HEALTH SERVICES GLOBALIZATION: KE MANA AJA INDONESIA?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HEALTH SERVICES GLOBALIZATION: KE MANA AJA INDONESIA?"

Transkripsi

1 HEALTH SERVICES GLOBALIZATION: KE MANA AJA INDONESIA? Oleh: Kementrian Kajian dan Riset Strategis BEM FK UGM Background Akhir tahun 2015 adalah saat diberlakukannya kebijakan AFTA yang kemudian menjadikan setiap warga di negara-negara disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Karena hendak dimulainya globalisasi tingkat regional ini, kemudian orang-orang menjadi heboh, dan MEA kemudian menjadi konsumsi pembicaraan dan diskusi di masyarakat dari tiap sektor, dan tak ketinggalan sektor kesehatan. Namun, apa itu AFTA? Sejak kapan kebijakan-kebijakannya disusun? Kemudian yang lebih penting, bagaimana dampaknya? MEA, AFTA, AFAS Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang biasa disebut MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Kuala Lumpur, Malaysia pada Bulan Desember KTT selanjutnya berlangsung di Bali pada Bulan Oktober 2003 dan mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun MEA adalah kawasan bebas aliran barang, jasa, investasi, permodalan, dan tenaga kerja. ASEAN dan AEC ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi di kawasan regional ASEAN. Komunitaskomunitas pun bermunculan untuk memudahkan dalam akses informasi, salah satunya adalah AFTA (ASEAN Free Trade Area) dimana masyarakat ASEAN lebih mudah melakukan perdagangan bebas. AFTA sendiri terdiri dari beberapa bidang, di antaranya adalah AFAS (ASEAN Framework Agreement in Service). AFAS yang berkaitan dengan tenaga kesehatan adalah AJCCM (ASEAN Joint Coordinating Committee on Medical Practitioner), AJCCN (ASEAN Joint Coordinating Committee on Nursing Practitioner) dan AJCCM (ASEAN Joint Coordinating Committee on Dental Practitioner). GLOBALISASI: PELAYANAN KESEHATAN Globalisasi dalam pelayanan kesehatan sebenarnya sudah berjalan sejak lama. Di lingkup ASEAN sendiri, sering terjadi yang disebut dengan health tourism. Health tourism adalah fenomena di mana pasien pergi ke negara lain untuk memperoleh layanan kesehatan. Dalam rangka pemenuhan tenaga kesehatan, ekspor tenaga kesehatan juga telah berlangsung lama, contoh:

2 dokter-dokter dari Vietnam yang menjadi GP di USA, dikirimnya perawat-perawat dari Filipina ke negara-negara lain yang membutuhkan, dan sebagainya. Belum lagi pembangunan fasilitas kesehatan oleh pihak asing di negara-negara ASEAN. (Source: Kanchanachitra et al. 2011) Faktanya pula, di Indonesia sendiri, hal demikian juga sudah lama terjadi. Sudah banyak dokter dan perawat bekerja di luar negri dengan destinasi yang berbagai macam, dari Singapura, Jepang, Jerman, dan lainnya. Dan banyak sekali warga Indonesia yang telah menjadi health/medication tourist, sebut saja almarhum Olga Syahputra, Julia Perez, dan warga lainnya dari berbagai tingkat ekonomi. Pembangunan rumah sakit di Indonesia juga banyak yang sebenarnya adalah milik asing, dalam artian pemodal utamanya adalah pihak asing. Dan seringkali hal ini tidak begitu diketahui karena pihak asing menggunakan nama-nama lokal dalam penamaan perusahaan maupun rumah sakit yang dibangun.

