EFISIENSI PENGGUNAAN AIR TANAMAN PADI DENGAN IRIGASI KONTINYU DAN BERSELANG DI KECAMATAN MIJEN, SEMARANG RETNO ASTUTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFISIENSI PENGGUNAAN AIR TANAMAN PADI DENGAN IRIGASI KONTINYU DAN BERSELANG DI KECAMATAN MIJEN, SEMARANG RETNO ASTUTI"

Transkripsi

1 EFISIENSI PENGGUNAAN AIR TANAMAN PADI DENGAN IRIGASI KONTINYU DAN BERSELANG DI KECAMATAN MIJEN, SEMARANG RETNO ASTUTI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 EFISIENSI PENGGUNAAN AIR TANAMAN PADI DENGAN IRIGASI KONTINYU DAN BERSELANG DI KECAMATAN MIJEN, SEMARANG RETNO ASTUTI G SKRIPSI merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 Judul Nama NIM : Efisiensi Penggunaan Air Tanaman Padi dengan Irigasi Kontinyu dan Berselang di Kecamatan Mijen, Semarang : Retno Astuti : G Menyetujui Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Tania June, M.sc. Ir. Meinarti Norma Setiapermas, M.Si. NIP: NIP: Mengetahui: Ketua Departemen, Dr. Ir. Rini Hidayati, M.S. NIP: Tanggal Lulus:

4 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, anugerah serta karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Efisiensi Penggunaan Air Tanaman Padi dengan Irigasi Kontinyu dan Berselang di Kecamatan Mijen, Semarang. Skripsi ini dibuat guna melengkapi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sains jenjang pendidikan Strata Satu Program Studi Meteorologi Terapan Departemen Geoisika dan Meteorologi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik materil mapun spiritual dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada Ibu Dr. Ir. Tania June, M.Sc. dan Ibu Ir. Meinarti Norma Setiapermas, M.Si. selaku pembimbing skripsi penulis ucapkan terimakasih karena telah memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran selama penelitian hingga penyusunan maupun penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pegawai BPTP Jawa Tengah Bidang Budidaya Tanaman yang telah membatu kelengkapan data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini serta para staf pengajar dan karyawan Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB atas bantuannya selama ini dalam kelancaran akademik. Rasa terima kasih penulis curahkan kepada kedua orang tua dan kakak tercinta yang tanpa henti mengalirkan do a untuk keselamatan dan keberhasilan penulis serta memberikan semangat baik spirituil, moril dan materiil. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga Bulik Cici atas perhatian dan kasih sayangnya serta seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 43 dan kost Ananda I atas kebersamaan, dukungan, dan persahabatan kalian selama ini. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna untuk itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan peningkatan penelitian serupa pada masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ataupun pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Maret 2011 Retno Astuti

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1988 di Jakarta. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Bimo Trikoro dan Ibu Sri Sukeksi. Menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2000 di SDN Jatibening Raya dan melanjutkan pendidikan di bangku SLTPN 255 Jakarta Timur hingga tahun Kemudian penulis meneruskan pendidikan di SMAN 91 Jakarta Timur dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB) dan menjalani TPB (Tahun Persiapan Bersama) di tahun pertama perkuliahan. Tahun kedua di IPB penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Meteorologi Terapan Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Tahun 2009 penulis mengikuti praktik lapang atau magang di Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Bandung bagian Pemodelan Iklim. Penulis berkesempatan untuk menerima beasiswa SUPERSEMAR pada tahun 2009 dan 2010.

6 ABSTRACT RETNO ASTUTI. Water Use Efficiency in Plantation Paddy Applying of Continuous and Intermittent Irrigation System in Mijen Subdistrict, Semarang City. Climate anomalies and climate change are obstacles in achieving a sustainable rice production. The use of appropriate and locally accepted technology and affective water use are needed at farmers level. This study was conducted to analyze water use efficiency of several varieties of rice namely Inpari 1, Umbul, Situ Bagendit, and Galur Harapan at two different spacing system (Jajar legowo and Tegel) with continuous and intermittent irrigation system. Water use efficiency (WUE) of plants were calculated by dividing dry biomass production with water used (ET c ) during grow period. Water use was using reference evapotranspiration (ET 0 ) corrected by plant coefficient (K c ). ET 0 was calculated using FAO Penman-Monteith method. The result showed that WUE of plants grown with intermittent irrigation was higher than plants grown with continuous irrigation, both by production and total (9.93% and 10% respectively). Water use efficiency can be done with increased potensial crop yields or to reduce water of irrigation without reducing yields. Keywords: spacing system, rice productivity, water use efficiency, intermittent irrigation

7 RINGKASAN RETNO ASTUTI. Efisiensi Penggunaan Air Tanaman Padi dengan Sistem Irigasi Kontinyu dan Berselang di Kecamatan Mijen, Semarang. Di bawah bimbingan TANIA JUNE dan MEINARTI NORMA SETIAPERMAS. Anomali dan perubahan iklim merupakan tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Diperlukan suatu cara bertanam tanaman padi maupun teknologi pengairan yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui nilai efisiensi penggunaan air pada pengairan berselang dan pengairan kontinyu. Perlakuan yang digunakan adalah empat varietas padi, yaitu Inpari 1, Umbul, Situ Bagendit, dan Galur Harapan dengan sistem jarak tanam jajar legowo dan tegel pada lahan irigasi kontinyu dan berselang. Nilai efisiensi penggunaan air (WUE) oleh tanaman didapatkan dengan menghitung produksi kering tanaman dibagi dengan kebutuhan air oleh tanaman (ET c ) selama satu musim tanam. Kebutuhan air didapatkan dengan menghitung nilai evapotranspirasi potensial (ET 0 ) yang kemudian dikoreksi dengan koefisien tanaman pada setiap perlakuan. Pendugaan nilai evapotranspirasi potensial menggunakan metode FAO Penman-Monteith. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai WUE produksi dan WUE total pada lahan irigasi berselang lebih besar dibandingkan pada lahan irigasi kontinyu. Irigasi berselang dapat meningkatkan nilai WUE produksi sebesar 9.93 % dibandingkan dengan irigasi kontinyu. Nilai WUE total meningkat sebesar 10 % dengan menggunakan irigasi berselang dibandingkan dengan menggunakan irigasi kontinyu. Meningkatkan efisiensi penggunaan air dapat dilakukan dengan peningkatan potensi hasil panen ataupun dengan mengurangi air irigasi tanpa pengurangan hasil panen. Kata kunci: Sistem jarak tanam, produktivitas padi, efisiensi penggunaan air, irigasi berselang

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL. ix DATAR GAMBAR.. ix DAFTAR LAMPIRAN. x I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan.. 1 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian Irigasi Berselang Respon Tanaman terhadap Ketersediaan Air Kebutuhan Air Tanaman. 4 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Rancangan Percobaan Parameter Penelitian Parameter Tanah Parameter Agronomi Tanaman Parameter Iklim Parameter Irigasi Analisis Data untuk Mendapatkan Waktu Tanam dan Kehilangan Hasil Produksi Menghitung Kebutuhan Air Tanaman Analisis untuk Menghitung Efisiensi Penggunaan Air oleh Tanaman. 10 IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Iklim Lokasi Penelitian Kebutuhan Air Tanaman Padi di Mijen Hasil simulasi CWB-ETO dan Hasil Panen Padi di Mijen Efisiensi Penggunaan Air oleh Tanaman Padi di Mijen V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran. 16 DAFTAR PUSTAKA. 17 LAMPIRAN. 18 viii

