(VUR = Vesikoureteral Refluks)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(VUR = Vesikoureteral Refluks)"

Transkripsi

1 (VUR = Vesikoureteral ) Batasan Vesikoureteral refluks (VUR) merupakan kejadian aliran balik atau regurgitasi urine dari buli kembali ke traktus urinarius bagian atas (ureter sampai dengan sistem pelviokaliseal ginjal), bisa terjadi pada satu sisi, maupun kedua sisi ginjal, biasanya terjadi pada bayi dan anak- anak, dan lebih sering tanpa gejala sebelum terjadi komplikasi yang lanjut Etiologi 1. Primer primer terjadi jika penyebab utama adalah gangguan primer pada UVJ dalam fungsi mekanisme anti- refluks, biasanya terjadi karena adanya defek kongenital baik anatomi maupun fungsional pada struktur pembentuk UVJ: a. Rasio panjang berbanding diameter pada ureter intramural buli kurang dari rasio normal b. Kelemahan pada otot pembentuk kompleks uretero- trigonal, menyebabkan posisi muara ureter bergeser ke lateral dan tertarik ke proksimal, sehingga bentuk trigonum dan ureter menjadi abnormal (horse shoe, stadium, dan golf hole) c. Gangguan koordinasi neuromuskular pada kompleks uretero- trigonal 2. Sekunder a. Peningkatan tekanan intravesika karena berbagai penyebab Posterior Urethral Valve Bladder Outlet Obstruction Detrusor Hyperreflexia Neurogenic Bladder b. Gangguan pada ureter Ektopik ureter Double system complete Ureterocele c. Gangguan pada dinding buli ISK dan sistitis Fibrosis dan sistitis paska radiotherapi atau kemoterapi (instilasi buli) Prune belly syndrome dimana terdapat kelemahan pada otot dinding abdomen, termasuk otot detrusor dan otot polos ureter d. Iatrogenik Terjadi kerusakan pada bentuk trigonum dan muara ureter pada pembedahan, misalnya prostatektomi terbuka, insisi muara ureter, dan biopsi buli. Gejala dan Tanda Gambaran klinis dari VUR biasanya asimptomatis pada grade rendah, penderita baru merasakan kelainan jika VUR sudah mencapai grade tinggi atau sudah menimbulkan komplikasi. Gejala utamanya disebabkan oleh ISK berulang atau ISK menetap, sehingga demam, disuria, nyeri pinggang, lebih dulu muncul, diikuti dengan massa di flank, hipertensi, gangguan pertumbuhan, sepsis, uremia, dan gagal ginjal.

2 Grading VUR : a. Grade I Urine kembali ke dalam ureter tanpa menyebabkan dilatasi b. Grade II Urine kembali ke dalam ueter sampai PCS tanpa menyebabkan dilatasi c. Grade III Dilatasi ringan sampai sedang dari ureter dan pelvis renalis, kaliks mulai tumpul d. Grade IV Dilatasi sedang dari ureter dan pelvis renalis, ureter tampak berkelok- kelok dan kaliks tumpul/rata e. Grade V Dilatasi berat dari ureter dan pelvis renalis, ureter tampak besar dan berkelok- kelok dan kaliks membulat Diagnosis Diagnosis VUR ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Anamnesa berupa bayi atau anak dengan riwayat ISK berulang atau ISK menetap, atau gejala penyakit yang mendasari terjadinya VUR (VUR Sekunder) Pemeriksaan fisik dapat dijumpai demam, hipertensi, gejala ISK, gagal ginjal, atau massa di flank Laboratorium didapatkan lekosituria, kultur urine dengan pertumbuhan bakteri, sampai dengan gangguan fungsi ginjal (Kreatinin Serum > 2 mg/dl) Pemeriksaan penunjang lain yaitu Voiding Cystourethrography (VCUG) dan Radionuclide Cystography (RNC) untuk menunjukkan adanya aliran balik urine dari buli menuju ureter dan ginjal, Uroflowmetri dan Urodinamik untuk menunjukkan adanya gangguan pada buli, bladder outlet, dan infravesika, Ultrasonografi untuk menunjukkan kondisi ginjal secara non- invasif, Dynamic Renal Scanning (DMSA Dimercapto Succinic Acid) yang merupakan gold standard untuk menilai gambaran parenkim ginjal, dapat memvisualisasikan jaringan kortek, evaluasi fungsi ginjal, dan evaluasi parut ginjal. Penatalaksanaan Tujuan terapi adalah untuk dapat menghilangkan penyebab refluks, mengurangi derajat refluks, dan mencegah timbulnya komplikasi refluks. A. Tanpa parut ginjal saat diagnosa (U : Unilateral, B : Bilateral) Derajat Umur (th) Inisial Follow-up I II < 1 U/B : Profilaksis U/B : Profilaksis 1 5 U/B : Profilaksis U/B : Profilaksis 6 10 U/B : Profilaksis U/B : Profilaksis III IV < 1 U/B : Profilaksis U/B : Pembedahan 1 5 U/B : Profilaksis U/B : Pembedahan 6 10 U : Profilaksis U/B : Pembedahan B : Pembedahan V < 1 U/B : Profilaksis U/B : Pembedahan 1 5 U/B : Profilaksis U/B : Pembedahan 6 10 U/B : Pembedahan