3 Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat ekonomi dunia sudah terjadi lebih dulu, sudah lebih dari 20 tahun, dan jelas skalanya lebih besar daripada sekedar AFTA. Sehingga dapat dikatakan bahwa, AFTA adalah bagian dari globalisasi yang sejatinya telah lama berlangsung dan kurang lebihnya memberikan dampak dan permasalahan yang sama dengan berlakunya globalisasi itu sendiri. ARE WE READY? Sebagai anggota PBB yang mertabat, sudah seharusnya Indonesia mengikuti aturan yang disepakati oleh PBB, salah satunya adalah peraturan yang dibuat oleh WTO (World Trade Organization), yang singkatnya, jika suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhan di dalam negara itu sendiri, maka negara tersebut harus memperkenankan negara lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan dilarang untuk mempersulit atau menolak hal ini jika tidak ada alasan tertentu yang memang tidak mendukung aturan ini. Kebutuhan tersebut tentunya tidak terlepas dari sektor pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan. Kemudian sekarang, muncullah AFTA yang nantinya akan membebaskan perdagangan dan keluar masuknya Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Namun, mengetahui bahwa sesungguhnya AFTA adalah suatu bentuk dari globalisasi yang sudah lama terjadi, maka pantaslah jika muncul pertanyaan: Kenapa masyarakat baru ribut sekarang? Bukankah sudah lama hal ini terjadi? Ke mana saja selama ini? Dan kemudian yang banyak ditanyakan oleh berbagai pihak adalah mengenai kesiapan Indonesia dalam menghadapi dimulainya era MEA ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa SDM termasuk hal yang dominan berkontribusi dalam AFTA ini, terutama jika yang dibahas adalah kesiapan dari Indonesia. Namun sebenarnya pula, jelas jawabannya adalah siap tidak siap, Indonesia harus siap. Mengapa? Karena sebenarnya, sekali lagi, globalisasi sudah lama berlangsung dan AFTA adalah bagian dari globalisasi ini. WHAT CAN WE DO? 1. Mengubah paradigma mengenai terpenuhinya kebutuhan pelayanan kesehatan? Menilik dari bidang kesehatan, tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia dari segi jumlah sudah banyak. Setiap tahunnya, ratusan dokter baru dihasilkan, begitu juga dengan perawat dan nutrionist/dietitian. Namun sebenarnya, ketika memandang kesehatan sebagai unsur yang holistik, maka fokus layanan kesehatan tidak hanya pada memberikan akses yang seluasluasnya untuk masyarakat yang diartikan memberikan kuantitas memadai, melainkan juga pada memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas mumpuni, sehingga terpenuhinya kebutuhan pelayanan kesehatan tidak dilihat dari berapa banyak jumlah tenaga kesehatan yang tersedia (demand), tetapi dari terpenuhinya pelayanan kesehatan yang dibutuhkan (need). Sayangnya, paradigma yang sebaliknyalah yang umum di masyarakat dan juga pemerintah, sehingga permasalahan yang sebenarnya menjadi tak terkaburkan: mutu nakes dalam memberikan pelayanan. Selain itu, daerah-daerah yang masih kekurangan nakes adalah daerah-daerah rural, perbatasan, dan daerah sejenisnya. Dan akhir-akhir ini, dengan bertambahnya populasi, di

4 perkotaan pun mulai muncul permintaan nakes untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di tempat tersebut. Pemerintah, dengan demikian, harus juga memfasilitasi tiap-tiap nakes sesuai keadaan tempat mereka dipekerjakan. Untuk nakes yang disebar di daerah-daerah terpencil, tidak hanya dilakukan dengan menaikkan gaji mereka, tapi juga persiapan/training mengenai kehidupan di daerah terpencil yang dibutuhkan nakes untuk survival dan mengenai penggunaan metode-metode serta peralatan sederhana untuk memeriksa pasien. Sedangkan di kota, di mana persaingan akan semakin ketat, para nakes di kota perlu ditingkatkan kompetensinya melalui seminar-seminar, pelatihan, dan sebagainya, sehingga tidak kalah saing dengan nakes dari luar. 2. Segera lakukan seluruh akreditasi institusi pendidikan kesehatan Berkaitan dengan mutu tenaga kesehatan, selain dari faktor internal individu tiap nakes, tentunya tidak terlepas dari peran institusi pendidikan yang menghasilkan para nakes. Tidak mengatakan bahwa sistem pendidikannya masih buruk, namun dapat terlihat banyak institusi pendidikan kesehatan yang masih tidak terakreditasi sebagaimana seharusnya oleh pemerintah. Hal inilah yang kemudian tidak memberikan jaminan mutu akan nakes yang dihasilkan dari institusi tersebut. Akreditasi, selain menjamin mutu dan pengawasan oleh pemerintah, juga berperan dalam mendorong institusi yang ada agar selalu mengembangkan dirinya dan melakukan perbaikan secara terus menerus, sehingga mendorong institusi agar menjaga mutu pendidikan yang dimiliki dengan adanya masa akreditasi. Akreditasi dapat juga menjadi bahan untuk mendapatkan pengakuan dari badan atau institusi lain. Sejak tanggal 1 Maret 2014 berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No. AHU 30.AH Tahun 2014 tentang Pengesahan Badan Hukum Perkumpulan LAM-PTKes Indonesia dan Kepmendikbud No 291/P/2014 tentang Pengakuan operasional LAM-PTKes. BAN-PT tidak lagi bekerja sendiri mereka bekerja bersama dengan LAM-PTKes yang berfungsi untuk mengakreditasi program studi kesehatan sedangkan BAN-PT hanya mengakreditasi universitas saja. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menyadari pentingnya akreditasi dan mulai memfokuskan sistem pengakreditasian yang ad

