Modul : Batu Ginjal. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul : Batu Ginjal. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :"

Transkripsi

1 Modul : Batu Ginjal Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session) 12 minggu (facilitation and assessment) Tujuan Umum Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang, melakukan diagnosis, melakukan penatalaksanaan dan menangani komplikasi batu ginjal. Tujuan Khusus / Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : 1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ginjal 2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ginjal 3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita batu ginjal 4. Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ginjal 5. Melakukan pilihan terapi pada batu ginjal 6. Melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ginjal 7. Melakukan langkah follow up penderita batu ginjal 1

2 Proses Pembelajaran Ø Menguatkan proses pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik. Ø Tujuan 1 : Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ginjal Kuliah singkat dan diskusi tentang patofisiologi batu ginjal yang mencakup proses terjadinya pembentukan batu ginjal secara singkat (must to know pointers) Kuliah singkat dan diskusi tentang epidemiologi singkat batu ginjal Ø Tujuan 2 : Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ginjal Curah pendapat dan diskusi tentang gejala, tanda dan komplikasi penderita dengan batu ginjal (must to know pointers) Ø Tujuan 3 : Melakukan langkah langkah diagnosis penderita batu ginjal Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : Melakukan anamnese gejala penderita batu ginjal Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita batu ginjal Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, Urinalisis dan kultur urin. Merencanakan pemeriksaan foto polos abdomen, IVP dan USG urologi sesuai indikasi/kontraindikasi. 2

3 Ø Tujuan 4 : Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ginjal Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : Melakukan anamnese gejala komplikasi penderita batu ginjal Melakukan pemeriksaan fisik pada komplikasi penderita batu ginjal Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, BGA, Urinalisis dan kultur urin Merencanakan pemeriksaan thoraks foto, USG urologi dan renogram Mampu melakukan nefrostomi perkutan dan nefrostomi terbuka F Catatan : lihat modul nefrostomi perkutan dan nefrostomi terbuka Ø Tujuan 5 : Melakukan pilihan terapi pada batu ginjal Kuliah singkat mengenai pilihan terapi pada penderita batu ginjal : terapi medikamentosa, ESWL, pembedahan endourologi dan pembedahan terbuka. Diskusi dan coaching tentang pilihan penatalaksanaan batu ginjal Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pemilihan terapi dan komplikasi masing masing terapi Ø Tujuan 6 : Melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ginjal Video ESWL, operasi terbuka dan endourologi Demo oleh pembimbing pada pasien sungguhan Asistensi operasi membantu pembimbing Operasi sendiri dengan pengawasan 3

4 Operasi sendiri tanpa pengawasan langsung F Catatan : lihat modul ESWL, pyelolitotomi, nefrolitotomi dan percutan nefrolitotomi Ø Tujuan 7 : Melakukan langkah follow up penderita batu ginjal Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow up penderita batu ginjal pada setiap pilihan terapi. Persiapan sesi Peralatan audiovisual Materi presentasi : Power Point tentang batu ginjal Kasus : Penderita batu pyelum dengan hydropyonefrosis Alat bantu latih : model anatomi gambar anatomi dari buku teks model alat peraga Referensi : 1. Campbell s Urology edisi 9 2. Smith's General Urology Edisi Guidelines IAUI penatalaksanaan penyakit batu saluran kemih 2007 Kompetensi Mengenali dan memahami penatalaksanaan tentang batu ginjal. Kompetensi yang diharapkan adalah K3, P4, A4 dengan tingkat kerja skill competency. Keterampilan Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil 1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ginjal 2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ginjal 4

5 3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita batu ginjal 4. Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ginjal 5. Melakukan pilihan terapi pada batu ginjal 6. Melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ginjal 7. Melakukan langkah follow up penderita batu ginjal Gambaran Umum Dalam satu populasi pernah dilaporkan penderita batu ginjal sebanyak 30 %. Batu ginjalnya umumnya dijumpai pada ras kaukasian dan juga orang orang Asia. Lebih jarang terjadi pada orang afrika dan orang orang Amerika berkulit hitam. Dalam satu laporan, 25 % yang menderita batu ginjal mempunyai riwayat keluarga yang menderita batu saluran kemih. Batu ginjal dapat terbentuk di kaliks ginjal, infundibulum dan pelvis ginjal. Bahkan batu ginjal ini dapat mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Pembentukan batu ginjal ini dapat dipengaruhi banyak faktor, yaitu genetik, faktor lingkungan, infeksi, gaya hidup maupun pola makan. Keluhan yang disampaikan penderita batu ginjal umumnya berupa nyeri pinggang, hematuria bahkan dapat terjadi demam. Penanganan kasus ini, umumnya dilakukan dengan tindakan operasi, bisa berupa pembedahan endourologi ataupun pembedahan terbuka. Dapat juga ditangani dengan ESWL dan medikamentosa. Bila tidak ditangani dengan baik maka akan terjadi morbiditas dan penurunan kualitas hidup secara signifikan. Penjelasan / Latar Belakang Sehubungan dengan penjelasan pada gambaran umum yang menyatakan bahwa penatalaksanaan batu ginjal adalah tinadakan operatif dan juga ESWL maka komponen pengetahuan pada modul ini mepunyai kapasitas yang lebih kecil dari pada komponen psikomotor. Dengan demikian, sesi praktek klinik akan menjadi lebih dominan di dalam proses pembelajaran. Titik berat sesi praktek ditekankan pada kompetensi melakukan anamnese, pemeriksaan fisik, merencanakan permintaan baik laboratorium dan juga radiologis dalam kaitannya dengan identifikasi dan diagnosis batu ginjal. Selain itu pada 5