3 B. Dengan parut ginjal saat diagnosa (U : Unilateral, B : Bilateral) Derajat Umur (th) Inisial Follow-up I II < 1 U/B : Profilaksis U/B : Profilaksis 1 5 U/B : Profilaksis U/B : Profilaksis 6 10 U/B : Profilaksis U/B : Profilaksis III IV < 1 U/B : Profilaksis U/B : Pembedahan 1 5 U/B : Profilaksis U/B : Pembedahan 6 10 U : Profilaksis U/B : Pembedahan B : Pembedahan V < 1 U/B : Profilaksis U/B : Pembedahan 1 5 U/B : Pembedahan 6 10 U/B : Pembedahan Metode penatalaksanaan : 1. Medikamentosa Pemberian antibiotika profilaksis merupakan pilihan utama karena patofisiologi vesikoureteral refluks yang mempunyai kemampuan untuk membaik sendiri secara spontan, hal ini dipengaruhi oleh umur dan derajatnya. Tujuan pemberian antibiotika ini untuk mencegah terjadinya ISK yang meluas sampai parenkim ginjal sehingga menimbulkan kerusakan ginjal permanen. Tekniknya dengan pemberian antibiotika dosis rendah, single dose, dan lebih baik malam hari karena konsentrasinya dalam urine akan bertahan lebih lama. Pilihan antibiotiknya amoxicillin atau trimetoprim dan sulfametoxazole. 2. Modifikasi Prilaku Triple voiding, oleh karena pada umumnya VUR membuat residual urine post miksi dalam buli dan ureter cukup banyak, maka setelah miksi pertama, beberapa menit kemudian penderita disuruh miksi lagi (sebelum ada produksi urine baru dari ginjal) sehingga residu makin sedikit, setelah itu, beberapa menit kemudian penderita disuruh miksi lagi, diharapkan pada miksi yang ke- 3 ini residual urine sudah dapat dikeluarkan semua. Teknik ini dapat diberikan pada anak- anak yang sudah cukup umur dan bisa dilatih. Void by the clock, pada umumnya penderita VUR mempunyai gangguan pada neuromuskular dinding buli, baik dalam hal kontraksi, maupun dalam hal sensibilitas terhadap rangsangan miksi (perasaan urge), sehingga pada beberapa keadaan, buli terisi sangat penuh,l yang dapat menyebabkan gangguan pengosongan dan refluks. Penderita disuruh miksi setiap 3 4 jam dengan ataupun tanpa rangsangan miksi, sehingga diharapkan residu urine lebih sedikit. 3. Pembedahan Dikerjakan pada : a. VUR derajat III IV bilateral pada anak anak usia > 5 tahun dengan ataupun tanpa parut ginjal b. VUR derajat V pada anak- anak usia lebih dari 1 tahun dengan parut ginjal atau lebih dari 5 tahun tanpa parut ginjal c. VUR derajat III IV pada anak anak usia berapapun, dengan ataupun tanpa parut ginjal, yang gagal diterapi dengan medikamentosa yang adekuat d. VUR derajat berapapun, dengan ataupun tanpa parut ginjal, pada remaja dan orang dewasa Pilihan terapi pembedahan :