9 DAFTAR TABEL No. Halaman 1 Nilai SOI (Southern Oscillation Index) tahun Kriteria nilai SOI (Southern Oscillation Index) penentu ENSO (El-Nino Southern Oscillation). 2 3 Nilai K y tanaman padi Nilai K c tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan 9 5 Nilai rata-rata K c hitung pada Irigasi kontinyu dan berselang untuk setiap fase per- tumbuhan pada keempat varietas padi 11 6 Nilai ET c pada keempat varietas padi pada irigasi kontinyu dan berselang dengan sistem jarak tanam jajar legowo dan tegel selama satu musim tanam di Mijen 13 7 Hasil simulasi nilai persentase kehilangan hasil (%RLY) menggunakan CWB-ETO pada keempat varietas padi pada lahan irigasi kontinyu dan beselang Hasil analisa nilai Gabah Kering Panen (GKP), Gabah Kering Giling (GKG) dan ber- angkasan basah keempat varietas padi pada irigasi kontinyu dan berselang dengan sistem jarak tanam jajar legowo dan tegel Hasil analisa nilai tinggi maksimum tanaman, kedalaman akar, dan biomassa kering keempat varietas padi pada irigasi kontinyu dan berselang dengan sistem jarak tanam jajar legowo dan tegel Nilai efisiensi penggunaan air (WUE) empat varietas padi pada sistem irigasi kontinyu dan berselang dengan jarak tanam jajar legowo dan tegel DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1 Pembagian pola iklim secara klimatologi di Indonesia Kondisi evapotranspirasi acuan (ET 0 ) dan evapotranspirasi tanaman (ET c ) Skema nilai K c tunggal dan K c ganda selama pertumbuhan tanaman. 5 4 Peta lokasi penelitian di Kota Semarang Jadwal irigasi pada varietas Inpari 1 dan Umbul Jadwal irigasi pada varietas Situ Bagendit dan Galur Harapan. 8 7 Curah hujan dasarian di Mijen tahun Nilai ET0, ETc sistem irigasi kontinyu dan ETc irigasi berselang selama masa tanam di Mijen ix

10 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1 Diagram Alir Program CWB-ETO (Crop Water Balance Evapotranspiration) 18 2 Data iklim dari AWS di Kecamatan Mijen, Kota Semarang selama musim tanam Data panen ubinan tanaman padi varietas Inpari 1, Umbul, Situ Bagendit, dan Galur Harapan pada sistem irigasi kontinyu 23 4 Data panen ubinan tanaman padi varietas Inpari 1, Umbul, Situ Bagendit, dan Galur Harapan pada sistem irigasi berselang Data tinggi tanaman keempat varietas padi pada irigasi kontinyu dan berselang dengan menggunakan sistem jarak tanam Jajar legowo dan tegel 25 6 Foto kenampakan unit AWS (Automatic Weather Station) Foto sistem jarak tanam legowo 40 : (20 : 10 cm) Foto sistem jarak tanam tegel (25 x 25 cm) x

11 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pangan di Indonesia sangat memprihatinkan akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktivitas pangan, kegagalan panen akibat anomali iklim, dan berkurangnya luas lahan pertanian akibat konversi lahan ke bidang non-pertanian dengan laju alih fungsi lahan sebesar ha/tahun (BPS, 2004). Oleh karena itu, dituntut perlu adanya optimalisasi seluruh sumber daya pertanian. Disamping faktor tanah, produktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, dan berbagai unsur iklim. Anomali dan perubahan iklim global sangat mempengaruhi kondisi iklim secara global, regional, maupun lokal. Hal ini merupakan tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan secara berkelanjutan salah satunya dengan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air yang lebih efisien sebagai strategi adaptasi menghadapi perubahan iklim (BPPP, 2007). Air sangat diperlukan tanaman padi sawah untuk pertumbuhan tanaman. Kelangkaan air yang terjadi akibat dampak dari perubahan iklim merupakan ancaman bagi bidang pertanian terhadap penyediaan pangan masa depan. Diperlukan suatu cara bertanam tanaman padi maupun teknologi pengairan yang dapat meningkatkan efisiensi air. Pada kondisi keterbatasan air diharapkan varietas berumur genjah dan tahan kering akan lebih baik serta sistem pemanfaatan ruang dalam hal ini sistem jarak tanam yang menjadikan air di lapisan tanah bagian bawah tersedia sehingga akan menghasilkan produksi yang lebih baik. Selain itu, melalui irigasi berselang diharapkan efisiensi penggunaan air oleh tanaman lebih tinggi. Menurut Las (2007), dengan irigasi berselang hasil padi meningkat 7% dibanding hasil pada lahan yang digenangi terus menerus. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui produktivitas pada keempat varietas padi, yaitu Inpari 1, Umbul, Situ Bagendit, dan Galur Harapan pada lahan irigasi kontinyu dan berselang dengan menggunakan sistem jarak tanam jajar legowo dan tegel 2. Mengetahui kebutuhan air tanaman pada keempat varietas padi pada lahan irigasi kontinyu dan berselang dengan menggunakan sistem jarak tanam jajar legowo dan tegel 3. Mengetahui nilai efisiensi penggunaan air pada pengairan berselang dan pengairan konvensional (kontinyu). II. TINJAUAN PUSTAKA Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae). Padi (Oryza sativa) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Produksi padi di dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek karena kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar. Pengelolaan air sangat penting peranannya dalam keberhasilan peningkatan produksi padi di lahan sawah. Tanaman padi membutuhkan air yang berbeda volumenya untuk setiap fase pertumbuhannya. Produksi padi sawah akan menurun jika tanaman padi menderita cekaman air (water stress). 2.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Mijen terletak di Kota Semarang dengan luas wilayah km 2. Secara geografis lokasi penelitian terletak di 7.08 o LS dan o BT pada ketinggian 213 meter di atas permukaan laut. Curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2790 mm/tahun, suhu udara berkisar antara o C. Sesuai dengan letak geografis, lokasi penelitian (Mijen) memiliki tipe hujan monsun. Monsun merupakan angin musiman yang disebabkan oleh pengaruh pemanasan dan tekanan udara yang berbeda-beda antara benua (daratan) dan lautan yang ada di sekitarnya serta selalu berubah pada setiap musim. Pada saat benua mengalami musim panas maka sirkulasi udara akan bergerak dari lautan menuju benua dan sebaliknya sirkulasi udara akan bergerak menuju lautan saat benua mengalami musim dingin. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya variabilitas musim basah dan musim kering di Indonesia. Bulan Mei sampai bulan September, Indonesia didominasi oleh monsun Australia yang memberikan kelembaban yang rendah sehingga tercipta musim kering, sedangkan pada saat bulan November sampai bulan Maret lebih 1