5 (source: HPEQ 2012) 3. Institusi pendidikan perlu memperjelas arah lulusan yang dihasilkan Institusi pendidikan sebenarnya masih belum jelas mengenai ke mana para calon nakes diarahkan. Salah satu permasalahan yang timbul dari globalisasi kesehatan adalah ketidakjelasan apakah lulusan fakultas kedokteran di Indonesia akan diarahkan untuk menjadi rural atau global doctor, dimana keduanya sama-sama diperlukan. Oleh karena itu, setiap institusi yang nantinya akan menghasilkan tenaga kesehatan diharapkan dapat mempersiapkan sesuai dengan kemana nanti lulusannya akan bekerja. Mempersiapkan seorang dokter untuk bekerja di daerah rural berarti paling tidak mempersiapkan untuk melakukan diagnosis dan intervensi medis dengan fasilitas yang serba terbatas dan survival training untuk menghadapi medan yang tidak mendukung dibandingkan dengan daerah urban. Sedangkan global doctor dipersiapkan agar menguasai metode-metode intervensi menggunakan teknologi tinggi dan pengetahuan yang lebih ke arah basic medicine (seperti genetika, biomolekular, dsb) sehingga mampu bersaing dengan tenaga-tenaga kesehatan asing. 4. Meningkatkan dan meratakan persebaran dan pengadaan fasilitas dan tenaga kesehatan Fasilitas kesehatan antara di daerah pelosok masih jauh bila dibandingkan dengan di daerah kota. Bagi masyarakat Indonesia yang berada di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DPTK) dan termasuk kelas ekonomi menengah ke bawah mengalami kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan jika dibandingkan dengan perkotaan, terutama di pulau Jawa. Bukankah seakan-akan masyarakat pelosok merasa dianaktirikan oleh pemerintah karena tidak mendapatkan sebagaimana fasilitas kesehatan yang ada seperti di kota. Selain itu, tenaga kesehatan yang berada di pelosok juga merasa bingung karena alat-alat untuk menangani pasien yang dipelajari saat di bangku kuliah tidak semuanya ada. Keterbatasan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut menyebabkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah perbatasan masih tergolong rendah, selain dikarenakan kondisi lingkungan pemukiman dan cara hidup yang kurang sehat. Maka itu sangat perlu peningkatan pengadaan dan persebaran fasilitas kesehatan dan juga nakes ke seluruh daerah di Indonesia.

6 5. Bersiap untuk berkompetisi sedini mungkin Sebenarnya tidak hanya mahasiswa, tiap-tiap pribadi dituntut untuk dapat berpikir lebih terbuka, berpikir, inovatif, dan dinamis. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa dapat mengikuti perkembangan zaman, khususnya pada zaman globalisasi ini. Globalisasi sebagai tantangan untuk mahasiswa mengerti ke arah mana mereka akan menuju. Globalisasi sebagai proses untuk membuka diri dan masuk ke dalam pergaulan dunia seharusnya mampu dijadikan alat untuk mahasiswa mengembangkan diri. Tidak hanya belajar dari budaya sendiri, tetapi juga mampu belajar dari budaya lain untuk dapat menjadikan manfaat bagi budaya sendiri. Dengan kecanggihan teknologi yang telah ada, mahasiswa dituntut untuk dapat dengan bijak menggunakannya sebagai alat jejaring yang positif. Mahasiswa yang sering disebut-sebut sebagai agent of change seharusnya lebih peduli terhadap pergolakan-pergolakan yang terjadi di sekitarnya, tak hanya aksi tanpa mengkaji tetapi mahasiswa seharusnya lebih dapat berpikir kritis dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi. Dengan demikian, tiap-tiap dari kita perlu mengembangkan diri baik dari segi hard skill maupun soft skill dan harus mengembangkan jiwa berkompetisi sehingga terus termotivasi dalam pengembangan diri.