4 A. Bedah Terbuka 1. Suprahiatal tunnels (Politano- Leadbetter) 2. Infrahiatal tunnels (Glenn- Anderson) 3. Trans- trigonal (Cohen) 4. Ekstravesika (Lich- Gregoir) B. Endoskopi Injeksi bahan padat subureter : 1. Polytetrafluoroethylene (PTFE) 2. Dextranomer hyaluronic copolymer (Deflux) 3. Polydimethyl Siloxane (Macroplastique) C. Laparoskopi 1. Teknik Gil- Vernet 2. Reimplantasi ekstravesika 3. Teknik Cohen Trans- trigonal Follow- up Semua penderita VUR wajib melakukan pemeriksaan berkala setelah terapi, voiding cysto- urethrografi dilakukan 3 bulan setelah pembedahan untuk evaluasi hasil pembedahan,dan dapat diulangi 4 6 minggu kemudian atau jika ada gejala obstruksi ulang. Skrining paling awal dilakukan dengan ultrasonografi umtuk melihat progresifitas hidronefrosis dan secara kasar juga dapat melihat parenkim/korteks ginjal, disertai pemeriksaan tekanan darah, urine lengkap, kultur urine, dan kadar ureum dan kreatinin serum. Jadwal pemeriksaan yang dianjurkan adalah 3 bulan sekali. Pada penderita dengan parut ginjal sebelum terapi, maka dilakukan pemeriksaan renal scintigraphy 12 bulan setelah terapi, dan dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.

5 Modul : Vesikoureteral Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session) 12 minggu (facilitation and assessment) Tujuan Umum Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang, melakukan diagnosis, melakukan penatalaksanaan dan menangani komplikasi Vesikoureteral. Tujuan Khusus / Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : 1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang Vesikoureteral 2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita Vesikoureteral 3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita Vesikoureteral 4. Melakukan penanganan komplikasi penderita Vesikoureteral 5. Melakukan pilihan terapi pada Vesikoureteral 6. Melakukan langkah follow up penderita Vesikoureteral Proses Pembelajaran Ø Menguatkan proses pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik. Ø Tujuan 1 : Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang Vesikoureteral Kuliah singkat dan diskusi tentang patofisiologi Vesikoureteral yang mencakup proses terjadinya Vesikoureteral secara singkat (must to know pointers) Kuliah singkat dan diskusi tentang epidemiologi singkat Vesikoureteral Ø Tujuan 2 : Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita Vesikoureteral Curah pendapat dan diskusi tentang gejala, tanda dan komplikasi penderita dengan Vesikoureteral (must to know pointers) Ø Tujuan 3 : Melakukan langkah langkah diagnosis penderita Vesikoureteral Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : Melakukan anamnese gejala penderita Vesikoureteral Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita Vesikoureteral Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, UL, Kultur Urine pada penderita Vesikoureteral.

6 Merencanakan pemeriksaan foto polos abdomen, Voiding Cysto- urethrography dan Renal Scintigraphy sesuai indikasi/kontraindikasi. Ø Tujuan 4 : Melakukan penanganan komplikasi penderita Vesikoureteral Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : Melakukan anamnese gejala komplikasi penderita Vesikoureteral Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita Vesikoureteral dengan komplikasi Melakukan pemeriksaan DL, RFT, UL dan kultur urin Melakukan pemeriksaan foto polos abdomen, Voiding Cysto- urethrography dan Renal Scintigraphy sesuai indikasi/kontraindikasi Ø Tujuan 5 : Melakukan pilihan terapi pada Vesikoureteral Kuliah singkat mengenai pilihan terapi pada penderita Vesikoureteral : terapi medikamentosa dengan antibiotika profilaksis, pembedahan terbuka, endourologi, maupun laparoskopik. Diskusi dan coaching tentang pilihan penatalaksanaan Vesikoureteral Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pemilihan terapi dan komplikasi masing masing terapi Ø Tujuan 6 : Melakukan operasi terbuka, endourologi, dan laparoskopik pada penderita Vesikoureteral Video operasi terbuka, endourologi, dan laparoskopik Demo oleh pembimbing pada pasien sungguhan Asistensi operasi membantu pembimbing Operasi sendiri dengan pengawasan Operasi sendiri tanpa pengawasan langsung Catatan : lihat modul Operasi terbuka reimplantasi ureter, endourologi injeksi subureteric, dan laparoskopik reimplantasi ureter Ø Tujuan 7 : Melakukan langkah follow up penderita Vesikoureteral Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow up penderita Vesikoureteral pada setiap pilihan terapi. Persiapan sesi Peralatan audiovisual Materi presentasi : Power Point tentang Vesikoureteral Kasus : Penderita Vesikoureteral refluks dengan dan tanpa komplikasi Alat bantu latih : model anatomi gambar anatomi dari buku teks model alat peraga