12 didominasi oleh munson Asia yang lembab sehingga tercipta musim basah di Indonesia. Berdasarkan pembagian wilayah pola iklim di Indonesia seperti yang terlihat pada Gambar 1. Keterangan: (A) Tipe Monsun (B) Tipe Ekuatorial (C) Tipe Lokal Gambar 1 Pembagian pola iklim secara klimatologi di Indonesia (Aldrian dan Susanto dalam Rahman, 2007) Menurut Tjasyono (2004) fluktuasi nilai SOI sangat jelas pengaruhnya terhadap daerah berpola hujan monsun. Lebih lanjut Aldrian dan Susanto dalam Rahman (2007) mengatakan bahwa sea-surface temperature (SST) di sekitar kepulauan juga berpengaruh terhadap besaran curah hujan di kepulauan itu sendiri untuk daerah yang berpola hujan monsoon. Terganggunya siklus Walker yang bergerak dari timur Samudera Pasifik ke arah barat Samudera Pasifik akibat dari meningkatnya tekanan udara di Tahiti yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi nilai SOI (Southern Oscillation Index) juga berpengaruh pada besarnya curah hujan di Indonesia, akibatnya adalah terhambatnya pertumbuhan awan di beberapa daerah di Indonesia sehingga menyebabkan curah hujan di daerahdaerah tersebut jumlahnya turun di bawah normal. Menurut Effendy (2001), nilai SOI dapat dijadikan patokan terjadinya fenomena El- Nino dan La-Nina. Semakin negatif nilai SOI berarti semakin kuat kejadian panas (warm event), sebaliknya semakin positif nilai SOI semakin kuat kejadian dingin (cold event). Tahun 2010 merupakan tahun La-Nina kuat. Hal tersebut didukung oleh data nilai SOI yang dicatat oleh Bureau of Meteorology (BOM) Australia yang menunjukkan bahwa nilai SOI > +10 selama enam bulan (Tabel 1). Tabel 1 Nilai SOI (Southern Oscillation Index) tahun 2010 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Tabel 2 Oscillation) Nilai SOI (P_Tahiti- P_Darwin) Kriteria nilai SOI (Southern Oscillation Index) penentu ENSO (El-Nino Southern Fenomena yang akan terjadi < -10 selama 6 bulan El-nino kuat -5 s/d -10 selama 6 bulan El-Nino lemah-sedang -5 s/d +5 selama 6 bulan Normal +5 s/d +10 selama 6 bulan La-Nina lemah-sedang >+10 selama 6 bulan La-Nina kuat 2.2 Sistem Irigasi Berselang Pengairan berselang adalah penerapan teknis pengairan yang dimaksudkan untuk menghemat penggunaan air. Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian sesuai fase pertumbuhan tanaman dan kondisi lahan. Hal yang sering dikhawatirkan petani dalam berusahatani padi diantaranya adalah kekurangan air terutama di musim kemarau. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tanaman padi memerlukan air irigasi pada fase tertentu. Untuk mengatasi kelangkaan air pada fase tertentu, dikembangkan beberapa teknik pengelolaan lahan yang efisien dalam penggunaan air. Pengairan berselang dapat menghemat pemakaian air 15 30% tanpa menurunkan hasil panen (BALITPA, 2009). Dalam menerapkan pengairan berselang, perlu dipertimbangkan bahwa cara ini dilakukan bergantung pada: Jenis tanah; Tanah yang tidak bisa menahan air sebaiknya hati-hati dalam menerapkan cara pengairan berselang, demikian pula jenis tanah berat. Pola pengairan di wilayah setempat; kalau pengairan sudah ditetapkan berselang setiap 3 hari maka ikutilah pola pengairan yang sudah ada. Pada lahan sawah yang sulit dikeringkan karena drainase jelek, pengairan berselang tidak perlu dipraktekan. Manfaat atau keunggulan dari sistem irigasi berselang, antara lain menghemat air 2

13 irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas, memberi kesempatan kepada akar untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam, mencegah timbulnya keracunan besi, mencegah penimbunan asam organik dan gas H 2 S yang menghambat perkembangan akar, mengaktifkan jasad renik mikroba yang bermanfaat, mengurangi kerebahan, mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah), menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen, memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah), dan memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus (BALITPA, 2009) 2.3 Respon Tanaman terhadap Ketersediaan Air Air merupakan salah satu bahan yang penting dan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kramer (1963) dalam Chang (1968) menyatakan bahwa air adalah: a. Unsur penting pada fisiologi tanaman b. Merupakan bahan reaksi dalam fotosintesis dan proses hidrolisa c. Merupakan bahan pelarut garam, gula, dan larutan lainnya yang bergerak dari sel ke sel lainnya dan dari bagian ke bagian lain tanaman d. Sebagai unsur penting untuk pemeliharaan turgiditas tanaman diperlukan untuk perluasan sel dan pertumbuhan tanaman. Tipe-tipe vegetasi dan adaptasi tanaman adalah interaksi sebagai faktor fisik lingkungan terutama ketersediaan air. Namun, jika dilihat mikro proses yang mempengaruhi keadaan mikro itu adalah proses-proses fisiologi yang hampir seluruhnya dipengaruhi secara langsung oleh air. Termasuk aktivitas metabolisme, misalnya fotosintesis dan respirasi. Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh laju pembelahan dan perbesaran sel serta suplai bahan-bahan organik maupun anorganik untuk sintesa protoplasma dan dinding sel yang baru. Menurut Mudiyarso (1987), peran air dalam perbesaran sel adalah melalui pengaruhnya terhadap penurunan turgor, sedangkan pemanjangan daun dapat dihambat oleh cekaman air (kekurangan air) karena laju fotosintesis dan respirasi menurun. Jika, keadaan tersebut terus berlanjut akan mengakibatkan kematian tanaman. Soemarno (2004) menyatakan bahwa apabila persediaan air tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman secara penuh, evapotranspirasi aktual (ET a ) akan menurun di bawah evapotranspirasi maksimum (ET m ) atau ET a < ET m. Pada kondisi seperti ini, akan berkembang stress air di dalam tanaman yang akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Pengaruhpengaruh ini sangat tergantung pada spesies dan varietas tanaman, intensitas stress dan waktu terjadinya stress air. Pengaruh intensitas dan waktu stress ini sangat penting dalam kaitannya dengan penjadwalan suplai air yang terbatas selama periode pertumbuhan tanaman dan penentuan prioritas penggunaan suplai air di antara tanamaan selama musim pertumbuhannya. Kalau suplai air tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan air tanaman, atau ET a < ET m, tanaman akan menunjukkan respon yang berbeda-beda terhadap defisit air ini. Pada beberapa tanaman akan terjadi peningkatan efisiensi penggunaan air (WUE) sedangkan pada tanaman lainnya WUE menurun dengan meningkatnya defisit air. Kalau defisit air terjadi selama periode tertentu dalam musim pertumbuhan tanaman, respon hasil terhadap defisit air sangat beragam tergantung pada tingkat kepekaan tanaman pada periode tersebut. Pada umumnya tanaman sangat peka terhadap defisit air selama awal pertumbuhannya, pembungaan dan awal fase pembentukan hasil (Soemarno, 2004). Menurut Soemarno (2004), Respon hasil terhadap defisit air juga beragam di antara varietas tanaman. Pada umumnya varietas unggul sangat peka terhadap air, pupuk dan input agronomis lainnya. Varietas-varietas yang potensi produksinya rendah dengan respon air yang rendah lebih sesuai untuk sistem tadah hujan yang sering mengalami stress air. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi pada kondisi irigasi, harus digunakan varietas unggul yang sangat responsif terhadap air sehingga dapat dicapai efisiensi penggunaan air yang tinggi. Komponen hasil panen dipengaruhi oleh genotipe, lingkungan, dan pengelolaan yang seringkali dapat membantu menerangkan terjadinya pengurangan hasil panen. Genotipe dapat mempengaruhi kemampuan bekecambah dan menentukan potensial untuk membentuk srisip, jumlah bunga, jumlah bunga yang berkembang membentuk biji, jumlah hasil asimilasi yang diproduksi, dan pembagian hasil asimilasi. Lingkungan mempengaruhi kemampuan tumbuhan 3

14 tersebut untuk mengekspresikan potensial genetisnya. Air, nutrisi, temperatur, cahaya, dan faktor lingkungan lainnya yang bukan tingkatan optimum dapat mengurangi salah satu komponen hasil panen. Faktor pengelolaan meliputi jumlah biji yang ditanam dan kemampuan pengelola tanaman untuk menyediakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan agar tercapai hasil panen yang maksimum (Fitter, 1994). 2.4 Kebutuhan Air Tanaman evaporasi adalah proses dimana air berubah menjadi uap air dan berpindah dari permukaan penguapan. air menguap dari berbagai permukaan seperti danau, sungai, tanah, dan vegetasi yang basah. Transpirasi adalah proses penguapan air yang terkandung dalam lapisan tanaman dan berpindah menguap ke atmosfer. Transpirasi tergantung pada pasokan energi, gradien tekanan uap air, dan angin. Maka, radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan angin harus dipertimbangkan ketika menentukan nilai transpirasi. Iklim Radiasi Suhu Angin kelembaban Tanaman Acuan (rumput) Pengairan baik Faktor K c Pengairan baik Kondisi tanaman optimal Gambar 2 Kondisi evapotranspirasi acuan (ET 0 ) dan evapotranspirasi tanaman (ET c ) (Allen, 1998) ET 0 (evapotranspirasi acuan) merupakan penguapan dari tanaman rumput yang ditanam di lahan dalam kondisi air tanah yang optimal dan kondisi lingkungan yang sangat baik serta mencapai produksi potensial dalam kondisi iklim yang diberikan. Metode FAO Penman- Montheith direkomendasikan sebagai satusatunya metode untuk menentukan evapotranspirasi acuan (ET 0 ) oleh para ahli dari FAO bekerja sama dengan badan internasional irrigation and Drainage dan WMO (World Meteoroloy Organization). Persamaan Metode FAO Penman-Montheith diadopsi dari persamaan Penman-Montheith yang dikombinasikan dengan persamaan tahanan aerodinamik dan tahanan permukaan tajuk. Evapotranspirasi acuan (ET 0 ) merupakan nilai evapotranspirasi pada tanaman hipotetik yang memiliki tinggi 0.12 m, hambatan permukaan sebesar 70 s/m dan albedo Kriteria tersebut mendekati kondisi tanaman rumput. Metode FAO Penman-Montheith tersebut dipilih karena mendekati nilai evapotranspirasi potensial tanaman rumput pada lokasi yang diteliti (Allen, 1998). ET c (evapotranspirasi tanaman) merupakan penguapan dari suatu tanaman tertentu yang tumbuh di lahan yang luas dengan kondisi air tanah yang optimal, manajemen dan kondisi lingkungan yang sangat baik (bebas hama penyakit dan pemupukan yang baik), dan mencapai produksi potensial dalam kondisi iklim yang diberikan. Apabila jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor pembatas, maka evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi yang maksimal dan kondisi itu dikatakan sebagai evapotranspirasi potensial (ETP) atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial (ETP) akan berlangsung bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata maupun permukaan tanah. Doorenbos dan Pruitt (1977) mendefinisikan kebutuhan air tanaman sebagai jumlah air yang dibutuhkan untuk mengimbangi evapotranspirasi dari tanaman sehat (ET c ) yang tumbuh pada suatu lahan yang luas, kondisi air tanah dan kesuburan tanah tidak dalam keadaan terbatas serta dapat mencapai produksi potensial pada lingkungan pertumbuhannya. Menentukan kebutuhan air secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan nilai ET c (evapotranspirasi tanaman). Menurut Mudiyarso (1987), istilah kebutuhan air tanaman memiliki pengertian yang sama dengan konsumsi air oleh tanaman. Konsumsi air oleh tanaman adalah banyaknya air yang hilang dari areal yang bervegetasi persatuan waktu yang digunakan untuk transpirasi atau pertumbuhan /perkembangan, dan yang dievaporasikan dari permukaan vegetasi dan tanah. Jadi, pada prinsipnya kebutuhan air tanaman adalah evapotranspirasi. Besarnya evapotranspirasi yang menentukan pemakaian konsumsi air (kebutuhan air) oleh tanaman dipengaruhi 4

15 oleh iklim, ketersediaan air tanah, dan karakteristik pertumbuhannya. Menurut Allen (1998) pada kondisi irigasi normal (biasa yang dilakukan petani) untuk menghitung nilai kebutuhan air tanaman (ET c ) sangat disarankan menggunakan K c tunggal dan pada kondisi irigasi yang menggunakan pengaturan frekuensi pemberian irigasi dapat menggunakan K c ganda (K cb dan K e ). Berikut merupakan rumus untuk mengetahui nilai ET c dengan menggunakan K c tunggal: ET c = ET 0. K c...(1) sedangkan, untuk mengetahui nilai ET c dengan menggunakan K c ganda sebagai berikut: ET c = ET 0. (K cb + K e ).(2) Keterangan: ET c : evapotranspirasi tanaman (mm/hari) K c : koefisien tanaman K cb : koefisien transpirasi K e : koefisien evaporasi ET 0 : evapotranspirasi acuan (mm/hari) Koefisien tanaman sesuai dengan jenis dan pertumbuhan vegetatifnya. Sedangkan perubahan kondisi iklim/cuaca tidak begitu mempengaruhi nilai K c pada tanaman pendek seperti padi (Allen, 1998). Nilai koefisien tanaman (K c ) menggambarkan laju kehilangan air secara drastis pada fase-fase pertumbuhan tanaman dan menggambarkan keseimbangan komponen-komponen energi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (FAO, 2001) dalam Aqil et al. (2001). III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan sawah irigasi milik petani setempat yang terletak di Kelurahan Karangmalang, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah pada bulan April 2010 hingga Agustus K c generatif K c pertunasan Pertunasan Fase vegetatif Fase generatif Pematangan K cb K c = K cb + K e K e K c akhir Pertunasan Fase vegetatif Fase generatif Pematangan Gambar 3 Skema nilai K c tunggal dan K c ganda selama pertumbuhan tanaman (Allen, 1998) Gambar 4 Peta lokasi penelitian di Kota Semarang 3.2 Bahan dan Alat Penelitian ini dilaksanakan pada lahan seluas m 2. Varietas padi yang digunakan antara lain: Inpari 1, Umbul, Situ Bagendit, dan Galur Harapan. Deskripsi tanaman padi (Suprihatno et al., 2010): 1. Situ Bagendit (dilepas tahun 2003) Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : batang Bobot 1000 butir : 27.5 g Rata rata hasil : 4.0 ton/ha pada lahan kering atau 5.5 ton/ha pada lahan sawah Potensi hasil : 6.0 ton/ha Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap blas dan hawar daun bakteri strain III dan IV Anjuran tanam : cocok ditanam di lahan kering maupun lahan sawah 5

