BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau
|
|
- Iwan Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural Talcott Parson (dalam Ritzer, 2004:121) beranggapan bahwa suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem dan (dalam Ritzer, 2004:125) mengenai fungsional Parson menjelaskan sejumlah persyaratan dari sistem sosial, yaitu : 1. Sistem sosial harus terstruktur, sehingga dapat beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan sistem lainya. 2. Untuk menjaga kelangsungannya, sistem sosial harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem lainnya. 3. Sistem sosial harus mampu memenuhi kebutuhan para aktornya dalam proposisi yang signifikan. 4. Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya. 5. Sistem harus mampu mengendalikan prilaku yang berpotensi mengganggu. 6. Bila konflik akan menimbulkan kekacauan, maka harus dikendalikan. 7. Untuk kelangsungannya, sistem memerlukan bahasa. Menurut Talcott Parson (dalam Abdulsyani, 1994:78), pada dasarnya masyarakat berkecendrungan ke arah eqilibrum. Prosesnya terjadi pada penerapan fungsi
2 adaptasi, pencapian tujuan, integrasi dan pemeliharaan pola. Sistem tidak dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi pada dasarnya tiap-tiap sistem memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan dan adaptasi demi pencapaian tujuan masyarakat secara keseluruhan. Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural yaitu bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan. Terkait dengan hal ini, lembaga yang ada dimasyarakat yaitu Panti Asuhan Yayasan Karya Murni dapat mengerti apa yang cenderung yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri. Maka dari itu, Panti Asuhan Yayasan Karya Murni mempunyai kegiatan dan aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anak berkebutuhan khusus agar nantinya mereka dapat mandiri. Parson mengemukakan empat fungsi penting untuk semua sistem tindakan, terkenal dengan skema AGIL yaitu: 1. Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuiakn diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
3 2. Goal Attainment (Pencapaian Tujuan): sebuah sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya. 3. Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagianbagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi lainnya (A, G, L) 4. Latency (Latensi atau Pemeliharaan Pola): sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultur yang menciptakan dan menopang motivasi. Parson mendesain skema AGIL ini untuk digunakan pada semua tingkat dalam sistem teoritisnya. Terutama dalam sistem tindakan, yang dapat dicontohkan sebagai berikut : - Organisme perilaku adalah sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah lingkungan eksternal. - Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapain tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya. - Sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagianbagian yang menjadi komponennya. - Sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak. (Ritzer, 2008:121).
4 Dalam teori fungsionalisme struktural, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan, dan saling menyatu dalam keseimbangan(equalibirium). Demikian pula institusi yang terdapat dimasyarakat, karena masyarakat dilihat pada kondidsi dinamika dalam keseimbangan. Masyarakat senatiasa berada dalam keadaan berubah-ubah secara berangsunr-angsur. Perubahan yang terjdai pada suatu bagian, juga akan membawa perubahan terhadap bagian lainnya. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain.(ritzer,2002 : 21-25) 2.2 Lembaga Sosial Lembaga sosial selalu melekat pada setiap masyarakat. Hal ini disebabkan karena setiap masyarakat pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkan, maka akan terhimpun menjadi lembaga sosial. (Basrowi, 2005:94). Mansyurudin dalam (Soejono Soekanto 2003:120) mengemukakan pengertian lembaga sosial adalah himpunan kaidah segala tingkatan yang berkisar pada kebutuhan pokok manusia. Ia juga mengemukakan lembaga sosial memiliki fungsifungsi tertentu yakni sebagai berikut : 1. Memberi pedoman kepada warga masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap mengahadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan pokok. 2. Untuk menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan.
5 3. Memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control). Dari pengertian diatas lembaga sosial mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik lembaga agama, politik, ekonomi, pendidikan mempunyai nilai-nilai atau norma-norma yang merupakan aturan dan pedoman tingkah laku yang mengatur kegiatan-kegiatan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Dimana norma dan nilai tersebut merupakan pola-pola perilaku yang harus dituruti dan dilaksanakan. Lembaga sosial dalam penelitian ini juga memiliki peranan untuk memandirikan anak berkebutuhan khusus. Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia sudah menjalankan suatu peran. Peran tersebut mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Peranan menunjukkan bahwa masyarakat adalah sebuah lakon yang bagian pementasannya pada anggota-anggota masyarakat. Lakon inilah yang disebut fungsi atau tugas masyarakat. Secara garis besar lembaga sosial dapat diklasifikasikan ke dalam dua cara yaitu : 1. Secara tidak terencana artinya lembaga sosial lahir secara bertahap dalam praktek kehidupan masyarakat. Hal ini biasanya terjadi ketika manusia dihadapkan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya.
6 2. Secara terencana artinya lembaga sosial muncul melalui suatu perencanaan yang matang oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang. Dengan demikian lembaga sosial tidak hanya bisa berdiri begitu saja tetapi berdiri untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya demi terwujudnya tujuan yang akan dicapai lembaga tersebut dan lembaga soisal juga mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Terdiri dari seperangkat organisasi daripada pemikiran-pemikiran dan pola pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas manusia. 2. Relatif mempunyai tingkat kekekalan tertentu. 3. Mempunyai tujuan yang dicapai atau diwujudkan. 4. Merupakan alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. 5. Lembaga sosial pada umumnya dilakukan dalam bentuk lambang-lambang. 6. Mempunyai dokumen tertulis maupun tidak (Narwoko, 2004:220) Terkait dengan penjelasan diatas Panti Asuhan Yayasan Karya Murni juga mempunyai tujuan yang dicapai atau diwujudkan untuk memandirikan anak berkebutuhan khusus dengan visi: terwujudnya penghargaan dan pemberdayaan agar mereka yang dilayani mengalami kasih, dapat mandiri dan menemukan makna hidup sebagai citra Allah dan dengan motto: Venerate Vitam yang artinya hormatilah kehidupan. Panti asuhan Yayasan Karya Murni berdiri sejak tahun 1953 dan mempunyai dokumen tertulis tentang sejarah lahirnya Panti Asuhan Yayasan Karya Murni.
7 Dengan demikian Panti asuhan adalah lembaga atau unit kerja pelayanan bagi pemelihara dan pembinaan anak yatim piatu, yatim, piatu, terlantar atau kurang terurus dalam pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosialnya secara wajar (Marpaung, 1988:52). Lembaga sosial juga mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi manifes (nyata) adalah fungsi lembaga sosial yang didasari dan menjadi harapan banyak orang. 2. Fungsi laten adalah fungsi lembaga sosial yang tidak didasari dan bukan menjadi tujuan utama banyak orang. Dengan kata lain, fungsi laten adalah fungsi yang tidak tampak dipermukaan dan tidak diharapkan masyarakat, tetapi ada. Terkait dengan fungsi lembaga sosial diatas, panti asuhan juga mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi perlindungan Menghindarkan anak dari keterlantaran, perlakuan kekejaman atau semena-mena dari orang tua atau wilayah. 2. Fungsi pendidikan Membimbing dan mengembangkan kepribadian anak asuh secara wajar melalui berbagai keahlian, teknik dan penggunaan fasilitas-fasilitas sosial untuk tercapainya pertumbuhan dan perkembangan fisik, rohani dan sosial anak asuh.
8 3. Fungsi pengembangan Mengembangkan kemampuan atau potensi anak asuh sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang baik sehingga anak tersebut dapat menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggungjawab terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat. 4. Fungsi pencegahan Menghindarkan anak asuh dari pola-pola tingkah laku sosial anak asuh yang bersifat menghambat atau negatif dengan mendorong lingkungan sosialnya untuk mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar melalui kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial (Marpaung,1988:69). Penelitian yang telah dilakukan diperoleh data dari lapangan bahwa panti asuhan juga menjalankan fungsi panti asuhan tersebut. 1. Fungsi perlindungan Menghindarkan anak dari keterlantaran, perlakuan kekejaman atau semena-mena dari orang tua atau wilayah. 2. Fungsi pendidikan Memberikan pendidikan keterampilan dan pengetahuan, memberikan pendidikan formal dan non formal kepada anak tunanetra. Panti asuhan tidak hanya memberikan kebutuhan secara jasmani tetapi juga rohani. Hal ini dilakukan agar anak tunanetra juga bisa menhargai dan mengasihi sesama manusia dan juga untuk tercapainya pertumbuhan dan
9 perkembangan mereka selama berada di panti asuhan dan setelah keluar dari panti asuhan. 3. Fungsi pengembangan Panti asuhan memberikan program pendidikan dan pelatihan yang disesuiakan dengan kemampuan anak tunanetra agar anak tunanetra bisa mengembangkan kemampuan atau potensi yang ada dalam diri mereka. Hal ini menunjukkan peran panti asuhan dalam memandirikan anak tunanetra sehingga anak tunanetra dapat menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggungjawab terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat. 4. Fungsi pencegahan Panti asuhan memberikan program pendidikan dan pelatihan kepada anak tunanetra melalui program ini para staff panti asuhan dan pengasuh memberikan motivasi kepada anak tunanetra agar mereka tidak putus asa dan percaya diri bahwa dengan keterbatasan yang ada dalam diri mereka, mereka bisa menjadi manusia yang mandiri. 2.3 Sosialisasi Individu dalam masyarakat mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang ada terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Menurut Charlotte Buhler, sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam
10 kelompoknya. Bruce J.Cohen. menyatakan sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok. Proses sosialisasi yaitu proses yang membantu individu, melalui proses belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan cara berpikir dari kelompok tersebut sehingga tujuan akhirnya adalah agar manusia bersikap, bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku. Dari apa yang disebut diatas bahwa melalui proses sosialisasi individu dapat berperan sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Menurut Peter L.Berger dan Luckmann, sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya dan membentuk kepribadian anak dan dalam hal ini keluarga berperan sebagai agen sosialisasi. 2. Sosialisasi sekunder, adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada tujuan
11 terwujudnya sikap profesionalisme dan dalam hal ini sekolah menjadi agen sosialisasi dan agen lain yang mendukung sosialisasi sekunder. Disamping itu terdapat juga proses sosialisasi yang dialami oleh masyarakat yaitu sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Bronfrenbrenner, Kohn dan Jaeger dalam (Kamanto Sunarto 1993:33) menyebutkan ada dua pola sosialisasi yaitu pola sosialisasi represif dan pola sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, menekankan pada penggunaan materi dalam hukum dan imbalan. Hal ini yang menunjukkan bahwa Panti Asuhan Yayasan Karya Murni apabila gagal dalam menjalankan tugasnya untuk memandirikan anak berkebutuhan khusus tersebut pasti akan mendapat penilaian dari pihak masyarakat ataupun orang tua yang menitipkan anak mereka di panti asuhan tersebut dan akibatnya tidak ada lagi yang akan menitipkan anak mereka di panti asuhan tersebut. Sedangkan sosialisasi partisipatoris merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting. Artinya adalah apabila panti asuhan tersebut berhasil dalam memandirikan anak berkebutuhan khusus secara otomatis akan mendapat dukungan lebih dari berbagai pihak dan meningkatkan kualitas mutu panti asuhan tersebut. Adapun yang menjadi tujuan sosialisasi adalah sebagai berikut: 1. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya.
12 2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita. 3. Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. 4. Membiasakan individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat. Penjelasan mengenai tujuan sosialisasi diatas juga ada di panti asuhan Karya Murni. Hal ini membuktikan bahwa tujuan sosialisasi memang terjadi. Dengan demikian, peneliti memberi penjeasan mengenai tujuan sosialisasi yang ada di Karya Murni sebagai berikut: 1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan bagi anak tunanetra dalam hal penyedian sarana dan prasarana, memberikan pendidikan formal dan non formal untuk memandirikan anak tunanetra. 2. Program pendidikan formal yang diberikan membuat anak tunanetra bisa seperti anak awas dan melalui program pendidikan formal ini anak tunanetra diberikan pembelajaran tentang orientasi mobilisasi dan Activity of daily living skills (ADL) atau keterampilan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan yang tidak bisa lepas bagi setiap orang. 3. Memberikan pendidikan non formal untuk memandirikan anak tunanetra 4. Memberikan pengajaran sesuai dengan moral katolik Untuk mencapai tujuan diatas perlu adanya agen sosialisasi yang bisa mempengaruhi. Adapun pihak-pihak yang berpengaruh dalam sosialisasi ini adalah sebagai berikut:
13 1. Keluarga adalah lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak yaitu ayah, ibu, dan saudara-saudara yang termasuk dalam anggota keluarga tersebut dimana dalam keluarga anak mengalami proses awal sosialisasi. 2. Teman bermain atau disebut juga kelompok sebaya yang dialami anak setelah ia mampu berpergian keluar rumah. Pada awalnya teman bermain disebut sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat berpengaruh terhadap proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak berpengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu yang dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orangnya yang sederajat dengan dirinya karena sebaya. 3. Sekolah menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal) seseorang belajar membaca, menulis dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian, prestasi dan kekhasan. Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian basar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh tanggung jawab. 4. Media masa maksudnya kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film) besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Proses sosialisasi akan
14 berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan. 2.4 Anak Tunanetra Anak tunanetra adalah sebagai individu yang indera penglihatannya (keduaduanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan seharihari sepertinya halnya orang awas. Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi berikut : a. Ketajamn penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas. b. Terjadikekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu. c. Posisis mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak. d. Terjadi kerusakan susuna syaraf otak. Dari kondisi-kondisi diatas, pada umumnya yang digunakan sebagi patokan apakah seorang anak termasuk tunanetra atau tidak berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya. Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal sebagaites Snellen Card. Perlu ditegaskan bahwa anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya kurang dari 6/21. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter. Berdasarkan acuan tersebut, anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
15 1. Buta Dikatakan buta jika anak sma sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0) 2. Low Vision Bila naka masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca headline pada surat kabar. Anak tunanetra memiliki karakteristik kognitif,sosial, emosi, motorik, dan kepribadian yang sangat bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada sejak kapan anak mengalami ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa usianya, serta bagaimana tingkat pendidikannya.
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan. dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut :
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan Seperti telah diungkap oleh berbagai literatur ciri khas desa sebagai suatu komunitas pada masa lalu selalu dikaitkan dengan kebersahajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang
Lebih terperinciBAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons
BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pranata sosial secara prinsipal tak jauh berbeda dengan apa yang disebut atau sering dukenal dengan istilah lembaga sosial, organisasi, atau lembaga masyarakat. Karena
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Di dalam keluarga inti, khususnya orang tua berperan penuh dalam proses tumbuh kembang anak melalui pemberian hak pengasuhan secara optimal. Hak-hak tersebut
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa.
SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4 1. Seorang anak sebagai generasi penerus dibekali dengan keimanan, ketakwaan serta pemahaman pada nilai
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Menurut Wahyudi (Ruwiyanto,1994:10), peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran yang
Lebih terperinciBAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu.
35 BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS A. AGIL Suatu fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. Menggunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia dan peranan penting bagi kehidupan manusia. Peningkatan sumber daya pendidikan
Lebih terperinciANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA
ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ( Studi Pada Fenomena Sosial di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi
Lebih terperinci2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pola asuh pada dasarnya merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang dewasa kepada seorang anak dalam upaya mendidik anak tumbuh dan dapat beradaptasi
Lebih terperinciBAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON. paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu
BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON A. Fungsionalisme Struktural Dalam penelitian ini menggunakan Teori fungsional struktural yang pencetusnya adalah Talcott Parson. Asumsi dasar dari Teori
Lebih terperinciAPLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual
APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA Oleh Yoseph Andreas Gual Sebelum masuk dalam inti tulisan, penulis ingin mengemukakan bahwa tulisan ini tidak akan menggunakan seluruh
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.
BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Berpikir
43 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Untuk menjelaskan kerangka penelitian ini, dimulai dari alasan penelitian ini dilakukan, kemudian mencoba mencari jawaban secara deduktif
Lebih terperinci2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga
Lebih terperinciBAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON. (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam
21 BAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON A. Teori Fungsionalisme Struktural Teori Fungsionalisme Struktural menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Lebih terperinci2015 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makan termasuk salah satu kegiatan rutin sehari-hari (activity daily living). Keterampilan makan sangat diperlukan selain untuk memenuhi kebutuhan seharihari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Terbukti dengan adanya pembangunan pada sektor pendidikan seperti munculnya sekolah-sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
Lebih terperinciIV SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Sosialisasi IV SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN sebagai proses belajar bagi seseorang atau sekelompok orang selama hidupnya untuk mengenali pola-pola hidup, nilai-nilai dan norma sosial agar ia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciKelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi
Kelompok Sosial dan Organisasi Sosialisasi 1 Kelompok Sosial dan Organisasi Banyak studi sosiologi meneliti bagaimana individu dibentuk oleh kelompok sosial mereka, dari keluarga ke negara negara, dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Bila kita cermati kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi kemiskinan pada masyarakat telah dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara
Lebih terperinciBAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
23 BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Struktural Fungsional (Talcott Parsons) Dalam penelitian ini berparadigma fakta social menggunakan teori structural fungsional yang mempunyai empat imperetatif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan serta memiliki identitas tersendiri dan dapat dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial fakta sosial terpaut kepada antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan pola asuh Orang tua, pergaulan teman sebaya dan kenakalan remaja siswa SMA Negeri 14 Medan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dibuktikan karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini, mereka sudah harus berhadapan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anak Jalanan 2.1.1 Anak Jalanan Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri, sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. pula pada kehidupan antara umat beragama. 1
31 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretik 1. Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons Salah satu teori yang bisa digunakan untuk melihat kerukunan adalah pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang terjadi pada masa remaja mulai dari perubahan fisik, peningkatan intelegensi maupun pola
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pengertian Home Industri Home industry adalah suatu industri yang dikerjakan di rumah dan berskala kecil. Menurut kamus kecil bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB II TEORI AGIL TALCOTT PARSONS DAN PERUBAHAN SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISA. bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain.
BAB II TEORI AGIL TALCOTT PARSONS DAN PERUBAHAN SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISA A. Teori AGIL Talcott Parsons Menurut teori fungsionalis ini masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa
45 BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural Skripsi yang berjudul Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinci2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil di dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dibentuk atas dasar tali perkawinan yang sah,
Lebih terperinciOleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Alasan Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dilihat dari kedudukan usia dini bagi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
185 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada penelitian yang berjudul pengembangan kemandirian bagi kaum difabel yang difokuskan pada peran Paguyuban Sehati dalam pemberdayaan difabel di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memilki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak saudara yang memilki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciPendi Putro Universitas Sebelas Maret
Kontribusi Pengrajin Industri Kecil Tahu Dalam Peningkatan Kehidupan Sosial Ekonomi Keluarga ( Studi Kasus Masyarakat Desa Madegondo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo) Pendi Putro Universitas Sebelas
Lebih terperinciTUGAS NILAI SOSIAL Posted by Nur Irwansyah - 21 Sep :51
TUGAS NILAI SOSIAL Posted by Nur Irwansyah - 21 Sep 2010 15:51 Yang baik 1 Tetangga tidak menyalakan musik dengan keras di malam hari 2 Saling gotong pada saat pembersian btn Yang tidak baik 1Bertengkar
Lebih terperinciSosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07
MODUL PERKULIAHAN Kelompok & Organisasi Sosial Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 07 MK61004 Nurwidiana, SKM MPH Abstract Mata kuliah ini merupakan pengantar bagi
Lebih terperinciSosiologi Komunikasi. Komunikasi Massa sebagai system social dan pranata social. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI
Modul ke: Sosiologi Komunikasi Komunikasi Massa sebagai system social dan pranata social Fakultas KOMUNIKASI Frenia T.A.D.S.Nababan Program Studi PUBLIC RELATION www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. unsurnya.html/ 04
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pengertian Website http://www.balebengong.net/pengertian-website-dan-unsur unsurnya.html/ 04 maret 2010. Pengertian website atau situs.website atau situs dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pembinaan merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pembinaan merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan dan pembinaan memberikan arti penting dalam masa perkembangan anak
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas
Lebih terperinciSISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)
SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MENTAL PADA REMAJA
PERKEMBANGAN MENTAL PADA REMAJA by Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PERKEMBANGAN MENTAL PADA REMAJA A. PERKEMBANGAN MENTAL Mental dalam
Lebih terperinciMEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA
MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA KEMATANGAN KESIAPAN UNTUK MELAKUKAN FUNGSI PERTUMBUHAN SECARA FISIK SEMPURNA SIAP UNTUK MELAKUKAN GERAKAN
Lebih terperinciBAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Struktural Fungsional Struktur menunjuk pada kegiatan membangun sesuatu dan menghasilkan produk akhir yaitu mengembangkan suatu tindakan. Dimana tindakan tersebut membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak cacat adalah anak yang berkebutuhan khusus karena mereka adalah anak yang memiliki kekurangan. Anak cacat atau berkelainan juga memiliki klasifikasi. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di era jaman sekarang pendidikan sangatlah penting. Bukan hanya untuk mendapatkan ijasah namun juga mendapat pengetahuan, pengalaman, serta mendapatkan
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela
BAB II. KAJIAN PUSTAKA Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata sebagai indera penglihatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi dan berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka membuat kehidupan menjadi manis, tempat menggantungkan harapan.
Lebih terperinciBUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA
BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA KERJA Budaya Organisasi Pengertian Satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA. Irham Hosni
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA Irham Hosni A. Latar Belakang Kecacatnetraan mengakibatkan seseorang memiliki keterbatasan, antara lain keterbatasan dalam berinteraksi
Lebih terperinciNORMA-NORMA MENGALAMI PROSES
Pert.9,10(1) NORMA-NORMA MENGALAMI PROSES Institutionalization ( proses pelembagaan ), yakni suatu proses yang dilewati oleh sesuatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Orangtua berharap anaknya bisa mendapat
Lebih terperinci13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK
13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK Oleh: Sella Khoirunnisa, Ishartono & Risna Resnawaty ABSTRAK Pendidikan pada dasarnya merupakan hak dari setiap anak tanpa terkecuali.
Lebih terperinciSIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian mengenai peranan pemuda Karang Taruna dalam kegiatan gotong royong masyarakat Desa Kerjo Kidul, maka dapat disimpulkan sebagai berikut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial
MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS
BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Adikampana dkk, 2014) yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perilaku prososial mulai jarang ditemui. Seiring dengan semakin majunya teknologi dan meningkatnya mobilitas, masyarakat terbiasa dengan
Lebih terperinciI REALITAS SOSIO-KULTURAL
I REALITAS SOSIO-KULTURAL Obyek Pembahasan Sosiologi Sosiologi cabang dari ilmu sosial yang memiliki obyek kajian manusia yang hidup dalam suatu kelompok yang disebut masyarakat dengan menekankan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa
26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya pemberitaan di media massa terkait dengan tindak kekerasan terhadap anak di sekolah, nampaknya semakin melegitimasi tuduhan miring soal gagalnya sistem
Lebih terperinci