7 Referensi : 1. Campbell s Urology edisi 9 2. Smith's General Urology Edisi Guidelines IAUI penatalaksanaan vesikoureteral refluks 2007 Kompetensi Mengenali dan memahami penatalaksanaan tentang Vesikoureteral. Kompetensi yang diharapkan adalah K3, P4, A4 dengan tingkat kerja skill competency. Keterampilan Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil 1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang Vesikoureteral 2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita Vesikoureteral 3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita Vesikoureteral 4. Melakukan penanganan komplikasi penderita Vesikoureteral 5. Melakukan pilihan terapi pada Vesikoureteral 6. Melakukan operasi terbuka, endourologi, dan laparoskopik pada penderita Vesikoureteral 7. Melakukan langkah follow up penderita Vesikoureteral Gambaran Umum Dalam sebuah studi meta- analisis yang dilakukan pada anak- anak yang menjalani sistourethrografi karena berbagai sebab, didapatkan kejadian refluks sebanyak 30% pada mereka yang menderita ISK, dan 17% pada mereka yang tanpa ISK. Sedangkan pada bayi, angka tersebut bisa menjadi sangat berbeda, kejadian refluks didapatkan pada 70% bayi yang menderita ISK. kejadian refluks dapat membaik secara spontan seiring berjalannya waktu, maka angka kejadian refluks juga menurun seiring bertambahnya umur. Insidens tertinggi ditemukan pada anak usia 1 6 tahun. Gambaran klinis dari VUR biasanya asimptomatis pada grade rendah, penderita baru merasakan kelainan jika VUR sudah mencapai grade tinggi atau sudah menimbulkan komplikasi. Penegakan diagnosa dengan Voiding cysto- urethrography, dan sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan RFT, UL, kultur urine, USG Urologi, dan Renal Scintigraphy. Pemberian antibiotika profilaksis merupakan pilihan utama, jika terapi medikamentosa gagal,atau derajat VUR sudah berat dan usia sudah tidak memungkinkan resolusi spontan baru dipikirkan untuk pembedahan. Penjelasan / Latar Belakang Sehubungan dengan penjelasan pada gambaran umum yang menyatakan bahwa penatalaksanaan Vesikoureteral utamanya adalah medikamentosa dan juga operatif maka komponen pengetahuan pada modul ini mempunyai kapasitas yang lebih kecil dari pada komponen psikomotor. Dengan demikian, sesi praktek klinik akan menjadi lebih dominan di dalam proses pembelajaran. Titik berat sesi praktek ditekankan pada kompetensi melakukan anamnese, pemeriksaan fisik, merencanakan permintaan baik laboratorium dan juga radiologis dalam kaitannya dengan identifikasi dan diagnosis Vesikoureteral. Selain itu pada akhir sesi praktek peserta didik kompeten untuk melakukan operasi terbuka, endourologi, maupun laparoskopik. Contoh Kasus

8 Penderita bayi laki- laki berusia 2 bulan dengan riwayat demam berulang. Pemeriksaan fisik didapatkan masa dipinggang kanan ukuran 5 x 5 cm, dan temperature 38,9 o C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit dan leukosit urin yang penuh, kultur urine bakter (+), serta kreatinin serum 1,2. Pemeriksaan radiologis didapatkan foto polos abdomen menunjukkan gambaran ground glass appearance di pinggang kanan, gambaran USG menunjukkan hidronefrosis berat ginjal kanan disertai nefritis. Diskusi : Bagaimana cara mendiagnosis VUR Rangkuman hasil diskusi Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : (K4) 1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang Vesikoureteral 2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita Vesikoureteral 3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita Vesikoureteral 4. Melakukan penanganan komplikasi penderita Vesikoureteral 5. Melakukan pilihan terapi pada Vesikoureteral 6. Melakukan langkah follow up penderita Vesikoureteral Proses Pembelajaran Ø Menguatkan proses pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik. Ø Tujuan 1 : Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang Vesikoureteral Kuliah singkat dan diskusi tentang patofisiologi Vesikoureteral yang mencakup proses terjadinya Vesikoureteral secara singkat Tugas baca/literature review Curah pendapat dan diskusi Must to know pointers : Ø Tujuan 2 : Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita Vesikoureteral Curah pendapat dan diskusi tentang gejala, tanda dan komplikasi penderita dengan Vesikoureteral Bedsite teaching Praktek klinik Must to know pointers : Gejala : (keluhan subyektif)