7 Referensi: Lestari, Tri Rini Puji.2013.Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan.Jurnal Kesejahteraan Sosial. Vol.5 No. 23/II/P3DI/Juni/2013. Meliala, Andreasta Slide: Global Trade in Health Services: perspective and challenges. IKMUGM: Yogyakarta seluruh bahan/dokumen mengenai AFTA, AFAS, MEA diperoleh dari

STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015

STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015 STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015 Disajikan oleh : Kepala Pusat Perencanaan &Pendayagunaan SDMK Pada RAKORNAS ISMKI 2014 Jakarta, 11 Oktober 2014

Lebih terperinci

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA. Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA. Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING (TK-WNA) DI INDONESIA Dr. Untung Suseno Sutardjo, M.Kes BADAN PPSDMK KEMENTERIAN KESEHATAN RI Pendahuluan Indonesia meliputi 17 504 pulau dengan 240 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemimpin ASEAN setuju untuk mempercepat integrasi perekonomian dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada ASEAN Summitbulan Januari 2007

Lebih terperinci

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali tahun 2003, antar

Lebih terperinci

Kondisi Tenaga Kesehatan RI memasuki ASEAN Community 2015

Kondisi Tenaga Kesehatan RI memasuki ASEAN Community 2015 Kondisi Tenaga Kesehatan RI memasuki ASEAN Community 2015 Dr Hargianti Dini Iswandari, Drg,MM anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Semarang, 11 Oktober 2013 1 BENDERA NEGARA PENDUDUK

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis UMY adalah mahasiswa di perguruan tinggi yang fokus mempelajari ilmu seputar ekonomi dan bisnis yang meliputi jurusan Akuntansi, Manajemen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia membutuhkan kemampuan untuk menguasai lebih dari satu bahasa untuk menunjang karir, pergaulan, dan pendidikan. Karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan modal dasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan modal dasar bagi pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan modal dasar bagi pembangunan bangsa ini. Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional, dan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan

Lebih terperinci

Professional Veterinarian

Professional Veterinarian Professional Veterinarian MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 : SIAPKAH PROFESI VETERINER INDONESIA? Bambang Pontjo Priosoeryanto, Ketua III Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN REKTOR PADA PELANTIKAN/PENGAMBILAN SUMPAH DOKTER BARU PERIODE

SAMBUTAN REKTOR PADA PELANTIKAN/PENGAMBILAN SUMPAH DOKTER BARU PERIODE SAMBUTAN REKTOR PADA PELANTIKAN/PENGAMBILAN SUMPAH DOKTER BARU PERIODE 178 12 Desember 2011 Yang kami hormati, Bapak Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Direktur RSUD Dr. Moewardi, Direktur Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) pada tahun 2003 yang lalu, APEC pada tahun 2010, dan kesepakatan WTO (world trade organization)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC attitude knowledge skill Agus Sutrisno Empat Kerangka Strategis MEA ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukumg dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan ilmu sosial di perguruan tinggi yang masih banyak diminati hingga saat ini. Sejalan dengan kemajuan dunia teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan

Lebih terperinci

: : PANGKAT/ GOL

: : PANGKAT/ GOL CURICULUM VITAE NAMA : dr. Ketut Suarjaya,MPPM NIP : 19620115 198710 1 001 PANGKAT/ GOL : Pembina Utama Muda, IV/c JABATAN : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali INSTANSI : Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dalam Mempersiapkan Tenaga Keperawatan di Era Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dalam Mempersiapkan Tenaga Keperawatan di Era Masyarakat BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan penelitian ini membahas mengenai alasan yang melatarbelakangi penulisan penelitian, apa yang ingin diketahui peneliti dalam penelitian ini yang kemudian menjadi rumusan

Lebih terperinci

MEMBANGUN & MEMELIHARA KOMPETENSI BIDAN DI ERA MEA. Yogyakarta, 20 Agustus 2016 DEFINISI BIDAN