16 2. Umbul (lokal) Jenis varietas yang sering digunakan oleh petani setempat. Merupakan jenis padi sawah. 3. Inpari 1 (dilepas tahun 2008) Umur tanaman : 108 hari Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 93 cm Anakan produktif : 16 anakan Bobot 1000 butir : 27 g Rata rata hasil : t/ha GKG Potensi hasil : 10 t/ha GKG Ketahanan terhadap : Hama : tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2, agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 3 Penyakit : tahan hawar daun bakteri strain III, IV, dan VIII Anjuran tanam : baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl 4. Galur harapan Varietas ini merupakan varietas baru jenis padi sawah. Pemeliharaan selama satu masa tanam dengan memberikan pupuk phonska (pupuk majemuk NPK, Mengandung unsur hara N, P, K dan S sekaligus) sebesar 300 kg/ha; 200 kg/ha urea; KCL 60 kg/ha; kompos sebanyak 2 ton/ha; dan ferinsa (urin sapi) sebanyak 40 liter/ha. Peralatan yang digunakan cangkul, sekop, timbangan, oven, mistar, plastik, alat ukur kadar air gabah, AWS (Automatic Weather Station), macro excel FAO Penman- Monteith, Program statistik SAS (Statistical Analist System), dan Microsoft Excel. 3.3 Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan acak kelompok (Randomized Block Design) 2 faktor perlakuan. Perlakuan yang digunakan adalah varietas dan sistem jarak tanam dengan pengelompokan sistem irigasi. Berikut ini merupakan rancangan percobaannya, yaitu: I1 = sistem irigasi kontinyu I2 = sistem irigasi berselang V1= varietas padi Inpari 1 V2= varietas padi Umbul V3= varietas padi Situ Bagendit V4= varietas padi Galur Harapan J1= sistem jarak tanam jajar legowo 40 : (20 : 10 cm) J2= sistem jarak tanam tegel (25 x 25 cm) Masing-masing perlakuan diulang t kali. Bagan percobaan: I1 I2 I1V2J1 I1V4J2 I1V1J1 I1V3J1 I1V2J2 I1V3J2 I1V1J2 I1V4J1 I2V2J2 I2V4J2 I2V1J1 I2V3J1 I2V2J1 I2V4J1 I2V1J2 I2V3J2 Model linier bagi rancangan 2 faktor dalam RAK adalah Yijk = u + Rk + Ai+ Bj + (AB)ij + eijk...(3) Rk= pengaruh kelompok ke-k Ai= pengaruh perlakuan faktor A taraf ke-i Bj= pengaruh perlakuan faktor B taraf ke-j (AB)ij = pengaruh interaksi eijk = pengaruh galat percobaan Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan program statistik SAS pada taraf nyata sebesar 5%. 3.4 Parameter Penelitian Parameter Tanah Parameter tanah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk simulasi program CWB- ETO yaitu kapasitas lapang (KL) sebesar 300 mm/m (mm air / m kedalaman tanah) dan titik layu permanen (TLP) sebesar 150 mm/m. Data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Hidayat Pawitan et al. (1997) untuk rata-rata wilayah Semarang Parameter Agronomi Tanaman Data agronomi primer antara lain: umur tanaman fase pertunasan, fase vegetatif, waktu generatif (pembungaan), waktu pengisian polong, waktu pemasakan biji, waktu panen, bobot gabah kering panen (GKP), bobot gabah kering giling (GKG), kedalaman akar maksimum, ketinggian tanaman, berangkasan basah, dan berangkasan kering. Data agronomi sekunder yaitu koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air (diasumsikan 20%) dan nilai koefisien tanaman terhadap pengurangan hasil panen (K y ) pada Tabel 3. Pengambilan contoh untuk menganalisa pertumbuhan tanaman dengan ubinan (petak contoh) dengan luasan 2.5 x 2.5 m untuk lahan sistem tegel sedangkan untuk lahan sistem jajar legowo petak ubinan memiliki luasan 2.4 x 2.4 m. Tabel 3 Nilai K y tanaman padi (Doorenbos, 1979) 6

17 Fase K y Pertunasan 1.0 Vegetatif 1.0 Generatif 0.5 Pengisian bulir 3.6 Pematangan Parameter Iklim Parameter iklim yang diperlukan antara lain data curah hujan pada bulan Januari Agustus Perhitungan nilai ET 0 (evapotranspirasi acuan) dengan menggunakan macro excel FAO Penman- Monteith dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (BALITKLIMAT). Data masukan yang diperlukan antara lain: lintang (latitude), bujur (longtitude), ketinggian tempat di atas permukaan laut (altitude), kecepatan angin yang terukur pada ketinggian dua meter (U2), suhu udara maksimum (T max ), suhu udara minimum (T min ), dan suhu udara rata-rata (T rerata ). Persamaan modifikasi persamaan FAO Penman-Monteith untuk menduga nilai evapotranspirasi acuan dengan persamaan menurut Allen (1998) adalah : ET 0 = (Rn-G) + γ((900/(t*273))u2 (es ea) (4) + γ ( U2) Di mana : ET 0 evapotranspirasi acuan (mm hari -1 ) R n radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ m -2 hari -1 ) G kerapatan flux bahang tanah harian ( 0 MJ m -2 hari -1 ) U2 rata-rata kecepatan angin pada ketinggian dua meter (m detik -1 ) e s tekanan uap jenuh (kpa) e a tekanan uap aktual (kpa) slope kurva tekanan uap (kpa o C -1 ) γ konstanta psikrometrik ( kpa o C -1 ) T suhu udara rata-rata ( o C) Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai radiasi netto (R n ) pada permukaan tanaman (Allen et al., 1998) yaitu: R n = R ns - R nl.(5) R ns = (1 α) R s.(6) 4 4 T max, K T min, K R nl = σ R 1.35 s 0. R 35 so 2 ( (7) R s = k Rs (T max -T min ) 0.5 R a...(8) R so = ( z) Ra.(9) e a ) R a = (G sc /π) dr [ω s sin(φ) sin(δ) + cos (φ) cos(δ) sin(ω s )]} (10) [rad] = π/180 [derajat desimal] (11) dr = cos(2πj/365)...(12) δ = sin[(2πj/365) 1.39].(13) ω s = arcos[-tan(φ)tan(δ)] (14) Keterangan: R n radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ m -2 hari -1 ) R ns radiasi netto gelombang pendek pada permukaan tanaman (MJ m -2 hari -1 ) R nl radiasi netto gelombang panjang pada permukaan tanaman (MJ m -2 hari -1 ) R s radiasi bruto gelombang pendek matahari (MJ m -2 hari -1 ) R so radiasi bruto matahari saat kondisi cerah, tidak ada penutupan awan (MJ m -2 hari -1 ) R a radiasi matahari ekstraterestrial (MJ m -2 hari -1 ) α albedo kanopi (= 0.23) z Ketinggian tempat (mdpl) T max,k 4 suhu absolut maksimum selama 24 jam (K= o C ) T min,k 4 suhu absolut minimum selama 24 jam (K= o C ) σ ketetapan Stefan-Boltzmann ( MJ K -4 m -2 hari -1 ) k Rs faktor koreksi ( 0.16 o C -0.5 ) T max suhu udara maksimum ( o C) T min suhu udara minimum ( o C) G sc konstanta matahari (= MJ m -2 hari -1 ) dr invers jarak bumi matahari (rad) ω s sudut terbenam matahari (rad) φ lintang (rad) δ sudut deklinasi matahari (rad) π 3.14 J Julian date Besarnya nilai tekanan uap jenuh (e s ) dan tekanan uap aktual (ea) didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Allen et al., 1998): e s = [e o (T max ) + e o (T min )]/2..(15) e o (T max ) = exp[(17.27 T max )/(T max )]..(16) e o (T min ) = exp[(17.27 T min )/(T min )]..(17) e a = e o (T min ).....(18) asumsi persamaan (18) adalah suhu titik embun (T dew ) mendekati suhu minimum harian. Keterangan: 7

18 e o (T max ) tekanan uap saat suhu maksimum (kpa) e o (T min ) tekanan uap saat suhu maksimum (kpa) T max suhu udara maksimum ( o C) T min suhu udara minimum ( o C) Menentukan nilai slope kurva tekanan uap ( ) dengan menggunakan persamaan berikut (Allen et al., 1998): 17.27T exp T =...(19) 2 T Keterangan: T rerata suhu udara rata-rata ( o C) Parameter Irigasi Saat persemaian seluruh bibit ditanam selama 3 minggu dengan tinggi penggenangan 10 mm. Sebagai upaya adaptasi dua minggu pada awal musim tanam pada kedua lahan digenangi setinggi 20 mm terus-menerus. Setelah itu, pada sistem irigasi kontinyu penggenangan dilakukan terusmenerus setinggi 100 mm hingga dua minggu sebelum panen. Sedangkan pada irigasi berselang penggenangan setinggi 50 mm dibiarkan hingga air surut hingga lahan dalam keadaan macak-macak dan diari kembali setinggi 50 mm. Begitu seterusnya. Kemudian masuk fase pematangan (dua minggu sebelum panen) tidak ada pengairan baik di lahan irigasi kontinyu maupun irigasi berselang hingga masa panen. Gambar 5 Jadwal irigasi kontinyu ( ) dan berselang ( ) pada varietas Inpari 1 dan Umbul Gambar 6 Jadwal irigasi kontinyu ( ) dan berselang ( ) pada varietas Situ Bagendit dan Galur Harapan 3.5 Analisis Data untuk Mendapatkan Waktu Tamam dan Kehilangan Hasil Produksi Data tanah, data curah hujan, dan data agronomi padi dianalisis menggunakan program CWB-ETO (Crop Water Balance Evapotranspiration). Program CWB-ETO merupakan suatu model simulasi untuk memprediksi waktu tanam beserta nilai kehilangan hasilnya yang dipergunakan dalam suatu perencanaaan waktu tanam di suatu wilayah dengan asumsi kondisi pertanaman dalam keadaan yang optimum serta bebas dari serangan hama dan penyakit. Program ini dikelurkan oleh BALITKLIMAT (Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi) hasil kerja sama dengan CIRAD (Agricultural Research for Development) Perancis tahun Hasil simulasi dari program tersebut diperoleh nilai persentase kehilangan hasil (%RLY) sebagai acuan dalam menetapkan waktu tanam terbaik dengan kriteria nilai persentase kehilangan hasil kurang dari 20% (Lidon, 2002). Untuk mendapatkan informasi waktu panen dan produksi tanaman padi di suatu wilayah ada beberapa tahapan: a) Masukan data iklim (curah hujan dan ET 0 selama masa tanam), data agronomi (fase pertumbuhan tanaman, fase fenologi, tinggi tanaman maksimum, dan kedalaman akar), koefisien tanaman (K c ), koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air, koefisien tanaman terhadap pengurangan hasil panen (K y ), dan data tanah (KL dan TLP) ke dalam program CWB-ETO yang masing-masing sudah tersedia dalam sheet yang berbeda 8

19 b) Setelah seluruh data masuk, tentukan waktu tanam dalam dasarian (10 harian) c) Kemudian program siap untuk dijalankan dengan waktu simulasi yang berbeda setiap penanaman sesuai dengan umur panennya d) Simulasi akan selesai dengan tampilan di layar monitor computer pada sheet hasil akhir e) Hasil simulasi ditransfer menjadi sheet lain yang disimpan dalam file yang berbeda f) Dari hasil simulasi juga dapat diketahui perkiraan hasil yang kemudian dibandingkan dengan data di lapangan. 3.6 Menghitung Kebutuhan Air Tanaman Nilai ET 0 (evapotranspirasi acuan) yang telah diketahui dari hasil keluaran program macro excel FAO Penman-Monteith kemudian dikoreksi dengan faktor tanaman (K c ) sesuai dengan jenis, varietas, dan pertumbuhan vegetasinya. Menurut Allen (1998) pada kondisi irigasi normal (kontinyu dilakukan petani), yakni irigasi kontinyu untuk menghitung nilai kebutuhan air tanaman (ET c ) sangat disarankan menggunakan K c tunggal dan pada kondisi irigasi berselang menggunakan K c ganda (K cb dan K e ). Berikut adalah rumus untuk menghitung ET c lahan sawah pada irigasi kontinyu dan irigasi berselang (Allen, 1998): a) Irigasi kontinyu Saat pertunasan nilai K c didasarkan pada kondisi rata-rata RH minimum dalam kategori sub-humid dan kondisi kecepatan angin pada ketinggian dua meter dalam kategori light, sehingga nilai K c pertunasan bernilai 1.05 berdasarkan FAO (1998). Rumus untuk menghitung nilai K c saat fase generatif dan fase akhir: K c(hit) = K c(tab) + [0.04(U2-2)-0.004(RH min -45] (h/3) (20) Keterangan: K c(hit) menentukan nilai K c saat fase generatif ataupun fase akhir K c(tab) nilai K c dari Tabel 4 U2 nilai rata-rata kecepatan angin harian pada ketinggian dua meter (saat fase generatif ataupun fase akhir) [m/s] RH min rata-rata nilai RH minimum harian (saat fase generatif ataupun fase akhir) [%] h nilai rata-rata tinggi tanaman (saat fase generatif ataupun fase akhir) [m] sedangkan untuk menentukan K c saat fase pertumbuhan vegetatif dan pematangan bulir dapat dilakukan interpolasi dari nilai K c(hit) dengan rumus sebagai berikut: K ci = K c-prev +[i-σ(l prev )/L stage ](K c-next K c-prev )...(21) Keterangan: K ci koefisien tanaman pada hari ke-i (saat fase pertumbuhan vegetatif K c-prev ataupun fase pematangan) nilai koefisien tanaman fase sebelum fase pertumbuhan vegetatif ataupun pematangan K c-next nilai koefisien tanaman fase pertumbuhan vegetatif ataupun pematangan Σ(L prev ) jumlah panjang hari fase sebelumnya [hari] L stage Tabel 4 panjang hari fase yang dihitung (fase pertumbuhan vegetatif ataupun pematangan) [hari] Nilai K c tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan (Allen, 1998). Fase K c K cb Pertunasan Generatif Akhir Kemudian untuk menduga besarnya nilai kebutuhan air tanaman menggunakan rumus: ET c = ET 0. K c...(22) Keterangan: ET c evapotranspirasi tanaman (mm/hari) K c koefisien tanaman sesuai jenis dan pertumbuhan vegetasinya ET 0 evapotranspirasi acuan (mm/hari) b) Irigasi berselang Menghitung nilai K cb (koefisien transpirasi) saat fase generatif dan fase akhir: K cb(hit) = K cb(tab) + [0.04(U2-2)-0.004(RH min - 45](h/3) (23) Keterangan: K cb(hit) menentukan nilai K cb saat fase generatif ataupun fase akhir K cb(tab) nilai K cb dari Tabel 4 U2 RH min nilai rata-rata kecepatan angin harian pada ketinggian 2 meter (saat fase generatif ataupun fase akhir) [m/s] rata-rata nilai RH minimum harian (saat fase generatif ataupun fase akhir) [%] 9

20 h nilai rata-rata tinggi tanaman (saat fase generatif ataupun fase akhir) [m] sedangkan untuk menentukan K c saat fase pertumbuhan vegetatif dan pematangan bulir dapat dilakukan interpolasi dari nilai K c(hit) dengan rumus seperti persamaan (21). Nilai K e (koefisien evaporasi) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: K e = K r (K c(max) K cb )...(24) dengan, K c(max) = 1.1+{[0.04(U2-2)-0.004(RH min - 45)](h/3) 0.3 }..(25) Keterangan: K e koefisien evaporasi koefisien transpirasi K cb K c(max) Kr nilai Kc maksium irigasi berselang koefisien reduksi evaporasi, saat kondisi tanah basah nilai Kr = 1. Kemudian untuk menduga besarnya nilai kebutuhan air tanaman menggunakan rumus: ET c = ET 0. (K cb + K e )...(26) Keterangan: ET c evapotranspirasi tanaman (mm/hari) K cb koefisien transpirasi tanaman K e koefisien evaporasi tanah ET 0 evapotranspirasi acuan (mm/hari) 3.7 Analisis Efisiensi Penggunaan Air oleh Tanaman Berdasarkan nilai ET c dapat diketahui nilai efisiensi penggunaan air oleh tanaman. Efisiensi penggunaan air atau Water Use Efficiency (WUE) oleh tanaman dapat dihitung menggunakan rumus yang diperkenalkan oleh Gardner (1985) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: WUE = Produksi berat kering (DM)...(27) ET c selama musim tanam dinyatakan dalam kg DM. (m 3 ) -1 air. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Iklim Lokasi Penelitian Wilayah Mijen memiliki pola hujan monsun pada kondisi normal musim kemarau terjadi pada bulan Mei September dan musim hujan pada bulan November Maret setiap tahunnya. BMKG menyatakan awal musim kemarau ditandai dalam dua dasarian berturut-turut curah hujan yang terukur untuk tiap dasarian < 50 mm maka kondisi musim kemarau telah mulai pada dasarian pertama ketika curah hujan terukur pertama kali dan sebaliknya untuk menentukan awal musim hujan. Dari data curah hujan dasarian di Mijen terlihat awal musim kemarau jatuh pada April (III) Namun setelah dua dasarian berikutnya, yaitu Mei (II) mengalami curah hujan > 50 mm hingga pada Juni (II) Hal tersebut dikarenakan terjadi fenomena La- Nina yang menyebabkan pergeseran awal musim hujan menjadi lebih cepat dan durasi kejadian hujan yang lebih panjang daripada kondisi normal. semai panen Gambar 7 Curah hujan dasarian di Mijen tahun Kebutuhan Air Tanaman Padi di Mijen Nilai ET 0 (evapotranspirasi acuan) dikoreksi dengan nilai koefisien tanaman (K c ) untuk mengetahui kebutuhan air oleh tanaman (ET c ). Nilai K c dipengaruhi oleh karakteristik tanaman, saat tanam, dan fase-fase pertumbuhan tanaman, serta kondisi iklim secara umum (Hasbi, 2010). Nilai K c pada keempat varietas padi di Mijen seperti terlihat pada Tabel 5. Nilai K c menggambarkan laju kehilangan air secara drastis pada fase-fase pertumbuhan tanaman dan menggambarkan keseimbangan komponen-komponen energi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (FAO, 2001) dalam Aqil et al. (2001). 10

21 Tabel 5 Nilai rata-rata K c hitung pada irigasi kontinyu dan berselang untuk setiap fase pertumbuhan pada keempat verietas padi Inpari 1 (umur tanaman 108 hari) Fase Durasi K c hitung Kontinyu K c hitung Berselang (hari) Jajar legowo Tegel Jajar legowo Tegel Pertunasan Pertumbuhan Vegetatif Generatif Pematangan Umbul (umur tanaman 108 hari) Fase Durasi K c hitung Kontinyu K c hitung Berselang (hari) Jajar legowo Tegel Jajar legowo Tegel Pertunasan Pertumbuhan Vegetatif Generatif Pematangan Situ Bagendit (umur tanaman 112 hari) Fase Durasi K c hitung Kontinyu K c hitung Berselang (hari) Jajar legowo Tegel Jajar legowo Tegel Pertunasan Pertumbuhan Vegetatif Generatif Pematangan Galur Harapan (umur tanaman 112 hari) Fase Durasi K c hitung Kontinyu K c hitung Berselang (hari) Jajar legowo Tegel Jajar legowo Tegel Pertunasan Pertumbuhan Vegetatif Generatif Pematangan

22 (i) Inpari 1 (ii) Umbul (iii) Situ Bagendit Keterangan: ET c Jajar legowo Kontinyu ET c Tegel Kontinyu ET c Jajar legowo Berselang (iv) Galur Harapan ET c Tegel Berselang ET 0 (evapotranspirasi acuan) Gambar 8 Nilai ET c pada irigasi kontinyu, ET c irigasi berselang, dan ET 0 keempat varietas padi selama masa tanam di Mijen Menentukan kebutuhan air secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan nilai ET c. Doorenbos dan Pruitt (1977) mendefinisikan kebutuhan air tanaman sebagai jumlah air yang dibutuhkan untuk mengimbangi evapotranspirasi dari tanaman sehat yang tumbuh pada suatu lahan yang luas, kondisi air tanah dan kesuburan tanah tidak dalam keadaan terbatas serta dapat mencapai produksi potensial pada lingkungan pertumbuhannya. Jadi, pada prinsipnya kebutuhan air tanaman adalah evapotranspirasi. FAO menganjurkan menggunakan metode FAO Penman-Monteith dalam pendugaan nilai evapotranspirasi acuan (ET 0 ) karena dapat memberikan hasil nilai kebutuhan air (ET c ) yang mendekati dengan pengukuran langsung (Allen, 1998). Nilai evapotranspirasi acuan tersebut kemudian dikoreksi oleh koefisien tanaman untuk mendapatkan nilai evapotranspirasi tanaman (ET c ). Nilai ET 0 selama masa tanam rata-rata berkisar 3.7 mm/hari. Sedangkan nilai ratarata ET c harian pada keempat varietas padi pada irigasi berselang maupun kontinyu berkisar 3.9 mm/hari. Besarnya total kebutuhan air pada tanaman (ET c ) selama satu musim tanam selama penelitian di Mijen untuk keempat varietas padi pada lahan irigasi kontinyu dan berselang dapat dilihat pada Tabel 6. 12

23 Tabel 6 Nilai ET c pada keempat varietas padi pada irigasi kontinyu dan berselang dengan sistem jarak tanam jajar legowo dan tegel selama satu musim tanam di Mijen Perlakuan ET c (m 3 /m 2 ) Varietas Inpari 1 (V1) b Umbul (V2) b Situ Bagendit (V3) a Galur Harapan (V4) a Jarak tanam Jajar legowo (J1) a 40 : (20 : 10 cm) Tegel (25x25 cm) (J2) a Sistem irigasi Kontinyu (I1) a Berselang (I2) a Keterangan: Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT dengan taraf nyata 5%. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa ET c selama satu musim tanam pada varietas Inpari 1 dan Umbul lebih kecil daripada Situ Bagendit dan Galur Harapan karena umur varietas Inpari 1 dan Umbul lebih pendek daripada Situ Bagendit dan Galur Harapan. Perlakuan antar sistem jarak tanam dan antar irigasi memiliki nilai total kebutuhan air tanaman (ET c ) tidak berbeda signifikan. Hal tersebut dikarenakan kondisi ketersediaan air pada lahan irigasi kontinyu dan berselang dalam kondisi yang optimum selama masa tanam karena terdapat 58 hari hujan selama masa tanam akibat adanya pengaruh dari fenomena La-Nina. Namun, apabila terjadi kekeringan yang panjang selama masa tanam maka sistem jarak tanam jajar legowo dan irigasi berselang diduga akan menunjukkan nilai kebutuhan air yang lebih kecil daripada sistem jarak tanam tegel dan sistem irigasi kontinyu. Hal tersebut karena ruang kosong antar baris tanaman pada jajar legowo akan membentuk lapisan mulsa pada tanah yang dapat menyimpan air untuk digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan pada saat air di sekitar perakaran habis terpakai. Pada lahan irigasi berselang nilai kebutuhan airnya akan lebih rendah daripada irigasi kontinyu pada kondisi ketersediaan air yang terbatas. Hal ini disebabkan air sebagai bahan utama yang dievapotranspirasikan pada irigasi berselang jumlahnya terbatas jika dibandingkan pada lahan irigasi kontinyu serta pada lahan irigasi berselang akan terbentuk lapisan mulsa pada tanah yang dapat menekan laju evaporasi. 4.3 Hasil Simulasi CWB-ETO dan Hasil Panen Padi di Mijen Hasil simulasi menggunakan CWB-ETO pada sistem irigasi kontinyu dan berselang pada awal semai tanggal 29 April 2010 untuk keempat varietas padi menunjukkan nilai persentase kehilangan hasil (%RLY) sebesar 0. Nilai 0 yang artinya panen dapat mencapai hasil yang optimum dengan hasil panen ratarata mencapai lebih dari 6 ton/ha GKG. Hasil simulasi tertera pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil simulasi nilai persentase kehilangan hasil (%RLY) menggunakan CWB-ETO pada keempat varietas padi pada lahan irigasi kontinyu dan beselang Varietas kontinyu Berselang (%RLY) (%RLY) Inpari Umbul 0 0 Situ Bagendit 0 0 Galur Harapan 0 0 Hasil di lapangan tercapai seperti tertera pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tinggi maksimum tanaman antar varietas memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Diantara keempat varietas yang memiliki tinggi maksimum tanaman tertinggi dimiliki oleh Umbul. Hal tersebut dikarenakan faktor genetis yang berhubungan dengan genotipe antar varietas yang berbeda. Genotipe dapat mempengaruhi distribusi hasil asimilasi (Fitter, 1994). Biomassa kering tertinggi dimiliki oleh varietas Inpari 1 karena Inpari 1 merupakan jenis padi sawah tahan kekeringan. Sistem jarak tanam antara jajar legowo dan tegel memberikan respon yang berbeda untuk GKP, GKG, dan tinggi maksimum tanaman dengan perolehan tegel lebih besar daripada jajar legowo. Kerapatan antar tanaman pada sistem jajar legowo menyebabkan persaingan antar tanaman untuk mendapatkan nutrisi dan penyerapan radiasi matahari lebih besar daripada tegel dalam hal ini kondisi ketersediaan air optimum. Sistem tegel memiliki ruang yang cukup untuk pertumbuhan tajuknya sehingga diduga transpirasi pada tegel lebih besar dibandingkan dengan sistem jajar legowo. Transpirasi memungkinkan penyerapan nutrisi dari dalam tanah melalui akar dan 13

K c = K cb + K e. K e. K cb. Gambar 3 Skema nilai K c tunggal dan K c ganda selama pertumbuhan tanaman (Allen, 1998) K c generatif.

K c = K cb + K e. K e. K cb. Gambar 3 Skema nilai K c tunggal dan K c ganda selama pertumbuhan tanaman (Allen, 1998) K c generatif. oleh iklim, ketersediaan air tanah, dan karakteristik pertumbuhannya. Menurut Allen (1998) pada kondisi irigasi normal (biasa yang dilakukan petani) untuk menghitung nilai kebutuhan air tanaman (ET c )

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pangan di Indonesia sangat memprihatinkan akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktivitas pangan, kegagalan panen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk membentuk jaringan tanaman, diuapkan, perkolasi dan pengolahan tanah. Kebutuhan

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

Pengelolaan Air Tanaman Jagung

Pengelolaan Air Tanaman Jagung Pengelolaan Air Tanaman Jagung M. Aqil, I.U. Firmansyah, dan M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk dalam famili Graminae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas ini merupakan bumbung kosong

Lebih terperinci

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013 DEFINISI IRIGASI Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) PERBANDINGAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN IRIGASI PADI METODA DENGAN CROPWAT-8.0 (CALCULATION OF PADDY IRRIGATION REQUIREMENT RATIO ON WITH CROPWAT-8.0 METHOD) Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) Departement

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi Evapotranspirasi 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi Departemen Geofisika dan Meteotologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan

Lebih terperinci

IV. PENETAPAN WAKTU TANAM OPTIMAL PADA WILAYAH TERKENA DAMPAK ENSO DAN IOD

IV. PENETAPAN WAKTU TANAM OPTIMAL PADA WILAYAH TERKENA DAMPAK ENSO DAN IOD IV. PENETAPAN WAKTU TANAM OPTIMAL PADA WILAYAH TERKENA DAMPAK ENSO DAN IOD 4.1. Pendahuluan Kondisi iklim dan ketersediaan air yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Musyadik 1), Agussalim dan Pungky Nungkat 2) 1) BPTP Sulawesi Tenggara 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS KERENTANAN PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max (L.)merril) AKIBAT FLUKTUASI NERACA AIR LAHAN DAN DINAMIKA IKLIM DI KABUPATEN GORONTALO

ANALISIS KERENTANAN PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max (L.)merril) AKIBAT FLUKTUASI NERACA AIR LAHAN DAN DINAMIKA IKLIM DI KABUPATEN GORONTALO ANALISIS KERENTANAN PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max (L.)merril) AKIBAT FLUKTUASI NERACA AIR LAHAN DAN DINAMIKA IKLIM DI KABUPATEN GORONTALO Mantu Ririn, Nikmah Musa, Wawan Pembengo ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum El Nino El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Asal persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3-1///IR 64////IR 64 Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian I. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lokasi penelitian terletak pada 05 22ˈLS dan 105 14ˈBT pada

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) BERDASARKAN METODE PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI PENMAN DI KABUPATEN GORONTALO Widiyawati, Nikmah Musa, Wawan Pembengo ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia (Marlina,2012), Batang pada tanaman padi beruas-ruas yang di dalamnya berongga (kosong), biasanya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA DETERMINATION OF SOY BEANS PLANTING TIME BASED ON WATER BALANCE SHEET ANALYSIS IN SOUTH KONAWE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Peserta diklat diharapkan mampu memberikan air pada petakan tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan padi.

Peserta diklat diharapkan mampu memberikan air pada petakan tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan padi. PENGAIRAN 1. DEFINISI Pengairan adalah upaya pemberian air untuk pertumbuhan padi mulai dari persemaian sampai padi menjelang panen. Sebagaimana diketahui bahwa padi untuk pertumbuhan dan berproduksi adalah

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI ABSTRAK BAB IPENDAHULUAN DAFTAR ISI halaman i ii iii iv v vii

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat adalah satu diantara produk hortikultura yang mempunyai beragam manfaat, yaitu bisa dimanfaatkan dalam bentuk segar sebagai sayur, buah dan olahan berupa makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

ENERGI DAN PRODUKSI PERTANIAN BAHAN KULIAH DASAR AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN IPB

ENERGI DAN PRODUKSI PERTANIAN BAHAN KULIAH DASAR AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN IPB ENERGI DAN PRODUKSI PERTANIAN BAHAN KULIAH DASAR AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN IPB 1 LINGKUP BAHASAN DAN TUJUAN Lingkup bahasan Dipelajari konsep energi dalam pertanian, ekologi produksi, biomassa, keefisienan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT Ida sartika Nuraini 1), Nurdeka Hidayanto 2), Wandayantolis 3) Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah Kalimantan Barat sartikanuraini@gmail.com, nurdeka.hidayanto@gmail.com,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan karena padi merupakan tanaman sereal yang paling banyak

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan karena padi merupakan tanaman sereal yang paling banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sebagian besar petani menjadikan tanaman padi sebagai pilihan utama untuk dibudidayakan karena padi merupakan tanaman sereal yang paling banyak dibutuhkan oleh

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Kompetensi dasar Mahasiswa mampu melakukan analisis evapotranspirasi pengertian dan manfaat faktor 2 yang mempengaruhi evapotranspirasi pengukuran evapotranspirasi pendugaan evapotranspirasi JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA OLEH : ANDRIE WIJAYA, A.Md FENOMENA GLOBAL 1. ENSO (El Nino Southern Oscillation) Secara Ilmiah ENSO atau El Nino dapat di jelaskan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Kajian Evapotranspirasi Potensial Standar Pada Daerah Irigasi Muara Jalai KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Djuang Panjaitan Abstrak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino G181 Iva Ayu Rinjani dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Musyadik, Agussalim 1) dan Tri Marsetyowati 2) 1) BPTP Sulawesi Tenggara Jl. Prof. Muh. Yamin No. 89 Puuwatu Kendari,

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat. 11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya jumlah curah hujan di bawah normal pada suatu periode atau biasa disebut dengan kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama yang selanjutnya mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Tanaman pangan lain seperti gandum, jagung kentang dan ketela rambat akan mati kalau

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : Pengairan Padi Tujuan berlatih: Setelah

Lebih terperinci