terhadap realitas. Langkah untuk membuat peralihan dari realita ke model kuantitatif dinamakan perumusan model yang juga merupakan langkah penting pertama pada penerapan teknik riset operasi dalam manajemen. Langkah pertama ini sering kali juga menjadi batu sandungan pertama di dalam perumusan model matematis secara benar. Pemahaman terhadap unsur-unsur model akan sangat membantu untuk mengatasi kesulitan. Model pemrograman linear mempunya tiga unsur utama, yaitu: 1) Variabel keputusan Variabel keputusan adalah variabel persoalan yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. Di dalam proses pemodelan, penemuan variabel keputusan tersebut harus dilakukan terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendala-kendalanya. 2) Fungsi tujuan Tujuan yang hendak dicapai harus diwujudkan ke dalam sebuah fungsi matematika linear. Selanjutnya fungsi itu dimaksimumkan atau diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada. 3) Fungsi kendala Manajemen menghadapi berbagai kendala untuk mewujudkan tujuantujuanya. Fungsi kendala menggambarkan batasan yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Fungsi kendala biasanya terdiri dari berbagai persamaan yang masing-masing berkorelasi dengan sumberdaya yang berkaitan.

14 18 Kendala dengan demikian dapt diumpamakan sebagai suatu pembatas terhadap kumpulan keputusan yang mungkin dibuat dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematika linear. Terdapat tiga macam kendala, yaitu : (1) kendala berupa pembatas (2) kendala berupa syarat (3) kendala berupa keharusan. Pemrograman linear adalah sebuah metode matematis yang berkarakteristik linear untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan cara memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu susunan kendala (Siswanto, 2007). Dalam model matematika, persamaan dalam pemrograman linear dapat digambarkan dalam bentuk umum sebagai berikut (Herjanto, 2008): Fungsi Tujuan (FT) dengan pembatas(dp) : Maks/min Z = 1 j X j 1 1 : ijx j >=< b i dan x j 0 (j = 1,2,...,n) b i 0 (i = 1,2,..,m) Keterangan: Z = nilai optimal dari fungsi tujuan; X j = jenis kegiatan (variabel keputusan); C j = kenaikan nilai Z jika ada pertambahan satu unit kegiatan j; a ij = kebutuhan sumberdaya i untuk menghasilkan setiap kegiatan j; b i = banyaknya sumberdaya i yang tersedia; a,b,c disebut juga parameter model; m = jumlah sumberdaya yang tersedia; n = jumlah kegiatan. Terminologi umum untuk model pemrograman linear dapat dirangkum sebagai berikut: 1) Fungsi yang akan dicari nilai optimalnya (Z) disebut fungsi tujuan (objective function); 2) Fungsi-fungsi batasan dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: (a) Fungsi batasan fungsional, yaitu fungsi-fungsi batasan sebanyak m. (b) Fungsi batasan non-negatif (non-negative constrains) aitu variabel x j 0 3) Variabel-variabel x j disebut sebagai variabel keputusan (decision variable) 4) Parameter model yaitu masukan konstan a ij, b i, dan c j.

15 Perumusan persoalan pemrograman linear Menurut Supranto (2005) agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik pemrograman linear, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Harus dapat dirumuskan secara matematis 2) Harus jelas fungsi objektif yang linear yang harus dibuat optimal 3) Pembatasan-pembatasan harus dinyatakan dalam ketidaksamaan yang linear. Secara singkat di atas telah disebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik pemrograman linear. Penjelasan syarat-syarat tersebut akan dibahas secara lengkap, yaitu sebagai berikut: 1) Fungsi objektif harus didefinisikan secara jelas dan dinyatakan sebgai fungsi objektif yang linear. Misalnya jumlah hasi penjualan harus maksimum dan jumlah biaya transportasi harus minimum. 2) Harus ada alternatif pemecahan untuk dipilih salah satu yang terbaik. 3) Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat ditambahkan tanpa saling mempengaruhi antara sumber atau aktivitas yang lain (additivity). 4) Fungsi objektif dan ketidaksamaan untuk menunjukkan adanya pembatasan harus linear. 5) Variabel keputusan harus positif, tidak boleh negatif (x j 0, untuk semua j). 6) Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat dibagi (divisibility). 7) Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai jumlah yang terbatas (finiteness). 8) Aktivitas harus proporsional terhadap sumber-sumber. Hal ini berarti adanya hubungan yang linear antara aktivitas dengan sumber-sumber (constant returns to scale). 9) Model pemrograman deterministik, artinya sumber dan aktivitas diketahui secara pasti (single valued expectations). 2.7 Analisis Pascaoptimalitas Penyelesaian optimal dari model awal memberikan informasi hasil bagi yang dicapai dengan kondisi yang diberikan atau tersedia. Penyesuaian kadang diperlukan untuk memperoleh hasil yang lebih optimal lagi melalui beberapa perubahan bentuk model yang menggambarkan perubahan aktivitas dan kapasitas