MEMBANGUN & MEMELIHARA KOMPETENSI BIDAN DI ERA MEA. Yogyakarta, 20 Agustus 2016 DEFINISI BIDAN MEMBANGUN & MEMELIHARA KOMPETENSI BIDAN DI ERA MEA Yogyakarta, 20 Agustus 2016 DEFINISI BIDAN Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) melalui konggres ICM ke 27, pada bulan

Lebih terperinci

Pustakawan Asia Tenggara menghadapi. Globalisasi dan Pasar Bebas 1

Pustakawan Asia Tenggara menghadapi. Globalisasi dan Pasar Bebas 1 Pustakawan Asia Tenggara menghadapi Globalisasi dan Pasar Bebas 1 Arif Surachman 2 Abstrak Masyarakat di dunia saat ini sedang menghadapi globalisasi yang sedemikian deras dan kesepakatan pasar bebas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dunia industri sedang berhadapan dengan persaingan global yang ketat. Ada beberapa persyaratan untuk bisa bertahan di persaingan global. Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Mempersiapkan Generasi Muda yang Kompetitif, Produktif dan Inovatif dalam Menghadapi Tantangan Global di Era MEA 2015

Mempersiapkan Generasi Muda yang Kompetitif, Produktif dan Inovatif dalam Menghadapi Tantangan Global di Era MEA 2015 Mempersiapkan Generasi Muda yang Kompetitif, Produktif dan Inovatif dalam Menghadapi Tantangan Global di Era MEA 2015 Pada tahun 2003, para pemimpin negara-negara ASEAN sepakat bahwa Masyarakat ASEAN harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. Harmonisasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT BELMAWA

PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT BELMAWA PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT BELMAWA DIREKTORAT PEMBELAJARAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 1 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan jasa profesi akuntansi, khususnya jasa akuntan publik di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak peraturan perundangundangan yang mewajibkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, 96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa poin yang bisa ditarik sebagai kesimpulan dan sekaligus akan menjawab rumusan masalah,

Lebih terperinci

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA? TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA? Edi Cahyono (Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta) ABSTRAK Terlaksananya tatanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

PENYIAPAN TENAGA TERAMPIL MENYONGSONG PEMBERLAKUAN PASAR BEBAS MEA 2015

PENYIAPAN TENAGA TERAMPIL MENYONGSONG PEMBERLAKUAN PASAR BEBAS MEA 2015 Published on Universitas Negeri Yogyakarta (https://uny.ac.id) Home > Prof. Dr. Muhyadi Prof. Dr. Muhyadi Submitted by nurhadi on Sun, 2015-06-21 13:09 PENYIAPAN TENAGA TERAMPIL MENYONGSONG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan juga bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan juga bagian dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan juga bagian dari hak asasi manusia. Menurut H.L. Blum, ada empat faktor yang dapat memengaruhi kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seperti kita ketahui, perdagangan bebas telah menjadi topik kebijakan publik yang paling hangat diperdebatkan menjelang penerapan perdagangan bebas dunia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa dihindari oleh suatu negara sebagai anggota masyarakat internasional. Salah satu bentuk liberalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENYERAHAN LISENSI OLEH BNSP KEPADA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI ELEKTRONIKA INDONESIA (LSP-EI)

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENYERAHAN LISENSI OLEH BNSP KEPADA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI ELEKTRONIKA INDONESIA (LSP-EI) SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENYERAHAN LISENSI OLEH BNSP KEPADA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI ELEKTRONIKA INDONESIA (LSP-EI) Jakarta, 04 November 2015 Yang terhormat, Sdr. Menteri Tenaga Kerja dan

Lebih terperinci

DAYA SAING DALAM MENGHADAP

DAYA SAING DALAM MENGHADAP MENATA BIROKRASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAP MASYARAKATI EKONOMI ASEAN OLEH: INDRA SAFRI 1.1. PENDAHULUAN 1. Globalisasi Ekonomi adalah merupakan suatu keniscahyaan, yang mau tidak, mau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG Negara-negara ASEAN juga bekerja sama dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Dalam bidang ekonomi meliputi : 1. Membuka Pusat Promosi ASEAN untuk perdagangan, investasi

Lebih terperinci

Kebijakan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Kebijakan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kebijakan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Intan Ahmad Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Yogyakarta, 03 Desember 2016 1 Kesiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan komunikasi dari suatu negara ke negara lainnya. Dengan adanya globalisasi batasan geografis antar