6 akhir sesi praktek peserta didik kompeten untuk melakukan operasi endourologi maupun terbuka. Contoh Kasus Penderita pria 40 tahun dengan gangguan nyeri pinggang, kemeng kemeng dan demam disertai menggigil selama 1 minggu. Riwayat kencing batu 2 tahun lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan massa dipinggang kanan ukuran 10 x 10 cm, nyeri ketok pinggang kanan dan temperature 38 o C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit dan leukosit urin yang penuh serta kreatinin 3,2. Pemeriksaan radiologis didapatkan foto polos abdomen menunjukkan gambaran batu pyelum kanan, gambaran USG menunjukkan hidronefrosis ginjal kanan disertai kecurigaan pyenefrosis. Diskusi : Apakah penderita diatas mempunyai kemungkinan batu ginjal? Bagaimana cara mendiagnosa batu ginjal pada penderita diatas? Bagaimana cara menatalaksana kasus ini? Rangkuman hasil diskusi Dari gejala yang ada, dapat diduga bahwa penderita mengalami batu ginjal Diagnosis : a. Anamnese : nyeri pinggang b. Pemeriksaan fisik : nyeri di pinggang kanan, massa di pinggang kanan c. Pemeriksaan penunjang : foto polos abdomen menunjukkan gambaran batu pyelum kanan, gambaran USG menunjukkan hidronefrosis ginjal kanan disertai kecurigaan pyenefrosis Tatalaksana : percutaneus nefrostomi dilanjutkan dengan tindakan prosedur operatif 6

7 Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkanmampu untuk : (K4) 1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ginjal 2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ginjal 3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita batu ginjal 4. Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ginjal 5. Melakukan pilihan terapi pada batu ginjal 6. Melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ginjal 7. Melakukan langkah follow up penderita batu ginjal Proses Pembelajaran Ø Menguatkan proses pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik. Ø Tujuan 1 : Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang batu ginjal Kuliah singkat dan diskusi tentang patofisiologi batu ginjal yang mencakup proses terjadinya pembentukan batu ginjal secara singkat Tugas baca/literature review Curah pendapat dan diskusi Must to know pointers :

8 Ø Tujuan 2 : Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita batu ginjal Curah pendapat dan diskusi tentang gejala, tanda dan komplikasi penderita dengan batu ginjal Bedsite teaching Praktek klinik Must to know pointers : Gejala : (keluhan subyektif) Tanda : (keluhan obyektif) Komplikasi : Ø Tujuan 3 : Melakukan langkah langkah diagnosis penderita batu ginjal Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : Melakukan anamnese gejala penderita batu ginjal Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita batu ginjal Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, Urinalisis dan kultur urin. 8

9 Merencanakan pemeriksaan foto polos abdomen, IVP dan USG urologi sesuai indikasi/kontraindikasi. Ø Tujuan 4 : Melakukan penanganan komplikasi penderita batu ginjal Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa : Melakukan anamnese gejala komplikasi penderita batu ginjal Melakukan pemeriksaan fisik pada komplikasi penderita batu ginjal Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, BGA, Urinalisis dan kultur urin Merencanakan pemeriksaan thoraks foto, USG urologi dan renogram Mampu melakukan nefrostomi perkutan dan nefrostomi terbuka F Catatan : lihat modul nefrostomi perkutan dan nefrostomi terbuka Ø Tujuan 5 : Melakukan pilihan terapi pada batu ginjal Kuliah singkat mengenai pilihan terapi pada penderita batu ginjal : terapi medikamentosa, ESWL, pembedahan endourologi dan pembedahan terbuka. Diskusi dan coaching tentang pilihan penatalaksanaan batu ginjal Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pemilihan terapi dan komplikasi masing masing terapi Ø Tujuan 6 : Melakukan ESWL, operasi terbuka dan endourologi pada penderita batu ginjal Video ESWL, operasi terbuka dan endourologi Demo oleh pembimbing pada pasien sungguhan 9

10 Asistensi operasi membantu pembimbing Operasi sendiri dengan pengawasan Operasi sendiri tanpa pengawasan langsung F Catatan : lihat modul ESWL, pyelolitotomi, nefrolitotomi dan percutan nefrolitotomi Ø Tujuan 7 : Melakukan langkah follow up penderita batu ginjal Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow up penderita batu ginjal pada setiap pilihan terapi. Kasus untuk Proses Pembelajaran Penderita pria 40 tahun dengan gangguan nyeri pinggang tembus ke depan perut sampai di ulu hati, kemeng kemeng dan demam disertai menggigil selama 1 minggu. Riwayat kencing batu 2 tahun lalu. Riwayat keluarga, Ibu pasien pernah menjalani operasi pyelolitotomi sekitar 15 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan masa dipinggang kanan ukuran 10 x 10 cm, nyeri ketok pinggang kanan dan temperature 38,4 o C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit dan leukosit urin yang penuh. Kreatinin 3,2, dengan hasil BGA, ph = 7,23, pco 2 = 40, HCO - 3 = - 8. Pemeriksaan radiologis didapatkan foto polos abdomen menunjukkan gambaran batu pyelum kanan, gambaran USG menunjukkan hidronefrosis ginjal kanan disertai kecurigaan pyenefrosis dan di ginjal kiri menunjukkan gambaran nefritis. Diskusi : Manakah data penyokong diagnosis saat itu? Data mana yang membuat pemeriksa perlu membuat diagnosis banding? Apakah tindakan terbaik yang dapat dilakukan untukmengatasi keadaan tersebut? 10