16 20 sumberdaya. Sejauh mana perubahan itu berperan terhadap penyelesaian optimal adalah informasi yang sangat berharga guna menurunkan alternatif-alternatif keputusan selain keputusan optimal. Menurut Siswanto (2007), secara matematis penyelesaian optimal sebuah kasus pemrograman linear selalu berhubungan dengan penyelesaian optimal sebuah kasus pemrograman linear yang lain. Bentuk hubungan ini dikenal sebagai dualitas di dalam pemrograman linear dan bisa menjelaskan hubungan antara dual price dengan kendala-kendala aktif Dualitas Konsep dualitas menjelaskan secara matematis bahwa sebuah kasus pemrograman linear berhubungan dengan sebuah kasus pemrograman linea yang lain. Bila kasus pemograman linear yang pertama disebut primal, maka kasus pemrograman linear yang kedua disebut dual. Model matematis hubungan antara pemrograman linear primal dengan program linear dual memiliki hubungan sebagai berikut: 1) Bila koefisien tujuan primal dimaksimumkan, maka fungsi tujuan dual diminimumkan. 2) Koefisien-koefisien fungsi tujuan primal menjadi nilai ruas kanan kendalakendala dual. 3) Nilai ruas kanan kendala primal menjadi koefisien-koefisien fungsi tujuan dual. 4) Tanda kendala pertidaksamaan pada primal menjadi tanda ketidaknegatifan variabel dual. 5) Tanda ketidaknegatifan variabel primal menjadi tanda kendala kendalakendala dual. 6) Tanda kendala pertidaksamaan pada primal menjadi tanda ketidaknegatifan variabel dual. 7) Tanda ketidaknegatifan variabel primal menjadi tanda kendala pertidaksamaan kendala-kendala dual. 8) Tanda kendala persamaan = pada model primal menjadi unconstrained in sign atau tanpa tanda kendala pada variabel keputusan model dual.

17 21 9) Tanda variabel keputusan = pada model primal menjadi unconstrained in sign atau tanpa tanda kendala pada kendala model dual Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas menjelaskan sampai sejauh mana parameterparameter model pemrograman linear, yaitu koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan kendala, boleh berubah tanpa harus mempengaruhi jawaban optimal atau penyelesaian optimal (Siswanto, 2007). Menurut Herjanto (2008), analisis sensitivitas adalah penyelidikan perubahan nilai parameter (a ij, b i, dan c j ) terhadap efek pada penyelesaian yang optimal. Karena perubahan nilai parameter dalam masalah primal juga akan mengakibatkan perubahan nilai pada masalah dual. Analisis sensitivitas akan menjelaskan interval perubahan parameter fungsi tujuan dan nilai ruas kanan kendala yang akan membuat informasi dari penyelesaian optimal tidak berubah. Informasi dari penyelesaian optimal tersebut antara lain: 1) nilai variabel keputusan optimal 2) nilai fungsi tujuan ekstrem 3) nilai slack/surplus variable 4) nilai dual price/shadow price (Siswanto, 2007).