9 Tanda : (keluhan obyektif) Ø Tujuan 3 : Melakukan langkah langkah diagnosis penderita Vesikoureteral Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : Melakukan anamnese gejala penderita Vesikoureteral Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita Vesikoureteral Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, UL dan kultur urin. Merencanakan pemeriksaan foto polos abdomen, IVP dan USG urologi sesuai indikasi/kontraindikasi. Ø Tujuan 4 : Melakukan penanganan komplikasi penderita Vesikoureteral Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : Melakukan anamnese gejala komplikasi penderita Vesikoureteral Melakukan pemeriksaan fisik pada komplikasi penderita Vesikoureteral Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, BGA, Urinalisis dan kultur urin Melakukan pemeriksaan foto polos abdomen, Voiding Cysto- urethrography dan Renal Scintigraphy sesuai indikasi/kontraindikasi Ø Tujuan 5 : Melakukan pilihan terapi pada Vesikoureteral Kuliah singkat mengenai pilihan terapi pada penderita Vesikoureteral Diskusi dan coaching tentang pilihan penatalaksanaan Vesikoureteral Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pemilihan terapi dan komplikasi masing masing terapi Ø Tujuan 6 : Melakukan operasi terbuka, endourologi, dan laparoskopik pada penderita Vesikoureteral Video operasi terbuka, endourologi, dan laparoskopik Demo oleh pembimbing pada pasien sungguhan Asistensi operasi membantu pembimbing Operasi sendiri dengan pengawasan Operasi sendiri tanpa pengawasan langsung

10 Catatan : lihat modul Operasi terbuka reimplantasi ureter, endourologi injeksi subureteric, dan laparoskopik reimplantasi ureter Ø Tujuan 7 : Melakukan langkah follow up penderita Vesikoureteral Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow up penderita Vesikoureteral pada setiap pilihan terapi. Kasus untuk Proses Pembelajaran Penderita bayi laki- laki berusia 2 bulan dengan riwayat demam berulang, panas badan tinggi, sampai menggigil, tidak ada batuk, pilek, maupun diare. Pemeriksaan fisik didapatkan massa dipinggang kanan ukuran 5 x 5 cm, dan temperature tubuh 38,9 o C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit darah dan leukosit urin yang penuh, kultur urine bakteri (+), serta kreatinin serum 1,2. Pemeriksaan radiologis didapatkan foto polos abdomen menunjukkan gambaran ground glass appearance di pinggang kanan, gambaran USG menunjukkan hidronefrosis berat ginjal kanan disertai nefritis. Dilakukan pemeriksaan VCUG didapatkan refluks vesikoureteral sisi kanan grade 5, dan pada pemeriksaan Renal scintigrafi didapatkan parut pada ginjal kanan Diskusi : Manakah data penyokong diagnosis saat itu? Data mana yang membuat pemeriksa perlu membuat diagnosis banding? Apakah tindakan terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut? Rangkuman hasil diskusi : Data penyokong diagnosis adalah. Gejala dan tanda yang menyebabkan perlunya dibuat diagnosis banding Tindakan terpilih untuk mengatasi gangguan ini adalah Pada modul ini peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan tentang patofisiologi, gejala, komplikasi dan tanda, penanganan komplikasi serta penatalaksanaan diagnosis dan terapi menyeluruh penderita Vesikoureteral. Modul Vesikoureteral ini mempunyai link ke 3 Modul Keterampilan (Operasi terbuka reimplantasi ureter, endourologi injeksi subureteric, dan laparoskopik reimplantasi ureter). Penilaian Kompetensi Ø Hasil observasi sela proses alih pengetahuan dan ketrampilan Ø Hasil kuesioner Ø Hasil penilaian peragaaan keterampilan

11 Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif Kuesioner sebelum sesi dimulai I. Modul Vesikoureteral Patofisiologi BAB I 1. yang didiagnosa antenatal biasanya lebih berat pada laki dibandingkan pada perempuan (B/S) 2. Kelemahan otot longitudinal pada ureter intravesika menyebabkan gangguan fungsi katup uretero- vesical junction (B/S) 3. Rasio panjang berbanding diameter pada terowongan ureter intramural yang tidak menyebabkan refluks adalah 5 : 1 (B/S) Kuesioner tengah pelatihan I. Modul Vesikoureteral Patofisiologi BAB I 1. Insidens VUR paling tinggi ditemukan pada kelompok usia : a. 0 6 bulan b bulan c. 1 6 tahun d. > 6 tahun e. Dewasa muda 2. Penyebab refluks primer, kecuali : a. Rasio panjang berbanding diameter ureter intramural kurang dari 5 : 1 b. Kelemahan otot pembentuk kompleks uretero- trigonal c. Posisi dan bentuk muara ureter abnormal d. Posterior urethral valve e. Gangguan koordinasi neuro- muskular kongenital pada komponen pembentuk kompleks uretero- trigonal 3. Grading VUR dibuat berdasarkan gambaran yang didapat dari pemeriksaan a. Intravenous Urografi b. Renal Scintigrafi c. Voiding Cystourethrografi d. USG e. Sistoskopi

12 Intrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor PENUNTUN BELAJAR Prosedur Reimplantasi Ureter terbuka (Politano- Leadbetter / Glenn- Anderson / Cohen / Lich- Gregoir) Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut : 1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan). 2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal. 3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien. T/D Langkah tidak diamati (penilai mengganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan) KEGIATAN I. MENGENALI KASUS II. PERSIAPAN TINDAKAN 1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat- obatan esensial untuk prosedur III. LANGKAH- LANGKAH PROSEDUR...

