CONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM
|
|
- Liana Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 CONGINETAL URETHRAL DIVERTICULUM Batasan Kongenital divertikel dari urethra atau biasa di sebut anterior urethral valve, adalah kelainan dengan adanya defek pada korpus spongiosum, defek ini menyebabkan terjadinya balon pada urethra disaat pengosongan air kencing (voiding) sehingga menyebabkan terjadinya massa dan kadang-kadang tampak pada dinding ventral penis. Pada sisi distal dari divertikel membentuk suatu flap yang dapat menyebabkan obstruksi dari aliran urin. Gejala dan Tanda Gejala pada anterior urethral valve atau divertikel dari urethra yang paling sering adalah infeksi saluran kencing berulang pada anak-anak, kencing mengedan (straining), atau menetes di akhir kencing (terminal dribbling), sepertiga didapatkan keluhan pada voiding, sepertiga didapatkan hydronephrosis antenatal, dan sisanya didapatkan divertikel. Derajat obstruksi dapat menjadi berat dan membuat tekanan jadi meninggi, rupture spontan dari fetal bladder pada kasus ini telah di laporkan ( Merrot et al, 2003). Diagnosis Diagnosis dari divertikel urethra atau anterior urethral valve ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Anamnesa berupa ditemukannya gejala infeksi berulang pada saluran kencing, kencing yang mengedan, menetes diakhir kencing dan tanda-tanda obstruksi lainnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa pada ventral penis yang disebabkan timbulnya balon pada divertikelnya saat pengosongan air kencing ( voiding ) Gejala-gejala tersebut di konfirmasi dengan pemeriksaan Voiding Cystourethrography ( VCUG ) dengan didapatkan divertikel pada saat urin terjebak didalamnya. Pada beberapa kasus divertikel tidak terlihat yang di sebabkan karena divertikel terdapat pada ventral midline. Seluruh urethra harus tercakup pada saat fase voiding dalam cystourethrograam jika tidak maka lesi pada lokasi distal akan tidak tediagnosis. Pemeriksaan USG untuk menentukkan ketebalan dan kualitas parenkim ginjal, adanya vesikoureteral refluks. Terapi / Tindakan Tujuan terapi adalah untuk mengurangi gejala obstruksi, memperbaiki kualitas dan keadaan umum. 1. Terapi pembedahan transurethral insisi dikerjakan pada divertikel yang kecil dengan flap merupakan pilihan utama, sementara pada divertikel yang besar dimana dapat menyababkan pooling dari urin dan menyebabkan infeksi berulang maka harus dilakukan open eksisi dari diivertikel dan repair urethra. 2. Terapi suportive untuk memperbaiki komplikasi dari divertikel urethra antara lain : a. Transurethral atau suprapubik cateter drainage untuk stabilisasi akibat urosepsis atau isufisiensi renal b. Antibiotik c. Manajemen cairan dan elektrolit
2 Modul : DIVERTIKEL URETHRA Mengembangkan Kompetensi Waktu Sesi di dalam kelas.x 2 jam (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing.minggu (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi.minggu (facilitation and assessment) Tujuan Umum Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang, melakukan diagnosis, melakukan penatalaksanaan, dan menangani komplikasi divertikel urethra congenital. Tujuan Khusus / Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : 1. Menjelaskan patofisiologi dan epidimiologi singkat Divertikel Urethra Kongenital 2. Mengenali gejala dan tanda penderita Divertikel Urethra Kongenital 3. Melakukan langkah-langkah diagnosis penderita Divertikel Urethra Kongenital 4. Melakukan pilihan terapi pada Divertikel Urethra Kongenital 5. Melakukan operasi Transurethral Incision dan Open Urethral Recontruction 6. Melakukan langkah follow-up penderita Divertikel Urethra Kongenital Proses Pembelajaran Ø Menguatkan Proses Pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk menccapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik. Ø Tujuan 1 : Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat Urethra Kongenital Divertikel Kuliah singkat dan diskusi tentang patofisiologi Divertikel Urethra Kongenital Kuliah singkat dan diskusi tentang epidimiologi Divertikel Urethra Kongenital Ø Tujuan 2 : Mengenali gejala dan tanda penderita Divertikel Urethra Kongenital Curah pendapat dan diskusi tentang gejala dan tanda penderita Divertikel Urethra Kongenital