ANALISIS OPTIMASI SISTEM PRODUKSI PADA INDUSTRI PERIKANAN TUNA (STUDI KASUS DI PT PERIKANAN NUSANTARA CABANG BENOA, BALI)

ANALISIS OPTIMASI SISTEM PRODUKSI PADA INDUSTRI PERIKANAN TUNA (STUDI KASUS DI PT PERIKANAN NUSANTARA CABANG BENOA, BALI) ANALISIS OPTIMASI SISTEM PRODUKSI PADA INDUSTRI PERIKANAN TUNA (STUDI KASUS DI PT PERIKANAN NUSANTARA CABANG BENOA, BALI) FIRMAN FAJAR PANCA PUTERA HALUAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2010. Lokasi penelitian berada di PT Perikanan Nusantara Cabang Benoa, Bali (Peta lokasi kantor PT Perikanan

Lebih terperinci

Alat Tangkap Longline

Alat Tangkap Longline Alat Tangkap Longline Longline merupakan suatu alat tangkap yang efektif digunakan untuk menangkap ikan tuna. Selain itu alat tangkap ini selektif terhadap hasil tangkapannya dan pengoperasiannya bersifat

Lebih terperinci

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian Hand line: Pancing ulur merupakan suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali dengan mata pancing berbentuk seperti jangkar. Pada mata pancing diikatkan umpan. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel ikan tuna mata besar dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Oktober 2008 di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya produktivitas sama

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL 5.1.1 Unit penangkapan Pancing rumpon merupakan unit penangkapan yang terdiri dari beberapa alat tangkap pancing yang melakukan pengoperasian dengan alat bantu rumpon.

Lebih terperinci

SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN

SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN Sebaran Laju Pancing Rawai Tuna di Samudera Hindia (Bahtiar A, et al) ABSTRAK SEBARAN LAJU PANCING RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA DISTRIBUTION OF THE HOOK RATE OF TUNA LONGLINE IN THE INDIAN OCEAN Andi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

MODUL MERAKIT RAWAI TUNA

MODUL MERAKIT RAWAI TUNA A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark 2015 NAUTIKA PERIKANAN LAUT 2015 NAUTIKA PERIKANAN LAUT a n a ik P u a s t P e n d id e K MODUL MERAKIT PUKAT CINCIN n a k i r

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK PENANGKAPANNYA

BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK PENANGKAPANNYA Beberapa Jenis Bawal... di Samudera Hindia dan Aspek Penangkapan (Barata, A., Prisantoso, B.I.) BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH Erika Lukman Staf Pengajar Faperta FPIK UNIDAR-Ambon, e-mail: - ABSTRAK Ikan tuna (Thunnus

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kelangkaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi masalah utama ketika keinginan manusia yang tidak terbatas berhadapan dengan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Efisiensi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Efisiensi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Efisiensi Efisiensi adalah tingkat yang dapat dicapai oleh produksi yang maksimal dengan pengorbanan yang minimal.efisiensi perusahaan diukur oleh keuntungan sebab produsen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, yaitu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN LINEAR I KOMANG SUGIARTHA

PEMROGRAMAN LINEAR I KOMANG SUGIARTHA PEMROGRAMAN LINEAR I KOMANG SUGIARTHA DEFINISI PEMROGRAMAN LINEAR Pemrograman Linear merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Program Linear Program linear merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linear digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA Agus Salim Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 29 Mei 2008; Diterima

Lebih terperinci

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR ABSTRAK PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR Erfind Nurdin Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristrasi I tanggal: 18 September 2007;

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 YellowfinTuna. Menurut Saanin (1984) ikan Yellowfin Tuna dapat diklasifikasikan sebagai. berikut: : Percomorphi

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 YellowfinTuna. Menurut Saanin (1984) ikan Yellowfin Tuna dapat diklasifikasikan sebagai. berikut: : Percomorphi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 YellowfinTuna berikut: Menurut Saanin (1984) ikan Yellowfin Tuna dapat diklasifikasikan sebagai Kingdom Sub Kingdom Phylum Sub Phylum Kelas Sub Kelas Ordo Sub Ordo Famili Genus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

Fishing Technology: Longline. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Technology: Longline. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Technology: Longline Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu: Menjelaskan bagian-bagian longline Menjelaskan alat bantu longline Mampu menganalisis teknis untuk mengukur

Lebih terperinci

LINEAR PROGRAMMING. Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek.