11 Rangkuman hasil diskusi : Data penyokong diagnosis adalah. Gejala dan tanda yang menyebabkan perlunya dibuat diagnosis banding Tindakan terpilih untuk mengatasi gangguan ini adalah Pada modul ini peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan tentang patofisiologi, gejala, komplikasi dan tanda, penanganan komplikasi serta penatalaksanaan diagnosis dan terapi menyeluruh penderita batu ginjal. Modul batu ginjal ini mempunyai link ke 3 Modul Keterampilan (pembedahan endourologi, pyelolitotomi, nefrolitotomi, percutan nefrolitotomi, ESWL). Penilaian Kompetensi Ø Hasil observasi sela proses alih pengetahuan dan ketrampilan Ø Hasil kuesioner Ø Hasil penilaian peragaaan keterampilan 11

12 Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif Kuesioner sebelum sesi dimulai I. Modul Batu Ginjal BAB I Patofisiologi 1. Sistine dan asam urat merupakan tipe batu yang sama prevalensinya baik pada wanita maupun pria S/B 2. Batu yang terdiri dari kalsium oksalat akan memberikan gambaran radio - opak pada foto polos abdomen S/B 3. E. Coli merupakan kuman yang paling banyak menyebabkan terbentuknya batu struvite S/B Kuesioner tengah pelatihan I. Modul Batu Ginjal BAB I Patofisiologi 1. Seseorang menderita batu saluran kemih umumnya terjadi pada usia : a tahun b tahun c tahun d tahun 2. Resiko terbentuknya batu saluran kemih kembali setelah seseorang menderita batu untuk pertama kali, adalah : a. Sekitar 50 % setelah 5 tahun b. Sekitar 50 % setelah 10 tahun c. Sekitar 75 % setelah 5 tahun d. Sekitar 75 % setelah 10 tahun 12

13 3. Dibawah ini merupakan faktor terjadinya batu kalsium, kecuali : a. Hiperkalsuria b. Hiperoksaluria c. Hiperurikosuria d. Hipermagnesuria e. Hipositraturia 13

14 Batu Ginjal Batasan Batu ginjal dapat terbentuk di kaliks ginjal, infundibulum dan pelvis ginjal. Bahkan batu ginjal ini dapat mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Pembentukan batu ginjal ini dapat dipengaruhi banyak faktor, yaitu genetik, faktor lingkungan, infeksi, gaya hidup maupun pola makan. Faktor minuman juga dapat memicu pembentukan batu, misalnya kurang minum, banyak mengkonsumsi coca cola. Makanan yang dapat memperbesar kemungkinan terbentuknya batu misalnya terlalu banyak mengkonsumsi protein hewan, lemak kurang buah, kurang serat dan banyak makan junk food. Seringnya menahan buang air kecil dan juga kegemukan dapat meningkatkan resiko terkena batu. Gejala dan Tanda Gejala pada batu ginjal dapat berupa nyeri, hematuria dan juga infeksi. Nyeri bisa berupa nyeri kolik atau bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises dan nyeri non kolik dapat terjadi karena peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Hematuria ini disebabkan akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Hematuria bisa berupa makroskopik maupun mikroskopik Bila terjadi infeksi, gejala yang dijumpai berupa demam, bila hal ini terjadi dapat dicurigai terjadinya urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di bidang urologi. Tanda yang dapat terjadi berupa nyeri ketok pada daerah kosto vertebra, dapat diraba terjadinya pembesaran di daerah flank pada daerah yang sakit akibat hidronefrosis dan terlihat tanda tanda gagal ginjal. Diagnosis Diagnosis dari batu ginjal dapat ditegakkan berdasarkan anamnese, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. 14

15 Pada anamnese, keluhan yang disampaikan tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu dan penyulit yang terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, hematuria dan juga demam. Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan sedimen urin, fungsi ginjal dan juga kultur urin. Pada sedimen urin menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan juga kristal kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urin mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untukmempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan IVP (Intra Venous Pyelography). Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain : kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam darah maupun di dalam urine). Pemeriksaan yang lain dapat berupa foto polos abdomen, IVP (Intra Venous Pyelography) dan juga USG. Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio - opak di saluran kemih. Batu batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radiolusen). Pemeriksaan IVP bertujuan menilai keadan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya fungsi penurunan ginjal, sebagai gantinya dapat dilakukan Retrograde Pyelography (RPG). USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yangs edang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal (yang ditunjukkan dengan gambaran echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis ataupun pengkerutan ginjal. Terapi /Tindakan Indikasi untukmelakukan tindakan aktif ditentukan berdasarkan ukuran, letak dan bentuk dari batu. Kemungkinan batu dapat keluar spontan juga merupakan bahan pertimbangan. Batu berukuran kurang dari 5 mm mempunyai kemungkinan keluar spontan 80 %. Tindakan aktif umumnya dianjurkan pada batu berukuran lebih dari 5 mm terutama bila disertai : a. nyeri yang persisten meski dengan pemberian medikasi yang adekuat b. obstruksi yang persisten dengan resiko kerusakan ginjal 15

16 c. adanya infeksi traktus urinarius d. resiko pionefrosis atau urosepsis e. obstruksi bilateral Untuk praktisnya, pedoman penatalaksanaan batu finjal ini diuraikan dalam tiga bagian : a. penatalaksanaan untuk batu ginjal nonstaghorn b. penatalaksanaan untuk batu cetak/staghorn c. penatalaksaan batu ginjal pada anak Faktor penting yang juga menjadi pertimbangan adalah ketersediaan alat, prasarana, sarana dan kemampuan ahli urologi dalam melakukan modalitas terapi yang ada. A. Pedoman penatalaksanaan batu ginjal nonstaghorn A.1. Ukuran Batu < 20 mm 1. Latar belakang Beberapa modalitas terapid apat digunakan untuk penatalaksanaan batu ginjal < 20 mm, yaitu : - Extracorporeal shock wave lithotripsi (ESWL) - Percutaneus nephrolithotomy (PNL) - Operasi terbuka - Kemolisis oral 2. Analisis keluaran a. Stone free rate Secara umum, yang dimaksud dengan stone free rate adalah persentase pasien tanpa sisa batu paska prosedur. Khusus untuk ESWL, pengertian stone free rate ini bisa berupa tidak adanya sisa batu ataupun adanya sisa/fragmen batu yang tidak signifikan secara klinis (clinically insignificant fragment = CIRF). Belum ada keseragaman dalam menentukan CIRF sampai saat ini, secara umum literatur menggunakan pada sisa/fragmen berukuran kurang 2 5 mm, tidak ada infeksi saluran kemih dan tidak ada keluhan pada psien yang dievaluasi tiga bulan setelah penembakan. 16

