BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dalam Mempersiapkan Tenaga Keperawatan di Era Masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dalam Mempersiapkan Tenaga Keperawatan di Era Masyarakat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan penelitian ini membahas mengenai alasan yang melatarbelakangi penulisan penelitian, apa yang ingin diketahui peneliti dalam penelitian ini yang kemudian menjadi rumusan masalah penelitian serta tujuan dari penulisan penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Skripsi ini berjudul Strategi Institusi Pendidikan Kesehatan di Yogyakarta dalam Mempersiapkan Tenaga Keperawatan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN: Studi Kasus Prodi Ilmu Keperawatan UGM dan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. Alasan yang melatarbelakangi penulisan penelitian ini adalah tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan dengan porsi terbesar mempunyai peranan besar dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan ditandatanganinya MRA on Nursing Services maka akan mempermudah tenaga keperawatan untuk masuk dan bekerja di negara-negara ASEAN. Hal inilah yang selain memberi peluang kepada tenaga keperawatan Indonesia untuk bekerja di luar negeri, juga member tantangan kepada tenaga keperawatan untuk dapat bersaing dengan tenaga keperawatan dari negara ASEAN lainnya. 1

2 Adanya perdagangan bebas barang dan jasa yang terjadi tak terlepas dari adanya globalisasi ekonomi. Organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization (WTO) dibentuk pada 1 Januari 1995, namun sistem perdagangan itu sendiri berdiri sejak tahun 1948 yang bernama GATT (General Agreement on Tariffs and Trade). Salah satu tujuan utama pembentukan WTO adalah mendorong arus perdagangan antar negara dengan mengurangi dan menghapus berbagai hambatan yang dapat menganggu kelancaran arus perdagangan barang dan jasa. Untuk mendukung tujuan utama dari pembentukan WTO maka para negara anggota membuka akses pasar bagi arus perdagangan barang jasa di negaranya. Berbeda dengan GATT yang memuat perdagangan barang, The General Agreement on Trade in Service (GATS) adalah peraturan yang menyangkup perdagangan internasional dalam sektor jasa (Oemar, dkk, 2005). Dalam membahas perdagangan bebas barang dan jasa, di wilayah regional ASEAN terdapat Komunitas ASEAN atau ASEAN Community. Komunitas ASEAN adalah sistem integrasi wilayah di negara-negara ASEAN yang tidak hanya membahas permasalahan perdagangan ekonomi namun pula masalah keamanan politik dan budaya sosial. Komunitas ASEAN pada awalnya digagas pada saat Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN Ke-9 pada tahun 2003 yang diselenggarakan di Bali, Indonesia atau yang disebut dengan Bali Concord II. ASEAN Community itu sendiri menjunjung tiga pilar utama, yaitu ASEAN Economic Community, ASEAN Political Security Community, dan ASEAN SocioCultural Community yang mana dalam penelitian ini lebih memberikan fokus pada ASEAN Economic Community. KTT ASEAN Ke-9 yang dihadari oleh 2

3 para kepala negara-negara ASEAN menyepakati adanya integrasi ekonomi kawasan yang implementasinya mengacu pada ASEAN Economic Community blueprint. (Depdagri, TT) Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Keliat, dkk (2013:9) disebutkan pengertian dari ASEAN Economic Community yang ada di dalam Bali Concord II, yaitu The ASEAN Economic Community is the realization of the endgoal of economic integration as outlined in the ASEAN Vision 2020, to create a stable, prosperous and highly competitive ASEAN economic region in which there is a free flow of goods, services, investment and a freer flow of capital, equitable economic development and reduced poverty and socio-economic disparities in year Di dalam publikasi dari terjemahan buku ASEAN Economic Community oleh Kementerian Perdagangan (2011:7-9) disebutkan bahwa MEA mempunyai empat karakteristik utama yaitu sebagai berikut: a. pasar tunggal dan basis produksi yang terdiri dari atas lima elemen inti: (i) arus barang yang bebas; (ii) arus jasa yang bebas; (iii) arus investasi yang bebas; (iv) arus modal yang lebih bebas; dan (v) arus tenaga kerja terampil yang bebas. b. wilayah ekonomi yang berdaya saing tinggi memiliki enam elemen inti yaitu (i) kebijakan persaingan; (ii) perlindungan konsumen; (iii) Hak Kekayaan Intelektual (HKI); (iv) pembangunan infrastruktur; (v) perpajakan; dan (vi) e-commerce. 3

4 c. wilayah pembangunan ekonomi yang merata memiliki dua karakteristik utama yaitu (i) pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM); dan (ii) inisiatif untuk integrasi ASEAN. d. integrasi perekonomian kawasan dengan perekonomian global memiliki dua pendekatan yang ditempuh dalam berpartisipasi dalam proses integrasi dengan perekonomian dunia yaitu (i) pendekatan koheren menuju hubungan ekonomi eksternal melalui Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area/FTA) dan kemitraan ekonomi yang lebih erat (Closer Economic Partnership/CEP), dan (ii) partisipasi yang lebih kuat dalam jejaring pasokan global. Keempat karakteristik tersebut tercantum dalam cetak biru MEA yang dihasilkan dalam Pertemuan Ke-38 ASEAN Economic Ministers (AEM) di Kuala Lumpur, Malaysia pada Agustus tahun Di dalam cetak biru MEA tersebut sudah tercantum sasaran dan kerangka waktu yang jelas dalam mengimplementasikan berbagai langkah serta fleksibilitas yang telah disepakati sebelumnya guna mengakomodasi kepentingan seluruh negara-negara anggota ASEAN. Maka dari itu untuk mengetahui perkembangan dari pencapaian MEA telah disusun suatu mekanisme pengukuran pencapaian yang dinamakan AEC Scorecard. Di tingkat nasional, pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 11 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2011 yang bertujuan untuk memantau pelaksanaan dari cetak biru MEA. (Dirjen Kerjasama ASEAN dan Kemenlu RI, 2012:31) 4

