KERANGKA BERPIKIR Kerangka Berpikir
|
|
- Sonny Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 62 KERANGKA BERPIKIR Kerangka Berpikir Anak jalanan sebagai individu memiliki sistem nilai, perilaku dan sikap tertentu yang berbeda dari sebagian besar anak pada umumnya, ini terkait dengan sifat individu yang unik. Di sisi lain, ia juga memiliki sifat sebagai mahluk sosial yang membutuhkan dan hidup di antara dan bersama orang-orang lain yang berpengaruh pada perilakunya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa perilaku seseorang termasuk anak jalanan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang ada padanya. Gambaran situasi dan kondisi dari suatu obyek tertentu dalam hal ini obyeknya adalah anak jalanan, terkait dengan faktor internal dan eksternalnya inilah merupakan profil. Upaya menggambarkan individu sebagai obyek terkait dengan faktor internal dan eksternalnya ini, tidak terlepas dari sistem tempat individu tersebut berada. Termasuk individu anak jalanan, tidak terlepas dari sistem sebagai suatu kesatuan tempat anak jalanan tersebut berada. Hal ini disebabkan individu adalah bagian dari sistem, yang antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya saling berhubungan secara timbal balik. Terkait dengan hal di atas Achlis (1995) mengemukakan sistem sosial mencakup kesatuan-kesatuan yang saling berinteraksi, masing-masing kesatuan memiliki bagian-bagian dan setiap kesatuan adalah bagian dari kesatuan-kesatuan yang lebih besar. Lebih lanjut dijelaskan Achlis (1995) bahwa suatu sistem merupakan suatu kompleks yang terdiri dari unsur-unsur atau komponenkomponen yang secara langsung ataupun tak langsung berkaitan sehingga membentuk jaringan kerja yang nyata dan relatif stabil dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini sistem tidak pernah berada dalam kondisi yang benar-benar berubah ataupun sama sekali stabil. Sistem pada setiap saat selalu berubah dan sekaligus juga stabil (menjaga kestabilan). Sistem kehidupan mempunyai dua
2 63 kecenderungan yaitu kecenderungan memelihara struktur (morphostatis) dan kecenderungan mengubah struktur (morphogenesis) sekaligus. Jika sistem mencapai salah satu kutub berarti eksistesinya lenyap. Namun sistem bisa bergerak antara keduanya, dan mungkin cenderung mendekati salah satu dari kedua kutub, atau berada pada kondisi steady state yang merupakan suatu keadaan dimana keseluruhan dari sistem berada dalam keseimbangan (balance). Atau pada kondisi equilibrium dan homeostatis yang mengacu pada keseimbangan yang mantap (fixed) dimana penyesuaian dipelihara dan struktur sistem dapat dikatakan tidak berubah secara berarti. Manakala terjadi ketidakseimbangan dari sub sistem dalam sistem, maka akan terjadi upaya penyesuaian dari sub sistem lain untuk menyeimbangkannya. Hal ini terkait dengan anggapan dasar teori fungsional struktural dan skema AGIL dari Parsons. Apabila upaya menyeimbangkan tidak berhasil, maka akan mengakibatkan munculnya perilaku yang menyimpang (deviant behavior) yang cenderung tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku, dan mengarah pada terjadinya social pathology (Popenoe, 1989). Demikian pula yang terjadi pada sistem kehidupan anak jalanan, perilaku menyimpang lebih merupakan upaya penyesuaian anak (ego defence mechanism) untuk dapat memenuhi kebutuhankebutuhannya dan mempertahankan diri dari kerasnya kehidupan di jalanan. Hal tersebut disebabkan tiap sub sistem yang ada dalam sistem berupaya saling menyesuaikan (adaptation) untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhannya (goal attainment), dan saling berhubungan (integration) antar bagian sebagai satu kesatuan, serta berupaya memelihara pola yang telah dibentuknya (latensi). Demikian pula yang terjadi dengan anak jalanan, mereka melakukan penyesuaian dengan lingkungan jalanan, termasuk melakukan upaya pemeliharaan terhadap pola yang telah dibentuk dalam kelompoknya dan menjadi sub kultur tersendiri yang tidak terlepas dari kultur yang ada di lingkungan sekitarnya. Pernyataan di atas memperlihatkan bahwa selain faktor bawaan (herediter) atau faktor pribadi individu bersangkutan, ada faktor di luar individu termasuk faktor keluarga dan lingkungan yang penting pula dipahami pengaruhnya.
3 64 Termasuk pengaruhnya terhadap diri individu anak jalanan yang mewakili pihak/individu dalam masyarakat yang kurang beruntung, yang biasa disebut Penyandang Masalah Sosial (PMS). Berkaitan dengan kondisi tersebut dapat digambarkan hal yang terkait dengan upaya memahami profil anak jalanan dalam kaitannya dengan beberapa peubah seperti disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Tingkat Kebutuhan Anjal Perilaku Anjal Aktivitas Sosial Ekonomi Anjal Pola Hubungan Dalam Kelompok Karakteristik Anjal (Individu, Psikologik, dan Sosiologik) Tingkat Mobilitas Anjal Profil Anak Jalanan Tingkat Kreativitas Anjal Tingkat Motivasi Tingkat Kemandirian Anjal Pola Hubungan dgn Lingkungan Situasi Sosial Anjal Sub Kultur Anjal Pola Hubungan dengan Keluarga Gambar 3. Profil Anak Jalanan (Anjal) Kaitannya dengan Beberapa Peubah Dari Gambar 3 terlihat bahwa upaya memahami anak jalanan merupakan sesuatu yang komplek. Hal ini disebabkan selain sebagai individu yang unik, anak jalanan juga merupakan mahluk sosial yang keberadaannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan. Terkait dengan keberadaannya itulah menjadi hal penting untuk digali lebih dalam tentang bagaimana profil anak jalanan dan beberapa peubah yang berpengaruh terhadap profil tersebut.
4 Gambar 4. Profil Anak Jalanan Kaitannya dengan Beberapa Peubah 65
5 66 Upaya mengetahui bagaimana profil anak jalanan pengaruhnya terhadap beberaba peubah menjadi penting mengingat situasi dan kondisi tidak muncul dengan sendirinya, terlepas tanpa ada kaitan dengan lingkungannya. Demikian pula yang terjadi dalam kehidupan anak jalanan. Situasi dan kondisinya saat ini tidak terlepas dari hal-hal yang melatarbelakangi kemunculannya, yang sekaligus menyebabkan situasi dan kondisi tertentu sebagai akibat. Gambar 4 memperlihatkan situasi dan kondisi anak jalanan terkait dengan ciri fisik, ciri psikologik dan ciri sosiologiknya, yang tidak terlepas dari latar belakang keluarga dan lingkungan yang mendorong kemunculan ciri-ciri tersebut. Selanjutnya, situasi dan kondisi tersebut mengakibatkan munculnya perilaku tertentu yang membedakan anak jalanan dengan anak lainnya secara umum. Identifikasi Latar Belakang Keluarga Anak Jalanan Latar belakang keluarga anak jalanan memperlihatkan kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan diperoleh anak secara umum, seperti disajikan pada Tabel 4. Baik yang terkait dengan kondisi fisik keluarga, maupun non fisik terkait dengan aspek : perlakuan terhadap anak, pendidikan orang tua, pelaksanaan fungsi keluarga, dan profesi/pekerjaan orang tua. Identifikasi Latar Belakang Lingkungan Anak Jalanan Latar belakang lingkungan di sekitar anak jalanan pada dasarnya rata-rata tidak sesuai dengan situasi serta kondisi yang diharapkan ada dan dapat mendukung proses tumbuh kembang anak, seperti terlihat pada Tabel 5.
6 67 Kondisi Fisik Keluarga Tabel 4. Identifikasi Latar Belakang Keluarga Anak Jalanan Sub Peubah Saat ini Yang diharapkan -Kumuh/daerah slum yang padat -Rumah tanpa ventilasi dan sanitasi lingkungan yang buruk, MCK tidak hygienis, tempat bermain tidak tersedia/sempit Perlakuan terhadap anak Pendidikan Orang Tua -Kesadaran anak menolong orang tua dan dirinya dengan bekerja di jalanan -Anak di suruh bekerja dengan kewajiban menyerahkan hasilnya pada orang tua, jika tidak dapat hukuman (child abuse) Tidak memiliki dasar pendidikan yang cukup -Meski padat tetapi tertata serasi -Rumah dengan ventilasi dan sanitasi lingkungan yang baik, MCK hygienis, tempat bermain tersedia dengan baik, memanfaatkan sumber daya secara tepat -Anak hidup di keluarga yang harmonis dan orang tua memenuhi kebutuhan-kebutuhannya -Anak belajar mempersiapkan kondisi dalam lingkungan keluarga -Anak membantu orang tua untuk pekerjaan domestik Memiliki dasar pendidikan cukup Pelaksanaan Fungsi Keluarga Pola Hubungan dengan Keluarga Profesi/Pekerjaan Orang Tua Orang tua tidak dapat laksanakan fungsi keluarga, baik fungsi reproduksi, ekonomi, pengawasan/perlindungan, pendidikan/sosialisasi dengan baik dan seimbang -Anak putus hubungan dengan orang tua (Children of the Street) -Anak berhubungan tidak teratur (Children on the Street) -Anak rentan menjadi anak jalanan (Vulnerable to be Street Children) -Serabutan/sekenanya -Tetap, tetapi tidak didukung ke-ahlian/kemampuan Orang tua dapat melaksanakan fungsi keluarga, dengan baik dan seimbang Anak hidup dalam keluarga dengan hubungan yang dilakukan setiap hari secara harmonis, serta menjalankan tugas utamanya sebagai anak yaitu sekolah, memperoleh pendidikan yang layak dan mampu belajar sambil membantu orang tua -Jelas dan tersalur (punya keahlian) -Tetap dan didukung oleh keahlian/ kemampuan
7 68 Tabel 5. Identifikasi Latar Belakang Lingkungan Anak Jalanan Sub Peubah Saat ini Yang diharapkan Pendidikan Non Formal yang diberikan lingkungan Tidak ada aktifitas memperoleh ilmu/pendidikan yang dilakukan lingkungan di luar sekolah Ada aktifitas memperoleh suatu ilmu/pendidikan yang dilakukan lingkungan di luar sekolah Kondisi Fisik Lingkungan -Di jalanan dan fasilitas umum lain dengan tingkat polusi yang tinggi, dan kemacetan yang tinggi -Rentan terhadap bahaya fisik (kecelakaan, eksploitasi, penindasan) Penerapan Sanksi Tidak ada tindakan atau sanksi yang diberikan serta tidak ada upaya untuk hindari terjadinya pelanggaran dari lingkungan di sekitar anak jalanan terhadap pelanggaran yang dilakukan Penanaman Nilai dan Norma Masyarakat Situasi Lingkungan -Tidak ada upaya memelihara pola perilaku, tidak ada aturan, ketentuan serta halhal yang dipandang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan secara umum di lingkungan sekitar anak jalanan -Tidak ada keyakinan terhadap sesuatu yang dipandang tinggi/ bermutu Terancam, penuh konflik, kekerasan, tekanan dan adanya cap negatif (stigma) dari lingkungan -Di tempat yang tidak mengganggu ketertiban -Di tempat yang dapat melindungi secara fisik Tidak ada tindakan atau sanksi yang diberikan serta tidak ada upaya untuk hindari terjadinya pelanggaran dari lingkungan di sekitar anak jalanan terhadap pelanggaran yang dilakukan -Ada upaya memelihara pola perilaku, ada aturan, ketentuan serta hal-hal yang dipandang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan secara umum di lingkungan sekitar anak jalanan -Ada keyakinan terhadap sesuatu yang dipandang tinggi/ bermutu Terkendali, tidak terjadi konflik, kekerasan dan tekanan, juga tidak di cap negatif oleh lingkungan Identifikasi Ciri Anak Jalanan Ciri anak jalanan baik ciri fisik, ciri psikologik dan ciri sosiologik pada dasarnya rata-rata tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang diharapkan ada pada anak secara umum, seperti terlihat pada Tabel 6.
8 69 Ciri Fisik Anak Jalanan Tabel 6. Identifikasi Ciri Anak Jalanan Peubah Saat ini Yang diharapkan Adanya ciri fisik anak jalanan terkait dengan jenis kelamin, pakaian, penampilan fisik, penyakit yang diderita dan umur, yang cenderung berbeda dari anak pada umumnya Ciri Psikologik Anak Jalanan Ciri Sosiologik Anak Jalanan Adanya ciri psikologik anak jalanan terkait dengan kapan umur pertama anak turun ke jalan, mobilitas mental, motivasi berada di jalan, pengalaman jadi anak jalanan, pola pikir (mind set), riwayat jadi anak jalanan, tingkat kreativitas, dan tingkat kebutuhan yang cenderung berbeda dari anak pada umumnya Adanya ciri sosiologik anak jalanan terkait dengan aktivitas sosial ekonomi, asal daerah, bahasa, interaksi, jaringan, kelompok anak jalanan, mobilitas fisik, pendidikan formal, pendidikan non formal, dan sub kultur yang cenderung berbeda dari anak pada umumnya Anak jalanan memiliki ciri fisik seperti anak pada umumnya Anak jalanan memiliki ciri psikologik seperti anak pada umumnya Anak jalanan memiliki ciri sosiologik seperti anak pada umumnya Identifikasi Perilaku Anak Jalanan Anak jalanan umumnya memperlihatkan perilaku-perilaku tertentu baik yang normal maupun abnormal, seperti terlihat pada Tabel 7. Kemunculan perilaku-perilaku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar anak jalanan berada. Tabel 7. Identifikasi Perilaku Anak Jalanan Sub Peubah Saat ini Yang diharapkan Perilaku Normal Adanya perilaku-perilaku yang Tetap dipertahanlan bahkan normal seperti berani menanggung ditingkatkan perilaku-perilaku resiko, mandiri, semangat hidup dan sensitifitas yang cenderung berbeda dari anak pada umumnya normal yang dimiliki, termasuk saat anak jalanan keluar dari jalanan di masa mendatang Perilaku Abnormal Adanya perilaku-perilaku yang abnormal seperti bebas, liar, masa bodoh, penuh curiga, reaktif, dan susah diatur yang cenderung berbeda dari anak pada umumnya Hilangnya perilaku abnormal dari anak jalanan dan berubah menjadi perilaku normal lawannya. Sumber : Secara keseluruhan situasi dan kondisi saat ini, Departemen Sosial kerjasama dengan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia(1999).
9 70 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : (1) Terdapat profil anak jalanan yang nyata berbeda dilihat dari Daerah Penelitian (Bandung, Bogor, dan Jakarta) serta dari Jenis Kelamin terkait dengan peubah: Latar Belakang Keluarga, Latar Belakang Lingkungan, Ciri Fisik, Ciri Psikologik, Ciri Sosiologik dan Perilaku Anak Jalanan. Model hipotesis disajikan pada Gambar 5, diuji dengan menggunakan Uji ANOVA. Daerah Penelitian Bandung Bogor DKI Jakarta Jenis Kelamin Pria Wanita X1. Latar Belakang Keluarga X2. Latar Belakang Lingkungan X3. Ciri Individu Anak Jalanan X4. Ciri Psikologik Anak Jalanan X5. Ciri Sosiologik Anak Jalanan Y1. Perilaku Anak Jalanan Gambar 5. Model Hipotesis Kesatu (2) Terdapat pengaruh yang nyata peubah bebas latar belakang keluarga, latar belakang lingkungan, ciri fisik, ciri psikologik dan ciri sosiologik terhadap peubah terikat perilaku anak jalanan. Adapun model hipotesis disajikan pada Gambar 6, yang diuji dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). X3. Ciri Individu Anjal X1.Latar Belakang Keluarga X2.Latar BelakangLingkungan X4. Ciri Psikologik Anjal X5. Ciri Sosiologik Anjal Y1. Perilaku Anak jalanan Gambar 6. Model Hipotesis Kedua
10 71 (3) Terdapat strategi pengentasan anak jalanan berdasarkan hasil penelitian yang diuji dengan menggunakaan persamaan model stuktural (Structural Equation Modeling/SEM). Asumsi Penelitian Unit analisis dalam penelitian ini adalah anak jalanan dan keluarganya sebagai bahan cross-check terhadap data yang diperoleh dari anak jalanan. Diasumsikan anak jalanan yang diteliti adalah anak jalanan yang berada di jalanan dan fasilitas umum lainnya, tanpa melihat apakah ia sedang dalam pembinaan salah satu lembaga. Baik anak jalanan yang hidup di jalanan atau Children of the Street, anak jalanan yang bekerja di jalanan atau Children on the Street atau anak yang rentan menjadi anak jalanan atau Vulnerable to be Street Children/ children-at-high-risk. Adapun keluarga anak jalanan adalah keluarga yang memiliki anak yang hidup dan atau bekerja di jalan atau di tempat-tempat umum lainnya serta menjadi responden penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
94 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Anak Jalanan di Bandung, Bogor dan Jakarta Profil anak jalanan pada semua peubah di tiga wilayah penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata, baik antara DKI
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian
7 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan menjelaskan dengan benar mengenai
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Akibat terjadinya bencana alam kekeringan serta krisis ekonomi yang berkepanjangan pada akhir tahun 1997 permasalahan anak jalanan makin mencuat kepermukaan. Hasil penelitian
Lebih terperinciBAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Menurut Wahyudi (Ruwiyanto,1994:10), peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga
Lebih terperinciBAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons
BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial fakta sosial terpaut kepada antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah individu yang tergantung dengan orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan serta memiliki identitas tersendiri dan dapat dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa
Lebih terperinciPerilaku Anak Jalanan dan Strategi Pengentasannya di Bandung, Bogor, dan Jakarta
Jurnal Penyuluhan, Maret 2009 Vol. 5 No.1 Perilaku Anak Jalanan dan Strategi Pengentasannya di Bandung, Bogor, dan Jakarta Street Children Behavior and Strategies For Improvement of Street Children Living
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
Lebih terperinciDalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang
Lebih terperinci2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil di dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dibentuk atas dasar tali perkawinan yang sah,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural Talcott Parson (dalam Ritzer, 2004:121) beranggapan bahwa suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tunagrahita merupakan bagian dari individu yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu cirinya adalah memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, sehingga kemampuan
Lebih terperinciSTUDI MASYARAKAT INDONESIA
STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,
Lebih terperinciPROFIL ANAK JALANAN DAN STRATEGI PENGENTASANNYA DI BANDUNG, BOGOR DAN JAKARTA SRI TJAHJORINI SUGIHARTO
PROFIL ANAK JALANAN DAN STRATEGI PENGENTASANNYA DI BANDUNG, BOGOR DAN JAKARTA SRI TJAHJORINI SUGIHARTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Persepsi Manusia sebagai makhluk yang memiliki pemikiran yang beragam, maka pasti memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam melihat suatu masalah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
185 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada penelitian yang berjudul pengembangan kemandirian bagi kaum difabel yang difokuskan pada peran Paguyuban Sehati dalam pemberdayaan difabel di
Lebih terperincimeningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. Begitu pula menurut Smith (1994) yang menyatakan bahwa di Nepal dan secara umum di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit penyebab utama ke-dua kematian di seluruh dunia di antara penyakit menular, membunuh hampir 2 juta orang setiap tahun. Sebagian besar
Lebih terperinciANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA
ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ( Studi Pada Fenomena Sosial di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Lebih terperinci, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar berlangsung. Para guru dan siswa terlibat secara. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal. Di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Para guru dan siswa terlibat secara interaktif dalam proses
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pengertian Home Industri Home industry adalah suatu industri yang dikerjakan di rumah dan berskala kecil. Menurut kamus kecil bahasa Indonesia
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam
Lebih terperinciPROFIL ANAK JALANAN DAN STRATEGI PENGENTASANNYA DI BANDUNG, BOGOR DAN JAKARTA SRI TJAHJORINI SUGIHARTO
PROFIL ANAK JALANAN DAN STRATEGI PENGENTASANNYA DI BANDUNG, BOGOR DAN JAKARTA SRI TJAHJORINI SUGIHARTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen mempunyai arti penting bagi kelangsungan hidup perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan. Karena perusahaan merupakan suatu organisasi besar
Lebih terperinci1. Fungsionalisme Struktural Perkembangannya
PENDEKATAN TEORETIK Menurut Slamet Margono : Masyarakat sebagai sistem sosial dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut, 1. Ekologi, lokasi, dan geografi di mana masyarakat tsb berada 2. Demografi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tercipta sebagai mahluk indvidu dan juga sebagai mahluk sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia memiliki keunikan dan karakteristik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta suatu keamanan dan suatu kerukunan, yang mana tiap-tiap individu di dalam suatu
Lebih terperinciSOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN
SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat
Lebih terperinci* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik
Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori
Lebih terperincisaaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN
saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
Lebih terperinciKriminalitas Sebagai Masalah Sosial
Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya kejahatan. Kriminalitas adalah semua perilaku warga masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma hukum pidana. Kriminalitas
Lebih terperinciPERATURAN TATA TERTIB KOMPLEK
Hal 1 dari 6 PERATURAN TATA TERTIB KOMPLEK I. DEFINISI, PENDAHULUAN dan MAKSUD/TUJUAN 1.1. Definisi Kecuali ditentukan lain, semua istilah dan definisi yang tercetak miring dalam Peraturan Tata Tertib
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tampaknya rekayasa sosial yang berkembang di masyarakat mengenai pemahaman tentang pembagian kerja seperti perempuan menjadi pengurus dapur dan memasak, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres merupakan sebuah terminologi yang sangat popular dalam percakapan sehari-hari. Stres adalah salah satu dampak perubahan sosial dan akibat dari suatu proses modernisasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
90 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Aksesibilitas Ibu Menyusui di Ruang Laktasi Solo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sampai saat ini pembangunan gedung-gedung di Indonesia sebagian besar cenderung belum mencerminkan kenyamanan bagi semua orang, dikarenakan belum dapat digunakan oleh
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh massa sebagai kejahatan kekerasan, sewaktu-waktu berubah sejalan dengan keadaan yang terdapat dalam masyarakat, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dengan kekayaan yang melimpah tersebut, seharusnya semua kebutuhan
Lebih terperinciPerbedaan Waktu Pengungkapan Status Diri ODHA Terhadap Pasangan Di Manado
Perbedaan Waktu Pengungkapan Status Diri ODHA Terhadap Pasangan Di Manado Gusti A. Tirtawati 1, Fonnie Kuhu 2, Yulien Adam 3 1,2,3. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado Email : gustiayutirtawati@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, yang berarti manusia tidak dapat hidup sendiri. Didalam situasi dan keadaan seperti apapun manusia selalu membutuhkan keberadaan
Lebih terperinciPENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar
TUGAS TUGAS PERKEMBANGAN (Developmental Task) PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGHAPUSAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK (TRAFIKING) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.
BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia
Lebih terperinciSISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)
SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan
Lebih terperinciPengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.
Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN Minggu ke 12 Pemberdayaan (empowerment) Power/daya Mampu Mempunyai kuasa membuat orang lain melakukan segala sesuatu yang diinginkan pemilik kekuasaan Makna Pemberdayaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional
5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan
Lebih terperinciBK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP KELOMPOK LANJUTAN
BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id TAHAP KELOMPOK LANJUTAN Ketika kelompok sudah bisa melewati tahap awal, maka tidak mungkin lagi untuk memisahkan langkah dari perkembangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak semakin tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan globalisasi yang begitu pesat, berdampak semakin tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia bisnis. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan dari waktu ke waktu dirasa semakin kompleks. Baik persoalan antar guru, guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Kompleksitas masalah-masalah berujung
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare)
PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas
Lebih terperinciBAB XII PERILAKU MENYIMPANG
BAB XII PERILAKU MENYIMPANG A. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ANJAL. Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI LPA JABAR
KARAKTERISTIK ANJAL Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI LPA JABAR Terminologi anak jalanan dapat dipahami melalui beberapa cara (1) anak jalanan hidup dengan menhabiskan sebagain waktunya di jalan, (2) jalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi berbasis komunitas atau Community Based Organization adalah sebuah organisasi yang terbentuk dari komunitas dan dapat mewadahi beberapa komunitas yang ada
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial
MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan
Lebih terperinciKESEHATAN MENTAL. Oleh : Isti Yuni Purwanti
KESEHATAN MENTAL Oleh : Isti Yuni Purwanti Beberapa definisi kesehatan mental : Terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari gejalagejala penyakit jiwa Kemampuan untuk menyesuaikan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan nasional. Adanya pertumbuhan dan kemajuan perkembangan kehidupan pembangunan di segala bidang
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus. mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial budaya, politik, ekonomi, teknologi, serta pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi tatanan
Lebih terperinciKERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan
I. DESKRIPSI MASALAH Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta. UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta adalah perusahan yang bergerak dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Struktural Fungsional Struktur menunjuk pada kegiatan membangun sesuatu dan menghasilkan produk akhir yaitu mengembangkan suatu tindakan. Dimana tindakan tersebut membawa
Lebih terperinciSKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciAPLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual
APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA Oleh Yoseph Andreas Gual Sebelum masuk dalam inti tulisan, penulis ingin mengemukakan bahwa tulisan ini tidak akan menggunakan seluruh
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Berpikir
43 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Untuk menjelaskan kerangka penelitian ini, dimulai dari alasan penelitian ini dilakukan, kemudian mencoba mencari jawaban secara deduktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi masyarakat perkotaan dengan mobilitas tinggi, berlalu lintas merupakan salah satu aktifitas yang dilakukan hampir setiap hari. Aktifitas berlalu lintas di jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial atas perempuan yang merendahkan harkat dan martabat perempuan dan merupakan pelanggaran
Lebih terperinciFORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Nama Mahasiswa :... Pengkajian diambil tanggal :... Jam :... A. IDENTITAS UMUM. Identitas Kepala Keluarga: Nama :... Pendidikan :... Umur :... Pekerjaan :...
Lebih terperinciKESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA By : Basyariah Lubis, SST, MKes Pengertian Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi kesehatan pada remaja khususnya menyangkut masalah kesehatan reproduksi manusia yang kesiapannya
Lebih terperinciFORMULIR INFORMASI JABATAN FUNGSIONAL UMUM
FORMULIR INFORMASI JABATAN FUNGSIONAL UMUM Nama Jabatan : Pengadministrasi Keuangan dan Verifikator Kode Jabatan : - 3. Unit Organisasi Eselon I : Eselon II : Eselon III Eselon I V : Bagian Umum dan Perlengkapan
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinci1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)
a. AUGUSTE COMTE (1798 1857) 1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) 2) SOSIOLOGI TDA : SOS STATIS (ASPEK STRUKTUR) SOS DINAMIS (ASPEK PROSES, PERUBAHAN) 3) MASY DIPANDANG SBG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual memiliki nilai simbolik yang sangat besar sehingga dapat menjadi barometer masyarakat. Dari dahulu sampai sekarang, seksualitas bukan hanya
Lebih terperinciBAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH 7. 1 Faktor Internal 7.1.1 Hubungan Usia dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela
BAB II. KAJIAN PUSTAKA Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri,
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri, sesungguhnya adalah anak- anak yang tersisih, marginal dan teralinasi dari perlakuan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN
Lebih terperinci