17 ESWL merupakan metode yang efektif untuk penanganan batu ginjal < 20 mm. Batu dengan ukuran < 10 mm mempunyai stone free rate 84 % (64 % - 92 %) dan batu berukuran mm mempunyai stone free rate 77 % (59 % - 81 %). Komposisi batu berpengaruh terhadap keberhasilan ESWL. Batu dengan komposisi asam urat dan kalsium oksalat dihidrat memiliki koefisien fragmentasi yang baik, sementara batu kalsium oksalat monohidrat dan batu sistin lebih sulit mengalami fragmentasi. Stone fere rate untuk kalsium oksalat monohidrat % sedangkan untuk batu sistin %. Jika berukuran < 15 mm, stone free rate batu sistin msih 71 %, sedangkan jika sudah > 20 mm, stone free rate menjadi hanya 40 %. Adanya hidronefrosis dan adanya infeksi ginjal juga mempengaruhi hasil ESWL. Persentase keberhasilan ESWL pada ginjal tanpa hidronefrosis 83 %, turun menjadi 50 % pada hidronefrosis derajat sedang dan sangat rendah pada hidronefrosis yang berat. Karenanya, dianjurkan utnuk melakukan nefrostomi dan pemberian antibiotik selama 3 5 hari sebelum ESWL pada kasus batu ginjal dengan hidronefrosis. PNL mempunyai efektifitas yang sama baiknya bdengan ESWL untuk batu ginjal < 20 mm. Namun, PNL merupakan prosedur yang lebih invasif dibanding ESWL. Karena itu, ESWL lebih direkomendasikan daripada PNL untuk batu < 20 mm, kecuali pada kasus khusus, seperti batu pada kaliks inferior dengan infundibulum yang panjang dan sudut infundibulopelvis yang tajam ataupun pada kaliks yang obstruktif. Stone free rate pada kasus ini dengan ESWL kurang dari 50 %. Pada batu berukuran mm yang terletak di kaliks inferior, perbandingan stone free rate antara ESWL dan PNL adalah 57 % : 37 %. Kemolisis oral dianjurkan untu batu dengan komposis asam urat. Caranya adalah dengan asupan cairan yang banyak (lebih dari 2000 ml/ 24 jam), alkalinisasi urin (kalium sitrat 3 x 6 10 mmol, natrium kalium sitrat 3 x 9 18 mmol dan natrium bikarbonat 3 x 500 mg). Jika dijumpai hiperurikosuria (> 1000 mg/hari) dengan hiperurisemia diberikan allopurinol 300 mg/hari. Penyesuaian dosis dilakukan pad apsien dengan insufisiensi ginjal. 17

18 b. Jumlah prosedur Jumlah prosedur harus dipisahkan antara prosedur sekunder dan prosedur tambahan. Prosedur sekunder merupakan prosedur yang merupakan bagian dari prosedur untuk pengangkatan batu, sedangkan prosedur tambahan adalah prosedur untuk mengatasi komplikasi dan prosedur insidental untuk pengangkatan batu (seperti insersi atau pengangkatan stent). Sayangnya, pada sebagian besar penelitian tidak disebutkan/dibedakan antara prosedur sekunder dan prosedur tambahan ini. Prosedur sekunder pada ESWL untuk batu ukuran < 20 mm terjadi pada 7,4 % kasus sedangkan pada PNL pada 6,9 % kasus. Prosedur tambahan pada ESWL dijumpai 11,3 % kasus dibandingkan 1,2 % pada PNL. Jenis batu berkaitan dengan jumlah ESWL yang diperlukan. Pada batu kalsium oksalat monohidrat, perlunya penembakan tambahan terjadi pada 10, 3 % kasus, pada batu struvit 6,4 % sedangkan batu kalsium oksalat dihidrat 2,8 %. Banyaknya ESWL sebaiknya tidak lebih dari 3 5 kali (tergantung dari jenis lithotriptornya). Jika perlu dilakukan pengulangan, tidak ada standar baku lamanya interval antar penembakan. Namun biasanya hal ini disesuaikan dengan jenis lithotriptornya, pada mesin ESWL elektrohidrolik, interval waktu minimal 4 5 hari sedangkan pada piezoelektrik bisa lebih singkat (2 hari). Maksimal gelombang kejut yang diberikan setiap penembakan juga disesuaikan dengan jenis mesin ESWL, pada jenis elektrohidrolik sebaiknya tidak melebihi 3500, sedangkan pada piezoelektrik sebaiknya tidak melebihi Pedoman pilihan terapi Jika alat, prasarana dan sarana lengkap dan kemampuan operator memungkinkan untuk melaksanakan seluruh modalitas terapi yang ada, maka berikut adalah prosedur yang dianjurkan : 1. ESWL monoterapi 2. PNL untuk kaliks inferior ukuran mm 18