5 Pencapaian dari pelaksanaan MEA itu sendiri dilakukan melalui kerja sama yang dilakukan di berbagai bidang, salah satunya adalah Mutual Recognition Arrangements (MRA) di bidang jasa. Dalam konteks kerjasama MEA, MRA adalah kesepakatan untuk mengakui kualifikasi pendidikan, kualifikasi professional, dan pengalaman. MRA ini bertujuan untuk memudahkan perpindahan tenaga professional antar negara-negara ASEAN. Kesepakatan itu pun digunakan sebagai pertukaran informasi mengenai best-practices dalam standar dan kualifikasi. Dengan tercapainya MRA, negara-negara anggota ASEAN akan memperoleh manfaat, seperti adanya pengurangan biaya, kepastian akses pasar, peningkatan daya saing, dan aliran perdagangan yang lebih leluasa. Hingga pada saat ini, terdapat delapan bidang jasa yang telah ditandatangani oleh negara-negara anggota ASEAN, tiga dari delapan sektor yang disepakati adalah sektor jasa kesehatan, salah satunya adalah jasa keperawatan (MRA on Nursing Services) (Dirjen Kerjasama ASEAN dan Kemenlu RI, 2012:41). Hal inilah yang menjadikan tenaga kerja keperawatan penting dalam MEA karena sektor kesehatan adalah salah satu sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan liberalisasi jasa. Tenaga perawat itu sendiri memiliki porsi terbesar dalam presentase tenaga kerja kesehatan tidak hanya di Indonesia namun juga secara global. Di Indonesia, jumlah rekapitulasi tenaga kerja perawat di seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2014 sebesar orang yang kemudian diikuti oleh bidan dengan jumlah tenaga kerja sebesar orang (Kemkes RI, 2015). Sebagai tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya, tentu tenaga keperawatan 5

6 sangat diperlukan dan sangat dibutuhkan dalam proses pelayanan kesehatan. Di era MEA, tenaga keperawatan sangat dibutuhkan untuk mengisi kekurangan tenaga keperawatan di negara-negara ASEAN dengan mendatangkan tenaga keperawatan dari negara lain. Kekurangan tenaga keperawatan di Indonesia menjadikan peluang yang besar bagi tenaga keperawatan dari negara lain yang memiliki kualitas lebih baik. Hal ini menjadikan ancaman bagi tenaga keperawatan Indonesia apabila tenaga perawat Indonesia tidak memiliki kualitas dan kemampuan yang lebih baik dari tenaga perawat dari luar negeri. Inilah yang menjadi tantangan bagi tenaga perawat Indonesia untuk meningkatkan kualitasnya demi dapat bersaing di era MEA. Adapun dalam pasal 2 MRA on Nursing Services (ASEAN Member Countries, 2006:3), perawat dalam MRA tersebut didefinisikan sebagai berikut Nurse refers to a natural person who has completed the required professional training and conferred the professional nursing qualification; and has been assessed by the Nursing Regulatory Authority of the Country of Origin as being technically, ethically and legally qualified to undertake professional nursing practice; and is registered and/or licensed as a professional nurse by the Nursing Regulatory Authority of the Country of Origin. This definition shall not apply to a technical level nurse. Dalam definisi tersebut terkandung makna secara jelas bahwa perawat yang dimaksud adalah seseorang yang memiliki keahlian di bidang jasa keperawatan yang didapatkan secara formal dan secara administratif telah 6

7 mendapatkan pengakuan dan lisensi dari otoritas yang ditunjuk oleh negaranya masing-masing. Dengan demikian tergambarkan secara jelas bahwa hanya perawat-perawat yang mempunyai daya saing tinggi yang memiliki kesempatan untuk ikut dan mendapatkan keuntungan dalam pasar jasa perawat. Selain itu, peran negara menjadi poin penting terutama dalam menentukan dan meningkatkan kualifikasi tenaga-tenaga perawat untuk dapat memanfaatkan secara optimal implementasi liberalisasi jasa perawat di level ASEAN (ASEAN Member Countries, 2006:3). Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam memasuki pasar MEA, perawat harus memiliki kompetensi yang diakui secara internasional. Konsekuensi yang muncul dengan adanya MEA terhadap pasar tenaga kerja kesehatan sudah jelas bahwa pasar tenaga kerja kesehatan menjadi semakin kompetitif. Tenaga kerja kesehatan handal dari negara lain akan membanjiri pasar tenaga kerja di Indonesia. Semakin kompetitifnya pasar tenaga kerja menuntut tenaga keperawatan Indonesia untuk mempunyai kualitas yang baik agar dapat bersaing dengan tenaga keperawatan dari negara ASEAN lain yang datang ke Indonesia. Kondisi tenaga keperawatan Indonesia saat ini masih memiliki daya saing yang cukup rendah. Terbukti dengan banyaknya tenaga perawat Indonesia yang dipulangkan dari Jepang. Mereka dipulangkan kembali ke Indonesia karena gagal memenuhi standar kompetensi sebagaimana diharapkan pihak penyedia jasa kesehatan yang mempekerjakan mereka di Jepang. Padahal peluang kerja sebagai tenaga perawat di Jepang sangat tinggi. Kedutaan Besar RI untuk Jepang 7