13 Instrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor PENUNTUN BELAJAR Prosedur Endoskopi Injeksi Subureteric Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut : 1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutan tidak sesuai (jika harus berurutan). 2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal. 3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien. T/D : Langkah tidak diamati (penilai mengganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan). KEGIATAN I. MENGENALI KASUS II. PERSIAPAN TINDAKAN 1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat- obatan esensial untuk prosedur III. LANGKAH- LANGKAH PROSEDUR...

14 Penilaian Kinerja Keterampilan (ujian akhir) DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA Reimplantasi Ureter terbuka (Politano- Leadbetter / Glenn- Anderson / Cohen / Lich- Gregoir) Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan suatu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan di bawah ini: ü : Memuaskan : Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar X : Tidak memuaskan : Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau panduan standar T/T : Tidak ditampilkan Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak tidak diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih PESERTA : TANGGAL: KEGIATAN Reimplantasi Ureter terbuka (Politano- Leadbetter / Glenn- Anderson / Cohen / Lich- Gregoir) NILAI Persiapan 1. Penjelasan kepada penderita mengenai langkah- langkah operasi, kemungkinan komplikasi, dan perawatan pasca operasi. 2. Meminta persetujuan tertulisuntuk tindakan ini yang ditandatangani oleh pasien / keluarga terdekat dan dokter operator serta dokter anestesi Prosedur

15 Komentar / Ringkasan : Rekomendasi : Tanda tangan Penguji Tanggal Power Point Modul Vesikoureteral

CONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM

CONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM CONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM Batasan Kongenital divertikel dari urethra atau biasa di sebut anterior urethral valve, adalah kelainan dengan adanya defek pada korpus spongiosum, defek ini menyebabkan

Lebih terperinci

Modul: Batu Ureter. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :

Modul: Batu Ureter. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : Modul: Batu Ureter Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session) 12

Lebih terperinci

STRIKTURA URETRA Batasan Gejala dan Tanda Terapi / Tindakan

STRIKTURA URETRA Batasan Gejala dan Tanda Terapi / Tindakan STRIKTURA URETRA Batasan Striktur urethra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya dengan berbagai kedalaman, densitas dan panjang fibrosis tergantung pada etiologi, luas operasi

Lebih terperinci

Fistula Urethra Batasan Gambaran Klinis Diagnosa Penatalaksanaan

Fistula Urethra Batasan Gambaran Klinis Diagnosa Penatalaksanaan Fistula Urethra Batasan Fistula urethra adalah saluran yang menghubungka antara urehtra dengan organ-organ sekitar ynag pada proses normal tidak terbentuk. Fistula urethra dapat merupakan suatu kelainan

Lebih terperinci

Modul : Batu Ginjal. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :

Modul : Batu Ginjal. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : Modul : Batu Ginjal Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session) 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).

Lebih terperinci

195 Batu Saluran Kemih

195 Batu Saluran Kemih 195 Batu Saluran Kemih Waktu : Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi Kode Blok Blok Bobot Semester Standar Kompetensi : Pendidikan Dokter : KBK403 : UROGENITAL : 4 SKS : IV : Mengidentifikasi dan menyusun

Lebih terperinci

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH Oleh BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NOVEMBER 2014 I. Waktu Mengembangkan kompetensi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

TRAUMA GINJAL. Batasan

TRAUMA GINJAL. Batasan TRAUMA GINJAL Batasan Definisi dari trauma adalah suatu keadaan yang menyebabkan kerusakan tubuh atau organ tubuh dimana faktor penyebab berasal dari luar tubuh. Salah satu trauma yang dapat terjadi pada

Lebih terperinci

Kasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan:

Kasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan: Kasus 1 (SGD 1,2,3) Seorang wanita Ny. DA usia 32 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RS mengeluh nyeri pinggang kanan memberat sejak 2 bln sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri menjalar hingga

Lebih terperinci

INFERTILITAS PRIA BATASAN

INFERTILITAS PRIA BATASAN INFERTILITAS PRIA BATASAN Infertilitas adalah ketidak mampuan pasangan yang seksual aktif dan tanpa kontraseptif untuk terjadi kehamilan dalam waktu satu tahun. DIAGNOSIS Diagnosis dari infertilitas pria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) merupakan kondisi patologis yang paling umum terjadi pada pria lansia dan penyebab kedua untuk intervensi medis pada pria diatas usia