19 3. Operasi terbuka 4. Kemolisis oral untuk batu asam urat murni A.2. Ukuran Batu > 20 mm 1. Latar belakang Beberapa modalitas terapi dapat digunakan untuk penatalaksanaan batu ginjal > 20 mm, yaitu : - ESWL ± pemasangan stent - PNL - Terapi kombinasi (PNL ± ESWL) - RIRS atau laparoskopi - Operasi terbuka - Kemolisis oral 2. Analisis keluaran a. Stone free rate Secara keseluruhan, stone free rate untuk batu mm dengan ESWL lebih rendah dibandingkan pada batu < 20 mm (rentang 33 % - 65 %). Stone free rate PNL pada batu berukuran mm mencapai 90 %. Beberapa faktor menjadi pertimbangan dalam pemilihan ESWL untuk batu berukuran > 20 mm : - Lokasi batu Batu yang terletak di kaliks inferior mempunyai stone free rate yang rendah dibanding batu yang terdapat di lokasi lain, stone free rate paling tinggi dijumpai pada batu di pyelum. PNL merupakan pilihan pada batu di kaliks inferior yang berukuran > 15 mm. - Total stone burden Tidak ada batasan yang pasti mengenai ukuran batu tetapi ukuran 40 x 30 mm dapat dipakai sebagai pedoman. Monoterapi ESWL (dengan pemasangan stent) mempunyai stone free rate 85 % 19

20 jika batu berukuran < 40 x 30 mm setelah 3 bulan penembakan. Angka ini turun menjadi 43 % pada batu berukuran > 40 x 30 mm. Dengan terapi kombinasi (PNL dan ESWL), stone free rate mencapai 71 % - 96 % pada batu > 40 x 30 mm, dengan morbiditas dan komplikasi yang kecil. Keberhasilan lebih tinggi jika ESWL dilakukan setelah PNL. - Kondisi ginjal kontralateral Jika kondisi ginjal kontralateral yang buruk atau pada ginjal soliter, ESWL monoterapi merupakan alternatif pertama karena efeknya yang l,ebih ringan dibanding terapi PNL atau kombinasi. - Komposisi dan kekerasan batu ESWL memberikan hasil yang cukup baik pada batu kalsium atau struvite. Sekitar 1 % batu mengandung sistin, tiga perempatnya berukuran kurang dari 25 mm. Batu sistin besar memerlukan penembakan tambahan hingga 66 % kasus. Pada batu sistin, khususnya yang berukuran > 15 mm, terapi dengan PNL atau kombinasi PNL atau ESWL lebih efektif ketimbang ESWL yang berulang kali. Kemolisis oral merupakan terapi lini pertama untuk batu asam urat. Pada batu yang besar, disolusi dapat dipercepat dengan ESWL. Stone free rate pada batu asam urat dengan ESWL dan kemolisis oral dapat mencapai hingga 85 %. Peran laparoskopi dalam penanganan batu ginjal > 20 mm masih bersifat eksperimental. b. Jumlah prosedur Prosedur sekunder pada ESWL untuk batu ukuran > 20 mm terjadi pada 33,1 % kasus sedangkan pada PNL 26,1 % kasus. Prosedur tambahan pada ESWL dijumpai pada 28,7 % kasus dibandingkan 4,3 % pada PNL. Pada batu kaliks inferior berukuran > 10 mm, angka terapi ulang dan 20

21 prosedur tambahan pada ESWL (16 % dan 14 %) lebih tinggi dibanding PNL (9 % dan 2 %). 3. Pedoman pilihan terapi Jika alat, prasarana dan sarana lengkap dan kemampuan operator memungkinkan untuk melaksanakan seluruh modalitas terapi yang ada, maka berikut adalah prosedur yang dianjurkan : 1. PNL atau ESWL (dengan atau tanpa pemasangan DJ Stent) 2. Operasi terbuka Komplikasi Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah, demam dan terapi nyeri yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih sedikit dan berbeda secara bermakna pada ESWL. Demikian pula ESWL dapat dilakukan dengan rawat jalan atau perawatan yang lebih singkat dibandingkan PNL. B. Pedoman penatalaksanaan batu cetak ginjal/staghorn 1. Latar Belakang Belum ada kesepakatan mengenai defenisi batu cetak/staghorn ginjal. Defenisi yang sering dipakai adalah batu ginjal yang menempati lebih dari satu collecting system, yaitu batu batu pyelum yang berekstensi ke satu atau lebih kaliks. Istilah batu cerak/staghorn parsial digunakan jika batu menempati sebagian cabang collecting system, sedangkan istilah batu cetak/staghorn komplit digunakan batu jika menempati seluruh collecting system. Komposisi tersering batu cetak ginjal dalah kombinasi magnesium amonium fosfat (struvit) dan/atau kalsium karbonat apatit. Komposisi lain dapat berupa sistin dan asam urat, sedangkan kalsium oksalat dan batu fosfat jarang dijumpai. Komposisi struvite/kalsium karbonat apatit erat berkaitan dengan infeksi traktus urinarius yang disebabkan oleh organisme spesifik yang memproduksi enzim urease yang menghasilkan amonia dan hidroksida dari urea. Akibatnya, lingkungan urin menjadi alkali dan mengandung konsentrasi amonia yang tinggi, menyebabkan kristalisasi magnesium amonium fosfat (struvite) sehingga menyebabkan batu besar 21