8 mengungkapkan, banyak perawat Indonesia yang baru bekerja selama satu tahun, lalu dinilai gagal menjalani masa magang untuk menjadi perawat profesional di negara itu. Sejak tahun 2008 sampai 2014, jumlah perawat Indonesia yang diberangkatkan ke Jepang ada orang, tetapi yang dinyatakan memenuhi kualifikasi hanya 165 orang. (Rachmawati dan Sinombor, 2015) Permasalahan lain yang ditemui pada sektor tenaga keperawatan di Indonesia adalah jumlah tenaga keperawatan yang tidak sebanding dengan jumlah masyarakat Indonesia serta persebarannya pun tidak merata. Tenaga keperawatan cenderung lebih berpusat di Pulau Jawa karena kurangnya kemauan dari tenaga perawat tersebut untuk bekerja di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia, sehingga di daerah tersebut masih kekurangan tenaga perawat yang handal. Permasalahan sertifikasi internasional professional bidang keperawatan pun menjadi hambatan dalam karir tenaga keperawatan Indonesia dalam menghadapi era MEA. Saat ini tenaga keperawatan Indonesia masih kesulitan dalam mendapatkan sertifikasi internasional professional bidang keperawatan. Seperti pada hasil pra-survey yang telah peneliti lakukan dengan narasumber di Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa Yogyakarta). Sekretaris Prodi Ilmu Keperawatan Unisa Yogyakarta Yogyakarta, Ibu Suratini, mengatakan bahwa tingkat keberhasilan tenaga keperawatan dalam pelaksanaan uji kompetensi sertifikasi internasional NCLEX RN (National Council Licensure Examination for Registered Nurses) di Unisa Yogyakarta Yogyakarta masih sekitar 30 persen. Menurutnya, hal ini karena test NCLEX RN memiliki tingkat 8

9 kesulitan yang tinggi dan sampai saat ini masih diusahakan untuk mencapai nilai yang ideal. Permasalahan-permasalahan yang ada pada tenaga keperawatan Indonesia kemudian ditampilkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Pemetaan Daya Saing Tenaga Terampil Indonesia di Bidang Kesehatan: Sektor Keperawatan SDM Tata Kelola Infrastruktur 1. Banyak tumpang tindih 1. Terbatas, masih 1.Kekurangan dari sisi kuantitas 2.Kekurangan dari peraturan. 2. Tidak adanya kategorisasi atau nomenklatur profesi perawat. terpusat di Pulau Jawa. sisi kualitas 3. Koordinasi antar lembaga 3.Kekurangan kurang baik (Kementerian dalam aspek Kesehatan, Kementerian bahasa. Pendidikan, Kementerian Tenaga Kerja). Sumber: Keliat, dkk (2013:106) Berdasarkan tabel tersebut, tenaga kerja perawat di Indonesia masih kurang dalam hal kuantitas dan kualitas sehingga perlu adanya perbaikan. Kemudian masalah lain adalah mengenai tidak adanya kategorisasi perawat. Kategorisasi perawat erat hubungannya dengan perawat profesi level mana yang akan diliberalkan dan yang akan diserap. Hal ini pun erat kaitannya dengan pendefinisian perawat yang masih belum memiliki standar baku. (Keliat, dkk, 2013:45) 9

10 Mengenai permasalahan kurangnya tenaga keperawatan di Indonesia maka MRA dapat menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawat yang masih belum merata persebarannya di seluruh wilayah Indonesia. Maka salah satu dampak dari MRA ini adalah tersingkirnya tenaga perawat domestik oleh tenaga perawat yang datang dari luar negeri akibat adanya keterbukaan pasar yang terlalu luas (Keliat, dkk, 2013:45). Dalam hal tata kelola, sektor keperawatan memiliki peraturan yang tumpang tindih. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan aturan yang ada dalam hal sertifikasi memunculkan kebingungan, Menurut Kepala Disnakertrans Jabar, Hening Widiyatmoko bahwa belum sinergisnya antar lembaga-lembaga di sektor kesehatan dalam membuat sertifikasi profesi di sektor kesehatan ini terjadi karena belum ada kesepakatan antara menteri kesehatan, menteri pendidikan dan lainnya. Hening pun khawatir belum sinerginya antara lembaga kesehatan akan membuat persaingan kalah dengan SDM luar negeri yang akan datang ke tanah air (Permana, 2014). Kemudian mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yaitu Wardiman Djojonegoro mengimbau pemerintah agar segera mematangkan persiapan pendidikan Indonesia menjelang MEA. Menurutnya, pemerintah sudah perlu melakukan evaluasi persiapan pendidikan di Indonesia. Evaluasi pendidikan ini sudah patut dipercepat untuk mendapat gambaran terkait dengan ketertinggalan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Ketertinggalan tersebut harus segera dimatangkan agar era MEA tidak berbalik menjadi ancaman bagi pelajar dan 10