Lebih terperinci

PERLU TIDAKNYA SERTIFIKASI PROFESI KEINFORMATIKAAN DI INDONESIA

PERLU TIDAKNYA SERTIFIKASI PROFESI KEINFORMATIKAAN DI INDONESIA Media Informatika Vol. 9. No. 1 (2010) PERLU TIDAKNYA SERTIFIKASI PROFESI KEINFORMATIKAAN DI INDONESIA Dahlia Br Ginting Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. H. Juanda 96 Bandung

Lebih terperinci

UPAYA CALON TENAGA PENDIDIK (CALON GURU) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

UPAYA CALON TENAGA PENDIDIK (CALON GURU) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) UPAYA CALON TENAGA PENDIDIK (CALON GURU) MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Muhlis Fajar Wicaksana, S.Pd.,M.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia wicaksana_muhlis@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan medis. Keberadaan sebuah rumah sakit harus mampu memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan medis. Keberadaan sebuah rumah sakit harus mampu memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi vital dalam suatu masyarakat sebagai pusat pelayanan medis. Keberadaan sebuah rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai

Lebih terperinci

Oleh Pengurus LAM-PTKes

Oleh Pengurus LAM-PTKes PERKUMPULAN LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN INDONESIA (LAM-PTKes) Oleh Pengurus LAM-PTKes Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Asosiasi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak lama lagi akan dihadapi oleh segenap pelaku bisnis yang bergerak dalam berbagai sektor usaha di Indonesia. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu sektor yang penting keberadaannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu sektor yang penting keberadaannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sektor yang penting keberadaannya dalam masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.983/Men.Kes/SK/XI/1992

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Menurut laporan Education for all (EFA ) Global

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Menurut laporan Education for all (EFA ) Global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan indikator kemajuan suatu bangsa yang sangat penting dalam membentuk fondasi kompetensi bangsa tersebut. Berbicara tentang pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini telah terjadi disetiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN PROGRAM MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012-2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 15 Mei 2013 AGENDA Perkembangan Profesi Akuntansi AEC 2015 2 Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia berdasarkan kesepakatan para pemimpin negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS KULIAH UMUM AKADEMI KOMUNITAS BENGKALIS BENGKALIS, 5 SEPTEMBER 2016

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS KULIAH UMUM AKADEMI KOMUNITAS BENGKALIS BENGKALIS, 5 SEPTEMBER 2016 BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS KULIAH UMUM AKADEMI KOMUNITAS BENGKALIS BENGKALIS, 5 SEPTEMBER 2016 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA, YANG KAMI HORMATI:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi dalam bidang sumber daya manusia telah merambah ke berbagai bidang kehidupan. Perubahan yang terjadi dimasyarakat juga sangat mempengarui kompetisi tersebut.

Lebih terperinci

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 1 : 1 Potret Kabupaten Malang 2 Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 3 Kesiapan Kabupaten Malang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT LUAR NEGERI BELMAWA

PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT LUAR NEGERI BELMAWA PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT LUAR NEGERI BELMAWA DIREKTORAT PEMBELAJARAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini persaingan sangat ketat terutama dalam dunia bisnis. Budaya, teknologi dan pendidikan merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran pelaksanaan..., Devi Wirasanti, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran pelaksanaan..., Devi Wirasanti, FKM UI, 2009 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai tahun 2003 melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai tahun 2003 melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai tahun 2003 melalui Asean Free Trade Area (AFTA) menuntut peningkatan mutu calon pekerja di negara-negara Asean,

Lebih terperinci

BAB 1 PENPAHULUAN. Salah satu faktor penting dalam pelaksananaan pembangunan. untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah Sumber Daya

BAB 1 PENPAHULUAN. Salah satu faktor penting dalam pelaksananaan pembangunan. untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah Sumber Daya 1 BAB 1 PENPAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penting dalam pelaksananaan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan perjanjian kerja sama dalam berbagai bidang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan perjanjian kerja sama dalam berbagai bidang khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang ini, perkembangan zaman yang mengarah kepada perekonomian Global yang ditandai oleh Negara Negara mengadakan perjanjian kerja sama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan zaman dimana kebudayaan, moral maupun tingkat ketergantungan manusia meningkat. Kondisi kebutuhan dan tantangan dunia kerja di era

Lebih terperinci