22 dan bercabang. Faktor faktor lain turut berperan, termasuk pembentukan biofilm, eksopolisakarida dan penggabungan mukoprotein dan senyawa organik menjadi matriks. Kultur dari fragmen di permukaan dan didalam batu menunjukkan bakteri tinggal di dalam batu, sesuatu yang tidak dijumpai pada jenis batu lainnya. Terjadi infeksi saluran kemih berulang oleh organisme pemecah urea selama batu masih ada. Batu cetak ginjal yang tidak ditangani akan mengakibatkan kerusakan ginjal dan atau sepsis yang dapat mengancam jiwa. Karena itu, pengangkatan seluruh batu merupakan tujuan utama untuk mengeradikasi organisme penyebab, mengatasi obstruksi, mencegah pertumbuhan batu lebih lanjut dan infeksi yang menyertainya serta preservasi fungsi ginjal. Meski beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan untuk mensterilkan fragmen struvite sisa dan membatasi aktivitas pertumbuhan batu, sebagian besar penelitian mengindikasikan fragmen batu sisa dapat tumbuh dan menjadi sumber infeksi traktus urinarius yang berulang. Modalitas terapi untuk batu cetak ginjal adalah : 1. PNL monoterapi 2. Kombinasi PNL dan ESWL 3. ESWL monoterapi 4. Operasi terbuka 5. Kombinasi operasi terbuka dan ESWL 2. Analisis Keluaran Jika tidak diterapi, batu cetak ginjal terbukti akan menyebabkan kerusakan ginjal. Pasien dapat mengalami infeksi saluran kemih berulang, sepsis dan nyeri. Selain itu, batu akan mengakibatkan kematian. Terapi nonbedah, seperti terapi antibiotik, inhibitor urease dan terapi suportif lainnya bukan merupakan alternatif terapi kecuali pada pasien yang tidak dapat menjalani prosedur tindakan pengangkatan batu. Pada analisis retrospektif 200 pasien dengan batu cetak ginjal yang menjalani terapi konservatif, 28 % mengalami gangguan fungsi ginjal. a. Stone free rate Secara keseluruhan, stone free rate setelah terapi paling tinggi pada PNL (78%) dan paling rendah pada ESWL (54 %). Pada terapi kombinasi (PNL dan ESWL), stone free rate lebih rendah jika ESWL dilakukan terakhir (66 %) 22

23 dan dapat menajdi 88 % jika dilakukan PNL ESWL PNL. Pada operasi terbuka, stone free rate berkisar antara %. Angka ini lebih rendah jika batunya lebih kompleks. Stone free rate juga dihubungkan dengan klassifikasi batu cetak (parsial atau komplit). Pada batu cetak parsial, angka stone free rate lebih tinggi dibandingkan batu cetak komplit. Pada PNL, stone free rate batu cetak parsial 74 % dibandingkan 65 % batu cetak komplit. b. Jumlah prosedur Pada pedoman American Urological Association (AUA) tahun 2004, PNL membutuhkan total rata rata 1,9 prosedur, ESWL 3,6 prosedur dan terapi kombinasi membutuhkan 3,3 prosedur untuk penatalaksanaan batu cetak ginjal. Operasi terbuka membutuhkan total 1,4 prosedur. Jumlah prosedur juga berkaitan dengan klassifikasi batu cetak (parsial atau total). Pasien batu cetak parsial menjalani 2,1 prosedur dibandingkan 3,7 prosedur pada pasien cetak batu komplit. c. Komplikasi Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian dan komplikasi keseluruhan. Dari meta analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi terapi sama (< 20 %). Kebutuhan transfusi pada ESWL sangat rendah kecuali pada hematom perirenal yang besar. Kebutuhan transfusi pada operasi terbuka mencapai %. Mortalitas akibat tindakan jarang, namun dapat dijumpai, khususnya pada pasien dengan komorbiditas atau mengalami sepsis dan komplikasi akut lainnya. Dari data yang ada di pusat Urology di Indonesia, resiko kematian pada operasi terbuka kurang dari 1 %. Pedoman AUA menyebutkan adanya kesulitan dalam menarik kesimpulan dari laboran komplikasi akibat ketiadaan keseragaman laporan. Misalnya, pasien dengan demam dikelompokkan sebagai sepsis oleh sejumlah peneliti lainnya. 23

24 3. Pedoman pemilihan modalitas terapi aktif. Pasien yang didiagnosis batu cetak ginjal dianjurkan untuk diterapi secara Terapi standar, rekomendasi dan optional pada pasien batu cetak ginjal berlaku untuk pasien dewasa dengan batu cetak ginjal (bukan batu sistin dan bukan batu asam urat) yang kedua ginjalnya berfungsi (fungsi keduanya relatif sama) atau ginjal soliter dengan fungsi normal dan kondisi kesehatan yang secara umum, habitus dan anatomi memungkinkan untuk menjalani modalitas terapi yang ada, termasuk pemeberian anastesi. Pedoman pilihan terapi meliputi : 3. PNL (dengan atau tanpa kombinasi ESWL) 4. Operasi terbuka (dengan atau tanpa kombinasi ESWL) Pada pasien yang tidak memenuhi kriteria tersebut, pilihan terapi ditentukan berdasarkan pertimbangan individual. Terapi batu pada anak 4. Penatalaksanaan batu ginjal pada anak a. Latar Belakang Penelitian mengenai penggunaan berbagai modalitas penatalaksanaan untuk anak tidak selengkap pada orang dewasa, namun dalam dekade terakhir ini jumlahnya mulai banyak ditemukan. b. Analisis Keluaran Terapi batu pada anak dengan ESWL mulai banyak dilakukan. Desintegrasi dan bersihan batu lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Kemungkinan hal ini disebabkan gelombang kejut ditransmisikan dengan kehilangan energi yang lebih sedikit. Selain itu komposisi batu dan pembentukan batu yang lebih singkat, ureter yang lebih pendek dan leastis memungkinkan transmisi fragmen batu yang lebih mudah serta mencegah terjadinya impaksi batu. Pada batu ginjal, stone free rate mencapai % dengan penembakan 1 hingga 3 sesi, tergantung dari ukuran dan lokasi batu. Penggunaan ESWL monoterapi pada batu cetak ginjal memberikan hasil stone free rate 73,3 % setelah rata rata dua kali penembakan. 24