11 lulusan Indonesia. Mereka tidak dapat bersaing dengan lulusan negara lain yang telah terlebih dahulu didukung pendidikan dengan kualitas baik di negaranya. (Putra, 2015) Wardiman berucap bahwa upah minimum regional di Indonesia tercatat lebih besar daripada Vietnam sehingga hal ini membuat negara kita akan banyak didatangi pekerja mereka. Hal itulah yang menjadi salah satu potensi ancaman bagi masyarakat dalam negeri karena mutu pendidikan Vietnam berada di atas Indonesia (Putra, 2015). Seperti yang telah disebutkan diatas, kualitas tenaga keperawatan di Indonesia yang masih kurang akan kalah dengan perawat dari luar negeri yang lebih berkualitas. Persoalan sertifikasi internasional perawat di Indonesia pun memberikan batu sandungan yang besar bagi karir perawat Indonesia. Hal ini karena perawat Indonesia membutuhkan sertifikat professional keperawatan yang berstandar internasional agar sesuai dengan standar yang ada di negara yang dituju dan dapat bekerja di negara tersebut. Persoalan-persoalan yang ada dalam dunia keperawatan Indonesia saat ini membutuhkan penanganan. Salah satu penanganan yang ada adalah melalui lembaga pendidikan kesehatan yang nantinya mencetak tenaga-tenaga keperawatan. Peran lembaga pendidikan kesehatan ini sangat besar dalam upaya mempersiapkan tenaga keperawatan agar siap berkompetisi di era MEA dan mencetak tenaga keperawatan yang berkualitas sesuai dengan standar internasional. Melalui institusi pendidikan kesehatan tersebut, strategi-strategi dalam mempersiapkan para calon tenaga keperawatan dijalankan. Maka dari itu, 11

12 penting untuk menyusun strategi dalam mempersiapkan tenaga keperawatan yang dilakukan oleh institusi pendidikan kesehatan demi mencapai tujuan terciptanya tenaga keperawatan yang berkualitas untuk berkompetisi di era MEA Penelitian ini kemudian menyoroti pada lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja kesehatan, khususnya Ilmu Keperawatan. Dalam proses meningkatkan kualitas pendidikan dan juga merupakan salah satu reaksi dalam menanggapi adanya globalisasi, institusi pendidikan kini sudah melakukan proses internasionalisasi. Mahar Nirmala (2013) dalam tulisannya yang berjudul Strategi Nakasone Dalam Menghadapi Tantangan Internasionalisasi Pendidikan Tinggi di Jepang berpendapat bahwa meluasnya pasar pendidikan internasional dan meningkatnya kompetensi antar negara dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan negara-negara dituntut untuk dapat menginternasionalisasikan dan meliberalisasikan pendidikan tingginya sesuai dengan standar internasional. Untuk mewujudkan sistem pendidikan tinggi yang terinternasionalisasi, harus ada sebuah sistem universal yang dapat memudahkan terjadinya pertukaran pelajar dan informasi. Sistem-sistem yang universal tersebut adalah semua aspek yang terdapat dalam sistem pendidikan yang meliputi tahun ajaran, kurikulum, serta peralatan dan fasilitas standar yang digunakan dalam perkuliahan. (Hood, 2001:5) Proses internasionalisasi dalam rangka merespon adanya globalisasi, liberalisasi, ataupun MEA yang dilaksanakan oleh institusi pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting. Institusi pendidikan kesehatan inilah yang 12

13 membimbing dan mencetak perawat-perawat di sektor kesehatan demi mendukung pelayanan kesehatan yang memadai bagi seluruh rakyat Indonesia. Adanya MEA, maka persaingan tenaga kerja pun semakin meningkat, begitu pula di sektor kesehatan. Institusi pendidikan kesehatan yang memegang peranan sebagai pencetak tenaga kerja keperawatan ini pun harus mempersiapkan tenaga kerja kesehatan yang siap bersaing di arena MEA. Namun ternyata berdasarkan pada laporan penelitian DIKTI bahwa walaupun institusi pendidikan keperawatan tumbuh pesat hal ini belum mampu menjamin ketersediaan tenaga perawat karena adanya dua alasan. Alasan pertama yaitu banyak lulusan keperawatan yang tidak bekerja di bidangnya. Kemudian alasan kedua yaitu banyaknya institusi keperawatan yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas dari institusi yang berkorelasi secara langsung atau tidak langsung terhadap lulusan tenaga keperawatan dari suatu institusi keperawatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas tenaga perawat yang rendah menjadi bagian dari persoalan ketersediaan tenaga perawat yang kompeten (Keliat, dkk 2013:44). Padahal, sudah seharusnya institusi pendidikan keparawatan dapat menangkap peluang adanya liberalisasi barang dan jasa untuk mempersiapkan tenaga keperawatan berkualitas agar dapat mempu bersaing secara internasional. Penelitian ini mempunyai lokus di dua institusi yang menyelenggarakan program studi ilmu keperawatan di Yogyakarta, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah (Unisa Yogyakarta) Yogyakarta. Alasan pemilihan UGM sebagai salah satu 13

14 subjek penelitian karena UGM sebagai salah satu universitas terbaik yang ada di Indonesia (Webometics, 2015) dan sudah semestinya mempersiapkan diri dalam menghadapi MEA yang sudah mulai berjalan ini. Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM adalah salah satu jurusan yang nantinya mencetak tenaga kerja keperawatan yang penting menurut MRA dalam era MEA. Fakultas Kedokteran UGM itu sendiri memiliki tiga program studi dalam program S1, yaitu Prodi Pendidikan Dokter, Prodi Ilmu Keperawatan dan Prodi Gizi dan Kesehatan. Menurut hasil pra-survey penelitian yang telah peneliti lakukan di PSIK FK UGM didapatkan bahwa isu MEA sudah diinformasikan dan disosialisasikan sehingga civitas akademika PSIK FK UGM sudah mengetahui mengenai isu MEA tersebut. Beberapa program pun diakui oleh Ketua Prodi PSIK FK UGM Periode Tahun , Totok Harjanto, telah dilaksanakan demi mempersiapkan mahasiswa yang nantinya menjadi tenaga keperawatan. Kemudian Unisa Yogyakarta Yogyakarta sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan yang terbaik di Yogyakarta juga menjadi salah satu faktor penulis dalam memilih Unisa Yogyakarta Yogyakarta sebagai subjek penelitiannya. Unisa Yogyakarta memiliki website institusi yang lebih lengkap dan informatif dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan kesehatan swasta lainnya di Yogyakarta. Unisa Yogyakarta yang dulunya merupakan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan telah mencapai visinya yang lalu dan menjadi yang pertama atau terbaik pada jajaran Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Indonesia. Keputusan tersebut didasarkan pada keputusan Menristek Dikti Nomor 14

15 492.a/M/Kp/VIII/2015 tentang klasifikasi dan pemeringkatan perguruan tinggi di Indonesia tahun 2015 bahwa STIKES Aisyiyah Yogyakarta masuk dalam peringkat 72 dari (tiga ribu tiga ratus dua puluh) perguruan tinggi di Indonesia. Klasifikasi dan pemeringkatan perguruan tinggi tersebut disusun berdasarkan 4 kriteria yaitu kualitas sumber daya manusia, kualitas manajemen, kualitas kegiatan kemahasiswaan, kualitas penelitian dan publikasi ilmiah (Jogja Tribun News, 2016). FIKES Unisa Yogyakarta merupakan salah satu institusi pendidikan kesehatan yang menghasilkan tenaga kesehatan professional di bidang keperawatan dengan akreditasi B menurut BAN-PT. FIKES Unisa Yogyakarta mempunyai dua prodi S1 yaitu Ilmu Keperawatan dan Fisioterapi, sedangkan Diploma III terdapat Prodi Kebidanan serta Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi. Kemudian program Diploma IV terdapat Prodi Bidan Pendidik dan Analis Kesehatan, dan program Pascasarjana terdapat S2 Kebidanan. Hasil Pra-survey penelitian di Unisa Yogyakarta menunjukkan bahwa menurut Ketua PSIK FIKES Unisa Yogyakarta Eri Kusnal bahwa di Unisa Yogyakarta ini sudah lama mencanangkan program khusus untuk menghasilkan lulusan yang siap di era global. Dan walaupun mereka tidak secara mendetail mengetahui apa itu MEA, namun mereka sejak lama mengetahui mengenai di era global ini semua harus berkompetisi, bahwa pasar tenaga kerja akan semakin bebas yang berarti tenaga asing bisa masuk ke pasar tenaga kerja dalam negeri, kemudian produk barang dan jasa juga bebas masuk. Kemudian Sekretaris PSIK FIKES Unisa Yogyakarta, Suratini pun menambahkan bahwa memang institusi telah melakukan beberapa langkah dalam mempersiapkan tenaga keperawatannya 15

16 di era MEA demi meningkatkan kualitas tenaga keperawatan lulusan dari Unisa Yogyakarta. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada apa yang telah dijabarkan di dalam latar belakang, pertanyaan penelitian yang muncul adalah : Bagaimanakah strategi institusi pendidikan kesehatan di Yogyakarta dalam mempersiapkan tenaga keperawatan Prodi Ilmu Keperawatan UGM dan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta di era masyarakat ekonomi ASEAN? berikut. Dalam penelitian ini selanjutnya juga menjawab permasalahan sebagai 1. Apa saja strategi yang dilakukan oleh institusi pendidikan kesehatan yaitu Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM dan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta dalam mempersiapkan tenaga keperawatan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN? 2. Seberapa besar kesenjangan yang terjadi antara strategi yang disusun oleh institusi dengan pelaksanaan yang dilakukan? 3. Apa saja faktor-faktor pendukung berjalannya strategi serta faktor yang menyebabkan adanya hambatan dalam pelaksanaannya? 16

17 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah, penelitian yang berjudul Strategi Institusi Pendidikan Kesehatan di Yogyakarta dalam Mempersiapkan Tenaga Keperawatan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN: Studi Kasus Prodi Ilmu Keperawatan UGM dan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta mempunyai tujuan sebagai berikut 1. menganalisis strategi yang dilakukan oleh institusi pendidikan kesehatan yaitu Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM dan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta dalam mempersiapkan tenaga keperawatan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN. 2. menganalisis faktor-faktor penentu berjalannya strategi serta faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam pelaksanaannya. 3. menganalisis seberapa besar kesenjangan yang terjadi antara strategi yang disusun oleh institusi dengan pelaksanaan yang dilakukan. 17

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS DAN KAPABILITAS TENANT INKUBATOR MENYONGSONG MEA: STUDI KASUS INKUBATOR TEKNOLOGI LIPI