3 Ø Tujuan 3 : Melakukan langkah-langkah diagnosis penderita dengan Divertikel Urethra Kongenital Coaching dan praktik pada pasien sungguhan. Ø Tujuan 4 : Menentukan pilihan terapi pada Divertikel Urethra Kongenital Kuliah singkat mengenai pilihan terapi pada Divertikel Urethra Kongenital : Transurethral Incision, dan Open Rekontruksi Diskusi dan coaching tentang pilihan penatalaksanaan Divertikel Urethra Kongenital dan komplikasinya ( gangguan fungsi ginjal, urosepsis, refluks vesikoureteral) Curah pendapat dan diskusi kasus tentang dasar pemilihan terapi dan komplikasi masing-masing terapi Ø Tujuan 5 : Melakukan Operasi Transurethral Incision dan Open Rekontruksi Demo oleh pembimbing pada pasien sungguhan Asisten operasi membantu pembimbing Operasi sendiri dengan pengawasan Operasi sendiri tanpa pengawasan langsung Ø Tujuan 6 : Melakukan Kongenital langkah follow-up penderita Divertikel Urethra Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow-up penderita Divertikel Urethra Kongenital pada setiap pilihan terapi. Persiapan Sesi Peralatan Audiovisual Materi presentasi: Power Point Divertikel Urethra Kongenital Kasus : Penderita Divertikel Urethra Kongenital Referensi : Campbell s Urology edisi 9 Smith General Urology edisi 16 Comprehensive Urology Kompetensi Mengenali dan menatalaksana Divertikel Urethra Kongenital. Kompetensi yang diharapkan adalah K3, P4, A4 dengan tingkat kinerja skill competency.
4 Ketrampilan Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil : 1. Menjelaskan patofisiologi dan epidimiologi singkat Divertikel Urethra Kongenital 2. Mengenali gejala dan tanda Divertikel Urethra Kongenital 3. Melakukan langkah-langkah diagnosis penderita Divertikel Urethra Kongenital 4. Melakukanpilihan terapi pada Divertikel Urethra Kongenital 5. Melakukan operasi Transurethral Incision dan Open Rekontruksi pada Divertikel Urethra Kongenital 6. Melakukan langkah follow-up penderita Divertikel Urethra Kongenital Gambaran Umum Divertikulum urethra merupakan kelainan kongenital dimana saat kencing atau pengosongan urin timbul divertikel yang berasal dari pengembangan/balonisasi ventral dan distal dari korpus spongiosum. Etoilogi dari anomali kongenital ini masih belum jelas, diduga suatu inkomplet fusi dari segmen urethral plate. Kemungkinan yang lain disebabkan oleh perkembangan inkomplet fokal korpus spongiosum dengan balon dari mukosa urethra yang tidak adekuat. Gejalanya dapat berupa obstruktif baik yang berat atau yang ringan tergantung pada besar divertikel yang terjadi. Diagnosis divertikulum urethra selain didapatkan pada anamnesa dan keluhan dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan voiding cystourethrography. Pemasangan kateter merupakan suatu kontraindikasi karena kateter dapat masuk pada divertikelnya. Penatalaksanaan divertikel dapat berupa tindakan endoskopi atau open reseksi dan rekontruksi yang di dahului dengan kateterisasi drainase suprapubis bila didapatkan komplikasi urosepsis dan atau renal issufisiensi. Penjelasan / Latar Belakang Sehubungan dengan penjelasan pada gambaran umum yang menyatakan bahwa penatalaksanaan divertikulum urethra adalah tindakan operatif maka komponen pengetahuan pada modul ini mempunyai kapasitas yang lebih kecil dari pada komponen psikomotor. Dengan demikian, sesi praktek klinik akan menjadi lebih dominan didalam proses pembelajaran. Titik berat sesi praktek klinik ditekakan pada kompetensi melakukan pemeriksaan fisik pada genitalia, voiding cystourethrography dalam kaitannya dengan identifikasi dan diagnosis divertikulum urethra. Selain itu pada akhir sesi praktek peserta didik kompeten untuk melakukan operasi endokopi ataupun open reseksi dan rekontruksi (urethroplasty). Contoh Kasus Penderita anak 1 tahun tahun dengan gangguan tidak dapat BAK selama 4 hari. Tidak didapatkan kencing batu, namun seringkali penderita merasa nyeri ketika BAK. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan, buli kesan kosong. Pemeriksaan radiologis foto polos abdomen normal tanpa adanya batu radio opak, sementara hasil voiding cystourethrogram didapatkan divertikel ada urethra.