Lebih terperinci

Modul : Kelainan adrenal

Modul : Kelainan adrenal Modul : Kelainan adrenal Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN KESESUAIAN GAMBARAN ULTRASONOGRAFI GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KADAR KREATININ PLASMA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS PEMBINA KESEJAHTERAAN UMAT MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked

Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked Authors : Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UR (http://www.files-of-drsmed.tk 0 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TERAPI INHALASI MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI. : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru. I. Waktu. Mengembangkan kompetensi.

TERAPI INHALASI MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI. : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru. I. Waktu. Mengembangkan kompetensi. MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI NOMOR MODUL TOPIK SUB TOPIK I. Waktu : B02 : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru : Terapi Inhalasi TERAPI INHALASI Mengembangkan kompetensi Sesi Tutorial Diskusi

Lebih terperinci

Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading :

Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading : Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal - Definisi Massa abnormal yang berkembang di ginjal - Epidemiologi Ketiga terbanyak setelah ca prostat dan ca buli-buli Dekade 5-6 (50-60 tahun) Pria > Wanita : 2 > 1

Lebih terperinci

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Definisi Inkontiensia Urine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benign Prostatic Hyperplasia atau lebih dikenal dengan singkatan BPH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Benign Prostatic Hyperplasia atau lebih dikenal dengan singkatan BPH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia atau lebih dikenal dengan singkatan BPH merupakan kelainanan adenofibromatoushyperplasia paling sering pada pria walaupun tidak mengancam

Lebih terperinci

10 Usaha Kesehatan Sekolah Dan Remaja

10 Usaha Kesehatan Sekolah Dan Remaja 10 Usaha Kesehatan Sekolah Dan Remaja Waktu Pencapaian kompetensi Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 2 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

68 Gagal Ginjal Kronik (GGK)

68 Gagal Ginjal Kronik (GGK) 68 Gagal Ginjal Kronik (GGK) Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker kedua terbanyak yang menyebabkan kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari 250.000 perempuan diseluruh dunia

Lebih terperinci

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kategori Presentasi Klinis Laboratorium ISK non-komplikata akut pada wanita, sistitis non komplikata akut pada wanita Pielonefritis non komplikata akut ISK komplikata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir

Lebih terperinci

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi, Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan

Lebih terperinci

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN Modul 5 Bedah Anak BUSINASI (No. ICOPIM: 5-731) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari anal canal, diagnosis dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperplasia prostat jinak (BP H) merupakan penyakit jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan pembesaran prostat jinak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan

Lebih terperinci

Refluks vesiko ureter merupakan kelainan

Refluks vesiko ureter merupakan kelainan Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 8, No. Vol. 3, Desember 8, No. 3, 2006: Desember 218-2006 225 Refluks Vesiko Ureter Indriyani Sang Ayu Kompiyang, Suarta Ketut Refluks vesiko ureter (RVU) merupakan kelainan

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

( No. ICOPIM : )

( No. ICOPIM : ) Modul 13 Bedah TKV TORAKOSTOSMI TERBUKA ( No. ICOPIM : 5-340 ) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, dari pleura dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat, dan menempati urutan ketiga dari penyakit di bidang urologi disamping infeksi

Lebih terperinci

Modul 23 ORCHIDOPEXI/ORCHIDOTOMI PADA UNDESCENSUS TESTIS (UDT) (No. ICOPIM: 5-624, 5-620)

Modul 23 ORCHIDOPEXI/ORCHIDOTOMI PADA UNDESCENSUS TESTIS (UDT) (No. ICOPIM: 5-624, 5-620) Modul 23 Bedah Anak ORCHIDOPEXI/ORCHIDOTOMI PADA UNDESCENSUS TESTIS (UDT) (No. ICOPIM: 5-624, 5-620) 1. TUJUAN: 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti

Lebih terperinci

1 Tumbuh Kembang Anak

1 Tumbuh Kembang Anak 1 Tumbuh Kembang Anak Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 4 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN Modul 3 Bedah Urologi VESIKOLITOTOMI (No. ICOPIM: 5-571) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi, histologi, fisiologi

Lebih terperinci

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN Modul 2 Bedah Anak POLIPEKTOMI REKTAL (No. ICOPIM: 5-482) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi rektum dan isinya, menegakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens apendisitis akut di Negara