PENGUATAN KAPASITAS DAN KAPABILITAS TENANT INKUBATOR MENYONGSONG MEA: STUDI KASUS INKUBATOR TEKNOLOGI LIPI PENGUATAN KAPASITAS DAN KAPABILITAS TENANT INKUBATOR MENYONGSONG MEA: STUDI KASUS INKUBATOR TEKNOLOGI LIPI Adi Setiya Dwi Grahito dan Syahrizal Maulana Pusat Inovasi LIPI, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 47

Lebih terperinci

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC attitude knowledge skill Agus Sutrisno Empat Kerangka Strategis MEA ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukumg dengan

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 15 Mei 2013 AGENDA Perkembangan Profesi Akuntansi AEC 2015 2 Pertumbuhan

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih

Lebih terperinci

HEALTH SERVICES GLOBALIZATION: KE MANA AJA INDONESIA?

HEALTH SERVICES GLOBALIZATION: KE MANA AJA INDONESIA? HEALTH SERVICES GLOBALIZATION: KE MANA AJA INDONESIA? Oleh: Kementrian Kajian dan Riset Strategis BEM FK UGM Background Akhir tahun 2015 adalah saat diberlakukannya kebijakan AFTA yang kemudian menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights (IPR) sebagai bahan pembicaraan dalam tataran nasional, regional, dan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015

STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015 STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015 Disajikan oleh : Kepala Pusat Perencanaan &Pendayagunaan SDMK Pada RAKORNAS ISMKI 2014 Jakarta, 11 Oktober 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

MEMBANGUN & MEMELIHARA KOMPETENSI BIDAN DI ERA MEA. Yogyakarta, 20 Agustus 2016 DEFINISI BIDAN

MEMBANGUN & MEMELIHARA KOMPETENSI BIDAN DI ERA MEA. Yogyakarta, 20 Agustus 2016 DEFINISI BIDAN MEMBANGUN & MEMELIHARA KOMPETENSI BIDAN DI ERA MEA Yogyakarta, 20 Agustus 2016 DEFINISI BIDAN Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) melalui konggres ICM ke 27, pada bulan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMRISTEKDIKTI TERKAIT PROGRAM STUDI KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

KEBIJAKAN KEMRISTEKDIKTI TERKAIT PROGRAM STUDI KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN KEBIJAKAN KEMRISTEKDIKTI TERKAIT PROGRAM STUDI KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Maret 2017 Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Outline A Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini persaingan sangat ketat terutama dalam dunia bisnis. Budaya, teknologi dan pendidikan merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang secara

Lebih terperinci

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 1 : 1 Potret Kabupaten Malang 2 Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 3 Kesiapan Kabupaten Malang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemimpin ASEAN setuju untuk mempercepat integrasi perekonomian dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada ASEAN Summitbulan Januari 2007

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Negara RI adalah kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Tujuan Pembangunan Negara RI adalah kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. RANGKUMAN PEMIKIRAN Rapat Koordinasi Nasional Sinergitas Konsil Kedokteran indonesia dengan Pemangku Kepentingan dalam Pengawalan Profesionalisme Dokter dan dokter Gigi Menghadapi Tantangan Global Makasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan ilmu sosial di perguruan tinggi yang masih banyak diminati hingga saat ini. Sejalan dengan kemajuan dunia teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, manusia membutuhkan kemampuan untuk menguasai lebih dari satu bahasa untuk menunjang karir, pergaulan, dan pendidikan. Karena dengan

Lebih terperinci

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN, DALAM HUKUM DAN BISNIS.

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN, DALAM HUKUM DAN BISNIS. Diskusi Partner HPRP Lawyers dengan Media Jakarta, 21 Mei 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN, DALAM HUKUM DAN BISNIS. A. LATAR BELAKANG MEA Berdasarkan penetapan para kepala negara/ kepala pemerintah ASEAN

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, 96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa poin yang bisa ditarik sebagai kesimpulan dan sekaligus akan menjawab rumusan masalah,

Lebih terperinci

KESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI AKPER YKY

KESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI AKPER YKY KESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI AKPER YKY Rahmita Nuril Amalia 1, Dwi Juwartini 2, Yayang Harigustian 3 1, 2, 3 Staff Dosen Keperawatan Komunitas Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

ASEAN yang Berkelanjutan melalui Pembangunan SDM, Penguatan UMKM, dan Pariwisata. Dr. Alwiyah, SE.,MM. PUSAT STUDI ASEAN UNIVERSITAS WIRARAJA

ASEAN yang Berkelanjutan melalui Pembangunan SDM, Penguatan UMKM, dan Pariwisata. Dr. Alwiyah, SE.,MM. PUSAT STUDI ASEAN UNIVERSITAS WIRARAJA ASEAN yang Berkelanjutan melalui Pembangunan SDM, Penguatan UMKM, dan Pariwisata. Dr. Alwiyah, SE.,MM. PUSAT STUDI ASEAN UNIVERSITAS WIRARAJA 1. Judul ASEAN yang Berkelanjutan melalui Pembangunan SDM,

Lebih terperinci

Professional Veterinarian

Professional Veterinarian Professional Veterinarian MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 : SIAPKAH PROFESI VETERINER INDONESIA? Bambang Pontjo Priosoeryanto, Ketua III Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia berdasarkan kesepakatan para pemimpin negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama

Lebih terperinci

Executive Summary. Laporan Penelitian ASEAN Study Center Universitas Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Executive Summary. Laporan Penelitian ASEAN Study Center Universitas Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Executive Summary Laporan Penelitian ASEAN Study Center Universitas Indonesia bekerja sama Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Tim Peneliti: Makmur Keliat, Ph.D Asra Virgianita, MA Shofwan Al Banna

Lebih terperinci

PERLU TIDAKNYA SERTIFIKASI PROFESI KEINFORMATIKAAN DI INDONESIA

PERLU TIDAKNYA SERTIFIKASI PROFESI KEINFORMATIKAAN DI INDONESIA Media Informatika Vol. 9. No. 1 (2010) PERLU TIDAKNYA SERTIFIKASI PROFESI KEINFORMATIKAAN DI INDONESIA Dahlia Br Ginting Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. H. Juanda 96 Bandung

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax: DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Phone/Fax: 021-385-8213 www.depdag.go.id KTT ASEAN Ke-13: Penandatanganan

Lebih terperinci

KOMPETENSI TENAGA KERJA LULUSAN TEKNIK ELEKTRO DI ERA MEA

KOMPETENSI TENAGA KERJA LULUSAN TEKNIK ELEKTRO DI ERA MEA KOMPETENSI TENAGA KERJA LULUSAN TEKNIK ELEKTRO DI ERA MEA HERMAWAN DEPARTEMEN TEKNIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA Apa yang dimaksud dengan kompetensi? 3 kata kunci SKILL/PSIKOMOTORIK KETRAMPILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk dapat menjalankan praktik keperawatan, seorang perawat wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Sedangkan untuk mendapatkan STR, seorang perawat harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

..._ PIDATO REKTOR PADA WISUDA PERIODE I TANGGAL 5 APRIL 2016

..._ PIDATO REKTOR PADA WISUDA PERIODE I TANGGAL 5 APRIL 2016 --...-......._ -- ~ PIDATO REKTOR PADA WISUDA PERIODE I TANGGAL 5 APRIL 2016 Yang terhormat, Anggota Senat Universitas Terbuka, Wisudawan dan wisudawati yang saya banggakan, Tamu undangan serta keluarga

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X. Jl. Tamansari No.1 Bandung

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X. Jl. Tamansari No.1 Bandung Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Liberalisasi Bidang Jasa dan Tenaga Kerja dalam ASEAN Mutual Recognation Arrangement on Medical Practitioners dan Implementasi Perlindungan Hukumnya bagi Praktisi Medis/Dokter

Lebih terperinci

PELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP)

PELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP) PELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA 2015 Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP) (tesna@ut.ac.id) Abstrak MEA akan diberlakukan tanggal 31 Desember 2015, maka akan menyebabkan aliran

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA KEYNOTE SPEECH MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA SEMINAR NASIONAL TANTANGAN KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN, DAN SDM INDONESIA MENGHADAPI GLOBALISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan perdagangan antar negara yang dikenal dengan perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Perdagangan internasional merupakan

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali tahun 2003, antar

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

Strategi PERSAGI menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (PERSAGI)

Strategi PERSAGI menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (PERSAGI) Strategi PERSAGI menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN DEWAN PIMPINAN PUSAT PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA (PERSAGI) Makasar, 30 April 2016 1. MEA ASEAN Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas (One Vision,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seperti kita ketahui, perdagangan bebas telah menjadi topik kebijakan publik yang paling hangat diperdebatkan menjelang penerapan perdagangan bebas dunia. Salah satu

Lebih terperinci

KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG PARIWISATA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA 2015 ABSTRAK

KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG PARIWISATA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA 2015 ABSTRAK KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG PARIWISATA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA 2015 Oleh: Rabiatul Adwiyah Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Unisba E-mail: rabiatul1989@yahoo.com ABSTRAK Masyarakat

Lebih terperinci

Pengembangan MRA Sektor Perbankan Menyongsong MEA 2015 dan ABIF Ir. Sumarna F. Abdurahman M.Sc. Ketua BNSP

Pengembangan MRA Sektor Perbankan Menyongsong MEA 2015 dan ABIF Ir. Sumarna F. Abdurahman M.Sc. Ketua BNSP Pengembangan MRA Sektor Perbankan Menyongsong MEA 2015 dan ABIF 2020 Ir. Sumarna F. Abdurahman M.Sc. Ketua BNSP Implementasi MEA 2015 Pada Tahap Awal Di Prioritaskan Pada 12 Sektor Lima Aliran Bebas (Free

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sri Suharmini Wahyuningsih 1 minuk@ut.ac.id Abstrak Kesepakatan pemimpin ASEAN dalam memajukan masyarakat agar dapat mengembangan perekonomian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis UMY adalah mahasiswa di perguruan tinggi yang fokus mempelajari ilmu seputar ekonomi dan bisnis yang meliputi jurusan Akuntansi, Manajemen,

Lebih terperinci

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan

Lebih terperinci

: Institute Of Southeast Asian Studies

: Institute Of Southeast Asian Studies BOOK REVIEW Judul : ASEAN: Life After the Charter Editor : S. Tiwari Penerbit : Institute Of Southeast Asian Studies Bahasa : Inggris Jumlah halaman : 186 halaman Tahun penerbitan : 2010 Pembuat resensi