5 Diskusi : Apakah penderita di atas mempunyai kemungkinan divertikel urethra? Bagaimana cara mendiagnosis divertikel urethra pada penderita di atas? Bagaimana menatalaksana kasus ini? Rangkuman hasil diskusi : Dari gejala yang ada, dapat diduga bahwa penderita mengalami divertikel urethra Diagnosis : Anamnesis : gangguan miksi Pemeriksaan voiding cystourethrography Tatalaksanaan : prosedur operatif ( endoskopi atau open reseksi dan rekontruksi ) Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : (K4) 1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat divertikel urethra 2. Mengenali gejala dan tanda penderita divertikel urethra 3. Melakukan langkah-langkah diagnosis penderita divertikel urethra 4. Melakukan pilihan terapi pada divertikel urethra 5. Melakukan transurethral insisi dan open reseksi dan rekontruksi 6. Melakukan langkah follow-up penderita divertikel urethra Proses Pembelajaran Menguatkan proses pembelajaran Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik. Tujuan 1 : Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat divertikel urethra Kuliah singkat dan diskusi tentang patofisiologi divertikel urethra yang mencakup proses terjadinya obstruksi akibat divertikel secara singkat. Tugas Baca dan Diskusi Curah Pendapat dan Diskusi Must to know key points : Tujuan 2 : Mengenali gejala dan tanda penderita divertikel urethra
6 Curah pendapat dan diskusi tentang gejala dan tanda penderita dengan divertikel urethra Bedside teaching kasus mengenai prosedur follow-up penderita divertikel urethra pada setiap pilihan terapi Kasus untuk proses pembelajaran Penderita anak 1 tahun tahun dengan gangguan tidak dapat BAK selama 4 hari. Tidak didapatkan kencing batu, namun seringkali penderita merasa nyeri ketika BAK. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan, buli kesan kosong. Pemeriksaan radiologis foto polos abdomen normal tanpa adanya batu radio opak, sementara hasil voiding cystourethrogram didapatkan divertikel ada urethra. Diskusi : Manakah data penyokong diagnosis saat itu? Data mana yang membuat pemeriksa perlu membuat diagnosis banding? Apakah tindakan terbaik yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut? Rangkuman Diskusi : Data penyokong diagnosis adalah... Gejala dan tanda yang menyebabkan perlunya dibuat diagnosis banding Tindakan terpilih untuk mengatasi keadaan ini adalah Pada Modul ini peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan tentang patofisiologi, gejala dan tanda, serta penatalaksanaan diagnosis dan terapi menyeluruh penderita divertikel urethra. Modul divertikel urethra ini mempunyai link ke 3 Modul Keterampilan (voiding cystourethrogram, transurethral insisi dan Bedah Rekonstruksi) Penilaian Kompetensi 1. Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan keterampilan 2. Hasil kuesioner 3. Hasil penilaian peragaan keterampilan
7 Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif Kuesioner sebelum sesi dimulai Modul Divertikel Urethra BAB I Patofisiologi 1. Massa anterior lateral dinding vagina dengan hydronephrosis ipsilateral terlihat pada intravenous urogram. (B/S) 2. Divertikel pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi urine. (B/S) 3. Aliran urine yang terhambat dapat menyebabkan infeksi berulang yang merupakan salah satu gejala. (B/S) Kuesioner Tengah Pelatihan MODUL Divertikel Urethra BAB I Patofisiologi 1. Berikut ini merupakan modalitas untuk menegakkan diagnosa Divertikel Urethra, kecuali : a. MRI jaringan periurethral b. Transvaginal atau endoluminal urethral ultrasonography c. Cystoscopy d. Voiding cystourethrography dengan atau tanpa teknik double-ballon e. IVU 2. Pada saat inform consent penderita divertikulum urethra yang akan dilakukan surgical repairdibawah ini merupakan pernyataan yang benar kecuali : a. Urethra disambung dan dilakukan suprapubis drainase selam hari b. Divertikel dapat kembali ditemukan setelah operasi c. Strikture urethra dapat terjadi pada overaggresisive penutupan urethra d. Fistula urethrovaginal dapat terjadi setelah operasi yang jarang diketahui e. Infeksi saluran kencing berulang masih bisa didapat 3. Berikut ini merupakan gejala dari divertikel urethra kecuali : a. Trias dyspareunia dan disuria b. Post voiding dribbling c. Infeksi saluran kencing berulang d. Massa pada dinding anterior vagina pada posisi midline yang fluktuatif dan tegang e. Selalu symptomatik
8 Intrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR TRANSURETHRAL INSISI Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut : 1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan). 2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal. 3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien. T/D Langkah tidak diamati (penilai mengganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan) KEGIATAN I. MENGENALI KASUS II. PERSIAPAN TINDAKAN 1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk prosedur III. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR...