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Intensive Cardiovascular Care Unit dan bangsal perawatan departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler RSUD Dr. Moewardi

Lebih terperinci

INKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta

INKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta INKONTINENSIA URIN Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta Inkontinensia urin dapat terjadi pada segala usia Asia Pasific

Lebih terperinci

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) Pembicara/ Fasilitator: DR. Dr. Dedi Rachmadi, SpA(K), M.Kes Tanggal 15-16 JUNI 2013 Continuing Professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan

Lebih terperinci

GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S

GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S Secara biologis pada masa usia lanjut, segala kegiatan proses hidup sel akan mengalami penurunan Hal-hal keadaan yang dapat ikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun yang dilakukan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang dikenal pembesaran prostat jinak sering ditemukan pada pria dengan usia lanjut. BPH adalah kondisi dimana terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum

15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum 15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 1 X 50 menit (coaching session) Sesi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yaitu berupa pembesaran prostat atau hiperplasia prostat. Kelainan kelenjar prostat dapat

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelainan kongenital yang dapat terjadi pada bayi laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelainan kongenital yang dapat terjadi pada bayi laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kelahiran sebagai suatu proses alamiah selain menghasilkan bayi normal, sebagian lainnya memiliki kemungkinan disertai suatu kelainan kongenital/bawaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan suatu pertumbuhan abnormal dari sel sel serviks uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di RSDK tahun

Lebih terperinci

Modul 4 SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640)

Modul 4 SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640) Modul 4 Bedah Anak SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi preputium penis,

Lebih terperinci

Modul 6 NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550)

Modul 6 NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550) Modul 6 Bedah Urologi NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi,

Lebih terperinci

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1 TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 Reguler 1 Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 1. Definisi Bladder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT

OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi dan topografi daerah abdomen, patogenesis omphalomesenterikus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau disebut juga benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah hiperplasia kelenjar periuretral prostat yang akan mendesak jaringan prostat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida A. Pengertian Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Akibat penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal. dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal. dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam

Lebih terperinci

Modul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542)

Modul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542) Modul 34 Bedah Digestif EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik

Lebih terperinci

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Komponen dalam pendekatan berorientasi problem Daftar problem Catatan SOAP Problem? A problem is defined as a patient concern, a

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkemihan merupakan salah satu sistem yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah kesehatan gigi dewasa ini tidak hanya membahas gigi geligi saja, tetapi telah meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi

Lebih terperinci

93 Meningitis Tuberkulosa

93 Meningitis Tuberkulosa 93 Meningitis Tuberkulosa Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA Fakultas Kedokteran UGM 1

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA Fakultas Kedokteran UGM 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Henoch-Schonlein Purpura (HSP) merupakan suatu mikrovaskular vaskulitis sistemik dengan karakteristik adanya deposisi kompleks imun dan keterlibatan immunoglobulin A

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak II Disusun oleh : Maizan Rahmatina Putri Pamungkasari Vinda Astri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam penatalaksanaan sindrom gagal ginjal kronik (GGK) beberapa aspek yang harus diidentifikasi sebagai berikut:

PENDAHULUAN. Dalam penatalaksanaan sindrom gagal ginjal kronik (GGK) beberapa aspek yang harus diidentifikasi sebagai berikut: PENDAHULUAN Dalam penatalaksanaan sindrom gagal ginjal kronik (GGK) beberapa aspek yang harus diidentifikasi sebagai berikut: 1. Etiologi GGK yang dapat dikoreksi misal: - Tuberkulosis saluran kemih dan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION)

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION) PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION) A. DEFINISI 1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapidan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Megacolon kongenital merupakan Penyakit bawaan sejak lahir,bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Megacolon kongenital merupakan Penyakit bawaan sejak lahir,bagian tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Megacolon kongenital merupakan Penyakit bawaan sejak lahir,bagian tubuh yang diserang adalah pada usus besar yang mengalami, usus besar atau kolon dalam anatomi adalah

Lebih terperinci

16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis

16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis 16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 2 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

JADWAL BLOK UROPOETIKA

JADWAL BLOK UROPOETIKA JADWAL BLOK UROPOETIKA Kode : 71105535 Semester / SKS : IV / 6 Tahun Akademik : 2010/2011 Ruang : Gedung Prof. Dr. Sardjito Lantai 3 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA MINGGU I : Modul Diuresis dan Keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.Latar Belakang. Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.Latar Belakang. Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut survei WHO, angka mortalitas peritonitis mencapai 5,9 juta per tahun dengan angka kematian 9661 ribu orang meninggal. Negara tertinggi yang menderita

Lebih terperinci