LINEAR PROGRAMMING. Pembentukan model bukanlah suatu ilmu pengetahuan tetapi lebih bersifat seni dan akan menjadi dimengerti terutama karena praktek. LINEAR PROGRAMMING Formulasi Model LP Masalah keputusan yang biasa dihadapi para analis adalah alokasi optimum sumber daya yang langka. Sumber daya dapat berupa modal, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti pengertian persediaan, metode program linier. 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BAHAN VALIDASI BIDANG LOMBA NAUTIKA PERIKANAN LAUT TEMA LOMBA PENGELOLAAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL LONG LINE NASKAH SOAL TEORI DI B A N D U N G DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

OPTIMIZATION PRODUCTION SYSTEM CATCHING AND FISH PROCESSING AT KUB (KELOMPOK USAHA BERSAMA) SINAR ROHIL

OPTIMIZATION PRODUCTION SYSTEM CATCHING AND FISH PROCESSING AT KUB (KELOMPOK USAHA BERSAMA) SINAR ROHIL OPTIMIZATION PRODUCTION SYSTEM CATCHING AND FISH PROCESSING AT KUB (KELOMPOK USAHA BERSAMA) SINAR ROHIL Ciary Jannah Mangkay, Fajar Restuhadi, Jum atri Yusri Fakultas Pertanian Universitas Riau Ciary_agb09pbud@yahoo.com

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Perikanan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhan Ratu (Rahmat, E. & A. Patadjangi) PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Enjah Rahmat 1) dan Asri Patadjangi 1) 1) Teknisi Litkayasa pada Balai

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 IT

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 IT MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 IT 011215 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Penerapan Riset Operasi Bidang akuntansi dan keuangan Penentuan jumlah kelayakan kredit Alokasi modal investasi, dll Bidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 2, November 2012 Hal: 135-140 PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Tuna Lingline Fisheries Productivity in Benoa

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

Lampiran 1 Gambar rancang bangun alat penangkap ikan tuna longline. Sumber: 30 Desember 2010

Lampiran 1 Gambar rancang bangun alat penangkap ikan tuna longline. Sumber:  30 Desember 2010 Lampiran 1 Gambar rancang bangun alat penangkap ikan tuna longline Sumber: http://www.t2.gstatic.com/images, 30 Desember 2010 78 Lampiran 2 Peta lokasi kantor dan fishing ground PT Perikanan Nusantara

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi GILL NET (Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Gill net (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan tingkah laku ikan pada proses penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya dilakukan di perairan Kabupaten Barru Selat Makassar, Sulawesi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Permintaan ikan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

Perbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku

Perbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): 221-226, Desember 2014 ISSN 2337-4306 Perbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku Catch comparison

Lebih terperinci

SUATU PANDUAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI IKAN-IKAN PARUH PANJANG DI LAPANGAN

SUATU PANDUAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI IKAN-IKAN PARUH PANJANG DI LAPANGAN SUATU PANDUAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI IKAN-IKAN PARUH PANJANG DI LAPANGAN Sumber informasi di presentasi ini: A Field Guide to the Indo-Pacific Billfishes Julian Pepperell and Peter Grewe (1999) Beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA *) Budi Nugraha *) dan Karsono Wagiyo *) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta ABSTRAK Tuna long line merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Pemerintah Aceh yang memiliki potensi sumberdaya ikan. Jumlah sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 11.131 ton terdiri

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan didalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas dalam usaha menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi globalisasi dunia saat ini mendorong persaingan diantara para pelaku bisnis yang semakin ketat. Di Indonesia sebagai negara berkembang, pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear 5 BAB II LANDASAN TEORI A Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear Persamaan linear adalah bentuk kalimat terbuka yang memuat variabel dengan derajat tertinggi adalah satu Sedangkan sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Heizer dan Render (2006:4) manajemen operasi (operation management-om) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Optimalisasi Distribusi Sistem distribusi adalah cara yang ditempuh atau digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen

Lebih terperinci

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2 HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa 2) Politeknik

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN Enjah Rahmat ) ) Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristasi

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

KAJIAN FISHING GEAR SERTA METODE PENGOPERASIAN RAWAI (LONG LINE) DI PERAIRAN BAGIAN SELATAN PULAU TARAKAN. Muhammad Firdaus 1), Kamelia 2)

KAJIAN FISHING GEAR SERTA METODE PENGOPERASIAN RAWAI (LONG LINE) DI PERAIRAN BAGIAN SELATAN PULAU TARAKAN. Muhammad Firdaus 1), Kamelia 2) KAJIAN FISHING GEAR SERTA METODE PENGOPERASIAN RAWAI (LONG LINE) DI PERAIRAN BAGIAN SELATAN PULAU TARAKAN Muhammad Firdaus 1), Kamelia 2) 1) Staf Pengajar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan 2) Mahasiswa

Lebih terperinci

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) Penangkapan Tuna dan... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cangkol Kampung Cangkol Kelurahan Lemah Wungkuk Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon Jawa Barat. Pengambilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna mata besar (Thunnus obesus) atau lebih dikenal dengan bigeye tuna adalah salah satu anggota Famili Scombridae dan merupakan salah satu komoditi ekspor perikanan tuna

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) 75 150 GT ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...II pendahuluan...iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Daerah Penangkapan Ikan (fishing ground) Oleh: Ririn Irnawati

Daerah Penangkapan Ikan (fishing ground) Oleh: Ririn Irnawati Daerah Penangkapan Ikan (fishing ground) Oleh: Ririn Irnawati Deskripsi MK DPI Mata kuliah ini menjelaskan tentang posisi DPI dan manfaatnya bagi kegiatan perikanan, serta berbagai hal yang berkaitan dan

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 1) Ikan cakalang ( Katsuwonus pelamis

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 1) Ikan cakalang ( Katsuwonus pelamis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 1) Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) Deskripsi morfologi dan meristik cakalang dari berbagai samudera menunjukkan bahwa hanya ada satu spesies cakalang yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Definisi dan klasifikasi Alat penangkapan ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Definisi dan klasifikasi Alat penangkapan ikan 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Unit penangkapan pancing tonda merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pancing tonda dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat tangkap

Lebih terperinci

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap Kabupaten Cilacap sebagai kabupaten terluas di Provinsi Jawa Tengah serta memiliki wilayah geografis berupa

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base. 31 4 HASIL 4.1 Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Kapal Jumlah perahu/kapal yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari 124 perahu/kapal tanpa motor, 376 motor tempel, 60 kapal motor 0-5 GT dan 39

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Gambar 1 Ikan tuna sirip kuning ( Thunnus albacares)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber:  Gambar 1 Ikan tuna sirip kuning ( Thunnus albacares) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Umum Madidihang (Thunnus albacares) 2.1.1 Klasifikasi dan deskripsi Ikan tuna sirip kuning atau madidihang (Thunnus albacares) merupakan ikan pengembara samudera,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian penangkapan rajungan dengan menggunakan jaring kejer dilakukan di perairan Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok ikan berparuh, yang mana istilah tersebut digunakan untuk ikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok ikan berparuh, yang mana istilah tersebut digunakan untuk ikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Pedang Ikan pedang (Xiphias gladius) merupakan salah satu spesies yang masuk dalam kelompok ikan berparuh, yang mana istilah tersebut digunakan untuk ikan dengan

Lebih terperinci

CCR314 - Riset Operasional Materi #2 Ganjil 2015/2016 CCR314 RISET OPERASIONAL

CCR314 - Riset Operasional Materi #2 Ganjil 2015/2016 CCR314 RISET OPERASIONAL Materi #2 CCR314 RISET OPERASIONAL Definisi LP 2 Linear Programming/LP (Program Linear) merupakan salah satu teknik dalam Riset Operasional (Operation Research) yang paling luas digunakan dan dikenal dengan

Lebih terperinci

CCR-314 #2 Pengantar Linear Programming DEFINISI LP

CCR-314 #2 Pengantar Linear Programming DEFINISI LP PENGANTAR LINEAR PROGRAMMING DEFINISI LP Linear Programming/LP (Program Linear) merupakan salah satu teknik dalam Riset Operasional (Operation Research) yang paling luas digunakan dan dikenal dengan baik.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan 2.2 Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan 2.2 Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan Menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 direvisi Undang-Undang 45 tahun 2009, Pengertian perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan telah banyak dikenal, karena boleh dikatakan semua orang pernah menggunakan ikan sebagai bahan pangan dengan dimasak terlebih dahulu, misalnya sebagai lauk pauk,

Lebih terperinci