9 Instrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPEN RESEKSI DAN REKONTRUKSI Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut : 1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan). 2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal. 3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien. T/D : Langkah tidak diamati (penilai mengganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan KEGIATAN I. MENGENALI KASUS II. PERSIAPAN TINDAKAN 1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk prosedur III. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR... Penilaian Kinerja Keterampilan (ujian akhir) DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA TRANSURETHRAL INSISI Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan suatu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan di bawah ini: ü : Memuaskan : Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar X : Tidak memuaskan : Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau panduan standar T/T : Tidak ditampilkan Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak tidak diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih
10 PESERTA : KEGIATAN TRANSURETHRAL INSISI TANGGAL: NILAI Persiapan 1. Penjelasan kepada penderita mengenai langkah-langkah operasi, kemungkinan komplikasi, dan perawatan pasca operasi. 2. Meminta persetujuan tertulisuntuk tindakan ini yang ditandatangani oleh pasien / keluarga terdekat dan dokter operator serta dokter anestesi Prosedur KEGIATAN TRANSURETHRAL INSISI NILAI
11 Komentar / Ringkasan : Rekomendasi : Tanda tangan Penguji Tanggal Power Point Modul Divertikel Urethra
STRIKTURA URETRA Batasan Gejala dan Tanda Terapi / Tindakan
STRIKTURA URETRA Batasan Striktur urethra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya dengan berbagai kedalaman, densitas dan panjang fibrosis tergantung pada etiologi, luas operasi
Lebih terperinciModul: Batu Ureter. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :
Modul: Batu Ureter Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session) 12
Lebih terperinciFistula Urethra Batasan Gambaran Klinis Diagnosa Penatalaksanaan
Fistula Urethra Batasan Fistula urethra adalah saluran yang menghubungka antara urehtra dengan organ-organ sekitar ynag pada proses normal tidak terbentuk. Fistula urethra dapat merupakan suatu kelainan
Lebih terperinci(VUR = Vesikoureteral Refluks)
(VUR = Vesikoureteral ) Batasan Vesikoureteral refluks (VUR) merupakan kejadian aliran balik atau regurgitasi urine dari buli kembali ke traktus urinarius bagian atas (ureter sampai dengan sistem pelviokaliseal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kelainan kongenital yang dapat terjadi pada bayi laki-laki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kelahiran sebagai suatu proses alamiah selain menghasilkan bayi normal, sebagian lainnya memiliki kemungkinan disertai suatu kelainan kongenital/bawaan.
Lebih terperinci10 Usaha Kesehatan Sekolah Dan Remaja
10 Usaha Kesehatan Sekolah Dan Remaja Waktu Pencapaian kompetensi Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 2 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik
Lebih terperinciMODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh
MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH Oleh BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NOVEMBER 2014 I. Waktu Mengembangkan kompetensi
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 1 Bedah Urologi KATETERISASI (No. ICOPIM: 8-134) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, histologi dan fisiologi urethra,
Lebih terperinciINFERTILITAS PRIA BATASAN
INFERTILITAS PRIA BATASAN Infertilitas adalah ketidak mampuan pasangan yang seksual aktif dan tanpa kontraseptif untuk terjadi kehamilan dalam waktu satu tahun. DIAGNOSIS Diagnosis dari infertilitas pria
Lebih terperinci195 Batu Saluran Kemih
195 Batu Saluran Kemih Waktu : Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian
Lebih terperinciTERAPI INHALASI MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI. : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru. I. Waktu. Mengembangkan kompetensi.
MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI NOMOR MODUL TOPIK SUB TOPIK I. Waktu : B02 : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru : Terapi Inhalasi TERAPI INHALASI Mengembangkan kompetensi Sesi Tutorial Diskusi
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi Kode Blok Blok Bobot Semester Standar Kompetensi : Pendidikan Dokter : KBK403 : UROGENITAL : 4 SKS : IV : Mengidentifikasi dan menyusun
Lebih terperinciDEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE
DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Definisi Inkontiensia Urine
Lebih terperinci68 Gagal Ginjal Kronik (GGK)
68 Gagal Ginjal Kronik (GGK) Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yaitu berupa pembesaran prostat atau hiperplasia prostat. Kelainan kelenjar prostat dapat
Lebih terperinciModul 34 EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542)
Modul 34 Bedah Digestif EKSISI LUAS TUMOR DINDING ABDOMEN PADA TUMOR DESMOID & DINDING ABDOMEN YANG LAIN (No. ICOPIM: 5-542) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 2 Bedah Anak POLIPEKTOMI REKTAL (No. ICOPIM: 5-482) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi rektum dan isinya, menegakkan
Lebih terperinciOMPHALOMESENTERIKUS REMNANT
OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi dan topografi daerah abdomen, patogenesis omphalomesenterikus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) merupakan kondisi patologis yang paling umum terjadi pada pria lansia dan penyebab kedua untuk intervensi medis pada pria diatas usia
Lebih terperinci16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis
16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 2 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik
Lebih terperinciModul 4 SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640)
Modul 4 Bedah Anak SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi preputium penis,
Lebih terperinci15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum
15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 1 X 50 menit (coaching session) Sesi
Lebih terperinci( No. ICOPIM : )
Modul 13 Bedah TKV TORAKOSTOSMI TERBUKA ( No. ICOPIM : 5-340 ) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, dari pleura dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 5 Bedah Anak BUSINASI (No. ICOPIM: 5-731) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari anal canal, diagnosis dan pengelolaan
Lebih terperinciAulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked
Authors : Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UR (http://www.files-of-drsmed.tk 0 PENDAHULUAN
Lebih terperinciModul 26 PENUTUPAN STOMA (TUTUP KOLOSTOMI / ILEOSTOMI) ( No. ICOPIM 5-465)
Modul 26 Bedah Digestif PENUTUPAN STOMA (TUTUP KOLOSTOMI / ILEOSTOMI) ( No. ICOPIM 5-465) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran umum: Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan
Lebih terperinci1 Tumbuh Kembang Anak
1 Tumbuh Kembang Anak Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 4 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian
Lebih terperinciPenyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.
2 Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH. BPH terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal oleh proses
Lebih terperinciPENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK 5 BAGIAN 1 BLOK 3.1 SEMESTER 5
PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIK 5 BAGIAN 1 BLOK 3.1 SEMESTER 5 Edisi satu, 2016 PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG KEGIATAN KETRAMPILAN KLINIK BLOK 3.1* No. KELOMPOK TOPIK RUANGAN
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 3 Bedah Urologi VESIKOLITOTOMI (No. ICOPIM: 5-571) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi, histologi, fisiologi
Lebih terperinciModul 20 RESEKSI/ EKSISI ANEURISMA PERIFER (No. ICOPIM: 5-382)
Modul 20 Bedah TKV RESEKSI/ EKSISI ANEURISMA PERIFER (No. ICOPIM: 5-382) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi pembuluh
Lebih terperinciModul 26 DETORSI TESTIS DAN ORCHIDOPEXI (No. ICOPIM: 5-634)
Modul 26 Bedah Anak DETORSI TESTIS DAN ORCHIDOPEXI (No. ICOPIM: 5-634) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari testis,
Lebih terperinciModul 23 ORCHIDOPEXI/ORCHIDOTOMI PADA UNDESCENSUS TESTIS (UDT) (No. ICOPIM: 5-624, 5-620)
Modul 23 Bedah Anak ORCHIDOPEXI/ORCHIDOTOMI PADA UNDESCENSUS TESTIS (UDT) (No. ICOPIM: 5-624, 5-620) 1. TUJUAN: 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti
Lebih terperinciTUGAS MADIRI BLADDER TRAINING
TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING Disusun untuk memenuhi tugas Blok Urinary Oleh: Puput Lifvaria Panta A 135070201111004 Kelompok 3 Reguler 2 PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 35 Bedah Digestif ADHESIOLISIS (No. ICOPIM: 5-544) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran umum: Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dan fisiologi dari isi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun yang dilakukan pemerintah tanpa kesadaran individu dan masyarakat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan melingkari uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang dikenal pembesaran prostat jinak sering ditemukan pada pria dengan usia lanjut. BPH adalah kondisi dimana terjadinya ketidakseimbangan
Lebih terperinciSem 9 G M Q 79.3 K6 K6 K6 K6 P5.A3 P5.A3 P5.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A Sem 3. Sem 5. Sem 4
MODUL GASTROSCHISIS KODE MODUL : MBA 010 A. Definisi Gastroschisis adalah kegagalan penutupan dinding perut dengan defek berada di sebelah kanan umbilikal cord (95% kasus) disertai dengan herniasi organ
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 2 Bedah Urologi VASEKTOMI (No. ICOPIM: 5-636) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi, histologi, fisiologi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Sistem Perkemihan 1.1. Defenisi Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
Lebih terperinciModul : Kelainan adrenal
Modul : Kelainan adrenal Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session)
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN BLOK UROPOETIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Versi : 1 Revisi : 0 Tanggal Revisi : Tanggal Berlaku : FM-UII-AA-FKA-05/R1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN BLOK UROPOETIKA Fakultas/Jurusan/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter
Lebih terperinciModul 24 REPOSISI (MILKING) PADA INVAGINASI SALURAN PENCERNAAN (No. ICOPIM: 5-458)
Modul 24 BEDAH REPOSISI (MILKING) PADA INVAGINASI SALURAN PENCERNAAN (No. ICOPIM: 5-458) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti anatomi usus
Lebih terperinciINKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta
INKONTINENSIA URIN Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta Inkontinensia urin dapat terjadi pada segala usia Asia Pasific
Lebih terperinciMAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL
MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Dosen : Yuliasti Eka Purwaningrum SST, MPH Disusun oleh :
Lebih terperinciREPAIR HIPOSPADIA (KORDEKTOMI & URETHROPLASTI) (No. ICOPIM: 5-302)
Modul 8 Bedah Plastik REPAIR HIPOSPADIA (KORDEKTOMI & URETHROPLASTI) (No. ICOPIM: 5-302) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi,embriologi,
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 5 Bedah Urologi HIDROKELEKTOMI (No. ICOPIM: 5-611) 1. TUJAUN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, histologi, fisiologi
Lebih terperinci93 Meningitis Tuberkulosa
93 Meningitis Tuberkulosa Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciModul 13 OPERASI REPAIR HERNIA DIAFRAGMATIKA TRAUMATIKA (No. ICOPIM: 5-537)
Modul 13 Bedah Anak OPERASI REPAIR HERNIA DIAFRAGMATIKA TRAUMATIKA (No. ICOPIM: 5-537) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi
Lebih terperinciTUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1
TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 Reguler 1 Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 1. Definisi Bladder
Lebih terperinciKasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan:
Kasus 1 (SGD 1,2,3) Seorang wanita Ny. DA usia 32 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RS mengeluh nyeri pinggang kanan memberat sejak 2 bln sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri menjalar hingga
Lebih terperinciPengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.
BLADDER TRAINING BLADDER TRAINING Bladder training biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia) yang berhubungan dengan dysfungsi urologik. Pengkajian : Manifestasi
Lebih terperincidisebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,
Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi klinis yang kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkemihan merupakan salah satu sistem yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra
Lebih terperinciPERSALINAN LAMA No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal : Terbit. berlaku Halaman :
SOP PERSALINAN LAMA No. Dokumen : No. Revisi : Terbit berlaku Halaman : UPT Puskesmas Sangatta Selatan Dr.Suriani NIP. 196212261999032001 1. Pengertian Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung
Lebih terperinciModul 16 EKSISI TELEANGIEKTASIS (ICOPIM 5-387)
Modul 16 Bedah TKV EKSISI TELEANGIEKTASIS (ICOPIM 5-387) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari pembuluh darah, menegakkan
Lebih terperinciModul 11 BEDAH TKV FIKSASI INTERNAL IGA ( KLIPING KOSTA ) (ICOPIM 5-790, 792)
Modul 11 BEDAH TKV FIKSASI INTERNAL IGA ( KLIPING KOSTA ) (ICOPIM 5-790, 792) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan
Lebih terperinciPENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK
PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TEHNIK ASPIRASI SUPRAPUBIK TUJUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya dinding vagina ke dalam liang vagina atau sampai dengan keluar introitus vagina, yang diikuti oleh organ-organ
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciModul 9. (No. ICOPIM: 5-461)
Modul 9 Bedah Digestif SIGMOIDOSTOMI (No. ICOPIM: 5-461) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dari kolon dan rektum, mengerti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hyperplasia beberapa atau
Lebih terperinciModul 6 NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550)
Modul 6 Bedah Urologi NEFROSTOMI & DRAINASE PIONEPHROSIS (No. ICOPIM: 5-550) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering
Lebih terperinciHUBUNGAN INSIDEN FISTULA URETROKUTANEUS DENGAN TIPE HIPOSPADIA PASCA OPERASI URETROPLASTI. Wendy Desrullah Prada. Tubagus Odih RW
HUBUNGAN INSIDEN FISTULA URETROKUTANEUS DENGAN TIPE HIPOSPADIA PASCA OPERASI URETROPLASTI Wendy Desrullah Prada Tubagus Odih RW Laode Burhanuddin wendyd816@gmail.com ABSTRACT Hypospadias is the second
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : Blok : REPRODUKSI Bobot : 4 SKS Semester : IV Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: - Menjelaskan
Lebih terperinciBAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan bedah atau tindakan di bidang obstetri dan ginekologi merupakan suatu tindakan kedokteran yang dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi oleh dokter
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak II Disusun oleh : Maizan Rahmatina Putri Pamungkasari Vinda Astri
Lebih terperinciSKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA
SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA Skill Lab. Sistem Neuropsikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2014 PENGANTAR Setelah melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kateterisasi urin merupakan salah satu tindakan memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin (Brockop dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Ibu masuk memeriksakan diri ke poli pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks adalah makanan yang mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum.apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis (manjoer, 2000), karena tidak efektif,
Lebih terperinciSISTEM UROGENITALIA PENUNTUN PEMBELAJARAN TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR
TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TEKNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Mahasiswa
Lebih terperinciModul 36. ( No. ICOPIM 5-545)
Modul 36 Bedah Digestif REPAIR BURST ABDOMEN ( No. ICOPIM 5-545) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran umum: Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dan fisiologi dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral dan sebelah proksimal ujung penis. Pada hipospadia tidak didapatkan prepusium
Lebih terperinciModul Pencitraan Invasif- Kateterisasi Jantung dan Angiografi
5.2.2. Modul Pencitraan Invasif- Kateterisasi Jantung dan Angiografi I WAKTU Mengembangkan Kompetensi Sesi di dalam kelas Sesi dengan fasilitasi Pembimbing Sesi praktik dan pencapaian kompetensi Hari:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens apendisitis akut di Negara
Lebih terperinciSesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)
204 Tuberosklerosis Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN Pasien bayi perempuan berusia 8 bulan kontrol ke poli nefrologi anak dengan keluhan demam 1 hari. Sekitar setengah bulan sebelumnya pasien mondok selama 1 minggu karena infeksi saluran
Lebih terperinciModul 3. (No. ICOPIM: 5-530)
Modul 3 Bedah Anak HERNIOTOMI (No. ICOPIM: 5-530) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi daerah inguinalis dan dinding depan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kehamilan adalah bertemunya sel sperma dan ovum matang di tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, 2002). Kehamilan dan persalinan
Lebih terperinciModul 1 BIOPSI INSISIONAL DAN EKSISIONAL ( NO.ICOPIM : 1-501,502,599 )
Modul 1 Bedah Onkologi BIOPSI INSISIONAL DAN EKSISIONAL ( NO.ICOPIM : 1-501,502,599 ) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang tujuan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo
Lebih terperinciPADA PERFORASI USUS (No. ICOPIM: 5-454)
Modul 7 Bedah Digestif RESEKSI DAN ANASTOMOSIS USUS PADA PERFORASI USUS (No. ICOPIM: 5-454) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang
Lebih terperinciModul 16. (No. ICOPIM: 5-537)
Modul 16 Bedah Digestif REPAIR HERNIA DIAFRAGMATIKA (No. ICOPIM: 5-537) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang etiologi dan patogenesis
Lebih terperinciSIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan
Lebih terperinciModul 11. (No. ICOPIM: 5-467)
Modul 11 Bedah Digestif PENUTUPAN PERFORASI USUS (No. ICOPIM: 5-467) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi dari
Lebih terperinci