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan

Lebih terperinci

Panduan Pelaksanaan TAHUN 2018

Panduan Pelaksanaan TAHUN 2018 Panduan Pelaksanaan BEASISWA SERTIFIKASI KOMPETENSI MAHASISWA BIDIKMISI PENDIDIKAN TINGGI VOKASI TAHUN 2018 DIREKTORAT PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERGURUAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN ILMU PENGETAHUAN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten

Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten MAJU BERSAMA KADIN JAWA TENGAH Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten Sumbangan pemikiran dalam menghadapi ASEAN Economic Community - 2015 Oleh : Iskandar Sanoesi issanoesi@yahoo.com Asean

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) dan KURIKULUM KURSUS EKSPOR IMPOR LEVEL VI KKNI berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) dan KURIKULUM KURSUS EKSPOR IMPOR LEVEL VI KKNI berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) dan KURIKULUM KURSUS EKSPOR IMPOR LEVEL VI KKNI berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya ASEAN bersama keamanan (security community)

Lebih terperinci

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA? TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA? Edi Cahyono (Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta) ABSTRAK Terlaksananya tatanan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal,, Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi, ttd. Patdono Suwignjo NIP

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal,, Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi, ttd. Patdono Suwignjo NIP 1 KATA SAMBUTAN Dalam berbagai kesempatan Presiden Indonesia menjelaskan salah satu pilar pengembangan Sumber Daya Manusia adalah Pengembangan SDM berbasis vokasi. Hal ini sangat strategis mengingat tidak

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) agenda utama yang perlu dikembangkan. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003

BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) agenda utama yang perlu dikembangkan. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) A. Sejarah Singkat Pembentukan MEA Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara- negara anggota telah meletakkan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 Dr. Sahat M. Pasaribu Pendahuluan 1. Semua Negara anggota ASEAN semakin menginginkan terwujudnya kelompok masyarakat politik-keamanan,

Lebih terperinci

KERJASAMA PROGRAM PROFESI INSINYUR KEMENTERIAN PUPR DENGAN KEMENTERIAN RISTEK DIKTI. DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI Jakarta - Senin,10 Oktober 2016

KERJASAMA PROGRAM PROFESI INSINYUR KEMENTERIAN PUPR DENGAN KEMENTERIAN RISTEK DIKTI. DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI Jakarta - Senin,10 Oktober 2016 KERJASAMA PROGRAM PROFESI INSINYUR KEMENTERIAN PUPR DENGAN KEMENTERIAN RISTEK DIKTI DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI Jakarta - Senin,10 Oktober 2016 ORGANISASI, TUGAS DAN PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 2016

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 2016 MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 206 KENDALA PENGADAAN TANAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ISU YANG DIHADAPI PROYEK STRATEGIS NASIONAL ISU PROSES PENDANA AN 8% ISU PELAKSA-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini akan membahas mengenai peran organisasi AYFN dalam meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek sentral dan stakeholder utama dalam

Lebih terperinci

Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Menghadapi MEA 2015 SEKILAS TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)/ MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada

Lebih terperinci

Pengaruh Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015 Terhadap Tenaga Kesehatan Profesional Di Indon

Pengaruh Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015 Terhadap Tenaga Kesehatan Profesional Di Indon Pengaruh Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015 Terhadap Tenaga Kesehatan Profesional Di Indon Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan hal yang sangat penting dicapai karena setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa globalisasi saat ini sangat diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa globalisasi saat ini sangat diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam masa globalisasi saat ini sangat diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas disetiap bidangnya guna sebagai salah satu faktor mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 31 / PRT / M /2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 31 / PRT / M /2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 31 / PRT / M /2006 TENTANG MONITORING COMMITTEE DALAM RANGKA PELAKSANAAN ASEAN MUTUAL RECOGNITION ARRANGEMENT ON ENGINEERING SERVICES ( CPC 8672 ) MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN) merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Farida Nur Hidayah 1, Kholis Roisah 2 r_kholis@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENYERAHAN LISENSI OLEH BNSP KEPADA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI ELEKTRONIKA INDONESIA (LSP-EI)

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENYERAHAN LISENSI OLEH BNSP KEPADA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI ELEKTRONIKA INDONESIA (LSP-EI) SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENYERAHAN LISENSI OLEH BNSP KEPADA LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI ELEKTRONIKA INDONESIA (LSP-EI) Jakarta, 04 November 2015 Yang terhormat, Sdr. Menteri Tenaga Kerja dan

Lebih terperinci

STUDI EKPLORASI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG BIDANG LAYANAN PRIBADI, SOSIAL, BELAJAR DAN KARIR

STUDI EKPLORASI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG BIDANG LAYANAN PRIBADI, SOSIAL, BELAJAR DAN KARIR 1 STUDI EKPLORASI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG BIDANG LAYANAN PRIBADI, SOSIAL, BELAJAR DAN KARIR Moh Khoerul Anwar Khoerul29@gmail.com Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Yulia Rahmatika Aziza

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) 2015-2028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Rencana Induk Pengembangan (RIP) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA

Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA Dr. Agus Rusmana, M.A. (Program Studi Ilmu Perpustakaan Fikom Universitas Padjadjaran Bandung) Email: a.rusmana@unpad.ac.id Orientasi Pustakawan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap perekonominan nasional, serta mempunyai peran penting bagi pencapaian sasaran pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional. ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai

Lebih terperinci