25 Penanganan batu ginjal anak berukuran rata rata 47 mm (rentang mm) dengan PNL memberikan hasil stone free rate 67,7 %, 27,4 % memerlukan tambahan ESWL untuk menghasilkan batu bersihan yang komplit. Stone free rate pada operasi batu ginjal anak mencapai 97,8 %. Komplikasi ESWL meliputi kolik renal, demam, urosepsis dan steinstrasse. Hematom ginjal terjadi akibat trauma parietal dan viseral. Hasil studi pada hewan tidak menunjukkan adanya kelainan lanjut yang berarti. Dalam evaluasi jangka pendek pada anak packa ESWL, dijumpai adanya perubahan fungsi tubular yang bersifat sementara yang kembali normal setelah 15 hari. Belum ada data mengenai efek jangka panjang ESWL pada anak. Komplikasi paska PNL meliputi demam dan hematuria yang memerlukan transfusi. Konversi ke operasi terbuka pada 4,8 % kasus akibat perdarahan intraoperatif dan 6,4 % mengalami ekstravasasi urin. Pada satu kasus dilaporkan terjadi hidrothoraks pasca PNL. Komplikasi operasi terbuka meliputi leakage urin, infeksi luka, demam dan perdarahan pascaoperasi. c. Pedoman penatalaksanaan ESWL monoterapi, PNL atau operasi terbuka dapat merupakan pilihan terapi untuk pasien anak anak. 25

Modul: Batu Ureter. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :

Modul: Batu Ureter. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : Modul: Batu Ureter Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session) 12

Lebih terperinci

Kasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan:

Kasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan: Kasus 1 (SGD 1,2,3) Seorang wanita Ny. DA usia 32 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RS mengeluh nyeri pinggang kanan memberat sejak 2 bln sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri menjalar hingga

Lebih terperinci

BATU SALURAN KEMIH. Dr. Maimun Syukri, Sp.PD

BATU SALURAN KEMIH. Dr. Maimun Syukri, Sp.PD BATU SALURAN KEMIH Dr. Maimun Syukri, Sp.PD PENDAHULUAN BSK Masalah masa kini dan mendatang Batu kandung kemih Batu ginjal PATOGENESIS BSK Faktor Genetik Kurangnya faktor protektif Faktor biologis Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat, dan menempati urutan ketiga dari penyakit di bidang urologi disamping infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nefrolitiasis adalah sebuah material solid yang terbentuk di ginjal ketika zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit ini bagian

Lebih terperinci

CONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM

CONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM CONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM Batasan Kongenital divertikel dari urethra atau biasa di sebut anterior urethral valve, adalah kelainan dengan adanya defek pada korpus spongiosum, defek ini menyebabkan

Lebih terperinci

(VUR = Vesikoureteral Refluks)

(VUR = Vesikoureteral Refluks) (VUR = Vesikoureteral ) Batasan Vesikoureteral refluks (VUR) merupakan kejadian aliran balik atau regurgitasi urine dari buli kembali ke traktus urinarius bagian atas (ureter sampai dengan sistem pelviokaliseal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal. dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal. dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam

Lebih terperinci

195 Batu Saluran Kemih

195 Batu Saluran Kemih 195 Batu Saluran Kemih Waktu : Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian

Lebih terperinci

Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa. keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran

Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa. keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran Definisi Batu Saluran Kemih Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi Kode Blok Blok Bobot Semester Standar Kompetensi : Pendidikan Dokter : KBK403 : UROGENITAL : 4 SKS : IV : Mengidentifikasi dan menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).

Lebih terperinci

Metodologi. Persetujuan Tindakan Kedokteran/Medik (informed consent)

Metodologi. Persetujuan Tindakan Kedokteran/Medik (informed consent) PENDAHULUAN Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia belum dapat

Lebih terperinci

TRAUMA GINJAL. Batasan

TRAUMA GINJAL. Batasan TRAUMA GINJAL Batasan Definisi dari trauma adalah suatu keadaan yang menyebabkan kerusakan tubuh atau organ tubuh dimana faktor penyebab berasal dari luar tubuh. Salah satu trauma yang dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Saluran Kemih Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh

Lebih terperinci

Fistula Urethra Batasan Gambaran Klinis Diagnosa Penatalaksanaan

Fistula Urethra Batasan Gambaran Klinis Diagnosa Penatalaksanaan Fistula Urethra Batasan Fistula urethra adalah saluran yang menghubungka antara urehtra dengan organ-organ sekitar ynag pada proses normal tidak terbentuk. Fistula urethra dapat merupakan suatu kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang

BAB I PENDAHULUAN. di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batu simtomatik yang membutuhkan operasi terbuka. Perkembangan terapi invasif

BAB I PENDAHULUAN. batu simtomatik yang membutuhkan operasi terbuka. Perkembangan terapi invasif BAB I PENDAHULUAN Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki laki dewasa dan 7 % pada perempuan

Lebih terperinci

STRIKTURA URETRA Batasan Gejala dan Tanda Terapi / Tindakan

STRIKTURA URETRA Batasan Gejala dan Tanda Terapi / Tindakan STRIKTURA URETRA Batasan Striktur urethra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya dengan berbagai kedalaman, densitas dan panjang fibrosis tergantung pada etiologi, luas operasi

Lebih terperinci

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kategori Presentasi Klinis Laboratorium ISK non-komplikata akut pada wanita, sistitis non komplikata akut pada wanita Pielonefritis non komplikata akut ISK komplikata

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR TEORI

BAB I KONSEP DASAR TEORI BAB I KONSEP DASAR TEORI A. Pengertian Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit (Tambayong, 2000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi klinis yang kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkemihan merupakan salah satu sistem yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria

Lebih terperinci

Modul 6 NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550)

Modul 6 NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550) Modul 6 Bedah Urologi NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi,

Lebih terperinci

Batu Saluran Kemih. Harnavi Harun

Batu Saluran Kemih. Harnavi Harun 3 Batu Saluran Kemih Harnavi Harun Epidemiologi Dunia : 1 12% USA : 250.000-750.000 penduduk/tahun Indonesia : Hardjoeno dkk, Makassar (1977 1979) : 297 Rahardjo dkk (1979 1980) : 245 Puji Rahardjo RSCM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang masih menimbulkan beban kesehatan yang signifikan pada populasi usia kerja,dan merupakan tiga penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Batu Saluran Kemih Batu saluran kemih atau BSK adalah terbentuknya batu di saluran kemih yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit heterogen yang serius yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah kronik (Asdi, 2000). Risiko kematian penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan

Lebih terperinci

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I EPIDEMIOLOGI WHO DEGENERATIF Puluhan juta ORANG DEATH DEFINISI Penyakit degeneratif penyakit yg timbul akibat kemunduran fungsi sel Penyakit

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batu ginjal 1. Pengertian Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH Oleh BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NOVEMBER 2014 I. Waktu Mengembangkan kompetensi

Lebih terperinci

EXTRACORPOREAL SHOCKWAVE LITHOTRIPSY (ESWL) ON RENAL STONE

EXTRACORPOREAL SHOCKWAVE LITHOTRIPSY (ESWL) ON RENAL STONE EXTRACORPOREAL SHOCKWAVE LITHOTRIPSY (ESWL) PADA BATU GINJAL Anak Agung Sri Satyawati Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Latar Belakang. Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas proses inflamasi.

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini di Indonesia masih banyak yang belum mengenal Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit batu ginjal. ESWL sebenarnya

Lebih terperinci

INFERTILITAS PRIA BATASAN

INFERTILITAS PRIA BATASAN INFERTILITAS PRIA BATASAN Infertilitas adalah ketidak mampuan pasangan yang seksual aktif dan tanpa kontraseptif untuk terjadi kehamilan dalam waktu satu tahun. DIAGNOSIS Diagnosis dari infertilitas pria

Lebih terperinci

Gambaran Klinis dan Tata Kelola Batu Saluran Kemih pada Bayi dan Anak-anak

Gambaran Klinis dan Tata Kelola Batu Saluran Kemih pada Bayi dan Anak-anak Gambaran Klinis dan Tata Kelola Batu Saluran Kemih pada Bayi dan Anak-anak Ahmad Ricardo Rumah Sakit Imanuel Way Halim Bandar Lampung Alamat Korespondensi: ahmadrs.md@gmail.com Tinjauan Pustaka Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang terletak di persimpangan antara saluran cerna dan bagian tubuh lainnya, mengemban tugas yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN KESESUAIAN GAMBARAN ULTRASONOGRAFI GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KADAR KREATININ PLASMA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS PEMBINA KESEJAHTERAAN UMAT MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batu Saluran Kemih 2.1.1 Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih Batu saluran kemih merupakan agregat dari polycrystalline yang terbentuk dari berbagai jenis kristaloid dan matriks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis terutama ditemukan di negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna

Lebih terperinci

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida A. Pengertian Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Akibat penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Nefrolitiasis 2.1.1 Definisi Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah sebuah material solid yang terbentuk di ginjal ketika zat atau substasi normal di urin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembentukan batu pada sistem urinaria seperti pada ginjal, ureter, dan kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk dari kata ouron (urin)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyebab tingginya angka kematian pada pasien trauma tumpul abdomen adalah perdarahan pada organ hepar yang umumnya disebabkan oleh karena kecelakaan lalu

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak II Disusun oleh : Maizan Rahmatina Putri Pamungkasari Vinda Astri

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batu Saluran Kemih 2.1.1 Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih Batu saluran kemih terbentuk dari beberapa kondisi, yakni proses supersaturasi dari ion-ion yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit (RS) di seluruh Indonesia, pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolute atau

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mampu merubah gaya hidup manusia. Manusia sekarang cenderung menyukai segala sesuatu yang cepat, praktis dan

Lebih terperinci

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS Definisi Diverticulitis Diverticulitis adalah suatu kondisi dimana diverticuli pada kolon (usus besar) pecah. Pecahnya berakibat pada infeksi pada jaringan-jaringan yang mengelilingi

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia laki-laki yang terletak mengelilingi vesica urinaria dan uretra proksimalis. Kelenjar prostat dapat mengalami pembesaran

Lebih terperinci

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN Modul 2 Bedah Anak POLIPEKTOMI REKTAL (No. ICOPIM: 5-482) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi rektum dan isinya, menegakkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

( No. ICOPIM : )

( No. ICOPIM : ) Modul 13 Bedah TKV TORAKOSTOSMI TERBUKA ( No. ICOPIM : 5-340 ) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, dari pleura dan

Lebih terperinci

Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading :

Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal 1.Hamartoma ginjal 2. Adenokarsinoma ginjal / grawitz / hipernefroma / karsinoma sel ginjal Staging : Grading : Tumor Urogenitalia A. Tumor ginjal - Definisi Massa abnormal yang berkembang di ginjal - Epidemiologi Ketiga terbanyak setelah ca prostat dan ca buli-buli Dekade 5-6 (50-60 tahun) Pria > Wanita : 2 > 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat di rahim. Tumor

Lebih terperinci

TEKNIK RADIOGRAFI INTRA VENOUS PYELOGRAPHY

TEKNIK RADIOGRAFI INTRA VENOUS PYELOGRAPHY IVP TEKNIK RADIOGRAFI INTRA VENOUS PYELOGRAPHY DEFINISI Ilmu yang mempelajari prosedur /tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan blass (vesica urinary) menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASAR KADAR ALBUMIN SERUM DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PASCA APENDEKTOMI PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci