BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi berbasis komunitas atau Community Based Organization adalah sebuah organisasi yang terbentuk dari komunitas dan dapat mewadahi beberapa komunitas yang ada di dalamnya. Organisasi merupakan sarana dalam pencapaian tujuan, yang merupakan wadah kegiatan dari orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya untuk mencapai tujuan. Organisasi khususnya CBO, memiliki struktur kepengurusan pada umumnya yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, hubungan masyarakat dan seksi-seksi yang ada di dalamnya. Pada struktur organisasi terdapat garis hubungan antar ketua, wakil dan pengurus di dalam struktur kepengurusan yang memiliki garis hubungan antar tugas, wewenang dan tanggung jawab. Masing-masing bagian tersebut melaksanakan tugas dan fungsi yang berbeda tetapi saling berhubungan satu sama lain. Latar belakang sejarah berdirinya sebuah organisasi pastilah berbeda antara organisasi yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari visi dan misi yang di usung oleh setiap organisasi. Berdirinya sebuah organisasi juga dapat dipengaruhi oleh kondisi masyarakat yang melatar belakanginya. Masyarakat Indonesia menerima konstruksi bahwa setiap individu harus berperilaku serasi sesuai dengan jenis kelamin dan perannya. Akan tetapi realita dalam kehidupan sosial menunjukan adanya fenomena waria atau isitilah yang kita kenal telah mengalami beberapa perubahan dari banci, bencong sampai dengan waria. Apapun istilah yang digunakan untuk menyebut kaum waria tetap tidak bisa dipisahkan dari fakta dimana mereka adalah manusia yang secara fisik berjenis kelamin laki-laki namun memiliki sifat, sikap, pola perilaku bahkan peran layaknya perempuan, sehingga masyarakat menganggap hal tersebut sebagai perilaku menyimpang. 1

2 Posisi kaum waria semakin sulit dan tersudut ketika agama sudah mulai berbicara. Secara umum agama menolak keberadaan waria seperti fatwa yang dikeluarkan oleh MUI pada 1 November 1997 berikut ini : a. Memfatwakan : Waria adalah laki-laki dan tidak dapat dipandang sebagai kelompok (jenis kelamin) tersendiri. Segala perilaku waria yang menyimpang adalah haram dan harus diupayakan untuk dikembalikan pada kodrat semula. b. Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial RI untuk membimbing para waria agar menjadi orang yang normal, dengan menyertakan para psikolog. Departemen Dalam Negeri RI dan instansi terkait lainnya untuk membubarkan organisasi waria. Sumber: ( diakses pada 1 Maret 2014). Fatwa MUI semakin menciptakan kondisi diskriminatif terhadap kaum waria. Waria mendapatkan diskriminasi dalam hal perspektif seperti waria dekat dengan kehidupan yang kotor, olok-olok dari masyarakat, hujatan dari tokoh agama, disingkirkan dalam pergaulan, perilaku seks yang abnormal karena waria memiliki rasa suka dan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis. Perilaku yang dianggap menyimpang tersebut melekatkan stigma negatif pada diri kaum waria. Diskriminasi terhadap waria juga telah mencapai ranah publik seperti banyaknya tempat yang masih belum bisa menerima atau mempekerjakan waria sebagai pekerja atau karyawan dengan alasan identitas. Identitas transeksual waria tidak termasuk dalam kualifikasi penerimaan sebagian besar pegawai atau karyawan kerja. Diskriminasi tersebut menyebabkan waria tidak dapat mencapai kebutuhan yang mereka inginkan. Kebutuhan seperti makan yang harus mereka tempuh melalui bekerja. Kebutuhan ekspresi ketrampilan dan prestasi sulit dijangkau karena sangat langka tempat kerja yang menerima waria sebagai karyawan. Hal ini menyebabkan waria terperangkap dalam jenis pekerjaan kelas bawah seperti menjadi pekerja seks yang rentan terhadap penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) ataupun menjadi pengamen yang rentan terhadap 2

3 operasi penertiban Satuan Polisi Pamong Praja. Dengan keadaan seperti itu sangat sulit bagi waria ketika mereka ingin sampai pada tahap aktualisasi diri. Diskriminasi yang dialami kaum waria menyebabkan mereka sulit mengakses hak nya sebagai manusia maupun warga negara pada umumnya. Dalam bukunya (Syarbaini, 2010 : 253) menyebutkan bahwa UUD 1945 telah menyatakan beberapa poin tentang hak sebagai warga negara antara lain yaitu : 1. Hak atas pekerjaan dan perlindungan yang layak. 2. Setiap orang bebas dari pengakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Setiap orang memiliki kebutuhan yang ingin dipuaskan, dan tak jarang dari mereka menggabungkan diri kedalam suatu kelompok atau organisasi dengan harapan dapat memuaskan sebagian kebutuhannya. Untuk menghadapi fenomena diskriminasi yang dialami kaum waria, berdirilah organisasi yang bernama Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO). IWAYO menjadi organisasi yang mewadahi para waria baik berasal dari kota Gudeg maupun waria yang berasal dari luar Yogyakarta dengan latar belakang berbedabeda. Sebuah organisasi ataupun kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis, akan tetapi selalu berkembang dan mengalami perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Mempelajari organisasi dengan orang-orang yang acapkali terpinggirkan serta pelabelan dan stigma negatif yang diterimanya, tentunya berbeda daripada hanya mempelajari organisasi yang terbentuk pada umumnya (tanpa kekhasan tersendiri). Ini menjadi kasus real yang menarik untuk diteliti, karena mempertontonkan sebuah pertentangan dari apa yang seharusnya terhadap apa yang senyatanya. Dalam ilmu sosiologi, hal ini dikenal dengan pertentangan antara das sein dan das sollen. Legalitas fatwa MUI yang mengharamkan dan memerintahkan organisasi waria untuk ditiadakan, 3

4 senyatanya organisasi IWAYO justru hadir sebagai wadah para waria untuk menampung kebutuhan, aspirasi serta memperjuangkan hak-haknya. IWAYO berdiri pada tahun 1982 bahkan jauh sebelum fatwa MUI dilegalkan. Dengan dinamika perjalanan yang dilaluinya, IWAYO resmi menjadi sebuah organisasi berbadan hukum dengan kepemilikan akte notaris pada tahun Tema organisasi Ikatan Waria Yogyakarta ini dirasa lebih mengagumkan karena IWAYO adalah organisasi dengan struktur kepengurusan yang pertama kali berdiri di Yogyakarta. Sebuah organisasi yang sengaja dibentuk oleh para waria. IWAYO menjadi sebuah organisasi sosial berorientasi nonprofit yang memiliki posisi dan peran strategis dalam memperjuangkan kepentingan para anggota dan tujuan bersama yang ingin dicapai. Suatu bentuk perjuangan hak yang nantinya dapat merubah pandangan masyarakat terhadap kaum waria. Bahwa waria tidaklah selalu menjadi manusia kotor, waria tidak selalu menjadi manusia laknat, namun waria juga sama seperti manusia pada umumnya yang mampu berkarya, membantu sesama dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Organisasi menjadi sarana untuk menampung berbagai macam kegiatan yang merepresentasikan peran positif para waria untuk masyarakat. Dengan demikian, diharapkan berbagai diskriminasi dapat diminimalisir dan waria bisa mendapatkan hak sebagaimana manusia dan warga negara pada umumnya. Sebagai sebuah organisasi yang melibatkan sekelompok manusia di dalamnya, pastilah terdapat suatu bentuk kerja sama. Pengurus di dalam struktur organisasi disadari sangat penting peranannya dalam melakukan pengelolaan organisasi. Koordinasi diperlukan untuk memperoleh kesatuan tindakan dalam mencapai tujuan organisasi. Koordinasi antar bagian sesuai dengan kegiatan organisasi akan menjadi salah satu faktor pendukung terhadap kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengurus IWAYO harus mampu menjalankan fungsi pengelolaan agar organisasi dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan organisasi. 4

5 Mempelajari bagaimana organisasi IWAYO ini, peneliti dapat memperoleh perspektif atau pandangan yang dapat peneliti gunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman tentang cara-cara organisasi IWAYO beroperasi. Peneliti menganggap IWAYO menjadi lebih menarik karena mereka (waria) pun membutuhkan organisasi. Menarik untuk mengkaji bagaimana strategi pengurus dalam melakukan pengelolaan organisasi. Menarik untuk mengupas bagaimana peran organisasi dalam memperjuangkan hak dan eksistensi kaum waria. Entah apa nantinya cara atau strategi yang terbesit dalam organisasi untuk melakukan pengelolaan dan memperjuangkan eksistensi serta hak waria sebagai manusia dan warga negara guna mancapai tujuan menjadi fokus kajian dari penelitian ini. B. Rumusan Masalah Perumusan masalah sering pula diartikan sebagai pembatasan suatu masalah atau fokus dari penelitian yang dilakukan. Penelitian apapun jenisnya haruslah bersumber pada suatu masalah tertentu, tanpa masalah tentu saja penelitian tidak dapat berjalan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan yang menjadi fokus perhatian penelitian ini. Permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi pengurus IWAYO dalam melakukan pengelolaan organisasi? 2. Bagaimana peran organisasi IWAYO dalam memperjuangkan hak dan eksistensi kaum waria? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam pengkajian ini adalah sebagai berikut : 5

6 Tujuan Substansial : 1. Untuk mengetahui strategi para pengurus organisasi IWAYO dalam melakukan pengelolaan organisasi. 2. Untuk mengetahui peran organisasi IWAYO sebagai sarana dalam memperjuangkan hak dan eksistensi kaum waria. Tujuan Operasional : 1. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan jurusan Sosiologi. 2. Bagi jurusan Sosiologi diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kajian organisasi yang dimiliki oleh kaum marginal seperti waria di organisasi Ikatan Waria Yogyakarta. 3. Bagi pemerintah diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan tentang jenis kebijakan, pelatihan maupun bantuan yang lebih sesuai untuk para waria. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat antara lain yaitu : 1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang persoalan yang dialami oleh organisasi Ikatan Waria Yogyakarta. 2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang strategi para pengurus organisasi Ikatan Waria Yogyakarta dalam melakukan pengelolaan dan peran organisasi guna memperjuangkan hak dan eksistensi kaum waria. 3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan para peneliti lainnya, sehingga dapat melakukan studi yang lebih mendalam dan komprehensif. 4. Memberikan input kepada masyarakat, LSM, maupun pemerintah untuk turut mampu memberikan dorongan baik dalam motivasi maupun peran serta kepada waria agar bisa lebih produktif dan tetap semangat dalam 6

7 menyuarakan aspirasinya untuk mendapatkan hak-haknya sebagai manusia dan warga negara. 5. Memberikan manfaat bagi pembangunan, pengelolaan maupun pengembangan organisasi Ikatan Waria Yogyakarta. E. Tinjauan Pustaka Ada beberapa peneltian yang terkait dengan waria dan dua diantaranya adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan oleh Umi Latiefah dari jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM dengan judul Pesantren Waria dan Konstruksi Identitas : Studi Tentang Waria dalam Membangun Identitasnya di Masyarakat Melalui Pesantren Al-Fattah Notoyudan, DIY ini menempatkan bagaimana proses terbentuknya identitas waria di Yogyakarta melalui pesantren Al-Fattah di Notoyudan DIY serta bagaimana waria memandang dan dipandang dirinya dalam masyarakat dengan adanya identitas baru tersebut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Umi, pesantren waria memberikan wadah baru bagi waria untuk belajar agama. Tidak hanya sebagai tempat untuk belajar agama saja, namun pesantren merupakan alat untuk merekonstruksi identitas baru bagi waria. Bahwa waria pun memiliki Tuhan dan tidak jauh dari agama sehingga bisa mendapatkan image positif dari masyarakat supaya kehadirannya dapat diterima oleh masyarakat. Penelitian kedua adalah milik Titik Widayanti dari jurusan Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM dengan judul Politik Subeltern : Pergulatan Politik Identitas Waria. Penelitian yang dilakukan Titik pada tahun 2009 ini menempatkan pergulatan identitas waria Yogyakarta yang terdiri dari beragam identitas individu, sosial dan budaya. Perbedaan identitas ini menciptakan klaim pada setiap waria. Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada pembentukan dan penegasan identitas kolektif waria berikut dengan mekanisme dialogis maupun konfliktual yang menyertainya. 7

8 Organisasi atau komunitas adalah suatu kelompok, dan disini organisasi Ikatan Waria Yogyakarta merupakan suatu wadah bagi para waria DIY. Organisasi tidaklah berada dalam kondisi statis atau ajeg, ia selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi secara internal maupun eksternal organisasi itu sendiri. Didapati banyak faktor yang memperngaruhi proses perkembangan organisasi yang tentunya banyak berpengaruh pada pengurus maupun anggota yang tergabung dalam organisasi tersebut. Dari pola pikir tersebut, posisi dan peran organisasi sangatlah strategis dalam memperjuangkan kepentingan dan tujuan bersama yang hendak dicapai. Sebagai sebuah organisasi yang melibatkan sekelompok manusia di dalamnya pastilah terdapat suatu bentuk kerjasama. Menilik pola pemikiran seorang tokoh bernama C.H. Cooley, dia mengungkapkan betapa pentingnya fungsi kerjasama. Begitu pula sebagaimana disebutkan oleh Soekanto dalam bukunya (Soekanto, 1982 : 66) : Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerjasama, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama, dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna. Dua penelitian yang telah disebutkan diatas, menjadi tolak ukur yang memberikan garis besar tentang apa yang menjadi persamaan dan pembeda dari penelitian yang penulis lakukan ini. Persamaan dan perbedaan tersebut terletak dalam aspek dan fokus penelitian. Persamaannya adalah secara garis besar terletak pada aspek yang sama-sama menjadikan kaum waria sebagai sarana untuk penelitian dan menempatkan waria sebagai kelompok yang mendapatkan perlakuan diskriminasi dalam masyarakat serta fokus yang sama-sama menontonkan suatu bentuk perjuangan kaum waria. Perbedaan kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti ini adalah sebagai berikut. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Titik dengan judul Politik Subaltern : Pergulatan Identitas Waria dan yang kedua oleh 8

9 Umi dengan judul Pesantren Waria dan Konstruksi Identitas : Studi Tentang Waria dalam Membangun Identitasnya di Masyarakat Melalui Pesantren Waria Al-Fattah Notoyudan, DIY lebih memfokuskan pada proses terbentuknya identitas waria dan warialah yang lebih ditekankan menjadi obyek penelitiannya, sedangkan fokus yang peneliti lakukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada organisasinya sebagai objek kajian. Organisasi sebagai wadah dari 10 titik komunitas waria yang ada di DIY memiliki peran dan strategi tersendiri dalam memenuhi kebutuhan dan mewadahi kepentingan para anggotanya. Organisasi melakukan hal tersebut melalui bentuk pengelolaan serta peran organisasi dalam memperjuangkan hak dan eksistensi kaum waria. Pengelolaan organisasi yang diteliti antara lain seperti : Strategi para pengurus dalam melakukan koordinasi dan jobdesk organisasi dalam berkegiatan, Strategi dalam melakukan sosialisasi penerimaan anggota dan pemilihan pengurus organisasi, Mekanisme organisasi dalam membuat kebijakan Bentuk penyelesaian permasalahan dengan pihak eksternal Strategi organisasi untuk mendapatkan legalitas Mekanisme pengembangan jejaring, advokasi dan pengembangan SDM waria di organisasi Semua hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memperjuangkan hak dan eksistensi kaum waria. Organisasi memiliki peran sebagai mediating, yakni menjadikan organisasi sebagai jembatan penyaluran dan penyerasian berbagai kebutuhan dan kepentingan. Dengan demikian fokus kajian penelitian yang peneliti lakukan ini berbeda dari dua penelitian yang telah dijabarkan diatas. F. Tinjauan Teoritik Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan tentang bagaimana strategi pengurus IWAYO dalam melakukan pengelolaan organisasi dan strategi pengembangan organisasi IWAYO dalam memperjuangkan hak kaum waria. Peneliti 9

10 menggunakan perspektif teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan teori politik identitas. F.1. Teori Fungsionalisme Struktural Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons peneliti gunakan untuk menjelaskan bagaimana proses yang dilakukan pengurus IWAYO dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan organisasi dalam memperjuangkan hak kaum waria. Di dalam teori ini menjelaskan antara lain tentang sistem, struktur, dan empat imperatif fungsional atau yang terkenal dengan skema AGIL. Secara garis besar arah pemikiran di balik teori ini akan menjadi jelas apabila diterangkan dengan analogi biologi. Sebagaimana dijelaskan oleh Sunyoto Usman dalam bukunya bahwa anggaplah badan kita sebagai suatu sistem. Sebagai suatu sistem, badan mempunyai kebutuhan tertentu dan memerlukan pemeliharaan bagi keberadaannya, misalnya kebutuhan rata-rata suhu tubuh (pada angka tertentu secara konstan). Apabila suhu tubuh sesuai dengan kebutuhan badan berarti ada keseimbangan (equilibrium). Apabila suhu tubuh terlalu panas, keseimbangan itu akan terganggu, badan kita akan berkeringat dan setelah itu akan kembali berada pada keseimbangan lagi. Berkeringat adalah fungsional dalam mencari keseimbangan. Contoh tersebut menunjukan bahwa konsep sistem adalah integral atau membentuk satu kesatuan yang saling bergantung dan berkaitan (Usman, 2004 : 61). Tidak berbeda halnya dengan suatu organisasi yang juga merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari beberapa sub-sistem yang harus saling memberikan kontribusinya demi mewujudkan tujuan sistem itu sendiri. Parsons (1951 : 5-6) menyebutkan bahwa di dalam sistem sosial terdiri dari beragam individual yang berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang setidaknya memiliki aspek fisik atau lingkungan, aktor yang cenderung termotivasi ke arah optimasi kepuasan dan yang hubungannya dengan situasi mereka, termasuk hubungan satu sama lain, 10

11 didefinisikan dan diperantarai dalam bentuk sistem simbol yang terstruktur secara kultural dan dimiliki bersama (Ritzer, 2008 : 259). Empat Imperatif Fungsional (Skema AGIL) Empat imperatif fungsional atau yang terkenal dengan skema AGIL merupakan sumbangan teoritikal dari Talcott Parsons (Ritzer, 2008 : 257) untuk menjelaskan analisisnya mengenai sistem. Agar mampu bertahan hidup suatu sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut: a. Adaptation/ adaptasi : sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan harus menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. b. Goal Attainment/ pencapaian tujuan : sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya. c. Integration/ integrasi : sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponen-komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A, G, L) d. Latency/ pemeliharaan pola : sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbarui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut. Parsons mendesain skema AGIL agar dapat digunakan pada semua level sistem teoritisnya antara lain memadukan AGIL dengan organisme behavioral, sistem kepribadian, sistem sosial dan sistem kultural. Perhatikan gambar berikut untuk penjelasannya. L I A G Gambar I. 1 Skema empat imperatif fungsional (Ritzer, 2008 : 257) 11

12 Organisme behavioral merupakan sumber energi dari seluruh sistem. Adalah suatu sistem tindakan yang menangani fungsi adaptasi dengan menyesuaikan dan mengubah dunia luar (Ritzer, 2008:257). Disini organisme behavioral harus beradaptasi dan menyesuaikan dengan lingkungan atau mempengaruhi lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sistem kepribadian berpadu dengan goal attainment dengan mendefinisikan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang digunakan untuk mencapainya (Ritzer, 2008 : 257). Tujuan sistem dalam organisasi IWAYO dapat dilihat dari visi dan misi yang diusungnya. Pada titik ini menerangkan bagaimana strategi pengurus IWAYO dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan organisasi untuk memperjuangkan hak kaum waria sebagai tujuan organisasi. Sistem sosial menjalankan fungsi integrasi dengan mengontrol bagian-bagian yang yang menjadi komponennya (Ritzer, 2008 : 257). Komponen yang ada dalam sistem sosial ini antara lain seperti struktur, peran, interaksi, kebijakan, lingkungan, jaringan serta visi dan misi organisasi. Parsons menempatkan kompleks status-peran sebagai unit terbesar dari sistem. Seperti yang telah tertera pada penjelasan di atas, bahwa status merujuk pada posisi struktural dalam sistem sosial dan peran adalah apa yang dilakukan aktor dalam suatu posisi. Status dan peran inilah yang digunakan sebagai instrumen untuk menjalankan fungsi integrasi tersebut. Proses internalisasi dan sosialisasi menjadi hal yang penting dalam integrasi. Parsons tertarik pada cara norma dan nilai suatu sistem ditransfer pada aktor dalam sistem tersebut. Dalam sosialisasi yang berjalan sukses, norma dan nilai tersebut terinternalisasi, yaitu mereka menjadi bagian dari nurani aktor. Ini menjadi salah satu bahasan peneliti yang melihat bagaimana strategi IWAYO dalam melakukan sosialisasi atau transfer norma dan nilai kepada waria supaya tetap tangguh dalam memperjuangkan haknya. 12

13 Sistem kultural menjalankan fungsi latensi membekali aktor dengan norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak. Kebudayaan memerantarai interaksi antar aktor dan mengintegrasikan kepribadian dengan sistem sosial. Peneliti memaparkan bagaimana strategi dari sistem IWAYO yang harus memelihara, memperbarui motivasi individu dan pola budaya dalam menciptakan serta mempertahankan motivasi tersebut guna mencapai tujuan sistem atau organisasi. F.2. Teori Politik Identitas Politik identitas lebih mengarah pada gerakan dari kaum yang terpinggirkan dalam kondisi sosial, politik, dan kurtural tertentu dalam masyarakat. Cressida Heyes memberi definisi politik identitas yang sangat jelas. Menurutnya politik identitas adalah aktivitas politik dalam arti luas yang secara teoritik menemukan pengalaman ketidakadilan yang dirasakan kelompok tertentu dalam situasi sosial tertentu. Sumber : ( diakses pada 5 Agustus 2014) Menurut Lukmantoro (2008:2) politik identitas adalah tindakan politis untuk mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan pada ras, etnisitas, gender, atau keagamaan. Sumber : ( diakses pada 5 Agustus 2014) G. Kerangka Konseptual Organisasi IWAYO memiliki struktur kepengurusan yang terdiri dari dewan pembina, ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, hubungan masyarakat, divisi media kampanye, advokasi, olah raga dan kesenian. Posisi seperti ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris sampai anggota adalah status yang disandang oleh waria, sedangkan apa yang harus dilakukan atau dikerjakan oleh waria terkait statusnya 13

14 dinamakan dengan peran. Setiap waria menjalankan perannya masing-masing menjadi bagian-bagian kecil yang berkontribusi untuk mewujudkan tujuan sistem atau organisasi. Apabila salah satu bagian terganggu atau tidak menjalankan fungsinya, maka bagian yang lain juga ikut terganggu. Konsep sistem sosial telah membuat suatu pandangan struktural, sedangkan penafsiran terhadap fungsi bagianbagian sistem tersebut membuat pandangan fungsional (Usman, 2004 : 62). Organisasi adalah sistem dan bagian seperti dewan pembina, ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan seterusnya disebut sebagai sub-sistem yang menjalankan fungsi dan perananannya. Ketika sistem tidak dijaga, maka ia akan rusak dan tujuan sistem tidak dapat tercapai. Bersamaan dengan tuntutan keadaan kebutuhan masing-masing bagian itu terus berkembang dan berubah. Keadaan tersebut membuat keseimbangan yang bersifat dinamis. Dengan adanya sistem dan sub-sistem seperti pada bagan di atas, maka konsep Parsons tentang sistem dan struktur dalam fungsionalisme struktural dapat bekerja. Berbicara mengenai identitas, identitas melekat erat pada diri setiap manusia, komunitas maupun organisasi. Dengan adanya identitas, menjadi pintu masuk bagi setiap manusia, komunitas maupun organisasi untuk mengenalkan dirinya kepada dunia luar (masyarakat). Identitas menjadi unsur pembeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lain atau antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Menurut Widayanti (2009 : 14) identitas memiliki peranan penting bagi berlangsungnya kehidupan masyarakat. Identitas mencitrakan kepribadian seseorang dan mampu memberikan kejelasan posisi seseorang tersebut dalam kehidupan sosialnya. Posisi ini memberi ketenangan diri karena pengakuan masyarakat atas posisi tersebut menjamin eksistensinya. Posisi kaum waria di dalam masyarakat masih menjadi kaum yang terpinggirkan. Waria masih menjadi kelompok marjinal karena berbagai diskriminasi yang diterimanya tidak bisa mengantarkan mereka mengakses apa yang menjadi 14

15 haknya. Organisasi Ikatan Waria Yogyakarta ingin menunjukan kepada masyarakat bahwa waria (dengan berbagai diskriminasi dan stigma negatif yang disandangnya) tidak selalu menjadi manusia kotor, waria tidak selalu menjadi manusia laknat, namun waria juga sama seperti manusia pada umumnya yang mampu berkarya, membantu sesama dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. IWAYO memperjuangkan bahwa waria adalah suatu bentuk identitas, waria tetap manusia dan warga negara pada umumnya sehingga dengan identitasnya waria tetap berhak mendapatkan hak sebagai manusia dan warga negara yang tidak terdiskriminasi Pengelolaan dan pengembangan IWAYO dalam perjuangan hak dan eksistensi waria tentunya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan pihak seperti lembaga pemerintah, LSM, akademisi, maupun masyarakat yang turut serta dalam proses pencapaian tujuan. Perhatikan bagan berikut ini : Bagaimana IWAYO mempengaruhi pemerintah maupun swasta sehingga memberikan legitimasi dan kapital Bagaimana IWAYO mempengaruhi anggota agar memberikan peran yang signifikan sehingga mampu memperoleh image positif Bagaimana IWAYO mempengaruhi masyarakat sehingga mampu memberikan image positif Bagaimana IWAYO mempengaruhi LSM sehingga mampu memberikan dukungan Gambar I.2. Skema alur strategi IWAYO 15

16 Dengan strategi pengelolaan dan pengembangan organisasi serta semangat perjuangan politik identitas kaum waria, maka koordinasi antar pengurus dan anggota sebagai sub-sistem IWAYO dapat mengubah bagan di atas menjadi seperti bagan di bawah ini : Memberikan legitimasi dan kapital Anggota mampu berperan serta secara signifikan Memberikan citra positif Memberikan dukungan dan peran serta Gambar I.3. Skema input dari pihak eksternal H. Metode Penelitian H.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Berdasarkan sifat dan spesifikasi permasalahan yang peneliti angkat dalam penelitian ini serta menemukan kemudian menganalisa apa yang tersembunyi dibalik suatu fenomena kadangkala akan lebih sulit untuk diketahui atau dipahami dengan 16

17 penelitian kuantitatif. Maka untuk dapat menjelaskan secara menyeluruh, akurat, mendalam dari suatu persepsi, ideologi, serta realitas yang begitu kompleks lebih tepat menggunakan penelitian kualitatif. Turunan yang peneliti gunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Metode studi kasus adalah pendekatan yang digunakan untuk mempelajari, menerangkan serta menginterpretasikan suatu kasus yang memiliki kekhasan tersendiri. Pendekatan studi kasus dirasa cocok untuk mengkaji penelitian ini. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus ada beberapa poin penting yang bisa peneliti dapatkan yaitu berupa informasi mendalam tentang bagaimana strategi pengurus dalam melakukan pengelolaan organisasi serta bagaimana peran organisasi dalam memperjuangkan hak dan eksistensi kaum waria. Fenomena organisasi IWAYO merupakan fenomena yang memiliki kekhasan dan keunikan tertentu dimana legalitas fatwa MUI mengharamkan dan memerintahkan organisasi waria untuk ditiadakan, senyatanya organisasi IWAYO justru hadir sebagai wadah untuk memperjuangkan hak dan eksistensi para waria. H.2. Lokasi Penelitian Berdasarkan judul penelitian IWAYO SEBAGAI MEDIATOR DALAM MEMPERJUANGKAN HAK DAN EKSISTENSI KAUM WARIA, peneliti melakukan penelitian di Jalan Sidomulyo TR IV/ 333 Bener, Tegalrejo Yogyakarta dimana menjadi tempat sekretariat organisasi Ikatan Waria Yogyakarta. Peneliti juga melakukan penelitian di rumah pengurus organisasi sebagai informan yang menjadi narasumber pada penelitian ini. H.3. Fokus Penelitian Peneliti memfokuskan penelitian pada bagaimana strategi para pengurus IWAYO dalam melakukan pengelolaan organisasi dan bagaimana peran organsiasi IWAYO sebagai sarana dalam memperjuangkan hak dan eksistensi kaum waria selama proses perkembangannya. 17

18 H.4. Cakupan Penelitian Cakupan penelitian ini hanya mencangkup waria yang terlibat di dalam kepengurusan organisasi dan dirasa paling paham benar tentang pengelolaan dan seluk-beluk organsiasi. H.5. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Ada berbagai macam jenis observasi, diantaranya seperti observasi partisipatif, observasi non-partisipatif, observasi terus terang atau tersamar, dan observasi tak berstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif yaitu peneliti ikut terlibat langsung dengan obyek yang diamati. Pengamatan dilakukan terhadap tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung, perilaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu serta peneliti nantinya akan terlibat langsung dalam kegiatan orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh jauh lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. 2. Wawancara mendalam (In-Depth Interview) Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, Burhan 2007: 108). Tujuan wawancara ini adalah untuk dapat mengeksplorasi pandanganpandangan informan pada sebuah gagasan, program atau situasi secara lebih 18

19 mendalam. Teknik ini sangat tepat digunakan ketika peneliti ingin tau secara lebih mendalam tentang perilaku dan pemikiran para pengurus IWAYO dalam menyusun strategi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya. 3. Dokumentasi Dokumentasi dapat berupa laporan secara tertulis (arsip) maupun foto yang dipergunakan sebagai data. Laporan atau arsip tertulis dapat peneliti lakukan dengan cara membaca literature berupa buku, e-book, paper, penelitian-penelitian dengan informasi terkait waria. 4. Penelusuran data online Peneliti melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan informasi terkait dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. H.6. Informan Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode pengambilan sampel bertujuan (purposive). Purposive adalah teknik memilih sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang data apa yang peneliti butuhkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti. Pada saat penelitian, peneliti mewawancarai beberapa orang yang dapat dijadikan narasumber dengan rincian sebagai berikut. Pengurus organisasi IWAYO, yang terdiri dari : 1. Ketua organisasi Peneliti mewawancarai ketua organsisasi Ibu Shinta Ratri karena mampu untuk memberikan informasi yang lengkap tentang seluk-beluk organisasi IWAYO. 19

20 2. Bendahara Peneliti mewawancarai Sheilla sebagai bendahara karena dirasa paham benar tentang persoalan pendanaan yang ada di dalam organisasi. 3. Divisi Advokasi Peneliti juga mewawancarai Yuni Shara sebagai koordinator advokasi karena isu yang diangkat organisasi dalam memperjuangkan hak kaum waria adalah tentang isu advokasi. Ketiga narasumber ini dipilih karena keberadaannya paling mudah untuk ditemui serta sebagai figur yang paling aktif, kaya informasi dan paham benar tentang seluk-beluk organisasi IWAYO, sehingga kebutuhan data yang diinginkan peneliti bisa diwakili oleh ketiga pengurus tersebut untuk menggambarkan data seperti yang diinginkan. H.7. Instrumen Penelitian Dalam penelitian yang peneliti lakukan ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian untuk mengumpulkan data dari para informan yaitu dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide), catatan lapangan, dokumen, dan camera digital. H.8. Sumber Perolehan Data Terdapat dua sumber data yang peneliti gunakan sebagai acuan dalam proses penyusunan penelitian ini, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. 1. Sumber primer Adalah suatu obyek atau dokumen original-material mentah dari pelaku yang disebut first-hand information (Silalahi, Ulber 2009 : 289). Atau menurut Moleong, kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama (Moleong, 2000 : 112). Sumber data primer peneliti peroleh 20

21 berdasarkan hasil penelitian langsung dilapangan, yaitu berdasarkan hasil observasi langsung terhadap obyek penelitian dan juga yang diperoleh melalui informan. 2. Sumber sekunder Merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumbersumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan (Silalahi, Ulber 2009 : 291). Data sekunder ini dapat peneliti peroleh dari studi pustaka berbagai literatur serta sumber yang bersangkut paut dengan penelitian ini, sehingga dapat memperkuat data primer. H.9. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan penarikan kesimpulan, data yang telah dikumpulkan harus melalui tahapan analisis terlebih dahulu. Beberapa cara yang peneliti gunakan untuk melakukan analisis data adalah sebagai berikut : 1. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2008 : 247). 2. Data Display (Penyajian Data) Data yang terkumpul baik dari observasi, wawancara, maupun dari berbagai dokumen yang ada kemudian disajikan. Penyajian data dapat menggunakan tabel, bagan, hubungan antar kategori, dan semacamnya yang diisi dengan uraian singkat atau dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. 21

22 3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi) Peneliti berusaha mencari makna dari data yang telah diperoleh dengan melihat pola, tema, hubungan, dan sebagainya dari data yang tersaji. Kesimpulan pada tahap awal masih bersifat kabur, biasanya karena minimnya data yang diperoleh untuk mendukung tujuan penelitian. Namun karena seiring penggalian data lebih lanjut sehingga data semakin banyak dan memuhi kebutuhan tujuan penelitian, maka penarikan kesimpulan dapat terlihat lebih jelas. Kesimpulan dapat dituangkan dalam kalimat yang ringkas, jelas dan kaya makna sehingga memudahkan pembaca untuk menangkap makna dari apa yang menjadi hasil penelitian. 22

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 185 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada penelitian yang berjudul pengembangan kemandirian bagi kaum difabel yang difokuskan pada peran Paguyuban Sehati dalam pemberdayaan difabel di

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi ini, Peneliti mengambil lokasi penelitian Pusat Kajian Zakat dan Wakaf

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi ini, Peneliti mengambil lokasi penelitian Pusat Kajian Zakat dan Wakaf 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang akan digunakan sebagai acuan penyusunan skripsi ini, Peneliti mengambil lokasi penelitian Pusat Kajian Zakat dan Wakaf el-zawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang

BAB I PENDAHULUAN. Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang mengarah pada sisi perempuan. 1. sedangkan dalam pengertian dalam pandangan islam waria

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 11 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Basrowi (2008:15), penelitian

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam kegiatan rebranding Dhea Bordir, peneliti berusaha menganalisa dan menemukan informasi sebagai jalan keluar untuk permasalahan yang ada dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dilihat dari obyek penelitiannya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Moleong (2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penertiban Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Interaksi sosial orang dengan HIV/AIDS dalam pemudaran stigma diteliti dengan pendeketan kualitatif. Pendeketan ini dipilih karena aspek interaksi dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan realitas yang kompleks dan memperoleh pemahaman makna dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Morse (dalam Daymon dan Holloway, 2008:368) penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti lakukan yaitu jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. 43 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

2015 REKONSTRUKSI SOSIAL KEHIDUPAN KAUM WARIA DI KOTA CIMAHI

2015 REKONSTRUKSI SOSIAL KEHIDUPAN KAUM WARIA DI KOTA CIMAHI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria adalah suatu fenomena yang semakin menjamur di Indonesia. Fenomena waria adalah sebuah fenomena yang dapat ditemui di hampir semua kota besar di Indonesia.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dari data penelitian yang didapat (Nawawi, 2001:240). Dalam penelitian

METODE PENELITIAN. dari data penelitian yang didapat (Nawawi, 2001:240). Dalam penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini deskriptif kualitatif. Tujuannya agar dapat menggambarkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan di lapangan dengan teori dan konsep dari data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka

BAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dikarenakan yang menjadi sasaran peneliti adalah organisasi yang rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia itu diciptakan sebagai seorang individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia itu diciptakan sebagai seorang individu yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia itu diciptakan sebagai seorang individu yang memiliki pribadi yang berbeda beda dengan individu lainnya. Untuk mengenali diri seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan salah satu bagian terpenting dalam melakukan penelitian. Keberadaan metode penelitian memberikan pedoman tentang cara seorang ilmuwan mempelajari,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal. BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Tipe penelitiannya adalah tipe kualitatif yang dideskriptifkan yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tepatnya Pada divisi penerimaan dan pembayaran, karena PT SEMEN GRESIK ini

BAB III METODE PENELITIAN. Tepatnya Pada divisi penerimaan dan pembayaran, karena PT SEMEN GRESIK ini 41 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di PT SEMEN GRESIK (Persero) Tbk. Tepatnya Pada divisi penerimaan dan pembayaran, karena PT SEMEN GRESIK ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif. Sugiyono (2014:1) mendifinisikan penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Merupakan jenis penelitian deskriptif, karena penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan lokasi di Panti asuhan ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan lokasi di Panti asuhan ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian mengenai tipe-tipe interaksi sosial di Panti asuhan ini, peneliti mengambil lokasi di Panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian. 68 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi, dalam pengertian luas mengacu kepada pengertian yang menyangkut proses, prinsip dan prosedur yang dipergunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawabannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013: 3). Penggunaan metode yang tepat memungkinkan

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat di perlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah Suatu penelitian tidak akan berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang berinteraksi dengan individu lain tentu memerlukan ruang, khususnya dalam menjalin relasi sosial, dan lingkungan masyarakat menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian lapangan). Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pranata sosial secara prinsipal tak jauh berbeda dengan apa yang disebut atau sering dukenal dengan istilah lembaga sosial, organisasi, atau lembaga masyarakat. Karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek, Subjek, dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah kegiatan tambang emas yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ciwaru Kecamatan Ciemas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut pendekatan penelitian, objek penelitian, lokasi penelitian, sumber data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat di temukan, di buktikan, dan di kembangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan. Di sini subjek dipandang secara holistik (menyeluruh) dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan. Di sini subjek dipandang secara holistik (menyeluruh) dengan cara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena, tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kualitatif dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti yang bersifat sosial, oleh

III. METODE PENELITIAN. kualitatif dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti yang bersifat sosial, oleh III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti yang bersifat sosial, oleh karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) sehubungan dengan fenomena yang peneliti temui yaitu terdapat perbedaaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemahaman masing-masing manajemen pembiayaan bank syariah terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. pemahaman masing-masing manajemen pembiayaan bank syariah terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pemahaman masing-masing manajemen pembiayaan bank syariah terhadap informasi laporan

Lebih terperinci

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen 44 B A B III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelompok, atau situasi. Menurut Smith, sebagaimana dikutip Lodico,Spaulding

III. METODE PENELITIAN. kelompok, atau situasi. Menurut Smith, sebagaimana dikutip Lodico,Spaulding III. METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan unit yang diteliti, yaitu berusaha menggambarkan, menganalisis masalahmasalah

BAB III METODE PENELITIAN. dan unit yang diteliti, yaitu berusaha menggambarkan, menganalisis masalahmasalah BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian dan Pendekatan Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (1998:15) pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif dengan maksud untuk memahami dan menggali lebih dalam mengenai fenomena penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Secara umum metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat hiburan khusus tempat tongkrongan anak- anak lesbi. Peneliti mengambil lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Selo Ngisor dan Dusun Kaliduren yang terletak di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kita cenderung berpikiran oposisi biner, yaitu hanya mengakui hal-hal yang sama sekali bertentangan, misalnya hitam dan putih, baik dan buruk, kaya dan miskin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pemberdayaan Perempuan a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan berasal dari kata empowerment merupakan konsep yang lahir dari perkembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian, jenis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian, jenis III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian, jenis ini digunakan untuk meneliti suatu kondisi obyek yang alamiah, objek yang alamiah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk dapat menjawab permasalahan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan akan dipetakan meliputi pertama, jenis penelitian serta pendekatan yang digunakan. Kedua, metode

Lebih terperinci

sekolah secara keseluruhan selama satu tahun.

sekolah secara keseluruhan selama satu tahun. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah SMA Kolese De Britto. SMA Kolese De Britto adalah sekolah yang menurut laporan harian kedaulatan rakyat 20 januari 2014 mendapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Adikampana dkk, 2014) yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penyusunan skripsi ini penyusun menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data tertentu sebagai suatu cara pendekatan ilmiah sehingga skripsi ini layak sebagai karya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian. Menurut Moleong (2012), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian. Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. organisasi dalam badan sosial tersebut. cukup untuk diolah, maka peneliti akan memperpanjang waktu.

BAB III METODE PENELITIAN. organisasi dalam badan sosial tersebut. cukup untuk diolah, maka peneliti akan memperpanjang waktu. BAB III METODE PENELITIAN D. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Badan Sosial Mardiwuto, Yayasan dr. Yap Prawirohusodo, Yogyakarta. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena di tempat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. serta hasil yang akan dicapai berdasarkan pada fenomenologis

III. METODE PENELITIAN. serta hasil yang akan dicapai berdasarkan pada fenomenologis III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan masalahnya serta hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling

BAB III METODE PENELITIAN. sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis strategi pemberdayaan perempuan dalam kampanye pemilu oleh DPD Partai Demokrat Provinsi Lampung, maka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebab merupakan langkah-langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Sebab merupakan langkah-langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian. Sebab merupakan langkah-langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Situs Cagar Budaya Ciungwanara Karangkamulyan. Kawasan ini terletak di antara jalan raya Ciamis dan Banjar, Kecamatan Cijeungjing,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode kualitatif menurut Sugiono (2011:7) adalah proses penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Metode kualitatif menurut Sugiono (2011:7) adalah proses penelitian dan III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Jenis Penelitian Metode kualitatif menurut Sugiono (2011:7) adalah proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena

BAB III METODE PENELITIAN. bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif analitis. Sukmadinata menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diungkap untuk dapat bermanfaat bagi manusia (Aan Komariah, 2011:22).

BAB III METODE PENELITIAN. diungkap untuk dapat bermanfaat bagi manusia (Aan Komariah, 2011:22). BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian adalah riset yang berusaha mengungkap atau membuka pengetahuan karena pengetahuan yang sudah ada di alam ini masih harus diungkap untuk dapat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan berdasarkan subjek penelitan, data

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KEARSIPAN DI DAERAH : SEBUAH GAGASAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KEARSIPAN DI DAERAH : SEBUAH GAGASAN STRATEGI PENGEMBANGAN KEARSIPAN DI DAERAH : SEBUAH GAGASAN Oleh Rusidi* A. PENDAHULUAN Siapa yang menguasai informasi, dialah yang akan mengusai dunia, artinya dalam kehidupan ini informasi memegang peranan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kondisi sehat individu tidak bisa hanya dilihat dari kondisi fisik saja melainkan juga kondisi mental dan kondisi sosial. Dalam kasus anak-anak yang mengidap HIV/AIDS memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Sebuah penelitian harus menggunakan suatu paradigma. Banyak sekali definisi mengenai paradigma itu sendiri. Dibawah ini definisi mengenai paradigm

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan analisis kualitatif. Penelitian ini bermaksud mendiskripsikan sebuah dinamika konflik kepentingaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai dampak Badan Usaha Milik Desa ( BUMDES) bagi kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh informan penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh informan penelitian, BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini ialah menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci